Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yan1

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD)
I.
A.

Pemakaian Huruf
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas :
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Aa
Bb
Cc
Dd
Ee
Ff
Gg

Hh
Ii
B.

a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i

Jj
Kk
Ll
Mm
Nn
Oo

Pp
Qq
Rr

je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er

Ss
Tt
Uu
Vv
Ww
Xx

Yy
Zz

es
te
u
fe
we
eks
ye
zet

Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia a, i, e, o
dan u.
Huruf vocal
a
i
u
e*


Di Awal

Di Tengah

Di Akhir

Api
Padi
Lusa
Itu
Simpan
Mumi
Ulang
Bumi
Ibu
Enak
Petak
Sore
Emas

Kena
Tipe
o
Oleh
Kota
Radio
* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan
kata menimbulkan keraguan.
Misalnya :
- Anak-anak bermain di teras (teras).
- Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
- Kami menonton film seri (seri)
- Pertandingan hari itu berakhir seri.

C.

Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilmbangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf

Di Awal
Di Tengah
Di Akhir
Diftong
Ai
Ain
Syaitan
Pantai
Au
Aula
Saudara
Harimau
Oi
Boikit
Amboi

D.

Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut .

a. Jika ditengah kata ada vocal yang berurutan,
pemenggalan itu dilakukan diantara kedua vocal itu.
Misalnya :
ma-in, sa-at, bu-ah.
Huruf diftong (ai, au, oi) tidak pernah dipisahkan
sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara
kedua huruf itu.
Misalnya :
au-la
bukan
a-u-l-a
sau-da ra
bukan
sa-u-da ra
am-boi
bukan
am-bo-i
b. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf
konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah

diceraikan.
Misalnya :
man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa,
makh-luk.
c. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau
Lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan
yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya :
In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las.

2. Apabila ada imbuhan akhiran dan imbuhan awalan (termasuk
Awalan yang mengalami perubahan bentuk) serta partikel yang
biasanya ditulis serngkai dengan kata dasarnya, maka dapat di
penggal pada pergantian baris.
Misalnya :
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.
Catatan :
a. Bentuk dasar pada kata turunan sepadat mungkin tidak
dipenggal.
b. Akhiran –i, tidak dipenggal.

c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata
dilakukun sebagai berikut.
Misalnya :
te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi.
3. Jika suatu kat terdiri atas suatu febih dari suatu unsure dan salah
Satu unsur dan salah satu unsur itu dapat dilakukan (1) di antara
unsur unsur itu atau (2) pada unsure gabungan itu sesuai dengan
kaidah Ia, Ib, Ic, dan Id di atas.
Misalnya :
bio-grfi/bi-o-grafi,foto-grafi,intro-speksi/in-tro-spek-si, kilogram/ki-lo-gram, kilo-meter/ki-lo-me-ter, pasca panen/ pas-capa-nen.
Keterangan :
Nama orang, badan hokum, dan nama diri yang lain
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
II.

Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

A.


Huruf Kapital (Huruf Besar)
1. Huruf kapital, atau huruf besar dipakai sebgai huruf pertama
kata pada awal kalimat.
Misalnya :
- Dia mengantuk
- Apa maksudnya?
- Kita harus berkeda keras
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
- Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” Bapak menasehatkan

- Berhati hatilah, Nak!”
- “Kemarilah engkau terlambat,” katanya.
3.
Huruf kapital dipakai sebagai hurf pertama dalam ung-kapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
Allah, Alkitab, Islam, Yang Maha Kuasa.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar

kehormatan, keturunan, dan keagamaam yang diikuti nama
orang.
Misalnya :
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi
Muhammad, Imam Bonjol.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instasi, atau nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Hamza Haz, Perdana Mentri Nehru, Profesor
Sopomo, Laksamana Muda Udara Husein.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure-unsur nama
orang
Misalnya :
Amin Raies, Mathori Abdul Djalil, Dewi Sartika.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
8. Huruf kapial dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peritiwa sejarah.
Misalnya :
bulan Agustua, hari Natal, bulan Maulid, perang Candu, hari
Galungaan, tahun Hijriah, hari Jum’at, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
Asia Tenggara, Kali Brantas, Banyuwangi, Lembah Baliem.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
- Sudahkah Anda tahu?.
- Surat Anda sudah kami terima.

