TINJAUAN SURAT MENDAGRI NO. 188.34/8880/SJ TENTANG KLARIFIKASI PERWALI BANDAR LAMPUNG NO. 96 A TAHUN 2012

  

TINJAUAN SURAT MENDAGRI NO. 188.34/8880/SJ TENTANG

KLARIFIKASI PERWALI BANDAR LAMPUNG NO. 96 A TAHUN 2012

  Doni Saputra, Nurmayani, S.H., M.H., Syamsir Syamsu S.H., M. Hum.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 No. email: Donisaputra@yahoo.co.id

  Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dasar pertimbangan diterbitkannya surat Mendagri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Perwali Bandar Lampung No. 96 A Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris, data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang digunakan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diolah melalui proses identifikasi, editing, klasifikasi data, penyusunan data dan penarikan kesimpulan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dasar pertimbangan diterbitkannya surat Mendagri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Perwali Bandar Lampung No. 96 A Tahun 2012 adalah Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (5) Peraturan Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, karena jangka waktu masa HGB adalah 20 tahun, sedangkan terhadap tingkat penggunaan jasa pemegang Hak Guna Bangunan di atas Hak Penggelolaan Lahan jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun tahun dan dapat diperpanjang.

  

Kata kunci: Pembatalan, pemungutan kewajiban, Hak Guna Bangunan dan Hak

  Pengelolaan

  Abstract

This study aims to determine how the basic considerations issuance Minister of

Internal Affairs No. 188.34 / 8880 / SJ on clarification of the mayor’s rules no. 96

a year 2012 in Bandar Lampung. This research is normative and empirical

jurisdiction, the data used are primary data and secondary data were used through

library research and field studies. The data were processed through the

identification process, editing, data classification, data preparation and conclusion

then qualitatively analyzed descriptively. The results showed that the basic

consideration of the issuance of Minister of Home Affairs letter No. 188.34 / 8880

/ SJ on

  The Mayor’s Rules Clarification of Bandar Lampung No. 96 A Year of 2012

is Article 3 and Article 4 of Regulation No. 96. A mayor in 2012 contrary to Article

33 paragraph (5) of Domestic Regulation No. 17 Year 2007 on Guidelines for

Technical Management of District Property, as a term of the HGB was 20 years,

whereas the level of use of services in Broking holder of the Right of Land

Penggelolaan lease term of the property not later than 5 (five) years years and can

be extended.

  Keywords: Cancellation, voting obligations, Broking and Rights Management

I. PENDAHULUAN

  Salah satu yang dapat ditempuh adalah mengoptimalkan pendapatan daerah yang berasal dari pemakaian kekayaan daerah yang digunakan pihak yang lain. Pendapatan daerah dari sumber ini termasuk dalam sumber pendapatan daerah sebagaimana dijelaskan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

  Pemerintah Bandar Lampung memiliki Hak Pengelolaan Lahan yang di atasnya berdiri bangunan tempat usaha milik perorangan atau swasta. Hak Pengelolaan Lahan tersebut kemudian dilimpahkan kepada pihak swasta atau orang pribadi. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan asli daerah Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam bentuk pungutan kewajiban. Pemungutan kewajiban terhadap pemilik tempat usaha tersebut sebagai balas jasa penggunaan lahan hak pengelolaan yang dimiliki oleh pemerintah. Kebijakan ini tertuang di dalam Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

  Obyek Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah pemakaian kekayaan daerah berupa Tanah Hak Pengelolaan (HPL) Pemerintah Bandar Lampung yang telah yang di atasnya telah berdiri banguan ruko, kios atau toko yang dikuasai sesuai dengan nama yang tertulis di dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan.

  Sedangkan subyek Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah yang tercatat sesuai dengan daftar tanah dalam buku tanah pada kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung baik atas nama perseorangan atau pribadi maupun atas nama badan hukum.

