Implementasi Regulasi Penyiaran di RCTI

IMPLEMENTASI REGULASI PENYIARAN DI RCTI MELALUI PROGRAM MUSIK “DAHSYAT”

Disusun Oleh :

Wulan Muhariani Ferry Fajrin Zubdiarto Fika Meity Sari

Sosiologi Media Dan Komunikasi

Sabtu 09:30 WIB M-407

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dengan siaran televisi, hasil survey Perusahaan riset global TNS menyatakan bahwa mayoritas 93% masyarakat Indonesia duduk menonton televisi setiap hari. Selain itu, ada juga kebiasaan 78%

masyarakat Indonesia yang menonton televisi sembari makan di malam hari. 1 Meskipun kini masyarakat dihidangkan alternatif hiburan, televisi masih menjadi

pilihat utama yang mengisi ruang hiburan keluarga. Mayoritas masyarakat masih memilih televisi sebagai sumber utama informasi dan hiburan. Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan oleh Kompas menunjukkan lebih dari 80 persen responden yang mengaku rutin menikmati tayangan televisi setiap hari. Sebagian responden mengaku setiap hari menghabiskan waktu 1 sampai 5 jam untuk menonton televisi.

Perkembangan program tayangan televisi berkembang pesat seiring menumbuhnya industri penyiaran televisi di Indonesia, yang dulunya hanya ada kurang dari sepuluh stasiun televisi di Indonesia, sekarang jumlah ini mencapai ratusan dan disinyalir akan terus bertambah. Pihak-pihak stasiun tv pun berlomba- lomba menyiarkan tayangan yang dapat menarik hati masyarakat sehingga ratingnya naik dan banyak pengiklan yang mau beriklan di stasiun televisi tersebut.

Menurut data yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), saat ini stasiun televisi yang memiliki izin siar di Indonesia berjumlah lebih dari 200 stasiun televisi. Dari jumlah tersebut, tak kurang dari 70 stasiun televisi tergabung dalam Asosiasi Televisi Lokal Indonesia. Sepanjang periode tahun 2006- 2011, sebanyak 240 izin penyiaran yang diterbitkan oleh pemerintah. Puncak dari pertumbuhan televisi lokal berlangsung tahun 2011.

Sayangnya dengan banyaknya stasiun televisi yang ada saat ini berbanding terbalik dengan kualitas tayangan yang disiarkan. Secara tidak langsung tayangan televisi dapat memengaruhi perilaku masyarakat, seperti anak yang menjadi pemarah dan sering memukul temannya diperkirakan menonton televisi yang berisi dengan

1 http://mix.co.id/brand-insight/research/38-orang-indonesia-screen-stacking-saat- menonton-tv/ 1 http://mix.co.id/brand-insight/research/38-orang-indonesia-screen-stacking-saat- menonton-tv/

Dalam survei ini, KPI telah menetapkan indikator-indikator dengan rujukan tujuan diselenggarakannya penyiaran seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Indikator tersebut adalah, membentuk watak, idetitas dan jatidiri bangsa Indonesia yang bertakwa dan beriman, menghormati keberagaman, menghormati orang dan kelompok tertentu. Selain itu, masih merujuk pada undang-undang yang sama, indikator yang ditetapkan oleh KPI adalah program tayangan tidak memuat kekerasan, tidak bermuatan seksual dan tidak bermuatan mistik, horor dan supranatural. Berdasarkan indikator yang merujuk pada regulasi penyiaran tersebut, survei periode Mei-Juni 2015 ini masih menunjukkan rendahnya kualitas dari program infotainment, variety show, dan sinetron, yakni di kisaran angka indeks 2,37 hingga 2,71. Perolehan itu, jauh dari standar baik yang ditetapkan KPI, yakni angka indeks 4.

Banyaknya program televisi saat ini seolah sudah tidak menjunjung tinggi lagi budaya dan norma-norma yang berlaku serta tidak mengindahkan undang-undang yang telah ditetapkan, masih saja tayangan yang memperlihatkan kekerasan, seksual, dan tidak mendidik sehingga secara tidak sadar menumbuhkan budaya negatif di masyarakat. Selain itu, stasiun televisi tersebut tidak murni menyajikan tayangan untuk kepentingan penonton belaka, melainkan dijadikan komoditas bisnis yang menguntungkan pemilkiknya, dengan karakteristik: pertama, mengandalkan iklan sebagai sumber pemasukan dana terbesar. Kedua, banyaknya stasiun televisi tidak memperbaiki materi penayangan. Ketiga, mengutamakan kepentingan pribadi (pemilik stasiun televisi yang bersangkutan) dibandingkan kepentingan masyarakat

umum. 3

2 http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32892-survei-kpi-periode- mei-juni-2015-kualitas-program-televisi-belum-ada-perbaikan

3 Arini Hidayati,. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998 hal 70.

Di dalam etika penyiaran, di Bab II Pasal 6 menyatakan bahwa pedoman perilaku penyiaran ditentukan standar isi yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan kesopanan dan kesusilaan, pelarangan dan pembatasan adegan seks, kekerasan dan

sadism, serta penggolongan program menurut usia khalayak. 4 Namun realitasnya kebanyakan dari acara televisi menayangkan acara yang menyisipkan kekerasan,

adegan pacaran, tidak hormat terhadap yang lebih tua, pertengkaran, gaya hidup yang berlebihan dan dampak negatif lainnya.

Mulai tahun 2008 stasiun televisi di Indonesia dihiasi oleh acara-acara musik yang pada akhirnya menjadi variety show seperti Dahsyat di RCTI, Inbox di SCTV, Mantap-Klik di ANTV, Hizteria di Indosiar, On The Spot di Trans 7, Derings di Trans TV dan lain sebagainya. Acara-acara ini seperti kamuflase dari berita gosip, mengumbar aib, menjelek-jelekkan orang, dan tindakan-tindakan yang tidak pantas disaksikan lainnya dengan berkedok program musik. Kini, program yang masih bertahan adalah Dahsyat RCTI dan Inbox SCTV karena kedua program tersebut mempertaruhkan citranya demi terus tayang dan mendapatkan iklan serta rating yang bagus dengan memasukkan program-program yang jauh dari aktivitas musik.

