CG, kecakapan manajerial dan managemen laba

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, KECAKAPAN MANAJERIAL, DAN RASIO LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA ADRIANI LANDE IMAM SUBEKTI ENDANG MARDIATI

Universitas Brawijaya Malang

Abstract

The objective of the study is to see the effect of the corporate governance, managerial skills, and a leverage ratio to earnings management. As for the earnings management proxy is calculated by using an accrual earnings management and real earnings management, by using a sample of companies listed on the Indonesian stock exchange during the observation period ranging from 2008 up to 2012, and is obtained from samples of 225 companies. In this study there are 15 hypotheses to be tested, by using the positive accounting theory and agency theory. The results of this study indicate that corporate governance has no effect on earnings management, both accrual based earnings management and real earnings management. Managerial skills have a positive effect on earnings management is proxied by the real earnings management based on the abnormal production cost, and the leverage ratio has a positive effect on earnings management using accrual based earnings management on long-term discretionary accruals and real earnings management based abnormal discretionary expenses. Keywords: accrual earnings management, real earnings management, corporate

governance, managerial skills, and leverage ratio

Abstrak

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk melihat pengaruh dari tata kelola perusahaan, kecakapan manajerial, dan rasio leverage terhadap manajemen laba. Adapun manajemen laba dihitung dengan menggunakan proksi berdasarkan manajemen laba akrual dan manajemen laba rill, dengan menggunakan sampel penelitian dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, dan diperoleh sampel penelitian sebesar 225 perusahaan. Dalam penelitian ini terdapat 15 hipotesis yang akan diuji, dengan menggunakan teori akuntansi positif dan teori keagenan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, baik berdasarkan manajemen laba akrual maupun manajemen laba rill. Kecakapan manajerial memiliki pengaruh yang positif terhadap manajemen laba yang diproksikan melalui manajemen laba rill berdasarkan biaya dari kegiatan produksi tidak normal serta rasio leverage memiliki pengaruh yang positif terhadap manajemen laba dengan menggunakan manajemen laba akrual berdasarkan diskresioner akrual jangka panjang dan manajemen laba rill berdasarkan biaya diskresioner tidak normal. Kata kunci: manajemen laba akrual, manajemen laba rill, tata kelola

perusahaan, kecakapan manajerial, dan rasio leverage

1. Pendahuluan

Kemajuan kinerja suatu perusahaan dapat dinilai melalui kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan atau mencapai laba, karena laba merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja dan juga sekaligus merupakan pertanggungjawaban manajemen. Ketika perusahaan tidak mampu untuk mencapai laba yang diharapkan, maka dapat memicu manajer untuk melakukan praktik yang tidak sehat dalam perusahaan seperti melakukan manajemen laba. Manajemen laba yang sering dikenal dengan istilah asingnya earnings management merupakan suatu tindakan campur tangan yang sengaja dilakukan oleh manajer dalam proses penyusunan laporan keuangan, dengan cara menaikkan atau menurunkan laba tanpa dikaitkan dengan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi perusahaan untuk jangka panjang. Tujuannya agar manajer tersebut dapat memperoleh keuntungan dari tindakan yang dilakukan (Scipper,1989; serta Fizher dan Rozenweig,1995).

Penelitian ini menggunakan beberapa teori akuntansi diantaranya yaitu teori akuntansi positif dan teori keagenan. Secara keseluruhan kedua teori tersebut dapat menjelaskan mengenai hubungan antara pihak agen dan prinsipal yang secara bersama- sama memiliki kepentingan yang berbeda dalam perusahaan. Adanya kepentingan yang berbeda ini sehingga dapat memicu terjadinya praktik manajemen laba. Fenomena mengenai adanya tindak manajemen laba pernah dilakukan khususnya pada perusahaan yang terdaftar pada pasar modal Indonesia. Seperti yang pernah terjadi pada PT. Kimia Farma yang diawali dengan adanya suatu dugaan bahwa ditemukan adanya kesalahan pencatatan dan kesalahan penilaian pada laporan keuangan tahun 2001 yang mengakibatkan penyajian laba bersih pada tahun tersebut menjadi terlalu besar yaitu mencapai hingga Rp.32.700.000.000. Hal yang serupapun pernah terjadi pada PT. Indofarma, ditemukan adanya bukti oleh BAPEPAM pada tahun 2004 berupa penilaian yang terlalu tinggi terhadapnilai barang dalam proses sehingga mengakibatkan laba bersih yang disajikan pula menjadi tinggi. Adanya kasus-kasus manajemen laba ini dapat memperlihatkan bahwa ternyata manajemen laba dapat dilakukan melalui penggunaan metode-metode akuntansi, seperti melalui persediaan dan penilaian penjualan.

Agar manajemen laba dapat dihindari, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan secara baik. Pada dasarnya, ketika suatu perusahaan mampu untuk menerapkan tata kelola

perusahaannya secara baik maka secara tidak langsung perusahaan akan mampu untuk mengelola bisnis yang lebih beretika, memiliki keadilan dan mempunyai tanggung jawab dengan berlandaskan pada asas-asas tata kelola perusahaan yang baik, yang terdiri dari asas transparansi, asas akuntabilitas, asas responsibilitas, asas independensi serta asas kewajaran dan kesetaraan. Tata kelola perusahaan yang baik juga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang mampu menerapkannya. Tak dapat dipungkiri bahwa peran dari seorang manajer dalam perusahaan sangatlah diperlukan untuk dapat menerapkan tata kelola perusahaan ini. Hanya seorang manajer yang dianggap cakap dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnyalah yang mampu untuk menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik. Namun sering kali, manajer yang dianggap cakap terkadang memanfaatkkan kepintarannya untuk melakukan hal-hal yang dapat menguntungkan dirinya sendiri misalnya dengan melakukan manajemen laba, karena manajer merupakan salah satu pihak yang mempunyai hubungan langsung dengan proses pelaporan keuangan. Adanya anggapan yang demikian, sehingga membuka kesempatan bagi manajer untuk bertindak secara lebih opportunistik untuk melakukan perilaku yang dapat menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin cakap seorang manajer dapat memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Isnugrahadi dan Kusuma (2004); Utami dan Syafrudin (2013). Manajemen laba sebenarnya merupakan tindakan kreatif yang dilakukan manajer dalam proses pelaporan keuangan yang dilakukan melalui pemilihan metode akuntansi yang masih diperkenankan menurut peraturan akuntansi (Gumanti, 2000).

