PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA KESEHATAN MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS VIII-A SMPN 1 KEDUNGJAJANG. Oleh: Suhasan (SMPN 1 Kedungjajang Lumajang) – JURNAL JP3
KESEHATAN MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING
SISWA KELAS VIII-A SMPN 1 KEDUNGJAJANG
Suhasan SMPN 1 Kedungjajang Lumajang e-mail: suhasan97@gmail.com
Abstrak: Masih rendahnya hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan disebabkan
dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama
ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan
masih tergolong kurang. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses
pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata
pelajaran ini tidak begitu penting dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada
Ujian Nasional (UN). Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikanupaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan siswa kelas VIII-A
dengan menggunakan metode problem solving, (2) mendeskripsikan bukti bahwa penerapan
Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-A. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Penelitian ini menggunakan
dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik observasi dan tes akhir kegiatan. Hasil belajar mata
pelajaran Penjas Orkes siswa kelas VIII-A SMPN 1 Kedungjajang lebih meningkat setelah
menggunakan metode problem solving. Rata-rata skor pada siklus I menunjukan peningkatan
dibandingkan dengan rata-rata skor pada prasiklus 60,30 menjadi 70,27. Rata-rata skor yang
dicapai pada siklus II sebesar 70,60. Perubahan perilaku siswa yang tampak setelah pembelajaran
Penjas Orkes menggunakan metode problem solving, yaitu mengalami perubahan kearah positif.
Perubahan yang terjadi, yaitu: siswa merasa lebih tertarik, senang dan dapat menjawab dengan
baik setiap pertanyaan yang diajukan peneliti. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan
setiap guru mata pelajaran dapat menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang terdapat
dalam pendekatan pada mata pelajaran. Siswa hendaknya memiliki motivasi yang tinggi dan lebih
aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, agar kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
lebih meningkat. Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Metode Problem Solving.
PENDAHULUAN siswa dipengaruhi oleh besarnya minat
Mutu pendidikan sangat erat belajar siswa itu sendiri.hubungannya dengan mutu siswa, karena Salah satu komponen penting dalam siswa merupakan titik pusat proses belajar pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum mengajar. Oleh karena itu, dalam disusun untuk mendorong anak berkembang meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti ke arah tujuan pendidikan. Tujuan dengan peningkatan mutu siswa. pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada kurikulum tiap tingkat dan jenis pendidikan, tingginya tingkat prestasi belajar siswa, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar dalam tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
Jasmani dan Olahraga Kesehatan disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi pada siswa. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (Penjas orkes) masih tergolong kurang. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan tidak begitu penting karena tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.
Peneliti memilih hasil belajar untuk dijadikan penelitian, karena kemampuan hasil belajar siswa pada pembelajaran Penjas Orkes masih kurang memuaskan. Kurangnya nilai hasil belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (penjaskes) disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi pada siswa. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (Penjas orkes) masih tergolong kurang. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan tidak begitu penting dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada oleh penggunaan metode mengajar yang digunakan dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh guru, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini peneliti dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa diperlukan suatu metode yang efektif dan efisien. Terdapat pemikiran bahwa siswa akan senang belajar jika kelas dikondisikan dengan suasana yang menyenangkan. Dengan kata lain memberi kesempatan pada siswa untuk mampu menemukan permasalahan sendiri dan memecahkan permasalahan trsebut bersama teman dalam kelompoknya.
Penerapan metode problem solving dalam proses pembelajaran Penjas Orkes diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan ide, mampu memahami dan memecahkan persoalan belajar bersama teman dalam kelompok belajar, sehingga penggunaan metode ini dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar pada siswa kelas
VIII-A SMPN 1 Kedungjajang.
METODE Seting Penelitian adalah SMPN 1 Kedungjajang, yang terletak di desa Kedungjajang kecamatan Kedungjajang kabupaten Lumajang. Jaraknya sekitar 500 m dari kantor kecamatan dan apabila diukur dari pusat kota Lumajang, jaraknya kurang lebih 8 km.
Subjek Penelitian
Untuk menjaga validasi data penelitian, maka peneliti memadukan dan membandingkan antara data hasil penelitian dengan hasil observasi, dan subjek penelitian. Selanjutnya peneliti mengambil kesimpulan yang tepat berdasarkan hasil analisis data yang dilaksanakan dalam penelitian.
