ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR 13/G/2013/PTUN-BL TENTANG GUGATAN ATAS PENOLAKAN PENDAFTARAN TANAH MASYARAKAT BRANTI

  

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA NOMOR

13/G/2013/PTUN-BL TENTANG GUGATAN ATAS PENOLAKAN

PENDAFTARAN TANAH MASYARAKAT BRANTI

Muhamad Rusjana, Upi Hamidah, S.H., M.H., Satriya Prayoga, S.H., M.H.

  

Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung,

Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145

e-mail : janamuhamad23@gmail.com

  ABSTRAK

  Pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Kasus yang terjadi pada penelitian ini merupakan sengketa yang terjadi antara Warga Desa Branti dengan PT. Kereta Api Indonesia. Tanah yang terletak disekitaran rel kereta yang telah dikuasai warga lebih dari 30 tahun merupakan dasar diajukannya permohonan hak atas tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan. Dianggap permohonan hak atas tanah tersebut tidak dikabulkan maka warga melayangkan surat gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung.

  Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan masalah menggunakan pendekatan normatif yaitu kepustakaan dan empiris yaitu sebagai data pendukung. Pengumpulan data menggunakan klasifikasi sistematis serta penyusunannya dengan cara deskriptif kualitatif.

  Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu pertimbangan hukum Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memutus Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL, ini hanya menggunakan ketentuan berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Hakim memutus perkara hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian. Tanpa mempertimbangkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 2004, setiap amar putusan harus didukung oleh alasan atau dasar pertimbangan hakim serta alas an atau aturan hukum yang membenarkannya. Serta apa yang dilakuan hakim juga tidak sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara, bahwa asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kecermatan dan asas kepastian hukum.

  

Kata kunci: Kantor Pertanahan, Pendaftaran Tanah, Putusan Pengadilan Tata

Usaha Negara ABSTRACT

  Registration of land in the Indonesian Government Regulation No. 24 of 1997

as the implementation of the Basic Agrarian Law No. 5 of 1960. Cases which occurred

in this study is a dispute between villagers Branti with PT. Indonesian Railways. Land

located rail citizens who have mastered over 30 years is the basis for the filing of

application for the land rights to the Head of the Land Office South Lampung.

  The method used in this study is a normative legal research methods to

approach the problem using an approach that is normative and empirical literature

that is as supportive data. Collecting data using a systematic classification of the

preparation as well as qualitative descriptive manner.

  Legal considerations Administrative Court Judge in deciding Case Number:

13/G/2013/PTUN-BL, only use the provisions under Article 107 of Law No. 5 of 1986

on the State Administrative Court as the basis for consideration of the Panel of Judges

of First Instance deciding cases judges are free to determine what is to be proved, the

burden of proof , along with the assessment of evidence. Without taking into

consideration the provisions of provision article 25 subsection (1) of Act No. 4 In

2004, any verdict must be supported by reasons or basis for consideration of judges

and the reasons that justify or rule of law . As well as what was done the judge also

incompatible with provision article 53 subsection (2) letter a of Law Number 5 of 1986

on the State Administrative Court , that the general principle of good governance

principles, namely the principle of legal certainty and precision.

  Keywords : Land Office, Land Registry, the State Administrative Court Decision

I. PENDAHULUAN Pelaksana dari tugas pemerintah di

  Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 bidang pertanahan secara nasional, tentang Pokok Agraria adalah undang- regional dan sektoral diselenggarakan undang yang dibentuk untuk meletakkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) dasar bagi penyusunan hukum agraria. berdasarkan Perpres 10/2006. Dalam pasal 19 undang-undang ini, Dalam prakteknya masih banyak diperintahkan diadakannya pendaftaran masalah yang menghambat

  1

  tanah diseluruh wilayah Indonesia. dilaksanakannya pendaftaran tanah, dari Pendaftaran tanah sendiri diatur lebih 140 kasus yang ditangani oleh BPN Nomor

  27 Tahun 1997 tentang Selatan yang berujung gugatan kepada Pendaftaran Tanah. Peraturan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), pemerintah yang berlaku sejak 8 yang selanjutnya terdaftar pada perkara Oktober 1997 ini lahir sebagai wujud Nomor : 13/2013/G/PTUN-BL. kesadaran akan pentingnya peran tanah Masyarakat Branti menggugat Kepala dalam pembangunan, dan oleh Kantor Pertanahan Lampung Selatan karenanya perlu adanya dukungan Tanggal 10 Juli Tahun 2013 ke kepastian hukum dibidang pertanahan. Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar 1 Lampung, yang selanjutnya masuk surat

