ARTIKEL KONTAMINASI BAKTERI ESCHERICHIA pdf

ARTIKEL

KONTAMINASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA DAGING SAPI
SEPANJANG RANTAI DISTRIBUSI DI KOTA PADANG

Oleh :

Siti Rahimma
1021204021

PROGRAM STUDI ILMU TERNAK

PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS
2012

I. PENDAHULUAN
Permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) dari waktu ke waktu
cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan
ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran akan gizi, dan perbaikan
pendidikan masyarakat (Kasryno et al., 2004). Pada tahun 2009 total produksi daging
diperkirakan sebanyak 2,5 juta ton yang terdiri dari daging sapi dan kerbau 0,5 juta

ton, kambing dan domba 0,1 juta ton, babi 0,2 juta ton, ayam buras 0,3 juta ton, ayam
ras pedaging 1,0 juta ton dan ternak lainnya 0,1 juta ton. Dengan demikian produksi
daging terbesar disumbang oleh ayam ras pedaging 46,6%, sapi dan kerbau
menduduki urutan kedua terbanyak diproduksi setelah daging ayam, yakni 20,4%,
ayam buras 13,0%, dan babi 10,1% (Dirjen Peternakan, 2010).
Sumber pangan baik yang berasal dari sumber nabati maupun hewani perlu
penanganan khusus, terutama pangan hewani segar seperti daging sapi, ayam, ikan
dan lainnya (Soeparno, 1994). Produk pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap
cemaran mikroba yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Setelah ternak di potong,
mikroba yang terdapat pada hewan mulai merusak jaringan sehingga bahan pangan
hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penangan yang baik
(Rahayu,

2006). Fardiaz (1992) menambahkan, daging sapi mudah rusak dan

merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan mikroba, karena tingginya
kandungan air dan zat gizi seperti protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Hedrick
(1994), bahwa daging dan olahannya dapat dengan mudah menjadi rusak atau busuk,
oleh karena itu penanganan yang baik harus dilakukan selama proses produksi


berlangsung. Beberapa mikroba patogen yang biasa mencemari daging adalah E.
Coli, Salmonella, dan Staphylococcus sp. Kontaminasi mikroba pada daging sapi
dapat berasal dari peternakan dan rumah potong hewan yang tidak higienis (Mukartini
et al. 1995), begitu juga sumber air dan lingkungan tempat diolahnya daging tersebut
sebelum sampai kepada konsumen.
Kelompok mikroba pembusuk akan mengubah makanan segar menjadi busuk
bahkan dapat menghasilkan toksin (racun), oleh sebab itu sebelum manusia
mengkonsumsi bahan pangan, perlu dilakukan pengawasan melalui pengujian
laboratorium untuk memastikan bahwa bahan pangan asal ternak tersebut bebas dari
mikroorganisme yang berbahaya (Setiowati dkk.2009).
Sesuai dengan hasil pengujian cermaran mikroba yang telah dilakukan
dibeberapa kota di Indonesia, ternyata mikroba pada bahan pangan asal ternak
terdeteksi sebagian melebihi Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) seperti
yang tercantum dalam SNI No. : 01

6366-2000 (Batas Maksimum E. Coli 5 x 101

CFU/gr). Hal ini mengindikasikan belum maksimalnya penerapan aspek sanitasi
dan hygiene dalam pengelolaan bahan pangan asal ternak.
Kondisi keamanan dan mutu bahan pangan segar asal ternak yang ada di kota

Padang besar kemungkinan juga banyak tercemar bakteri patogen yang berbahaya
bagi kesehatan manusia. Pencemaran E.coli perlu diwaspadai karena jenis bakteri ini
dapat menyebabkan gastroenteritis pada manusia (Hubbert and Hagstad, 1991). Oleh
sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kemungkinan adanya
cemaran mikroba E.coli pada daging sapi di sepanjang rantai distribusi di Kota
Padang dan mengetahui tingkat cemaran E. Coli pada daging sapi yang dijual di kota

Padang dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia No. 01- 3932

2008. Selain

itu juga untuk mengetahui bagaimana penanganan ternak dan daging pada Rumah
Potong Hewan dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia No. 01- 6159

1999,

termasuk juga penanganan daging yang dilakukan oleh para pedagang di pasar
tradisional dan kios daging.