Peneliti telah melakukan pra-observasi dan tertarik meneliti kasus acara ―Dahsyat‖ di RCTI dan peneliti tertarik menelaah lebih lanjut mengapa siaran TV

Dahsyat sering mendapatkan teguran dari KPI serta sering mendapat kritik dari pengamat, artis, maupun kritikus, bahkan acara ini sempat berhenti sementara pada tahun 2013 akibat sanksi dari KPI.

Teguran yang baru saja dikeluarkan KPI untuk program musik Dahsyat dikeluarkan pada tanggal 9 September 2015. KPI melayangkan surat teguran kepada program music Dahsyat yang dinilai tidak memperhatikan norma kesopanan dan perlindungan anak pada tayangan edisi 16 Agustus 2015 lalu. Teguran ini dilandasi atas dasar kewenangan, tugas, dan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang No

32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat, pemantauan dan hasil analisis.

Sebagaimana dilansir situs kpi.go.id, Kamis (9/9/2015) program Dahsyat yang ditayangkan oleh stasiun RCTI pada tanggal 26 Agustus 2015 pukul 08.49 WIB

4 Sudirman Tebba,. Etika Media Pers Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Irvan. 2008 hal 128 4 Sudirman Tebba,. Etika Media Pers Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Irvan. 2008 hal 128

Berdasarkan hal tersebut, KPI Pusat memutuskan memberikan peringatan agar pihak Dahyat lebih memperhatikan norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat serta aspek perlindungan anak-anak dan remaja pada setiap program. Dahsyat diminta melakukan evaluasi internal dan senantiasa menjadikan P3 dan SPS KPI Tahun 2012

sebagai acuan utama dalam penayangan sebuah program siaran. 5 Peneliti mengharapkan makalah ini dapat memberikan masukan kepada pihak

RCTI mengenai tayangan program musik Dahsyat dan program-program lainnya. Selain itu peneliti mengharapkan makalah ini dapat digunakan bagi stasiun televisi dan program musik lainnya.

Makalah ini dilakukan penulis berdasarkan pada teori ‗ media regulation ‘ yang dikemukakan oleh Mike Feintuck. Teori ini mengatakan justifikasi penyusunan regulasi penyiaran dan di dalam teori ini peneliti juga akan menjelaskan regulasi penayangan TV di Indonesia melalui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membahas judul makalah sebagai berikut:

―Implementasi Regulasi Penyiaran di Indonesia dan Realitasnya

(Studi Kasus: Teguran Program Dahsyat RCTI Periode 2015)”.

5 http://kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32965-peringatan-tertulis-program-acara-dahsyat- rcti

1.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam makalah ini hanya pada permasalahan teguran yang dikeluarkan oleh KPI kepada program musik Dahsyat RCTI tahun 2015. Fokus makalah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan berikut:

―Bagaimana implementasi regulasi penyiaran di RCTI melalui program musik Dahsyat?‖

1.3. Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan dengan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut: ―Untuk mengetahui implementasi regulasi penyiaran di RCTI melalui program musik Dahsyat?‖

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua, manfaat teoritis dan manfaat praktis dengan uraian sebagai berikut :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan ilmu komunikasi khususnya media regulation . Selain itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian yang memiliki kasus sejenis.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk RCTI dan KPI, khususnya dalam implementasi regulasi penyiaran TV di Indonesia.

1.4.3. Manfaat Sosial

Manfaat sosial yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah memberikan kajian terhadap regulasi penyiaran siaran televisi di Indonesia. Selain itu manfaat sosial yang diharapkan adalah program Dahsyat RCTI dan sejenisnya dapat menyesuaikan materi dengan regulasi yang ada sehingga tidak ada lagi teguran dari KPI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyiaran

Penyiaran merupakan dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat. Tak hanya dapat dinikmati sebagai tontonan atau didengarkan, penyiaran merupakan lahan bisnis yang menggiurkan dan bisa mencapai keuntungan yang besar jika program yang disiarkan dinikmati khalayak. Aktivitas penyiaran tidaklah semata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi ia juga memilki peran sosial yang tinggi sebagai

medium komunikasi. 6

Penyiaran adalah aktivitas pemancarluasan siaran melalui frekuensi publik agar khalayak dapat menerima pesan yang bersifat masal. Untuk itu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk terjadinya penyiaran. Kelima syarat itu jika diurut

berdasarkan apa yang pertama kali harus diadakan adalah sebagai berikut: 7

1. Harus tersedia spektrum frekuensi radio

2. Harus ada sarana pemancaran/transmisi

3. Harus adanya siaran (program/acara)

4. Harus adanya perangkat penerima siaran ( receiver )

5. Harus dapat diterima secara serentak/bersamaan

2.2 Deregulasi Penyiaran Indonesia

Tayangan televisi di Indonesia berkembang begitu pesat oleh industri pertelevisian, di samping peraturannya yang condong berpihak kepada industri. Setiap stasiun televisi berlomba menampilkan acara dengan rating terbaik agar dapat menarik iklan dan rating.

Menurut Sen & Hill, televisi pada masa kini tidak hanya berfungsi sebagai medium melihat penyebaran program, namun televisi pada masa kini juga bisa

6 Tommy, Suprapto. Berkarir di Bidang Broadcasting, Yogyakarta: Media Pressindo. 2006 Hal 2 7 Morisan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005 hal 28 6 Tommy, Suprapto. Berkarir di Bidang Broadcasting, Yogyakarta: Media Pressindo. 2006 Hal 2 7 Morisan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005 hal 28

orang Indonesia. 8

Terjadi peningkatan yang besar dalam belanja iklan menyusul berdirinya jaringan televisi swasta tersebut. Hingga sampai saat ini media penyiaran swasta Indonesia telah mencapai lebih dari 10 stasiun televisi swasta, dimana satu sama lain memiliki afiliasi bergabung dengan group perusahaan-pereusahaan besar, satu sama lain saling berkaitan, dan memiliki tujuan serta kepentingan masing-masing, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemilik.

