Perang Dunia 2 serta (3)

Perang Dunia II
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"PDII" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat WWII (disambiguasi). Untuk
sejarah Winston Churchill, lihat The Second World War (seri buku).
Perang Dunia II

Searah jarum jam dari kiri atas: Pasukan Tiongkok pada
Pertempuran Wanjialing, Meriam 25-pounder Australia
pada Pertempuran El Alamein Pertama, pesawat
pengebom Stuka Jerman di Front Timur musim dingin
1943–1944, pasukan AL Amerika Serikat di Teluk
Lingayen, Wilhelm Keitel menandatangani Instrumen
Penyerahan Diri Jerman, tentara Soviet pada Pertempuran
Stalingrad

Tanggal
Lokasi
Hasil

1 September 1939 – 2 September
1945 (6 tahun, 1 hari)

Eropa, Pasifik, Atlantik, Asia
Tenggara, Tiongkok, Timur Tengah,
Mediterania dan Afrika, Amerika
Utara
Kemenangan Sekutu


Pembubaran Reich Ketiga



Pembentukan Perserikatan

Bangsa-Bangsa


Kemunculan Amerika
Serikat dan Uni Soviet
sebagai kekuatan super




Awal Perang Dingin
(lainnya...)

Pihak yang terlibat
Sekutu

Poros

Uni Soviet (1941–45)[nb 1]
Amerika Serikat (1941–
45)

Jerman
Kekaisaran Jepang (at
war 1937–45)

Imperium Britania
Italia (1940–43)

Tiongkok (at war 1937–45)
Hongaria (1940–45)
Perancis[nb 2]
Rumania (1941–44)
Polandia
Bulgaria (1941–44)
Kanada
Australia
Selandia Baru
Afrika Selatan
Pihak terlibat
Yugoslavia (1941–45)
Finlandia (1941–44)
Yunani (1940–45)
Thailand (1942–45)
Norwegia (1940–45)
Irak (1941)
Belanda (1940–45)
Spanyol (1941)
Belgia (1940–45)

Cekoslowakia
Brasil (1942–45)
...dan lain-lain
Negara klien dan boneka
Manchukuo
Republik Sosial
Italia (1943–45)
Negara klien dan boneka
Kroasia (1941–45)
Filipina (1941–45)
Slowakia
Mongolia (1941–45)
...dan lain-lain

...dan lain-lain

Komandan
Pemimpin Sekutu

Pemimpin Poros


Winston Churchill
Franklin D. Roosevelt
Joseph Stalin
Chiang Kai-shek
...dan lain-lain

Adolf Hitler
Hirohito
Benito Mussolini
...dan lain-lain

Korban
Korban militer:
Lebih dari 16.000.000

Korban militer:
Lebih dari 8.000.000

Korban sipil:

Lebih dari 45.000.000
Total korban:
Lebih dari 61.000.000

Korban sipil:
Lebih dari 4.000.000
Total korban:
Lebih dari 12.000.000

(1937–45)
...lebih lanjut

(1937–45)
...lebih lanjut

[sembunyikan]


l




b



s

Kampanye selama Perang Dunia II
Eropa
Polandia – Perang Phoney – Finlandia – Denmark & Norwegia
Perancis & Benelux – Britania – Front Timur – Eropa Baratlaut (1944–45) – Mediterania,
Timur Tengah dan Afrika
Asia & Pasifik
Tiongkok – Samudera Pasifik – Asia Tenggara
Pasifik Baratdaya – Jepang – Manchuria (1945)
Kampanye Lainnya
Atlantik – Pengeboman Strategis – Amerika Utara
Perang Kontemporer
Perang Sipil Tiongkok – Perbatasan Soviet-Jepang – Perancis-Thailand – Ekuador-Peru

Templat:Topik Perang Dunia II
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2),
adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini
melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada
akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang
ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di
berbagai pasukan militer. Dalam keadaan "perang total", negara-negara besar
memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan
perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai oleh
sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk
Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa
sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II
konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.[1]
Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi Asia Timur dan sudah memulai perang dengan
Republik Tiongkok pada tahun 1937,[2] tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal
1 September 1939 dengan invasi ke Polandia oleh Jerman yang diikuti serangkaian
pernyataan perang terhadap Jerman oleh Perancis dan Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal
1941, dalam serangkaian kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama

Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah Pakta Molotov–

Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara
tetangganya sendiri di Eropa, termasuk Polandia. Britania Raya, dengan imperium dan
Persemakmurannya, menjadi satu-satunya kekuatan besar Sekutu yang terus berperang
melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran di Afrika Utara dan Pertempuran
Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet yang
menandakan terbukanya teater perang darat terbesar sepanjang sejarah, yang melibatkan
sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember 1941,
Jepang bergabung dengan blok Poros, menyerang Amerika Serikat dan teritori Eropa di
Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat.
Serbuan Poros berhenti tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai pertempuran laut
dan tentara Poros Eropa dikalahkan di Afrika Utara dan Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui
serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan
Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di
semua front. Tahun 1944, Sekutu Barat menyerbu Perancis, sementara Uni Soviet merebut
kembali semua teritori yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang
di Eropa berakhir dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan
penyerahan tanpa syarat Jerman pada tanggal 8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945,
Amerika Serikat mengalahkan Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di
Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang.
Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi dengan menyatakan perang terhadap

Jepang dan menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus
1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat kemenangan total Sekutu atas
Poros.
Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia. Perserikatan BangsaBangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah konflikkonflik yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan pemenang perang—Amerika
Serikat, Uni Soviet, Cina, Britania Raya, dan Perancis—menjadi anggota permanen Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.[3] Uni Soviet dan Amerika Serikat muncul sebagai
kekuatan super yang saling bersaing dan mendirikan panggung Perang Dunia yang kelak
bertahan selama 46 tahun selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar
Eropa mulai melemah, dan dekolonisasi Asia dan Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang
industrinya terkena dampak buruk muali menjlaani pemulihan ekonomi. Integrasi politik,
khususnya di Eropa, muncul sebagai upaya untuk menstabilkan hubungan pascaperang.