  Indonesia, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

  (PT.KAI) pada Tanggal 28 Agustus 2013. Sampai dengan Tanggal 11 Desember Tahun 2013 Pengadilan Tata Usaha Negara Memutus Perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL dengan isi putusan dalam eksepsi menolak seluruh eksepsi tergugat dan tergugat

  II intervensi; dalam pokok perkara menolak gugatan para penggugat. Permasalahan yang ingin penulis angkat adalah analisis putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor : 13/2013/G/PTUN-BL tentang gugatan atas penolakan pendaftaran tanah masyarakat Branti.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif untuk meneliti dan menulis pembahasan skripsi ini sebagai metode penelitian normatif dalam upaya penelitian dan penulisan skripsi ini dilatari kesesuaian teori dengan metode penelitian yang dibutuhkan penulis dengan pendekatan peraturan perundang-undangan (statue aproach) .

  2

  2 III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  3.1 Gambaran Umum Perkara Tata Usaha Negara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL

  Tanah tersebut terletak di areal kawasan hutan yang terdapat bentangan rel kereta api milik PT. Kereta Api Indonesia sepanjang ± 400meter yang kini areal kawasan hutan tersebut telah beralih fungsi menjadi kawasan hutan produksi yang dapat dikonvensi atau non budidaya kehutanan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor : 67/KPTS-

  II/1991, hal ini selanjutnya ditindak lanjuti oleh Keputusan Gubernur Lampung Nomor : G/320/B.IX/HK/2000 dan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2001, yang menyatakan bahwa register 48 dapat disertifikatkan melalui program Ajudikasi Swadaya, PRONA Swadaya atau pemberian sertifikat masal lainnya. Terbitnya keputusan menteri tersebut ditindak lanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2010, yang menyatakan batas pengajuan ajudikasi terhadap eks areal kawasan hutan

II. METODE PENELITIAN

  Menindak lanjuti PERGUB Nomor 31 Tahun 2012 Warga Branti mengajukan Permohonan Hak Atas Tanah kepada Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan (tergugat) pada tanggal 3 Juli 2012, akan tetapi tergugat mengeluarkan Surat Nomor : 124/200/IV/20013 tertanggal 16 April 2013 yang ditujukan kepada Masyarakat Branti (penggugat) dikarenakan adanya surat masukdari pihak tergugat yaitu surat dari PT. Kereta Api Indonesia Nomor Aset : 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal

  12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2. Diadakan pertemuan antara PT. Kereta Api Indonesia dengan Para Penggugat tanggal 23 April yang sebagai tindak lanjut pertemuan yang dilakukan pada mengenai proyek double track yang dilakukan PT. Kereta Api Indonesia diatas lahan milik Para Penggugat, yang bahwa lahan seluas 75 meter sisi kanan dan kiri rel kereta merupakan milik PT. Kereta Api Indonesia berdasarkan

  Grondkaart No 32 tanggal 30 September 1913.

  Pertemuan tersebut tidak menghasilkan Juli 2013 Surat Gugatan Penggugat atas Nama Ragiel Poernomo,dkk yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan (tergugat) dan didaftarkan dalam register perkara pada Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung yang mana Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung menetapkan Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL.

  Maka Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung memutuskan Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL karena majelis hakim telah menimbang mendengarkan keterangan para saksi- saksi dan bukti-bukti yang telah diajukan oleh penggugat dinyatakan ditolak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan berdasarkan Pasal 107 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan menjadi dasar pertimbangan majelis hakim tingkat pertama bahwa hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian.

  3.2 Pihak-Pihak Yang Bersengketa

  3.2.1 Identitas Penggugat

  Pihak-pihak dalam perkara Nomor : berikut: 1. Ragiel Poernomo; 2. M. Johari; 3. Fembrio Hartoko; 4. Mulyono Hadi Sutarno; 5. Syahrial Efendi Dalimunthe; 6. Supardi; 7. Tohir; 8.

