ANALISIS PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK DAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia pada

dasarnya

pasti

mengalami

pertumbuhan

dan

perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang
berkaitan erat. Perkembangan (Development) adalah rangkaian perubahan
sepanjang rentang kehidupan manusia, yang bersifat progresif, teratur,
berkesinambungan dan akumulatif, yang menyangkut segi kuantitatif dan
kualitatif, sebagai hasil interaksi antara maturasi dan proses belajar.
Sedangkan Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan ukuran organisme

karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa
diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya
perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.
Dalam konteks psikologi, perkembangan ada 2 (dua) macam
perubahan, yakni pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan diartikan
sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif (Soemantri, 2005). Pendapat
tersebut memperkuat pernyataan Monks (1998) bahwa pertumbuhan,
khususnya dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran
badan dan fungsi fisik yang murni. Dari dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa sifat dari pertumbuhan adalah evolutif. Kemudian,
perkembangan diartikan sebagai suatu proses ke arah yang lebih sempurna,
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali (Monks, dkk, 1998). Pendapat ini
searah dengan Werner yang menyatakan bahwa perkembangan menunjuk
pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Lebih
lanjut dijelaskan perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas
mengenai gejala psikologis yang muncul.
Masa kana-kanak adalah masa yang paling signifikan dalam
kehidupan manusia. Masa ini diibaratkan seperti pondasi bagi sebuah
bangunan. Jika pondasi kokoh dan kuat, maka bangunan akan tegak kokoh
dan tahan lama. Sebaliknya, jika pondasinya lemah dan rapuh, maka

bangunan akan mudah roboh atau rusak, bagimanapun baiknya bahan-bahan

1

dan teknik-teknik pembangunan yang dipakai. Oleh karena itu, masa usia
sekolah dasar sering disebut sebagai masa tumbuh kembang anak seperti
fisik, emosi, intelegensi maupun sosial.
Pada usia dasar (6 – 12 tahun) anak secara relatif lebih mudah dididik
daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua
(2) fase, yaitu: (1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7
tahun sampai umur 9 atau 10 tahun; (2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah
dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun.
Dewasa ini masih banyak orang yang kurang memahami akan konsep
perkembangan anak sekolah dasar. Hal itu dikarenakan banyak hal,
diantaranya kurangnya kepedulian terhadap apa yang hadir dalam setiap
perkembangan yang dilalui anak. Oleh karena itu, laporan ini dibuat untuk
mencoba memaparkan konsep perkembangan fisik-motorik dan sosioemosional anak sekolah dasar yang akan menjadi salah satu referensi dalam
memahami konsep perkembangan tersebut. Maka dari itu, untuk memahami
secara mendalam bagaimana karakteristik perkembangan fisik-motorik dan
sosio-emosional anak ini maka perlu dilakukan obervasi dan pengamatan

tentang perkembangan anak dari dua orang usia sekolah dasar sebagai objek
studi, sehingga hal inilah yang menjadi latar belakang menarik bagi penulis
untuk melakukan studi kasus ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana konsep dasar dan karakteristik perkembangan fisik-motorik
anak usia sekolah dasar ?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar dan karakteristik perkembangan sosioemosional anak usia sekolah dasar ?
1.2.3 Bagaimana analisis dan kesimpulan hasil pengamatan yang telah
dilakukan terhadap dua anak usia sekolah dasar tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan Laporan

2

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar dan karakteristik perkembangan fisikmotorik anak usia sekolah dasar.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar dan karakteristik perkembangan sosioemosional anak usia sekolah dasar.
1.3.3 Untuk mengetahui analisis dan kesimpulan hasil pengamatan yang telah
dilakukan terhadap dua anak usia sekolah dasar tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
3

Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa
pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak.
Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya
perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak. Masalah mengenai
konsep perkembangan ini, akan menjadi kompleks ketika ada satu tahap
perkembangan

yang

terlewati

karena

kurangnya


pemahaman,

sehingga

pemahaman mengenai hal tersebut pun menjadi sangat penting untuk di pahami.
Istilah perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan,
kematangan, dan perubahan. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan aspek jasmaniah, sedangkan
perkembangan menyangkut aspek rohaniah. Pertumbuhan menunjukan perubahan
kuantitas sedangkan perkembangan menunjukkan kualitas. Dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur sedangkan
perkembangan berkenaan dengan penyempurnaan fungsi dalam hal ini tersangkut
juga perihal kematangan yang merupakan saat atau masa yang terbaik bagi
berfungsinya aspek-aspek kepribadian tertentu.
2.1 Konsep Dasar dan Karakteristik Perkembangan Fisik-Motorik Anak
Usia Sekolah Dasar
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian yang khusus bagi
orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi
kehidupan mereka pada masa yang akan datang. Jika perkembangan anak
luput dari perhatian orang tua (tanpa arahan dan pendampingan orang tua),

maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri
mereka.
2.1.1 Perkembangan Fisik
a. Pengertian Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi
pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi atau
perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh,
pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak menentukan keterampilan anak bergerak.
Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang

4

dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan
penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.
b. Aspek dan Karakteristik Perkembangan Fisik
Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara
fisik, anak SD memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan
kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.
 Tinggi dan berat badan;

Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat
dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Ratarata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar
2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm per tahun ( F.A
Hadis 1996).
 Proporsi dan bentuk tubuh;
Anak SD pada kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh
yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi
sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika
anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya
proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang. Berdasarkan
Tipologi Sheldon ( Hurlock 1980) ada tiga kemungkinan bentuk
primer tubuh anak SD yaitu:
(1) Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk
dan berbadan besar.
(2) Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar.
(3) Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemah dan
seperti tak berotot.
 Otak;
Bila dibandingkan dengan pertumbuhan bagian tubuh lain,
pertumbuhan otak dan kepala jauh lebih cepat. Menurut

Santrock dan Yussen, sebagian besar pertumbuhan otak terjadi
pada usia dini. Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anak
mencapai 90% dari ukuran otak dewasa. Kematangan otak yang
dikombinasikan

dengan

pengalaman

berinteraksi

dengan

5

lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif
anak.
Penting tidaknya ukuran tubuh anak secara psikologis akan
sangat tergantung pada bagaimana reaksi teman sebayanya
terhadap ukuran tubuhnya. Pada dasarnya anak tidak akan

terlalu memperhatikan ukuran tubuh teman bermainnya, kecuali
bila ada tanda-tanda tubuh yang terlihat begitu mencolok. Bagi
seorang anak reaksi yang diperlihatkan teman sebayanya
terhadap ukuran tubuhnya mempunyai makna yang sangat
penting.
c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI lebih lambat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya (masa
bayi dan TK awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja).
Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang
berlangsung cepat, sedang atau lambat. Banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:
1) Faktor keturunan; dapat menyebabkan anak menjadi gemuk dari
pada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika,
Eropa, dan Australia cenderung lebih tinggi dari pada orang
Asia).
2) Faktor lingkungan; dapat membantu menentukan tercapai
tidaknya

perwujudan


potensi

keturunan

anak

tersebut.

Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh
daripada tinggi tubuh.
3) Jenis kelamin; anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih
berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia
12-15 tahun.
4) Gizi dan kesehatan; anak yang memperoleh gizi cukup biasanya
lebih tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa
puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang. Anak
yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat
dan lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.


6

5) Status sosial dan ekonomi; fisik anak dari kelompok ekonomi
rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga
ekonomi

cukup

atau

tinggi.

Keadaan

status

ekonomi

mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan
pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan
anak.
6) Gangguan emosional; anak yang sering mengalami gangguan
emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin
yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon
pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami
keterlambatan perkembangan memasuki masa puber. Bagi anak
usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama
oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi
tubuhnya mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran
dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya
anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.
2.1.2 Perkembangan Motorik
a. Pengertian Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak.
Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan
hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem
dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Jadi dapat disimpulkan pula
bahwa perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian
gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot
yang

terkoordinasi. Pengendalian

tersebut

berasal

dari

perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu
lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak
berdaya.
b. Aspek dan Karakteristik Perkembangan Motorik

7

Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun
halus) selama periode ini, antara lain:
Kemampuan motorik
Anak usia 6th
Anak usia 7th
Ketangkasan meningkat
Mulai membaca dengan lancar
Melompat tali
Cemas terhadap kegagalan
Bermain sepeda
Kadang malu atau sedih
Menguraikanobjek-objek dengan Peningkatan minat pada bidang
gambar
sepiritual
Mungkin bertindak menentang
Mengetahui kanan dan kiri
Kemampuan motorik
Anak usia 8-9th
Anak usia 10-12th
Kecepatan dan kehalusan aktivitas Perubahan sikap berkaitan dengan
motorik meningkat
postur tubuh, puberitas mulai
nampak
Mampu menggunakan peralatan Mampu melakukan aktivitas
rumah tangga
rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur, dan lain-lain.
Keterampilan lebih individual
Keinginan untuk menyenangkan
orangtua
Ingin terlibat dalam sesuatu
Mula tertarik dengan lawan jenis
Menyukai kelompok dan mode
Mencari teman secara aktif
Selain perkembangan fisik dan motorik, Hurlock (1991)
mengemukakan ada empat keterampilan dasar yang perlu dikuasai
anak SD/ MI pada masa anak akhir yaitu: keterampilan menolong
diri

sendiri,

keterampilan

menolong

orang

lain

(sosial),

keterampilan bermain, dan keterampilan bersekolah (skolastik).
c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik
Seorang manusia tidak diciptakan langsung menjadi dewasa,
ia mengalami berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan
yang dialaminya, sejak masa konsepsi hingga masa kelahiran yang
dilanjutkan perkembangan pada masa bayi, anak-anak, remaja, dan
dewasa. Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan ukuran
organ fisik secara eksternal dan internal. perkembangan secara

