Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu d

Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah
ini berjudul “Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati
dalam Legenda Pulomajeti”.
Dalam penyusunan makalah ini, terdapat kesulitan dan hambatan, akan
tetapi karena mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga hal-hal tersebut bisa
teratasi. Oleh karena itu, terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun,
semoga penyusunan makalah ini tidak sia-sia dan makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, oleh
karena itu, diharapkan dapat menerima kritik dan saran yang membangun.

Bandung, 3 Juni 2016

Peneliti

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Banyak sekali folklor lisan yang tersebar di Indonesia, dari Sabang sampai
Merauke, banyak terdapat folklor lisan yang memiliki keunikan dan ciri khas dari
daerahnya masing-masing. Folklor lisan adalah sub materi dari Folklor. Kita tahu
bahwa folklor adalah kebudayaan suatu kolektif atau kelompok yang diwariskan
secara turun-temurun. Menurut Dananjaja (1984: 21) Folklor dibagi menjadi tiga,
yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan.
Dalam makalah ini, peneliti akan merujuk pada materi folklor lisan.
Menurut Danandjaja dalam buku Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan
lain-lain (1984, 21-22), Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang
murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk ke dalam kelompok
besar ini antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat
tradisional, dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa,
pepatah dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (d) puisi rakyat,
seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda,
dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat.
Dalam folklor lisan, tidak boleh ada seseorang yang menonjol atau milik
perseorangan, karena folklor lisan bersifat komunal (milik bersama), dan anonim.
Sebagaimana pengertian folklor yang menyatakan bahwa folklor diwarisakan
secara turun temurun, folklor lisan pun sudah pasti diwariskan secara turuntemurun. Namun, dari pewarisan itu, biasanya folklor lisan memiliki variasi,

karena folklor lisan diwariskan secara lisan, dan tidak ada residu. Bukan hanya
itu, alasan mengapa folklor lisan memiliki variasi, karena masyarakat biasanya
mengikuti perkembangan zaman.
Dalam makalah ini, peneliti akan mengkaji sebuah cerita prosa rakyat yang
berbentuk legenda. Menurut Danandjaja (1984:50), “Legenda adalah prosa rakyat

yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar
terjadi, tetapi tidak dianggap suci.” Banyak orang sulit membedakan legenda
dengan mite, karena keduanya dianggap suci oleh yang empunya cerita. Namun,
legenda pada umumnyaberupa sejarah atau cerita asal muasal terbentuknya suatu
tempat atau nama tempat. Berbeda dengan mite menurut Danandjaja, (1984:51),
“Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia
pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam,
dan sebagainya”.
Di kota Banjar, Jawa Barat, terdapat desa yang konon di dalamnya dihuni
kerajaan bangsa onom (siluman). Tempatnya bernama Pulo Majeti atau sering
disebut rawa onom (siluman), berada di desa Siluman Baru, Kecamatan
Purwaharja, Kota Banjar. Tempat ini kerap dihuni oleh bangsa siluman dari
kerajaan Pulomajeti. Walaupun tak terlihat dengan kasat mata, masyarakat
meyakini adanya bangsa siluman tersebut dengan adanya barang peninggalan

tempat Ratu bersemedi, banyak orang lokal maupun luar datang ke Rawa Onom
untuk meminta bantuan kepada bangsa siluman, dan banyaknya pernyataan yang
konon pernah melihat bangsa siluman dan megahnya kerajaan Pulomajeti.
Terdapat cerita yang belum orang lain tahu berasal dari kerajaan ini, yaitu
kisah perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Putri Gandawati dalam legenda
Pulomajeti. Tidak banyak yang tahu bahwa pada zaman dahulu, kerajaan
Pulomajeti dipimpin oleh Raja, yaitu Nabi Sulaiman atau sering dipanggil Prabu
Selang Kuning Sulaeman Anom. Masyarakat hanya tahu bahwa pemimpin
kerajaan hanyalah seorang Ratu, yaitu Putri Gandawati.
Ketidaktahuan masyarakat terhadap cerita legenda ini karena kurang
tahunya penutur akan kejelasan cerita tersebut, sehingga adanya ketakutan, dan
kehati-hatian penutur untuk menuturkan dan mewariskan cerita tersebut. Maka
dari itu, peneliti akan mencoba mengkajinya dengan perlahan-lahan, penuh
ketelitian, dan berhati-hati, agar cerita ini dapat menjadi cerita yang utuh dan
dapat diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Peneliti juga akan

mengkaji cerita tersebut dengan mengaitkan terhadap keyakinan, konteks budaya,
latar sosial budaya masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman

bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa
Siluman?
2. Bagaimana proses penciptaan Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu
dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman?
3. Bagaimana konteks penuturan Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu
dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman?
4. Apa fungsi yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman
bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa
Siluman?
5. Apa makna yang terkandung dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman
bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa
Siluman?
C. Tujuan
1. Mengenai struktur yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman
bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa
Siluman
2. Mengetahui proses penciptaan yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi
Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di
desa Siluman
3. Mengetahui konteks penuturan yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan

Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti
di desa Siluman
4. Mengetahui fungsi dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan
Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman
5. Mengetahui makna dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan
Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Struktur

a. Analisis Alur
Fungsi utama Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu
Gandawati dalam Legenda Pulomajeti dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Kepergian Nabi Sulaiman untuk berkelana mencari tahu keadaan rakyat di
seluruh dunia
2. Terangnya cahaya di suatu tempat membuat Nabi Sulaiman penasaran
3. Didekatinya cahaya oleh Nabi Sulaiman
4. Terangnya cahaya berasal dari Putri Gandawati di tengah negara yang
dikelilingi rawa
5. Kecantikan sang Putri Gandawati membuat Nabi Sulaiman jatuh hati

6. Titahnya Nabi Sulaiman kepada Burung Caladi Bawang untuk
mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati
7. Penolakan Burung Caladi Bawang untuk mengirimkan pesan kepada Putri
Gandawati karena tidak sanggup
8. Dipakaikan mahkota dan barang-barang sakti milik Nabi Sulaiman kepada
Burung Caladi Bawang agar menuruti keinginan Nabi Sulaiman
9. Dikirimkannya pesan kepada Putri di keraton saat Putri tengah tertidur
10. Kagetnya sang Putri Gandawati saat terbangun oleh adanya Burung Caladi
Bawang membawa pesan
11. Dibacanya pesan dari Nabi Sulaiman oleh Putri Gandawati
12. Keinginan Putri Gandawati untuk bertemu Nabi Sulaiman
13. Dikirimkannya surat oleh Putri kepada Nabi Sulaiman melalui 2 pengawal
14. Kedatangan Nabi Sulaiman ke kerajaan Onom
15. Kesepakatan Putri Gandawati dan Nabi Sulaiman untuk menikah
16. Berlangsungnya pernikahan Putri Gandawati dengan Nabi Sulaiman di
kerajaan Onom
17. Diangkatnya Nabi Sulaiman menjadi Raja di kerajaan Onom
18. Kelahiran anak perempuan dari Putri Gandawati dengan Nabi Sulaiman
yang bernama Nyai Mae Mayang Maemunah
19. Pembersihan jimat milik Nabi Sulaiman di kamar mandi