  Ngadiman; 9. Misdi Pranata; 10. Haryanto; 11. Eko Medio Kartiono; 12. Mumuk Suasono; 13. Murini; 14. Martini Suwanto;

  15. Ningsih: kesemuanya adalah Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal Desa Branti Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dalam hal ini diwakili oleh Herwanto Semenguk, S.H. yang selanjutnya memberikan izin pendampingan kepada Satria Prayoga, S.H.,M.H.; Eko Raharjo, S.H.,M.H.; Depri Liber Sonata, S.H.,M.H.; Deswan Arwanda, S.H.,M.H. dan Eko Yulianto, S.H. Kewarganegaraan Indonesia,dan kesemuanya merupakan Advokat/Petugas Bidang Konsultasi beralamat di Gedung A Lt. I Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 7 Juli 2013.

  a. Kepala Kantor Pertanahan Berkedudukan di Jl. Indra Bangsawan No. 2 Kalianda, Lampung Selatan.

  Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya : Efendi.As, S.H.; Najib Wijaya, S.H. dan Johan Siregar, S.ST. kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, PNS (Pegawai Negeri Sipil) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, beralamat di Jl. Indra Bangsawan No.2 Kalianda, Lampung Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 29 Juli 2013.

  b. PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dalam hal ini diwakili oleh Edi Sukmoro Direktur PT Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN RI tertanggal 11 Januari 2013 dan Surat Kuasa tertanggal 13 Februari 2013, yang kemudian berdasarkan surat kuasa tertanggal 4 Juni 2013 memebrikan Vice President Sub Devisi Regional III.2 Tanjung karang dan selanjutnya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Agustus 2013 memberikan kuasa kepada : Johny Koesoema Hieo,S.H.; Syarikat Gurusinga.S.H. dan Letnan Girsang, S.H. kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, Advokat pada Kantor Hukum Neraca, Beralamat

3.2.2 Identitas Tergugat

  3, Komplek Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 86 Jakarta.

  Telah diajukan dasar gugatan dan selanjutnya penggugat mohon agar Pengadilan dapat memutus sebagai berikut : a. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya ;

  b. Menyatakan batal / tidak sah Surat Nomor: 124/200/IV/2013 tertanggal

  16 April 2013 yang dikeluarkan oleh TERGUGAT ; c. Mewajibkan TERGUGAT untuk mencabut Surat Nomor: 124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013, Perihal Permohonan Sertifikat Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan;

  d. Mewajibkan tergugat untuk menertibkan keputusan tata usaha negara yang dimohonkan oleh para penggugat terhadap pembuatan sertifikat massal di desa Branti Raya Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan;

  e. Menghukum tergugat untuk

  3.3.2 Jawaban Tergugat

  a. Tergugat I

  Tergugat telah mengajukan jawabannya tertanggal 27 Agustus 2013 yang pada pokoknya sebagai berikut :Bahwa tergugat membantah dan menolak semua dalil, tuntutan, dan segala sesuatu yang dikemukakan oleh para penggugat, kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh tergugat. Terbitnya surat tertanggal 16 April 2013 tersebut dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Indonesia Nomor Asset : 12/II.2/496/VIII/2010 tanggal

3.3 Duduk Perkara Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor 13/G/2013/PTUN-BL 3.3.1. Dasar Gugatan Penggugat

  12 Agustus 2010 perihal data asset tanah milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2.

  b. Tergugat II Intervensi

  Tergugat II Intervensi telah mengajukan yang pada pokoknya sebagai berikut : Tergugat

  II Intervensi membantah seluruh dalil-dalil yang diajukan para penggugat, kecuali hal-hal yang diakui secara tegas oleh tergugat II Intervensi. Obyek yang menjadi permohonan pensertifikatan Para Penggugat sampai dengan saat ini adalah merupakan Asset PT. Kereta Api Indonesia. Tanah yang dimohonkan oleh Warga Branti (penggugat) tanpa alas hak, atas kepemilikan tanah milik Tergugat II Intervensi berdasarkan Grondkaart No. 32, tanggal 30 September 1913, yang luasnya 75 M ( tujuh puluh lima meter ) dari As Rel, maka beralasan menurut hukum gugatan Para Penggugat tersebut untuk ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

  Pada perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN- BL, hakim telah menjatuhkan putusannya yaitu : a. Dalam Eksepsi Menolak seluruh Eksepsi Tergugat dan Eksepsi Tergugat II Intervensi

  b. Dalam Pokok Perkara 1) Menolak gugatan Para Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp.