B.

III.
A.

B.

C.

D.

Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
- majalah Bahasa dan kesusastraan.
- buku Negara Kertagama karangan Prapanca.
- surat kabar Suara Karya.
Penulisan Kata
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
- Ibu percaya bahwa engkau tahu.
- Kantor pajak penuh sesak.
Catatan :
Semua kata dalam kalimat di atas adalah kata dasar.
Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
Kata dasarnya.
Misalnya :
bergeletar, dikelola, penetapan, menengok.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya :
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung.
Misalnya :
anak-anak, gerak-gerik, biri-biri, huru-hura.
Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsure-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya :
duta besar, mata pelajaran, orang tua, simpang empat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis denga tanda
hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur-unsur yang
bersangkutan.

E.

F.

G.

H.

Misalnya :
alat pandang dengar, ibu-bapak kami, anak istri saya, orang-tua
muda.
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya :
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah,
bagaimana, belasungkawa, barangkali, beasiswa, bilamana.
Kata Ganti ( -ku, kau-, -mu, dan –nya )
Kata ganti (-ku, kau- ) ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Sedangkan (-mu, -nya ) ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
- Apa yang kumiliki boleh kauambil.
- Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Kata Depan (di, ke, dan dari )
Kata depan (di, ke, dan dari) ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
- Kain itu terletak dalam lemari.
- Bermalam semalam di sini.
- Dimana Siti sekarang?.
- Mereka ada di rumah.
Catatan :
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya :
- Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad
- Kami percaya sepenuhnya kepada kakak-nya
- Ke-samping saja persoalan yang tidak penting itu.
- Surat perintah itu di-ke-luarkan hari ini.
Kata si dan sang
Kata (si dan sang) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :
- Harimau itu marah sekali pada sang Kancil.
- Surat itu dikirim kembali kepada si pengirim.
Partikel
1. Partikel (-lah, -kah, dan –tah) ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya :

- Bacalah buku itu baik-baik.
IV. Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan.
Misalnya :
- Ayahku tinggal di Solo.
- Biarlah mereka duduk di sana.
2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu
bagian, ikhtiar, atau daftar.
Misalnya :
a. II. Depertemen Dalam Negri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat.
B. Direktorat Jendral Agraria.
b. I. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Hustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.1.3 Tabel
Catatan :
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan atau ikhtir jika angka atau huruf itu merupakan yang
terkhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :
Pukul 1.35.20 ( pukul 1 lewat 35 menit 20 detik )
4. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatan.
Misalnya :
- Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
- Gempa yang terjadi di Padang menewaskan 1.231 jiwa.
5. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatan yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya :
- Dia lahir pada tahun1976 di Bandung.
- Lihat halaman 273 dan seterusnya.
- Nomor gironya 5645678

B. Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu perician
atau pembilang.
Misalnya :
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Dia membeli tepung, gula, telur, dan panili.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti (o, ya, wah,
aduh, kasihan ) dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalmat.
Misalnya :
- O, begitu?
- Wah, bukan main!
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dan
Bagian lain dalam kalimat.
Misalnya :
- Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
- “Saya gembira sekali,” kata Ibu.
4. Tanda koma dipakai pada bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya :
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karangmengarang (Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4.
5. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Misalnya :
- Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
- Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan
daun sirih.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
yang sejenis dan setara.
Misalnya :
- Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.
Misalnya :
- Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja
di dapur; Adik menghapal nama-nama paklawan nasional;
Saya sendiri asyik mendengarkan cerita.

