BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Total Quality Management 1. Pengertian Total Quality Management - Pengaruh Total Quality Management terhadap Kinerja Keuangan pada Rumah Sakit Umum Imelda Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1. Total Quality Management

1. Pengertian Total Quality Management

  Manajemen mutu terpadu yang biasa dikenal dengan istilah Total

  Quality Management merupakan suatu sistem yang mengutamakan kualitas

  manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Definisi Total Quality

  Management menurut Kusriyanto (2002: 102) menyebutkan bahwa :

  Manajemen mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi, sehingga meningkatkan produktivitas dan pelayanan ke tingkat yang paling ekonomis yang menimbulkan kepuasan semua langganan.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa secara umum penerapan Total Quality Management merupakan suatu sistem pengintegrasian seluruh bagian yang ada pada perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kerja maupun kualitas produk yang dihasilkan baik barang maupun jasa.

  Sedangkan Arani (2003: 33) menjelaskan sebagai berikut : TQM merupakan penerapan metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi dan memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada masa kini dan diwaktu yang akan datang. TQM yang dijelaskan disini lebih merupakan sikap dan perilaku berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan kerja tim atau kelompoknya. TQM menghendaki komitmen total dari manajemen sebagai pimpinan organisasi dimana komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level dalam organisasi.

  Menurut Blocher, Chen, Lin (2000: 16) menyatakan bahwa : TQM merupakan teknik dimana manajemen mengembangkan kebijakan- kebijakan dan praktek-praktek untuk meyakinkan bahwa produk dan jasa perusahaan memenuhi harapan pelanggan. Pendekatan ini meliputi fungsionalitas produk, kehandalan dan kemudahan produk untuk diperbaiki.

  Manajemen biaya digunakan untuk menganalisis konsekuensi biaya dari berbagai pilihan desain untuk TQM dan untuk mengukur dan melaporkan berbagai aspek kualitas, termasuk didalamnya kegagalan produksi dan cacat produksi, pemborosan bahan dan tenaga kerja, jumlah permintaan untuk perbaikan dan sifat keluhan dari pelanggan, biaya jaminan dan pengembalian produk. Untuk dapat bertahan di lingkungan bisnis yang kompetitif, suatu perusahaan harus menyediakan produk bermutu dengan harga yang wajar, sehingga Carter dan Usry (2004: 199) mengemukakan bahwa : TQM merupakan pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang mencari cara untuk memperbaiki mutu di semua proses dan aktivitas”.

  Tjiptono dan Anastasia (2001: 4) menyebutkan : “TQM merupakan perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan”. Untuk lebih memudahkan pemahamannya, pengertian TQM dapat dibedakan dalam dua aspek. Aspek pertama menguraikan apa TQM itu dan aspek kedua membahas bagaimana mencapainya. TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.

  Definisi yang telah dijelaskan di atas mengenai TQM mencakup dua komponen, yakni apa dan bagaimana menjalankan TQM. Menurut Tjiptono dan Anastasia (2001: 15) yang membedakan TQM dengan pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen yang menjadi unsur dalam penerapannya.

  Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama yaitu : 1)

  Fokus pada pelanggan Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan

  driver . Pelanggan eksterbak menentukan kualitas produk atau jasa yang

  disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 2)

  Obsesi tinggi terhadap kualitas Dengan kualitas yang diterapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level manajemen berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif, ‘bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik ?’.

  3) Pendekatan ilmiah

  Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. 4)

  Komitmen jangka panjang TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan lancar. 5)

  Kerja sama tim Dalam organisasi yang merupakan TQM, kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan, perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga dan masyarakat disekitarnya. 6)

  Perbaikan sistem secara berkesinambungan Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem. Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas dapat meningkat. 7)

  Pendidikan dan pelatihan Dalam menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang didorong untuk terus belajar. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

  8) Kebebasan yang terkendali

  Kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dengan baik.