II.


MATERI DAN METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sampel daging sapi segar yang dibeli di
setiap rantai distribusinya di Kota Padang baik di RPH/TPH, Pasar Tradisional, dan
kios - kios tempat penjualan daging sapi, masing- masing sebanyak 100 gram.
Sampel diambil 3 (tiga) kali pengambilan dengan rentang waktu 3 (tiga) hari,
dimana pada setiap rantai distribusi, sampel yang diambil berasal dari daging sapi
yang sama.
1. Survey lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan
menggunakan kuesioner. Tujuannya adalah untuk analisa deskriptif tentang
penanganan ternak dan daging yang dilakukan oleh pekerja pada simpul
distribusi (RPH/TPH, pasar tradisional, dan kios

kios penjual daging),

kelengkapan sarana prasarana, sumber air yang dipakai, penerangan di
RPH/TPH, alat angkutan daging, lingkungan sekitar, dan pembuangan limbah
yang diindikasikan dapat menjadi sumber kontaminasi pada daging.
2. Pengambilan sampel :

Daging sapi diambil dari 3 (tiga) rantai distribusi daging sapi di Kota
Padang, mulai dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Pasar Tradisional dan
kios penjual daging sapi. Masing

masing sampel pada satu rantai distribusi

berasal dari daging sapi yang sama yang diambil pada hari pemotongan dan
diambil sendiri oleh pedagang daging sapi. Sampel kemudian dibungkus dengan

kantong plastik dan dibawa secepatnya dengan memakai termos es ke
Laboratorium.

3. Proses Uji Laboratorium
Uji laboratorium untuk mengetahui kontaminasi yang terjadi pada daging
sapi yang disebabkan oleh E. Coli berpedoman pada modifikasi Harley dan
Prescott (1993).
4. Analisa Data
Untuk melihat perbedaan tingkat cemaran E.Coli pada masing masing
rantai distribusi daging sapi di Kota Padang dilakukan Uji T dua sampel bebas
(Menguji apakah rata-rata dua pengambilan yang tidak berhubungan

sama/berbeda), menurut Steel & Torrie (1995).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Perbandingan Tingkat Kontaminasi Bakteri E. Coli pada Daging Sapi antar
Rantai Distribusi di Kota Padang

Berdasarkan hasil uji T tes dua sampel bebas, perbandingan tingkat
cemaran bakteri E. Coli yang terdapat pada sampel daging sapi yang berasal
dari rantai distribusi Lubuk Buaya ( RPH L. Buaya

Pasar L. Buaya

Kios

Mutiara Putih) dengan cemaran yang terdapat pada sampel daging sapi yang
berasal dari rantai distribusi Balimbiang (TPH Balimbiang

Pasar Balimbiang


Kios Balimbiang) didapat hasil, bahwa tingkat cemaran pada kedua rantai
distribusi tersebut menunjukkan perbedaan tidak nyata (P > 0.05). Begitu juga
perbandingan tingkat cemaran bakteri E.Coli pada sampel daging sapi yang
dijual disepanjang rantai distribusi RPH Lubuk Buaya dengan sampel daging
yang berasal dari rantai distribusi TPH Kubu Dalam (TPH Kubu Dalam
Simp. Haru

Pasar

Kios Gn.Panggilun), juga menunjukkan perbedaan yang tidak

nyata (P > 0.05). Jika dilihat tingkat perbandingan cemaran bakteri E. Coli pada
jalur TPH Balimbiang dengan TPH Kubu Dalam juga menunjukkan adanya
perbedaan tidak nyata (P > 0.05).
2.

