UAS SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UJIAN AKHIR SEMESTER
NAMA

: Serli Dian Trisnawati

NIM

: 1307605

KELAS

: PIPS B

MATA KULIAH

: Seminar Pendidikan Agama Islam

1. Jawablah pertayaan berikut dengan lengkap dan rinci
A. Makna dan tujuan pendidikan mennurut islam dan perbedaannya dengan
konsep pendidikan Barat
Rumusan pendidikan secara formal diartikan sebagai rumusan kualifikasi,

pengetahuan, kemampuan dan sikap yang harus dimiliki oleh anak didik
setelah menyelesaikan pelajaran di sekolah
a) Tujuan individu, berkaitan dengan peningkatan kemampuan setiap
individu, berupa pengetahuan, perubahan tingkah laku, pertumbuhan
kedewasaan, serta kesiapan-kesiapan yang sudah semestinya dimiliki
dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b) Tujuan

sosial

berkaiatan

dengan

kehidupan

masarakat

secara


keseluruhan , dengan tingkah laku masyarakat umumnya dan dengan apa
yang berkaitan dengan kehidupan ini tentang perubahan yang
diinginkan , dan pertumbuhan, memperkya pengalaman dan kemajuan
yang ingin dicapai
c) Tujuan-tujuan profesional berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai suatu ilmu, seni, profesi dan sebagai suatu aktivitas diantara
aktivitas-aktivitas masyarakat
Sedangkan menurut

Muhammad ‘Athijah Al Abrasy tujuan pooko dari

pendidikan islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa, semua
pelajaran harus mengandung pelajaran akhlak keagamaan, karena akhlak
keagamaan adalah akhlak yang tertinggi

sedangkan akhlak yang mulia

adalah tiang dari pendidikan islam. Menurut Al Ghazali tujuan pendidikan
adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah,
dan hendaknya seorang pelajar itu belajar bukan untuk menipu orang-orang

bodoh atau bermegah-megah. Jadi pendidikan itu tidak kelur dari pendidikan
akhlak.
Sehingga dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
islam bertujuan untuk membentuk insan kamil, insan kaffah dan penyadaran
fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, serta pewaris Nabi
Perbedaan pendidikan islam denganpendidikan Barat
Dari segi karakteristik, menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra pendidikan islam
memiliki karakteristik diantaranya adalah penekanan pada nilai-nilai akhlak
dalam penguasaan dan pengembangan ilu pengetahuan, penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan hanyalah untuk pengabdian kepada Allah
dan kemashlahatan umum, penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab.
Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama
tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Menurut Niquib alAttas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun diatas wahyu

dan

kepercayaan agama namun dibangund diatas tradisi budaya yang diperkuat
dengan spesikulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang
memusatkan


manusia

sebagai

makhluk

rasional.

Lebih

jelasnya

perbedaannya:
a) Proses belajar mengajar
Pendidikan Barat: karena sekularistik-materialistik maka motif dan objek
belajar mengajar semata-mata masalah keduniawian
Pendidikan islam: aktivitas belajar mengajar ialah amal ibadah, berkaitan
erat dengan pengabdian kepada Allah
b) Tanggungjawab belajar-mengajar
Pendidikan barat: semata-mata urusan manusia

Pendidikan

islam:

disamping

tanggungjawab

kemanusiaan,

juga

tanggungjawab keagamaan. Karena belajar mengajar terdapat hak-hak

Allah dan hak-hak makhluk lainnya pada setiap individu khususnya bagi
orag yang berilmu
c) Kepentingan belajar
Pendidikan barat: belajar hanya untuk kepentingan dunia, sekarang dan
disini
Pendidikan islam: belajar tidak hanya untuk kepentingan hidup di dunia

