Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Kasus
MAKALAH PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
Kasus Penelantaran Anak di Cibubur
Disusun oleh:
Daniel Christianto Setyo Prihangkoso
14/363234/TK/41412
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
1
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak semua anak beruntung dan memperoleh kebutuhan
dasarnya dengan layak, akan tetapi dewasa ini sebagian
anak mengalami perlakuan yang tidak wajar, yaitu tindak
kekerasan dan penelantaran yang dilakukan oleh orangorang terdekat di lingkungannya, seperti orang tua, yang
sebenarnya harus memberikan perlindungan serta kasih
sayang kepada mereka. Kasus-kasus seperti ini mengejutkan
publik, serta sering dibahas di berbagai media akhir-akhir
ini. Sebenarnya kasus penelantaran anak sudah ada sejak
dahulu, tidak hanya satu atau dua kasus, tetapi sangat
banyak, namun banyak yang tidak dilaporkan ke instansi
terkait dan diangkat ke dalam media massa.
Kasus penelantaran anak merupakan masalah yang
besar, yang perlu akan perhatian publik dan perlu ditangani
secara cepat dan tepat. Sungguh disayangkan ketika orang
tua gagal dalam membesarkan dan merawat anak-anak
mereka, apalagi tega menelantarkan anak-anak mereka.
Kebutuhan akan kasih sayang orang tua sangat diperlukan
anak-anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
mereka.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai dugaan
kasus penelantaran lima anak di Perumahan Citra Grand
Cluster Nusa Dua Blok E8 no. 37 Cibubur oleh orang tua
mereka. Berita kasus penelantaran anak ini sudah ada sejak
pertengahan Mei 2015 yang lalu, di mana sepasang suami
2
istri dengan inisial T dan N diduga menelantarkan kelima
anak mereka, yaitu L (10), C (10), AD (8), AL (5), dan DN (4),
tetapi penelantaran terutama terjadi pada bocah berinisial
AD yang tidak diperbolehkan masuk ke rumah T dan N (oleh
karena sering membuat kesal orangtua dari AD), sehingga
AD terpaksa menetap sementara di pos satpam kompleks
sebulan
lebih
lamanya
dan
berkeliaran
tanpa
adanya
pengasuhan dari pihak keluarga. Tidak jarang, AD sering
menginap di rumah tetangga secara bergiliran.
Hingga
tindak
lanjutnya,
setelah
tetangga
sekitar
menduga adanya kasus penelantaran anak yang dilakukan
pasangan suami istri T dan N, tetangga sekitar dan RT
setempat melaporkan dugaan kasus tersebut ke Komisi
Perlindungan
Anak
Indonesia
(KPAI)
dan
kepolisian.
Tetangga sekitar sering melihat AD dalam kondisi kelaparan.
Keadaan AD sangat berbanding terbalik dengan keadaan
orang tuanya yang kaya serta fasilitas-fasilitas dalam rumah
yang begitu memanjakan.
Ketika orang tua penelantar anak diperiksa, seringkali T
bersama dengan N membantah tuduhan bahwa mereka
menelantarkan kelima anak mereka. Salah satu putra dari T
dan N, yaitu AD, merupakan anak yang lahirnya tidak
direncanakan, sehingga ia dititipkan kepada ibu T (nenek
dari AD) sejak kecil.
Dalam beberapa waktu, kelima anak T dan N diamankan
di
dalam
safehouse
(rumah
aman)
milik
KPAI
dan
lingkungannya dikondisikan tidak pernah terjadi apapun
sebelumnya, supaya mampu memulihkan keadaan psikis dan
sosial dari kelima anak itu sendiri, sedangkan T dan N terus
menjalani proses pemeriksaan dan penyidikan terhadap
3
dugaan kasus penelantaran anak. Hingga saat ini belum
ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus ini, namun dalam
kasus penyalahgunaan narkoba, mereka menjadi tersangka.
Dalam makalah ini, penulis tidak membahas mengenai
penyalahgunaan narkoba, namun lebih ke arah penelantaran
anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab utama dugaan kasus penelantaran anak
di Cibubur?