Perbandingan Tingkat Kontaminasi Bakteri E. Coli pada Sampel Daging

Sapi antar RPH/TPH, Pasar Tradisional, dan antar Kios daging di Kota

Padang.

Berdasarkan hasil uji statistik (Uji T dua sampel bebas), perbandingan
kontaminasi cemaran bakteri E. Coli pada sampel daging sapi antar RPH/TPH

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05). Perbandingan kontaminasi
cemaran bakteri E. Coli pada sampel daging sapi antar pasar tradisional
menunjukkan perbedaan tidak nyata (P > 0.05). Begitu juga perbandingan
kontaminasi cemaran bakteri E. Coli pada sampel daging sapi antar kios daging
juga menunjukkan perbedaan tidak nyata (P > 0.05).
3.

Perbandingan Tingkat Kontaminasi Bakteri E. Coli pada Daging Sapi antar

Simpul Distribusi Daging Sapi (RPH/TPH, Pasar Tradisional, dan antar
Kios daging) di Kota Padang.

Berdasarkan hasil uji T dua sampel bebas, perbandingan tingkat cemaran
bakteri E. Coli yang terdapat pada sampel daging sapi antar simpul Distribusi
yakni antar RPH/TPH dengan Pasar Tradisional menunjukkan perbedaan tidak

nyata (P > 0.05). Begitu juga perbandingan tingkat cemaran bakteri E.Coli pada
sampel daging sapi antara RPH/TPH dengan Kios daging sapi menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05). Demikian juga jika dilihat tingkat
perbandingan cemaran bakteri E. Coli antar simpul Pasar Tradisional dengan
Kios daging menunjukkan ya perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel daging sapi yang diambil
disepanjang rantai distribusi di Kota Padang, 100 % terkontaminasi bakteri E.Coli
melebihi Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) yang ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional Indonesia tahun 2008 yang menetapkan BMCM bakteri E.
Coli sebesar 1 x 101 CFU/gr. Tingkat kontaminasi bakteri pada daging sapi dari
RPH/TPH di Kota Padang memiliki nilai rataan total koloni E. Coli sebesar 5.1 x
104 CFU/gr. Tingkat kontaminasi bakteri E.coli pada sampel daging sapi dari pasar
tradisional adalah sebesar 2.7 x 104 CFU/gr. Sementara cemaran Escherichia Coli
pada sampel daging sapi dari kios penjual daging terdeteksi sebesar 4.9 x 104
CFU/gr .
2. Saran
Untuk mendukung ketersediaan daging sapi sehat di masyarakat maka perlu

upaya keras pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaku usaha penyedia daging di samping meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai daging sehat. Memperbaiki fasilitas dan memaksimalkan peran RPH
dengan menekankan program higyene dan sanitasi RPH. Penegakkan hukum di
bidang peternakan harus dilakukan dengan tegas untuk melindungi konsumen,
kerjasama dan koordinasi kerja dengan instansi terkait akan sangat meningkatkan
kinerja pemerintah dalam melindungi masyarakat dari ancaman bahaya pangan
yang tidak sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Aberle ED, Forrest JC, Gerrard DE, dan Mills EW. 2001. Principles of Meat Science.
Fourth edition. Kendal/Hunt Publishing Company.
Acheson, L.W.K._ 2000. How Does E.sf'iiei'i.chitr coii 01571-17 Testing in Meat
Compare with What We Are Seeing Clinically `. . J. Food Protection.
631.61' I 815-J-SQ.
Armstrong, G.L., J .I-Collingsvvorth, and J I-Morris, Jr. 1996. Emerging Foodborne
Pathogens : Escherichia. Coli 157:HT as a Model of Entry of a New Pathogen
into The Food Supply of The Developed World. Epidemioi eo. 18: 29-51.
Armandhanu, D. 2011. Wabah E. Coli Meneror Eropa. VIVAnews. Edisi Juni, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6159-1999,
Tentang Rumah Pemotongan Hewan, Jakarta: BSN.
Badan Ketahanan Pangan.
2011. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan.
Kementerian Pertanian, Jakarta.
Bell, R.G.; Hathway, S.C. 1996. The hygienic efficiency of conventional and inverted
lamb dressing systems. Journal of Applied Bacteriology, Oxford, v.81, p,225234.
Beutin, L., D.Geier, H.Steinruck, S. Zimmermann, and F.Scheutz, 1993. Prevalence
and Some Properties of Verotoxin (Shiga like toxin) producing Escherichia
colii in Seven Different Species of Healthy Domestic Animals. J. Clin..
Microbioi. 31(9) : 2483-2488.
Bolton DJ, Doherty AM, dan Sherudda JJ. 2001. Beef HACCP: Intervention and Nonintervention sistems. Int. J. Food Microbiol 66:119-129.
Collier, L.,1998. Microbiology and Microbial Infections, Edisi 9, 935
University Press, Inc., New York.