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Burgstahler dan Dichev (1997) menemukan bukti bahwa maksud dari manajer melakukan manajemen laba yaitu untuk menghindari penurunan laba dan juga menghindari kerugian. Upaya untuk menghindari penurunan laba dan juga menghindari kerugian ini dapat dikategorikan kedalam manajemen laba yang dimotivasi berdasarkan motivasi perjanjian utang, dalam hal ini motivasi perjanjian utang memiliki syarat yang harus dipenuhi yang mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi, seperti debt to equity ratio, rasio kodal kerja minimum, serta batasan-batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan. Laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian utang sehingga manajer diprediksi akan cenderung untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Dengan demikian, penelitian ini memilih untuk melakukan manajemen laba Penelitian yang pernah dilakukan oleh Burgstahler dan Dichev (1997) menemukan bukti bahwa maksud dari manajer melakukan manajemen laba yaitu untuk menghindari penurunan laba dan juga menghindari kerugian. Upaya untuk menghindari penurunan laba dan juga menghindari kerugian ini dapat dikategorikan kedalam manajemen laba yang dimotivasi berdasarkan motivasi perjanjian utang, dalam hal ini motivasi perjanjian utang memiliki syarat yang harus dipenuhi yang mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi, seperti debt to equity ratio, rasio kodal kerja minimum, serta batasan-batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan. Laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian utang sehingga manajer diprediksi akan cenderung untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Dengan demikian, penelitian ini memilih untuk melakukan manajemen laba

Adanya hasil penelitian yang beragam dari penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga peneliti beranggapan bahwa manajemen laba perlu dilakukan penelitian kembali dan dikaitkan dengan tata kelola perusahaan, kecakapan manajerial, dan rasio leverage, karena manajemen laba jika dikaitkan dengan ketiga faktor tersebut masih jarang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya khususnya di Indonesia. Alasan lain, bahwa adanya anggapan yang menilai manajemen laba di Indonesia masih belum dapat teratasi dengan baik karena di Indonesia pemahaman perusahaan terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip tata kela perusahaan masih sangat rendah. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Kaihatu (2006) yang membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cenderung bersikap opportunistik, yaitu melaporkan sesuatu yang dapat memaksimalkan kebutuhan manajer itu sendiri. Belum mampunya perusahaan di Indonesia untuk menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik, dan masih bersikap opportunistik akan memicu terjadinya praktik yang tidak sehat dalam perusahaan, seperti memberikan peluang kepada manajemen untuk melakukan manajemen laba. Oleh sebab itulah penelitian akan menguji apakah tata kelola perusahaan, kecakapan manajerial, dan rasio leverage memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1. Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif atau yang lebih sering dikenal dengan istilah asingnya positif accounting theory telah banyak digunakan dan menjadi dasar dalam melandasi penelitian dibidang akuntansi. Istilah “positif” merujuk pada sebuah teori yang berusaha untuk membuat prediksi yang baik dari peristiwa di dunia nyata. Teori akuntansi positif memiliki kaitan dengan suatu prediksi tindakan sebagaimana pilihan atas kebijkan akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon terhadap standar akuntansi baru yang diusulkan (Scott,2003).

Teori akuntansi positif mengambil sudut pandang bahwa perusahaan mengorganisasikan diri mereka dengan cara yang paling efisien, sehingga dapat memaksimalkan prospek perusahaan untuk bisa bertahan hidup. Watts dan Zimmerman (1986), merumuskan hipotesis teori akuntansi dalam bentuk “opportunistik” dan sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemahaman mengenai tindakan Teori akuntansi positif mengambil sudut pandang bahwa perusahaan mengorganisasikan diri mereka dengan cara yang paling efisien, sehingga dapat memaksimalkan prospek perusahaan untuk bisa bertahan hidup. Watts dan Zimmerman (1986), merumuskan hipotesis teori akuntansi dalam bentuk “opportunistik” dan sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemahaman mengenai tindakan

2.2. Teori Keagenan

Salah satu dasar teori yang dapat digunakan untuk memahami konsepn tentang tata kelola perusahaan adalah teori keagenan, karena pada dasarnya teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota di perusahaan. Teori keagenen lahir sebagai akibat adanya pemisahan fungsi dalam organisasi sebagaimana terlihat pda konsep entity theory, yang menjelaskan mengenai suatu teori yang menganggap entitas merupakan sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menanamkan modal dalam perusahaan (Mahsuni, 2004). Adanya sebuah pendapat yang mengemukakan bahwa pada dasarnya teori keagenan pada dasarnya dilandasi oleh beberapa asumsi yang dikemukakan oleh Eisenhard (1989). Pertama, asumsi tentang sifat dasar manusia yang cenderung lebih menyukai untuk mementingkan dirinya sendiri,memiliki keterbatsan rasionalitas, dan tidak menyukai risiko dan cenderung akan lebih menghindari risiko. Kedua, asumsi tentang keorganisasian yang menekankan tentang adanya konflik antar anggota organisasi, efisien sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Ketiga, asumsi tentang informasi, yang menjelaskan bahwa informasi dipandang sebagai barang komofiti yang diperjualbelikan.

