Reynolds Aktor Aktor dalam Politik Inter

Tugas Reading Report Politik Internasional
Nama
NPM
Kelas
Bahan Utama

: Andi Achelya Febrianti
: 1406618801
:A
: P. A. Reynolds, An Introduction to International
Relations, (Longman, 1971), 13-34.
AKTOR-AKTOR DALAM POLITIK INTERNASIONAL

Aktor dalam hubungan internasional adalah pihak yang memiliki peran dan
melakukan interaksi satu sama lain dalam konsep fenomena hubungan internasional yang
lebih luas. Aktor merupakan salah satu elemen fundamental sebagai objek pengamatan dalam
mengkaji ilmu politik, khususnya politik internasional. Tulisan ini akan mencoba
memaparkan penjelasan dari Reynolds mengenai aktor-aktor dan signifikansinya dalam
politik internasional. Penulis akan membagi tulisan ini ke dalam beberapa bagian yakni:
pendahuluan, diikuti dengan isi bacaan, komentar, dan ditutup dengan trigger question.
Reynolds memaparkan suatu kasus yang diambil dari The Times edisi 29 Juli 1968

mengenai ketidakberpihakan India serta keputusan mengejutkan Rusia dalam menyuplai
senjata ke Pakistan yang berisiko pada pemutusan hubungan mereka dengan India yang telah
terjalin dengan baik. Dalam penjabarannya tersebut, disebutkan frase-frase yang berbeda
yang bermain dalam tahap internasional, diantaranya seperti ‘India’, ‘Rusia’, ‘Gandhi’,
‘Kosygin’, dan parlemen India (yang dalam kasusnya mengesahkan tidak adanya resolusi
penyesalan), dan oposisi India.
Reynolds menjelaskan lebih lanjut dengan menguji apa yang dimaksud dengan
kebijakan luar negeri India. Kebijakan merupakan haluan dari tindakan. Sehingga, kebijakan
luar negeri selanjutnya menjadi haluan dari tindakan, atau kisaran tindakan-tindakan yang
mengambil hubungan dari situasi-situasi atau entitas ekstenal pada aktor. Kebijakan luar
negeri India kemudian mengacu pada kisaran dari tindakan eksternal yang dilakukan oleh
aktor yang disebut India. Formulasi ini selanjutnya menghasilkan banyak kesulitan.
Dalam hal ini, tidak jelas apa yang dimaksud dengan kata ‘India’. Kata yang
digunakan tersebut mengimplikasikan bahwa terdapat suatu entitas atau seseorang yang
disebut ‘India’ yang melakukan suatu tindakan. Terbukti tidak ada orang seperti yang disebut
‘India’ itu. Ada orang yang disebut Nyonya Gandhi yang bertindak untuk India, namun belum
ada pemahaman yang lebih jauh mengenai apa itu India. Ada dua kemungkinan mengenai

maksud tersebut, yakni India merupakan area geografis yang ditentukan dan menerima
batasan-batasan secara umum ataupun universal, dan merupakan sekelompok manusia yang

mendiami area tersebut. Suatu area geografis, maupun orang-orang yang berjumlah banyak
dalam praktiknya tidak dapat mengambil tindakan. Dalam praktiknya, tindakan dilakukan
oleh seorang individu atau beberapa individu yang merupakan setengah dari kelompok
tersebut, tetapi kelompok tersebut committed dan terikat secara legal. Perbedaannya dengan
demikian perlu digambarkan antara proses hadirnya keputusan-keputusan untuk mengambil
tindakan pada satu sisi, dan konsekuensi dari tindakan-tindakan tersebut pada sisi yang
lainnya: sebelumnya hanya melibatkan beberapa individu, namun akhirnya melibatkan
keseluruhan kelompok. ‘India mengesahkan traktat non-proliferasi nuklir’ merupakan bentuk
sederhana dari ‘Orang-orang dari setengah kumpulan orang yang mendiami suatu area
geografis yang diketahui sebagai India yang bertindak dalam mengesahkan traktat nonproliferasi nuklir dan kemudian (subjek pada ratifikasi) state of India berkomitmen menaati
syarat-syaratnya.’
Komitmen legal tidak dilakukan oleh orang-orang yang mengesahkan traktat tersebut.
Hal tersebut justru dilakukan oleh state. Jadi terdapat kesadaran bahwa negara sebagai aktor
sama halnya seperti individu yang bertindak untuk kepentingaannya: individu tersebut
merupakan aktor legal. State merupakan entitas legal yang tidak memiliki keadaan konkrit
melainkan bersifat abstrak. State merupakan korporasi dan entitas legal yang mewakilkan
orang-orang yang mendiami suatu teritori yang telah ditentukan, dan memiliki institusiinstitusi untuk mengontrolnya yang didirikan dalam proses tertentu.
State memiliki dua karakteristik spesial. Pertama, mereka memiliki badan-badan yang
berwenang untuk bertindak bagi mereka dan dapat memperoleh hak-hak legal dan tugastugas yang secara umum terikat pada anggota-anggotanya. Kedua, kedaulatan dari state. Hal
ini dapat digambarkan misalnya suatu negara dapat membuat dan menegakkan regulasi