Selama dekade ini jumlah pesawat televisi bertambah 6-8 kali lipat. Data biro pusat statistik menunjukkan secara konsisten bahwa pada akhir 1980-an, lebih banyak orang Indonesia menyaksikan televisi secara rutin disbanding membaca koran atau membaca majalah dan mendengarkan radio. Pada akhir tahun 1987 pemerintah mengumumkan untuk mencoba sebuah saluran swasta uang didanai oleh iklan. Perkembangan ekonomi Indonesia sejak akhir 1980-an telah meletakkan dasar-dasar keuangan bagi televisi komersial semacam itu, yang akan memperoleh dananya dari

iklan. 9

2.3. Penyiaran Masa Kini

Feintuck menjelaskan seiring dengan bergulirnya waktu dan perkembangan arus informasi yang semakin deras. Dibutuhkan suatu badan pengawas yang mengontrol (control mechanism) , karena demokrasi menghendaki adanya sesuatu yang menjamin keberagaman (diversity) politik dan kebudayaan, dengan menjamin

kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. 10

8 Muhammad, Mufid. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana. 2007 hal 68 9 Ibid

10 Ibid.

Hal yang perlu digarisbawahi dalam hal ini adalah limitasi keberagaman (diversity) sendiri, seperti kekerasan dan pornografi merupakan hal yang tetap tidak dapat dieskploitasi atas nama keberagaman. Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Terdapat beberapa indikator, diantartanya adalah membentuk watak, identitas dan jati diri bangsa Indonesia yang bertakwa dan beriman, menghormati keberagaman, menghormati orang dan kelompok tertentu. Selain itu, masih merujuk pada undang-undang yang sama, indikator yang ditetapkan oleh KPI adalah program tayangan tidak memuat kekerasan, tidak bermuatan seksual dan tidak bermuatan mistik, horor dan supranatural.

Dewasa ini regulasi penyiaran mengatur tiga hal, yakni struktur, tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur (structural regulation) berisi pola-pola kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku (behavioral regulation) dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi (content regulation) berisi batasan material siaran yang boleh dan tidak

untuk disiarkan. 11

2.4. Variabel Regulasi Penyiaran

Dalam konteks diversitas politik dan kultural, regulasi penyiaran juga harus berisi peraturan yang mencegah terjadinya monopoli atau penyimpangan kekuatan pasar, proteksi terhadap nilai-nilai pelayanan publik (public service values) dan pada titik tertentu berisi pula aplikasi sensor yang bersifat paternalistik. Berkaitan dengan tema yang telah disampaikan sebelumnya pada BAB I di dalam Pendahuluan, kami menarik beberapa variabel yang bisa dijadikan variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini bisa dilihat dari diagram di bawah ini:

Struktural

(structure)

Tingkah laku Realitas (behavioral) Penyiaran

Isi (content)

11 Ibid hal. 70

Diagram 2.1. Diagram Variabel Regulasi Penyiaran

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi apakah terjadi pelanggaran penyiaran televisi, atau dengan kata lain apakah sudah sesuai dengan regulasi penyiaran, dimana faktor-faktor tersebut bisa dijadikan sebagai variabel-variabel bebas, sedangkan realitas penyiaran sendiri adalah variabel terikat. Sehingga dapat dijadikan dugaan sementara bahwa variabel terikat tersebut memiliki korelasi dengan hasil penyiaran. Implementasi regulasi penyiaran antara realitas dengan idealitas bisa dikatakan telah sesuai ataukah tidak sesuai dengan UU No.32 Tahun 2002 tentang penyiaran.

2.4.1. Struktural (structure) Berisi tentang pola-pola kepemilikan media oleh pasar dan berkaitan dengan

kepemilikan media. Struktur pasar lembaga penyiaran di Indonesia menganut sistem oligopolistik, sehingga memungkinkan adanya penggabungan atau media-media penyiaran di Indonesia berafiliasi dengan grup-grup besar, dan media cenderung berperan ganda. Dimana media bukan lagi menjadi publicsphere , dan pembawa perubahan, namun media kini sudah menjadi alat propaganda untuk memuluskan tujuan dari masing-masing pemilik grup media tersebut.

2.4.2. Tingkah laku (Behavioral) Berisi tentang bagaimana tatalaksana berperilaku dalam media. Dalam hal ini

yang diatur dalam regulasi penyiaran adalah sikap atau attitude dari pekerja media penyiaran. Bagaimana menanggapi dan menyikapi suatu issue yang berkembang di masyarakat dan meenyampaiakan issue tersebut kepada khalayak. Apakah bertentangan dengan nilai-nila sosial dan budaya atau norma adat yang berlaku di masyarakat. Intinya adalah mengatur tingkah laku baik dari pemilik maupun para pelaku pekerja media.

2.4.3. Muatan/isi (Content) Berkaitan dengan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan oleh media, bisa berupa dalam bentuk pemberitaan, hiburan, dan sebagainya. Berdasarkan aturan KPI sendiri setiap penyiaran memiliki kategori-kategori yang menjelaskan bahwa ada batasan-batasan cocok tidak cocoknya suatu tontonan bagi khalayak, misalnya muatan dengan kategori D hanya untuk tayangan bagi orang dewasa, karena muatan nya tidak 2.4.3. Muatan/isi (Content) Berkaitan dengan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan oleh media, bisa berupa dalam bentuk pemberitaan, hiburan, dan sebagainya. Berdasarkan aturan KPI sendiri setiap penyiaran memiliki kategori-kategori yang menjelaskan bahwa ada batasan-batasan cocok tidak cocoknya suatu tontonan bagi khalayak, misalnya muatan dengan kategori D hanya untuk tayangan bagi orang dewasa, karena muatan nya tidak

2.5. Ekonomi Politik Media

Jika berbicara media saat ini, tidaklah lepas dari ekonomi dan politik karena tiga hal ini saling berkaitan dan seperti segitiga emas. Istilah ―ekonomi politik‖ diartikan secara sempit oleh Mosco sebagai ―studi tentang hubungan-hubungan sosial,

khususnya hubungan kekuasaan yang saling menguntungkan anatar sumber-sumber produksi, distribusi dan konsumsi, termasuk di dalamnya sumber-sumber yang terkait

dengan komunikasi.‖ 12 Jika bisa diartikan, ekonomi politik media adalah media sebagai institusi politik dan ekonomi yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi

khalayak. Terdapat tiga entry konsep dalam ekonomi politik media yang menarik untuk

dikaji, yakni ―komodifikasi, yaitu proses pengambilan barang/jasa yang bernilai dalam pemakaiannya, dan mengubahnya dengan komoditas yang bernilai pada apa

yang dapat di 13 hasilkan pasar.‖

1. Komodifikasi isi Yakni proses mengubah pesan dan sekumpulan data ke dalam sistem makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang bisa dipasarkan.