Dengan demikian teori keagenan dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai hubungan kontraktual antara agen dan prinsipal, yang dalam hal ini agen bertindak sebagai seorang manajer, dan prinsipal adalah para pemilik modal dalam perusahaan. Agen mempunyai tanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik. Namun, tanpa dipungkiri bahwa terkadang hak pengendalian yang dimiliki oleh agen selaku manajer sangat dimungkinkan untuk diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor untuk memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola perusahaan dan demikian manajerpun memiliki hak dalam mengelola dana investor (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Peran teori keagenan dalam penelitian ini adalah untuk memahami konsep dari tata kelola perusahaan dan kecakapan manajerial.

2.3. Tata Kelola Perusahaan

Tata kelola perusahaan dapat diartikan sebagai seperangkat peraturan yang dapat mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan eksternal yang berkaitan dengan hal-hak dan kewajiban mereka, dan atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Jika suatu perusahaan mampu untuk menerapkan sistem tata kelola perusahaan secara baik, maka perusahaan tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaannya tersebut.

Salah satu penyebab sehingga tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan manfaat termasuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena pada dasarnya tata kelola perusahaan memiliki 5 (lima) prinsip mendasar yaitu prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, prinsip responsibilitas, prinsip independensi, dan prinsip kesetaraan. Dengan demikian, adanya konsep tata kelola perusahaan ini, merupakan salah satu bentuk dan upaya perbaikan terhadap sistem, proses dan seperangkat peraturan dalam pengelolaan suatu organisasi yang pada esensinya dapat mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan dalam arti luas dan khususnya organisasi RUPS, dewan komisaris, dan Dewan Direksi dalam arti sempit.

2.4. Kecakapan Manajerial

Kecakapan manajerial dapat diartikan sebagai suatu keterampilan atau karakteristik personal yang dimiliki oleh seorang manajer yang dapat membantu tercapainya kinerja yang tinggi dalam tugas manajemen (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009; Purwanti, 2010; Djuitaningsih dan Rahman, 2011; serta Utami dan Syafrudin, 2013). Tingkat kecakapan manajerial dapat diukur melalui teknik Data Envelopment Analysis (DEA). DEA merupakan sebuah teknik pemrograman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit-unit pembuat keputusan dalam mengelola sumber daya (input) dengan jenis yang sama sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula, dimana hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak diketahu (Purwantoro dan Siswandi, 2006).

DEA biasanya dinyatakan dalam Decision making unit atau Unit kegiatan ekonomi (UKE). UKE dapat dinilai efisien apabila rasio perbandingan antara input dan output sama dengan 1 atau 100%. Artinya bahwa UKE tersebut mampu memanfaatkan DEA biasanya dinyatakan dalam Decision making unit atau Unit kegiatan ekonomi (UKE). UKE dapat dinilai efisien apabila rasio perbandingan antara input dan output sama dengan 1 atau 100%. Artinya bahwa UKE tersebut mampu memanfaatkan

2.5. Rasio Leverage

Rasio leverage adalah salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk membandingkan risiko dan tingkat pengembalian hasil dari berbagai perusahaan untuk membantu investor dan kreditor dalam membuat keputusan investasi dan kredit yang baik (White et al, 2002). Rasio leverage terdiri dari beberapa macam rasio, antara lain debt ratio (debt to total asset), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned. Dalam penelitian ini, rasio leverage yang digunakan adalah berdasarkan debt ratio (debt to total asset) dikarenakan debt ratio dapat menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian dari aset yang digunakan untuk menjamin utang.

2.6. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu intervensi yang dilakukan oleh manajemen dengan masksud tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Manajemen laba biasanya dilakukan manajer dengan cara menaikan ataupun menurunkan laba. Scott, 2006:334 menyebutkan bahwa pemahaman mengenai manajemen laba dapat dibagi menjadi, pertama, melihat manajemen laba sebagai suatu perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost (oportunistic earnings management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari prespektif efisien (efficient earnings management), dalam hal ini manajemen laba memberi manajer suatu kebebasan untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, manajemen laba tidak hanya dapat dideteksi dengan menggunakan metode akrual. Namun dapat juga dideteksi dengan menggunakan manajemen laba rill. Pada dasarnya manajemen laba akrual dapat meliputi pilihan akuntansi yang diperbolehkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum yang mencoba untuk menutupi atau mengaburkan kinerja perusahaan yang sebenarnya (Dechow dan Skinner,2000). Sedangakan manajemen laba rill merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi. Manajemen laba rill dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, dan mencapai target ramalan analis.

Pendeteksian manajemen laba berdasarkan manajemen laba akrual dapat dibagi menjadi diskresioner akrual jangka pendek, dan diskresioner akrual jangka panjang. Sedangkan pendeteksian manajemen laba berdasarkan manajemen laba rill dapat dibagi pula menjadi arus kas operasi tidak normal, biaya dari kegiatan produksi tidak normal, dan biaya diskresionari tidak normal. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba

H1a: tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang diukur dengan arus ks kegiatan operasi tidak normal (AKO.TN). H1b: tata keola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang

diukur dengan biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN). H1c: tata keola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang diukur dengan biaya diskresionari tidak normal (BD.TN). H1d: tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang diukur dengan diskresioner jangka pendek (DA_JP) H1e: tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang diukur dengan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ).

H2: kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba

H2a: kecakapan manajerial berpengaruh positifterhadap manajemen laba yang diukur dengan arus ks kegiatan operasi tidak normal (AKO.TN). H2b: kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang

diukur dengan biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN).

H2c: kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan biaya diskresionari tidak normal (BD.TN). H2d: kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan diskresioner jangka pendek (DA_JP) H2e: kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ).

H3: rasio leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba

H3a: rasio leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan arus ks kegiatan operasi tidak normal (AKO.TN). H3b: rasio leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN). H3c: rasio leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan biaya diskresionari tidak normal (BD.TN). H3d: rasio leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan diskresioner jangka pendek (DA_JP) H3e: rasio leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang diukur dengan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ).