2. Apakah dampak utama yang terjadi akibat dugaan kasus
penelantaran anak di Cibubur?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk menangani dugaan
kasus penelantaran anak seperti kasus lima anak di
Cibubur?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. memenuhi
tugas
pengganti
Ujian
Akhir
Semester
Pendidikan Kewarganegaraan;
2. mengetahui penyebab dugaan kasus penelantaran anak di
Cibubur;
3. mengetahui dampak yang terjadi akibat dugaan kasus
penelantaran anak di Cibubur; dan
4. mencari solusi yang diharapkan mampu menyelesaikan
masalah penelantaran anak.
D. Manfaat Makalah
Berikut ini manfaat makalah yang penulis buat, antara lain:
1. penulis
mampu
memperdalam
dan
memahami
kasus
penelantaran anak;
4
2. orang tua lebih memperhatikan kondisi tumbuh kembang
anak, faktor kesejahteraan anak, dan memiliki peran
penuh dalam mengasuh mereka.
E. Metode Penyusunan
Metode
yang digunakan
adalah
metode
referensi
dan
pustaka. Penulis menghimpun berita dan informasi dari
sumber-sumber seperti jurnal dan internet, dan didukung
dengan buku-buku yang berkaitan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoretis
Menurut Helfer (1987), penelantaran atau neglect adalah
interaksi atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga
yang mengakibatkan perlukaan yang disengaja terhadap
kondisi fsik dan emosi anak; sedangkan Henry (dalam
Anshori,
2007)
penganiayaan
menyebut
yang
dialami
kasus
penelentaran
anak-anak
dengan
dan
istilah
Battered Child Syndrome, yaitu keadaan yang disebabkan
karena kurangnya perawatan dan perlindungan terhadap
anak
oleh
orangtua
penelantaran
lebih
atau
mengarah
pengasuh
kepada
lain.
Tindakan
kegagalan
pihak
keluarga (terutama dalam hal ini: orang tua) dalam merawat
anak-anaknya.
Penelantaran
anak
merupakan
salah
satu
bentuk
kekerasan terhadap anak. Menurut Eichards J. Pelles (dalam
Abu Hurairah, 2006), istilah kekerasan terhadap anak
meliputi berbagai macam bentuk tingkah laku dari tindakan
ancaman fsik secara langsung oleh orang tua atau orang
dewasa
lainnya
sampai
pada
penelantaran
kebutuhan-
kebutuhan dasar anak. Menurut Baker (2003), kekerasan
terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang
secara fsik dan emosi terhadap anak yang ketergantungan,
melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali,
degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual,
biasanya dilakukan para orang tua atau pihak lain yang
seharusnya merawat anak.
6
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
penelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya,
seperti: kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional,
nutrisi, rumah atau tempat bernaung, dan keadaan hidup
yang aman yang layaknya dimiliki oleh keluarga atau
pengasuh.
Berikut
ini
disajikan
data
kasus
kekerasan
dan
penelantaran anak di Indonesia tahun 2004-2006.
Kasus-kasus kekerasan dan penelantaran anak ini seperti
fenomena ‘gunung es’; sebenarnya masih banyak kasuskasus semacam ini, namun tidak dilaporkan. Namun dapat
7
dilihat pada grafk tersebut, setiap jenis kasus meningkat
jumlahnya
dari
tahun
ke
tahun,
diperkirakan
hingga
sekarang terus meningkat dengan begitu pesatnya.
Adapun
dasar-dasar
hukum
yang
dipakai
dalam
menindaklanjuti kasus penelantaran anak adalah sebagai
berikut:
1) UUD 1945 pasal 28 yang mengatur hak asasi manusia,
pasal 28B ayat (2) dan pasal 28H ayat (1).
2) UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
3) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 4,
pasal 9, dan pasal 17 ayat (1).
4) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pasal 62.
5) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
pasal 44 ayat (1), (2), dan (3).
6) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam
Rumah Tangga, pasal 4.
B. Pembahasan
1. Penyebab Terjadinya Penelantaran Anak
Menurut
tinjauan
penulis,
ada
penyebab
utama
terjadinya penelantaran anak, terutama dalam dugaan
kasus penelantaran anak di Cibubur, yaitu pola asuh orang
tua yang tergolong salah. Orang tua seharusnya tidak
memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan, tetapi
lebih kepada hukuman yang berupa konsekuensi logis,
yang sifatnya membangun dan membuat anak menjadi
lebih baik lagi, bukannya membuat anak menjadi trauma.