  317.000 ( Tiga Ratus Tujuh Belas Ribu Rupiah)

  Sesuai dengan ketentuan yang diatur

  5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian serta penilaian pembuktian.

  Menurut pertimbangan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung, berdasarkan Putusan pada Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL.

  Obyek sengketa pada perkara iniadalah Surat Nomor : 124/200/IV/2013, Perihal Permohonan Sertifikat Rutin Massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tertanggal

3.3.3 Putusan Hakim

  16 April 2013, yang diterbitkan oleh Tergugat I. Maka Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan (Tergugat I) berwenang menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara.

  Areal tanah yang dimohonkan oleh Para Penggugat terletak berdekatan dengan pengecekan oleh bagian pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, lokasi tanah yang dimaksud masuk dalam peta

  Grondkaart.

3.4 Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL

  Areal tanah yang termasuk dalam

  Grondkaart pada dasarnya merupakan

  kekayaan Negara yang dipisahkan sebagai aktiva tetap Perumka. Maka Hakim berkesimpulan, tindakan Tergugat I dalam menerbitkan obyek sengketa a quo tidak terdapat cacat hukum baik dari segi kewenangan, prosedur penerbitan dan substansi materi, serta telah memenuhi asa-asas umum pemerintahan yang baik, maka gugatan Para Penggugat yang memohonkan obyek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah, tidak beralasan hukum untuk dikabulkan dan haruslah dinyatakan ditolak.

  Dikeluarkannya surat Nomor : 124/200/IV/2013 tanggal 16 April 2013 perihal permohonan sertifikat rutin massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Kereta Api Nomor Aset : 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal

  12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2 Tnk antar lain :

  a. Bersama ini terlampir kami kirimkan data asset Tanah milik PT Kereta Api Indonesia diluar tanah yang

  Groondkart untuk wilayah Sub Divisi Regional

  III.2 Tanjung karang berdasarkan Lobbi 2010 dengan bukti kepemilikannya;

  b. Dengan ini kami memohon/menghimbau jika ada warga/masyarakat/instansi lain yang akan mensertifikatkan tanah yang berada diarea tanah PT Kereta Api Indonesia agar terlebih dahulu untuk klarifikasi dengan pihak-pihak terkait. Sehingga tanah milik PT Kereta Api Indonesia Persero tidak timbul sertifikat oleh pihak lain. Ketentuan diatas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang menetapkan bahwa apa yang harus dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, harus selalu cermat dalam Berdasarkan surat PT Kereta Api Indonesia diatas serta ketentuan- ketentuan berdasarkan pengaturan yang berlaku artinya bidang tanah yang akan disertifikatkan merupakan tanah yang masih bermasalah, dan dalam hal ini Kantor Pertanahan Lampung Selatan tidak dapat mengabulkan permohonan hak yang diajukan pada Tanggal 3 Juli

3.5 Dasar Hukum Penolakan Pendaftaran Tanah Oleh Kantor Pertanahan Lampung Selatan

  Penggugat telah mengajukan permohonan hak untuk pensertifikatan tanah pada Kantor Pertanahan Lampung Selatan tertanggal 3 Juli 2012, namun Tergugat menerbitkan surat Nomor : 124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 Perihal permohonan sertifikat rutin massal warga Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Nomor : Aset 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal

  12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia Subdivre III.2. Dalam hal ini Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan) telah melakukan pembiaran terhadap permohonan Para Penggugat.

  Berdasarkan bukti Penggugat telah diadakan pertemuan antara Para Penggugat dan PT. Kereta Api Indonesia, dalam hal ini PT. Kereta Api tanah Para Penggugat masuk dalam

  Grondkaart Nomor 32 Tanggal 30

3.6 Analisis Hukum Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku 3.6.1. Analisis Hukum Menurut Ketentuan Hukum Agraria