Daftar isi


1 Kronologi



2 Latar belakang




3 Sebelum perang
o 3.1 Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
o 3.2 Perang Saudara Spanyol (1936-39)

o 3.3 Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)
o 3.4 Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)
o 3.5 Pendudukan Eropa dan perjanjian


4 Alur perang
o 4.1 Pecah di Eropa (1939)
o 4.2 Serbuan Poros
o 4.3 Perang global (1941)
o 4.4 Kebuntuan serbuan Poros (1942)
o 4.5 Sekutu menguasai medan (1943)
o 4.6 Sekutu mendekat (1944)
o 4.7 Poros runtuh, Sekutu menang (1945)



5 Dampak
o 5.1 Korban dan kejahatan perang
o 5.2 Kamp konsentrasi dan perbudakan
o 5.3 Front dalam negeri dan produksi
o 5.4 Pendudukan
o 5.5 Kemajuan teknologi dan peperangan



6 Lihat pula



7 Catatan kaki



8 Rujukan



9 Referensi



10 Pranala luar

Kronologi
Lihat pula: Garis waktu Perang Dunia II

Awal terjadinya perang umumnya disetujui pada tanggal 1 September 1939, dimulai dengan
invasi Jerman ke Polandia; Britania dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman dua
hari kemudian. Tanggal lain mengenai awal perang ini adalah dimulainya Perang CinaJepang Kedua pada 7 Juli 1937.[4][5]
Lainnya mengikuti sejarawan Britania Raya A. J. P. Taylor, yang percaya bahwa Perang
Cina-Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya terjadi bersamaan dan dua perang ini
bergabung pada tahun 1941. Artikel ini memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal
awal lainnya yang sering dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi invasi Italia ke Abisinia
pada tanggal 3 Oktober 1935.[6] Sejarawan Britania raya Antony Beevor memandang awal
Perang Dunia Kedua terjadi saat Jepang menyerbu Manchuria bulan Agustus 1939.[7]
Tanggal pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan bahwa
perang berakhir saat gencatan senjata 14 Agustus 1945 (V-J Day), alih-alih penyerahan diri
resmi Jepang (2 September 1945); di sejumlah teks sejarah Eropa, perang ini berakhir pada
V-E Day (8 Mei 1945). Meski begitu, Perjanjian Damai dengan Jepang baru ditandatangani
pada tahun 1951,[8] dan dengan Jerman pada tahun 1990.[9]

Latar belakang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penyebab Perang Dunia II
Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan Blok Sentral,
termasuk Austria-Hongaria, Jerman, dan Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan
oleh Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang
seperti Perancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah baru, dan negaranegara baru tercipta setelah runtuhnya Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Kesultanan
Utsmaniyah.
Meski muncul gerakan pasifis setelah perang,[10][11] kekalahan ini masih membuat
nasionalisme iredentis dan revanchis pemain utama di sejumlah negara Eropa. Iredentisme
dan revanchisme punya pengaruh kuat di Jerman karena kehilangan teritori, koloni, dan
keuangan yang besar akibat Perjanjian Versailles. Menurut perjanjian ini, Jerman kehilangan
13 persen wilayah dalam negerinya dan seluruh koloninya di luar negeri, sementara Jerman
dilarang menganeksasi negara lain, harus membayar biaya perbaikan perang, dan membatasi
ukuran dan kemampuan angkatan bersenjata negaranya.[12] Pada saat yang sama, Perang
Saudara Rusia berakhir dengan terbentuknya Uni Soviet.[13]
Kekaisaran Jerman bubar melalui Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahaan
demokratis yang kemudian dikenal dengan nama Republik Weimar dibentuk. Periode
antarperang melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis
keras atas sayap kanan maupun kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut
sejumlah wilayah, kaum nasionalis Italia marah mengetahui janji-janji Britania dan Perancis
yang menjamin masuknya Italia ke kancah perang tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai.
Sejak 1922 sampai 1925, gerakan Fasis pimpinan Benito Mussolini berkuasa di Italia dnegan
agenda nasionalis, totalitarian, dan kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi
perwakilan, penindasan sosialis, kaum sayap kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar
negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai kekuatan dunia—"Kekaisaran Romawi
Baru".[14]

Di Jerman, Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis
di Jerman. Setelah Depresi Besar dimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan,
pada tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah kebakaran Reichstag,
Hitler menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.[15]
Parati Kuomintang (KMT) di Tiongkok melancarkan kampanye penyatuan melawan
panglima perang regional dan secara nominal berhasil menyatukan Cina pada pertengahan
1920-an, tetapi langsung terlibat dalam perang saudara melawan bekas sekutunya yang
komunis.[16] Pada tahun 1931, Kekaisaran Jepang yang semakin militaristik, yang sudah lama
berusaha memengaruhi Cina[17] sebagai tahap pertama dari apa yang disebut pemerintahnya
sebagai hak untuk menguasai Asia, memakai Insiden Mukden sebagai alasan melancarkan
invasi ke Manchuria dan mendirikan negara boneka Manchukuo.[18]
Terlalu lemah melawan Jepang, Cina meminta bantuan Liga Bangsa-Bangsa. Jepang menarik
diri dari Liga Bangsa-Bangsa setelah dikecam atas tindakannya terhadap Manchuria. Kedua
negara ini kemudian bertempur di Shanghai, Rehe, dan Hebei sampai Gencatan Senjata
Tanggu ditandatangani tahun 1933. Setelah itu, pasukan voluntir Cina melanjutkan
pemberontakan terhadap agresi Jepang di Manchuria, dan Chahar dan Suiyuan.[19]

Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan)
Adolf Hitler, setelah upaya gagal menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923, menjadi
Kanselir Jerman pada tahun 1933. Ia menghapus demokrasi, menciptakan revisi orde baru
radikal dan rasis, dan segera memulai kampanye persenjataan kembali.[20] Sementara itu,
Perancis, untuk melindungi aliansinya, memberikan Italia kendali atas Ethiopia yang
diinginkan Italia sebagai jajahan kolonialnya. Situasi ini memburuk pada awal 1935 ketika
Teritori Cekungan Saar dengan sah bersatu kembali dengan Jerman dan Hitler menolak

Perjanjian Versailles, mempercepat program persenjataan kembalinya dan memperkenalkan
wajib militer.[21]
Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Perancis, dan Italia membentuk Front Stresa. Uni
Soviet, khawatir akan keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat
perjanjian bantuan bersama dengan Perancis. Sebelum diberlakukan, pakta Perancis-Soviet
ini perlu melewati birokrasi Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak
berguna.[22][23] Akan tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat perjanjian laut
independen dengan Jerman, sehingga melonggarkkan batasan-batasan sebelumnya. Amerika
Serikat, setelah mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di Eropa dan Asia, mengesahkan
Undang-Undang Netralitas pada bulan Agustus.[24] Pada bulan Oktober, Italia menginvasi
Ethiopia, dan Jerman adalah satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan
tersebut. Italia langsung menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi
Austria.[25]
Hitler menolak Perjanjian Versailles dan Locarno dengan meremiliterisasi Rhineland pada
bulan Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.[26]
Ketika Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung pasukan
Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan Republik Spanyol
yang didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode
peperangan baru,[27] berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober
1936, Jerman dan Italia membentuk Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan
Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun
berikutnya. Di cina, setelah Insiden Xi'an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui
gencatan senjata untuk membentuk front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.[28]

Sebelum perang
Invasi Italia ke Ethiopia (1935)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Italia-Abisinia Kedua
Perang Italia-Abisinia Kedua adalah perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935
sampai Mei 1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata Kerajaan Italia (Regno
d'Italia) dan angkatan bersenjata Kekaisaran Ethiopia (juga disebut Abisinia). Perang ini
berakhir dengan pendudukan militer di Ethiopia dan aneksasinya ke koloni baru Afrika Timur
Italia (Africa Orientale Italiana, atau AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan Liga
Bangsa-Bangsa sebagai kekuatan pelindung perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah
negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa ketika negara pertama jelas-jelas
melanggar Artikel X yang dibuat oleh Liga ini.[29]

Perang Saudara Spanyol (1936-39)

Reruntuhan Guernica setelah dibom.
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Saudara Spanyol
Jerman dan Italia memberi dukungan kepada kebangkitan Nasionalis yang dipimpin Jenderal
Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah berdiri,
Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet
memakai perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru mereka.
Pengeboman Guernica yang disengaja oleh Legiun Condor Jerman pada April 1937
berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang besar selanjutnya akan melibatkan serangan
bom teror besar-besaran terhadap warga sipil.[30][31]

Invasi Jepang ke Tiongkok (1937)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Cina-Jepang Kedua

Sarang senjata mesin Cina pada Pertempuran Shanghai, 1937.
Pada bulan Juli 1937, Jepang mencaplok bekas ibu kota kekaisaran Cina Beijing setelah
memulai Insiden Jembatan Marco Polo, yang menjadi batu pijakan kampanye Jepang untuk
menjajah seluruh wilayah Cina.[32] Uni Soviet segera menandatangani pakta non-agresi
dengan Cina untuk memberi dukungan material yang secara efektif mengakhiri kerja sama
Cina dengan Jerman sebelumnya. Generalissimo Chiang Kai-shek mengerahkan pasukan
terbaiknya untuk mempertahankan Shanghai, tetapi setelah tiga bulan bertempur, Shanghai
jatuh. Jepang terus menekan pasukan Cina, mencaplok ibu kota Nanking pada Desember
1937 dan melakukan Pembantaian Nanking.
Pada bulan Juni 1938, pasukan Jepang menghentikan serbuan Jepang dengan membanjiri
Sungai Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Cina untuk mempersiapkan pertahanan
di Wuhan, namun kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober.[33] Kemenangan militer
Jepang gagal menghentikan pemberontakan Cina yang menjadi tujuan Jepang. Pemerintahan
Cina pindah ke pedalaman di Chongqing dan melanjutkan perang.[34]

Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938)
Lihat pula: Nanshin-ron dan Konflik perbatasan Soviet–Jepang

Tentara Soviet memerangi Jepang pada Pertempuran Khalkhin Gol di Mongolia, 1939.
Pada tanggal 29 Juli 1938, Jepang menyerbu Uni Soviet dan kalah di Pertempuran Danau
Khasan. Meski pertempuran tersebut dimenangkan Soviet, Jepang menyebutnya seri dan
buntu, dan pada tanggal 11 Mei 1939, Jepang memutuskan memindahkan perbatasan JepangMongolia sampai Sungai Khalkhin Gol melalui pemaksaan. Setelah serangkaian keberhasilan
awal, serangan Jepang di Mongolia digagalkan oleh Pasukan Merah yang menandakan
kekalahan besar pertama Angkatan Darat Kwantung Jepang.[35][36]
Pertempuran ini meyakinkan sejumlah faksi pemerintahan Jepang bahwa mereka harus fokus
berkonsiliasi dengan pemerintah Soviet demi menghindari ikut campur Soviet dalam perang
melawan Cina dan mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan
Amerika Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan pemimpin militer Soviet
berpengalaman seperti Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam
mempertahankan Moskwa.[37]

Pendudukan Eropa dan perjanjian
Informasi lebih lanjut: Anschluss, Penenangan, Perjanjian Munich, Pendudukan Jerman di
Cekoslowakia, dan Pakta Molotov-Ribbentrop

