PROMOSI PARIWISATA DAN TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN

PROMOSI PARIWISATA DAN TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN

Disusun Oleh : DONYTA AYU MEI W D1209029

SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

PROMOSI PARIWISATA DAN TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. H. Totok Sarsito, SU, MA Mahfud Anshori, S.Sos NIP. 19570821 198303 2 001

NIP. 19790908 20312 1 001

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kesadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S Ar Ra’d:11)

“Jika tidak mencoba tak akan tahu hasilnya”. (Penulis)

“Gunakan masa lalu sebagai pelajaran dimasa yang akan datang” (Penulis)

PERSEMBAHAN

Bp. Joko Widodo & Ibu Suparmi Donie Niko & Diyah Ayu Maulana Setyadi Putra Teman-teman & Keluarga Besar

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang telah diberikan kepada penulis sehingga

mampu menyelesaikan skripsi dengan judul PROMOSI PARIWISATA DAN

TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN. Rasa pesimisme penulis sempat menghantui penulis untuk menyelesaikan skripsi sebagai pra syarat kelulusan, akhirnya terselaisaikan dengan tersendat-sendat dan rasa putus asa, tetapi ini lebih baik dari tidak sama sekali

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti tentang promosi yang mempromosikan Museum Purbakala Sangiran yang berada di Sragen, Jawa Tengah. Berbagai promosi yang dilakukan oleh dan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena pengetahuan penulis yang masih banyak kekurangan. Namun penulis tetap berusaha menyajikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian semoga skripsi ini mempunyai manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta pihak-pihak yang berkepentingan ini.

Akhirnya dengan segenap hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu mengarahkan dan memberikan Akhirnya dengan segenap hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu mengarahkan dan memberikan

1. Prof. DRS. Pawito, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prahastiwi Utari, Ph. D, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. DRS. Hamid Arifin, M. Si, selaku Pembimbing Akademik. 4. Prof. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph. D dan Mahfud Anshori, S. Sos, M.Si Selaku Dosen pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi dalam pembuatan skripsi ini. 5. DR. H. Sutopo JK, MS selaku Ketua Penguji Skripsi yang bersedia meluangkan waktu untuk menguji penulis serta memberikan masukan kepada penulis. 6. Drs. Widyantoro, M.Si selaku Sekretaris Penguju Skripsi yang bersedia meluangkan waktu untuk menguji penulis serta memberikan masukan kepada penulis. 7. P. Poedarwanto, S.Sos, MM, selaku kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen beserta staf-stafnya yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dan juga bersedia membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini. 8. Sukronedi, S.Si, MA selaku Kasi Pemanfaatan BPSMPS, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan keterbukaan yang diberikan kepada penulis 9. Drs. Soedjito & Wiwit Hermanto, S.I Kom, terima kasih atas waktunya.

10. Seluruh informan, khususnya wisatawan Museum Purbakala Sangiran, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan keterbukaan yang diberikan kepada penulis.

Seperti yang telah penulis ungkapkan bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai segala macam kritik, saran, dan masukan yang membangun. Semoga sripsi inijuga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 2012 Penulis

ABSTRAK

DONYTA AYU MEI WULANDARI (D1209029), PROMOSI PARIWISATA DAN TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN DI MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN KABUPATEN SRAGEN. SKRIPSI (S-1). Jurusan

Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. Dibawah bimbingan Prof. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D dan Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si

Penelitian ini mengambil obyek penelitian di sebuah objek pariwisata di Kabupaten Sragen yaitu Museum Purbakala Sangiran, Museum Purbakala Sangiran adalah salah satu lokasi wisata yang sangat penting bagi dunia pendidikan, terutama pada bidang ilmu arkeologi, ilmu geologi, ilmu pleoantrhopologi, ilmu antropologi, dan ilmu biologi di dunia. .

Tujuan penelitian ini diadakan adalah untuk mengetahui bentuk promosi apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Sragen dalam mempromosikan Museum Purbakala Sangiran, tindakan apa saja yang dilakukan Dinas Pariwisata Sragen dalam mempromosikan Museum Purbakala Sangiran, pengaruh apa yang saja yang dirasakan oleh Dinas Pariwisata Sragen setelah dilakukan promosi pada Museum Purbakala Sangiran.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk promosi yang diandalkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen untuk mempromosikan Museum Purbakala Sangiran mulai dari tahun 2000 yaitu, dengan menggunakan leaflet dan mengikuti beberapa pameran dan beberapa tahun terakhir ini bentuk promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan menggunakan baliho, leaflet, petunjuk jalan, booklet, internet, dan pameran-pameran. , tindakan promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen untuk mempromosikan Museum Purbakala Sangiran dengan menggunakan beberapa cara diantaranya, dengan pemasangan baliho, penyebaran leaflet kepada masyarakat, pemasangan penunjuk jalan di daerah-daerah yang strategis, pembuatan booklet, sosialisasi lewat internet, dan mengikuti beberapa pameran di beberapa wilayah dan negara. Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen berusaha mengoptimalkan dana yang diberikan oleh Pemerintah untuk kepentingan promosi serta meningkatkan pelyanan dalam bidang fasilitas-fasilitas umum dan sumber daya manusia agar wisatawan lebih merasa nyaman., pengaruh dari beberapa bentuk promosi yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata adalah meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Museum Purbakala Sangiran terutama dalam 10 tahun terakhir ini, dan Museum Purbakala Sangiran merupakan tujuan wisata yang di unggulkan di Kabupaten Sragen sekaligus menjadi wisata edukasi di bidang ilmu arkeologi, ilmu geologi, ilmu pleoantrhopologi, ilmu antropologi, dan ilmu biologi dunia.

