Stratifikasi Sosial Berdasarkan Jurusan (1)
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Jurusan di SMA Negeri 61
Jakarta
Disusun oleh
Christou Imanuel
SMAN 61 Jakarta
2017
Bab I
Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
1.1. Latar Belakang
Stratifikasi sosial, kita sering mendengar frasa ini. Familiar dengan istilah ini
kadang membuat kita bertanya, apa sebenarnya stratifikasi sosial? Selain itu dengan
seringnya istilah ini digunakan, kita kadang berpikir mungkin hal ini ada di sekitar
kita.
Secara awam kita mendefinisikannya sebagai tingkat dalam tatanan sosial.
Manusia rasa-rasanya secara tidak langsung memiliki tingkatan yang terbentuk
berdasarkan banyak hal. Ada yang mentataletakkan berdasarkan usia, pendidikan,
pekerjaan, dan lain lain. Walaupun hal ini kadang kurang terlihat, kita sering
merasakannya, bahkan menciptakannya di dalam pikiran kita sendiri.
Stratifikasi- stratifikasi ini sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial
kita. Tapi adapun jurusan menjadi variabel penting dan pembicaraan hangat. Kadang
jurusan menjadi pembeda. Apa yang manusia pelajari, itulah yang membentuk
kepribadian seseorang. Dengan berbedanya pelajaran pada jurusan IPA dan IPS
mendorong siswa beranggapan bahwa ada sesuatu yang berbeda diantara mereka.
Di SMA, jurusan dibagi menjadi IPA(Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial), dan Bahasa. Namun, di SMA Negeri 61 Jakarta hanya
menyediakan program IPA dan IPS.
Program IPA mempelajari hal yang berhubungan dengan ilmu alam (natural
science) dan bersifat eksak , sedangkan IPS mempelajari lingkup sosial manusia
(social science).
Semua orang memiliki penilaian juga tentang prestise berada di salah satu
program, itulah yang menjadi salah satu pertimbangan saya untuk meneliti apakah hal
tersebut berpengaruh terhadap pelapisan sosial yang terjadi di SMA Negeri 61.
1.2. Identifikasi Masalah
-Apa ada stratifikasi sosial berdasarkan jurusan?
-Apakah hal itu membawa pengaruh positif atau negatif?
1.3. Rumusan Masalah
Jadi, adakah stratifikasi berdasarkan jurusan, dan positifkah dampaknya?
1.4. Tujuan Penelitian
-Agar guru dapat menanggapi hasilnya jika berdampak negatif.
-Agar siswa dapat bersikap sesuai stratifikasinya jika berdampak positif.
Bab II
Landasan Teori
2. 1. Pengertian stratifikasi
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification”
mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orangorang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
2. 2. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke
dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter,
insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun
sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang
yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Bab III
Metodologi Penelitian
3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif. Menurut Sukmadinata (2006:
72), “Metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha
mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung.”
Jadi, penelitian saya akan fokus pada kondisi yang sebenarnya terjadi di SMAN 61
Jakarta dan mendeskripsikannya secara sistematis dan didasarkan pada data yang saya
ambil dari siswa SMAN 61 Jakarta . Informasi yang ingin saya dapatkan adalah
seperti yang tercantum dalam rumusan masalah, sehingga saya akan mengajukan
beberapa pernyataan dan responden akan menyatakan ditemukan atau tidaknya
pernyataan tersebut dalam lingkungan SMA Negeri 61 Jakarta.
3.2. Waktu dan tempat
Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 61 Jakarta pada bulan Mei hingga
Agustus.
3.3. Populasi dan sampel
Populasi yang disasar adalah siswa SMA Negeri 61 Jakarta dari tiap jurusan.
Sampelnya diambil dari satu kelas tiap jurusan pada angkatan lulus 2019 SMA Negeri
61 Jakarta.
3.4. Teknik pengambilan data
Penelitian ini mengambil data dengan metode survei. Survey research designs are
procedures in quantitative research in which investigators administer a survey to a
sample or to the entire population of people to describe the attitudes, opinions,
behaviors, or characteristics of the population. (Creswell, 2012: 376). Jadi survei
adalah metode untuk mengambil data sampel atau sebagian untuk mewakili
keseluruhan sikap, opini, kelakuan, atau karakteristik populasi. Survei dilaksanakan
dengan kuesioner sederhana dengan dua opsi. Akan diberi enam pernyataan yang
mewakili keenam faktor yang sering muncul mengurangi daya ingat. Responden akan
menyatakan ditemukan tidaknya kondisi sesuai pernyataan di dalam belajar.