20. Dikaitkannya jimat milik Nabi Sulaiman di bilik kamar mandi
21. Pencurian jimat milik Nabi Sulaiman oleh Jin
22. Dipakainya jimat itu oleh Jin
23. Berubahnya wujud Jin menyerupai Nabi Sulaiman
24. Penyamaran Jin menjadi Raja di kerajaan Onom
25. Kesaktian Nabi Sulaiman hilang karena jimatnya hilang
26. Kepergian Nabi Sulaiman keluar dari kerajaan
27. Kekacauan dan kesengsaraan dialami kerajaan Onom saat Jin menyamar
menjadi Raja
28. Kesadaran seorang pendeta saat melihat Sang Raja berbeda dengan Raja
yang sesungguhnya

29. Pemberitahuan kepada rakyat oleh pendeta untuk tidak tunduk kepada
perintah Jin yang menyamar menjadi raja
30. Tindakan warga untuk tidak tunduk atas perintah Jin yang menyamar
menjadi Raja
31. Kesadaran Jin bahwa jimat sudah tidak sakti lagi
32. Dibuangnya jimat ke laut selatan oleh Jin
33. Ditemukannya jimat oleh Nabi Sulaiman di laut selatan
34. Kesaktian Nabi Sulaiman kembali setelah memakai jimat

35. Ketentraman di kerajaan Onom kembali lagi setelah datang Raja yang
sesungguhnya
36. Niat Nabi Sulaiman untuk pergi dari kerajaan Onom setelah kerajaan
kembali tentram dan mewariskan jimat, mahkota, dan 1 pohon dengan 4
dahan ke anak cucunya
37. Kepergian Nabi Sulaiman ke negara asalnya
38. Perebutan jimat dan mahkota oleh anak cucunya dan dimenangkan oleh
Syarif Hidayattullah
Legenda alam gaib yang dipercaya oleh masyarakat Banjar dipercaya
bahwa adanya kerajaan siluman yang dipimpin oleh Putri Gandawati. Konon
katanya, ada seorang Nabi yang berkelana untuk mencari tahu keadaan rakyatnya
(f.1). Di suatu tempat, ia melihat cahaya terang dan ia penasaran (f.2), ia
mendekati cahaya itu (f.3). Ternyata, cahaya itu berasal dari Putri Gandawati yang
berada di negara yang dikelilingi rawa (f.4). Kecantikan Sang Putri membuat Nabi
Sulaiman jatuh hati (f.5).
Nabi Sulaiman memerintahkan burung Caladi Bawang untuk mengirimkan
pesan kepada Putri Gandawati (f.6), namun Burung Caladi Bawang menolak
karena tidak sanggup (f.7). Burung Caladi Bawang dipakaikan mahkota dan
barang-barang sakti milik Nabi Sulaiman (f.8), burung Caladi Bawang
menyanggupi dan mengirimkan pesan milik Nabi Sulaiman ke Putri Gandawati

yang saat itu sedang tertidur (f.9). Sang Putri kaget akan datangnya burung Caladi
Bawang yang sedang membawa pesan (f.10), dan Sang Putri membaca pesan dari
Nabi Sulaiman (f.11).

Putri Gandawati ingin bertemu dengan Nabi Sulaiman (f.12), ia
mengirimkan surat kepada Nabi Sulaiman melalui 2 pengawal (f.13). Akhirnya,
Nabi Sulaiman datang ke kerajaan Onom untuk menemui Putri Gandawati (f.14).
Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati sepakat untuk menikah (f.15). Mereka
menikah (f.16), dan Nabi Sulaiman diangkat menjadi Raja di kerajaan Onom
(f.17). Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati dikaruniai anak yang bernama Nyai
Mae Mayang Maemunah (f.18).
Nabi Sulaiman mencuci jimat di kamar mandi (f.19), setelah bersih, jimat
itu dikaitkan di bilik kamar mandi (f.20). Jin melihat jimat itu, lalu ia mencurinya
(f.21). Jimat itu dipakai oleh Jin (f.22), saat memakainya, Jin berubah menyerupai
Nabi Sulaiman (f.23), dan Jin menyamar menjadi Raja di kerajaan Onom (f.24).
Saat membuka bilik kamar mandi, Nabi Sulaiman kaget karena melihat
jimatnya hilang, otomatis kesaktiannya pun menghilang (f.25), ia memutuskan
untuk pergi keluar dari kerajaan (f.26).
Di dalam kerajaan, keadaan pun menjadi kacau dan rakyat menjadi
sengsara karena Jin menyamar menjadi Raja (f.27). Ada seorang pendeta

menyadari bahwa Raja itu bukanlah Raja yang sesungguhnya (f.28), pendeta pun
memberitahukan kepada rakyat untuk tidak tunduk kepada Raja itu, yang
sesungguhnya adalah Jin yang menyamar menjadi Raja (f.29), rakyat pun tidak
tunduk terhadap perintahnya (f.30).
Melihat rakyat tidak tunduk atas perintahnya, ia meyakini bahwa jimatnya
tidak sakti lagi (f.31). Jimat itu dibuang oleh Jin ke laut selatan (f.32). Saat Nabi
Sulaiman berkelana ke laut selatan, ia melihat orang-orang sedang mencari ikan,
lalu ia pun membantu mencari ikan. Setalah membantu mencari ikan, ia diberi
buah nangka. Saat membelahnya, ia menemukan jimatnya (f.33), jimat itu
dipakainya (f.34), dan kesaktian Nabi Sulaiman kembali (f.34).
Nabi Sulaiman kembali ke kerajaan. Saat ia kembali, kerajaan pun menjadi
aman dan tentram (f.35). Melihat kerajaan sudah kembali pulih dari kekacauan
kemarin, ia memutuskan pergi dari kerajaan dan mewariskan mahkota, jimat, dan

1 pohon dengan 4 dahan yang memiliki arti disetiap dahannya kepada anak
cucunya (f.36). Nabi Sulaiman pergi ke negara asalnya (f.37). Setelah kepergian
Nabi Sulaiman, jimat dan mahkotanya diperebutkan oleh anak cucunya, dan yang
memenangkannya adalah Syarif Hidayattullah (f.38)

Bagan fungsi nomor 1 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 2.

Bagan fungsi nomor 2 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 3. Bagan
fungsi nomor 3 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 4 dan bagan fungsi
nomor 5. Bagan fungsi nomor 5 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 6
dan memiliki hubungan kausalitas dengan bagan fungsi nomor 15. Bagan fungsi
nomor 6 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 7. Bagan fungsi nomor 7
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 8. Bagan fungsi nomor 8
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 9. Bagan fungsi nomor 9
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 10.
Bagan fungsi nomor 10 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 11.
Bagan fungsi nomor 11 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 12. Bagan
fungsi nomor 12 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 13 dan memiliki
hubungan kausalitas dengan bagan fungsi nomor 15. Bagan fungsi nomor 13
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 14. Bagan fungsi nomor 14
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 15. Bagan fungsi nomor 15
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 16. Bagan fungsi nomor 16
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 17 dan bagan fungsi nomor 18.
Bagan fungsi nomor 17 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 19.
Bagan fungsi nomor 19 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 20. Bagan
fungsi nomor 20 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 21. Bagan fungsi
nomor 21 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 22, bagan fungsi nomor
25 dan memiliki hubungan kausalitas dengan bagan fungsi nomor 27. Bagan
fungsi nomor 22 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 23. Bagan fungsi
nomor 23 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 24. Bagan fungsi nomor
24 tidak mengakibatkan bagan fungsi nomor 25, melainkan mengakibatkan bagan
fungsi nomor 27. Sedangkan bagan fungsi nomor 25 diakibatkan oleh bagan
fungsi nomor 21, setelah itu, bagan fungsi nomor 25 mengakibatkan terjadinya
bagan fungsi nomor 26 dan memiliki hubungan kausalitas dengan bagan fungsi
nomor 27. Bagan fungsi nomor 26 memiliki hubungan kausalitas dengan bagan
fungsi nomor 33.