8

eksternal meliputi (tangan, kaki, badan) yang semakin membesar,
melebar, memanjang, atau semakin tinggi.
Sedangkan perkembangan secara internal ditandai dengan
makin matangnya system syaraf dan jaringan sel-sel yang makin
kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon,
kelenjar maupun keterampilan motoriknya. Gerakan motorik terdiri
dari gerakan motorik halus maupun motorik kasar. Disamping itu
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak, yang meliputi sebagai berikut:
 Perkembangan Usia
Usia mempengaruhi individu untuk melakukan suatu aktivitas.
Karena dengan pertambahan usia, berarti menunjukkan tercapai
kematangan organ-organ fisik. Kemudian ditopang pula oleh
berfungsinya sistem syaraf pusat yang mengkoordinasikan
organ-organ tubuh, sehingga seseorang dapat melakukan
aktivitas motorik kasar dan motorik halus.
 Tercapainya Kematangan
Organ-organ fisiologis kematangan organ fisik ditandai dengan
tercapainya jaringan otot yang makin komplek, kuat dan bekerja
secara teratur. Pada masa pertumbuhan anak, kematangan
fisiologis ini dipengaruhi oleh faktor usia, nutrisi dan kesehatan
individu. Makin tinggi usia seseorang, makin matang organorgan fisiologisnya. Namun kematangan ini, tak lepas dari faktor
nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya. Nutrisi yang baik yaitu
makanan yang mengandung gizi, vitamin, protein akan
menjamin kesehatan seseorang. Anak yang memiliki kondisi
sehat

cenderung

memiliki

kematangan

fisiologisnya,

dibandingkan dengan anak yang sering terkena penyakit.
 Kontrol Kepala
Pada usia 1-5 bulan, bayi masih sering tertidur dengan posisi
kepala terbaring di atas tempat tidur. Ia belum mampu untuk
mengkurap, karena kontrol untuk mengangkat kepala belum
dapat dilakukan dengan baik. Hal ini terjadi karena otot-otot

9

bagian leher belum berkembang dengan baik, sehingga belum
mampu

untuk

menopang

kepalanya.

Sejalan

dengan

perkembangan usianya, bayi akan mampu untuk tengkurap dan
menopang kepalanya. Kemampuan mengontrol kepala (head
control skill) merupakan dasar untuk perkembangan gerakangerakan kepala yang bermanfaat bagi seorang anak yang akan
melakukan aktivitas olahraga, misalnya gerakan memutar atau
menggeleng kepala.
 Kontrol Tangan
Sejak lahir bayi akan menggenggam benda-benda yang datang
dan menyentuh telapak tangannya. Awal mulanya bayi tidak
mampu untuk memegang dan menggenggam suatu benda
dengan baik, tetapi dengan pengaruh perkembangan usia dan
kematangan otot-otot, maka bayi akan mampu dengan
sendirinya untuk melakukan tugas menggeggam/mengepal suatu
benda secara kuat. Reflek ini merupakan dasar timbulnya
gerakan-gerakan motorik halus, seperti: menggengam, menulis,
menggambar

atau

menggunting.

Kemampuan

melakukan

koordinasi otot-otot tangan yang bermanfaat untuk keterampilan
tangan dinamakan kemampuan kontrol tangan (hand control
ability).
 Kontrol Kaki
Kemampuan mengontrol kaki (legs control) diatur oleh sistem
syaraf pusat. Kaki merupakan organ penting untuk melakukan
kegiatan motorik kasar (berjalan, melompat, berlari), namun
untuk dapat melakukannya perlu persiapan dan kematangan
fisik.
 Lokomosi
Lokomosi (locomotion) ialah kemampuan untuk bergerak atau
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemampuan ini
berkembang sejalan dengan bertambahnya usia dan tercapainya
kematangan organ-organ fisik, serta berfungsinya sistem syaraf
pusat. Dengan demikian kemampuan bergerak/berpindah sangat
10

dipengaruhi oleh faktor internal yangbersifat fisiologis. Secara
implisit, kemampuan lokomosi sudah ada bersamaan dengan
timbulnya gerakan-gerakan refleks, seperti: refleks penempatan
(placing reflex), berjalan, berenang, dan sebagainya.
2.2 Konsep Dasar dan Karakteristik Perkembangan Sosio-Emosional Anak
Usia Sekolah Dasar
2.2.1 Pengertian Perkembangan Sosio-Emosional
Untuk memahami perkembangan sosio-emosional maka kita
harus memahami arti dari perkembangan social dan perkembangan
emosional. Perkembangan

emosi

tak

dapat

dipisahkan

dengan

perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan
tingkah laku sosial. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial
dimana ia berada secara terus-menerus.
Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak.
Sering dan kuatnya emosi anak akan merugikan penyesuaian sosial
anak.

Emosi

yang

tidak

menyenangkan

(unpleasent

emotion)

merugikan perkembangan anak. Sebaliknya, emosi yang menyenangkan
(pleasent emotion) tidak hanya membantu perkembangan anak, tetapi
juga merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan bagi
perkembangan anak. Pergaulan yang semakin luas dengan teman
sekolah dan teman sebaya lainnya dapat mengembangkan emosinya.
Yusuf (2007:122) menyatakan bahwa perkembangan sosial
merupakan

pencapaian

kematangan

dalam

hubungan

sosial.

Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
kerjasama. Selanjutnya Fanken (1993) dalam Baihaqi dkk (2005:105)
menjelaskan bahwa emosi merupakan hasil informasi antara faktor
subjektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor
biologi (proses hormonal).
Giblin (1981) keseimbangan

pada

teori

perkembangan

emosional Giblin berdasarkan pada perbedaan antara perasaan dan

11

emosi. Giblin percaya bahwa ada lima tahapan dalam perkembangan
emosi:
a) Dari 0 sampai 8 bulan ada ketidakseimbangan dari sensorik respons
atau sensasi yang intens; penyesuaian refleksif mengikuti, ekspresi
mewakili kesenangan atau ketidaksenangan dan istirahat atau
ketegangan.
b) Dari 9 sampai

12

bulan

ada

juga

mengembangkan

ketidakseimbangan yang dibawa oleh ada atau tidak adanya orang
lain. Kesetimbangan dicapai oleh interaksi, dan direspon oleh
tanggapan yang lebih terorganisir.
c) Dari 2 sampai 6 tahun, ketidakseimbangan disebabkan secara
langsung dan tidak langsung oleh rangsangan dan kesetimbangan
kembali melalui keterampilan representasional dan keterampilan
emosional.
d) Dari 7 sampai 12 tahun, ketidakseimbangan datang melalui
persepsi langsung dan perbandingan sosial, dan respons emosional
melibatkan pola perilaku karakteristik.
e) Setelah 13 tahun, ketidakseimbangan datang melalui perbandingan
internal, dan emosi mulai berkontribusi pada konsep menstabilkan
diri.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
sosio-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu
dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku
individu. Dalam pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan
dalam sosio-emosional pada usia anak usia sekolah dasar.
2.2.2 Prinsip-Prinsip Perkembangan Sosio-Emosional
Pembelajaran yang berbasis Developmentally Appropriate
Practice (DAC) memiliki beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam
usaha untuk pengembangan anak, termasuk dalam pengembangan
sosio-emosional anak. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a) Aspek perkembangan pada anak saling terkait;
Perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi, memudahkan
atau melancarkan perkembangan kemampuan yang lainnya. Contoh:

12

keterampilan bahasa anak akan mempengaruhi kemampuannya
dalam melakukan hubungan sosial.
b) Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur;
Urutan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak dapat
diprediksikan.
c) Perkembangan berlangsung secara bervariasi;
Tiap anak memiliki variasi perkembangan

yang

berbeda

dibandingkan dengan anak lain. Setiap anak adalah pribadi yang
unik dalam tempramen, gaya belajar, serta latar belakang keluarga.
Setiap anak mempunyai keunggulan, kebutuhan, dan minat yang
berbeda-beda.
d) Pengalaman awal anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak;
Pengalaman awal baik positif maupun negatif bersifat komulatif
yang berarti jika pengalaman tersebut terjadi sewaktu-waktu maka
pengaruhnya terhadap perkembangan anak akan kecil, tetapi jika
pengalaman positif dan negatif sering terjadi, amka pengaruhnya
akan kuat.
e) Perkembangan mengarah ke hal yang lebih kompleks;
Belajar selama usia dini dari pengetahuan behavioral menuju
pengetahuan

simbolik.

Program

belajar

beroientasi

pada

perkembangan anak memberikan kesempatan pada anak untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuan perilakunya dengan
memberi pengalaman langsung dan membantu mereka memperoleh
pengetahuan simbolik dengan menampilkan pengalamannya melalui
berbagai media, seperti menggambar, melukis, menyusun model, dan
sebagainya.
f) Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai erkonteks;
Konteks sosial budaya, keluarga, latar belakang pendidikan, dan lain
sebagainya mempunyai dampak terhadap perkembangan anak.
g) Anak-anak adalah pelajar yang aktif;
Pengalaman belajar anak diperoleh dari lingkungan fisik dan sosial,
yang

secara

kultural

diterjemahkan

untuk

membangun

pengetahuannya tentang lingkangan dan sekitarnya. Anak-anak
memberikan kontribusi terhadap perkembangannya sendiri, dan

13

belajar dari pengalamannya yang diperoleh di dalam keluarga,
lembaga pendidikan maupun masyarakat.
h) Perkembangan adalah hasil interaksi kematangan biologis dan
lingkungan;
Kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan
yang saling berhubungan.
i) Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan anak;
Perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak dapat dilakukan
melaui kegiatan bermain. Bermain merupakan refleksi dari
perkembangan anak. Mengingat perkembangan anak adalah hasil
dari proses interaktif yang diperoleh dari bermain.
j) Perkembangan anak akan meningkat jika diberi kesempatan;
Perkembangan anak akan meningkat jika mereka diberi kesempatan
untuk mempraktikkan keterampilan baru yang diperolehnya dan jika
mereka diberi tantangan.
k) Tiap anak mempunyai cara yang berbeda untuk memperoleh
pengetahuan/keterampilan;
Anak-anak mempunyai cara untuk memperoleh pengetahuan atau
keterampilan yang berbeda-beda. Begitu pula, cara mereka untuk
menampilkan kemampuan yang telah diperolehnya akan berbeda
pula.
l) Pelayanan komprehensif;
Pendidik/guru harus dapat

memberikan

pelayanan

secara

komprehensif kepada anak, seperti layanan kesehatan fisik, gizi,
mental, dan sosial.
2.2.3 Aspek dan Karakteristik Perkembangan Sosio-Emosional
Perkembangan sosial individu mengikuti suatu pola, yaitu
urutan perilaku sosial yang teratur, dimana pola tersebut sama untuk
setiap anak secara normal. Dalam perkembangan sosial anak terdapat
beberapa ciri dalam setiap periodenya. Yeny Rachmawati (2004) secara
umum

menyebutkan

karakteristik

perkembangan

sosial

atau

penyesuaian diri yang baik diantaranya adalah:
(1) Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya;
(2) Menikmati pengalamannya;
(3) Menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya;
(4) Mampu memecahkan masalah dengan segera;
14