sekarang, tapi juga kebahagiaan hidup di akhirat kelak
d) Konsep pendidikan
Pendidikan barat: tidak mengaitkan pendidikan dengan pahala dan dosa,
ilmu itu bebas nilai
Pendidikan islam: islam mengaitan dengan pahala dan dosa karena
kebajikan dan akhlak mulia merupakan unsur pokok dalam pendidikan
islam
e) Tujuan akhir pendidikan
Pendidikan barat: hidup sejahtera di dunia secara maksimal baik sebagai
warga negara maupun sebagai warga masyarakat
Pendidikan islam: terwujudnya insan kami (manusia sempurna dan
paripurna), yang pembentukannya selalu dalam proses sepanjang hidup
B. Langkah-langkah mendidik anak menurut Islam agar menjadi anak yang
soleh dimasa yang akan datang
a) Mengenalkan dan mendidik anak tentang tauhid
Rasulullah bersabda “bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali
dengan kalimat laailaaha ilallah. Dan saat mereka hendak meninggal
dunia maka bacakanlah laailaaha ilallaah”
b) Mendidik anak tentang shalat
Imam al Baqir dan Imam ash Shadiq ra menerangkan bahwa setelah anak

usia 5 tahun dan telah memahami arah, maka coba tanyakan mana bagian
kanan dan kirinya. Lalu ajarkan padanya arah kiblat dan mulailah
mengerjakan shalat. Pada usia 7 tahun, ajaklah ia untuk membasuh muka
dan kedua telapak tangannya dan minta padanya untuk melakukan shalat.

Pada usia 9 tahun, ajarkan secara penuh tentang tata cara berwudu ,
kewajiban

melaksanakan

shalat

serat

pemberian

sanksi

jika


meninggalkannya.
c) Mengajarkan ibadah-ibadah dan amalan-amalan lainnya
Saat anak mendekati baligh maka wajib bagi orang tua untuk
mengenalkannya dengan puasa serta mewajibkan shalat. Selain itu juga
memerintahkan padanya untuk menuntut ilmu, mempelajari dan
menghapal Al Quran
d) Berikan ia pendidikan dan lingkungan yang islami
Contoh, sejak dini ikutkan anak kita dalam TPA
e) Perkenalkan anak kita tentang batasan-batasan aurat, ajak dia untuk
mengunjungi masjid secara rutin
2. Dakwah merupakan salah satu hal yang diwajibkan kepada kita selaku umat
islam
A. Makna, tujuan dan kedudukan dakwah menurut ajawan islam
Dakwah dalam bahasa Arab akar katanya bersala dari da’watan yang berarti
menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu. Dakwah menurut pengertian
terminologi dikemukakan oleh para ahli antara lain mengatakan bahwa
dakwah adalah mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk,
menyeru mereka berbuat yang ma’ruf mencegah mereka terhadap perbuatan
munkar agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Menurut HM.
Arifin, M.Pd dalam bukunya Psikologi Dakwah, bahwa:

“ Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik
secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, siap penghayatan serta pengamalan terhadap
amalan ajaran agama sebagai mssage yang disampaikan kepadanya dengan
tanpa unsur paksaan”

Tujuan dakwah adalah menjadikan manusia muslim mampu mangamalkan
ajaran islam dalam kehidupan bermasyarakat yang mulanya apatis terhadap
islam menjadi orang yang sukarela menerimanya sebagai petunjuk aktivitas
duniawi dan ukhrawi. Adapun tujuan lainnya yaitu:
a) mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan
bahwa yang menjadi maksud dari da'wah adalah menyadarkan manusia
akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan
tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang
dijalaninya.
b) mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini
diterangkan dalam firman Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan
kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terangbenderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi

terpuji."(QS. Ibrahim: 1)
c) Mengajak umat manusia yang telah memeluk magama Islam untuk selalu
meningkatakan taqwanya kepada Allah. Dalam tujuan ini secara
prakteknya adalah menganjurkan dan menganjurkan dan menunjukkan
perintah-perintah Allah yang secara garis besarnya adalah Islam dan
Iman, menunjukkan larangan-larangan Allah, menunjukkan keuntungan
bagi orang yang mengikuti jalan Allah menunjukkan ancaman terhadap
orang yang tidak mau taat kepada Allah.
d) Membina mental umat Islam.
Membina mental umat juga termasuk tujuan khusus dari dakwah. Baik
yang sudah lama memeluk agama Isalam namun belum melaksanakan
ajaran Islam sesuai dengan ketentuan yang telah ada maupun yang baru
masuk

Islam

(muallaf).