Bagan fungsi nomor 27 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 28.
Bagan fungsi nomor 28 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 29. Bagan
fungsi nomor 29 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 30. Bagan fungsi
nomor 30 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 31. Bagan fungsi nomor
31 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 32. Bagan fungsi nomor 32
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 33. Bagan fungsi nomor 33
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 34. Bagan fungsi nomor 34
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 35. Bagan fungsi nomor 35
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 36. Bagan fungsi nomor 36
mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 37 dan bagan fungsi nomor 38.
Bagan fungsi nomor 37 mengakibatkan bagan fungsi nomor 38.
B. Analisis Tokoh
Tokoh-tokoh yang tergambar dalam cerita ini ada 9 tokoh, yakni Nabi
Sulaiman, Putri Gandawati, Burung Caladi Bawang, Pengawal, Jin, Pendeta,
rakyat kerajaan Pulomajeti (bersifat kolektif), Nyai Mae Mayang Maemunah, dan
Syarif Hidayattullah.
Pertama, Nabi Sulaiman atau sering disebut masyarakat dengan nama
Prabu Selang Kuning Sulaeman Anom. Tokoh ini merupakan tokoh utama dan
tokoh protagonis dalam cerita. Tokoh ini digambarkan sebagai sosok yang teladan
karena rela berkeliling dunia untuk melihat keadaan rakyatnya, berjiwa
kepemimpinan karena ia seorang Raja di kerajaan Pulomajeti, bertanggung jawab
karena membuat kerajaan menjadi tentram kembali setelah dikacaukan oleh Jin.
Tokoh ini digambarkan sakti karena bisa berbicara dengan Burung Caladi
Bawang, kesaktiannya itu diperoleh dari jimat yang ia punya. Terbukti saat
Burung Caladi menolak untuk mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati,
setelah dipakaikan jimat kepada Burung Caladi Bawang, burung itu menaati
perintah Nabi Sulaiman dan mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati. Namun,
kelemahannya teledor, karena tidak berhati-hati dalam menjaga jimatnya sehingga

jimatnya dicuri oleh Jin, dan Jin dapat menyerupai Nabi Sulaiman sehingga Jin
menyamar menjadi Nabi Sulaiman dan mengacaukan kerajaan.
Tokoh yang kedua yaitu, Putri Gandawati. Tokoh ini juga merupakan
tokoh utama dan tokoh protagonis dalam cerita. Namun dalam cerita, tokoh ini
tidak banyak digambarkan. Padahal menurut penutur, Putri Gandawati adalah
seorang pemimpin kerajaan Pulomajeti dari zaman dahulu hingga sekarang. Putri
Gandawati merupakan tokoh yang terkenal dan dikeramatkan di Pulomajeti oleh
masyarakat. Dalam cerita, Putri Gandawati adalah seorang siluman, tokoh ini
memiliki kesaktian, berjiwa kepemimpinan, dan tokoh ini digambarkan memiliki
kecantikan yang luar biasa, nampak dari eloknya yang dapat memancarkan
cahaya. Menurut masyarakat desa Siluman, Putri Gandawati dikenal sebagai Ratu
yang berhati lembut, tegas, dan bijaksana. Sehingga, banyak masyarakat yang
berbondong-bondong meminta pertolongan kepada Putri Gandawati. Dan terbukti
bahwa, kejayaan kerajaan Pulomajeti dari dulu hingga sekarang adalah hasil dari
kepemimpinan Putri Gandawati.
Tokoh yang ketiga yaitu, Burung Caladi Bawang. Tokoh ini merupakan
tokoh bawahan. Walaupun tokoh ini merupakan hewan, namun tokoh ini dapat
berinteraksi dengan Nabi Sulaiman dan merupakan pengirim pesan dari Nabi
Sulaiman kepada Putri Gandawati. Tokoh ini digambarkan penakut, karena tidak
berani mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati, sehingga, Nabi Sulaiman
harus memakaikan jimatnya dulu agar Burung Caladi Bawang menuruti
perintahnya.
Tokoh keempat yaitu pengawal. Tokoh ini merupakan tokoh bawahan,
sama seperti Burung Caladi Bawang. Tokoh ini digambarkan sebagai pengawal
kerajaan Pulomajeti yang mendapatkan titah dari Putri Gandawati untuk
mengirimkan pesan kepada Nabi Sulaiman.
Tokoh yang kelima yaitu Jin. Tokoh ini merupakan tokoh antagonis. Tokoh
ini digambarkan sebagai tokoh yang membuat kerusakan dan kekacauan terhadap
kerajaan Pulomajeti. Tokoh ini mencuri jimat milik Nabi Sulaiman, lalu ia

berubah seperti Nabi Sulaiman, dan Jin menyamar menjadi Nabi Suleman dan
akibatnya kerajaan menjadi kacau dan rakyat pun menderita.
Tokoh yang keenam yaitu Pendeta. Tokoh ini merupakan tokoh bawahan.
Tokoh ini digambarkan sebagai tokoh yang jujur, karena setelah tahu bahwa raja
membuat kekacauan adalah bukan raja yang sebenarnya, pendeta langsung
memberitahu warga untuk tidak mematuhi perintah raja. Tokoh ini juga yang
pertama kali sadar bahwa raja itu bukanlah raja yang sesungguhnya.
Tokoh yang ketujuh adalah rakyat. Tokoh ini merupakan tokoh kolektif.
Tokoh ini tidak banyak diceritakan. Tokoh ini dapat membuat Jin pergi dari
kerajaan dan tidak lagi menyamar menjadi Nabi Sulaiman karena tokoh ini tidak
lagi mematuhi perintah Jin yang menyamar menjadi Raja.
Tokoh yang kedelapan adalah Nyai Mae Mayang Maemunah. Tokoh ini
merupakan anak dari Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati. Tokoh ini hanya
diceritakan sekilas.
Sama seperti Nyai Mae Mayang Munah, tokoh yang kesembilan yaitu
Syarif Hidayattullah hanya diceritakan sekilas. Tokoh ini merupakan penerus dari
Nabi Sulaiman di kerajaan Pulomajeti.
C. Analisis Latar
a. Latar Tempat
Dalam cerita, terdapat 2 latar tempat yang diceritakan dengan jelas.
Yaitu di kerajaan Pulomajeti dan Laut Selatan. Latar tempat yang
pertama berada di kerajaan Pulomajeti atau sering disebut Rawa
Onom. Di tempat tersebut merupakan tempat tinggalnya Putri
Gandawati sebagai pemimpin kerajaan, dan tempat bertemunya Nabi
Sulaiman dan Putri Gandawati. Saat ini, manusia awam tak tahu lokasi
jelasnya kerajaan Pulomajeti terletak dimana. Hanya manusia yang
memiliki indra keenam dan dibuka mata batin yang bisa melihat.
Namun, penutur meyakini bahwa kerajaan Pulomajeti berada di
lingkungan

Siluman

Baru,

Kelurahan

Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat.