2. Komodifikasi khalayak Yakni proses media menghasilkan khalayak untuk kemudian menyerahkannya kepada pengiklan. Program-program media misalnya, digunakan untuk menarik khalayak untuk kemudian pada gilirannya perusahaan yang hendak mengakses khalayak tersebut menyerahkan kompensasi material tertentu kepada media.

3. Komoditas sibernetik

12 Vincent, Mosco. The Political Economy of Communication.Sage Publishing. Tahun 1996 hal

30. 13 Loc. Cit.

Terbagi atas intrinsic commodification , dimana media mempertukarkan rating dan extensive commodification , dimana media memiliki akses untuk menjangkau seluruh kelembagaan sosial.

4. Komodifikasi tenaga kerja Menggunakan teknologi untuk memperluas prosesnya dalam rangka penghasilan komoditas barang dan jasa.

Menurut Mosco dalam ekonomi politik media ada spatialization , yaitu proses untuk mengatasi perbedaan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial. Elaborasi Mosco tentang spasialisasi menyangkut pula tentang isu integrasi. Ia membagi integrasi menjadi dua; vertikal dan horizontal. Integrasi vertikal adalah “the concentration of firms within a line of business that extends a company’s control over the process of production”, yang merujuk pada perluasan kontrol produksi. Sedangkan integrasi horizontal lebih didefinisikan; ketika sebuah perusahaan media membeli perusahaan lain yang sejatinya tidak bergerak di bidang media, namun dapat

memperbesar perusahaan media tersebut. 14

Selain spatialization , Mosco juga mengemukakan hal yang lainnya yang berkaitan dengan ekonomi politik media, yaitu structuration . yaitu ―menyatukan gagasan dan agensi, proses dan praksis social ke dalam analisis struktural. Mosco sendiri menggarisbawahi bahwa kehidupan sosial itu sendiri secara substansial terdiri atas struktur dan agensi. Karakteristik dari teori ini adalah kekuatan yang diberikan

pada perubahan sosial.‖ 15

2.6. Regulasi Penyiaran Publik

Setiap Negara memiliki regulasi penyiaran publik, tak terkecuali Indonesia. Penyiaran sudah seharusnya diatur ke dalam regulasi karena menggunakan frekuensi publik maka harus dimaksimalkan sebaik mungkin untuk kepentingan publik itu sendiri.

Eric Barendt (dalam Mendel, 2000) mengelaborasi ciri media penyiaran publik (public service broadcasting) sebagai media yang tersedia (available) secara general-

14 Loc.cit hal 141. 15 Loc.cit hal 142.

geografis, memiliki concern terhadap identitas dan kultur nasional, bersifat independen ,baik dari kepentingan negara maupun kepentingan komersial, memiliki imparsialitas program, memiliki ragam varietas program, dan pembiayaannya

dibebankan kepada pengguna. 16 Sendjaja menguraikan fungsi sosial media penyiaran publik yang signifikan,

yaitu sebagai pengawas sosial ( social surveillance ), korelasi sosial ( social correlation 17 ), dan sosialiasi ( socializitation ).

Pengawas sosial merujuk kepada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkunan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Korelasi sosial merujuk kepada upaya pemberian interpretasi dan informasi yang menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya atau antara satu pandangan lainnya dengan tujuan untuk mencapai konsensus. Terakhir adalah sosialisasi yang merajuk kepada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

Pada awalnya media dibentuk menjadi bagian integral dari public sphere , tetapi kemudian dikomersialkan menjadi komoditas (commodified) melalui distribusi secara missal dan menjual khalyak massa ke perusahaan periklanan, sehingga media

menjauh dari peran 18 public sphere. Di banyak negara demokratis, proses legislasi tetap dilakukan oleh parlemen,

sedangkan institusi regulatory body berfungsi untuk mengalokasikan lisensi penyiaran, kemudian mengontrol dan memberi sanksi bagi pengelola penyiaran yang melanggar mulai dari bentuk denda sampai pada pencabutan izin, lalu memberi masukan kepada institusi legislatif, sebagai watchdog bagi independensi penyiaran dari pengaruh pemerintah dan kekuatan modal. Selain itu memberi masukan terhadap penunjukan jajaran kepemimpinan lembaga penyiaran publik. Hal ini banyak terjadi di Perancis. Yang terakhir ialah berperan sebagai minor judicial power (sejenis penyelidik) dan complain commission (komisi komplain).

16 Muhammad, Mufid. Op.cit, Jakarta: Kencana. 2007 hal 72 17 S. Djuarsa, Senjaja dan Ashadi, Siregar. Kumpulan Makalah Seminar Televisi Publik.

Yogyakarta: UGM. 2001 hal 1. 18 Muhammad, Mufid. Op.cit, Jakarta: Kencana. 2007 hal 80

2.7. Teori Regulasi Media Penyiaran

Mike Feintuck menyatakan bahwa ada tiga komponen yang meliputi regulasi penyiaran yaitu ―regulasi struktur berisi kepemilikan media oleh pasar, regulasi

tingkah laku dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi berisi batasan material siaran yang

boleh dan tidak untuk disiarkan‖. 19

20 Ada tiga hal mengapa regulasi penyiaran dipandang urgent .

1. Iklim Demokrasi Kekinian Salah satu urgensi yang mendasari penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara ( freedom of speech ), yang menjamin kebebasan seseorang untuk memperoleh dan menyebarkan pendapatnya tanpa ada intervensi, bahkan dari pemerintah. Namun pada saat yang beramaan, juga berlaku regulasi pembatasan aktivitas media seperti regulasi UU Telekomunikasi yang membatasi spektrum gelombang radio. Keterbatasan frekuensi merupakan salah satu hal yang mengindifikasikan urgensi pengaturan penyiaran. Tanpa regulasi, maka interensi signal niscaya terjadi. Dan ketika itu aspek dasar konunikasi tidak tercapai.