3. Metode Penelitian dan Hasil Analisis

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Prosedur penyampelan menggunakan metode purposive sampling. Besarnya sampel 45 perusahaan selama 5 tahun atau 225 observasi. Ringkasan pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Prosedur penyampelan

No.

Kriteria Pengambilan Sampel

Jumlah

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 150 Indonesia mulai dari tahun pengamatan 2008-2012

2. Laporan keuangan yang disajikan dengan menggunakan (20) mata uang asing

3. Perusahaan yang tidak menerbitkan data secara lengkap (85)

Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian

Jumlah observasi (2008-2012)

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan annual report yang diperoleh dari database Pasar Modal Pojok BEI Universitas Brawijaya dan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id.

3.3. Pengukuran Variabel

3.3.1. Tata keola perusahaan Tata kelola perusahaan diukur dengang menggunakan skoring GCG yang

diperkenalkan oleh Gwenda dan Juniarti (2013), yang diproksikan dengan: hak pemegang saham (Subindex A), Dewan Direksi (Subindex B), Komisaris Independen (Subindex C), Komite audit dan Internal Audit (Subindex D), dan Pengungkapan untuk Investor (Subindex E). Setiap subindex diberikan kriteria-kriteria. Dan jika memenuhi kriteria akan diberikan nilai 1, sebaliknya jika tidak memenuhi kriteria diberikan nilai 0 (kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1). Rumus untuk memperoleh skor dari GCG adalah:

CGI = A+(B+C)/2+D+E.

3.3.2. Kecakapan Manajerial Dalam penelitian ini, kecakapan manajerial dihitung dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) yang dinyatakan dalam decision making unit atau unit kegiatan ekonomi (UKE). Dalam hal ini, UKE dianggap efisien apabila rasio perbandingan antara input dan output sama dengan 1 atau 100%, sedangkan UKE yang tidak efisien apabila rasio perbandingan antara input atau output adalah antara 0 input atau output 1 atau nilainya kurang dari 100%. Dengan demikian, output dan input yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

• Output yang digunakan adalah penjualan • Input yang digunakan terdiri dari:

1. Faktor sumber daya yang terdiri dari total aset, jumlah tenaga kerja.

2. Faktor operasional yang terdiri dari:

- Days COGs in Inventory (DCI) =

- Days sales Outstanding (DSO) =

Adapun model yang dipergunakan untuk menghitung efisiensi dengan pendekatan DEA adalah sebagai berikut (Isnugrahadi dan Kusuma,2009):

Sedangkan rasio efisiensi 𝑀𝑀 kemudian didapatkan dengan kendala:

3.3.3. Rasio Leverage Proksi yang digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung rasio leverage adalah sesuai dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Achmad et.al (2009) dan Indriani (2010) yaitu:

3.3.4. Manajemen Laba Penelitian ini menggunakan lima proksi manajemen laba yang sudah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, yaitu menggunakan proksi manajemen laba yang diperkenalkan oleh Subekti (2012) yang meliputi manajemen laba rill yang terdiri dari arus kas operasi tidak normal (AKO.TN), biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN), biaya diskresioner tidak normal (BD.TN), serta manajemen laba akrual yaitu terdiri dari diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP), dan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ).

Tabel 2 Statistik deskriptif

Proksi

Minimum Maksimum

Rata- Deviasi.std rata

Skor GCG

17,267 2,427 Kec.Manajerial

68,463 22,113 Ras.Leverage

0,449 0,194 AKO.TN

-2,643 1,279 PROD.TN

0,953 1,076 BD.TN

-0,544 0,550 DA_JP

-1,628 1,831 DA_JPJ

Model estimasi untuk memperoleh parameter regresi dari manajemen laba dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

a. Arus Kas Kegiatan Operasi tidak normal (AKO.TN):

CFOt / At- 1= α0 + α1 (1/Log. At-1) + β1(St / At-1) + β2 (∆St / At-1) + ɛt

b. Biaya dari Kegiatan Produksi tidak normal (PROD.TN)

PRODt / At- 1 = α0 + α1 (1/Log. At-1) + β1(St / At-1) + β2 (∆St / At-1) + β3 (∆St-1 / At-1)+ɛt

c. Kegiatan dari biaya diskresionari tidak normal (BD.TN)

DISCRt / At- 1 = α0 + α1 (1/Log. At-1) + β1(St-1 / At-1) + ɛt

Keterangan :

At-1 = total aset perusahaan pada tahun t – 1 St = penjualan perusahaan pada tahun t – 1

∆St = perubahan penjualan perusahaan tahun t – 1 ∆St-1 = perubahan penjualan perusahaan tahun t – 1 dan t – 2

α,β = konstan dan Koefisien Regresi ɛ

= kesalahan jangka pada akhir tahun Nilai abnormal setiap kegiatan dihitung dari selish antara aktivitas akrual dan nilai yang diharapkan dari kegiatan tersebut. Nilai yang diharapkan dari kegiatan tersebut dihitung berdasarkan koefisien regresi dari setiap model estimasi (Subekti, 2012).

d. Diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP)

STACC i,t

1 𝛥𝑅𝛥𝑉 i,t − 𝛥𝑅𝛥𝐶 i,t 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐶𝐶 t

� + 𝜂𝜂3 � �� TA i,t

DA_JP i,t = − � 𝜂𝜂1 �

𝐿𝐼𝑢 TA i,t-1

TA i,t-1

TA i,t-1

Keterangan :

DA_JP i,t : diskresioner akrual jangka pendek pada akhir tahun t STACC i,t : total akrual jangka pendek yang nyata untuk perusahaan i pada

tahun t ∆REV i,t : penjualan pada tahun t dikurangi pendapatan pada tahun t -1 perusahaan ∆REC i,t

piutang dikurangi piutang pada tahun t – 1 perusahaan i INC i,t : laba bersih pada tahun t perusahaan i TA i,t-1 : total aktiva perusahaan i pada tahun t piutang dikurangi piutang pada tahun t – 1 perusahaan i INC i,t : laba bersih pada tahun t perusahaan i TA i,t-1 : total aktiva perusahaan i pada tahun t