ABSTRACT

DONYTA AYU MEI WULANDARI (D1209029), TOURISM PROMOTION AND TOURIST VISITATION LEVEL IN SANGIRAN ANCIENT

THESIS (S-1).

Communication Science Department. Social and Political Sciences Faculty. Surakarta Sebelas Maret University. 2012. Under Guidance of Prof. H. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D and Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si

This research was conducted in a tourist object in Sragen Regency, namely Sangiran Ancient Museum. Sangiran Ancient Museum is a very important tourist location to education realm, particularly in archeology, geology, paleoanthropology, anthropology and biology in the world.

The objective of research is to find out the form of promotion conducted in Sangiran Ancient Museum, the measures the Sragen Tourism Office takes in promoting the Sangiran Ancient Museum, the effect the Sragen Tourism Office feels after conducting promotion in Sangiran Ancient Museum.

From the result of research conducted, it could be found that the form of promotion the Sragen Tourism Office relies on to promote the Sangiran Ancient Museum in 2000 included: using leaflet and following several exhibitions and in recent years the form of promotion the Sragen Tourism Office uses included billboard, leaflet, direction board, booklet, internet, exhibitions. The measures the Sragen Tourism Office took in promoting the Sangiran Ancient Museum included: installing billboard, distributing leaflet to the society, putting direction board in strategic areas, making booklet, making socialization via internet, and participating in some exhibitions in some areas and countries. The Sragen Tourism Office attempted to optimize the fund the Government had given for the promotion interest as well as for improving the service in public facility and human resource in order to make the tourist more comfortable. The effects of some promotion forms the Sragen Tourism Office had conducted were the increased number of tourists visiting Sangiran Ancient Museum particularly in the last 10 years, and the Sangiran Ancient Museum became the superior tourist destination in Sragen Regency and education tourism in archeology, geology, paleoanthropology, anthropology, and biology in the world.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pariwisata sekarang ini berkembang dengan pesat, hal tersebut dapat terlihat dari bermunculannya objek-objek wisata yang baru. Banyak pula objek wisata yang sengaja dibuat oleh pemilik modal untuk mencari keuntungan dalam bidang investasi. Pemilik tempat wisata pun tak kurang akal, mereka mempromosikan objek wisata yang mereka kelola tidak hanya dengan gethok tular atau dari mulut ke mulut tetapi juga dengan melalui berbagai media promosi yang sekarang ini mudah diproduksi. Media promosi yang biasa mereka gunakan antara lain billboard, koran, radio, televisi, majalah, dan lain sebagainya.

Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Sragen sebenarnya cukup banyak, tetapi kurang terekspose oleh masyarakat khususnya masyarakat di luar kota Sragen, sehingga masyarakat lebih mengenal kota Solo, Jogjakarta, Karanganyar dibandingkan dengan Kabupaten Sragen. Di kabupaten Sragen sendiri terdapat terdapat berbagai objek wisata diantaranya Sangiran, Ndayu Park, Pemandian air Panas Bayanan, Desa Batik Kliwonan, Waduk Kedung Ombo, dan lain sebagainya.

Kunjungan wisatawan merupakan salah satu parameter yang dapat menggambarkan seberapa dikenal dan disenanginya sebuah objek wisata tersebut. Begitu halnya juga dengan objek wisata situs purbakala Sangiran yang berada di Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ini. Walaupun sebagai sarana rekreasi Kunjungan wisatawan merupakan salah satu parameter yang dapat menggambarkan seberapa dikenal dan disenanginya sebuah objek wisata tersebut. Begitu halnya juga dengan objek wisata situs purbakala Sangiran yang berada di Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ini. Walaupun sebagai sarana rekreasi

Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko. Penelitian tentang manusia purba dan binatang purba diawali oleh G.H.R.Von Koenigswald, seorang ahli paleoantropologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an. G.H.R.Von Koenigswald adalah orang yang telah berjasa melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk memperlakukan fosil yang ditemukan. Hasil penelitian kemudian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Totomarsono, sampai tahun 1975.