2. Demokrasi Demokrasi menghendaki adanya ―sesuatu‖ yang menjamin keberagaman

( diversity ) politik dan kebudayaan, dengam menjamin kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. Hal lain adanya hak privasi ( right to privacy ) seseorang untuk tidak menerima informasi tertentu. Dalam batas tertentu, kebebasan untuk menyampaikan informasi ( freedom of information ) memang dibatasi oleh hak privasi seseorang. Dalam hal ini, sebagaimana diungkapkan Feintuck adalah limitasi keberagaman sendiri, seperti kekerasan dan pornografi merupakan hal yang tetap tidak dapat dieksploitasi atas nama keberagaman.

19 Ibid. 20 Ibid

3. Ekonomi Terdapat alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi, bahkan monopoli media. Sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya tentang pasar bebas dan AFTA.

BAB III

Gambaran Umum Obyek Penelitian

3.1. Tentang Acara Televisi Dahsyat

Dahsyat merupakan sebuah acara televisi yang awalnya adalah program musik yang tayang di RCTI setiap hari dan setiap pagi. Acara ini pertama kali dimulai pada tanggal 24 Maret 2008. Awalnya acara ini dibawakan selama 2 – 3 jam oleh Almarhum Olga Syahputra, Luna Maya dan Raffi Ahmad. Dahsyat pernah memenangkan penghargaan Panasonic Awards untuk kategori Music & Variety Show Terbaik selama 5 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014.

Selain program regular di pagi hari, Dahsyat juga mengadakan Dahsyatnya Awards pada tahun 2009 hingga sekarang. Acara Dashyat juga pernah mengundnag tamu-tamu special seperti Hillary Clinton Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Miss World 2008 – 2010, Anggun, Christian Bautista, Siti Nurhaliza dan masih banyak lagi. Dahsyat memiliki salam khusus, yaitu ―Salam Terdahsyat Untuk Seluruh Keluarga Indonesia‖. Dahsyat memiliki akun twitter @dahsyatMusik dan Fanpage Facebook ―Dahsyat‖ yang cukup update dan informatif. Dahsyat memanggil pengemarnya dengan sebu tan ―Sahabat Dahsyat‖.

Dalam website resmi RCTI, menyatakan bahwa Dahsyat tak hanya sekedar menyajikan tangga lagu dan video klip, tapi gaya lucu dan kocak host-host-nya dan

menjadi salah satu andalan untuk menghadirkan kesegaran di pagi hari. 21

Pada Bulan September 2013 salah satu Host Dahsyat Olga Syahputra yang sempat tersandung masalah hukum terkait pelaporan seorang dokter yang diduga-duga menjadi korban pelecehan serta pencemaran nama baik yang dilakukannya di salah satu acara komedi di salah satu stasiun TV swasta, dan membuat dia tak terlihat wara wiri diberbagai acara seluruh stasiun TV swasta. Namun Pertengahan September lalu, tiba-tiba ditengah cobaan yang menderanya, Olga Syahputra terdengar sedang mengalami sakit yang cukup serius dan mengharuskan dia istirahat total selama beberapa minggu. Kemunculannya pun di berbagai acara sudah tak nampak lagi, tak

21 www.rcti.tv Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015 21 www.rcti.tv Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015

Cagur , Luna Maya , Ayu Dewi & dll. Tepat pada tanggal 27 Maret , 2015 salah satu presenter dahsyat 22 Olga Syahputra Meninggal Dunia di Singapura .

Gambar 2.1. Logo Program ‗Dahsyat RCTI‘ Sumber : website RCTI ( www.rcti.tv )

Dahsyat pertama kali mengudara secara live di RCTI dengan konsep yang berbeda. Siaran dari luar studio menggunakan mobil trailer dengan menghadirkan group band. Bukan tanpa alasan konsep Dahsyat seperti itu, karena saat itu Dahsyat ingin lebih dekat dengan pecinta musik Indonesia sehingga bisa menyapa para pemirsanya yang ada di luar kota.

―Dahsyat! Deretan Lagu Hits Teratas!‖ Kalimat ini menjadi andalan Raffi Ahmad, Olga Syahputra dan Astrid Tiar untuk menyapa pemirsa RCTI setiap pagi.

Dahsyat tak hanya sekedar menyajikan tangga l agu dan video klip, tapi gaya lucu dan kocak trio Host Dahsyat saat membawakan acara, menjadi salah satu andalan untuk menghadirkan kesegaran di pagi hari.

3.2 Sekilas Tentang Dahsyat Awards

Kehadiran Dahsyat selama ini tidak lepas dari dukungan para sahabat Dahsyat dan seluruh masyarakat pencinta Dahsyat. Dahsyat selalu menjadi yang terdepan

22 https://id.wikipedia.org/wiki/Dahsyat#Penghargaan 22 https://id.wikipedia.org/wiki/Dahsyat#Penghargaan

3.3 Sekilas Tentang Penonton Dahsyat Dahsyat

program in-house yang ditayangkan RCTI sejak tahun 2008 ini merupakan program musik yang dalam sekejap menjadi pujaan banyak pemirsa atau dikenal

dengan sebutan ―Sahabat Dahsyat‖. Penonton Dahsyat adalah para sahabat Dahsyat yang menjadi penonton dari suatu organisasi, universitas, atau datang atas nama perseorangan. Semua penonton berasal dari berbagai tempat baik dalam maupun luar kota. Untuk menjadi penonton, para sahabat Dahsyat bisa langsung datang ke studio 6 RCTI tanpa harus membayar atau mendaftar terlebih dahulu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Key Informan & Informan

Dalam melakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif, peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam dengan Key Informan dan Informan. Key Informan dalam penelitian ini adalah Ibu Nina Mutmainah Armando selaku pengamat media dan Ibu Azimah Subagijo selaku anggota Komisioner KPI. Informan dari penelitian ini adalah Ibu Sulha Handayani selaku Editor Lifesty le ‗Indonesia Finance Today‘ dan Ibu Diena Lestari selaku Redaktur Senior di koran Bisnis Indonesia.