D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
- Kita sekarang memerlukan perbotan rumah tangga :
kursi, meja, dan lemari.
- Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu :
hidup atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
Merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya :
- Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Orangnya jelek, kasar, keras kepala, dan bodoh.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
Memerlukan pemerian.
Misalnya :
a. Ketua
: Ahmad Wijawa
Sekertaris
: S. Handayani
Bendahara
: B. Hartawan
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dan percakapan.
Misalnya :
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir : “Baik, Bu “ (mengangkat kopor dan masuk).
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi)
E. Tanda Hubung (-)
Fungsi Tanda Hubung :
1. Untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya :
- Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.
- Langkah-langkah yang dia lakukan sudah tepat.
2. Untuk menyambung awalan dengan bagian kata belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian
baris.
Misalnya :
- Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas
- Ukuran baru ini memudahkan kita meng-

ukur kelapa.
3. Untuk menyambung unsure-unsur kata ulang.
Misalnya :
anak-anak, berulang-ulang, kemerahan-merahan.
4. Untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tunggal.
Misalnya :
p-a-n-i-t-a
8-4-1973
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa
Indonesia dengan unsure bahasa asing.
Misalnya :
di-smash
pen-tackle-an
di-transfer
mem-format
G. Tanda Elipsis (…)
Fungsi Tanda Elipsis
1. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus putus.
Misalnya :
- Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda ellipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya :
- Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya :
- Kapan ia berangkat?
- Apa kau bahagia?
2. Tanda tanya dipakai didalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Misalnya :
- Dia dilahirkan pada tahun 1683 (?)
- Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya :
- Alangkah seramnya peristiwa itu!
- Bersihkan kamar itu sekarang juga!
- Masak! Dia sampai hati juga meninggalkan anak istrinya.

J.

K.

L.

Tanda Kurung ( (…) )
Fungsi Tanda Kurung
1.Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan.
Misalnya :
- Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK ( Daftar Isian
Kegiatan ) kantor itu.
- Mohon ampunanlah kepada-Nya ( Allah, Tuhan pencipta alam).
- Lihatlah wanita (tertelungkup dan menagis) itu.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelas
Yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya :
- Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
- Keterangan itu (lihat Tabel 10) manunjukkan arus perkembangan
baru dalam pasaran dunia.
3. Tanda kurung berfungsi untuk mengapit huruf atau kata yang
Kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya :
- Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadikan
kokain (a).
- Penjalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
Tanda Kurung Siku ( […] )
Fungsi Tanda Kurung Siku :
1. Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata, sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda ini menyatakan
bahwa kesalahan memang terdapat pada naskah asli.
Misalnya :
- Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam
kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya :
- Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman
32-36] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
Tanda Petik (“…”)
Fungsi Tanda Petik :
1.
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

M.

N.

Misalnya :
- “Saya belum siap” kata Mira.
- Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia.
2.
Tanda petik digunakan untuk mengapit judul syair, karangan,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya :
- Bacalah “Bola Lampu” dalam buku “Dari Suatu Masa, Dari
Suatu Tempat”.
- Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.
Tanda petik berfungsi untuk mengapit istilah ilmiah yang
kurang dikenal atau nama yang memepunyai arti khusus.
Misalnya :
- Para siswa itu mulai mengadakan prktikum tentang peleburan
“Plasmodium” yang dibawah oleh nyamuk “Anoples”
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Fungsi Tanda Petik Tunggal :
1. Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang
tersusun didalam petikan lain.
Misalnya :
- Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi ?”
- “Waktu kubuka pintu kamar depan kudengar terikan anakku,
‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar
Bapak Hamdam.
2. Tanda petik tunggal berfungsi untuk mengapit makna, terjamahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya :
- feed-back ---> ‘balikan’
- kalangan The have ---> … ‘berpunya’
Tanda Garis Miring (/)
Fungsi Garis Miring
1.
Tanda garis dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat
dan penandaan masa satu thn yang terbagi dalam 2 than takwin.
Misalnya :
- No. 7/PK/1973
- Jalan Kramat II/ 10
- tahun anggaran 2003/2004
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau,
atau tiap.
Misalnya :

O.

- mahasiswa/mahasiswi
- harganya Rp 150,00/lembar
- Jalan Labuahan Lombok IV / 19 Wanasaba.
Tanda Penyikat atau Apostrof (‘)
Tanda penyikat atau apostrof digunakan untuk menunjukkan
penghilang bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya :
- Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan)
- Malam ‘kan tiba. (‘kan = akan)
- 1 Januari ’04 (‘04=2004)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111