mengenai perilaku warga negaranya, mengenai penggunaan atau pemanfaatan fasilitas umum,
mengenai penerimaan warga negara asing dalam teritori negara, namun regulasi-regulasi
tersebut dibuat dibawah otoritas yang bersumber dari negara dan mereka tidak boleh melebihlebihkan batasan yang ada dalam ketentuan regulasi, ataupun melanggar hukum-hukum yang
ditetapkan oleh negara tersebut.
Reynolds juga menekankan bahwa state yang secara legal berdaulat juga bergantung
pada acceptance atau pengakuan dari negara lain, tidak hanya karena state mengikat warga

negaranya dengan hukum-hukum yang ada. Contohnya, pada tahun 1970 Amerika Serikat
tidak mengakui adanya Republik Rakyat China sebagai state. Bagi Amerika Serikat negara
China merupakan republik yang pemerintahannya mengontrol dan berada di Taiwan.
Hubungan antara Amerika Serikat dan China pada saat itu merupakan hubungan antara
Washington dan Taipei, bukan antara Washington dan Beijing. Tidak ada negosiasi formal
yang dilaksanakan, tidak ada persetujuan yang dibuat, tidak ada kewajiban yang timbul, tidak
ada hak-hak yang diperoleh, tidak ada traktat yang disahkan, dan tidak ada persetujuan
kontrak mengenai pinjaman antara Amerika Serikat dan RRC. Jadi, state untuk secara legal
menjadi aktor dalam level internasional harus diakui sebagai state oleh aktor lainnya: bagi
pemerintahnya harus diakui sebagai pemerintah yang terlegitimasi dari suatu state oleh
pemerintah lainnya.
Selanjutnya, government atau pemerintah disebut sebagai aktor yang berperan dalam
level internasional. Pemerintah terdiri dari orang-orang yang mendirikan organ-organ atau

institusi yang membuat dan menegakkan hukum, dan melaksanakan kebijakan. Mesin
kontrolnya terlibat namun secara tradisional memiliki perbedaan dalam tiga fungsi utama:
membuat hukum atau fungsi legislatif; menginterpretasikan atau meminta ketaatan hukum
atau fungsi yuridis; dan menegakkan hukum dan melaksanakan kebijakan atau fungsi
eksekutif. Di Amerika Serikat, terdapat doktrin pemisahan kekuasaan atau separation of
power yang independen dalam pemerintahan yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Walaupun secara institusional peran dan fungsinya terpisah, dalam penyelenggaraan
pemerintahan masih dapat bercampur. Presiden berperan sebagai kepala eksekutif, juga
sebagai panglima tertinggi. Pembuatan kebijakan luar negeri juga merupakan bagian besar
dari aktivitas eksekutif, seperti menerima informasi dan menentukan informasi yang dapat
dijadikan acuan dalam menentukan tindakan yang tepat bagi pemerintah, memberikan suap,
atau menerbitkan ancaman. Akan tetapi presiden tidak dapat melakukan hal-hal tersebut tanpa
mempertimbangkan sikap dari dan kerjasama dengan kongres. Sebagai seorang panglima
tertinggi, presiden memiliki kekuatan formal dalam mengirimkan pasukan kapan dan
dimanapun ia kehendaki; namun keputusan untuk berperang harus mempertimbangkan
keputusan kongres, dan pasukan-pasukan tersebut bergantung pada keuangan yang telah
disesuaikan oleh kongres untuk kepentingan tersebut.
Berangkat dari state dan pemerintah, Reynolds juga menyebutkan nation sebagai
bagian dari aktor dalam level internasional. Istilah dari nation memang seringkali
membingungkan karena seringkali didefinisikan sinonim dengan kata state. Padahal, nation