DA_JPJ i,t

LTACC i,t = TA i,t

1 𝑃𝑃𝑃𝑃𝛥𝛥 i,t

𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 i,t

𝐿𝐼𝑢 TA i,t-1

TA i,t-1

TA i,t-1

TA i,t-1

Keterangan:

DA_JPJ i,t = diskresioner akrual jangka panjang perusahaan i pada tahun t

Cat: rumus selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 3

Model Estimasi untuk Proksi Manajemen Laba

CFO t /

PROD t /

DISCR t /

STACC t /A t - LTACC t /A t -

(-4,087) (-13,594)

1/Log.A t -1

S t -1/A t -1

-0,044 (-0,662)

ΔREV t - -0,689***

ΔREC t /A t -1

INT t /A t -1 0,022

Adjusted R 2 0,010

**Signifikan pada alva 1%; **Signifikan pada alva 5%; *Signifikan pada alva 10%

Tabel 3 menunjukkan bahwa semua koefisien dari variabel yang digunakan untuk mengestimasi aktivitas tersebut adalah signifikan. Dapat diartikan bahwa model regresi Tabel 3 menunjukkan bahwa semua koefisien dari variabel yang digunakan untuk mengestimasi aktivitas tersebut adalah signifikan. Dapat diartikan bahwa model regresi

3.4. Hasil Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui pengaruh tata kelola perusahaan, kecakapan manajerial, dan rasio leverage terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 – 2012, maka data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan metode analisis regresi berganda

Tabel 4

Hasil uji Regresi untuk masing-masing Proksi manajemen laba

AKO.TN

PROD.TN

BD.TN

DA_JP DA_JPJ

(-0,132) (-8,658) Tata kelola

0,043 -0,001 perusahaan

-0,020** -0,001** manajerial

(-3,719) (-3,106)

8,327** 23,982** R Square

**Signifikan pada alfa 5%

Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4

memperlihatkan bahwa variasi nilai manajemen laba yang dihitung berdasarkan arus kas operasi tidak normal (AKO.TN), biaya prosukdi tidak normal (PROD.TN), biaya diskresioner tidak normal (BD.TN), diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP), dan

diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ) mendapatkan nilai R 2 tertinggi dicerminkan oleh manajemen laba berdasarkan DA_JPJ 0,246. Hal ini berarti

manajemen laba berdasarkan diskresioner jangka panjang (DA_JPJ) mampu dijelaskan sebesar 24,6% oleh variabel tata kelola perusahaan, kecakapan manajerial, dan rasio leverage, sedangkan 75,4% dijelaskan oleh variabel bebas lain diluar penelitian.

Sedangkan nilai R 2 terendah ditunjukkan oleh variabel BD.TN 0,028, yang berarti Sedangkan nilai R 2 terendah ditunjukkan oleh variabel BD.TN 0,028, yang berarti

Tabel 5 Ringkasan hasil pengujian hipotesis

Nilai Hipotesis

Koefisien Kesimpulan

H1a Tata kelola perusahaan terhadap AKO.TN

0,063 Tdk didukung H1b

(-)

-0,009 Tdk didukung H1c

Tata kelola perusahaan terhadap PROD.TN

(-)

-0,061 Tdk didukung H1d

Tata kelola perusahaan terhadap BD.TN

(-)

0,057 Tdk didukung H1e

Tata kelola perusahaan terhadap DA_JP

(-)

Tata kelola perusahaan terhadap DA_JPJ

(-)

-0,007 Tdk didukung

H2a Kecakapan manajerial terhadap AKO.TN

0,030 Tdk didukung H2b

0,141** Didukung H2c

Kecakapan manajerial terhadap PROD.TN

-0,104 Tdk didukung H2d

Kecakapan manajerial terhadap BD.TN

-0,245** Tdk didukung H2e

Kecakapan manajerial terhadap DA_JP

Kecakapan manajerial terhadap DA_JPJ

-0,187** Tdk didukung

H3a Rasio leverage terhadap AKO.TN

-0,212** Tdk didukung H3b

0,107 Tdk didukung H3c

Rasio leverage terhadap PROD.TN

0,118** Didukung H3d

Rasio leverage terhadap BD.TN

-0,204** Tdk didukung H3e

Rasio leverage terhadap DA_JP

Rasio leverage terhadap DA_JPJ

0,471** Didukung

**Signifikan pada alfa 5%

4. Diskusi, Keterbatasan, dan Rekomendasi

Tata kelola perusahaan yang lebih dikenal dengan istilah asingnya good corporate governance (GCG) merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga kesinambungan suatu perusahaan, karena tata kelola perusahaan umumnya dapat mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai kesinambungan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ternyata ketika tata kelola perusahaan dihubungkan dengan praktik manajemen laba hasilnya yaitu tata kelola perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba berdasarkan arus kas operasi tidak normal (AKO.TN), biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN), biaya diskresioner tidak normal (BD.TN), diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP), dan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ). Terkait dengan hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini gagal untuk membuktikan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, dan teori yang digunakanpun yaitu teori keagenan tidak dapat mendukung hasil penelitian ini.

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa penerapan GCG di Indonesia hanya sebatas untuk memenuhi peraturan yang disyaratkan oleh pemerintah agar dapat menjadi perusahaan publik, tanpa diterapkan secara serius dalam perusahaan, sehingga walaupun tata kelola perusahaan sudah berjalan dengan baik, namun hanya digunakan sebagai pencitraan semata agar dapat menarik para investor, namun tidak dapat meminimalisir terjadinya praktik yang tidak sehat dalam perusahaan (Siswantaya,2007; Sutedi,2012:81; Natalia dan Pudjolaksono,2013).