Peneliti menggunakan desain penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari empat komponen, yaitu:
Prosedur Penelitian
2. Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data non-tes yang diperoleh melalui kegiatan observasi. Langkah analisa data kualitatif adalah data observasi dianalisis dengan cara membaca kembali lembar observasi yang sudah diisi. Dari hasil analisis tersebut akan diketahui gambaran mengenai (a) siswa yang berani mengajukan pertanyaan, (b) keberanian siswa menanggapi pendapat temannya, (c) keseriusan dalam mengikuti pembelajaran, (d) aktifitas dalam kegiatan diskusi.
II. Langkah penghitungan data tes adalah (a) merekap skor yang diperoleh siswa, (b) menghitung skor akumulatif semua aspek, (c) menghitung skor rata- rata, (d) menghitung persentase.
1. Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data penelitian hasil tes tulis yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus
Analisis Data penelitian
2. Lembar observasi Lembar observasi/pengamatan, yaitu lembar yang berisi indikator-indikator proses pembelajaran dalam melaksanakan pengamatan. Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran dengan
Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas VII-A SMPN 1 Kedungjajang kabupaten Lumajang, yang jumlahnya 33 siswa.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan.
problem solving terhadap hasil belajar
1. Lembar tes tulis yang dilakukan setiap akhir kegiatan sebagai bentuk umpan balik untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat penggunaan metode
Alat yang digunakan mengumpulkan data hasil penelitian berupa:
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik non-tes (observasi). Tes menulis berupa penilaian akhir kegiatan setiap siklus untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa. Sedangkan instrumen non-tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan perubahan perilaku siswa dalam penelitian.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
1. Rencana adalah tindakan yang akan digunakan memperbaiki, meningkatkan atau perubahan sebagai solusi. peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan sebagai solusi.
3. Observasi atau pengamatan yaitu mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan siswa. Kesalahan siswa, kesulitan yang dihadapi siswa, kegairahan siswa, tanggapan siswa, kita himpun dan kita jadikan pertimbangan untuk perencanaan pada siklus berikutnya.
56
6 240 33 = 7,2
2.
9
6
54
18 3.
8
7
56
22 4.
7
8
24 5.
2
6
5
30
15 6.
5
4
20
12 7.
4
1
4
3 8. 3 - - - Jumlah 33 244 100
Dari jumlah 33 siswa yang mengikuti tes siklus I mendapat nilai rata- rata 7,2 dan termasuk kategori cukup. 2 siswa memperoleh nilai 10 atau 6%, 6 siswa memperoleh nilai 9 atau 18%, 7 siswa memperoleh nilai 8 atau 22%, 8 siswa memperoleh skor 7 atau 24%, 5 siswa memperoleh skor 6 atau 15%, 4 siswa memperoleh skor 5 atau 20%, dan 1 siswa memperoleh skor 4 atau 3%.
20
10
4. Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses pembelajaran selanjutnya. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus, digambarkan pada Gambar 1.
36 5.
Gambar 1. Alur Siklus Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tes penilaian awal dideskripsikan pada Tabel 1. Dari jumlah 33 siswa yang mengikuti tes awal mendapat nilai rata-rata 6,3 dan termasuk kategori kurang. 4 siswa memperoleh nilai 8 atau 32%, 12 siswa memperoleh nilai 7 atau 36%, 11 siswa memperoleh nilai 6 atau 33%, 3 siswa memperoleh skor 5 atau 9%, dan 3 siswa memperoleh skor 4 atau 9%.
Tabel 1. Hasil Tes Penilaian Awal No. Skor Freku- ensi Bobot
Skor Persen- tase Rata- rata 1. 10 - - - 209 33 = 6,3
2. 9 - - - 3.
8
4
32
13 4.
7
12
84
6
Skor Persen- tase Rata- rata 1.
11
66
33 6.
5
3
15
9 7.
4
3
12
9 8. 3 - - - Jumlah 33 209 100
Hasil tes siklus I dideskripsikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tes Siklus I No. Skor Freku- ensi Bobot
Hasil tes siklus II dideskripsikan pada Tabel 3. Dari jumlah 33 siswa yang mengikuti tes siklus II mendapat nilai rata- rata 7,6 dan termasuk kategori baik. 5 siswa memperoleh nilai 10 atau 15%, 3 siswa memperoleh nilai 8 atau 24%, 9 siswa pengetahuan dan kecakapan praktis memperoleh skor 7 atau 27%, 7 siswa yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan memperoleh skor 6 atau 22%, 1 siswa hidup sehari-hari. Metode ini memperoleh skor 5 atau 3%, dan tidak ada memberikan dasar-dasar pengalaman siswa yang memperoleh skor 4 dan 3. yang praktis mengenai bagaimana cara- cara memecahkan masalah dan
Tabel 3. Hasil Tes Siklus II
kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah
Freku- Bobot Persen- Rata- No. Skor
lainnya didalam masyarakat.
ensi Skor tase rata
Suatu masalah dapat dikatakan 1.