(5) Mampu mengatasi hambatan untuk merasa bahagia;
(6) Mampu membuat keputusan dengan resiko konflik (minimum
tujuh) tetap pada pilihannya, sampai menyadari bahwa pilihannya
itu salah;
(7) Merasa puas dengan kenyataan;
(8) Mampu menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak;
(9) Belajar dari kegagalan dan tidak mencari alasan atas kegagalannya;
(10) Tahu bagaimana saat belajar dan bermain pada saat bermain;
(11) Dapat berkata ‘tidak’ pada situasi yang mengganggunya;
(12) Dapat berkata ‘ya’ pada situasi yang membantunya;
(13) Dapat menunjukkan kemarahan secara tepat;
(14) Dapat menunjukkan kasih sayang;
(15) Dapat menunjukkan rasa iba;
(16) Dapat menahan rasa sakit dan frustrasi;
(17) Mampu berkompromi;
(18) Mampu mengkonsentrasikan energi pada tujuan;
(19) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan;
(20) Mampu menerima dirinya.
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosio-Emosional
Hurlock (1993) mengungkapkan hal-hal yang dapat
mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak antara lain :
a. Kondisi Fisik
Apabila
keseimbangan
tubuh
terganggu
karena
kelelahan atau kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal
dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang
meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu antara lain :
1) Kesehatan yang buruk, di sebabkan karena gizi yang buruk,
gangguan pencernaan atau penyakit. Masih menurut hurlock
kondisi kesehatan yang buruk pada seseorang akan membuat
dirinya menjadi terbatas di banding dengan orang yang sehat,
apalagi jika kondisi tersebut berlangsung lama.
2) Kondisi yang merangsang, seperti pengakit kulit termasuk rasa
gatal apabila ada pada bagian tubuh yang terbuka bisa
mengakibatkan seorang merasa minder dan menutup diri. Gatal
yang tak henti akan mengakibatkan kejengkelan pada individu
dan dapat menimbulkan emosi yang tak terkontrol, terutama pada
saat ingin mengahiri rasa sakitnya.

15

3) Gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis.

Penyakit kronis kerap membuat seorang putus asa.
4) Perubahan kelenjar, terutama pada saat masa puber.

b. Kondisi Psikologi
Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi emosi antara
lain sebagai berikut:
1) Perlengkapan intelektual yang buruk, anak yang memiliki tingkat
intelektual rendah rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang
kurang di bandingkan dengan anak yang pandai pada tingkat
umur yang sama.
2) Kegagalan dalam mencapai tingkatan aspirasi. Kegagalan
berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas,
sedikit atau banyak.
3) Kecemasan setelah pengamalan emosi tertentu yang sangat kuat.
Sebagai contoh akibat lanjutan dari pengalaman menakutkan akan
mengakibatkan anak merasa takut kepada setiap situasi yang
mengancam.
c. Kondisi Lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat dan
terlalu banyak pengalaman yang menggelisahkan yang merangsang
anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak. Berikut
penjelasanya :
1) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan penyelisihan
yang terus menerus. Pertengkaran atau perselisihan dalam konteks
hubungan sosial sebenarnya wajar akan tetapi jika konflik
tersebut berlangsung secara terus menerus akan menimbulkan
emosi dan akibatnya rusaknya hubungan sosial yang wajar.
2) Ketegangan yang disebabkan serta disiplin yang otoriter. Disiplin

itu baik tetapi jika dipaksakan akan menimbulkan dampak buruk
bagi pihak yang dikenalnya. Lama-kelamaan bisa menimbulkan
pemberontakan serta keinginan untuk keluar dari tata norma yang
ada tersebut.
3) Sikap orang tua yang selalu mencemaskan atau terlalu
melindungi, over protective bisa mengakibatkan penolakan dari

16

orang yang disayanginya. Seolah-olah rasa sayang dibalas dengan
rasa benci. Karena sesungguhnya sudah menjadi sifat alamiah
manusia tidak mau terlalu dilindungi dan diatur oleh pihak luar.
4) Suasana otoriter di sekolah. Guru yang terlalu menuntut atau

pekerjaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan anak
akan menimbulkan kemarahan sehingga pulang ke rumah dalam
keadaan kesal.
2.3 Penyusunan Instrumen dan Pengamatan
2.3.1 Penyusunan Instrumen
Setiap anak mempunyai tempo kecakapan perkembangan
tersendiri. Dengan kata lain, ada anak yang perkebangannya cepat, ada
yang sedang dan ada yang lambat. Jadi, perkebangan anak yang satu
berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkambangan organ atau
aspek kejiwaannya. Dalam pengamatan ini, perkembangan anak usia
sekolah dasar yang diperhatikan adalah perkembangan fisik-motorik
dan dan sosio-emosionalnya. Berikut ini adalah instrumen yang penulis
gunakan untuk mengamati perkembangan kedua anak usia sekolah
dasar tersebut guna dilakukan analisis lebih lanjut.

a. Perkembangan Fisik
No.

Aspek yang dinilai

1

1.
Tinggi badan
2.
Berat badan
3.
Proporsi badan
4.
Bentuk badan
Jumlah skor tiap kolom
Total Skor Aktual (SA)
Skor Maksimal Ideal (SMi)

Kriteria
2
3

4

16

b. Perkembangan Motorik
N

Kemampuan

o

motorik

Aspek yang diamati

1

Kriteria
2
3

4

17

1.