Dari kiri ke kanan (depan): Chamberlain, Daladier, Hitler, Mussolini, dan Ciano sebelum
menandatangani Perjanjian Munich.
Di Eropa, Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman menganeksasi
Austria, lagi-lagi mendapat sedikit perhatian dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.[38]
Semakin tertantang, Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas Sudetenland, wilayah
Cekoslowakia yang didominasi oleh etnis Jerman; dan Perancis dan Britania segera
memberikan wilayah ini ke Jerman melalui Perjanjian Munich, yang dibuat melawan

keinginan pemerintah Cekoslowakia, dengan imbalan janji tidak meminta wilayah lagi.[39]
Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia memaksa Cekoslowakia menyerahkan wilayah
tambahan ke Hongaria dan Polandia.[40] Pada bulan Maret 1939, Jerman menyerbu sisa
Cekoslowakia dan membelahnya menjadi Protektorat Bohemia dan Moravia Jerman dan
negara klien pro-Jerman bernama Republik Slovak.[41]
Terkejut, ditambah Hitler menuntut Danzig, Perancis dan Britania Raya menjamin dukungan
mereka terhadap kemerdekaan Polandia; ketika Italia menguasai Albania pada bulan April
1939, jaminan yang sama diberikan untuk Rumania dan Yunani.[42] Tidak lama setelah janji
Perancis-Britania kepada Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri
melalui Pakta Baja.[43]
Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop,[44]
sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan haknya
satu sama lain, "andai terjadi penyusunan wilayah dan politik," terhadap "cakupan pengaruh"
(antara Polandia dan Lituania untuk Jerman, dan Polandia timur, Finlandia, Estonia, Latvia,
dan Bessarabia untuk Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang
keberlangsungan kemerdekaan Polandia.[45]

Alur perang
Pecah di Eropa (1939)

Parade umum Wehrmacht Jerman dan Pasukan Merah Soviet pada tanggal 23 September
1939 di Brest, Polandia Timur setelah Invasi Polandia berakhir. Di tengah adalah Mayor
Jenderal Heinz Guderian dan di kanan adalah Brigadir Semyon Krivoshein.
Pada tanggal 1 September 1939, Jerman dan Slowakia—negara klien pada tahun 1939—
menyerang Polandia.[46] Tanggal 3 September, Perancis dan Britania Raya, diikuti negaranegara Persemakmuran,[47] menyatakan perang terhadap Jerman, tetapi memberi sedikit
dukungan kepada Polandia ketimbang serangan kecil Perancis ke Saarland.[48] Britania dan
Perancis juga mulai memblokir perairan Jerman pada tanggal 3 September untuk
melemahkan ekonomi dan upaya perang negara ini.[49][50]

Tanggal 17 September, setelah menandatangani gencatan senjata dengan Jepang, Soviet juga
menyerbu Polandia.[51] Wilayah Polandia terbagi antara Jerman dan Uni Soviet, dengan
Lituania dan Slowakia mendapat bagian kecil. Polandia tidak menyerah; mereka mendirikan
Negara Bawah Tanah Polandia dan Pasukan Dalam Negeri bawah tanah, dan terus berperang
bersama Sekutu di semua front di luar Polandia.[52]
Sekitar 100.000 personil militer Polandia diungsikan ke Rumania dan negara-negara Baltik;
sebagian besar tentara tersebut kemudian berperang melawan Jerman di teater perang yang
lain.[53] Pemecah kode Enigma Polandia juga diungsikan ke Perancis.[54] Pada saat itu pula,
Jepang melancarkan serangan pertamanya ke Changsha, sebuah kota Cina yang strategis,
tetapi digagalkan pada akhir September.[55]
Setelah invasi Polandia dan perjanjian Jerman-Soviet atas Lituania, Uni Soviet memaksa
negara-negara Baltik mengizinkan mereka menempatkan tentara Soviet di negara mereka atas
alasan "bantuan bersama".[56][57][58] Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh
Uni Soviet pada bulan November 1939.[59] Konflik yang kemudian pecah berakhir pada bulan
Maret 1940 dengan konsesi oleh Finlandia.[60] Perancis dan Britania Raya, menyebut serangan
Soviet ke Finlandia sebagai alasan memasuki kancah perang di pihak Jerman, menanggapi
invasi Soviet dengan mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga Bangsa-Bangsa.[58]

Tentara Jerman di Arc de Triomphe, Paris, setelah kejatuhan Perancis tahun 1940.
Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase yang dijuluki
Perang Phoney oleh Britania dan "Sitzkrieg" (perang duduk) oleh Jerman tak satupun pihak
yang melancarkan operasi besar-besaran terhadap satu sama lain sampai April 1940.[61] Uni
Soviet dan Jerman membuat pakta dagang pada bulan Februari 1940, yang berarti Soviet
menerima bantuan militer dan industri dengan imbalan menyediakan bahan mentah untuk
Jerman agar bisa mengakali pemblokiran oleh Sekutu.[62]
Pada bulan April 1940, Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk mengamankan
pengiriman bijih besi dari Swedia, yang hendak dihadang oleh Sekutu.[63] Denmark langsung
menyerah, dan meski dibantu Sekutu, Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan.[64]
Bulan Mei 1940, Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke
pulau itu.[65] Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong penggantian
Perdana Menteri Neville Chamberlain dengan Winston Churchill pada tanggal 10 Mei 1940.
[66]

Serbuan Poros
Jerman menyerbu Perancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940.[67]
Belanda dan Belgia kewalahan menghadapi taktik blitzkrieg dalam beberapa hari dan