Dalam


pelaksanaannya,

yang

paling

diprioritaskan adalah muallaf sebab muallaf masih lemah keimanan dan
keislamannya.
e) Mengajak manusia agar beriman kepada Allah.
Hal ini sesuai dengan QS. Ali Imran: 19

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[Kitab-Kitab
yang diturunkan sebelum Al Quran] kecuali

sesudah datang

pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
Islam merupakan agama yang benar di sisi Allah. Ayat di atas memberi
sinyal kepada umat Islam untuk mengembangkan ajaran Islam yang
sudah dimilikinya kepada mereka yang belum mendapat informasi
tentang Islam.
f) Mendidik dan mengajarkan anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.
Di dalam agama Islam, manusia lahir dalam keadaan fitrah. Fitrah
dimaknai sebagai suatu potensi yang diberikan oleh Allah untuk
menuhankan Allah atau beragama Islam. Potensi ini sudah ada sejak di
dalam kandungan. Sebagaiman ayang terdapat di dalam Q.S Ar-ruum;
30:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dakwah memiliki kedudukan yang tinggi dan mempunyai peranan yang
sangat penting menurut pandangan Allah dan Rasulullah SAW, karena
islam sangat memperhatikan urusan ini sehingga menganjurkan kepada
setiap muslim agar menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan
nasihat-nasihat yang baik kepada masyarakat serta menjauhkan diri dari
segala hal yang dilarang oleh islam.
B. Metode dan langkah-langkah dalam berdakwah agar berhasil dengan baik,
khususnya dalam membentuk masyarakat yang beriman dan bertakwa

Agar berhasil dalam berdakwah, hendaklah kita mencontoh dakwah yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sejarah dakwah Islam, Rasulullah
SAW sangat memperhatikan metode dakwah agar pesan dakwah dapat
diterima dengan baik bagi mad’u (yang didakwahi).
a) Bil hikmah wal mau’izhah
Allah Ta’ala berfirman,
Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl, 16:125)
Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil. Oleh sebab itulah Allah Ta’ala
meletakkan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai asas pedoman dakwah bagi
Rasulullah dan juga bagi tiap umat yang bertugas meneruskan dakwah
beliau hingga akhir zaman. Pada ayat tersebut diatas dapat dipahami
bahwa cara berdakwah yang diperintah Allah Ta’ala adalah sebagai
berikut,
1. Dakwah dengan cara mau’izhah al-hasanah, yaitu metode dakwah
dengan pengajaran yang meresap hingga ke hati para mad’u.
Pengajaran yang disampaikan dengan penuh kelembutan akan dapat
melunakkan kerasnya jiwa serta mencerahkan hati yang kelam dari
petunjuk dien. Pada beberapa da’i, ada yang masih saja
menggunakan metode dakwah yang berseberangan dengan hal ini,
yaitu dengan cara memaksa, sikap yang kasar, serta kecamankecaman yang melampaui batas syar’i.
2. Dakwah Fadiah, yaitu metode dakwah yang dilakukan seseorang
kepada orang lain dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya
terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Salah

satu contoh kategori dakwah seperti ini yaitu menasehati teman
sekerja, teguran, anjuran, ataupun memberi contoh.
3. Dakwah Ammah, yaitu jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang
dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan
maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai
biasanya berbentuk khotbah (pidato).
4. Dakwah bil-Lisan, yaitu penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan
objek dakwah). Dakwah jenis ini akan efektif bila disampaikan
berkaitan dengan hari ibadah seperti khotbah Jumat atau khotbah
hari raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis,
konteks sajian terprogram, ataupun disampaikan dengan metode
dialog dengan hadirin.
5. Dakwah bil-Haal, yaitu dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad’ulah)
mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da’i (juru dakwah). Dakwah jenis
ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.
6. Dakwah bit-Tadwin, yaitu dakwah melalui tulisan baik dengan
menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, Koran, dan tulisantulisan lain yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan
efektif. Keuntungan lain dari dakwah model ini yaitu tidak menjadi
musnah meskipun sang da’i atau penulisnya sudah wafat.
7. Dakwah bil Hikmah, yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang
arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa
sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas
kemampuannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun
konflik. Dengan kata lain, dakwah bil hikmah merupakan suatu
metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar
persuasif.