Purwaharja,

Kecamatan

Menurut penutur, kerajaan Pulomajeti merupakan kerajaan yang
tak terhingga megahnya. Dengan pernyataannya “Wah, boleh ke orang
pinter buka mata batinnya, ingin ngeliat kerajaan kaya apa, gak ada
di dunia ini. Istilahnya keagrengannya, keantikannya, jalan pun penuh
dengan bendera merah putih biasa merah putih bendera-bendera.
Boleh bawa orang pinter kesini buka mata batin, mau ngeliat bener?”.
Latar tempat yang kedua adalah Laut Selatan. Laut selatan
merupakan kawasan samudera hindia. Di dalam cerita, Nabi Sulaiman
menemukan jimatnya di laut selatan ketika membantu orang mencari
ikan saat kehilangan kesaktiannya.
b. Latar Waktu
Tidak dijelaskan dengan jelas mengenai latar waktu pada cerita ini.
Namun, terdapatnya tokoh Nabi Sulaiman dalam cerita ini memberi
jawaban bahwa cerita ini terjadi pada masa lampau saat sebelum
masehi. Menurut penutur, kerajaan Pulomajeti tidak mengalami
pergantian malam dan siang, dengan penuturannya “Nyata di alam
kaya nyata begini. Cuma hanya gak ada panas gak ada malam, tetap
kaya terang bulan. Cuaca kalau orang sana”.
D. Analisis Proses Penciptaan
a. Analisis Proses Pewarisan
Proses pewarisan dapat dilakukan dengan proses vertikal dan
proses horizontal. Dalam konteks legenda alam gaib Pulomajeti, proses
pewarisannya dituturkan melalui proses vertikal dan horizontal.
Sebelum penutur diamanatkan untuk menjadi juru kunci Rawa Onom,
pemegang juru kunci Rawa Onom diwariskan dengan proses
horizontal, artinya proses pewarisan dituturkan ke generasi-generasi
selanjutnya. Namun, berbeda dengan sekarang, pewarisan kepada
penutur menggunakan proses vertikal. Artinya, proses pewarisan
dituturkan ke generasi yang sama, dengan perbedaan usia maksimal 50
tahun. Informasi dan ilmu-ilmu yang diperoleh penutur berasal dari

penutur sebelumnya yang ia anggap sebagai guru. Alasan mengapa
proses pewarisan sekarang berbeda dengan sebelumnya, karena
menurut penutur, ada rasa kecemburuan dari keluarga penutur
sebelumnya, sehingga ia mengundurkan diri sebagai juru kunci, dan
mengamanahi kepada penutur sekarang. Penutur sebelumnya sangat
percaya dan meyakini bahwa penutur yang sekarang menjabat siap
untuk menjadi juru kunci di Rawa Onom.
b. Analisis Proses Penciptaan
Penutur melakukan proses penciptaan dengan cara yang
spontan. Maksudnya adalah proses spontan dilakukan dengan cara
mengingat-ingat

informasi

legenda

tersebut.

Penutur

dapat

menjelaskan cerita dengan jelas ketika peneliti memancing penutur
dengan pertanyaan. Sebelumnya, penutur memberi saran untuk
membaca teks berupa cerita legenda tersebut. Jika ada kalimat yang
tidak dimengerti, penutur meminta peneliti untuk bertanya, barulah
penutur menjelaskan dengan jelas mengenai legenda tersebut secara
mendalam, beserta kaitannya dengan keyakinan masyarakat, dan
keadaan kerajaan Pulomajeti.
E.Analisis Konteks Penuturan
a. Analisis Konteks Situasi
a) Waktu
Tidak ada waktu khusus untuk menuturkan Kisah
Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati
dalam Legenda Pulomajeti. Boleh dilakukan kapan saja ketika
mendapatkan waktu luang atau waktu yang tepat.
b) Tujuan
Tujuan dari penuturan Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman
bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti untuk
mengetahui lebih jauh tentang cerita-cerita dibalik kerajaan
Pulomajeti. Banyak masyarakat yang tidak mengetahui cerita ini
sehingga diperlukannya penelitian lebih dalam, dan jika lebih baik

setelah diteliti, hasil dari penelitian itu diwariskan kepada
masyarakat.
c) Peralatan atau Media
Tidak adanya peralatan dalam proses penuturan. Ketika
menuturkan, penutur tidak membaca teks dan dilakukan dengan
spontan. Namun, ketika diminta untuk menceritakan cerita dibalik
kerajaan Pulomajeti, penutur memberikan teks yang berisi Kisah
Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati
dalam Legenda Pulomajeti kepada peneliti, dan penutur keberatan
untuk menceritakan kisahnya secara keseluruhan, dikarenakan
takut adanya kesalahan saat menuturkan.
d) Teknik Penuturan
Tidak adanya teknik khusus dalam proses penuturan. Ketika
proses penuturan, penutur secara jelas mengungkapkan sejarah,
kepercayaan, keadaan kerajaan Pulomajeti, proses pewarisan, dan
keistimewaan kerajaan Pulomajeti. Ketika penutur memberikan
teks yang berisi cerita tersebut, penutur meminta peneliti untuk
membacanya terlebih dahulu, dan jika ada yang tidak mengerti,
peneliti diminta bertanya kepada penutur.

F. Analisis Konteks Budaya
a. Lokasi
Lokasi tempat penutur, berada di Lingkungan Siluman Baru
Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja, Banjar Patroman, Jawa Barat,
yang tepat di lokasi Kerajaan Pulomajeti berada.

Untuk menjangkau lokasi tempat penutur berada, dapat dicapai
menggunakan kereta api dengan tujuan Bandung – Banjar. Untuk
menempuhnya, peneliti menggunakan angkot jurusan Lembang – Stasiun
Hall dari Museum Pendidikan UPI ke Stasiun Bandung dengan jarak 7,2 km.
Apabila arus lalu lintas normal, perjalanan tersebut menghabiskan waktu
sebanyak 20 menit, namun jika arus lalu lintas padat, maka akan
menghabiskan waktu 30-45 menit dengan membayar ongkos angkot sejumlah
Rp 5000,-.

Kemudian setelah sampai di Stasiun Bandung, peneliti melanjutkan
perjalanan ke Banjar menggunakan Kereta Api Indonesia dengan kereta
Lodaya Pagi kelas Eksekutif. Biaya perjalanan menggunakan Kereta Api
Indonesia sebesar Rp 70.000,- dengan menghabiskan waktu perjalanan
sebanyak 4 jam 20 menit.