minggu.[68] Jalur Maginot yang dipertahankan Perancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali
dengan bergerak secara mengapit melintasi hutan lebat Ardennes,[69] yang disalahartikan oleh
perencana perang Perancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis baja.[70]
Tentara Britania terpaksa keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan semua peralatan
beratnya pada awal Juni.[71] Tanggal 10 Juni, Italia menyerbu Perancis, menyatakan perang
terhadap Perancis dan Britania Raya;[72] dua belas hari kemudian Perancis menyerah dan
langsung dibelah menjadi zona pendudukan Jerman dan Italia,[73] dan sebuah negara sisa yang
tak diduduki di bawah Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania menyerang armada
Perancis di Aljazair untuk mencegah perebutan oleh Jerman.[74]
Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Perancis, Uni Soviet memaksa aneksasi
Estonia, Latvia, dan Lituania,[57] lalu menganeksasi wilayah Bessarabia yang dipertentangkan
Rumania. Sementara itu, kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet[75][76]
perlahan buntu,[77][78] dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.[79]
Dengan Perancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye superioritas udara atas Britania
(Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan sebuah invasi.[80] Kampanye ini gagal, dan
rencana invasi tersebut dibatalkan pada bulan September.[80] Menggunakan pelabuhanpelabuhan Perancis yang baru dicaplok, Angkatan Laut Jerman menikmati kesuksesan
melawan Angkatan Laut Kerajaan dengan memakai kapal-U untuk menyerang kapal-kapal
Britania di Atlantik.[81] Italia memulai operasinya di Mediterania, memulai pengepungan
Malta bulan Juni, menguasai Somaliland Britania bulan Agustus, dan menerobos wilayah
Mesir Britania bulan September 1940. Jepang meningkatkan pemblokirannya terhadap Cina
pada bulan September dengan merebut sejumlah pangkalan di wilayah utara Indocina
Perancis yang saat ini terisolasi.[82]

Pertempuran Britania mengakhiri serbuan Jerman di Eropa Barat.
Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal untuk membantu
Cina dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939, Undang-Undang Netralitas

diamandemen untuk memungkinkan pembelian "beli dan angkut" oleh Sekutu.[83] Tahun
1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat
meningkat pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indocina, Amerika Serikat memberlakukan
embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.[84] Pada bulan September,
Amerika Serikat menyetujui penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania
Raya.[85] Tetap saja, mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung
apapun terhadap konflik ini sampai tahun 1941.[86]
Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk
meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali
Uni Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan
dipaksa berperang melawan ketiganya.[87] Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung
Britania Raya dan Cina dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang mengizinkan
pengiriman material dan barang-barang lain[88] dan membuat zona keamanan yang
membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar Angkatan Laut Amerika Serikat bisa
melindungi konvoi Britania.[89] Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam
peperangan laut di Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika
Serikat secara resmi tetap netral.[90][91]
Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hongaria, Slowakia, dan Rumania
bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini.[92] Rumania akan memberi kontribusi besar terhadap
perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali wilayah yang diserahkan
kepada Soviet, sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk
melawan komunisme.[93] Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa
hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan.[94]
Bulan Desember 1940, pasukan Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan
terhadap pasukan Italia di Mesir dan Afrika Timur Italia.[95] Pada awal 1941, dengan pasukan
Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan pengerahan
tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.[96] Angkatan Laut Italia juga menderita
kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat tiga kapal perang Italia tidak
berfungsi melalui serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang
lain pada Pertempuran Tanjung Matapan.[97]

Tentara penerjun Jerman menyerbu pulau Kreta, Yunani, Mei 1941.
Jerman segera turun tangan untuk membantu Italia. Hitler mengirimkan pasukan Jerman ke
Libya pada bulan Februari, dan pada akhir Maret mereka melancarkan serangan terhadap
pasukan Persemakmuran yang semakin sedikit.[98] Dalam kurun sebulan, pasukan
Persemakmuran dipukul mundur ke Mesir dengan pengecualian pelabuhan Tobruk yang
dikepung.[99] Persemakmuran berupaya mengusir pasukan Poros pada bulan Mei dan lagi
pada bulan Juni, tetapi keduanya gagal.[100] Pada awal April, setelah penandatanganan Pakta
Tiga Pihak oleh Bulgaria, Jerman turun tangan di Balkan dengan menyerbu Yunani dan

Yugoslavia setelah terjadi kudeta; di sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga
memaksa Sekutu pindah setelah Jerman menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.[101]
Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah, pasukan
Persemakmuran pertama menggagalkan kudeta di Irak yang dibantu pesawat Jerman dari
pangkalan-pangkalan di Suriah Vichy,[102] kemudian dengan bantuan Perancis Merdeka,
menyerbu Suriah dan Lebanon untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi.[103] Di Atlantik,
Britania berhasil menaikkan moral publik dengan menenggelamkan kapal perang Jerman
Bismarck.[104] Mungkin yang terpenting adalah pada Pertempuran Britania, Angkatan Udara
Kerajaan berhasil bertahan dari serangan Luftwaffe dan kampanye pengeboman Jerman yang
berakhir bulan Mei 1941.[105]
Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara Cina dan Jepang buntu
pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan terhadap Cina dengan memblokir rute-rute
suplai, dan untuk memosisikan pasukan Jepang dengan tepat andai pecah perang dengan
negara-negara Barat, Jepang merebut kendali militer di Indocina selatan[106] Pada Agustus
1940, kaum komunis Cina melancarkan serangan di Tiongkok Tengah; sebagai balasan,
Jepang menerapkan kebijakan keras (Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah pendudukan
untuk mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah untuk pasukan komunis.[107]
Antipati yang terus berlanjut antara pasukan komunis dan nasionalis Cina memuncak pada
pertempuran bersenjata pada bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama
mereka.[108]
Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet mempersiapkan
diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya ketegangan dengan Jerman dan
rencana Jepang untuk memanfaatkan Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya
sumber daya alam di Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani Pakta Netralitas
Soviet–Jepang pada bulan April 1941.[109] Kebalikannya, Jerman bersiap-siap menyerang Uni
Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Soviet.[110]

Perang global (1941)