Mampu

Lari

melakukan

Lompat
Melempar
Renang
Naik Sepeda

berbagai
kegiatan
2.

olahraga
Mampu
menolong diri
sendiri

3.

Mampu
menolong
orang lain

Makan
Berpakaian
Mandi
Berdandan
Buang air kecil/besar
Membersihkan tempat
tidur
Membersihkan debu
dan menyapu lantai
Mengosongkan
tempat sampah
Menolong membuat
rumah-rumahan
Menyiapkan lapangan

4.

Keterampilan
bersekolah

5.

Keterampilan

bermain
Menulis
Menggambar
Melukis
Membentuk tanah liat
Menari
Mewarnai dengan
krayon
Menjahit
Memasak
Melempar bola
Menangkap bola

bermain
Jumlah skor tiap kolom
Total Skor Aktual (SA)
Skor Maksimal Ideal (SMi)

100

c. Perkembangan Sosio-Emosional
No
1.

Aspek yang diniliai

1

Kriteria
2
3

4

Dapat menerima tanggung
18

2.

jawab sesuai dengan usianya
Menikmati pengalamannya

3.

Menerima tanggung jawab

4.

sesuai dengan perannya
Mampu memecahkan masalah

5.

dengan segera
Mampu mengatasi hambatan

6.

untuk merasa bahagia
Mampu membuat keputusan
dan tetap pada pilihannya,
sampai menyadari bahwa

7.
8.

pilihannya itu salah
Merasa puas dengan kenyataan
Mampu menggunakan pikiran

9.

sebagai dasar untuk bertindak
Tahu bagaimana saat belajar

dan bermain pada saat bermain
10. Belajar dari kegagalan dan
tidak mencari alasan atas
kegagalannya
11. Dapat berkata tidak pada situasi
yang mengganggunya
12. Dapat berkata ya pada situasi
yang membantunya
13. Dapat menunjukkan kemarahan
secara tepat
14. Dapat menunjukkan rasa iba
15. Dapat menunjukkan kasih
sayang
16. Dapat menahan rasa sakit dan
frustrasi
17. Mampu berkompromi
18. Mampu mengkonsentrasikan
energi pada tujuan
19. Mampu menerima kenyataan
bahwa hidup adalah perjuangan

19

20. Mampu menerima dirinya
Jumlah skor tiap kolom
Total Skor Aktual (SA)
Skor Maksimal Ideal (SMi)

80

2.3.2 Pedoman Penskoran dan Analisis Data
Pedoman penskoran dan analisis data yang digunakan adalah
sama untuk setiap data yang diperoleh dari hasil pengisian intstrumen,
baik instrumen fisik-motorik anak maupun sosio-emosional anak.
Berikut adalah pedoman analisis data yang digunakan :
SA
NA=
×10 0
SMi
Sedangkan pedoman penskoran yang digunakan adalah :
Rentang Nilai
84−100
67−83
33−66
16−32
0−15

Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik

2.3.3 Pedoman Penilaian (Konversi)
Pedoman konversi yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:


M + 2 SD

M + 1 SD s/d < M + 2 SD
M - 1 SD s/d < M + 1 SD
M - 2 SD s/d < M - 1 SD
< M - 2 SD
Dengan nilai median,
M = ½ (S max i + S min i)
= ½ (100 + 0)
= 50
dan nilai standar deviasi,
SD = 1/6 (S max i – S min i)

20

= 1/6 (100 – 0)
= 1/6 (100)
= 16,66
Sedangkan bentuk grafik normalnya adalah sebagai berikut :

-3 SD

-2 SD

-1 SD

M

+1 SD

+2 SD

+3 SD

0

100

2.3.4 Pelaksanaan Pengamatan
Pengamatan singkat ini dilaksanakan pada Sabtu, 12 Desember
2015 s/d Selasa, 15 Desember 2015 bertempat di rumah masing-masing
objek pengamatan. Objek pengamatan adalah dua orang anak usia
sekolah dasar dengan identitias dan profil sebagai berikut.
a. Objek Pengamatan 1
Nama lengkap

: Lailatusy Syifa

Nama panggilan

: Ela

Tempat, tanggal lahir

: Mataram, 19 Maret 2005

Jenis kelamin

: Perempuan

Kelas

: V (lima)

Umur

: 10 tahun

Alamat

: Jalan Ade Irma Suryani, Gang Panda V
Monjok Perluasan – Mataram.

Nama orang tua
Ayah

: Qithmir

Ibu

: Muniah
21

Anak ke

: 3 (tiga) dari 3 (tiga) bersaudara.

Profil perkembangan Ela, penulis peroleh dari keterangan
orang tua kandungnya, dimana Ela yang saat ini berusia 10 tahun
terlahir sebagai anak yang tidak mengalami gangguan. Gangguan
yang

dimaksudkan

adalah

berupa

fisik,

dengan

kata

lain

pertumbuhan anak tersebut bisa dikatakan baik dan mulus. Di
samping itu juga kita bisa melihat dari faktor hirediter anak sebagai
objek penngamatan 1 memiliki orang tua yang baik dan normal,
sehat fisik baik jasmani dan rohaninya.
Berdasarkan dari pendapat pemamaparan di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa anak yang sebagai objek penngamatan 1
perkembangannya tidak memiliki hambatan yang berkaitan dengan
sejarah perkembangan fisik.
b. Objek Pengamatan 2
Nama lengkap

: M.Syauqi Ibnu Kahfisin

Nama panggilan

: Oki

Tempat, tanggal lahir

: Mataram, 23 Desember 2005

Jenis kelamin

: Laki-laki

Kelas

: V (lima)

Umur

: 10 tahun

Alamat

: Jalan Ade Irma Suryani, Gang Panda IV
Monjok Perluasan, Mataram.