  9) Kesatuan tujuan

  Agar TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. 10)

  Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan Keterlibatan dan perberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik dan rencana yang baik. Kedua, keterlibatan karyawan akan meningkatkan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melakukannya.

  Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa TQM merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. TQM lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan dengan memasokkan barang atau jasa yang memiliki kualitas setinggi mungkin.

b. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan TQM Tujuan Pelaksanaan TQM

  Tujuan TQM adalah memungkinkan organisasi mengeliminasi pemborosan, menyederhanakan proses, berfokus pada peningkatan mutu untuk memuaskan konsumen dan akhirnya berdampak pada setiap aktivitas yang dilaksanakan organisasi. Penerapan Total Quality Management pada suatu perusahaan mempunyai tujuan dan manfaat tertentu. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan TQM tersebut menurut Hasibuan (2003, hal, 222) adalah :

  1) Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien. 2)

  Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau jasa 3)

  Peningkatan moral, prakarsa dan kerja sama karyawan 4)

  Pengembangan kemampuan tenaga kerja 5) Peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa penerapan TQM mempunyai tujuan yang diantaranya pencapaian target perusahaan baik target untuk pelayanan maupun target untuk kualitas barang atau jasa yang dihasilkan, serta melakukan pengembangan kemampuan kerja dan meningkatkan produktivitas dan profitabilitas kerja perusahaan.

  Manfaat Pelaksanaan TQM

  Adapun manfaat dari penerapan TQM yang ingin dicapai suatu perusahaan menurut Kusriyanto (2002, hal. 103) adalah sebagai berikut : 1)

  Bagi karyawan

  a) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam melihat, mengenali permasalahan dan mencari alternatif pemecahannya. b) Meningkatkan kemampuan komunikasi dan partisipasi di dalam kegiatan kelompok kerja c)

  Membiasakan berfikir secara analitis dengan menggunakan teknik- teknik quality management.

  d) Peningkatan daya kreativitas.

  e) Peningkatan kepercayaan diri. 2)

  Bagi perusahaan

  a) Pengembangan perusahaan melalui akumulasi gagasan-gagagsan perbaikan.

  b) Meningkatkan daya saing barang atau jasa yang dihasilkan.

  c) Memperbaiki hubungan perusahaan dengan karyawan.

  d) Partisipasi semua karyawan didalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan.

  3) Bagi Konsumen

  a) Konsumen akan memperoleh barang atau jasa yang bermutu baik.

  b) Konsumen akan mendapatkan kepuasan dari barang atau jasa tersebut.

  c) Konsumen akan memperoleh barang atau jasa yang memenuhi kesehatan dan keselamatan d)

  Konsumen akan menerima barang atau jasa sesuai dengan pesanannya.

  e) Pemerintah akan mendapatkan pajak-pajak. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya penerapan TQM merupakan pendukung terwujudnya tujuan perusahaan secara keseluruhan yaitu memberikan kepuasan bagi pelanggan atau konsumen serta peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan secara berkesinambungan.

c. Syarat Penerapan TQM

  Dalam konsep manajemen, TQM selain bertujuan pengendalian mutu terpadu, juga termasuk usaha perbaikan struktur dan manajemen organisasi. TQM dapat dilakukan dengan mempertimbangkan semua yang berkaitan dalam seluruh bagian di lingkungan organisasi. Pelaksanaan TQM harus juga memperhatikan produk, konsumen dan organisasi perusahaan.

  Menurut Gibson (2001: 86) menyebutkan bahwa penerapan TQM memerlukan syarat sebagai berikut : 1)

  Seluruh sumber daya manusia yang turut dalam proses kegiatan (manajerial dan operasional) harus mengerti dan menghayati arti TQM, mampu, bermentalitas baik dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penyelesaian pekerjaannya. 2)

  TQM sebagai totalitas pengendalian terhadap manajemen mutu secara bertahap dan merupakan rangkaian suatu proses diharuskan agar setiap kelompok kerja (subsistem) bekerja benar dalam rangkaian terpadu. 3)