10
5
50
15 2.
9
3
27 9 masalah yang baik bila memenuhi syarat- 3.
8
8
64
24
syarat sebagai berikut:
251 4.
7
9
63
27
a. Jelas, dalam arti bersih dari
33 5.
6
7
42
22
pada kesalahan-kesalahan bahasa
= 6.
5
1
5
3 7,6
maupun isi pengertian yang berbeda.
7. -
4 - -
Istilah yang dipergunakan tidak 8.
3 - - -
memiliki dua pengertian yang dapat
Jumlah 33 251 100 ditafsirkan berbeda-beda.
b. Kesulitannya dapat diatasi. Penyelesaian masalah dalam metode
Maksudnya ialah bahwa pokok
problem solving ini dilakukan melalui
persoalan yang akan dipecahkan tidak kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan merupakan pokok berganda/kompleks. pokok bahasan dalam pelajaran diberikan
c. Bernilai bagi murid. Hasil kepada siswa untuk diselesaikan secara ataupun proses yang diamati murid kelompok. Masalah yang dipilih hendaknya harus bermanfaat dan menguntungkan mempunyai sifat conflict issue atau pengalaman murid atau memperkaya kontroversial, masalahnya dianggap penting pengalaman murid.
(important), urgen dan dapat diselesaikan
d. Sesuai dengan taraf (solutionable) oleh siswa (Gulo, 2002: 116). perkembangan psikologi murid. Tujuan utama dari penggunaan
Masalah yang dipecahkan tidak terlalu metode Problem Solving adalah: mudah tetapi juga tidak terlalu sulit.
a. Mengembangkan Jadi harus sesuai dengan kapasitas pola kemampuan berfikir, terutama didalam pikir murid. mencari sebab-akibat dan tujuan suatu
e. Praktis, dalam arti mungkin masalah. Metode ini melatih murid dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. dalam cara-cara mendekati dan cara-
Atau, problema itu diambil dari praktek cara mengambil langkah-langkah kehidupan sehari-hari, dari lingkungan apabila akan memecahkan suatu sekitar dimana murid itu berada (Jusuf masalah. Djajadisastra, 1982: 20-21).
(1988:42), Problem solving melatih siswa motivasi dan prestasi hasil belajar siswa. terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber DAFTAR PUSTAKA lainnya, juga problem solving melatih siswa
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur berfikir kritis dan metode ini melatih siswa
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metode problem solving ini Anas Sudijono.2004. Pengantar Statistik siswa menjadi lebih dapat mengerti
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
bagaimana cara memecahkan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di luar Djajadisastra, Jusuf. 1982. Metode-metode
Mengajar. Bandung: Angkasa lingkungan sekolah.
Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Grasindo Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar penggunaan metode Problem Solving sangat
Mengajar. Jakarta: Bumi Asara
efektif meningkatkan untuk hasil belajar Ken Watanabe. 2009. Problem Solving
Pendidikan jasmani dan Olahraga
Strategies. Bandung: One
Kesehatan. Bukti yang menunjukkan Publishing. peningkatan hasil belajar Pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan dengan
Nursid Sumaatmadja. 1984. Metodologi penggunaan metode Problem Solving, yaitu
Pengajaran. Bandung: Alumni
meningkatnya hasil belajar siswa: pada test awal diperoleh rata-rata nilai sebesar 6,3. Nugroho Ali. 2008. Materi Pokok
Kurikulum dan Bahan Ajar. Jakarta:
Kemudian pada tindakan siklus I siswa UT memperoleh rata-rata nilai sebesar 7,2, dan pada siklus II memperoleh rata-rata nilai Omi Kartawidjaya.1988. Metoda Mengajar. sebesar 7,6
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, peneliti menyarankan sebagai
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa berikut: (1) guru Penjas Orkes dapat Aktif dan Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru menggunakan metode Problem Solving dengan cara memadukan berbagai teknik yang terdapat dalam pendekatan pempelajaran; (2) peneliti lain dapat melakukan penelitian di kelas dengan menggunakan metode yang berbeda. Penelitian tentang peningkatan hasil belajar perlu dikembangkan dengan menggunakan