Ditambah lagi, menurut Komisioner KPAI Rita Pranawati,
anak dapat dilatih tanggung jawabnya dari hukuman yang
berupa konsekuensi logis. Dalam kasus ini, Rita melihat
8
bahwa hukuman yang diberikan kepada orang tua kepada
anak-anak
mereka
(khususnya
AD)
adalah
hukuman
kekerasan.
2. Dampak Penelantaran Anak
Berry, Cash, dan Mathiesen (2003) mengemukakan
faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengkaji adanya penelantaran anak ada 3 pada umumnya.
a. Kondisi lingkungan
b. Dukungan sosial
c. Keterampilan pengasuh
d. Kesejahteraan anak itu sendiri
Penulis melihat adanya dukungan sosial yang buruk
dari pihak orang tua terhadap anak sendiri. Mereka
kurang bertumbuh dan berkembang dengan baik, malah
membuat anak-anak menjadi takut terhadap orang tua
mereka. T dan N juga tidak begitu mempedulikan anakanak mereka, yang dibuktikan dengan keadaan kelima
anak T dan N yang secara psikis sangat tertekan.
Dampak yang terjadi akibat penelantaran anak di
Cibubur yaitu dampak psikologis, yaitu kondisi anak-anak
yang sangat tertekan, yang membuat mereka harus
dibawa
ke
safehouse
untuk
dipulihkan
kondisinya.
Terlebih lagi pada AD, terdapat beberapa luka fsik pada
bagian
tubuhnya.
Hal-hal
seperti
ini
tidak
akan
menumbuh-kembangkan anak menjadi lebih baik lagi,
justru malah efek traumatis yang akan dibawa oleh anakanak T dan N.
3. Solusi Menurut Penulis
Berikut ini solusi yang ditawarkan, menurut penulis.
a. Bagi keluarga
9
Faktor perencanaan keluarga merupakan suatu faktor
yang penting bagi keberhasilan membangun suatu
keluarga, seperti jarak umur antaranak, jumlah anak,
serta bagaimana orang tua mampu bertanggungjawab
memenuhi setiap kebutuhan anak, entah kebutuhan
kasih sayang, kebutuhan materiil dan lain sebagainya.
Harapan penulis ialah, ketika membangun keluarga,
faktor itu harus dipertimbangkan.
b. Bagi pemerintah dan lembaga terkait
Menurut penulis, kinerja pemerintah sudah baik, hanya
saja perlu memfungsikan pemerintah daerah dan Komisi
Perlindungan Anak setempat hingga 100%. Sebab dalam
kasus ini, penulis melihat bahwa peran KPAI tingkat
pusat lebih dominan. Upaya yang dilakukan KPAI (yaitu
memasukkan anak-anak ke dalam safehouse) sudah
baik, dan keadaan mereka semakin pulih. Ketika salah
satu anggota Komisi VIII DPR RI Desy Ratnasari
mengunjungi anak-anak korban penelantaran di rumah
aman, beliau mendapati kondisi mereka yang semakin
baik, yang mampu diajak berinteraksi.
Selain
itu,
penulis
tidak
melihat
kinerja
secara
signifkan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak saat ini, Yohana Susana Yembise.
Penulis belum melihat campur tangan Menteri Yohana
dalam kasus penelantaran anak di Cibubur ini. Harapan
penulis untuk ke depannya, menteri terkait mampu
turun tangan dan tanggap dalam menangani masalah
seperti ini.
c. Bagi orang tua penelantar anak, Y dan N
10
Ada baiknya Y dan N diberikan kesempatan sekali lagi
untuk mendidik dan mengasuh anak-anak mereka.
Namun sebelum itu, Y dan N perlu ‘disehatkan’ supaya
ketika mereka beroleh kesempatan untuk tetap memiliki
hak asuh, mereka tidak menyalahgunakannya, dengan
catatan: negara juga turut memantau proses edukasi
dan pengasuhan anak-anak yang ditelantarkan itu. Jika
terbukti gagal lagi, baru Y dan N diberikan hukuman.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan
segala
sesuatu
yang
dibutuhkan
untuk
tumbuh
kembangnya.