  Seluruh mata rantai dalam subsistem harus mampu bekerja efisien dan efektif dengan didukung sikap mental positif dari setiap individu anggotanya. Sikap mental positif adalah kesediaan untuk bekerja produktif dalam suatu tim spirit kerja sama yang kuat, untuk mencapai mutu kerja yang tinggi. 4)

  Sarana, prasarana dan lingkungan kerja harus mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu (TQM). Setiap individu karyawan harus mengetahui dan berpartisipasi dalam mengerjakan pekerjaan secara benar, sehingga barang atau jasa yang dihasilkan bermutu tinggi,

  Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa penerapan TQM harus memerlukan syarat diantaranya seluruh sumber daya manusia yang turut dalam proses kegiatannya, sebagai totalitas pengendalian terhadap manajemen mutu secara bertahap, seluruh mata rantai dalam subsistem harus mampu bekerja efisien dan efektif dengan didukung sikap mental positif dan sarana, prasarana dan lingkungan kerja harus mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu (TQM).

4. Sistem Total Quality Management Dalam penerapan TQM sistem manajemen menurut Sedarmayanti (2001, hal.

  b) Dapat memilih cara penerapan yang paling tepat dan efektif

  c) Waskat harus diterapkan oleh setiap atasan sub unit / kelompok kerja dengan cara yang benar, agar kesalahan dapat diketahui sedini mungkin.

  b) Dukungan dari manajer menengah untuk berperan serta dalam TQM

  a) Dukungan dari manajer puncak dalam menetapkan kebijaksanaan dan memberi pengarahan.

  Kebijaksanaan manajemen

  b.

  c) Sistem manajemen memilih tiga tingkat aktivitas sesuai dengan struktur piramida organisasi dan setiap jenjang memiliki tuhas membantu penerapan TQM sesuai dengan fungsi masing-masing.

  95) dapat dilakukan meliputi apa yang dimaksud dengan : 1)

  Sistem manajemen 2)

  Sistem manajemen Yang dimaksud dengan sistem manajemen adalah :

  a.

  Kendala pelaksanaan program TQM Berikut akan dijelaskan satu persatu dari penerapan TQM sistem manajemen tersebut.

  Pelaksanaan program TQM 5)

  Proses kerja TQM 4)

  Kebijaksanaan manajemen 3)

  a) Untuk mengetahui pengertian / konsep standar dari sistem manajemen seutuhnya. c.

  Proses kerja TQM Proses kerja gugus TQM meliputi proses kerja dari sistem manajemen yang tidak mempunyai mata rantai proses yang terputus, tetapi saling berhubungan dan saling tergantung. Proses kerja gugus TQM yaitu :

  a) Pengajuan masalah

  b) Analisis permasalahan

  c) Mencari pemecahan masalah

  d) Presentasi pada pihak manajer serta

  e) Manajer meninjau, menelusuri atau meminta tindak lanjut dari presentsi yang dimaksud.

  d.

  Pelaksanaan program TQM Dalam pelaksanaan program TQM terdapat dua hal yang harus diperhatikan agar TQM dapat sukses yaitu dari sisi karyawan dan manajer.

  1) Dari sisi karyawan

  a) menciptakan suasana yang cocok b) saling memberi informasi dan berkomunikasi c) dijadikan program sukarela d) memberikan pengarahan dan latihan e) bersikap terbuka dan positif f) menyediakan waktu, sarana, fasilitas dan dana. 2)

  Dari sisi manajer

  a) mengajukan dan menjelaskan program TQM kepada pimpinan b) menjelaskan tujuan dan hasil yang akan dicapai c) mendapatkan dukungan dari pimpinan.

  e.

  Kendala pelaksanaan program TQM Kendala pelaksanaan program TQM datang dari bawahan dan atasan.