Dari Stasiun Banjar, untuk menempuh perjalanan ke tempat
penutur, peneliti menggunakan ojek dengan jarak tempuh 5,8 km dan
membayar Rp 20.000,-

Desa Siluman adalah desa yang tidak terlalu ramai. Desa ini
jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Jalannya pun sudah bagus dan
tidak mengalami kerusakan. Desa Siluman dikelilingi oleh
pepohonan rindang, sawah, dan rawa.

Setiap harinya, masyarakat berlalu lalang untuk menjalani
aktivitasnya. Masyarakatnya kebanyakan berprofesi sebagai petani,
pedagang, dan PNS.
Suasana mistis dan keramat begitu terasa ketika peneliti
memasuki desa. Desa Siluman memiliki cagar budaya Pulomajeti

yang diurus oleh penutur. Tempat ini sering diziarahi oleh banyak
orang.

Banyak orang Banjar maupun luar Banjar yang datang ke tempat
ini, kebanyakan dari mereka melakukan ziarah, semedi, dan meminta
bantuan kepada penunggu Rawa Onom. Menurut masyarakat, bukan
masyarakat Banjar yang sering datang ke tempat ini, melainkan orangorang diluar Banjar yang datang, seperti Pangandaran, Bandung, Jakarta,
Ciamis, Tasik, dll.
b. Penutur dan Audiens
Penutur merupakan juru kunci dari Cagar Budaya Pulomajeti.
Penutur bernama Endang Khaerudin, berumur 53 tahun, beliau lahir
tanggal 5 bulan Agustus tahun 1963. Pendidikan terakhirnya adalah SMA.
Aktivitas kesehariannya adalah bertani.
Dalam proses penuturannya, penutur menjelaskan sambil sesekali
merokok. Dalam penuturannya, ia tampak santai dan spontan menjawab
pertanyaan dari peneliti. Dalam proses dialog, penutur tidak sepenuhnya
menjawab pertanyaan dari peneliti. Alasannya karena belum menemukan
titik kebenarannya, dan informasinya belum diberitahu lebih dalam oleh
utusannya. Penutur enggan menceritakan Kisah Perjalanan Nabi
Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti
karena takut adanya kesalahan dalam penyampaian. Maka penutur

meminta peneliti untuk membaca sendiri ceritanya, dan meminta peneliti
untuk bertanya apabila dalam membaca cerita tersebut ada kata yang tidak
dimengerti.
Pada awal proses penuturan, hanya peneliti yang menjadi audiens,
namun saat dipertengahan penuturan, tukang ojek ikut mendengarkan
penuturan. Sehingga jumlah audiens terdiri dari 2 orang, yakni peneliti dan
tukang ojek.
c. Latar Sosial Budaya
Menurut Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan yang bisa
disebut sebagai isi poko dari tiap kebudayaan di dunia, yaitu:
a) Bahasa
Bahasa sehari-hari masyarakat Desa Siluman adalah
bahasa Sunda. Masyarakat Desa Siluman lebih sering
memakai bahasa Sunda dibandingkan memakai bahasa
Indonesia, karena bahasa Sunda merupakan bahasa identitas
mereka. Sesekali mereka memakai bahasa Indonesia dalam
waktu tertentu, dan jika lawan bicara mereka menggunakan
bahasa Indonesia. Di Banjar sendiri, bahasa Sunda masih
melekat dalam penggunaan bahasa sehari-hari, dan aksen
Sunda masih sangat melekat pada masyarakat Kota Banjar.
b) Sistem Pengetahuan
Setiap suku bangsa di dunia biasanya memiliki
pengetahuan tentang (Koentjaraningrat, 2009: 291-293):
(a)
(b)
(c)
(d)

Alam sekitarnya
Alam flora di daerah tempat tinggalnya
Alam fauna di daerah tempat tinggalnya
Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkungannya

(e) Tubuh Manusia
(f) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
(g) Ruang dan waktu
Dalam pengetahuan tentang alam, masyarakat Desa
Siluman sudah mengenal dan menguasai tentang gejalagejala alam. Karena masyarakat Desa Siluman umumnya
merupakan petani, masyarakat menggunakan pengetahuan
tentang gejala-gejala alam agar mereka dapat mengetahui
akan datangnya hujan, kemarau, pergantian musim, dan
gejala alam lainnya.
Umumnya masyarakat Desa Siluman merupakan
petani, dan peneliti melihat pesawahan yang begitu subur,
dan luas membuktikan bahwa masyarakat menguasai
pengetahuan alam flora. Bukan hanya sawah, masyarakat
juga memiliki tanaman rempah-rempah yang biasanya
digunakan menjadi bumbu dapur, umbi-umbian, sayursayuran, dan kacang-kacangan.
Disaat penelusuran Desa Siluman, peneliti melihat
kandang ayam yang terdapat di halaman beberapa rumah
masyarakat, namun tidak dalam jumlah yang besar. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat Desa Siluman mengenal
pengetahuan alam fauna. Tidak ditemukannya hewan liar,
karena desa tersebut merupakan pemukiman warga yang
jarang disinggahi hewan liar, dan hewan pemangsa.
Untuk sistem pengetahuan tentang zat, peneliti
belum menemukan pengamatan mengenai ini dan untuk
bahan-bahan mentah, masyarakat yang bertani pada
umumnya mengolah padi menjadi beras setelah panen,
setelah itu didistribusikan. Lalu masyarakat yang memiliki
tanaman sayur-sayuran, kacang-kacangan, umbi-umbian,

dan rempah-rempah biasanya hanya dikonsumsi sendiri,
atau dibagikan kesanak saudara, dan tetangga, karena lahan
tanaman mereka tidak luas.
Masyarakat umumnya mengetahui pengetahuan
tubuh manusia, dengan adanya kesadaran masyarakat akan
kesehatan. Adanya posyandu untuk balita, adanya bidan,
dan kesadaran apabila terkena penyakit,

masyarakat

langsung memeriksanya ke mantri, atau dokter. Masyarakat
juga dapat mengenal rasa sakit, dengan tindakan cepat
untuk mengobati luka apabila terkena cidera, membeli obat
di warung/ apotek, dan dapat mendiagnosa penyakit ringan
seperti demam, dan influenza.
Masyarakat Desa Siluman dapat memahami sistem
pengetahuan sifat-sifat dan tingkah laku sesama anggota
masyarakat dengan adanya gotong royong ketika kegiatan
bersih-bersih di desa, dan saling membantu apabila
masyarakatnya mengalami kesusahan. Masyarakat biasanya
berinteraksi setiap harinya, dan memahami ekspresi lawan
bicaranya. Masyarakat Desa Siluman menjalin silaturahmi
sehingga

terjalin

kekeluargaan

antar

masyarakatnya.