2. Penyebab utama terjadinya dugaan kasus penelantaran
anak di Cibubur adalah karena faktor pola asuh yang
salah.
3. Dampak kasus yang diduga penelantaran anak di Cibubur
adalah dampak psikologi, yaitu kondisi anak-anak korban
penelantaran yang sangat tertekan.
B. Saran
1. Peran pemerintahan pusat dan daerah lebih ditingkatkan
dalam menegakkan hak-hak anak, sebagaimana yang
diatur dalam berbagai konvensi dan undang-undang.
2. Masyarakat dianjurkan lebih aktif dan peduli terhadap
keluarganya dan lingkungannya; dengan cara demikian,
masyarakat
turut
mengawasi
supaya
hak-hak
anak
dipenuhi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 2004. Seri Psikologi: Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan – Dari Anak sampai Usia Lanjut.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/fles/disk1/28/
jtstikesmuhgo-gdl-wikarispud-1377-2-hal.99--7.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=253230&val=6820&title=KEKERASAN
%20TERHADAP%20ANAK%20%E2%80%9CBOM
%20WAKTU%E2%80%9D%20MASA%20DEPAN
http://e-journal.uajy.ac.id/1627/2/1HK09421.pdf
http://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/JURNALDEWI-HAPRIYANTI.pdf
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3593/1/
Kasus.Lima.Bocah.Ditelantarkan.Orangtuanya?sort=desc
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/
123456789/4388/1/FARHAN-FSH.pdf
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/
2011/01/PEDOMAN-RUJUKAN-KASUS-KtA-BAGI-PETUGASKESEHATAN.pdf
http://www.unicef.org/indonesia/id/
01_mengenal_hak_hak_anak.pdf
http://www.unicef.org/indonesia/id/A7__B_Ringkasan_Kajian_Perlindungan.pdf
http://www.unicef.org/magic/media/documents/
CRC_bahasa_indonesia_version.pdf
13
KEWARGANEGARAAN
Kasus Penelantaran Anak di Cibubur
Disusun oleh:
Daniel Christianto Setyo Prihangkoso
14/363234/TK/41412
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
1
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak semua anak beruntung dan memperoleh kebutuhan
dasarnya dengan layak, akan tetapi dewasa ini sebagian
anak mengalami perlakuan yang tidak wajar, yaitu tindak
kekerasan dan penelantaran yang dilakukan oleh orangorang terdekat di lingkungannya, seperti orang tua, yang
sebenarnya harus memberikan perlindungan serta kasih
sayang kepada mereka. Kasus-kasus seperti ini mengejutkan
publik, serta sering dibahas di berbagai media akhir-akhir
ini. Sebenarnya kasus penelantaran anak sudah ada sejak
dahulu, tidak hanya satu atau dua kasus, tetapi sangat
banyak, namun banyak yang tidak dilaporkan ke instansi
terkait dan diangkat ke dalam media massa.
Kasus penelantaran anak merupakan masalah yang
besar, yang perlu akan perhatian publik dan perlu ditangani
secara cepat dan tepat. Sungguh disayangkan ketika orang
tua gagal dalam membesarkan dan merawat anak-anak
mereka, apalagi tega menelantarkan anak-anak mereka.
Kebutuhan akan kasih sayang orang tua sangat diperlukan
anak-anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
mereka.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai dugaan
kasus penelantaran lima anak di Perumahan Citra Grand
Cluster Nusa Dua Blok E8 no. 37 Cibubur oleh orang tua
mereka. Berita kasus penelantaran anak ini sudah ada sejak
pertengahan Mei 2015 yang lalu, di mana sepasang suami
2
istri dengan inisial T dan N diduga menelantarkan kelima
anak mereka, yaitu L (10), C (10), AD (8), AL (5), dan DN (4),
tetapi penelantaran terutama terjadi pada bocah berinisial
AD yang tidak diperbolehkan masuk ke rumah T dan N (oleh
karena sering membuat kesal orangtua dari AD), sehingga
AD terpaksa menetap sementara di pos satpam kompleks
sebulan
lebih
lamanya
dan
berkeliaran
tanpa
adanya
pengasuhan dari pihak keluarga. Tidak jarang, AD sering
menginap di rumah tetangga secara bergiliran.