Jakarta
Disusun oleh
Christou Imanuel
SMAN 61 Jakarta
2017
Bab I
Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
1.1. Latar Belakang
Stratifikasi sosial, kita sering mendengar frasa ini. Familiar dengan istilah ini
kadang membuat kita bertanya, apa sebenarnya stratifikasi sosial? Selain itu dengan
seringnya istilah ini digunakan, kita kadang berpikir mungkin hal ini ada di sekitar
kita.
Secara awam kita mendefinisikannya sebagai tingkat dalam tatanan sosial.
Manusia rasa-rasanya secara tidak langsung memiliki tingkatan yang terbentuk
berdasarkan banyak hal. Ada yang mentataletakkan berdasarkan usia, pendidikan,
pekerjaan, dan lain lain. Walaupun hal ini kadang kurang terlihat, kita sering
merasakannya, bahkan menciptakannya di dalam pikiran kita sendiri.
Stratifikasi- stratifikasi ini sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial
kita. Tapi adapun jurusan menjadi variabel penting dan pembicaraan hangat. Kadang
jurusan menjadi pembeda. Apa yang manusia pelajari, itulah yang membentuk
kepribadian seseorang. Dengan berbedanya pelajaran pada jurusan IPA dan IPS
mendorong siswa beranggapan bahwa ada sesuatu yang berbeda diantara mereka.
Di SMA, jurusan dibagi menjadi IPA(Ilmu Pengetahuan Alam), IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial), dan Bahasa. Namun, di SMA Negeri 61 Jakarta hanya
menyediakan program IPA dan IPS.
Program IPA mempelajari hal yang berhubungan dengan ilmu alam (natural
science) dan bersifat eksak , sedangkan IPS mempelajari lingkup sosial manusia
(social science).
Semua orang memiliki penilaian juga tentang prestise berada di salah satu
program, itulah yang menjadi salah satu pertimbangan saya untuk meneliti apakah hal
tersebut berpengaruh terhadap pelapisan sosial yang terjadi di SMA Negeri 61.
1.2. Identifikasi Masalah
-Apa ada stratifikasi sosial berdasarkan jurusan?
-Apakah hal itu membawa pengaruh positif atau negatif?
1.3. Rumusan Masalah
Jadi, adakah stratifikasi berdasarkan jurusan, dan positifkah dampaknya?
1.4. Tujuan Penelitian
-Agar guru dapat menanggapi hasilnya jika berdampak negatif.
-Agar siswa dapat bersikap sesuai stratifikasinya jika berdampak positif.
Bab II
Landasan Teori
2. 1. Pengertian stratifikasi
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification”
mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap
dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orangorang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
2. 2. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke
dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya
dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau
sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.
Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem
pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada
masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan
akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar
akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter,
insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun
sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang
yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Bab III
Metodologi Penelitian
3.1. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif. Menurut Sukmadinata (2006:
72), “Metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha
mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung.”
Jadi, penelitian saya akan fokus pada kondisi yang sebenarnya terjadi di SMAN 61
Jakarta dan mendeskripsikannya secara sistematis dan didasarkan pada data yang saya
ambil dari siswa SMAN 61 Jakarta . Informasi yang ingin saya dapatkan adalah
seperti yang tercantum dalam rumusan masalah, sehingga saya akan mengajukan
beberapa pernyataan dan responden akan menyatakan ditemukan atau tidaknya
pernyataan tersebut dalam lingkungan SMA Negeri 61 Jakarta.
3.2. Waktu dan tempat
Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 61 Jakarta pada bulan Mei hingga
Agustus.
3.3. Populasi dan sampel
Populasi yang disasar adalah siswa SMA Negeri 61 Jakarta dari tiap jurusan.
Sampelnya diambil dari satu kelas tiap jurusan pada angkatan lulus 2019 SMA Negeri
61 Jakarta.
3.4. Teknik pengambilan data
Penelitian ini mengambil data dengan metode survei. Survey research designs are
procedures in quantitative research in which investigators administer a survey to a
sample or to the entire population of people to describe the attitudes, opinions,
behaviors, or characteristics of the population. (Creswell, 2012: 376). Jadi survei
adalah metode untuk mengambil data sampel atau sebagian untuk mewakili
keseluruhan sikap, opini, kelakuan, atau karakteristik populasi. Survei dilaksanakan
dengan kuesioner sederhana dengan dua opsi. Akan diberi enam pernyataan yang
mewakili keenam faktor yang sering muncul mengurangi daya ingat. Responden akan
menyatakan ditemukan tidaknya kondisi sesuai pernyataan di dalam belajar.