Pada 16 Februari 2012 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Sangiran dan mengatakan kalau seluruh bangsa Indonesia pantas bangga, karena memiliki Sangiran yang telah menjadi bagian dari peradaban dunia sejak dari jutaan tahun yang lalu. Ada temuan-temuan yang menunjukkan Sangiran pernah menjadi pusat peradaban manusia di masa lampau. Melihat itu, Presiden mengajak anak muda untuk berwisata dan belajar dari museum. Sementara itu Mendikbud juga memberikan paparan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Sangiran bahwa museum di situs Sangiran merupakan salah satu pusat evolusi manusia dan peradaban yang terpenting di dunia, Sangiram juga menjadi pusat kajian evolusi manusia purba dan sekaligus sebagai rujukan situs- situs terbesar di Asia, dan Sangiran merupakan pusat wisata edukasi berkaitan

terutama Asia dalam bidang evolusi manusia dan peradaban purba sekaligus menjadi objek wisata edukasi yang mempelajari tentang lingkungan dan budaya pada masa lampau. Sangiran pun sudah banyak dilirik peneliti maupun masyarakat internasional karena beragamnya koleksi-koleksi temuan proses evolusi manusia purba, Menurut MOU yang disepakati oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten maka pemasaran/promosi untuk Museum Purbakala Sangiran dilakukan secara beriringan dengan berbagi media promosi. Promosi terus menerus dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dan BPSMPS (Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran) agar masyarakat dunia mengetahui keberadaan dan pentingnya Museum Purbakala Sangiran. Promosi-promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dan BPSMPS mulai dari promosi regional, nasional, maupun internasional. Promosi yang terus menerus dilakukan agar masyarakat dunia/ internasional mengetahui tentang Sangiran, karena Museum Purbakala Sangiran sangat penting bagi pendidikan dan menyimpan misteri tentang peradaban dunia. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dan BPSMPS melakukan promosi dengan berbagai cara tetapi berjalan sendiri-sendiri dan sampai sekarang belum ada kerjasama dalam bidang promosi tetapi promosi yang dilakukan tetap berjalan lancar tanpa ada tumpang tindih.

Museum adalah sarana yang efektif dalam membantu proses penelitian atau pembelajaran karena museum memberikan bukti nyata yang dapat disaksikan

menyimpulkan suatu pemikiran tentang suatu bentuk gambaran masa purbakala. Tetapi dalam kenyataannya masyarakat sekarang kurang tertarik berkunjung ke museum, karena sekarang ini banyak dibangun mall-mall dan pusat hiburan yang memberikan hiburan bagi masyarakat. Sehingga keberadaan museum akan tersisihkan bahkan masyarakat akan malas dan tidak tertarik mengunjungi museum, begitu juga museum Sangiran. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui keberadaan dan fungsi dari museum. Untuk itu diperlukan upaya mempromosikan objek wisata Museum Purbakala Sangiran kepada masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri.

B. Pembatasan Masalah

Museum Purbakala Sangiran merupakan Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko dan sudah sangat mendunia, sehingga promosi yang dilakukan juga sudah internasional. Penelitian ini berpusat dan terarah pada promosi dan tingkat kunjungan wisatawan di Museum Purbakala Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen.

C. Rumusan Masalah

Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mempromosikan Museum Purbakala Sangiran. Berbagai langkah telah diambil untuk mempromosikan Museum Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mempromosikan Museum Purbakala Sangiran. Berbagai langkah telah diambil untuk mempromosikan Museum

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan sekaligus menjelaskan “Sejauh mana promosi pariwisata Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen berpengaruh pada tingkat kunjungan wisatawan ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Bentuk promosi apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam mempromosikan Museum Purbakala Sangiran

2. Tindakan apa saja yang dilakukan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam mempromosikan Museum Purbakala Sangiran

3. Pengaruh apa yang saja yang dirasakan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen setelah dilakukan promosi pada Museum Purbakala Sangiran.

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh menfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis : Mengetahui dan mendapatkan gambaran promosi pariwisata Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen dan tingkat kunjungan wisatawan sebagai Salah satu objek wisata menarik di Kabupaten Sragen .

2. Secara Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dan berarti dalam meningkatkan pengembangan kegiatan promosi Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “ communicatus” atau communication atau communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui system lambanglambang, tanda atau tingkah laku”.

para ahli sebagai berikut :

1. Carl Hovland, Janis & Kelley Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana sesirang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentukk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

2. Bernard Berelson & Gary A.Steiner Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.

3. Harold Lasswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (who says what in which channel to whom and with what effect)

4. Barnlund Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

5. Weaver Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lainnya.

6. Gode Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menkadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. (Riswandi, 2009:1-2)

Dari berbagai penjelasan komunikasi di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen-komponen tersebut adalah sebagi berikut :

§ Komunikator : orang yang menyampaikan pesan; § Pesan

: pernyataan yang didukung oleh lambang; § Komunikan : orang yang menerima pesan; § Media

: sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

§ Efek

Komponen-komponen di atas menekankan faktor-faktor yang penting di dalam suatu komunikasi yang efektif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu pula. Seorang komunikator harus tahu apa yang akan mereka jangkau dan bagaimana tanggapan yang mereka inginkan. Mereka juga harus tahu dan mengerti bagaimana cara menyandikan pesan mereka dengan baik agar dapat dimengerti oleh khalayak, sasaran mereka, dan mereka juga harus menyediakan saluran-saluran umpan balik sehingga mereka dapat mengerti bagaimana tanggapan khalayak terhadap pesan yang mereka sampaikan. Terkait dengan pemasaran, Sciffman dan Lazarkanuk mendefinisikan komunikasi sebagai the unique tool that marketers use to persuede consumers to act in desire way , yaitu alat yang digunakan pedagang untuk membujuk konsumen agar berbuat sesuai keinginannya.

Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana cara agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Fungsi komunikasi ialah pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, atau perilakunya. ( Onong U Effendy, 2004:16)

Model Komunikasi

Sumber : Terrence A Shimp, ”Advertising, Promotion and Aspect of Integrated Marketing Communication” New York Dryen Press, 1997

Model komunikasi pemasaran meliputi elemen yang merupakan bagian dalam komunikasi pada umumnya, yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver), pesan (message), dan media serta 4 elemen lainnya yang merupakan fungsi komunikasi yaitu encoding (memberi kode), decoding (mengartikan kode) response dan feedback. Elemen terakhir yaitu noise. . ( Onong U Effendy, 2004:16)

Pertama, pengirim pesan harus memahami siapa audiens yang ingin dituju dan respon apa yang diharapkan. Pengirim pesan juga haris menerjemahkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu seperti tulisan, kata-kata, gambar, dan bahasa

Receive (Decoder)

Noise

Feedback

proses decoding. Selain itu, untuk menjangkau penerima pesan, harus dipilih media yang efektif dan efisien agar dapat menjangkau audiens sasaran dan mengembangkan saluran umpan balik sehingga dapat memantau respon audiens. Kendati demikian, proses komunikasi bukanlah hal yang mudah dilakukan. Hal ini karena adanya kemungkinan gangguan (noise) yang dapat menghambat efektivitas komunikasi. Gangguan tersebut dapat berupa intervensi pesan pesaing, gangguan fisik, masalah semantik, perbedaan budaya, dan ketiadaan umpan balik. Hambatan lain yang tidak kalah besarnya adalah perhatian yang selektif (selective attention ), pengubahan yang selektif (selective distorsion), dan pengingatan kembali yang selektif (selective rettention) pada penerima pesan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (communicator) memiliki ketrampilan yang beragam, misalnya sebagai penulis, pembicara, pendengar, pemikir ataupun pemecah masalah. Ketrampilan ini akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menganalisia pesan yang diterima. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan dalam memahami pesan antara lain:

1. Pengetahuan komunikator terhadap masalah yang dibicarakan.

2. Sikap dan perilaku pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.

3. Latar belakang budaya juga akan mempengaruhi ketepatan pesan.

4. Iklim organisasi

5. Proses komunikasi yang terlibat 5. Proses komunikasi yang terlibat

Dalam sebuah kegiatan pemasaran, penyampaian informasi secara tepat sangat dibutuhkan. Dalam proses penerimaan suatu produk, konsumen akan terfokus pada proses mental yang dilalui, mulai dari mendengar informnasi sampai memakainya. Dengan informasi yang baik, secara otomatis akan mendorong konsumen untuk mencari informasi mengenai produk yang kurang diketahuinya.

Disadari atau tidak, dalam hal hidup manusia selalu membutuhkan informasi. Informasi merupakan sarana yang penting bagi kemajuan serta keberhasilan seseorang. Dengan informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang ataupun akan terjadi di suatu masyarakat atau negara. Dengan informasi pula orang dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hidupnya.

Tentang arti pentingnya informasi tersebut, Phil Astrid S Susanto menyatakan sebagai berikut : ”Dalam hidup manusia, maka informasi mempunyai peranan yang penting,; 90 persen kegiatan manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dalam komunikasi maka terjadilah proses penyesuaian diri manusia Tentang arti pentingnya informasi tersebut, Phil Astrid S Susanto menyatakan sebagai berikut : ”Dalam hidup manusia, maka informasi mempunyai peranan yang penting,; 90 persen kegiatan manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dalam komunikasi maka terjadilah proses penyesuaian diri manusia

Mengenai pentingnya kegiatan komunikasi bagi manusia, Charles R Wright menyetakan sebagai berikut : Bahwa kegiatan komunikasi merupakan kegiatan yang sangat mendasar

dan vital bagi umat manusia. Dikatakan setiap individu mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya, dengan demikian menetapkan kredibilitasnya sebagai seorang anggota masyarakat, sehingga meningkatkan kesempatan individu tersebut untuk tetap hidup; sedangkan tidak adanya kemampuan itu pada seseorang individu dianggap sebagai suatu patologi kepribadian yang serius. (Charles R. Wright, 1989:72)

Dari pengertian di atas, bahwa kebutuhan informasi akan terbentuk apabila terdapat kesenjangan antara apa yang akan dicarinya dengan apa yang telah diperolehnya mengenai sesuatu yang penting di sekitarnya. Dalam hal ini, kebutuhan informasi dapat terjadi manakala individu memandang pengetahuan yang dimiliki tentang suatu objek atau lingkungan tidak memadai.