Masyarakat Desa Siluman saling mengenal masyarakat
desanya dengan dibuktikan ketika peneliti menanyakan
tempat tinggal penutur ke ibu-ibu pedagang, ibu-ibu
tersebut langsung mengenal penutur dan memberi tahu
tempat tinggalnya.
Pengetahuan masyarakat terhadap ruang dan waktu
dapat ditandai dengan keadaan pemukiman Desa Siluman
terlihat tertata rapi dan tidak terlalu padat. Masyarakat juga
bisa menempatkan ruang-ruang dengan tepat. Lalu,

masyarakat mengandalkan perkiraan dan alat-alat sederhana
untuk memperkirakan waktu.
c) Sistem Teknologi
Dalam sistem teknologi, masyarakat Desa Siluman
masih ada yang menggunakan sistem teknologi tradisional,
walaupun saat ini sudah dimasuki zaman modernisasi.
Dalam alat transportasi, masih ada masyarakat yang
memakai sepeda, namun digunakannya sepeda, hanya
dalam perjalanan jarak dekat. Selebihnya, masyarakat
menggunakan sepeda motor, dan ada juga yang memakai
mobil, namun hanya sedikit yang memiliki mobil
dibandingkan dengan motor.
Lalu untuk alat memasak, masih ada masyarakat
yang memakai tungku atau hawu. Menurut masyarakat,
memasak menggunakan hawu lebih enak dan murah
dibandingkan dengan kompor. Namun, penggunaan hawu
untuk memasak ini semakin jarang digunakan karena waktu
pengerjaannya cukup lama dibandingkan dengan kompor
gas, dan hanya digunakan ketika waktu tertentu saja.
Penggunaan kompor minyak tanah juga jarang ditemukan,
karena harga minyak tanah yang melonjak tinggi.
Kita tidak bisa menyangkal akan zaman modernisasi
yang semakin merajalela, begitupun di Desa Siluman juga
banyak

masyarakatnya

yang

menggunakan

telepon

genggam, tv, kulkas, dll. Tidak bisa dipungkiri, teknologi
modern sudah mendominasi masyarakat Desa Siluman.
d) Sistem Mata Pencaharian

Mata

pencaharian

bermacam-macam,

ada

masyarakat
yang

menjadi

Desa

Siluman

petani,

PNS,

pedagang, polisi, dan pegawai swasta. Yang mendominasi
merupakan petani, karena Desa Siluman memiliki sawah
yang luas. Sebagai sambilan, mereka biasanya berdagang,
atau memotong kayu. Masyarakat juga banyak yang
menjadi PNS dalam profesi guru, dan pegawai pemerintah
kota.
e) Organisasi Sosial
Umumnya, masyarakat Desa Siluman mengerti dan
mengetahui bagaimana sistem organisasi. Masyarakat
mengetahui bagaiman bersikap dalam berorganisasi, seperti
bersikap sopan santun terhadap yang lebih tua. Karena
sebagian masyarakat beragama Islam yaitu mengutamakan
laki-laki

menjadi

pemimpin,

dan

umumnya

negara

Indonesia dikepalai oleh laki-laki, maka Desa Siluman juga
dalam organisasi masyarakat, dipimpin oleh laki-laki.
Sistem organisasi sosialnya berbentuk RT dan RW.
f) Religi
Masyarakat

Desa

Siluman

hampir

semuanya

beragama Islam. Karena di Indonesia, khususnya daerah
Sunda, pengaruh agama Islam sangat kuat. Di sana,
terdapat beberapa masjid yang tersedia, setiap malam
jum’at dilakukan pengajian secara rutin, dan banyak
masyarakat yang mengikuti pengajian tersebut. Di desa
tersebut, jarang ditemukannya warga negara yang beragama
non-Islam. Walaupun Desa Siluman sangat kental terhadap
kepercayaan tradisional yang berbau magis, namun
masyarakat masih berpegang teguh untuk beragama Islam,

dan meyakini segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal
dari Allah SWT dan atas kehendak Allah SWT.
g) Kesenian
Dahulu, setiap malam satu syura rutin diadakannya
ritual dengan diberi hiburan berupa kesenian-kesenian khas
sunda. Namun, seiring bergantinya zaman, dan merajanya
modernisasi, ritual tersebut menjadi hilang. Selain pengaruh
modernisasi, masyarakatnya pun menjadi acuh dan kurang
mengapresiasi.
Namun, ketika perayaan besar di Ciamis, dari dulu
hingga sekarang, Bupati Ciamis selalu mengundang bangsa
onom, dengan memberikan fasilitas kamar, sesaji, dan kuda
untuk ditunggangi. Pemerintah Ciamis dan bangsa onom
memang dipercaya memiliki kekerabatan, bahkan katanya,
dalam menjalani pemerintahan, Bupati Ciamis diberi
bantuan oleh bangsa Onom.
d. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Siluman berbeda-beda,
dilihat dengan profesi dan mata pencaharian masyarakat yang berbedabeda. Yang paling menonjol disini adalah perkembangan ekonomi
dibidang pertanian. Dan hasil dari pertanian masyarakat setiap tahunnya
stabil dan berkembang sehingga dapat membantu perekonomian sebagian
besar masyarakat.
G. Analisis Fungsi
Fungsi Folklor menurut William R. Bascom adalah sistem proyeksi, alat
pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, alat pendidikan,
dan alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipatuhi anggota
kolektifnya. Dalam kaitannya Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan

Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti terhadap pengkajian puisi, peneliti
menyimpulkan bahwa legenda ini memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi dan
alat pendidikan.
Sebagai sistem proyeksi, legenda terkait mencerminkan bahwa bangsawan
kerajaan haruslah menikah dengan bangsawan kerajaan lain , seperti Nabi
Sulaiman menikah dengan Putri Gandawati, agar kelangsungan kehidupan
kerajaan dapat berjalan dengan baik, dilihat bahwa seorang bangsawan khususnya
anak raja akan dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin
kerajaan. Ini merupakan sebagai sistem proyeksi di dalam kehidupan kerajaan
selama ini. Apabila dilanggar, seperti anak bangsawan menikah dengan rakyat
biasa, maka keluarga kerajaan akan memisahkan mereka, dan biasanya rakyat
tersebut akan dihukum.
Sebagai alat pendidikan, legenda terkait mengajarkan agar kita tidak boleh
memiliki perilaku yang buruk, walaupun itu hanya perbuatan iseng belaka, namun
dampak yang akan terjadi akan sangat besar, dan merugikan orang lain. Lalu kita
tidak boleh teledor, dan harus menjaga sebaik-baik mungkin terhadap apapun,
karena apabila kita kehilangan tersebut, kita akan merasa merugi dan merasakan
kehilangan. Dan yang terakhir, kita tidak boleh menyerah terhadap apa yang harus
kita perjuangkan. Tidak disarankan untuk melarikan diri ketika kita hendak berada
di bawah. Haruslah kita mencoba berjuang, dan menghadapi kenyataan.
H. Analisis Makna
Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam
Legenda Pulomajeti memiliki beberapa makna, yakni yang pertama pencurian
yang dilakukan Jin sehingga kesaktian Nabi Sulaiman menjadi hilang, dan
kerajaan menjadi kacau balau mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh ceroboh
terhadap sesuatu hal, apalagi terhadap barang yang dianggap penting. Karena jika
kita ceroboh terhadap sesuatu hal, misal barang, lalu barang tersebut memiliki
dampak yang besar bagi orang lain, maka akibatnya pun juga akan lebih besar,
bahkan tidak terkira. Lalu kita tidak boleh memiliki perilaku jahat, seperti