Kecakapan seorang manajer dapat diukur ketika manajer tersebut membuat keputusan-keputusan yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Karena, salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan terletak pada tangan pihak manajer. Manajer harus mampu mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya kepada pemilik perusahaan. Adapun bentuk pertanggungjawaban pihak manajer berupa laporan keuangan yang disusun berdasarkan judgment. Selain dapat bertanggung jawab terhadap laporan keuangan yang disusun, seorang manajer dapat dianggap cakap apabila manajer tersebut memiliki keahlian yang memadai dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya, serta memiliki pengalaman yang cukup. Karena, seorang manajer yang semakin berpengalaman, biasanya akan berpengaruh terhadap pemahaman manajer akan bisnis perusahaannya. Manajer yang cakap tentu saja akan mendesain proses bisnis secara efisien dan akan membuat keputusan-keputusan yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. untuk itulah, maka terkadang berbagai cara pun dapat ditempuh oleh manajer, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mendapat penilaian bahwa manajer tersebut telah berhasil memberikan nilai tambah dalam perusahaannya adalah dengan cara melakukan perekayasaan terhadap laba dalam perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kecakapan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam hal ini, kecakapan manajerial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap manajemen laba ketika dihitung dengan menggunakan manajemen laba berdasarkan biaya dari kegiatan produksi tidak normal(PROD.TN). Kemudian, memiliki pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba berdasarkan diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP), dan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ). Selain itu, kecakapan manajerial pun tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba yang dihitung berdasarkan arus kas operasi tidak normal (AKO.TN) dan biaya diskresionari tidak normal (BD.TN). Dengan demikian, hasil pengujian hipotesis ini dapat diuraikan sebagai berikut:

• Kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba berdasarkan

arus biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN). Secara keseluruhan hal ini disebabkan karena adanya suatu standar yang memperbolehkan manajer untuk bebas menentukan dan memilih standar akuntansi yang akan diterapkan dalam perusahaan. Seperti yang dipaparkan oleh Eisenhard (1989) bahwa sesungguhnya manusia itu memiliki sifat dasar yang cenderung ingin mementingkan diri sendiri, dan cenderung untuk menghindari resiko. Atas dasar ini lah maka tentu saja manajer akan memanfaatkan peluang yang ada melalui pemilihan standar akuntansi yang akan diterapkan dalam perusahaan tersebut. Selain itu, dapat pula disebabkan karena adanya konflik kepentingan yang muncul oleh pihak-pihak dalam perusahaan khususnya manajer. Dalam teori keagenan menjelaskan bahwa adanya hubungan antara prinsipal dan agen, prinsipal memberikan wewenang kepada agen untuk mengelola perusahaannya dan agen memiliki tanggung jawab moral untuk dapat mengoptimalkan keuntungan para pemilik (prinsipal). Dan tidak menutup kemungkinan kepercayaan yang diberikan oleh prinsipal kepada agen dapat diselewengkan oleh manajer selaku agen, karena agen memiliki informasi yang jauh lebih akurat dan jauh lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal (pemilik). Adanya informasi yang lebih akurat dan lebih banyak dimiliki oleh agen (manajer) akan dimanfaatkan oleh manajer untuk lebih berperilaku oportunistik untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya dengan melakukan manajemen laba. Alasan lainnya yaitu,kurang adanya kesadaran dari dalam diri pribadi manajer itu sendiri untuk lebih berperilaku jujur (manajer mungkin memilih untuk berperilaku tidak jujur karena dapat disebabkan karena kondisi dalam perusahaan yang memaksa dan tidak mendukung manajer untuk bertindak jujur dalam melaporkan kondisi perusahaan yang tercerminkan dari nilai laba yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga memaksa manajer untuk melakukan manajemen laba). Hasil ini mendukung penelitian yan dilakukan sebelumnya oleh Isnugrahadi dan Kusuma (2009), Purwanti (2010), dan Utami dan Syafruddin (2013). Dengan demikian,sesungguhnya manajer yang cakap yang cenderung memiliki tingkat intelegensia ,pendidikan serta pengalaman yang tinggi tidak dapat meminimalisir praktik manajemen laba,malah cenderung akan melakukan manajemen laba.

• Kecakapan manajerial berpengaruh negatif terhadap diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP) dan diskresioner jangka panjang (DA_JPJ). Hal ini disebabkan: • Kecakapan manajerial berpengaruh negatif terhadap diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP) dan diskresioner jangka panjang (DA_JPJ). Hal ini disebabkan:

dapat disebabkan karena manajer mengetahui bahwa penggunaan diskresioner akrual jangka pendek ini hanya digunakan untuk masalah timing dan matching dalam satu arus kas (Dechow, 1994). Penurunan laba dalam jangka pendek diduga untuk penyusunan anggaran perusahaan, manajer yang cakap akan memilih untuk melakukan penurunan laba dalam jangka pendek, hal ini tentu saja menjadi pusat perhatian oleh pemilik perusahaan sehingga, diperiode yang akan datang manajer akan dituntut untuk menaikkan laba mungkin melalui volume penjualan, perubahan harga jual, yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap laba perusahaan.

• Kecakapan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba berdasarkan arus

kas operasi tidak normal (AKO.TN), dan biaya diskresioner tidak normal (BD.TN). Hal ini secara kesuluruhan dapat disebabkan karena manajemen laba berdasarkan arus kas operasi tidak normal dan biaya diskresioner tidak normal hanya akan berdampak pada proses pergantian direksi, untuk mencapai bonus direksi tersebut. Kondisi ini tidak sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia, sebagaimana yang kita ketahui bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung merupakan perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi. Maka, motivasi bonus tidak menjadi pusat perhatian manajemen dalam melakukan pengelolaan laba.