  September Tahun 1913, yang menyatakan bahwa luas tanah yang dimiliki seluas 75 meter kesisi kanan dan kiri pada As Rel kereta. Tergugat dalam hal ini tidak cermat dan teliti, serta tidak mempertimbangkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkretaapian dan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, Pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa : Batas ruang milik jalur kereta api untuk jalan rel yang terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api,yang lebarnya paling sedikit 6 (enam) meter. Dan Pasal 61 ayat (1,2, dan 3) Ruang bidang tanah atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur kereta api digunakan untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api. Batas ruang pengawasan jalur kereta api untuk jalan rel yang terletak pada permukaan tanah diukur dari bataspaling luar sisi kiri dan kanan ruang milik jalur kereta api, masing-masing selebar 9 yang terletak pada permukaan tanah berada di jembatan yang melintas sungai dengan bentang lebih besar dari 10 (sepuluh) meter, batas ruang pengawasan jalur kereta api masing- masing sepanjang 50 (lima puluh) meter ke arah hilir dan hulu sungai. Tergugat dalam hal ini tidak melakukan upaya terkait dengan tugas pokok dan fungsinya serta tidak cermat dalam penyelesaian sengketa tanah sebagai pejabat tata usaha Negara. Tergugat tidak menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan KEPPRES No.

  26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional serta tidak mempertimbangkan ketentuan dalam

  Pasal 6 jo. Pasal 15 dan Pasal 18 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 mengenai fungsi sosial hak atas tanah yaitu bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial pemerintahan yang baik.

  Dalam perkara ini, hakim memutuskan perkara menggunakan ketentuan berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 1986 Tentang sebagaimana yang menjadi dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara yaitu hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian, sehingga dalam perkara ini hakim bertindak secara sewenang- wenang.

  Hakim dalam perkara ini tidak mempertimbangkan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 2004, setiap amar putusan harus didukung oleh alasan atau dasar pertimbangan hakim serta alasan/aturan hukum yang membenarkannya. Proses persidangan pada perkara ini, setelah adanya pergantian hakim, juga terdapat pelaksanaan persidangan yang hanya dihadiri oleh dua orang hakim yaitu hakim ketua dan hakim anggota, hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman, bahwa pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang- undang menentukan lain. Hakim dalam memutus perkara ini tidak cermat dan teliti, seharusnya dapat sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) huruf a

3.6.2 Analisi Hukum Menurut Ketentuan Hukum Tata Usaha Negara

  Pengadilan Tata Usaha Negara, mengenai asas umum pemerintahan yanga baik yaitu asas kecermatan dan asas kepastian hukum.

  1. Pertimbangan hukum penolakan pendaftaran tanah yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan, dalam Perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL, yaitu karena adanya Surat Nomor : Asset 124/III.2/496/VIII/2010, tertanggal 12 Agustus tahun 2010 yang diterima oleh Tergugat dari Tergugat II Intervensi. Jelas terkait obyek sengketa dalam perkara ini yaitu dikeluarkannya Surat Nomor: 124/200/IV/2013 Perihal permohonan sertifikat rutin massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, tertanggal Tergugat, dengan sebelumnya telah diajukan permohonan hak kepada Tergugat oleh Para Penggugat tertanggal

  3 Juli 2013. Maka dalam hal ini pihak Tergugat telah melakukan pembiaran terhadap masalah yang terjadi, serta tidak adanya koordinasi dan upaya yang dilakukan selama masa waktu tersebut.

  2. Pertimbangan hukum Hakim menyelesaikan Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL, ini tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu berdasarkan ketentuan hokum agraria.

  Penerbitan Surat oleh Tergugat yang dianggap sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam hal ini hakim menyatakan apa yang telah Tergugat lakukan sudah sesuai secara substansi dan materi serta tidak terdapat cacat hokum dan tidak melanggar asas umum pemerintahan yang baik. Maka apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam perkara ini merupakan ketidakcermatan dan ketidaktelitiannya dalam memeriksa dan meneliti data-data fisik dan data yuridis baik secara langsung di lapangan maupun dalam hal penyelidikan riwayat tanah dan penilaian kebenaran alat bukti pemilikan Persidangan setelah adanya pergantian hakim pada tanggal 01 Oktober 2013 hakim yang hadir dalam persidangan hanya dua orang yaitu satu orang hakim ketua dan satu orang hakim anggota walau demikian persidangan tetap berlangsung. Seharusnya hakim mempertimbangkan ketentuan yang ada dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-undang

V. Kesimpulan

  pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. . Berdasarkan ketentuan hukum Tata Usaha Negara bahwa apa yang telah Tergugat lakukan serta hakim putuskan yang merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, adalah cacat hukum, karena bertentangan dengan asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kecermatan dan asas kepastian hukum (Pasal 53 ayat (2) huruf a UU No.5 Tahun1986)

  Peradilan Tata Usaha Negara . Bandar Lampung: Universitas Lampung.