4.1.1. Key Informan 1

Nina Mutmainah Armando adalah pengamat media dan dosen tetap di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI. Saat ini Nina menjabat sebagai Ketua Program D3 Komunikasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI dan Koordinator Bidang Studi Komunikasi Program Vokasi UI. Dalam dua tahun terakhir ini, Nina mengajar mata kuliah ―Pengantar Ilmu Komunikasi‖, ―Psikologi Komunikasi‖, ―Sosiologi Komunikasi‖, dan ―Media & Masalah-Masalah Sosial Budaya‖ untuk

berbagai program, yakni S1 Reguler, S1 Ekstensi, dan D3/Vokasi. Selain mengajar, Nina aktif berorganisasi dengan menjadi pendiri dan aktivis YPMA (Yayasan Pengembangan Media Anak). Lembaga ini adalah LSM media watch khusus media anak dan remaja. YPMA memiliki aktivitas antara lain memberikan pendidikan melek media ( media literacy ) bagi orangtua, guru, dan anak/remaja; mengadakan penelitian tentang penggunaan media oleh anak/remaja; serta menerbitkan newsletter panduan yang mengulas isi media (yakni Kidia ).

Nina menjadi pemimpin redaksi Kidia . Nina juga menjadi penulis dan pembicara/trainer di berbagai diskusi/seminar/workshop tentang dampak media massa, media massa dan anak-anak/remaja, media literacy , dan buku/kebiasaan membaca. Selain itu Nina juga kerap kali menjadi juri untuk berbagai kompetisi yang terkait dengan buku, anak, dan budaya.

4.1.2. Key Informan II

Azimah Subagijo adalah anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang peduli terhadap pemberdayaan masyarakat media dan keinginannya yang kuat untuk memajukan dunia penyiaran, mendorong Azimah mengambil posisi di bidang kelembaghaan KPI dengan konsentrasi pada literasi media. Anak kelima dari delapan bersaudara ini juga dikenal aktif dalam berbagai aliansi yang didirikannya bersama dengan beberapa Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) serta tokoh masyarakat untuk melindungi masyarakat dan anak-anak Indonesia, khususnya dari bahaya pornografi.

Meski sempat beberapa kali kerja paruh waktu seperti di harian Republika dan produser di salah satu radio di Jakarta, profesi Azimah yang ajeg adalah menjadi seorang analis media. Awalnya ia aktif di LSM Media Ramah Keluarga (MARKA) dari tahun 2000-2004, kemudian sejak tahun 2002-2004 aktif di Media Watch and Consumer Center The Habibie Centre (MWCC), menjadi tim kajian isi siaran KPI periode pertama (2006), serta menjadi anggota majelis konsultan isi siaran islami pada sebuah lembaga penyiaran berlangganan (2007-2008).

4.1.3. Informan 1

Sulha Handayani adalah lulusan dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) yang saat ini menjabat sebagai Editor Lifestyle di Indonesia Finance Today dari bulan September 2010 hingga saat ini. Sulha sehari-hari tinggal di Jakarta dan bakatnya adalah periklanan, blogging, breaking news, broadcast journalism, business journalism, copy editing, copywriting, creative writing, editing, digital media, features article, journalism, new media , dan online news.

4.1.4. Informan 2

Diena Lestari adalah redaktur senior di Koran Bisnis Indonesia. Diena sudah berkecimpung di media sudah belasan tahun dan saat ini sudah 5 tahun menjadi jurnalis Bisnis Indonesia. Passionnya adalah menulis, media editing, musik, film.

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan observasi peneliti terhadap siaran TV Dahsyat selama tahun 2015, acara ini sudah mendapatkan 5 kali teguran dari KPI yang bisa dilihat tabel berikut ini:

Tanggal Pelanggaran

Undang-Undang

Sanksi

Perilaku Administratif – 2015

12 Januari Menayangkan

pembicaraan Pedoman

mengenai tips agar cepat hamil Penyiaran Komisi Teguran ala dr. Boyke, di dalamnya Penyiaran Indonesia Tertulis banyak membicarakan hal-hal Tahun 2012 Pasal 9, dewasa,

masalah Pasal 14, Pasal 16 kualitas sperma.

seperti

dan Pasal 21 Ayat (1) serta

Tahun 2012 Pasal 9, Pasal

15 Ayat (1), Pasal 22 Ayat (1) dan Pasal 37 ayat (4) huruf a.

26 Maret Menayangkan adegan seorang Pedoman Perilaku Administratif – 2015

pria menempelkan lidahnya Penyiaran Komisi Teguran pada kipas angin yang Penyiaran Indonesia Tertulis Kedua. menyala. Jenis pelanggaran ini Tahun 2012 Pasal 14 dikategorikan

sebagai Ayat (2) dan 21 Ayat pelanggaran atas perlindungan (1) serta Standar anak-anak

Siaran larangan

dan

remaja, Program

Penyiaran berbahaya serta penggolongan Indonesia

muatan

adegan Komisi

Tahun program siaran.

2012 Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a.

Perilaku Administratif – 2015

1 Juli Penayangan

Uya

Kuya Pedoman

melakukan terapi

Komisi Teguran kepada Raffi Ahmad.

phobia Penyiaran

Penyiaran Indonesia Tertulis Tahun 2012 Pasal 14 dan Pasal 21 ayat (1) serta

Standar

Penyiaran Indonesia Tahun 15 ayat (1) dan Pasal 37 ayat 4 huruf (a)

12 Menampilkan adegan Baim UU No 32 tahun Diminta untuk Agustus

Wong dan Pica sedang 2002 tentang UU evaluasi 2015

berpelukan (tidak etis dengan penyiaran pengaduan internal dan norma yang dianut dalam masyarakat,

senantiasa masyarakat).

pmantauan, dan hasil menjadikan P3 analisis.

dan SPS KPI tahun

2012 sebagai acuan utama dalam penayangan siaran

9 Menayangkan adegan para SPS KPI Tahun 2012 Diminta untuk September host memasukkan

9 tentang evaluasi 2015

secara Pasal

paksa makanan ke dalam norma kesopanan internal dan mulut host lain. KPI Pusat serta Pasal 15 Ayat senantiasa menilai perilaku demikian (1)

tentang menjadikan P3 berbahaya dan tidak pantas perlindungan anak- dan SPS KPI ditayangkan

tahun 2012 bertentangan dengan norma sebagai acuan kesopanan dan berpotensi

karena anak dan remaja.

utama dalam ditiru oleh khalayak yang

penayangan menonton, terutama remaja.

siaran Tabel 4.1. Daftar Teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dari Januari –

Oktober 2015

Pada tanggal 12 Januari 2015 program tersebut menayangkan pembicaraan mengenai tips agar cepat hamil ala dr. Boyke yang di dalamnya banyak membicarakan hal-hal dewasa, seperti masalah kualitas sperma. KPI Pusat menilai muatan-muatan tersebut sangat tidak tepat disiarkan pada siang hari di bawah pukul

22.00 serta dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat. Jenis pelanggaran 22.00 serta dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada masyarakat. Jenis pelanggaran

KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal

14, Pasal 16 dan Pasal 21 Ayat (1) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal 15 Ayat (1), Pasal 22 Ayat (1) dan Pasal 37 ayat (4) huruf a. Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat memutuskan menjatuhkan sanksi administratif Teguran Tertulis.