Infanteri dan kendaraan lapis baja Jerman melawan pasukan Soviet di jalanan Kharkov,
Oktober 1941.
Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan Finlandia,
menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama serangan kejutan ini[111] adalah
kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina dengan tujuan utama mengakhiri kampanye 1941
dekat jalur Arkhangelsk-Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih.
Tujuan Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer, menghapus

komunisme, menciptakan Lebensraum ("ruang hidup")[112] dengan memiskinkan penduduk
asli[113] dan menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan
musuh-musuh Jerman yang tersisa.[114]
Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan balasan strategis sebelum perang,[115]
Barbarossa memaksa komando tertinggi Soviet mengadopsi pertahanan strategis. Sepanjang
musim panas, Poros berhasil menerobos jauh ke dalam wilayah Soviet, mengakibatkan
kerugian besar dalam hal personil dan material. Pada pertengahan Agustus, Komando Tinggi
Angkatan Darat Jerman memutuskan menunda serangan oleh Army Group Centre yang kecil
dan mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu tentara yang maju melintasi Ukraina
tengah dan Leningrad.[116] Serangan Kiev sukses besar dan berakhir dengan pengepungan dan
penghancuran empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan pergerakan lebih lanjut di
Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju (Pertempuran Kharkov Pertama).[117]

Serangan balasan Soviet pada pertempuran Moskwa, Desember 1941.
Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan udaranya dari Perancis
dan Mediterania tengah ke Front Timur[118] membuat Britania mempertimbangkan kembali
strategi besarnya.[119] Pada bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi
militer melawan Jerman[120] Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi Koridor
Persia dan ladang minyak Iran.[121] Bulan Agustus, Britania Raya dan Amerika Serikat
bersama-sama meresmikan Piagam Atlantik.[122]
Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan
pengepungan Leningrad[123] dan Sevastopol yang masih berlanjut,[124] sebuah serangan besar
ke Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman
hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah[125] terpaksa
menunda serangan mereka.[126] Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros,
tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai
Soviet, kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet
mempertahankan banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah
berakhir.[127]

Animasi Teater Eropa PDII.
Pada awal Desember, pasukan cadangan yang baru dimobilisasi[128] memungkinkan Soviet
menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.[129] Hal ini, bersama data intelijen yang
menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan
apapun oleh Angkatan Darat Kwantung Jepang,[130] memungkinkan Soviet memulai serangan
balasan massal yang dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1,000 kilometres
(620 mi) dan mendesak tentara Jerman mundur 100–250 kilometres (62–155 mi) ke barat.[131]
Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan tekanannya terhadap
pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara. Pemerintah Belanda setuju menyediakan
minyak untuk Jepang dari Hindia Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali
politik atas koloninya. Perancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di
Indocina Perancis.[132] Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan pemerintah
Barat lainnya bereaksi terhadap pendudukan Indocina dengan membekukan aset-aset Jepang,
sementara Amerika Serikat (yang menyediakan 80 persen minyak Jepang[133]) merespon
dengan menerapkan embargo minyak secara penuh.[134] Ini berarti Jepang terpaksa memilih
antara mengabaikan ambisinya di Asia dan perang melawan Cina, atau merebut sumber daya
alam yang diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang pertama
sebagai pilihan, dan banyak pejabat menganggap embargo minyak sebagai pernyataan perang
tidak langsung.[135]
Jepang berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat untuk menciptakan
perimeter defensif besar yang membentang hingga Pasifik Tengah; Jepang kemudian bebas
mengeksploitasi sumber daya di Asia Tenggara sambil menyibukkan Sekutu dengan
melancarkan perang defensif.[136] Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat sambil
mengamankan perimeter, Jepang berencana menetralisasi Armada Pasifik Amerika Serikat
dari kancah perang.[137] Pada tanggal 7 Desember (8 Desember di Asia) 1941, Jepang
menyerang aset-aset Britania dan Amerika Serikat dengan serangan di Asia Tenggara dan
Pasifik Tengah secara nyaris bersamaan.[138] Peristiwa ini meliputi serangan ke armada
Amerika Serikat di Pearl Harbor, pendaratan di Thailand dan Malaya[138] dan pertempuran
Hong Kong.

Kejatuhan Singapura pada Februari 1942 mengakibatkan 80.000 tentara Sekutu ditangkap
dan diperbudak oleh Jepang.
Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat, Britania Raya, Cina, Australia, dan
beberapa negara lain secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang, sementara Uni
Soviet, karena sedang terlibat dalam perang besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih
untuk tetap netral dengan Jepang.[139][140] Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan
menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari, Amerika Serikat, Britania
Raya, Uni Soviet, Cina, dan 22 pemerintahan kecil atau terasingkan mengeluarkan Deklarasi
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga memperkuat Piagam Atlantik,[141] dan melakukan
kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan negara-negara
Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian Roosevelt, untuk membuka
'front kedua' di Perancis.[142] Front Timur menjadi teater perang besar di Eropa dan jumlah
korban Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang hanya
ratusan ribu orang; Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu
untuk persiapan, sehingga memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk
menyelamatkan orang-orang Barat dengan mengorbankan orang-orang Soviet.[143]
Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai
seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura,[144] dan Rabaul, sehingga
menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski
memberontak habis-habisan di Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei
1942 dan memaksa pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.[145] Pasukan
Jepang juga memenangkan pertempuran laut di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Samudra
Hindia,[146] dan mengebom pangkalan laut Sekutu di Darwin, Australia. Satu-satunya
kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah kemenangan Cina di Changsha pada awal
Januari 1942.[147] Kemenangan-kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini
membuat Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.[148]
Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut
Amerika Serikat yang ragu-ragu, Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di
lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat.[149] Meski kalah besar, anggota Poros Eropa
menghentikan serbuan Soviet di Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian
besar jajahan yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya.[150] Di Afrika Utara, Jerman
melancarkan sebuah serangan pada bulan Januari yang memukul Britania kembali ke
posisinya di Garis Gazala pada awal Februari,[151] diikuti oleh meredanya pertempuran untuk
sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.[152]

Kebuntuan serbuan Poros (1942)