Komunikasi pada akhirnya berkembang menjadi lebih khusus dalam bidang pemasaran, yaitu komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang terjadi antara pembeli dan penjual yang di dalamnya meliputi pemberian stimulus dengan harapan memperoleh respon yang diinginkan dan dapat digunakan dalam mengambil keputusan pemasaran. (Tom Brannan, 1998)

Promosi merupakan jenis kegiatan pemasaran perusahaan yang ditujukan untuk mendorong permintaan. Semakin gencar kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan diharapakan konsumen semakin tertarik dan terpengaruh untuk membeli produkbarang maupun jasa yang dihasilkan dan ditawarkan oleh perusahaan.

Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi membeli dan tetap mengingat produk tersebut. (Saladin, 2003: 123) Ada beberapa tujuan promosi yang ingin dicapai perusahaan, yakni :

· Modifikasi Tingkah Laku Promosi berusaha merubah tingkah laku dan pendapat dan memperkuat

tingkah laku yang ada. Penjual (sebagai sumber) selalu berusaha menciptakan kesan baik tentang dirinya (promosi kelembagaan) atau mendorong pembelian barang dan jasa perusahaan.

· Memberitahu Kegiatan promosi itu dapat ditujukan untuk memeberitahu pasar yang

dituju tentang penawaran pasar.

· Membujuk Promosi bersifat membujuk (persusive) umumnya kurang disenangi oleh

sebagian masyarakat. Namun pernyataannya sekarang ini justru yang banyak muncul adalah yang bersifat persuasif

· Mengingat Promosi yang bersifat mengingat dilakukan terutama untuk

mempertahankan merk produk di hati masyarakat dan perlu dilakukan selama tahap kedewasaan di dalam siklus kehidupan produk. (Dharmesta dan Iraqan, 2005: 353-355) Selain memiliki tujuan tertentu, promosi juga memiliki beberapa fungsi

antara lain : antara lain :

2. Menciptakan dan menumbuhkan interes pada diri calon pembeli. Perhatian yang sudah diberikan oleh seseorang mungkin akan dilanjutkan pada tahap berikutnya atau mungkin berhenti. Yang dimaksudkan dengan tahap berikutnya ini adalah timbulnya rasa tertarik dan rasa tertarik ini yang akan menjadi fungsi utama promosi.

3. Pengembangan rasa ingin tahu (desire) calon pembeli untuk memiliki barang yang ditawarkan. Hal ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Setelah seseorang tertarik pada sesuatu, maka timbul rasa ingin memilikinya. Bagi calon pembeli merasa mampu (dalam hal harga, cara pemakaiannya, dan sebagainya), maka rasa ingin memilikinya ini semakin besar dan diikuti oleh suatu keputusan untuk membeli. (peminatanmanajemenpemasaran007.blogspot.com, 6 Juli 2011).

Bauran promosi atau promotional mix, seperti yang diungkapkan oleh J. Staton adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lain, yang semuanya direncanakan untuk mencapai tujuan programm penjualan. (Basu Swastha, 1999:349) Menurut Kotler, bauran komunikasi pemasaran terdiri atas lima alat utama :

· Iklan (advertising) Yaitu semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang, dan

jasa

yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.

· Promosi penjualan (sales promotion) Berbagai intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba

Berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.

· Penjualan personal (personal selling) Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan

presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan. · Pemasaran langsung (direct marketing)

Penggunaan surat, telepon, faksmili, e-mail, dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dengan calon pelanggan.

Di dunia pariwisata, promosi priwisata digunakan untuk menarik wisatawan agar mau berkunjung ke sebuah objek wisata, begitu juga dengan pemerintah daerah Kabupaten Sragen yang melakukan promosi agar para wisatawan mau berkunjung ke Museum Purbakala Sangiran.

Dalam hal ini, promosi pariwisata meliputi cara kerja/sistem/bentuk yang tetap dan berulang, dan juga merupakan tindakan pelaku yang selalu memperhatikan respon penerimanya. Promosi komunikasi pemasaran Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen dapat berupa bentuk-bentuk sebagaimana yang digambarkan oleh Kotler, antara lain periklanan (advertising), Promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relations and publicity ), penjualan personal (personal selling), pemasaran langsung (direct marketing).