  1) Kendala dari bawahan

  a) adanya ketidaksetujuan b) merasa dimanfaatkan oleh pimpinan c) merasa sebagai beban tambahan d) adanya sikap mengapa saya harus membantu perusahaan e) tidak dijalankan / dilakukan di tempat kerjanya.

  f) tidak ada waktu untuk berkelompok (circle) 2)

  Kendala dari atasan

  a) atasan tidak mendukung gagasan TQM b) sangat sibuk, tidak ada waktu c) kurangnya kewenangan yang dimiliki d) belum memahami secara jelas pengertian TQM e) atasan menganut sentralisasi wewenang.

5. Elemen-elemen Pentingnya TQM

  Dalam penerapan TQM terdapat elemen-elemen penting yang perlu diperhatikan yang menurut Ariani (2003: 44) yaitu : a. kepemimpinan dan komitmen b. keterlibatan penuh seluruh karyawan c. perencanaan yang baik d. strategi pelaksanaan e. pengukuran dan evaluasi f. pengendalian dan perbaikan g. mencapai dan mempertahankan standar kesempurnaan.

  Berikut akan dijelaskan satu persatu elemen-elemen penting yang ada dalam TQM tersebut.

  a.

  Kepemimpinan dan komitmen Filosofi TQM hanya dapat terlaksana bila ada dukngan dan tanggung jawab dari semua level yang ada pada organisasi. Top manajemen sebagai pimpinan puncak yang menyusun strategi pelaksana. Middle manajemen menerapkan manajemen kualitas sebagai suatu program. Lower manajemen berperan untuk memonitor dan mengendalikan kualitas di perusahaan.

  b.

  Keterlibatan penuh seluruh karyawan Untuk dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberikan kepuasan kepada para karyawan dengan salah satu cara adalah melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan perusahaan.

  c.

  Perencanaan yang baik Dalam setiap kegiatan perusahaan, perencanaan memang harus disusun secara matang. Perencanaan dapat digunakan sebagai dasar pengendalian dan sebagai cara untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan.

  d.

  Strategi pelaksanaan Filosofi TQM harus dilaksanakan dengan strategi perusahaan. TQM harus didukung oleh pimpinan organisasi atau perusahaan. Untuk dapat melaksanakan TQM harus disusun strategi penerapannya untuk dilaksanakan oleh semua pihak dalam organisasi tersebut.

  e.

  Pengukuran dan evaluasi Pelaksanaan TQM memerlukan data nyata. Oleh karena itu, pengukuran dan evaluasi data yang bersifat kuantitatif tersebut harus benar-benar dilakukan.

  Sehingga, meskipun TQM merupakan filosofi yang sifatnya lebih mendekati pada masalah kualitatif, namun sifat yang kualitatif tersebut harus dapat diukur dan dikuantitatifkan.

  f.

  Pengendalian dan perbaikan Tindakan pengendalian dan perbaikan ditujukan untuk mengadakan perbaikan dan peningkatan yang dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga tercapai perbaikan dan peningkatan kualitas seperti yang diharapkan.

  g.

  Mencapai dan mempertahankan standar kesempurnaan.

  Untuk dapat meningkatkan kualitas, maka standar yang diterapkan harus dihargai bukanlah standar baku yang tidak mungkin dapat diubah atau ditingkatkan. Standar kualitas tersebut harus diubah dan ditingkatkan mengikuti perkembangan dan peningkatan keinginan dan harapan pelanggan.

2.1.2. Kinerja Keuangan

1. Pengertian dan Tujuan Pokok Kinerja Keuangan

  Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dilakukan oleh manusia, maka pengukuran kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan didalam organisasi. Oleh karena itu, jika informasi akuntansi dipakai sebagai salah satu penilaian kinerja, maka informasi akuntansi yang memenuhi kebutuhan tersebut adalah informasi akuntansi manajemen yang berhubungan dengan individu yang memiliki peran tertentu dalam organisasi, tipe informasi akuntansi manajemen yang memiliki karakteristik semacam itu disebut dengan informasi akuntansi pertanggung jawban. (Mulyadi, 2001 : 415).