Nama orang tua
Ayah

: Zulkahfi

Ibu

: Syarifa Aini

Anak ke

: 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara.

Profil perkembangan Oki, penulis peroleh dari keterangan
orang tua kandungnya pula dengan hasil dimana Oki yang saat ini
berumur 10 (sepuluh) tahun dan duduk di kelas V skolah dasar,
terlahir

sebagai

anak

yang

sedikit

mengalami

gangguan

perkembangan fisik. Gangguan yang dimaksudkan adalah berupa
22

gangguan kesehatan secara fisik yakni sering mengalami sakit. Oki
rentan dengan cuaca dan sangat mudah terkena demam ketika
banyak terkena cuaca dingin, panas, sehingga dengan sendirinya
anak tersebut sering tidak masuk sekolah, jarang keluar bermain
secara terbuka ketika keadaan tidak memungkinkan, dan mengidap
beberapa alergi terhadap makanan.
Berdasarkan objek pengamatan 1 dan 2 di atas, profil
perkembangan anak jelas terdapat perbedaan yang nyata, walaupun
secara mendasar masing-masing anak tersebut tidak jauh perbedaan usia
atau umur yakni hanya berbeda beberapa bulan. Namun, secara khusus
jika dilihat dari segi fisik masing-masing anak terdapat gejala atau
gangguan perkembangan, baik secara fisik motorik maupun dan sosioemosional.
2.3.5 Analisis Data Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan
(Terlampir).
b. Analisis Data
Objek Pengamatan 1
Berdasarkan hasil pengamatan dan pedoman analisis data, dapat
diperoleh perhitungan analisis data sebagai berikut :
1) Perkembangan Fisik
NA=

SA
15
×100 ↔ NA= ×100
SMi
16
↔ NA=0,93 ×100
↔ NA=93

Jadi, nilai akhir dari perkembangan fisik yang diperoleh oleh
objek pengamatan 1 yakni Lailatusy Syifa adalah 93.
2) Perkembangan Motorik
NA=

SA
86
×100 ↔ NA=
×100
SMi
100
↔ NA=0,86 ×100

23

↔ NA=86
Jadi, nilai akhir dari perkembangan motorik yang diperoleh oleh
objek pengamatan 1 yakni Lailatusy Syifa adalah 86.
3) Perkembangan Sosio-Emosional
NA=

SA
63
×100 ↔ NA= ×100
SMi
80
↔ NA=0,78 ×100

↔ NA=78
Jadi, nilai akhir dari perkembangan sosio-emosional yang
diperoleh oleh objek pengamatan 1 yakni Lailatusy Syifa adalah
78.
Objek Pengamatan 2
1) Perkembangan Fisik
NA=

SA
15
×100 ↔ NA= ×100
SMi
16
↔ NA=0,93 ×100

↔ NA=93
Jadi, nilai akhir dari perkembangan fisik yang diperoleh oleh
objek pengamatan 2 yakni M.Syauqi Ibnu Kahfisin adalah 93.
2) Perkembangan Motorik
NA=

SA
63
×100 ↔ NA=
×100
SMi
100
↔ NA=0,63 ×100

↔ NA=63
Jadi, nilai akhir dari perkembangan motorik yang diperoleh oleh
objek pengamatan 2 yakni M.Syauqi Ibnu Kahfisin adalah 63.
3) Perkembangan Sosio-Emosional

24

NA=

SA
46
×100 ↔ NA= ×100
SMi
80
↔ NA=0,57 ×100
↔ NA=57

Jadi, nilai akhir dari perkembangan sosio-emosional yang
diperoleh oleh objek pengamatan 2 yakni M.Syauqi Ibnu Kahfisin
adalah 57.
2.3.6 Kesimpulan Analisis Data
Berdasarkan perhitungan dari analisis data dan pedoman
penskoran, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1) Objek Pengamatan 1
a. Perkembangan fisik Lailatusy Syifa dikategorikan Sangat Baik.
b. Perkembangan motorik Lailatusy Syifa dikategorikan Sangat
Baik.
c. Perkembangan sosio-emosional Lailatusy Syifa dikategorikan
Baik.
2) Objek Pengamatan 2
a. Perkembangan fisik M. Syauqi Ibnu Kahfisin dikategorikan
Sangat Baik.
b. Perkembangan motorik M. Syauqi Ibnu Kahfisin dikategorikan
Cukup Baik.
c. Perkembangan sosio-emosional M. Syauqi Ibnu Kahfisin
dikategorikan Cukup Baik.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan Umum