939, Oxford

Denton, J.H. dan F.A. Gardner, 1988. Effect of product form on the microbiological
growth support characteristic of turkey meat product. Poultry Sci. 67:12691273.

Departemen Pertanian. 1996. Kumpulan Peraturan Perundangan Di Bidang kesehatan
Masyarakat Veteriner.
Departemen
Pertanian.
2010.
Peraturan
Menteri
Pertanian
No.
13/
Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan
Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plan). Jakarta.
Desrorier, N.W., 1988. The Technology of Food Preservation. Penterjemah: M.
Muljohardjo. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2000. Undang-Undang RI No.78 tahun 1996 tentang
Pangan, Sinar Grafika, Jakarta.
Dewan Perwakilan Rakyat RI. 2001. Undang-Undang RI No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta.
Dharmaputra, O.S. 2006. Aflatoksin pada bahan pangan dan produk olahannya di
Indonesia. Makalah disampaikan dalam Pertemuan Forum Aflatoksin
Indonesia, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 24 Februari 2006.
Dirjen Peternakan. 1997. Manual Kesmavet. Pedoman Pembinaan Kesmavet. No. 47.
Hal. 40. Departemen Pertanian. Jakarta.
Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2003. Buku Statitik Peternakan Tahun
2003. Dep. Pertanian. Jakarta.
Dirjen Peternakan. 2010. Blue Print Program Swasembada Daging 2014. Kementrian
Pertanian, Jakarta.
Djaafar, F.T., dan Rahayu, S. 2007. Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian,
Penyakit Yang Ditimbulkan Dan Pencegahannya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jalan Rajawali No. 28, Demangan
Baru, Yogyakarta 5528. Jurnal Litbang Pertanian, 26 (2), 2007 67.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pengelolaan Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fardiaz, S. 1993. Analisa Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Fennema, dan R, Owen. 1996. Food Chemistry. Marcel Dekker, Inc. : New
York.
Girindra, A. 2001. Halal Food Conference, IFANCA s third conference in Europe.