3. Pengertian Pariwisata

Secara etimologis kata ”pariwisata” diambil dari bahasa Sansekerta yang merupakan gabungan dari kata ”pari” yang berarti berulang-ulang, banyak,

pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berulang-ulang. Kepariwisataan dapat dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, misal sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau penyebaran orang-orang pada tapal batas suatu negara (pariwisata internasional). Proses bepergian mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan saling pengertian insani, perasaan-perasaan, motivasi, tekanan-tekanan, kepuasan, kenikmatan, dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. (H. Oka A. Yoeti, 1990:109)

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru tersebut, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatn, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. (Salah Wahab: 1996:5)

Pemasaran wisata diartikan sebagai proses manajemen dimana organisasi pariwisata nasional dan/atau badan-badan usaha wisata dapat mengidentifikasi wisata pilihannya baik yang aktual maupun potensial, dapat berkomunikasi dengan mereka untuk meyakinkan dan mempengaruhi kehendak, kebutuhan, motivasi, kesukaan, hal yang tidak disukai, baik pada tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional, serta merumuskan dan menyesuaikan produk wisata mereka secara tepat, dengan maksud mencapai kepuasaan optimal wistawan sehinnga dengan begitu mereka dapat meraih saran-sarannya. (Salah Wahab, 1997:28)

Perubahan-perubahan teknologi, sosiologi, ekonomi, dan bahkan politik, membuktikan kebijakan untuk menciptakan mempertahankan kepuasan pelanggan sebagai tujuan akhir dan pusat kebijakan organisasi pariwisata dalam mencapai tujuan-tujuannya.

Dalam kepariwisataan yang kini merupakan salah satu industri yang komplek maka organisasi-organisasi pariwisata nasional khususnya di negara- negara penerima wisatawan, harus ditata, diorganisasi dan dijalankan menurut konsep-konsep manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Hal ini dilakukan apabila tujuan-tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan pariwisata yang ingin dicapai.

4. Pengertian Wisatawan

Pengertia wisatawan menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1999, Bab I pasal 1.2 adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Menurut Soekadijo wisatawan itu ialah orang yang mengadakan perjalan dari tempat kediamannya tanpa menetap ditempat yang didatanginya atau hanya untuk sementara waktu tinggal di tempat yang didatanginya (1996:3). Sementara itu Oka A. Yoeti berpendapat, wisatawan adalah orang yang ingin memenuhi kebutuhan–kebutuhan setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Kebutuhan itu antara lain seperti melihat objek wisata, tata cara hidup masyarakat bangsa dan hasil kebudayaan (1999:35). Ia menambahkan bahwa dalam industri pariwisata, wisatawanlah yang menjadi pelanggan unit-unit usaha kepariwisataan yang tersebar di DTW di Indonesia.

wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat yang bertujuan menikmati keindahan suatu objek serta ingin tinggal meneta atau melakukan kegiatan bisnis. Jadi pebgertian wisatawan difokuskan pada orang atau kelompok orang sementara pariwisata berfokus pada kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.

5. Modal Kepariwisataan (Tourism Asset)

Menurut

Soekadijo

modal kepariwisataan

(tourism assets )

sering disebut juga sumber kepariwisataan. Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Terdapat tiga modal kepariwisataan, yaitu :

a. Modal dan potensi alam Yang dimaksud dengan alam di sini ialah alam fisik, fauna, dan floranya. Semua kondisi alam yang dapat menarik kedatangan wisatawan itu juga dapat dinikmati oleh wisatawan tamasya, yang sekedar datang untuk melihat-lihat perkemahan di hutan, bungalo-bungalo di tempat peristirahatan atau sekedar menyaksikan orang-orang beramai-ramai berekreasi.

Yang dimaksud kebudayaan di sini ialah kebudayaan damlam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau perikehidupan keraton dan sebagainya, akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat: pakaiannya, cara bicara, kegiatannya di pasar, dan sebagainya. Karena luasnya kebudayaan dalam arti ini, ada baiknya untuk membuat klasifikasi dari apa saja yang termasuk kebudayaan itu. Klasifikasi kebudayaan itu dapat diwujudkan sebagai berikut:

1. Kebudayaan warisan (tourist heritage) · Semua berwujud artifact.

2. Kebudayaan hidup · Kebudayaan tradisional,

· Kebudayaan kontemporer.

c. Modal dan potensi manusia Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan bukan hal yang luar biasa, meskipun gagasannya mungkin akan membuat orang tersentak. Sudah tentu manusia sebagai atraksi wisata tidak bolehkedudukannya begitu direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebgai manusia. Tidak boleh manusia yang satu sekedar menjadi objek kesenangan atau pemuas nafsu bagi manusia yang lain. (1996:49-57)

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990, objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. (Nyoman S Pendit, 1999:16)

Di Kabupaten Sragen terdapat banyak objek wisata yang dapat di kunjungi para wisatawan, antara lain: Museum Purbakala Sangiran, Pemandian Air Panas Bayanan, Kolam Renang Kartika, Gunung Kemukus, dan lain-lain.