mencuri, merampok, membunuh, dll. Karena perilaku tersebut akan berdampak
buruk bagi orang lain, dan pada akhirnya pelaku kejahatan tersebut akan
mendapatkan ganjaran yang setimpal, dan keburukan akan berbalik kepada
siapapun yang melakukan kejahatan.
Selanjutnya, kadang kita tidak terlalu percaya terhadap sesuatu yang
berbau gaib, karena makhluk gaib memang tidak bisa kita lihat dengan mata
manusia normal. Walaupun begitu, Allah SWT telah menempatkan manusia dan
makhluk gaib secara berdampingan di bumi. Atas pernyataan tersebut dan faktafakta mengenai kerajaan Pulomajeti pun dapat diyakini bahwa makhluk gaib itu
memang ada, dan sudah seharusnya kita meyakini. Namun, dalam meyakininya,
kita tidak boleh menjadi terjerumus ke jalan yang buruk, dan memanfaatkannya
ke dalam hal keburukan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
a. Analisis Struktur
a) Alur
Alur yang terdapat dalam legenda ini terdapat 38 fungsi utama,
yang disetiap fungsinya dapat mengakibatkan sesuatu dan ada
fungsi utama yang memiliki kausalitas dengan fungsi utama
lainnya.
b) Tokoh
Terdapat 9 tokoh dalam Kisah Perjalanan Nabi
Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda
Pulomajeti yakni Nabi Sulaiman, Putri Gandawati, Burung
Caladi Bawang, Pengawal, Jin, Pendeta, rakyat kerajaan
Pulomajeti (bersifat kolektif), Nyai Mae Mayang Maemunah,
dan Syarif Hidayattullah. Namun hanya 3 tokoh yang menjadi
sorotan, yakni Nabi Sulaiman, Puti Gandawati, dan Jin.

c) Latar
Latar tempat yang terjadi di dalam legenda ini adalah
Kerajaan Pulomajeti, dan Laut Selatan. Sedangkan latar waktu
yang terdapat dalam legenda ini adalah tahun sebelum masehi.
b. Analisis Penciptaan
a) Analisis Proses Pewarisan
Dilakukan dengan proses vertikal dan horizontal.
b) Analisis Proses Penciptaan
Dilakukan dengan spontan, yaitu dengan cara mengingatingat informasi legenda tersebut.

c. Analisis Konteks Penuturan
Penutur merupakan juru kunci dari Cagar Budaya
Pulomajeti. Penutur bernama Endang Khaerudin, berumur 53
tahun, beliau lahir tanggal 5 bulan Agustus tahun 1963. Pendidikan
terakhirnya adalah SMA. Aktivitas kesehariannya adalah bertani.
Dalam penuturannya, ia tampak santai dan spontan menjawab
pertanyaan dari peneliti. Alasannya karena belum menemukan titik
kebenarannya,

dan informasinya belum diberitahu lebih dalam

oleh utusannya. Jumlah audiens terdiri dari 2 orang, yakni peneliti
dan tukang ojek. Lokasi penuturan berada di Lingkungan Siluman
Baru Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja, Banjar
Patroman, Jawa Barat.
d. Analisis Fungsi
Legenda ini memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi dan
alat pendidikan. Sebagai sistem proyeksi, legenda terkait
mencerminkan bahwa bangsawan kerajaan haruslah menikah
dengan bangsawan kerajaan lain. Sebagai alat pendidikan, legenda
terkait mengajarkan agar kita tidak boleh memiliki perilaku yang
buruk, tidak boleh teledor, dan tidak boleh menyerah terhadap apa
yang harus kita perjuangkan.
e. Analisis Makna

Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu
Gandawati

dalam

Legenda

Pulomajeti

memiliki

beberapa

makna,yang pertama kita tidak boleh ceroboh terhadap sesuatu hal,
apalagi terhadap barang yang dianggap penting, lalu kita tidak
boleh memiliki perilaku jahat, seperti mencuri, merampok,
membunuh, dll. Karena hal-hal tersebut dapat berdampak buruk
bagi diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya, kita harus
meyakini bahwa makhluk gaib di bumi ini memang benar-benar
ada. Namun, dalam meyakininya, kita tidak boleh menjadi
terjerumus ke jalan yang buruk, dan memanfaatkannya ke dalam
hal keburukan.
B. Saran
Pulomajeti sangat dikenal oleh masyarakat Banjar maupun
di luar Banjar. Namun, tak banyak yang tahu akan cerita-cerita
dibalik kerajaan Pulomajeti. Masyarakat hanya meyakini bahwa
tempat tersebut terdapat kerajaan siluman, tanpa tahu ada cerita
menarik dibalik kerajaan siluman tersebut.
Tidak ditemukannya titik kebenaran cerita tersebut oleh
penutur, kurang ada kesadaran masyarakat untuk mengkaji cerita,
dan kurangnya minatnya untuk berbagi cerita rakyat kepada
generasi penerus adalah hambatan untuk mengekalkan legenda
Pulomajeti
Diharapkan, dari penelitian ini dapat menjadi satu cara
untuk mengekalkan cerita perjalanan Nabi Sulaiman bertemu
dengan Putri Gandawati dalam Legenda Pulomajeti, dan dapat
diwariskan kepada masyarakat dan generasi selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kardiani,

N.

L.

(2013).

Tradisi

Lisan.

[Online].

Tersedia:

http://nashakardiani.blogspot.co.id/2013/05/tradisi-lisan.html
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Lampiran I
Transkripsi
Peneliti

: Bapak, saya Gadis Saktika dari UPI jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.
Penutur

: UPI?

Peneliti

: Universitas Pendidikan Indonesia, guru, IKIP.

Penutur

: Oh IKIP.

Peneliti

: Muhun. Abi dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pak, apasih,

asal mula cerita...
Penutur

: Sejarah.

Peneliti

: Sejarah dari Rawa Onom, adat istiadatnya gimana? Terus yang saya

tau pak, kalau misalnya Rawa Onom itu tempat yang, tempat yang ada tuh bangsa
onom gitu ya, Pak? Atau gimana, Pak? Secara lebih jelasnya.
Penutur

: Secara lebih jelasnya, mungkin ini hanya ceritera ya.

Peneliti

: Iya

Penutur

: Barangkali-barangkali, orang tua zaman dulu juga tidaklah

mengetahui cerita jelasnya, cuman katanya aja kan sambung menyambung gitu.
Peneliti

: Iya, pastikan variasinya berbeda-beda ya, Pak.

Penutur

: Iya, Insyaallah gak akan ada yang sama.

Peneliti

: Iya.

Penutur

: Tapi kalau memang mengenal dan mengetahui walaupun di dep, ah

bukan, bukan di depdikbud apa, di museum ke purbakalaan pun juga ceritera itu
dirangkum dari masa ke masa, dari zaman ke zaman itu Insyaallah, dia itu
merangkul keseluruhan ceritera siapa orang yang menjalani siapa orang yang

mengalami gitu, jadi mungkin prinsip dan pengalaman mungkin, bukan mungkin,
itu emang sudah menjadi kepastian yang berbeda-beda gitu. (Penutur batuk). Itu
yang akan dicari dan dijelaskan itu kepingin tahuan ceritera hal ikhwal Pulau
Majeti?
Peneliti

: Iya. Cerita dari mulai asal kerajaan itu sampai menjadi seperti ini gitu,

Pak.
Penutur

: Kalau sampai saat ini, ya mungkin karena kepanjangnya waktu,

seiring sejalannya waktu sampai sekarang, hal ikhwal, jadi awal muasalnya, nanti
dulu sebentar boleh nunggu?
Peneliti

: Iya, Pak. Gak apa-apa.