b) Benar dan tegas tanpa kompromi
Sesungguhnya dakwah Rasulullah merupakan dakwah yang tegas tanpa
kompromi. Perkara yang beliau saw sentuh dalam dakwahnya adalah
perkara yang paling pokok dan paling mendasar, laa ilaaha illallah,
Muhammadur rasulullah. Beliau saw menyeru bahwa tidak ada yang
wajib diagungkan, diibadahi, ditaati dan dicintai kecuali Allah Ta’ala.
Begitu juga terhadap perkara hukum, tidak ada hukum yang wajib
diterapkan dan dilaksanakan, kecuali hukum-Nya. Allah Ta’ala
berfirman,
Artinya, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala
apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik.” (QS. al-Hijr, 15:94)
Tujuan dakwah Rasulullah adalah mengembalikan sifat penghambaan
manusia kepada Rabb-nya semata dan menerapkan hukum yang berlaku
di bumi kepada Sang Pembuat hukum Yang sebenarnya, yaitu Allah
azza wa jalla. Perkara ini merupakan perkara yang amat berat yang akan
menimbulkan ujian dan rintangan berupa penderitaan dan kesakitan, baik
jiwa dan fisik.
c) Tidak menambah dan mengurangi satu huruf pun dari materi dakwah
Allah berfirman yang artinya, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan (apa
yang diperintah itu) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. al-Maidah,
5:67)
Allah Ta’ala amat pengasih lagi penyayang kepada para nabi dan rasulNya sehingga Dia membimbing dan senantiasa memperkuat hati para
hamba pilihan-Nya tersebut dari kecenderungan untuk berkompromi
kepada jalannya orang-orang yang sesat

3. Ajaran islam sangat memperhatikan IPTEK
A. Pandangan islam/Al Quran tentang IPTEK
Agama Islam banyak memberikan penegasan mengenai ilmu pengetahuan
baik secara nyata maupun secara tersamar, seperti yang disebut dalam surat
Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya sebagai berikut :
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dalam Al-qur’an dan Hadist sangat banyak ayat-ayat yang menerangkan
hubungan

tentang

ajaran

Islam

dengan

ilmu

pengetahuan

serta

pemanfaatannya yang kita sebut Iptek. Hubungan tersebut dapat berbentuk
semacam perintah yang mewajibkan, menyurum mempelajari, pernyataanpernyataan, bahkan ada yang berbentuk sindiran. Kesemuanya itu tidak lain
adalah menggambarkan betapa eratnya hubungan antara Islam dan Iptek
sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tegasnya
hubungan antara Islam dan Iptek adalah sangat erat dan menyatu. Dalam
pandangan Islam, Iptek juga di gambarkan sebagai cara mengubah suatu
sumber daya menjadi sumberdaya lain yang lebih tinggi nilainya, hal ini
tercoverr dalam surat Ar-Ra’d syat 11, yaitu : Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya Al-Qur’an telah
mendorong manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka
meningkat. Upaya ini harus merupakan rasa syukur atas keberhasilannya
dalam merubah nasibnya. Dengan perkataan lain, rasa syukur atas
keberhasilannya

dimanifestasikan

dengan

mengembangkan

terus

keberhasilan itu, sehingga dari waktu kewaktu keberhasilan itu akan selalu
maningkat terus.
Pada masa Nabi sudah ada penemuan-penemuan yang bisa dinamakan
dengan Iptek, sepertihalnya Iptek dalam dunia pertanian. Para sahabat Nabi