tidak hanya secara sederhana didefinisikan sebagai penduduk dari suatu state, tetapi juga
diidentifikasikan dengan perbedaan ras atau asal origin yang sama. Nation hanya dapat
didefinisikan secara subjektif yakni orang-orang yang merasa bahwa mereka merupakan satu
bagian satu sama lainnya. Walaupun memiliki struktur formal yang lemah, aspirasi dan
antipati dari nation berpengaruh terhadap perilaku pemerintah, dan hubungan-hubungan
antara anggota-anggotanya dapat melintasi batas negara.
State dan nation merupakan jenis-jenis dari kelompok-kelompok manusia. Kelompok
lain yang beroperasi dalam level internasional dalam artian memiliki hubungan-hubungan
dan interaksi-interaksi yang melewati batas negara juga teridentifikasi sebagai aktor, yang
disebut sebagai international, supranational, atau transnational institutions. Kelompok
internasional atau supranasional terdiri dari states. Kata supranasional mengacu pada
lembaga yang telah dibuat untuk menjalankan fungsi tertentu, dan yang memiliki power
untuk

mengambil

keputusan

yang


mengikat

anggota-anggotanya

apakah

mereka

berpartisipasi dalam keputusan tersebut atau tidak. Contoh institusi yang paling mencolok
dengan karakteristik supranasionalnya yakni Masyarakat Uni Eropa.
Kemudian, Reynolds berpandangan bahwa kedudukan individu sebagai aktor dalam
politik internasional tidak terlalu signifikan, walau begitu masih tetap dapat dikatakan sebagai
aktor dalam tingkat yang kecil. Misalnya, seorang penulis yang menjual bukunya di negara
lain, seorang turis yang menggunakan mata uang negara lain dan bertemu dengan penduduk
asli negara tersebut, ataupun atlit yang bertanding dalam Olimpiade – dapat digolongkan
sebagai aktor internasional walaupun tidak memiliki konsekuensi yang signifikan dalam
hubungan internasional.
Jika ditarik kesimpulan dari pemaparan Reynolds, aktor-aktor dalam level
internasional terdiri dari states, pemerintah, nations, institusi atau kelompok internasional,

supranasional, dan transnasional, dan individu. Namun kembali ditekankan bahwa aktor yang
berperan paling signifikan dalam level internasional adalah states dan pemerintah sebagai
representatif. Banyak efek dari tindakan pihak-pihak lain yang penting dan berdampak pada
perilaku pemerintah, sebagian besarnya yakni tindakan institusi internasional dan
supranasional merupakan hasil keputusan yang dibuat oleh pemerintah. Sehingga, perilaku
pemerintah dapat menjadi fokus dalam kajian hubungan internasional mikro, mengambil
perilaku aktor-aktor lain sebagaimana pengaruhnya terhadap perilaku pemerintah tersebut.

Secara keseluruhan, Reynolds telah memaparkan secara gamblang mengenai tipe-tipe
aktor dalam menganalisis politik internasional. Penulis berpandangan bahwa aktor
merupakan elemen yang berperan secara fundamental dalam hubungan internasional
sehingga usaha dalam menganalisis fenomena-fenomena politik yang terjadi dapat dilakukan.
Namun demikian, akan lebih baik apabila penjelasan mengenai tipe-tipe aktor yang
dikemukakan oleh Reynolds dibagi menjadi aktor state dan non-state sehingga pemaparannya
akan lebih mudah dipahami. Kemudian, hal yang perlu ditambahkan dalam pemaparan
Reynolds yakni mengenai signifikansi aktor individu sebagai aktor non-state dalam politik
internasional. Penulis tidak menemukan penjelasan yang lebih elaboratif mengenai
signifikansi aktor individu dengan fenomena-fenomena politik yang ada. Padahal, dalam
ilmu hubungan internasional individu juga merupakan salah satu dari non-state actors yang
memiliki peran yang sangat penting karena mereka bisa berpikir, merasa, dan bertindak

dalam sebuah kelompok atau institusi yang melibatkan individu tersebut.
Mengacu pada hal-hal yang telah disebutkan diatas, penulis ingin mempertanyakan
apa dan bagaimana signifikansi aktor individu dalam fenomena politik internasional
kontemporer. Apakah aktor individu memiliki peran yang fundamentalis

dalam

mempengaruhi kebijakan pemerintah dan state? Atau sebaliknya apakah perilaku individu
justru dipengaruhi oleh state atau aktor lainnya?

Daftar Pustaka
Henderson, Conway W., International Relations, Conflict and Cooperation at the Turn of the
21st Century. (McGraw-Hill International Editions, 1998)
P. A. Reynolds, An Introduction to International Relations, (Longman, 1971)