  Menurutnya pula tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencata strategik, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktu serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

  Tujuan pokok sistem pengukuran kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan valid berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota organisasi. Semakin akurat dan valid informasi yang dihasilkan oleh sistem pengukuran kinerja, semakin besar potensi nilainya terhadap organisasi. Hasil-hasil dari penilaian kinerja sering berfungsi sebagai basis bagi evaluasi reguler terhadap kinerja anggota-anggota organisasi.

b. Manfaat dan Prinsip-prinsip Kinerja Keuangan

  Menurut Mulyadi (2001, hal. 416) pengukuran kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1)

  Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2)

  Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer dan pemberhentian. 3)

  Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4)

  Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka

5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

  Sistem pengukuran kinerja dapat bermanfaat bagi para pemakainya apabila hasilnya dapat menyediakan umpan balik yang bisa membantu anggota organisasi dalam usaha untuk melakukan perbaikan kinerja lebih lanjut. Sistem manajemen biaya harus mencakup pengukuran kinerja yang dapat menghasilkan informasi sesuai dengan prinsip pengukuran kinerja, yaitu :

  1) Ukuran kinerja konsisten dengan tujuan perusahaan

  2) Ukuran kinerja memiliki adaptabilitas pada kebutuhan bisnis

  3) Ukuran kinerja dapat mengukur aktivitas-aktivitas signifikan

  4) Ukuran kinerja mempunyai akseptabilitas dari atas ke bawah

  5) Ukuran kinerja berbiaya efektif

6) Ukuran kinerja tersaji tepat waktu.

  Simamora (2001 : 338) menyebutkan beberapa persyaratan sistem pengukuran kinerja yang efektif, antara lain : a.

  Relevansi Menyiratkan bahwa terdapat kaitan yang jelas antara standar kinerja untuk suatu pekerjaan tertentu dan tujuan organisasi atas suatu program penilaian dikatakan relevan jika program tersebut mencakup aspek-aspek pekerjaan yang penting.

  b.

  Sensitivitas Menyatakan bahwa suatu sistem penilaian kinerja mampu membedakan antara pelaksana yang efektif dengan yang tidak efektif.

  c.

  Keandalan Merupakan konsisten penilaian. Penilaian yang dibuat oleh penilai yang bekerja secara independen satu sama lainnya haruslah saling bersesuaian.

  d.

  Kemampu-terimaan Merupakan persyaratan yang paling penting dari semuanya karena benar bahwa program sumber daya manusia haruslah mendapat dukungan dari orang-orang yang akan menggunakannya atau jika tidak, maka keahlian sumber daya manusia akan digunakan untuk merintangi mereka.

  e.

  Kepraktisan Menyatakan bahwa instrumen penilaian mudak untuk dipahami dan digunakan oleh manajer dan karyawan.

3. Penilaian Kinerja Keuangan

  Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja keuangan. Berbeda dengan kinerja karyawan yang pada umumnya bersifat konkrit, kinerja keuangan adalah bersifat abstrak dan kompleks. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan serta usaha beberapa orang lain yang berada di dalam daerah wewenangnya. Oleh karena itu, manajer memerlukan kerangka konseptual sebagai working model yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk menghasilkan kinerja keuangan.

  Kinerja keuangan adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Kinerja personal meliputi delapan dimensi yaitu : a.

  Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan / pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur dan pemrograman.

  b.

  Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan dan analisis pekerjaan. c.

  Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar-menukar informasi dengan orang lain di bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahkan bagian lain dan berhubngan dengan manajer lain.

  d.

  Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk.

  e.

  Pengawasan (supervise), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.

  f.

  Pengaturan staff (staffing), yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja di bagian tertentu, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan dan mutasi pegawai.

  g.

  Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar- menawar dengan wakil penjual, tawar-menawar secara kelompok.

  h.

  Perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuan- pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan.