Objek wisata yang indah dan terawat akan mendatangkan banyak wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Sebuah contoh dikemukakan oleh Totok Sarsito bahwa:

Suatu air terjun yang berada di tengah-tengah hutan lebat dan tertutup oleh tumbuh-tumbuhan liar baru bisa menjadi objek wisata yang menarik untuk dikunjungi setelah dibersihkan, dibuatkan jalan dan tangga untuk menuju ke lokasi air terjun itu, dan mungkin juga dibuatkan taman-taman bunga, bangunan- bangunan untuk peristirahatan atau untuk berteduh, pagar-pagar pengaman dan lain sebagainnya, sehingga menjadi tempat yang layak untuk dikunjungi. (2006 :68)

Dari contoh di atas dapat di simpulkan bahwa sebuah tempat dapat dijadikan sebagi objek wisata apabila segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadikan tempat tersebut sebagai objek wisata maka semua harus disediakan mulai dari tempat yang indah dan bersih, jalan yang mudah dilalui, penginapan yang nyaman, sampai dengan fasilita-fasilitas yang mendukung lainnya sehingga para wisatawan mau berkunjung ke objek wisata tersebut.

7. Jenis dan Bentuk Pariwisata

Pariwisata banyak sekali jenis dan bentuknya, Nyoman S. Pendit

Merupakan perjalanan wista yang dilakukan dengan meksud untuk mengetahui dan memepelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat- istiadatmereka, cara hidup mereka, budaya dan seni didaerah atau negara yang dikunjungi.

b. Wisata Kesehatan Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat-tempat peristirahatan seperti mata air

panas, dll.

c. Wisata Olah raga Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berolahraga atau untuk mengikuti kegiatan olah raga, misalnya Asean Games, Olympiade, bisa juga kegiatan berburu dan memancing atau berenang.

d. Wisata Komersial Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri dan pemran dagang.

e. Wisata Industri Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

f. Wisata Politik Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam kegiatan politik. Misaknya penobatana Ratu Inggris, Perayaan Kemerdekaan, Kongres atau konvensi politik yang disertai darmawisata.

g. Wista Konvensi Perjalanan yang dilakukan untuk mengikuti konvensi atau konferensi. Misalnya APEC, KTT Non Blok.

h. Wisata Sosial Merupakan pengorganisasian atau perjalanan yang murah serta mudah untuk memberi kesempatan golongan masyarakat ekonomi lemah untuk berwisata, seperti misalnya: kaum buruh, pemuda, pelajar, petani, dll.

i. Wisata Pertanian Perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan untuk kepentingan studi, riset atau studi banding atau sekedar melihat-lihat pemandangan alam yang natural dan indah.

j. Wisata Maritim Wisata ini dikaitkan dengan kegiatan olah raga air, lebih-lebih di danau, pantai, laut, kegiatannya seperti memancing, berenang, menyelam, berselancar, dll.

k. Wisata Cagar Alam Perjalanan untuk berkunjung ke daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan. Dengan tujuan untuk menikmati keindahan alam, melihat berbagai binatang ataupuin tumbuhan.

l. Wisata Buru l. Wisata Buru

m. Wisata Pilgrim Wisata ini banyak dikaitakn dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan perombongan ketempat-tempat suci, ke makam, dll.

n. Wisata Bulan Madu Perjalanan yang dilakukan oleh sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus seperti kamr pengantin, dekorasi, cermin, dll.

Di Sragen terdapat wisata kesehatan, wisata maritim, dan wisata industri. Di beberapa daerah dikembangkan wisata industi yang menitik beratkan pada indutri batik yang mulai bangkit dan menjadi salah satu ciri khas kota Sragen.

Di sisi lain itu Nyoman S, Pendit (1999:40-41) juga menjelaskan mengenai bentuk-bentuk pariwisata yaitu :

1. Menurut asal wisatawan. Pertama-tama perlu diketahui apakah asal wisatawan ini dari dalam atau dari luar negeri. Kalau asalnya adalah dalam negeri sendiri yang berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah tempat sementaradi dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri selama ia mengadakan perjalanan, maka ia dinamakan pariwisata domestik, sedangkan kalau datang dari luar negeri dinamakan pariwisata internasional.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran. Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wistawan ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian orang warga negaranya keluar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri negarannya yang dinamakan pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu. Kedatangan wisatawan disuatu tempat diperhitungkan pula menurut waktu lamanya dia tinggal ditempat bersangkutan. Hal ini meninmbulkan istilah pariwisata jangka pendek dan panjang, yang mana tergantung pada ketentuan-ketentuan yang berlaku di suatu negara untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksudkan.