Penutur

: Biar lebih jelas takut ada kesalahan dari pembicaraan ya, saya ambil

dulu itu kertas.
Peneliti

: Siap, Pak.

Penutur

: Ceritera itunya yang, dari orang tua juga sih bukan bikinan kita.

Bentar ya.
Peneliti

: Iya, Pak. Punteun ya, Pak.

Penutur

: Wios.

(Peneliti menunggu penutur membawakan kertas yang berisikan cerita aslinya)
Penutur

: Ini cerita yang saya punya, kalau bukunya mah, gak mungkin saya tau

soalnya ada di orang Bunter kalau gak salah.
Peneliti

: Bunter? Sering banyak orang yang kesini ya, Pak?

Penutur

: Ya seringlah, banyak.

Peneliti

: Oh iya sih, pasti pak.

Penutur

: Banyak.

(Peneliti membaca cerita)
Peneliti

: Oh, dari Nabi Suleman?

Penutur

: Iya, menurut ceritera yang itu, tapi yang lainnya kan gak tau. Cuma

yang ada seperti itulah.
(Peneliti kembali membaca cerita, penutur sedang menikmati rokoknya)
Peneliti

: He, kurang ngerti.

Penutur

: Bahasa sunda?

Peneliti

: Bahasa Sundanya.

Penutur

: Boleh ditanya, apa yang gak ngerti, bahasa sundanya yang kalimatnya

yang bagaimana, boleh tanya. Barangkali bisa dijelaskan gitu. Apalagi saya
sendiri orang yang gak menyicipi pendidikan yang lebih tinggi apalagi perguruan.
Neng aja yang menduduki bangku pendidikan perguruan, (sambil tertawa) apalagi
saya. Tapi siapa tau gitu berkat pengalaman sedikit demi sedikit mudah-mudahan
dapat manfaatnya gitu.
(Peneliti kembali membaca)
Penutur

: Bulan kemarin ada dari USU.

Peneliti

: Oh kesini?

Penutur

: Bawa mobil.

(Peneliti kembali membaca)
Peneliti

: Oh dulu ada Putri di sini, di Rawa Onom?

Penutur

: Iya, itulah yang sampai saat ini yang kita damba-dambakan, bukan

kita kan kalau kita keseluruhan mungkin, tapi ya sebahagian orang-orang yang
meminta apa, yang sifatnya orang, tetap kalau meminta cuma hanya yang Tuhan

Yang Maha Kuasa, tetap satu. Cuma hanya jalan syareat, sukang lantaran lah
orang bahasa sunda mah.
(Peneliti kembali membaca ceritanya, lalu ada kata yang kurang dimengerti yaitu
Caladi Bawang)
Peneliti

: Bapak kalau Caladi Bawang itu apa, Pak?

Penutur

: Burung, burung Caladi yang suka mencoknya pun juga di pohon, bikin

sarangnya pun suka di pohon, melobangi pohon, nah itu burung Caladi.
Peneliti

: Mmmm.

Penutur

: Caladi, Cuma mungkin ada beberapa versi yang mungkin satu daerah

sama daerah lain tuh juga namanya beda, ada Caladi Bawang yang sifatnya apa
Caladi yang lainnya gitu. Bervariasi kaya burung-burung apa gitu yang selainlainnya.
Peneliti

: Hmmm.

Penutur

: Itu Caladi yang suka bikin sarang di pohon yang melobangi pohon itu

Caladi namanya, burung Caladi.
Peneliti

: Kaitannya dengan Putri apa, Pak?

Penutur

: Apanya?

Peneliti

: Kan disini dijelaskan kalau misalnya, ku kageulisanana bade

nepangkeun ngajurungan manuk Caladi Bawang, maksudnya itu apa, Pak? Gak
ngerti?
Penutur

: Bade nepangkeun teh jadi sifatnya gini, salah satu burung yang bisa

disuruh sama beliau, melewati dan istilahnya via gitu kan. Via burung, seekor
burung mengirimkan surat ataupun amanah bahwa kanjeng ibu mengundang
seorang raja, bukan raja, belum raja, tapi kenabian kan?
Peneliti

: Iya.

Penutur

: Pada waktu itu kan zaman masih kenabian belum jadi seorang raja.

Seorang raja itu udah menjadi suami istri disini, gitu. Nah, untuk pertemuan itu
mengundang beliau itu dengan menggunakan burung Caladi ini. Mengirimkan
surat istilahnya, amanah gitu.
Peneliti

: Pake mahkota ya, Pak, Caladi Bawangnya teh.

Penutur

: Iya, supaya apa, supaya timbul keberanian, istilahnya bisa

mencalaputra mencalaputri gitu. Pergantian perwujudan pun bisa, sifatnya sepeti
itu. Ya, namanya juga orang sakti zaman-zaman dulu, gak bakalan sekarang mah
gak bakalan ada. Mangkanya gak ada istilah mati, tidak ada istilahnya
pemakaman, kalau untuk ditempat-tempat sakral seperti begini. Cuma hanya apa,
patilasan, pertempatan bekas pertapaannya beliau, tempat semedi sama yang maha
kuasa itu disitulah tempatnya gitu, jadi dibikinlah. Ada yang dibikin kaya pusara
gitukan, pemakaman itu, ada. Padahal itu belum, bukan belum tentu, tapi, cuma
hanya satu ciri gitu, bukan pemakaman asli makam beliau, bukan, gak bakalan
ada, karena beliau bukan mati, tapi silem.
Peneliti

: Berubah atau gimana, Pak?

Penutur

: Ya, terkadang bisa dibilang silem itu bisa perubahan perpindahan antar

apa, raga. Raga di daerah mana, nitis sama seseorang yang orang bisa bener-bener
dipercaya itukan gak bisa ditentukan, tergantung pilihan beliau sendiri. Pindah,
jadi kadang-kadang satu orang satu perwujudan dari asalnya dari sini pindah
tempat, pindah orang, juga nama pun juga laen. Itulah, kesaktian-kesaktian orangorang zaman seperti itu.
Peneliti

: Kalau boleh tau pak nama Putri, siapa pak namanya?

Penutur

: Kanjeng Ibu Ratu Gandawati Ingkanggarwa. Itulah nama yang

sekarang sampai saat ini harumnya gitu beliau, orangnya sangat ramah,
pembawaannya juga gak pernah marah, hampir sama dengan Eyang Hajah Siti
Khadijah, yang dibilang orang Nyi Roro Kidul. Orang suka manggil seperti itu,
tapi bagi saya gak bisa gitu, tau lah. Mungkin, ya justru penemuan-penemuannya

pun juga lain. Banyak perbedaan-perbedaan. Kalau memang sebetulnya itu Ratu
Bilkis.
Peneliti

: Ratu Bilkis?

Penutur

: Itu kan ada disitu?

Peneliti

: Oh iya belum dibaca. (Sambil tertawa).

Penutur

: Biar tamat dulu, nanti yang gak ngerti tanya.

(Peneliti kembali membaca cerita)
Peneliti

: Raja disini yang di