4. Pengaruh TQM terhadap Kinerja keuanganial

  Setiap perusahaan tentu akan memiliki tujuan paling pokok yaitu meningkatkan kualitas produknya. Peningkatan kualitas sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, karena dengan mutu yang bagus maka perusahaan akan dapat dengan mudah mendapatkan kepercayaan konsumen. Banyak perusahaan menyadari bahwa mutu pelayanan luar biasa dapat memberikan keunggulan bersaing yang kuat kepada mereka serta menghasilkan penjualan dan laba yang tinggi. Untuk memaksimumkan daya saing maka perusahaan perlu menerapkan suatu teknik TQM.

  Apabila perusahaan menggunakan TQM, maka akan mengurangi biaya operasi, meningkatkan harga jual, meningkatkan penghasilan sehingga laba makin meningkat. Sedangkan menurut Budi I (2000), bahwa kesuksesan penerapan TQM sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dan komitmen para manajer dalam pelaksanaan tersebut. Dengan keterlibatan penuh rasa tanggung jawab manajer tersebut tentunya akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja keuanganial.

  Dalam jurnalnya Kurnianingsih (2000, hal. 227) menyebutkan, beberapa penelitian bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah, disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akuntansi manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam menentukan sasaran-sasaran yang tepat, pengukuran kinerja dan sistem penghargaan. Desain sistem penghargaan yang diberikan manajer yang kemungkinan memberikan rasa adil dan kepuasan atau pemberian kompensasi yang lebih baik kepada para manajer akan memotivasi mereka dalam meningkatkan kinerjanya.

  Menurut I Made Nrsa dan Rani (2003) menyimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja akan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja keuanganial, yang artinya para manajer akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja keuanganial mereka, jika mereka menerima pengukuran kinerja yang tinggi dalam bentuk informasi yang diperlukan yang memberikan umpan balik untuk perbaikan dan pembelajaran.

2.2. Kerangka Konseptual

  TQM merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. TQM lebih berfokus pada tujuan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelanggan dengan memasok barang atau jasa yang memiliki kualitas setinggi mungkin.

  Dasar pemikiran perlunya TQM sangat sederhana yakni bahwa cara yang terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas produk atau jasa yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan

  Total Quality Management (TQM).

  Pentingnya TQM dijelaskan oleh Fandy Tjiptono (2001, hal. 4) yang menyatakan bahwa : “Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang dapat dikembangkan menjadi pendekatan dalam menjalankan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. TQM juga merupakan falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, pengertian dan kepuasan pelanggan”.

  Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada akhirnya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua rute, rute pertama yaitu rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar.

  Gambar 1 Kerangka Pemikiran Kinerja manajerial

  Total Quality Management

2.3. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dirumuskan di atas, maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah karakteristik dari TQM yang terdiri dari fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan terkendali, kesatuan tujuan dan keterlibatan dan pemberdayaan karyawan serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pada Rumah Sakit Umum Imelda Medan. Adapun hipotesis penelitian yang dikemukakan penulis yaitu : Ho : Terdapat pengaruh yang positif antara total quality management terhadap kinerja keuangan pada Rumah Sakit Umum Imelda Medan.

  H1 : Tidak terdapat pengaruh yang positif antara total quality management terhadap kinerja keuangan pada Rumah Sakit Umum Imelda Medan..

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi dan Skrining Fitokimia serta Uji Efek Antidiare Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca ABB) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan 2.1.1 Pengertian Perilaku Kesehatan - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

0 0 11

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Diabetes Mellitus - Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013

0 0 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Variabel - Enanalisis Pgaruh Luas Lahan, Pupuk, Dan Curah Hujan Terhadap Hasil Produktifitas Padi Sawah Di Kabupaten Langkat Tahun 2006 - 2011

0 0 13

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Enanalisis Pgaruh Luas Lahan, Pupuk, Dan Curah Hujan Terhadap Hasil Produktifitas Padi Sawah Di Kabupaten Langkat Tahun 2006 - 2011

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) - Penentuan Tinggi Muka Air Banjir Sungai Deli

0 0 30

Pengaruh Total Quality Management terhadap Kinerja Keuangan pada Rumah Sakit Umum Imelda Medan

0 1 11