Hingga
tindak
lanjutnya,
setelah
tetangga
sekitar
menduga adanya kasus penelantaran anak yang dilakukan
pasangan suami istri T dan N, tetangga sekitar dan RT
setempat melaporkan dugaan kasus tersebut ke Komisi
Perlindungan
Anak
Indonesia
(KPAI)
dan
kepolisian.
Tetangga sekitar sering melihat AD dalam kondisi kelaparan.
Keadaan AD sangat berbanding terbalik dengan keadaan
orang tuanya yang kaya serta fasilitas-fasilitas dalam rumah
yang begitu memanjakan.
Ketika orang tua penelantar anak diperiksa, seringkali T
bersama dengan N membantah tuduhan bahwa mereka
menelantarkan kelima anak mereka. Salah satu putra dari T
dan N, yaitu AD, merupakan anak yang lahirnya tidak
direncanakan, sehingga ia dititipkan kepada ibu T (nenek
dari AD) sejak kecil.
Dalam beberapa waktu, kelima anak T dan N diamankan
di
dalam
safehouse
(rumah
aman)
milik
KPAI
dan
lingkungannya dikondisikan tidak pernah terjadi apapun
sebelumnya, supaya mampu memulihkan keadaan psikis dan
sosial dari kelima anak itu sendiri, sedangkan T dan N terus
menjalani proses pemeriksaan dan penyidikan terhadap
3
dugaan kasus penelantaran anak. Hingga saat ini belum
ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus ini, namun dalam
kasus penyalahgunaan narkoba, mereka menjadi tersangka.
Dalam makalah ini, penulis tidak membahas mengenai
penyalahgunaan narkoba, namun lebih ke arah penelantaran
anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab utama dugaan kasus penelantaran anak
di Cibubur?
2. Apakah dampak utama yang terjadi akibat dugaan kasus
penelantaran anak di Cibubur?
3. Bagaimana solusi yang tepat untuk menangani dugaan
kasus penelantaran anak seperti kasus lima anak di
Cibubur?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. memenuhi
tugas
pengganti
Ujian
Akhir
Semester
Pendidikan Kewarganegaraan;
2. mengetahui penyebab dugaan kasus penelantaran anak di
Cibubur;
3. mengetahui dampak yang terjadi akibat dugaan kasus
penelantaran anak di Cibubur; dan
4. mencari solusi yang diharapkan mampu menyelesaikan
masalah penelantaran anak.
D. Manfaat Makalah
Berikut ini manfaat makalah yang penulis buat, antara lain:
1. penulis
mampu
memperdalam
dan
memahami
kasus
penelantaran anak;
4
2. orang tua lebih memperhatikan kondisi tumbuh kembang
anak, faktor kesejahteraan anak, dan memiliki peran
penuh dalam mengasuh mereka.
E. Metode Penyusunan
Metode
yang digunakan
adalah
metode
referensi
dan
pustaka. Penulis menghimpun berita dan informasi dari
sumber-sumber seperti jurnal dan internet, dan didukung
dengan buku-buku yang berkaitan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoretis
Menurut Helfer (1987), penelantaran atau neglect adalah
interaksi atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga
yang mengakibatkan perlukaan yang disengaja terhadap
kondisi fsik dan emosi anak; sedangkan Henry (dalam
Anshori,
2007)
penganiayaan
menyebut
yang
dialami
kasus
penelentaran
anak-anak
dengan
dan
istilah
Battered Child Syndrome, yaitu keadaan yang disebabkan
karena kurangnya perawatan dan perlindungan terhadap
anak
oleh
orangtua
penelantaran
lebih
atau
mengarah
pengasuh
kepada
lain.
Tindakan
kegagalan
pihak
keluarga (terutama dalam hal ini: orang tua) dalam merawat
anak-anaknya.