Pada tanggal 26 Maret 2015 Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) berdasarkan kewenangan menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis telah menemukan pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012 pada Program Siaran ―Dahsyat‖ yang ditayangkan oleh stasiun RCTI pada tanggal 10 Maret 2015 mulai pukul 09.03 WIB.

Program tersebut menayangkan adegan seorang pria menempelkan lidahnya pada kipas angin yang menyala. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan anak-anak dan remaja, larangan muatan adegan berbahaya serta penggolongan program siaran. KPI Pusat memutuskan bahwa program tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 14 Ayat (2) dan 21 Ayat (1) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a. Berdasarkan hal tersebut, KPI Pusat memutuskan menjatuhkan sanksi administratif Teguran Tertulis Kedua.

Selain itu, pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 08.51 WIB KPI menemukan adegan tantangan seorang pria mencium ketiak. KPI Pusat menilai adegan tersebut sangat tidak pantas untuk ditayangkan dan menghina atau merendahkan martabat manusia. Pada tanggal 8 Maret 2015 pada pukul 10.54 WIB KPI menemukan pula adegan seorang pria yang dengan sengaja dililitkan ular di lehernya sehingga menjerit ketakutan. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai perlindungan anak-anak dan remaja serta muatan adegan berbahaya.

Kemudian tanggal 1 Juli 2015 Dahsyat mendapatkan teguran lagi dari KPI terkait penayangan adegan dimana Uya Kuya melakukan terapi phobia kepada Raffi Kemudian tanggal 1 Juli 2015 Dahsyat mendapatkan teguran lagi dari KPI terkait penayangan adegan dimana Uya Kuya melakukan terapi phobia kepada Raffi

Tanggal 12 Agustus 2015 lagi-lagi Dahsyat mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) berdasarkan kewenangan menurut Undang- Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat, pemantauan, dan hasil analisis menilai Program Siaran ―Dahsyat‖ yang ditayangkan oleh stasiun RCTI pada tanggal 26 Juli 2015 mulai pukul 09.23 WIB, tidak memperhatikan norma kesopanan sebagaimana diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012. Program tersebut menampilkan adegan ―Baim Wong‖ dan ―Pica‖ sedang berpelukan. KPI Pusat menilai adegan tersebut sangat tidak etis untuk ditayangkan karena tidak sesuai dengan norma yang dianut dalam masyarakat.

Tanggal 9 September 2015 Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) berdasarkan kewenangan, tugas dan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran), pengaduan masyarakat, pemantauan dan hasil analisis menilai Program Siaran ―Dahsyat‖ yang ditayangkan oleh stasiun RCTI pada tanggal 26 Agustus 2015 pukul 08.49. WIB tidak memperhatikan ketentuan tentang penghormatan terhadap norma kesopanan serta perlindungan anak-anak dan remaja sebagaimana yang telah diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012.

Program tersebut menayangkan adegan para host memasukkan secara paksa makanan ke dalam mulut host lain. KPI Pusat menilai perilaku demikian berbahaya dan tidak pantas ditayangkan karena bertentangan dengan norma kesopanan dan berpotensi ditiru oleh khalayak yang menonton, terutama remaja. Hal tersebut telah diatur dalam SPS KPI Tahun 2012 Pasal 9 tentang norma kesopanan serta Pasal 15 Ayat (1) tentang perlindungan anak-anak dan remaja.

Dilihat dari teguran-teguran yang selalu ada, program Dahsyat merupakan salah satu siaran TV yang tidak mengindahkan regulasi penyiaran TV di Indonesia Dilihat dari teguran-teguran yang selalu ada, program Dahsyat merupakan salah satu siaran TV yang tidak mengindahkan regulasi penyiaran TV di Indonesia

―Tayangan televisi saat ini lebih banyak yang buruknya daripada yang bagus, bahkan cenderung menyedihkan. Siaran TV sekarang itu banyak yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran itu ada yang ringan sampai yang berat. Ringan misalnya yang kalau dapat sanksi teguran saja, misalnya melecehkan kelopmok tertentu, kelompok minoritas yang termaginalkan, menampilkan kekerasan yang relative ringan. Biasanya ini dapat sanksi teguran, namun jika sanksi ini berulang-ulang dan terjadi terus menerus, harusnya ada sanksi peningkatan sanksi, dan sanksi teguran yang bertumpuk-tumpuk ini bisa menjadi sanksi yang berat. Bisa sanksi pembatasan durasi atau pemberhentian sementara. Ada juga pelanggaran yang berat tanpa melalui sanksi-sanksi

ringan.‖ 23

Ibu Azimah Subagijo pun berpendapat hal yang sama: ―Dilihat dari hasil evaluasi kami (KPI) tayangan di televisi yang tidak baik dan

mendapat teguran dari awal tahun sampai Agustus 2015 telah terjadi sekitar 286 pelanggaran dalam tayangan yang ditonton oleh sekitar 250 juta masyarakat Indonesia. Banyak sekali tontonan yang mempertontonkan keburukan verbal, bully bahan candaan, menyerempet pornografi, asusila dan tayangan lain yang tidak sesuai dengan kultur Indonesia yang mengedepankan kesopanan. Seharusnya tayangan televisi menjadi sumber wawasan, pembelajaran, dan inspirasi.‖

Dari kaca mata media, Ibu Sulha juga menyampaikan pendapatnya: ―Tayangan televisi saat ini tidak edukatif, banyak tontonan yang merusak

moral dan mental anak-anak dam membuat mereka konsumtif. Seringkali tayangan TV mengajarkan anak-anak kekerasan dengan menampilkan adegan berantem, magic dan tidak mengedukasi.‖