  Tingkat penggunaan jasa pemegang Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung diukur berdasarkan jenis penggunaan, ukuran, lokasi, zona, luas, tarif dan jangka waktu masa Hak Guna Bangunan. Pemungutan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam

  Pasal 9 Peraturan Wali Kota Nomor

  96. A Tahun 2012 dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung.

  Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaannya telah dibatalkan atau diklarifikasi oleh Menteri Dalam Negeri karena terdapat beberapa pasal dalam Perwali ini yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan juga menciptakan ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat yang terkena dampak langsung Perwali ini. Dari hal di atas, muncul permasalahan dalam penelitian ini adalah, yaitu bagaimanakah dasar penetapan kewajiban atas pemegang HGB di atas Hak Pengelolaan Lahan Kota Bandar Lampung dan bagaimanakah dasar pertimbangan diterbitkannya surat Mendagri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Perwali Bandar Lampung No. 96 A Tahun 2012.

  Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.

  yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder yang digunakan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diolah melalui proses identifikasi, editing, klasifikasi data, penyusunan data dan penarikan kesimpulan kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.

  Ketentuan mengenai Hak Guna Bangunan (HGB) disebutkan dalam 1 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum

  Dan Penelitian Hukum . Bandung: PT. Citra

  Pasal 16 ayat (1) huruf c, Pasal 35 sampai dengan Pasal 40, dan Pasal 50 ayat (2) UUPA, serta Pasal 19 sampai dengan Pasal

  38 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah. HGB adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu.

  Subyek HGB atau yang dapat mempunyai HGB menurut Pasal 36 UUPA Jo. Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah, adalah: 1.

II. METODE PENELITIAN

  Warga Negara Indonesia; dan 2. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

1 Jenis penelitian

  Asal atau obyek tanah HGB. HGB berasal dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara, tanah Hak Pengelolaan atau tanah milik orang lain sebagaimana diatur dalam Pasal

  39 UUPA dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah. Jangka waktu HGB berbeda sesuai dengan asal tanahnya, yaitu sebagai berikut: a.

  HGB atas tanah negara dan tanah Hak Pengelolaan berjangka waktu untuk pertama kali paling lama 30 tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun, dan dapat diperbarui untuk jangka waktu paling lama 30 tahun.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3. 1 Dasar Penetapan Kewajiban Atas Pemegang HGB Di Atas Hak Pengelolaan Lahan Kota Bandar Lampung

  b.

  HGB atas tanah Hak Milik berjangka waktu paling lama 30 tahun, tidak ada perpanjangan waktu. Namun,

  atas kesepakatan antara pemilik tanah dengan pemegang HGB dapat diperbarui dengan pemberian HGB baru dengan akta yang dibuat oleh PPAT dan wajib didaftarkan pada kantor BPN setempat.

  Kewajiban pemegang HGB sebagaimana diatur dalam Pasal 30 dan Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah, yaitu: a.

  Membayar uang pemasukan kepada negara; b.

  Menggunakan tanah sesuai peruntukkannya; c.

  Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya serta menjaga kelestarian lingkungan hidup; d.

  Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGB kepada negara, pemegang Hak Pengelolaan atau pemegang Hak Milik sesudah HGB hapus; e. Menyerahkan sertifikat HGB yang telah hapus kepada kepala Kantor Pertanahan; dan f.

  Memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang terkurung oleh tanah HGB. HGB dapat berdiri di atas Hak Pengelolaan Lahan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah menyebutkan hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. Hak pengelolaan menurut penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf f Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain, berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.

  Subyek Hak Pengelolaan diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Menurut Pasal 67 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, hak pengelolaan dapat diberikan kepada: a.

  Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah; b. Badan Usaha Milik Negara; c. Badan Usaha Milik Daerah; d.

  PT Persero; e. Badan Otorita; dan f. Badan-badan hukum

  Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah. Wewenang Pemegang Hak Pengelolaan menurut ketentuan Pasal

  6 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas diberikan kepada pemegang hak pengelolaan adalah sebagai berikut: a.

  Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut; b.

  Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya; c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan hak pakai yang berjangka waktu 6 tahun; d. Menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan.

  Prosedur pemberian Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang berasal dari tanah hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya.

  Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya menentukan setiap penyerahan penggunaan tanah yang merupakan bagian dari tanah hak pengelolaan kepada pihak ketiga oleh pemegang hak pengelolaan, baik yang disertai atau pun tidak disertai dengan pendirian bangunan di atasnya, wajib dilakukan dengan pembuatan perjanjian tertulis antara pihak pemegang hak pengelolaan dan pihak ketiga yang bersangkutan. Atas pemakaian tanah hak pengelolaan milik pemerintah daerah, pemerintah daerah memiliki hak pungutan kepada pihak yang menggunakan lahan tersebut untuk melakukan usaha sebagai balas jasa penggunaan kekayaan milik daerah. Pemungutan atas pemakaian tanah hak pengelolaan milik pemerintah daerah Kota Bandar Lampung ini diatur dalam Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai pengganti Peraturan Wali Kota Nomor 47 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Hak Guna Bangunan di Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah. Pertimbangan disahkannya Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung, yaitu dalam rangka mendukung upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pemanfaatan Hak Pengelolaan Lahan/tanah milik Pemerintah Kota Bandar Lampung yang di atasnya terdapat Hak Guna Bangunan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas Tanah tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, wajib memberikan kewajiban kepada pemegang hak pengelolaan lahan. Pemungutan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 dilaksanakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung. Obyek Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah pemakaian kekayaan daerah berupa Tanah Hak Pengelolaan (HPL) Pemerintah Bandar Lampung yang telah yang di atasnya telah berdiri banguan ruko, kios atau toko yang dikuasai perseorangan maupun badan hukum sesuai dengan nama yang tertulis di dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan. Sedangkan subyek Kewajiban Pemegang Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah yang tercatat sesuai dengan daftar tanah dalam buku tanah pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung baik atas nama perseorangan atau pribadi maupun atas nama badan hukum.

  Weka Tri Rahmad selaku Sekretaris Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung mengatakan bahwa pelaksanaan pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang diterapkan oleh pemerintah daerah merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah daeraha dari sektor pendapatan lain-lain yang sah. Selain itu, diterapkan kewajiban ini merupakan timbal balik atau balas jasa dari pihak-pihak yang menggunakan dan menikmati kekayaan daerah yang berupa penggunaan tanah yang merupakan hak pengelolaan pemerintah daerah.

  Menurut peneliti pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang diterapkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah dari pemakaian kekayaan daerah dari pihak lain (swasta) dapat dikatakan tepat, akan tetapi pemungutan kewajiban tersebut harus didasarkan oleh peraturan perundangan-undangan yang kuat. Adanya aturan yang jelas mengenai pemungutan kewajiban ini dapat menghindari dari adanya penolakan dari pihak-pihak yang terkait dalam kebijakan ini. Selain itu, yang terpenting dalam pelaksanaan pemungutan kepada masyarakat atau pengguna kekayaan daerah tidak memberatkan masyarakat dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

  3.

  2 Dasar Pertimbangan Diterbitkan Surat Mendagri No. 188.34/8880/SJ Tentang Klarifikasi Perwali Bandar Lampung No. 96 A Tahun 2012

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

  Daerah otonom untuk menyelengarakan pemerintahannya memerlukan anggaran dana yang salah satunya berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah yang utama adalah pendapatan dari sektor pajak dan retribusi. Hasil penerimaan Pajak dan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dana alokasi dari pusat dalam banyak hal, tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran daerah. Oleh karena itu, pemberian peluang untuk mengenakan pungutan baru yang semula diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah, dalam kenyataannya tidak banyak diharapkan dapat menutupi kekurangan kebutuhan pengeluaran tersebut.

  Kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang hampir tidak ada jenis pungutan pajak dan retribusi baru yang dapat dipungut oleh daerah. Oleh karena itu, hampir semua pungutan baru yang ditetapkan oleh daerah memberikan dampak yang kurang baik terhadap iklim investasi. Banyak pungutan daerah yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi karena tumpang tindih dengan pungutan pusat dan merintangi arus barang dan jasa antar daerah. Pada dasarnya kecenderungan daerah pungutan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dan bertentangan dengan kepentingan umum dapat diatasi oleh pemerintah dengan melakukan pengawasan terhadap setiap peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi tersebut. Undang-undang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk membatalkan setiap peraturan daerah yang bertentangan dengan undang-undang dan kepentingan umum. Peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkan harus disampaikan kepada pemerintah. Pemerintah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja dapat membatalkan peraturan daerah yang mengatur pajak dan retribusi.