  Y, Sri Pudyatmoko, W, Riawan Tjandra. 1996.

  Waluyo, Bambang. 1992. Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

  . 2011. Sertifikat Hak Atas Tanah. Jakarta: Sinar Grafika.

  Sutedi, Adrian. 2011. Peralihan Hak Jakarta: Sinar Grafika.

  Lampung. Supriadi. 2010. Hukum Agraria. Jakarta: SinarGrafika.

  Peradilan Tata Usaha Negara (Buku Ajar) , Bandar Lampung: Universitas

  Sarjita. Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan. Yogyakarta: Tugujogja. Sayekti, Sri. 1999. Hukum Acara

  Sinar Grafika Syamsu, Syamsir. 2011. Hukum Acara

  DAFTAR PUSTAKA Buku Dalimunthe, Chadidjah.1991 Politik Hak-Hak Atas Tanah . Bandung: Citra

  Undang-undang Pokok Agraria . Jakarta:

  Parlindungan, AP. 2007. Komentar Atas

  dan penelitian hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

  Muhammad, Abdulkadir. 2007. Hukum

  Indonesia: sejarah pembentukan undang-undang pokok agraria, isi dan pelaksanaanya. Jakarta: Djambatan.

  Mandar Maju. Harsono, Boedi. 2008. Hukum Agraria

  Aditya Bakti. Daliyo, JB. 2001. Hukum Agraria I. Jakarta: Prenhallindo. Hermit, Herman. 2009. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah. CV.

   Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

  Peraturan dan Perundangan- undangan Undang-undang Dasar 1945.

  Undang-undang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria.

  Undang-undang Nomor 5 tahun1986, perubahan I tahun 2004, perubahan II tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendafataran Tanah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

  Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

  Karya Ilmiah

  Septi.Hariyanti, tesis.2008.eprints.undip.ac.id Kanwil BPN Propinsi Jawa Tengah,

  Bahan Pembinaan Teknis Penyelesaian MasalahPertanahan

  , Semarang : Kanwil BPN PropinsiJawa Tengah, 2005.

  Internet

  tasikmalaya https://www.kereta-api.co.id http://al- rasyid.blog.undip.ac.id/tag/pengertian- sengketa-tanah/

  Seminar

  Materi BPN Provinsi Lampung, diskusi

  publik Himpunan Mahasiswa Hukum Admistrasi Negara (HIMA-HAN Lampung) Bandar Lampung 16, Desember 2013.

  Badan Pertanahan Nasional,

  Pengarahan Direktur Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah pada Rapat Konsultasi Teknis Para Kepala Bidang Hak-Hak Atas Tanah Seluruh Indonesia ,

  Jakarta: 15 Juli 2003.

Dokumen yang terkait

PERIZINAN USAHA STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 1 20

PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG MULIAWAN ADI PUTRA Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No, 1 Bandar Lampung 35145 ABSTRAK - PENGUASAAN HAK ATAS TANAH OLEH PEMERINTAH K

0 0 11

KEDUDUKAN DAN KONTRIBUSI SUMBANGAN MASYARAKAT TERHADAP KEUANGAN DESA DI DESA HANURA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 0 13

PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP TUGAS PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH OLEH KEPALA KANTOR PERTANAHAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Teguh Imam Santoso , Sudirman mehsan , dan Upik hamida Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemantr

0 0 10

PERAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT

0 2 15

PELAKSANAAN PEMBINAAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT OLEH BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 0 10

IMPLIKASI HUKUM PERUBAHAN PENGATURAN TENTANG BLANGKO AKTA PPAT DALAM RANGKA PENDAFTARAN TANAH

0 0 14

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KEJAKSAAN NEGERI BANDAR LAMPUNG Nanda Alur Pujasari, Charles Jackson, Nurul Fajri Oesman

0 1 20

PERTANGGUNG JAWABAN PEMEBRIAN DANA EKONOMI KERAKYATAN OLEH DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 8

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN STUDI BANDING DPRD KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH Yohanes Hendrico Tomson, Nurmayani, S.H., M.H., Satria Prayoga, S.H.,M.H. BAGIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG ABSTRA

0 0 9