pernah melalukan pembuahan buatan (penyilangan atau perkawinan) pada
pohon kurma. Lalu Nabi menyarankan agar tidak usah melakukannya.
Kemudian ternyata buahnya banyak yang rusak dan setelah itu dilaporkan
kepada Nabi, maka Nabi berpesan “ Abirruu antum a’lamu biumuuri
dunyaakum” (lakukanlah pembuahan buatan! Kalian lebih mengetahui
tentang urusan dunia kalian). Di dalam Al-Qur’an disebutkan juga secara
garis besar, tentang teknologi. Yaitu tentang kejadian alam semesta dan
berbagai proses kealaman lainnya, tentang penciptaan mahluk hidup,
termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya, dipacu akalnya
untuk menyelidiki segala apa yang ada di sekelilingnya, meskipun AlQur’an bukan buku kosmologi, atau biologi, atau sains pada umumnya,
namun Al-Qur’an jauh sekali dalam membicarakan teknologi. Dari beragam
uraian di atas bahwasanya kita dapat melihat sendiri bagaimana pandangan
Islam terhadap Iptek. Dalam pedoman utamanya (Al-Qur’an), banyak
disebutkan sesuatu hal yang berkaitan dengan Iptek, hal ini menunjukkan
bahwa Islam sangat erat sekali dengan Iptek. Jadi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini merupakan wujud dari implikasi Al-Qur’an
yang sebenarnya. Banyak seruan-seruan di dalamnya yang menganjurkan
manusia

untuk

berfikir

dan

mengembangkan

potensinya

dalam

pengetahuan.
Pandangan Al-Quran tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsipprinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
saw .
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa yang
tidak diketahuinya” (QS Al-’Alaq [96]: 1-5).
Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun
lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena AlQuran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut
bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti
bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam,
tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang
tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya.
B. Perkembangan IPTEK di dunia islam dari masa ke masa mulai dari dinasti
Mu’awiyah, Abasiah sampai sekarang
Masa dinasti Mu’awiyah adalah pemerintahan islam pertama setelah
khilafaur rasyidin. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661-750M) dan
berpusat di Damaskus. Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap
perkembangan

ilmu

pengetahuan

sangat

besar.

Penyusunan

ilmu

pengetahuan lebih sistematis dan dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan
yaitu sebagai berikut.
a) Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu segala ilmu yang bersumber dari
Alquran dan Hadits.
b) Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu segala ilmu yang membahas
tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.
c) Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu segala ilmu yang mempelajari
bahasa, nahwu, sharaf, dan lain-lain.
d) Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu segala ilmu yang pada umumnya
berasal dari bahasa asing seperti ilmu mantiq, kedokteran, kimia,
astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.
Adapun beberapa tokoh yang terkenal pada masa Mu’awiyah ini
diantaranya Salman Al-Farisy, Abu Zubair Muhammad bin Muslim bin
Idris, serta Bukhari dan Muslim.
Selanjutnya pada dinasti Abasiah dilanjutkanlah perjuangan dari dinasti
Mu’awiyah. Pada zaman ini, bermunculan 4 imam besar Islam, Imam
Ahmad, Imam Abu Hanifah, Imam Imam Malik, dan Imam Syafi’i.