  Pengawasan terhadap Peraturan Daerah tersebut dalam kenyataannya, tidak dapat berjalan secara efektif.

  Banyak daerah yang tidak menyampaikan peraturan daerah kepada pemerintah dan beberapa daerah masih tetap memberlakukan peraturan daerah yang telah dibatalkan oleh pemerintah. Tidak efektifnya pengawasan tersebut karena undang-undang yang ada tidak mengatur sanksi terhadap daerah yang melanggar ketentuan tersebut dan sistem pengawasan yang bersifat represif. Peraturan daerah dapat langsung dilaksanakan oleh daerah tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pemerintah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah bagian dari pendapatan daerah yang bersumber dipungut berdasarkan peraturan daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah dalam memungut PAD dimaksudkan agar daerah dapat mendanai pelaksanaan otonomi daerah yang bersumber dari potensi daerahnya sendiri. Sumber PAD di dalam Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyebutkan pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari: a. pajak daerah, b. retribusi daerah, c. hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, d. lain-lain PAD yang sah.

  Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Berdasarkan ketentuan Undang- Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang dapat dioptimalkan selain dari pajak dan retribusi adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain bagian laba BUMN/BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

  Pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Akan tetapi, dalam penetapan pemungutannya harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pemungutan yang dilakukan oleh daerah yang tidak memiliki dasar hukum atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi memang harus dibatalkan, seperti yang dilakukan oleh Mendagri terhadap Peraturan Wali Kota Nomor

  96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

  Pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Desember 2013. Menteri Dalam Negeri dalam Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

  188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Peraturan Walikota menyatakan berdasarkan hasil kajian tim Kementerian Dalam Negeri menyatakan bahwa Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi. Menteri Dalam Negeri dalam Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Peraturan Walikota menyatakan sebagai berikut:

  1. Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (5) Peraturan Dalam Negeri Nomor

  17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, karena jangka waktu masa HGB adalah 20 tahun, sedangkan terhadap tingkat penggunaan jasa pemegang Hak Guna Bangunan di atas Hak Penggelolaan Lahan jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun tahun dan dapat diperpanjang.

  2. Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 bertentangan dengan Pasal 7 huruf a Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan dalam upaya meningkatkan

  Pendapatan Asli Daerah (PAD), pemerintah daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

  Menindaklanjuti dengan dikeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Peraturan Walikota tanggal 20 Desember 2013 mengenai pembatalan berdasarkan wawancara dengan Weka Tri Rahmad selaku Sekretaris Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung mengatakan bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung akan menaati keputusan Menteri Dalam Negeri. Pemungutan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang telah berlangsung, setelah dikeluarkan surat keputusan Menteri Dalam Negeri pemungutannya dihentikan.

  Penghentian ini diberlakukan sampai adanya peraturan daerah yang baru untuk menggantikan Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya. Menurut penulis, penghentian pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah tepat, karena Pemerintah Kota Bandar Lampung sudah seharusnya melaksanakan keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut. Peraturan Daerah atau Peraturan Walikota tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya agar peraturan dan menjamin adanya kepastian hukum dari pelaksanaan peraturan daerah di masing-masing daerah otonom.

  Penetapan dan pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung harus ditinjau kembali oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Hal ini perlu dilakukan untuk menyempurnakan peraturan sebagai dasar hukum pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah. Selain itu, juga untuk menghindari terjadi ekonomi biaya tinggi sebagai dampak dari penerapan pemungutan kewajiban atas pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah Hak Pengelolaan Lahan.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan dalam skripsi ini, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

  1. Dasar penetapan kewajiban atas pemegang HGB di atas Hak Pengelolaan Lahan Kota Bandar Lampung adalah Pasal

  6 Peraturan Menteri Agraria Nomor

  9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara,

  Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian- dan Peraturan Pemerintah Nomor

  40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah.