Variabel penelitian selanjutnya yang digunakan adalah rasio leverage. Rasio leverage digunakan untuk memprediksi motivasi dilakukannya manajemen laba. Pelitian ini mengindikasikasikan bahwa motivasi dilakukannya manajemen laba adalah untuk memenuhi perjanjian utang yang timbul dari kontrak utang jangka panjang. perlu diketahui pula bahwa manajer selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham yang dilakukan untuk ekspansi perusahaan, manajer pun seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa rasio leverage yang digunakan untuk menghitung motivasi perjanjian utang yang merupakan suatu motivasi dilakukannya manajemen laba dalam penelitian ini ternyata rasio leverage berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba berdasarkan biaya diskrsionari tidak normal (BD.TN) dan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ). Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio leverage dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba berdasarkan arus kas operasi tidak normal (AKO.TN), dan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa rasio leverage yang digunakan untuk menghitung motivasi perjanjian utang yang merupakan suatu motivasi dilakukannya manajemen laba dalam penelitian ini ternyata rasio leverage berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba berdasarkan biaya diskrsionari tidak normal (BD.TN) dan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ). Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio leverage dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba berdasarkan arus kas operasi tidak normal (AKO.TN), dan

• Rasio leverage memiliki pengaruh yang positif terhadap manajemen laba berdasarkan biaya diskresionari tidak normal (BD.TN) dan diskresioner akrual jangka panjang (DA_JPJ). Hal ini dapat disebabkan karena adanya suatu anggapan bahwa leverage merupakan suatu gambaran dari tanggungan utang perusahaan, maka semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka semakin tinggi pula utang perusahaan. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan manajemen untuk melakukan penyimpangan termasuk dengan melakukan manajemen laba agar kinerja yang akan dilaporkan pada pihak kreditur menjadi baik.

• Rasio leverage memberikan pengaruh yang negatif terhadap manajemen laba melalui arus kas operasi tidak normal (AKO.TN) dan diskresioner akrual jangka pendek (DA_JP) hal dapat disebabkan karena sifat dari kedua akun manajemen laba yaitu arus operasi tidak normal digunakan dengan cara menurunkan laba, karena semakin tinggi leverage akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba melalui penurunan arus kas operasi tidak normal perusahaan. Hal yang samapun diperlakukan dengan diskresioner jangka pendek.

• Rasio leverage ketika dilihat pengaruhnya terhadap manajemen laba melalui perhitungan biaya dari kegiatan produksi tidak normal (PROD.TN) hasil yang diperoleh yaitu rasio leverage tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba berdasarkan biaya dari kegiatan produksi tidak normal. Hal ini disebabkan karena kegiatan produksi berhubungan dengan penjualan. Penjualan cenderung akan memberikan penambahan pendapatan kepada perusahaan. sehingga jika rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah utang terhadap modal akan menghadapi resiko kegagalan yang tinggi yaitu resiko dimana perusahaan diancam untuk tidak mampu melunasi kewajibannya. Sehingga, tindakan manajemen laba tidak dapat dijadikan suatu mekanisme untuk menghindari kegagalan tersebut. Pelunasan kewajiban perusahaan harus tetap dilakukan dan tidak dapat dihindari melalui tindakan manajemen laba.

Keterbatasan dalam penelitian ini dihubungkan dengan sesuatu hal yang tidak dapat dilakukan oleh peneliti karena terdapat faktor-faktor yang tidak dapat diatasi oleh peneliti. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: Penelitian ini hanya menggunakan sektor manufaktur saja. Awalnya peneliti ingin menggunakan semua perusahaan publik yang terdaftar di IICG (khusus untuk perhitungan scoring index GCG) namun karena salah satu proksi manajemen laba harus menggunakan biaya produksi, sehingga dengan adanya kendala tersebut, peneliti mengganti sampel perusahaan, dengan menggunakan perusahaan manufaktur di BEI (karena sebagian besar perusahaan yang terdaftar di IICG merupakan sektor perbankan yang tidak memiliki informasi mengenai biaya produksi).

Saran yang dapat diberikan peneliti bagi penelitian selanjutnya adalah perlu mengembangkan kembali proksi dari perhitungan skoring GCG. Sehingga hasil yang diperolehpun dapat jauh akan lebih baik.

Referensi

Amar, A. B., & Abaoub, E. 2010. Earnings Management Thresholds The Case In Tunisia.Asian Academy of Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 6, No. 2, 35-56 .

Anggraini, L. 2011. Analisis Dampak Discretionary Accruals terhadap Nilai Perusahaan yang dimoderasi dengan Penerapan Good Corporate Governance (GCG). Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol.1 No.2, April 2011.

Annisa, N. A., & Kurniasih, L. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax

Avoidance . Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 8/ No.2 Mei 2012:95-189. Astuti, D. S. P. 2009. Review Penelitian tentang Earnings Management terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, Vol. 7, No. 1, April 2009:37-49 .

Bernard, V. L., & Skinner, D. J. 1996. What Motivates Manager's Choice of Discretionary Accrual. Journal of Accounting and Economics. Burgstahler, D., & Dichev, I. 1997. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics 24 (1997) 99-126. Dechow, P. M. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm Performance The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics 18 (1994) 3-42 .

Degeorge, F., Patel, J., & Zeckhauser, R. 1999. Earnings Management to Exceed Thresholds. The Journal of Business, Vol. 72, No.1. Djuitaningsih, T., & Rahman, A. 2011. Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Media Riset Akuntansi, Vol. 1, No.2 Agustus 2011 .

Fama, E. F., & C, J. M. 1983. Separation of Ownership and Control. Jurnal of Law and Economics . Ferdawati. 2009. Pengaruh Manajemen Laba Real Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.1 . Fischer, M., & Kenneth, R. 1995. Attitude of Students and Accounting Practitioners Concerming the Ethical Acceptability of Earnings Managements. Journal of Business Ethics .