Keempat imam tersebut merumuskan madzhab-madzhab yang sampai saat
ini di anut oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain kelima imam, Islam pun
diwarnai oleh para ilmuwan-ilmuwan muslim yang mencetuskan berbagai
penemuan di bidangnya masing-masing. Sebut saja Ibnu Sina yang menjadi
Bapak Kedokteran modern, Al-Khawarizmi sebagai penemu angka nol yang
juga dikenal sebagai Bapak Aljabar, Ibnu Rusyd yang terkenal sebagai
hakim dan fisikawan, serta Imam Al Ghazali seorang ulama, ahli fikir, dan
filosof yang telah memberikan banyak kontribusi terhadap dunia dengan
karya-karyanya.
Kejatuhan total dinasti Abasiah terjadi pada tahun 1258 disebabkan
serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Han yang menghancurkan
Baghdad dan tidak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun
di perpusatakaan Baghdad. Di sisi lain, peradaban Barat mulai berkembang
karena belajar dari perkembangan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan
oleh umat muslim sebelumnya. Perlahan tapi pasti, posisi muslim menjadi
bergeser dan terkesan tertinggal. Kita terlalu terlena akan kebesarankebesaran Islam pada zaman dahulu hingga pemikiran untuk berinovasi
menjadi berkurang. Budaya Barat yang konsumtif pun mulai merajalela para
generasi muda hingga mereka terlena dengan kenikmatan dunia.
4. Syari’at muslim merupakan syari’at yang diturunkan Allah untuk mengatur
tatanan kehidupan manusia
A. Apakah jinayat itu dan macam-macam hukum yang terkait dengan jinayat
Hukum Pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah jinayat atau
jarimah. Jinayat dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak
pidana. Jinahah merupakan bentuk verbal noun (mashdar) dari kata jana.
Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah
diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Secara terminologi kata
jinayat mempunyai beberapa pengertian, seperti yang diungkapkan oleh Abd
al Qodir Awdah bahwa jinayat adalah perbuatan yang dilarang oleh syara'
baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lainnya. Pemabgian

tindak pidana dalam Islam dibagi menjadi tiga, yaitu Qishash, Had, dan
Ta’zir. Yang dimaksud dengan qisash adalah hukuman yang diberikan
kepada pelaku tindak pidana yang jenis hukumannya sama dengan jenis
perbuatan yang dilakukannya, seperti hukuman bagi pembunuh dibunuh pula
dan melukai hukumannya dilukai pula. Qishash dibagi dua, yaitu Qishash
pembunuhan dan Qishash pelukaan.
Yang kedua adalah Had, yaitu hukuman terhadap tindak pidana yang jenis
hukumannya sudah ditentukan dalam nash Alquran maupun hadits. Adapun
jenis-jenis had, misalnya apabila berzina hukumannya dicambuk sebanyak
100 kali bagi pelaku yang belum menikah atau melakukannya baru pertama
kali, dan dirajam (dicambuk sampai mati) bagi pelaku yang sudah menikah
atau pernah melakukan hubungan suami istri sebelumnya. Selanjutnya untuk
penuduh zina dikenai hukuman dicambuk 80 kali jika tuduhannya tidak
terbukti. Selain itu had untuk pencuru hukumannya adalah dipotong
tangannya jika telah mencapai batas minimal, sedangkan untuk pemabuk
dikenai hukuman cambuk sebanyak 40 sampai 80 kali.
Macam-macam hukum yang terkait dengan jinayat:
a. Diyat (Denda)
Pengertian : denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak
dilakukan padanya hukum bunuh. Diyat ada dua macam, yaitu:
1. diyat mughaladzah (denda berat), yaitu seratus ekor unta, dengan
perincian: 30 ekor unta betina umur tiga masuk empat tahun, 30 ekor
unta betina, umur empat masuk lima tahun, 40 ekor unta betina yang
sudah bunting
2. diyat mukhaffafah (denda ringan), yaitu seratus ekor unta, tetapi
dibagi lima, yaitu 20 ekor unta betina umur tiga tahun, 20 ekor unta
jantan umur dua masuk tiga tahun, 20 ekor unta betina umur tiga
masuk empat tahun, 20 ekor unta betina umur empat masuk lima
tahun. Denda ini wajib dibayar oleh keluarga yang membunuh dalam
masa tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun dibayar sepertiganya.

b. Kifarat
Pengertian : tebusan dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang telah
ditentukan oleh syari’at Islam karena telah melakukan kesalahan atau
pelanggaran yang diharamkan Allah. Macam-macam kifarat ada dua,
yaitu:
1. Kifarat karena pembunuhan, yaitu dengan memerdekakan hamba
sahaya / berpuasa selama 2 bulan berturut-turut.
2. Kifarat karena melanggar sumpah, yaitu dengan memberi makan 10
orang miskin atau memberi pakaian, memerdekakan 1 budak atau
berpuasa 3 hari
c. Hudud
Pengertian : sanksi bagi orang yang melanggar hukum dengan dera /
dipukul (jilid) atau dengan dilempari batu hingga mati (rajam). Perbuatan
yang dapat dikanakan hudud ada 4, yaitu:
1.