  Wewenang Pemegang Hak Pengelolaan menurut ketentuan

  Pasal 6 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara, wewenang yang diberikan kepada pemegang hak pengelolaan, yaitu merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut; menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya; menyerahkan bagian- bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan hak pakai yang berjangka waktu 6 tahun; dan menerima uang pemasukan/ganti rugi dan/atau uang wajib tahunan.

IV. PENUTUP 4. 1 Kesimpulan

  Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian- Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftarannya menentukan setiap penyerahan penggunaan tanah yang merupakan bagian dari tanah hak pengelolaan kepada pihak ketiga oleh pemegang hak pengelolaan, baik yang disertai atau pun tidak disertai dengan pendirian bangunan di atasnya, wajib dilakukan dengan pembuatan perjanjian tertulis antara pihak pemegang hak pengelolaan dan pihak ketiga yang bersangkutan. Atas pemakaian tanah hak pengelolaan milik pemerintah memiliki hak untuk mengambil hasil berupa pungutan kepada pihak yang menggunakan lahan tersebut untuk melakukan usaha sebagai balas jasa penggunaan kekayaan milik daerah. Pemungutan atas pemakaian tanah hak pengelolaan milik pemerintah daerah Kota Bandar Lampung ini diatur dalam Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

  2. Dasar pertimbangan diterbitkannya surat Mendagri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Perwali Bandar Lampung No. 96 A Tahun 2012 adalah Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 bertentangan dengan

  Pasal 33 ayat (5) Peraturan Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, karena jangka waktu masa HGB adalah 20 tahun, sedangkan terhadap tingkat penggunaan jasa pemegang Hak Guna Bangunan di atas Hak Penggelolaan Lahan jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun tahun dan dapat diperpanjang. Selanjutnya, Pasal 3 dan Pasal 4

  Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 bertentangan dengan

  Pasal 7 huruf a Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, karena dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), pemerintah daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

  4. 2 Saran

  Berdasarkan kesimpulan ditarik oleh peneliti tersebut di atas, maka peneliti menyarankan sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam memutuskan dan menetapkan peraturan daerah baik Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Walikota (Perwali) dan peraturan lainnya lebih mengkaji lagi dasar- dasar hukumnya di atasnya, agar peraturan yang telah dibuat dan disahkan dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Adanya aturan yang jelas mengenai pemungutan kewajiban ini dapat menghindari dari adanya penolakan dari pihak-pihak yang terkait dalam kebijakan ini. Selain itu, yang terpenting dalam pelaksanaan pemungutan kepada masyarakat atau pengguna kekayaan daerah tidak memberatkan masyarakat dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

  Hadjon, Philipus M. 2005. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia . Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

  Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan, 2005. Perpajakan Teori dan Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  Jakarta Yani, Ahmad. 2004. Hubungan

  Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah Peraturan Wali Kota Bandar Lampung Nomor 47 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Retribusi Pemakaian Kekayaan

  Peraturan Perundang-Undangan

  Universitas Lampung. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung Press. Lampung

  Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2004, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

  Desentralisasi Keuangan . Raja Grafindo Persada, Jakarta.

  Persada, Jakarta. Yuswanto, 2012. Hukum

  Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah . PT Raja Grafindo

  dan Retribusi Daerah . Rajawali Pers,

  Muljono, Eugenbia Liliawati. 1998.

  Suandy, Erly. 2000. Perpajakan Indonesia . Salemba Empat. Jakarta. Siahaan, mariot. 2005. Pajak Daerah

  Penelitian Hukum . Universitas Indonesia Press Jakarta.

  Jakarta Soekanto, Soerjono. 1983. Pengantar

  Peralihan Hak atas Tanah , Kencana,

  . Universitas Lampung, Bandar Lampung Santoso, Urip. 2010. Pendaftaran dan

  Administrasi Daerah

  Harvindo. Jakarta. Nurmayani. 2009. Hukum

  Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah .

  Daerah atas Hak Guna Bangunan di Atas Tanah Hak Pengelolaan Pemerintah Peraturan Wali Kota Nomor 96. A Tahun 2012 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Penetapan Kewajiban Atas Pemegang Hak Guna Bangunan Di Atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan Pemerintah Kota Bandar Lampung Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 188.34/8880/SJ tentang Klarifikasi Peraturan Walikota.