Penelantaran
anak
merupakan
salah
satu
bentuk
kekerasan terhadap anak. Menurut Eichards J. Pelles (dalam
Abu Hurairah, 2006), istilah kekerasan terhadap anak
meliputi berbagai macam bentuk tingkah laku dari tindakan
ancaman fsik secara langsung oleh orang tua atau orang
dewasa
lainnya
sampai
pada
penelantaran
kebutuhan-
kebutuhan dasar anak. Menurut Baker (2003), kekerasan
terhadap anak adalah tindakan melukai yang berulang-ulang
secara fsik dan emosi terhadap anak yang ketergantungan,
melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali,
degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual,
biasanya dilakukan para orang tua atau pihak lain yang
seharusnya merawat anak.
6
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
penelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya,
seperti: kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional,
nutrisi, rumah atau tempat bernaung, dan keadaan hidup
yang aman yang layaknya dimiliki oleh keluarga atau
pengasuh.
Berikut
ini
disajikan
data
kasus
kekerasan
dan
penelantaran anak di Indonesia tahun 2004-2006.
Kasus-kasus kekerasan dan penelantaran anak ini seperti
fenomena ‘gunung es’; sebenarnya masih banyak kasuskasus semacam ini, namun tidak dilaporkan. Namun dapat
7
dilihat pada grafk tersebut, setiap jenis kasus meningkat
jumlahnya
dari
tahun
ke
tahun,
diperkirakan
hingga
sekarang terus meningkat dengan begitu pesatnya.
Adapun
dasar-dasar
hukum
yang
dipakai
dalam
menindaklanjuti kasus penelantaran anak adalah sebagai
berikut:
1) UUD 1945 pasal 28 yang mengatur hak asasi manusia,
pasal 28B ayat (2) dan pasal 28H ayat (1).
2) UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
3) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 4,
pasal 9, dan pasal 17 ayat (1).
4) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pasal 62.
5) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
pasal 44 ayat (1), (2), dan (3).
6) UU No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam
Rumah Tangga, pasal 4.
B. Pembahasan
1. Penyebab Terjadinya Penelantaran Anak
Menurut
tinjauan
penulis,
ada
penyebab
utama
terjadinya penelantaran anak, terutama dalam dugaan
kasus penelantaran anak di Cibubur, yaitu pola asuh orang
tua yang tergolong salah. Orang tua seharusnya tidak
memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan, tetapi
lebih kepada hukuman yang berupa konsekuensi logis,
yang sifatnya membangun dan membuat anak menjadi
lebih baik lagi, bukannya membuat anak menjadi trauma.
Ditambah lagi, menurut Komisioner KPAI Rita Pranawati,
anak dapat dilatih tanggung jawabnya dari hukuman yang
berupa konsekuensi logis. Dalam kasus ini, Rita melihat
8
bahwa hukuman yang diberikan kepada orang tua kepada
anak-anak
mereka
(khususnya
AD)
adalah
hukuman
kekerasan.
2. Dampak Penelantaran Anak
Berry, Cash, dan Mathiesen (2003) mengemukakan
faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengkaji adanya penelantaran anak ada 3 pada umumnya.
a. Kondisi lingkungan
b. Dukungan sosial
c. Keterampilan pengasuh
d. Kesejahteraan anak itu sendiri
Penulis melihat adanya dukungan sosial yang buruk
dari pihak orang tua terhadap anak sendiri. Mereka
kurang bertumbuh dan berkembang dengan baik, malah
membuat anak-anak menjadi takut terhadap orang tua
mereka. T dan N juga tidak begitu mempedulikan anakanak mereka, yang dibuktikan dengan keadaan kelima
anak T dan N yang secara psikis sangat tertekan.
Dampak yang terjadi akibat penelantaran anak di
Cibubur yaitu dampak psikologis, yaitu kondisi anak-anak
yang sangat tertekan, yang membuat mereka harus
dibawa
ke
safehouse
untuk
dipulihkan
kondisinya.
Terlebih lagi pada AD, terdapat beberapa luka fsik pada
bagian
tubuhnya.
Hal-hal
seperti
ini
tidak
akan
menumbuh-kembangkan anak menjadi lebih baik lagi,
justru malah efek traumatis yang akan dibawa oleh anakanak T dan N.