Zina

2.

Qadzaf (menuduh orang berbiat zina)

3.

Minuman keras

4.

Mencuri

d. Ta’zir
Pengertian : apabila seorang melakukan kejahatan yang tidak atau belum
memenuhi syarat untuk dihukum atau tidak/belum memenuhi syarat
membayar diyat. (hukuman yang tidak ditetapkan hukumnya dalam
quran dan hadits yang bentuknya sebagai hukuman ringan).
B. Mungkinkah hukum jinayat ditegakkan di Indonesia, bagaimana upaya untuk
mewujudkannya
Hukum jinayat mungkin untuk dterapkan di Indonesia, seperti di Aceh
sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang menerapkan jinayat. Namun,
bukan tidak mungkn akan mendapatkan berbagai tantangan dari masyarakat
luas. Alasannya menurut mereka jinayat itu melanggar HAM. Padahal
jinayat ini adalah hukuman/sanksi yang menurut saya sangat efektif

diterapkan di Idnonesia yang notabene banyak sekali pelanggaranpelanggaran dan tindak kriminal yang terjadi. Hukuman biasa di Indonesia
sangat lemah sehingga sering dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab untuk kepentingan mereka sendiri. Hukum di Indonesia
saat ini bisa dikatakan tidak bisa memberikan efek jera pada orang yang
melanggar, itulah salah satu alasan mengapa tindak kriminalitas dan
pelanggaran hukum di Indonesia semakin hari semakin menigkat, seperti
kasus korupsi yang selama ini seperti tidak ada perkembangan dan justru
semakin membudaya.
Dengan diterapkannya hukum jinayat di Indonesia maka kemungkinan besar
akan memberikan tekanan psikologis bagi orang-orang yang berniat untuk
melanggar hukum untuk berpikir berkali-kali. Upaya yang dapat dilakukan
untuk menerapkan jinayat di Indonesia memang tidak akan mudah semudah
membalik telapak tangan. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu dengana
memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat umum tanpa
kecuali mengenai pentingnya diterapkannya jinayat. Kemudian, ketegasan
pemerintah untuk konsisten dan sungguh-sungguh menerapkan jinayat.
Setelah itu, menyusun peraturan perundangan mengenai jinayat dan
pelaksanaannya dimulai dari tatanan yang paling tinggi (dalam ha ini
pemerintah) sampai ke tatanan yang paling rendah (lingkungan masyarakat).
5. Ajaran islam mndorong kita agar hidup damai dalam bermasyarakat.
A. Sikap kita terhadap sesama muslim agar tercipta masyarakat yang damai dan
harmonis sesuai dengan tuntunan ajaran islam
Sikap saling menghormati dan menghargai sesama muslim merupakan suatu
sikap yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
agar tercipta kerukunan dan kedamaian sehingga terhindar dari konflik yang
dapat memcah belah kesatuan dan persatuan. Kerukunan juga tidak hanya
suasana yang tidak memiliki konflik, akan tetapi kerukunan juga merupakan
keadaan damai dimana apabila terdapat suatu masalah, maka diselesaikan
secara