Sedangkan Diena Lestari berpendapat ―Stasiun TV di Indonesia kebanyakan masih berorientasi terhadap rating dan iklan yang masuk, media saat ini kapitalis, mengejar keuntungan belaka hingga mengenyampingkan kepentingan publik sebagai pemilik frekuensi.‖

Salah satu program musik yang mendapatkan teguran adalah program Dahsyat yang tayang di RCTI. Ibu Nina pun menuturkan pendapatnya tentang ini:

―Dahsyat berulang kali mendapatkan teguran. Sudah terpola pada tayangan ini. Memalukan karena pembuat program tidak pernah mau belajar dan evaluasi diri. Sebenarnya Dahsyat tidak boleh mendapatkan teguran terus, harus

23 Wawancara langsung dengan Nina Mutmainah Armando, 1 Oktober 2015 di Universitas Indonesia Depok.

meningkat pembatasan durasi atau pemberhentian sementara. Teguran adminsitasi itu harusnya maksimal 2 kali, tapi Dahsyat mendapatkan lebih dari

2 kali teguran. Ketika saya masih di KPI, Dahsyat pernah melecehkan agama dengan mengucapkan kata- kata islam ―prosetan‖. Mana ada islam pro-setan atau islam prosetan, dan KPI merasaa dilecehkan karena Dahsyat adalah tayangan live. Contohnya lagi adegan ciuman Krisdayanti dan Raul yang berulang-ulang, memang Dahsyat akhirnya meminta maaf tapi kan kerusakan

sudah terjadi.‖ 24 Peneliti menyimpulkan bahwa program Dahsyat tidak jarang mendapatkan

teguran dari KPI dan seperti acuh dengan teguran-teguran tersebut. Hal ini juga di- iya-kan oleh Ibu Nina:

―Dahsyat tidak dipersiapkan serius, menggampangkan saja dengan improvisasi di lapangan. Jadi mereka mengatakan biarkanlah pemainnya yang mengalir begitu saja. Itu masalah besar untuk tayangan live. Tidak bisa seperti itu karena kita juga tahu pemain-pemainnya kecenderungannya bukan orang yang mau belajar dan tidak punya kesempatan untuk belajar. Mereka itu main di stasiun TV A satu program, pindah ke stasiun B satu program. Bagaimana Olga, Raffi dan yang lainnya itu kan pemain laris. Boro-boro mau evaluasi diri, karena mereka gak sempat. Untuk orang-orang semacam ini, cara paling mudah untuk lucu dan komedi adalah melecehkan orang, instan, tidak perlu berpikir, tidak perlu serius pakai research . Mereka melihat orang lain dari sisi buruknya, dibercandain, dilecehin dan mengungkapkan hal pribadi orang. Itu cara paling mudah mengeksploitasi bahan candaan dan orang tidak perlu

pintar untuk itu, dan ini yang dianggap justru oke untuk program tersebut.‖ 25 Ibu Nina menuturkan bahwa Dahsyat merupakan salah satu program yang

menjadi sorotan dari KPI: ―Dahsyat itu pernah mendapat penghentiaan sementara dari KPI di masa kami

dulu. Dahsyat itu sama bandelnya dengan Facebookers, programnya sejenis, tidak dengan perencanaan serius, tidak menyiapkan dengan baik, tayangannya live , pemain komedinya kemampuannya begitulah, jadi ini paket lengkap untuk kita lihat sebagai acara yang semata-mata menjual becandaan yang kita

bilang, 26 low broke content , siaran berselera rendah.‖

24 Wawancara langsung dengan Nina Mutmainah Armando, 1 Oktober 2015 di Universitas Indonesia Depok.

25 Wawancara langsung dengan Nina Mutmainah Armando, 1 Oktober 2015 di Universitas Indonesia Depok.

26 Wawancara langsung dengan Nina Mutmainah Armando, 1 Oktober 2015 di Universitas Indonesia Depok.

Saat ini tayangan Dahsyat memang masih bertahan dan masih menduduki rating yang bagus untuk acara di pagi hari. Tidak sedikit masyarakat yang masih menonton acara Dahsyat:

―Unsur novelty yang ada di Dahsyat itu kental sekali dan masyarakat kita suka itu. Jadi di setiap acara itu harus ada gimmick agar acara tampil menarik. Unsur novelty harus ada, unsur yang luar biasa, tidak lazim, unik, harus dibuat untuk itu . Mereka selalu membanggakan diri sebagai acara yang mengunggulkan musik Indonesia. Oke di satu sisi, tapi becandanya kelewatan , jadi ini sebenarnya bukan pure acara musik, tapi variety show karena Ada sulap, performance anak-anak, cooking , jadi memang mereka harus mengisi acara untuk durasi sepanjang itu, jadi mereka tidak peduli jika ada kegiatan yang diada-adain. Salah satu cara menghabiskan durasi seperti bercanda, tapi bercandanya keterlaluan karena tidak ada script yang memandu untuk itu, tidak ada do dan don’ts - nya, semua berdasarkan improvisasi. Dahsyat tidak punya aturan tertulisnya.‖ 27

Secara tidak langsung, acara Dahsyat ini sudah membuat kerusakan karena menampilkan hal-hal yang sudah diatur oleh undang-undang. Ibu Nina mencoba memaparkan hasil sharing beliau dengan tim Dahsyat termasuk host-nya saat itu.

―Olga pernah sharing di acara KPI bilang bahwa kalau ia tidak lucu, ia akan dikomentarain ‗Hey ini bukan TVRI ya‘ sementara produser mengaku ‗pemainnya susah diatur‘. Kalau saya melihat dua-duanya salah. Menciptakan lawakan itu harus cerdas, contohnya Warkop DKI, bahkan mereka ada sciptnya. Orang —orang ini tidak hanya melawak, tapi menyampaikan komedinya super cerdas. Dahsyat menampilkan komedi yang tidak cerdas dengan melecehkan orang, membuka aib orang. Dahsyat sudah membuat

kerusakan dan menanamkan nilai- 28 nilai negatif yang tidak patut dicontoh.‖ Dahsyat telah melakukan komodifikasi isi, khalayak dan sibernetik seperti

konsep dalam ekonomi politik media yang dikemukakan oleh Mosco: ―Unsur novelty diperlukan agar tampil beda dengan yang lain, mereka itu