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro . Gwenda, Z., & Juniarti. 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Pada Variabel Share Ownership, Debt Ratio, dan Sektor Industri Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Bussiness Accounting Review, Vol. 1, No. 2.

Hamdi, F. M., & Zarai, M. A. 2012. Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses: Empirical Evidende from Islamic Banking Industry Research.Journal of Finance dan Accounting, Vol.3, No.3.

Healy, P. M. 1985. The Effect Of Bonus Schemes On Accounting Decisions. Journal of Accounting and Economics . Herawati, N., & Baridwan, Z. 2007. Manajemen Laba pada Peusahaan yang Melanggar

Perjanjian Utang. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X Makassar. Herusetya, A. 2009. Efektifitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal - Auditor Dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.13, No.2.

IAI. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat.

Isnugrahadi, I., & Kusuma, I. W. 2009. Pengaruh Kecakapan Managerial terhadap Managemen Laba dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Pemoderasi. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XII .

Januarti, I. 2004. Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol.01/No.01/November 2004 . Jao, R., & Pagalung, G. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing .

Jensen, M. C., & H.Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior

Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman. Penerbit BPFE-Yogyakarta, Edisi Pertama. Juniarti, & Sentosa, A. A. 2009. Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang. Jurnal akuntansi dan Keuangan. Kaihatu, T. S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan . Khothari, S. P., Leone, A. J., & Wasley, C. E. 2005. Performance Matched

Discretionary Accruals Measures. Journal of Accounting and Economics. Kusuma, H. 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 8, No. 1. Leuz, C., Nanda, D., & Wysocki, P. D. 2003. Earnings Management and Investor protection: an International Comparison. Journal of Financial Economics. M.Eisenhardt, K. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The Academy of Management Review . Natalia, D., & Pudjolaksono, E. 2013. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Praktik Earning Management Badan Usaha Sektor Perbankan di BEI 2008-2011. Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.

Noviana, S. R., & Yuyetta, E. N. A. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Priantinah, D. 2008. Eksistensi Earnings Management dalam Hubungan Agen - Prinsipal. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Priantinah, D. 2009. Manajemen Laba ditinjau dari Sudut Pandang Oportunistik dan Efisien dalam Positive Accounting Theory. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia .

Purwanti, L. 2010. Kecakapan Managerial, Skema Bonus, Managemen Laba, dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen. R.Scott, W. (Ed.). 2009. Financial Accounting Theory. Raharjo, E. 2007. Teori Agensi dan Theori Stewarship Dalam Pespektif Akuntansi.

Jurnal Fokus Ekonomi . Rahman, A., & Hutagaol, Y. 2008. Manajemen Laba Melalui Akrual dan Aktivitas Real pada Penawaran Perdana dan Hubungannya dengan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris pada BEJ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.

Retno.M, R. D., & Priantinah, D. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 - 2010). Jurnal Nominal.

Richardson, S. A., Sloan, R. G., Soliman, M. T., & Tuna, I. 2001. Information in Accruals about Quality of Earnings. Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management Through Real Activities Manipulation. Journal of Accounting and Economics .

Schipper, K. 1989. Comentary Katherine on Earnings Managements. Accounting Horizon . Sekaran, U. 2006. Research Methods Fir Business (Metodologi Penelitian untuk Bisnis). Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Edisi 4. Sekaran, U. 2007. Research Methods For Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis). Penerbit Salemba Empat, Buku 1, Edisi 4. Subekti, I. 2012. Accrual and Real Earnings Management: One Of The Perspective Of Prospect Theory. Journal of Economics Business, and Accountancy Ventura, Vol. 15, No. 3 .

Subekti, I., Wijayanti, A., & Akhmad, K. 2010. The Real and Accruals Earnings Management: Satu Perspektif dari Teori Prospek.Prosiding Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.

Dokumen yang terkait

DARI FITNAH EKSTREM DI DALAM MENGISOLIR DAN MENVONIS BID’AH Kumpulan Perkataan dan Fatawa Para Ulama Ahlus Sunnah ﺩﺍﺩﻋﺍ : ﻱﺭﺜﻷﺍ ﻰﻤﻠﺴ ﻭﺒﺃ

0 0 104

b. Fatwa ini tidak membolehkan secara mutlak akan tetapi berkait, yaitu tidak terdapat penipuan, kecurangan, dan kezaliman dalam memasarkan produk. - MLM Bolehkah…

0 0 18

Tengku Thjik Di Tiro Hidup dan Perjuangannya

0 0 163

Desain Cover : Andreas Kusumahadi Lay-out dan Redesain cover : Priyanto Redaksi : Anick HT Jakarta 2012

0 0 846

Download Soal dan Pembahasan lainnya di www.m4th-lab.net Lihat vide pembahasannya di youtube.comm4thlab

1 2 12

Yang Terlibat Dalam IMK Yang terlibat dalam IMK adalah : 9 Psikologi dan ilmu kognitif : persepsi user, kognitif, kemampuan memecahkan masalah

0 0 13

LAMPIRAN-2 HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS DENGAN PROGRAM SPSS 21.00 Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Hasil Belajar PAI (X1)

0 0 13

Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang dan Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2011 Irine Ayu Triningtyas Sylvia Veronica Siregar Universitas Indonesia Abstract - Triningtyas&Siregar, 2014,SNA17,Ku

0 0 22

HUBUNGANFAKTOR TEKNIS, ORGANISASIONAL DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU PEGAWAI PEMDATERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM PENGUKURAN KINERJA DI PEMERINTAH DAERAH Hafiez Sofyani Alumni Magister Sains dan Doktor FEB UGM Rusdi Akbar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ABSTRA

0 0 35

PENGARUH MEKANISME PENGAWASAN TERHADAP AKTIVITAS TUNNELING Edwin Pratama Brundy I Gede Siswantaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta Abstract - Brundy dan Siswantara, 2014 pengawasan dan tunneling

0 4 17