musyawarah mufakat sehingga tercipta dan terpeliharalah

kerukunan. Karena setiap muslim erupakan saudara maka hendaklah kita
saling mnesaihati dalam hal kebaikan, tidak mengumbar aib saudara kita,
saling membantu bila ada yang membutuhkan, saling memaafkan, saling
bertoleransi dan saling jujur, dan tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang
lain. Jika sikap diatas diterapkan dalam diri masyarakat muslim, maka tidak
akan ada pertentangan dn perpecahan.
B. Konsep Al Quran berkaitan dengan sikap kita terhadap non muslim,
sehingga tercipta kehidupan yang damai dan harmonis
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di
Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang
untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan
persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus
bersifat Dinamis, Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan
kepada masyarakat dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak
hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya
saja. Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat
memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari
kehidupan manusia.
Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya agama
kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang
paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis.
Namun ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun
1950-an, maka muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran
keagamaan. Orang tidak lagi bersikap negatif dan apriori terhadap agama
lain. Bahkan mulai muncul pengakuan positif atas kebenaran agama lain
yang pada gilirannya mendorong terjadinya saling pengertian.
Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan
menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh
kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita
lebih mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama

lain. Kerukunan adalah kata yang sering sekali dipakai untuk kampanye
perdamaian di tengah ancaman kerusuhan dan kekerasan sosial. Sepintas
banyak yang mempertukarkan atau menganggap sama antara kata rukun
dan damai (kerukunan dan kedamaian). Sebenarnya, kerukunan memiliki
makna yang jauh lebih dalam dan karenanya sangat dibutuhkan untuk
mengatasi persoalan konflik dan kekerasan.
Seperti yang ada di Indonesia, dimana di negara ini terdiri banyak agama,
yaitu agama Islam, Kristen, Potestan, Katolik, Hindu, dan Budha.
Sebagaimana yang tercermin dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 35
Tahun 1980 tentang Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama. Dengan
bermacam-macamnya agama yang ada di Indonesia kita di tuntut untuk
mengormati agama lain. Maka dari itu, untuk menghormati agama tersebut
diperlukan adanya kerukunan antar umat beragama disini. Agar kehidupan
ini bisa berjalan dengan baik tanpa ada sengketa/konflik atau perselihan
yang berkepanjangan. Apalagi mayoritas penduduk Indonesia adalah
beragama Islam. Melihat hal tersebut maka dari itu untuk menghargai
agama lain itu sangat dibutuhkan. Yang mana dalam hal ini, dalam agama
Islam sangat dianjurkan bahkan pada masa kepemimpin Rasulullah
kerukunan antar umat beragama ini juga sudah tercipta. Dimana
Rasulullah

memberikan kebebasan untuk beribadah sesuai dengan

keyakinan masing-masing selama orang tersebut tidak mengganggu
ibadahnya orang Muslim.

SUMBER BACAAN
Buku:
Arifin. 1994. Psikologi dakwah suatu pengantar studi (cet.1), jakarta: bumi aksara
Tim Dosen Seminar Pendidikan Agama Islam. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa:
Seminar Pendidikan Agama Islam. Bandung: Value Press
Wahyu Ilahi, Harjani Hefni. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah, jakarta: kencana
prenada group
Kumpulan makalah presentasi kelompok dan materi yang disampaikah oleh dosen
An-Najjar, Zaghlul. 2011. Sains Dalam Hadits, Jakarta: Sinar Grafika Offset,
Arya, Wardhan Wisnu. 2009. Al-Qur’an dan Energi Nuklir, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Wardi, Ahmad Muslich. 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta. Sinar
Grafika
Al Faruk, Asadulloh. 2009. Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor ghalia
Indonesia.
Hanafi,Ahmad MA. 1967. Asas-asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta
Drs. H. Hakim, Rahmat, M Ag. 2010. Hukum Pidana Islam, Pustaka Setia, Bandung

Online:
Republika online, Mengenal Sejarah Hukum Pidana Islam. Dikutip dari;
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/23/ly83mw-mengenalsejarah-hukum-pidana-islam
http://teamdakwahkhalifah.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-dakwah-dan-tujuandakwah.html
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi islam. Dikutip dari;
https://khangujangthea.wordpress.com/2012/04/03/perkembangan-ilmu-pengetahuandan-teknologi-islam/
Menjawab Opini Negatif Terhadap Syariat Islam. Dikutip dari;
Kebijakan Dan Strategi Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia. DIKUTIP
DARI;

http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499