SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL menurut (3)

Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah rencana organisasi
dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang
akurat dan andal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong
kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.”
Menurut penelitian Committee of Sponsoring Organization ( COSO ), pengendalian internal
merupakan sistem, struktur atau proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris,
manajemen dan karyawan dalam perusahaan yang bertujuan untuk menyediakan jaminan
yang memadai bahwa tujuan pengendalian tersebut dicapai, meliputi efektifitas dan efisiensi
operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:79) dan IAPI(2011:319.2), pengendalian internal
adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain
entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian
internal adalah sistem, struktur atau prosedur yang saling berhubungan memiliki beberapa
tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi yang dikoordinasikan sedemikian rupa, dan mendorong dipatuhinya kebijakan
hukum dan peraturan yang berlaku untuk melaksanakan fungsi utama perusahaan.
Komponen Pengendalian Internal

Pengendalian internal yang baik harus memenuhi beberapa kriteria atau unsur-unsur. Menurut
Sukrisno Agoes (2008:80), pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling
berkaitan. Lima komponen pengendalian internal tersebut adalah :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Merupakan suatu suasana organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan suatu pengendalian
dari sikap orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan suattu fondasi dari semua
komponen pengendalian internal lainnya yang bersifat disiplin dan berstruktur.
Mengidentifikasikan 7 faktor penting untuk sebuah lingkungan pengendalian, antara lain :
1. Integritas dan nilai etika.
2. Komitmen terhadap kompetensi.
3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
4. Struktur organisasi.
5. Pemberian wewenang dan tanggungjawab.
6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penaksiran Resiko (Risk Assessment)
Merupakan identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai
tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus di kelola.

Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:
1. Perubahan dalam lingkungan operasi.

2. Personel baru
3. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki.
4. Teknologi baru
5. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
6. Restrukturisasi korporasi
7. Operasi luar negeri
8. Standar akuntansi baru
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Merupakan suatu kebijakan dan prosedur yang dapat membantu suatu perusahaan dalam
meyakinkan bahwa tugas dan perintah yang diberikan oleh manajemen telah dijalankan.
Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan
sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal:
1. Review terhadap kinerja.
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian phisik
4. Pemisahan tugas
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Merupakan pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk
dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem
informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi system akuntansi

terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan
melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara
akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang
dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat
keputusan yang semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan
keuangan yang andal.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggungjawab
indivisual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
Dan hal terpenting auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi
yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
1. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan
2. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
3. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
4. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan
untuk mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
5. Pemantauan (Monitoring)
Merupakan suatu proses yang menilai kualitas kerja pengendalian internal pada suatu waktu.
Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar


waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemantauan adalah proses
penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,
mengevaluasi secara terpisah, atau dengan kombinasi keduanya. Di berbagai entitas, auditor
intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam
memantau aktivitas entitas.

monitoring
Penilaian risiko
Pengendalian aktivitas
Informasi dan komunikasi
PONDASI

infrastruktur

Lingkungan pengendalian

Unsur Sistem Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2008:164), unsur pokok pengendalian internal dalam perusahaan adalah:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (framework) pembagian tanggung jawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan,
seperti pemisahan setiap fungsi untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
Dalam setiap organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin
data yang direkam tercatat ke dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan
keandalan (reliability) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan menjamin
masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang
telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk
menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya
ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.


b.

c.

d.

e.

f.

Pemeriksaan mendadak (suprised auditi)Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal
yang tidak teratur.
Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang
atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari yang lain, agar tercipta
internal check yang baik dalam pelaksanaan tugasnya.
Perputaran jabatan (job rotating).Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan
dapat menjaga independensi pejabat, memperluas wawasan pengetahuan yang
mendalam, sehingga persekongkolan di antara karyawan dapat dihindari.
Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.Untuk

menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan catatan
akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara
kekayaan fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan
tersebut.
Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur
sistem pengendalian internal yang lain.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara berikut ini
dapat ditempuh:
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.
b. Pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan
perkembangan pekerjaaannya.
Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Arens & Loebbecke (2009:258) Manajemen dalam merancang struktur
pengendalian intern mempunyai kepentingan-kepentingan sebagai berikut:
1. Keandalan Laporan Keuangan
Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan bagi
investor, kreditor dan pengguna lainnya. Manajemen mempunyai kewajiban hukum dan
profesional untuk menjamin bahwa informasi telah disiapkan sesuai standar laporan, yaitu

prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Mendorong efektifitas dan efisiensi operasional
Pengendalian dalam suatu organisasi adalah alat untuk mencegah kegiatan dan pemborosan
yang tidak perlu dalam segala aspek usaha, dan untuk mengurangi penggunaan sumber daya
yang tidak efektif dan efisien.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan
Pengendalian internal yang baik tidak hanya menyediakan seperangkat peraturan lengkap dan
sanksinya saja. Tetapi pengendalian internal yang baik, akan mampu mendorong setiap
personal untuk dapat mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan dan berkaitan erat dengan
akuntansi contohnya adalah UU Perpajakan dan UU Perseroan Terbatas.

Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang lingkup (Scope) Pemeriksaan
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan,
ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan public, hal
tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak
sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan
tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang
diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak

berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu
melakukan substantive test. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian
intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa
dipersempit.

Bagaimana Melakukan Pemahaman dan Mengevaluasi Atas Pengendalian
Intern
Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian intern
entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumen dipengaruhi oleh
ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas.
Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses pemeriksaan oleh akuntan public. Karena baik buruknya pengendalian intern
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap:
a.
b.
c.
d.
e.

Keamanan harta perusahaan

Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
Tinggi rendahnya audit fee
Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ada tiga cara yang biasa digunakan akuntan public, yaitu:
4.3.1

Internal Control Questionnaries

Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih
sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang biasa
digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern di berbagai jenis
perusahaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab YA (Y), Tidak (T),
atau Tidak Relevan (TR). Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah disusun dengan baik,
maka jawaban “YA” akan menunjukan ciri internal contraol yang baik, “Tidak” akan
menunjukan cirri internal control yang lemah, “Tidak Relevan” berarti pertanyyan tersebut
tidak relevan untuk perusahaan tersebut.

ICQ biasanya dikelompokan sebagai berikut:

·

Umum

Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggungjawab,
akte pendirian dan pertanyaan umum lainnya mengenai keadaan perusahaan.
·

Akuntansi

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut keadaan pembukuan perusahaan, misalnya apakah proses
pembukuan dilakukan secara manual atau computerized, jumlah tenaga dibagian akuntansi
dan lain-lain.
·

Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut system dan prosedur yang terdapat diperusahaan dalam
siklus penjualan (kredit dan tunai), piutang dan penerimaan kas.
·

Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut system dan prosedur yang terdapat diperusahaan dalam
siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
·

Persediaan

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut system dan prosedur penyimpanan dan pengawasan
phisik persediaan, system pencatatan dan metode penilaian persediaan dan stock opname.
·

Surat Berharga (Securities)

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk pembelian dan penjualan
surat berharga dan penilaiannya.
·

Aktiva Tetap

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut system dan prosedur penambahan dan pengurangan
aktiva tetap, pencatatan dan penilaian aktiva tetap dan lain-lain.
·

Gaji dan upah

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia (human resources development)
serta system dan prosedur pembayaran gaji dan upah.
Yang perlu diperhatikan adalah:
1. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ kepada staff klien
dan kemudian mengisi sendiri jawabannya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada klien
untuk diisi.
2.
Untuk repeat angangement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus
dimutakhirkan berdasarkan hasil Tanya jawab dengan klien.

3. Ada kecenderungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian
intern sangat baik.
Karena itu auditor harus melakuakn compliance test untuk membuktikan efektivitas dari
pengendalian intern klien.
4.3.2

Flow Chart (Bagan Arus)

Flow chart manggambarkan arus dokumen dalam system dan prosedur disuatu unit
usaha, misalnya dalam flow chart untuk system dan prosedur pembelian, utang dan
pengeluaran kas, digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelian (purchase
requisition), order pembelian (order purchase), sampai dengan pelunasan utang yang berasal
dari pembelian tersebut.
Untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor
bias cepat melihat apa saja kelemahan-kelemahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu system
dan prosedur.
Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil
dua atau tiga dokumen untuk mentest apakah prosedur dijalankan sesuai dengan apa yang
digambarkan dalam flow chart.
4.3.3 Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, system dan prosedur
akuntansi yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini biasa
digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.

Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan
pencapaian tujuan pengendalian intern entitas.
Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat
dalam pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam
pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian inten dapat rusak karena
kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya
sederhana.
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau
lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Factor lain yang memebatasi
pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat
yang diharapkan dari pengendalian tersebut.Meskipun hubungan manfaat-biaya merupaka
criteria utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian intern,
pengukuran secara tepat biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena
itu, manajemen melakukan estimasi kualitaif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam
menilai hubungan biaya manfaat tersebut.