25

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan, hasil pengamatan,
analisis data, dan pedoman penskoran yang telah saya peroleh, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi
dan berat badan, perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh
yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara
lain:
 Faktor keturunan;
 Faktor lingkungan;
 Jenis kelamin;
 Gizi dan kesehatan;
 Status sosial dan ekonomi;
 Gangguan emosional.
Berdarkan hasil pengamatan, Objek Pengamatan 1 berkembang sama
baiknya dengan Objek Pengamatan 2 dengan kategori Sangat Baik dimana
mereka memiliki tubuh yang dapat dikatakan ideal pada usianya, hanya
saja Objek Pengamatan 2 memiliki kesensitifan tubuh terhadap cuaca
ekstrim sehingga mudah terserang penyakit.
b. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak
seorang anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik
anak adalah sebagai berikut :
 Perkembangan usia;
 Tercapainya kematangan organ;
 Kontrol tangan;
 Kontrol kepala;
 Kontrol kaki;
 Lokomosi.
Berdasarkan hasil pengamatan, Objek Pengamatan 1 berkembang dengan
kategori Baik dimana ia bergerak dan bermain dengan aktif. Begitu pula
dengan membantu pekerjaan orang tuanya, ia dapat dikatakan

± 80%

bisa diandalkan oleh orang tuanya. Sedangkan Objek Pengamatan 2
berkembang dengan kategori Cukup Baik dimana ia mengalami sedikit
keterlambatan perkembangan motorik. Objek Pengamatan 2 sangat jarang

26

bermain diluar rumah dan hanya bermain dengan gadget-nya sehingga
tidak terlau banyak bergerak.
c. Perkembangan Sosio-Emosional
Perkembangan sosio-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri
setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan sosioemosional anak antara lain :
 Kondisi fisik;
 Kondisi psikologi;
 Kondisi lingkungan.
Berdasarkan hasil pengamatan, Objek Pengamatan 1 berkembang dengan
kategori Baik dari segi sosio-emosionalnya. Ia sangat senang bermain
dengan teman sebayanya maupun dengan teman yang lebih kecil darinya.
Ia dapat mengekspresikan apa yang dirasakannya dengan baik dan
bekerjasama dalam permainan dengan baik pula. Sedangkan Objek
Pengamatan 2 berkembang dengan kategori Cukup Baik karena sikapnya
yang jarang keluar rumah untuk bermain dengan teman sebayanya
membuat perkembangan sosio-emosionalnya tidak stabil. Ia terkadang
marah tanpa sebab dan bersikap tidak sabaran. Sikapnya yang manja
terhadap orang tuanya, membuat ia tidak dapat memahami apa kewajiban
dan haknya untuk anak seusianya.
3.2 Saran Tindakan
a. Objek Pengamatan 1
Objek pengamatan 1 secara umum telah berkembang dengan baik,
baik dari segi fisik-motorik maupun sosio-emosionalnya sehingga Ela
dapat dikatakan anak yang tumbuh dengan normal. Adapun saran
tindakan yang diajukan penulis yaitu :
1) Ela hendaknya lebih sering dilatih mengasah kemampuannnya
menanggapi suatu hal dengan cepat misalnya dengan bermain puzzle.
2) Ela hendaknya lebih dikontrol kapasitas waktu dalam menonton
televisi, karena dalam bermain bersama teman-temannya secara umum
topik yang dibicarakan tidak jauh dari sinetron yang kerap kali
ditayangkan di televisi.

27

3) Walaupun Ela memiliki perkembangan fisik yang baik, tetapi ia cukup
sulit untuk makan sehingga peran orang tua dalam memperhatikan
pola makan anak sangat diperlukan.
4) Orang tua hendaknya mengajarkan kepada Ela bagaimana mengatur
waktu bermain dan belajarnya.
5) Orang tua hendaknya dapat meluangkan waktu bersama Ela agar
dapat menutupi kekurangannya dalam berbagai aspek, seperti
berenang dan melukis.
b. Objek Pengamatan 2
Objek Pengamatan 2 secara umum berkembang dengan cukup baik.
Adapun saran yang dapat diajukan penulis untuk membantu kelancaran
perkembangan Oki baik dari segi perkembangan fisik-motorik maupun
sosio-emosional adalah sebagai berikut :
1) Oki hendaknya lebih dididik dengan tegas karena ia selalu merasa
benar karena terlalu dimanjakan kedua orang tuanya.
2) Oki hendaknya lebih diajarkan bagaimana cara bersosialisasi yang
baik dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun yang lebih
muda darinya.
3) Oki hendaknya dibujuk untuk bermain diluar rumah, karena apabila
kebiasaannya untuk malas bergerak diteruskan akan berdampak buruk
pada jenjang perkembangan selanjutnya.
4) Oki hendaknya diajarkan untuk hidup mandiri, baik dalam hal makan,
berpakaian, buang air, maupun berdandan.
5) Oki hendaknya dibatasi waktu bermain gadget-nya karena dengan
begitu ia dapat melakukan aktifitas yang lebih bermanfaat lainnya
seperti melukis atau berolahraga.
6) Oki hendaknya diajarkan bagaimana cara membagi waktu antara
bermain dan belajar.
7) Oki hendaknya diajarkan bagaimana cara menata kamar yang rapi dan
bersih agar dapat membantu orang tuanya.
8) Oki hendaknya diajarkan tentang tanggung jawab karena ia terkadang
bolos sekolah karena belum mengerjakan PR yang diberikan gurunya.
9) Oki hendaknya diajarkan cara menerima kenyataan dan bersabar
dalam memperoleh suatu hal.

28

10) Karena kondisi Oki yang mudah terserang penyakit di cuaca ektrim,

orang tua hendaknya selalu memperhatikan kondisinya agar
aktifitasnya tetap dapat berjalan dengan lancar.

29