4. Menurut jumlah wisatawan. Perbedaan ini di perhitungkan atas jumlahnya wistawan yang datang, apakah sang wisatawan datang sendiri atau dalam suatu rombongan. Maka timbullah istilah pariwisata tinggal dan pariwisata rombongan.

wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api, dan pariwisata mobil, tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api, atau mobil.

Di Sragen wisatawannya sebagian besar adalah wisatawan domestik dan sebagian kecil wisatawan asing, mereka biasanya datang sendiri atau berombongan dengan menggunakan alat angkut seperti bus, mobil, dan sepeda motor.

8. Perencanaan, Tujuan, dan Dampak Pengembangan Pariwisata

a. Perencanaan Pengembangan Pariwisata

Dalam pengembangan pariwisata diperlukan perencanaan terlebih dahulu. Oka A. Yoeti (1997: 13-14), merumuskan prinsip-prinsip perencanaan pariwisata:

1. Perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan pembangunan kepariwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka kerja dari pembangunan.

2. Seperti halnya perencanaan sektor perekonomian lainnya perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan terpadu dengan sektor-sektor lainnya

dengan bidang kepariwisataan.

3. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daetah haruslah dibawah koordinasi perencanmaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan.

4. Perencanaan suatu daerah utuk tujuan pariwisata harus pula berdasarkan suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya daerah sekitar.

5. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan sekitar dengan memperhatikan factor geografis yang lebih luas dan tidak meninjau dari segi administrasi saja.

6. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan kepriwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan factor ekologo daerah bersangkutan.

7. Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya memeperhatikan masalah social yang mungkin ditimbulkan.

8. Pada masa-masa yang akan dating jam kerja para buruh dan karyawan akan 8. Pada masa-masa yang akan dating jam kerja para buruh dan karyawan akan

9. Pariwisata walau bagaimana bentujnya, tujuan pembangunannya tidak lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa membedakan ras, agama, dan bahasa, karena itu pengembangan kerjasama dengan bangsa lain yang saling menguntungkan.

Dengan adanya perencanaan maka para pelaksana dalam suatu organisasi akan mengetahui apa yang harus dilakukan, memudahkan dalam melakukan kerjasama, koordinasi serta diharapkan mampu memperkecil resiko yang timbul. Dinas Pariwisata melakukan perencanaan pengembangan pariwisata setelah melalui berbagai survey dan studi kelayakan terhadap potensi wisata yang ada di Kabupaten Sragen serta keinginan wisatawan.

b. Tujuan pengembangan Pariwisata

Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu negara sangat erat dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Dengan perkataan lain, pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan memperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat banyak.

Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih bersifat non-ekonomis. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menikmati keindahan obyek tersebut, sehingga hal ini akan mendorong untuk senantiasa memelihara dan menjaga kelestarian suatu obyek wisata. Adanya Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih bersifat non-ekonomis. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menikmati keindahan obyek tersebut, sehingga hal ini akan mendorong untuk senantiasa memelihara dan menjaga kelestarian suatu obyek wisata. Adanya

Dalam Undang-Undang No.9 tahun 1969 tentang kepariwisataan pasal 3 dinyatakan tujuan penyelenggaraan atau pengembangan kepariwisataan bertujuan

a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek wisata dan daya tarik wisata.

b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa

c. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional (Oka A. Yoeti, 1997:195)

c. Dampak Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata ini mempunyai dampak positif maupun negative, maka diperlukan perencanaan yang matang sehingga dapat mengurangi akibat negatif yang dapat ditimbulkannya. Mengenai dampaik positif dari pengembangan pariwisata dijelaskan oleh James J. Spillence (1994) sebagai berikut : Pengembangan pariwisata ini mempunyai dampak positif maupun negative, maka diperlukan perencanaan yang matang sehingga dapat mengurangi akibat negatif yang dapat ditimbulkannya. Mengenai dampaik positif dari pengembangan pariwisata dijelaskan oleh James J. Spillence (1994) sebagai berikut :

b. Sebagai sumber devisa asing

c. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional.

Dampak positif lain dikemukakan R.G Soekadijo antara lain:

1. Menyumbangkan kepada neraca pembayaran sebagai penghasil valuta keras;

2. Menyebabkan pembangunan ke daerah-daerah nonindustri;

3. Menciptakan kesempatan kerja;

4. Dampak pada pembangunan ekonomi pada umumnya melalui ‘dampak pergandaan’ (multiplier effect);

5. Keuntungann sosial yang timbul karena perhatian ralyat pada umumnya terhadap maslah-masalah dunia bertambah luas dank arena adanya pemahaman baru tentang “orang asing dan selera asing”. (1996: 269-270)

Dampak negatif diutarakan oleh Totok Sarsito dalam Jurnal Dinamika Kebudayaan bahwa: Banyak orang yang mengatakan bahwa kepariwisastaan telah