3. Solusi Menurut Penulis
Berikut ini solusi yang ditawarkan, menurut penulis.
a. Bagi keluarga
9
Faktor perencanaan keluarga merupakan suatu faktor
yang penting bagi keberhasilan membangun suatu
keluarga, seperti jarak umur antaranak, jumlah anak,
serta bagaimana orang tua mampu bertanggungjawab
memenuhi setiap kebutuhan anak, entah kebutuhan
kasih sayang, kebutuhan materiil dan lain sebagainya.
Harapan penulis ialah, ketika membangun keluarga,
faktor itu harus dipertimbangkan.
b. Bagi pemerintah dan lembaga terkait
Menurut penulis, kinerja pemerintah sudah baik, hanya
saja perlu memfungsikan pemerintah daerah dan Komisi
Perlindungan Anak setempat hingga 100%. Sebab dalam
kasus ini, penulis melihat bahwa peran KPAI tingkat
pusat lebih dominan. Upaya yang dilakukan KPAI (yaitu
memasukkan anak-anak ke dalam safehouse) sudah
baik, dan keadaan mereka semakin pulih. Ketika salah
satu anggota Komisi VIII DPR RI Desy Ratnasari
mengunjungi anak-anak korban penelantaran di rumah
aman, beliau mendapati kondisi mereka yang semakin
baik, yang mampu diajak berinteraksi.
Selain
itu,
penulis
tidak
melihat
kinerja
secara
signifkan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak saat ini, Yohana Susana Yembise.
Penulis belum melihat campur tangan Menteri Yohana
dalam kasus penelantaran anak di Cibubur ini. Harapan
penulis untuk ke depannya, menteri terkait mampu
turun tangan dan tanggap dalam menangani masalah
seperti ini.
c. Bagi orang tua penelantar anak, Y dan N
10
Ada baiknya Y dan N diberikan kesempatan sekali lagi
untuk mendidik dan mengasuh anak-anak mereka.
Namun sebelum itu, Y dan N perlu ‘disehatkan’ supaya
ketika mereka beroleh kesempatan untuk tetap memiliki
hak asuh, mereka tidak menyalahgunakannya, dengan
catatan: negara juga turut memantau proses edukasi
dan pengasuhan anak-anak yang ditelantarkan itu. Jika
terbukti gagal lagi, baru Y dan N diberikan hukuman.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan
segala
sesuatu
yang
dibutuhkan
untuk
tumbuh
kembangnya.
2. Penyebab utama terjadinya dugaan kasus penelantaran
anak di Cibubur adalah karena faktor pola asuh yang
salah.
3. Dampak kasus yang diduga penelantaran anak di Cibubur
adalah dampak psikologi, yaitu kondisi anak-anak korban
penelantaran yang sangat tertekan.
B. Saran
1. Peran pemerintahan pusat dan daerah lebih ditingkatkan
dalam menegakkan hak-hak anak, sebagaimana yang
diatur dalam berbagai konvensi dan undang-undang.
2. Masyarakat dianjurkan lebih aktif dan peduli terhadap
keluarganya dan lingkungannya; dengan cara demikian,
masyarakat
turut
mengawasi
supaya
hak-hak
anak
dipenuhi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 2004. Seri Psikologi: Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan – Dari Anak sampai Usia Lanjut.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/fles/disk1/28/
jtstikesmuhgo-gdl-wikarispud-1377-2-hal.99--7.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=253230&val=6820&title=KEKERASAN
%20TERHADAP%20ANAK%20%E2%80%9CBOM
%20WAKTU%E2%80%9D%20MASA%20DEPAN
http://e-journal.uajy.ac.id/1627/2/1HK09421.pdf
http://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/JURNALDEWI-HAPRIYANTI.pdf
http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3593/1/
Kasus.Lima.Bocah.Ditelantarkan.Orangtuanya?sort=desc
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/
123456789/4388/1/FARHAN-FSH.pdf
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/
2011/01/PEDOMAN-RUJUKAN-KASUS-KtA-BAGI-PETUGASKESEHATAN.pdf
http://www.unicef.org/indonesia/id/
01_mengenal_hak_hak_anak.pdf
http://www.unicef.org/indonesia/id/A7__B_Ringkasan_Kajian_Perlindungan.pdf
http://www.unicef.org/magic/media/documents/
CRC_bahasa_indonesia_version.pdf
13