Pengebom tukik Amerika Serikat memerangi Mikuma pada Pertempuran Midway, Juni 1942.
Pada awal Mei 1942, Jepang memulai operasi untuk menduduki Port Moresby dengan
serangan amfibi dan memutuskan komunikasi dan jalur suplai antara Amerika Serikat dan
Australia. Akan tetapi, Sekutu berhasil mencegah invasi ini dengan mencegat dan
mengalahkan pasukan laut Jepang pada Pertempuran Laut Koral.[153] Rencana Jepang
selanjutnya, termotivasi oleh Serangan Doolittle sebelumnya, adalah merebut Atol Midway
dan memancing kapal induk Amerika Serikat ke kancah perang untuk dihancurkan; sebagai
aksi pengalihan, Jepang juga mengirimkan pasukan untuk menduduki Kepulauan Aleut di
Alaska.[154] Pada awal Juni, Jepang melaksanakan operasinya, tetapi Amerika Serikat, setelah
berhasil memecahkan kode laut Jepang pada akhir Mei, mengetahui semua rencana dan
pemindahan pasukan mereka dan memakai pengetahuan ini untuk memperoleh kemenangan
telak di Midway atas Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.[155]
Dengan kapasitasnya untuk bertindak secara agresif hilang akibat Pertempuran Midway,
Jepang memilih fokus pada upaya menduduki Port Moresby melalui kampanye darat di
Teritori Papua.[156] AMerika Serikat merencanakan serangan balasan terhadap posisi Jepang di
selatan Kepulauan Solomon, terutama Guadalcanal, sebagai tahap pertama menduduki
Rabaul, pangkalan utama Jepang di Asia Tenggara.[157]
Kedua rencana ini dimulai bulan Juli, namun pada pertengahan September, Pertempuran
Guadalcanal dimenangkan Jepang, dan tentara-tentara di Nugini diperintahkan mundur dari
Port Moresby ke bagian utara pulau, tempat mereka menghadapi tentara Australia dan
Amerika Serikat dalam Pertempuran Buna-Gona.[158] Guadalcanal segera menjadi titik fokus
bagi kedua pihak dengan komitmen besar tentara dan kapal dalam pertempuran Guadalcanal.
Pada awal 1943, Jepang dikalahkan di pulau ini dan menarik tentara mereka.[159] Di Burma,
pasukan Persemakmuran melancarkan dua operasi. Pertama, ofensif ke wilayah Arakan pada
akhir 1942 gagal dan memaksa pasukan mundur ke India bulan Mei 1943.[160] Kedua,
penyisipan pasukan ireguler ke belakang garis depan Jepang bulan Februari yang, pada akhir
April, memperoleh hasil yang diragukan.[161]

Tentara Soviet menyerang sebuah rumah pada Pertempuran Stalingrad, 1943.

Di front timur Jerman, pasukan Poros mematahkan serangan Soviet di Semenanjung Kerch
dan Kharkov,[162] dan kemudian melancarkan serangan musim panas utamanya terhadap Rusia
Selatan pada bulan Juni 1942 untuk menguasai ladang minyak di Kaukasus dan menduduki
stepa Kuban, sementara mempertahankan posisi di wilayah front sebelah utara dan tengah.
Jerman membagi Grup Angkatan Darat Selatan menjadi dua grup: Grup Angkatan Darat A
bergerak ke Sungai Don, sementara Grup Angkatan Darat B bergerak ke sebelah tenggara
Kaukasus menuju Sungai Volga.[163] Soviet memutuskan bertahan di Stalingrad yang berada di
jalur pergerakan pasukan Jerman.
Pada pertengahan November, Jerman hampir berhasil menduduki Stalingrad dalam
pertempuran jalanan saat Soviet memulai serangan balasan musim dingin keduanya, dimulai
dengan mengepung pasukan Jerman di Stalingrad[164] dan serangan ke unggulan Rzhev dekat
Moskwa, meski upaya terakhir gagal besar.[165] Pada awal Februari 1943, Angkatan Darat
Jerman menderita kekalahan besar; tentara Jerman di Stalingrad dipaksa menyerah[166] dan
garis depan dimundurkan hingga posisinya sebelum serangan musim panas. Pada
pertengahan Februari, setelah desakan Soviet meruncing, Jerman melancarkan serangan lain
ke Kharkov dan membentuk unggulan baru di garis depan mereka di sekitar kota Kursk,
Rusia.[167]

Tank Crusader Britania bergerak ke posisi depan pada Kampanye Afrika Utara.
Pada bulan November 1941, pasukan Persemakmudan mengadakan serangan balasan,
Operasi Crusader, di Afrika Utara dan mengklaim kembali semua wilayah yang direbut
Jerman dan Italia.[168] Di Barat, kekhawatiran bahwa Jepang mungkin memakai pangkalan di
Madagaskar Vichy mendorong Britania menyerbu pulau ini pada awal Mei 1942.[169]
Kesuksesan ini tidak bertahan lama setelah Poros berhasil memukul Sekutu kembali ke Mesir
dalam serangan di Libya sampai pasukan Poros dihentikan di El Alamein.[170] Di Eropa,
serangan komando Sekutu terhadap target-target strategis, berakhir dengan Serangan Dieppe
yang menghancurkan,[171] menunjukkan ketidakmampuan Sekutu Barat untuk melancarkan
invasi ke daratan Eropa tanpa persiapan, perlengkapan, dan keamanan operasional yang lebih
baik.[172]
Pada bulan Agustus 1942, Sekutu sukses mematahkan serangan kedua terhadap El
Alamein[173] dan, dengan banyak korban, berupaya mengirimkan suplai ke Malta yang sedang
dikepung.[174] Beberapa bulan kemudian, Sekutu melancarkan serangan di Mesir, memecah
pasukan Poros dan mendorong mereka ke barat melintasi Libya.[175] Serangan ini tidak lama

kemudian dilanjutkan dengan invasi Inggris-Amerika Serikat ke Afrika Utara Perancis, yang
berakhir dengan bergabungnya wilayah ini dengan Sekutu.[176] Hitler menanggapi
pendudukan koloni Perancis ini dengan memerintahkan pendudukan Perancis Vichy;[176]
meski pasukan Vichy sendiri tidak melawan pelanggaran gencatan senjata ini, mereka
berusaha menenggelamkan armadanya sendiri agar tidak direbut pasukan Jerman.[177] Pasukan
Poros yang sekarang kewalahan di Afrika mundur hingga Tunisia, yang kemudian dikuasai
Sekutu pada bulan 1943.[178]

Sekutu menguasai medan (1943)

Putar media
Video lama memperlihatkan pengeboman Hamburg oleh Sekutu.

Pesawat Il-2 Soviet menyerang kolom Wehrmacht pada Pertempuran Kursk, 1 Juli 1943.
Setelah Kampanye Guadalcanal, Sekutu memulai sejumlah operasi melawan Jepang di
Pasifik. Pada bulan Mei 1943, pasukan Sekutu dikirim untuk mengusir pasukan Jepang dari
Kepulauan Aleut,[179] dan segera memulai operasi besar untul mengisolasi Rabaul dengan
menduduki pulau-pulau sekitarnya, dan menembus perimeter Pasifik Tengah Jepang di
Kepulauan Gilbert dan Marshall.[180] Pada akhir Maret 1944, Sekutu menyelesaikan kedua
misi ini, dan selain itu menetralisasi pangkalan Jepang di Truk di Kepulauan Caroline. Bulan
April, Sekutu melancarkan operasi mencaplok kembali Nugini Barat.[181]
Di Uni Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan awal musim panas
1943 dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia Tengah. Tanggal 4 Juli 1943, Jerman
menyerang pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman lelah
menghadapi pertahanan Soviet yang sangat teratur[182][183] dan, untuk pertama kalinya dalam
perang ini, Hitler membatalkan sebuah operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis atau
operasional.[184] Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh invasi Sisilia oleh Sekutu Barat
pada 9 Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia sebelumnya, berujung pada
penggulingan dan penahanan Mussolini pada akhir bulan itu.[185]

Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan serangan balasannya sendiri, sehingga
memupuskan harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman untuk memenangkan pertempuran
atau buntu di timur. Kemenangan Soviet di Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman[186]
dan memberi Uni Soviet inisiatif di Front Timur.[187][188] Jerman berusaha menstabilkan front
timur mereka di sepanjang garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet
berhasil mendobraknya di Smolensk dan Serangan Dnieper Hilir.[189]
Pada awal September 1943, Sekutu Barat menyerbu daratan Italia, diikuti gencatan senjata
Italia dengan Sekutu.[190] Jerman menanggapinya dengan melumpuhkan pasukan Italia,
mengambil alih kendali militer di wilayah Italia,[191] dan membuat serangkaian garis
pertahanan.[192] Pasukan khusus Jerman kemudian menyelamatkan Mussolini, yang kemudian
mendirikan negara klien baru di Italia dudukan Jerman bernama Republik Sosial Italia.[193]
Sekutu Barat berperang melintasi beberapa garis hingga garis pertahanan utama Jerman pada
pertengahan November.[194]
Operasi Jerman di Atlantik juga terganggu. Pada Mei 1943, dengan efektifnya serangan
balasan Sekutu, kerugian kapal selam Jerman yang besar memaksa kampanye laut Atlantik
Jerman ditunda.[195] Pada bulan November 1943, Franklin D. Roosevelt dan Winston
Churchill bertemu dengan Chiang Kai-shek di Kairo[196] dan Joseph Stalin di Teheran.[197]
Konferensi pertama menentukan pengembalian teritori Jepang pascaperang,[196] sementara
yang terakhir menghasilkan perjanjian bahwa Sekutu Barat akan menyerbu Eropa pada tahun
1944 dan Uni Soviet akan menyatakan perang terhadap Jepang dalam tiga bulan setelah
kekalahan Jerman.[197]

Tentara Britania menembakkan mortir pada Pertempuran Imphal, India Timur Laut, 1944.
Sejak November 1943, selama tujuh minggu di Pertempuran Changde, Cina memaksa Jepang
memasuki perang atrisi yang merugikan sambil menunggu bantuan Sekutu.[198][199] Bulan
Januari 1944, Sekutu melancarkan serangkaian serangan di Italia terhadap garis di Monte
Cassino dan berupaya menembusnya dengan mendarat di Anzio.[200] Pada akhir Januari,
serangan besar Soviet mengusir pasukan Jerman dari wilayah Leningrad,[201] dan mengakhiri
pengepungan paling mematikan dan terlama sepanjang sejarah.
Serangan Soviet selanjutnya terhalang di perbatasan Estonia sebelum perang oleh Grup
Angkatan Darat Utara Jerman yang dibantu penduduk Estonia yang berharap menetapkan
kembali kemerdekaan nasional mereka. Penundaan ini memperlambat operasi Soviet
selanjutnya di kawasan Laut Baltik.[202] Pada akhir Mei 1944, Soviet berhasil membebaskan
Krimea, mengusir pasukan Poros besar-besaran dari Ukraina, dan melakukan terobosan ke
teritori Rumania, yang dipukul balik oleh pasukan Poros.[203] Serangan Sekutu di Italia

berhasil dan, dengan mengizinkan sejumlah divisi Jerman mundur, pada tanggal 4 Juni Roma
ditaklukkan.[204]
Sekutu mengalami berbagai keberhasilan di daratan Asia. Bulan Maret 1944,Jepang
melancarkan invasi pertama dari dua rencananya, operasi melawan posisi Britania di Assam,
India,[205] dan kemudian mengepung posisi Persemakmuran di Imphal dan Kohima.[206] Bulan
Mei 1944, pasukan Britania melakukan serangan balasan yang mendorong tentara Jepang
kembali ke Burma,[206] dan pasukan Cina yang menyerbu Burma utara pada akhir 1943
mengepung tentara Jepang di Myitkyina.[207] Invasi Jepang kedua berupaya menghancurkan
pasukan tempur utama Cina, melindungi jalur kereta api di antara teritori dudukan Jepang dan
menduduki lapangan udara Sekutu.[208] Bulan Juni, Jepang telah menguasai provinsi Henan
dan memulai serangan baru terhadap Changsha di provinsi Hunan.[209]

Sekutu mendekat (1944)

Invasi Normandia oleh Sekutu, 6 Juni 1944

Personil dan