Grossklaus, D. 1993. Food Hygiene and Consumer Protection. A Word Wide Future
Chalenge. The 11th International Symposium of The Word Association of
Veterinary Hygienist, Bangkok, Thailand.
Handayani. N dkk. 2004. Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika pada Produk Asal
Hewan di Propinsi Bali, NTB, dan NTT. Balai Penyidikan dan Pengujian
Veteriner, Regional VI, Denpasar Bali.
Harley, J. P. and L. M. Prescott. 1993. Laboratory Excercices in Microbiology. Second
Edition. C Brown Publishers, New York.
Hayes, C., Elliot, E., Krales, E. and Goulda, D. (2003) Food and water safety for
persons infected with human immunodeficiency virus. Clin Infect Dis 36,
S106 S109.
Haysom, I. and Sharp, K. (2004) Cross contamination from raw chicken during meal
preparation. Br Food J 106, 38 50.
Hedrick, H.B, et al. Principles of meat science, 3.ed. Dubuque: Kendall/Hunt
Publishing, 1994, 354p.
Heuvelink, A.E., J.T.M. Zvartkruis Nahuis, R.R.Beumer and E.D.Boer. 1999.
Occurrence and Survival of Verocytotoxin Producing Escherichia. coli 0157 in
Meats Obtained from Retail Outlets in The Netherlands. J. Food Protection. 62
(10): 1115-1121.
Hidayat, C. 2008. Aman Membeli Daging. Balai Penelitian Ternak. Puslitbangnak.
Bogor.
Hubbert W.T., dan H.V. Hagstad. 1991. Food Safety and Quality Assurance. Food of
Animal Original. Iowa State University Press, Ames Iowa 50010.
Jonsen GD. 2004, Prospek dan Preferensi Masyarakat Terhadap Konsumsi Daging Sapi
Olahan Di Indonesia. Di dalam: Seminar FGW Food Conference, Jakarta 6-7
Oktober 2004.
Kasryno, F., W. Rosegrant, C. Ringler, S. Adiwibowo, R. Beresford, M.
Bosworth, G.M. Collado, I. Gonarsya, A. Gulati, B. Isdijo, Natasukarya,
D. Prabowo, E.G. Sai id, S.M.P. Tjonronegoro, dan P. Tjitropranoto.
2004. Strategi pembangunan pertanian dan pedesaan Indonesia yang
memihak masyarakat miskin. Laporan ADBTA No. 3843-INO.
Agricuture and Rural Development Strategy (ARDS) Study. AARDCASER, ADB, SEAMEO-SEARCA in association with CRESCENT,
Bogor.

Kelly, C.A. et al. The effect of spray washing on the development of bacterial numbers
and storage life of lamb carcasses. Journal of Applied Bacteriology, Oxford,
v.53, p.335-341, 1982. Disponivei em: . Acesso em:
Kuswanto, K.R. dan S. Sudarmadji, 1988. Proses-proses Mikrobiologi Pangan. PAU
Pangan dan Gizi, UGM, Yogyakarta.
Lawrie, RA. 1979. Ilmu Daging. Parakkasi Aminuddin, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Terjemahan dari : Meat Science.
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Luning PA, Marcelis WJ, dan Jongen WMF. 2003. Food Management Quality-a
Techno-Managerial Approach. Wageningen: Wageningen Pers.
Maruddin, F. 2004. Kualitas Daging Sapi Asap Pada Lama Pengasapan Dan
Penyimpanan. J. Sains & Teknologi, Agustus 2004, Vol.4 No.2: 83-90. ISSN
1411-467483.
Martineli, T.M.,Junior, Oswaldo D.R.J., Natacha, D. C., Marita, V.C., Cristianne, L.F.,
Silvia. H.V.P. 2009. Microbiological counting in lamb carcasses from an
abattoir in Sao Paulo, Brazil. Ciencia Rural, Santa MarĂ­a, v,39, n,6, p, 18361841, set, 2009.
Mosupye, F. and Von Holy, A. 1999. Microbiological quality and safety of ready-to-eat
street-vended foods in Johannesburg, South Africa. J Food Prot 62, 1278 1284.
Mukartini, S.C Jehne, B. Shay and C.M.L Harfer. 1995. Microbiological Status of
Beefcarcass Meat in Indonesia. J. Food Safety 15 : 291 303.
Murayama F, dan O leary J. 1991. Reducing The Risk Of Foodborne Illness;
www.ca.uky.edu/agc/pubs/ip/ip29/1p29.htm [4 November 2004]
Muzarnis, E. 1982. Pengolahan Daging. CV. Yasaguna, Jakarta
Newton, K.G. 1978. Sources of psychrotrophic bacteria in the abattoir. Journal of
Applied
Bacteriology,
Oxford,
v.45,
p.75-82.
Disponivei
em:
. Acesso em: 21 ago.
2008. Doi: 10.1111/j.1365-2672.1978.tb04200.x.
Nuhriawangsa, A.M.P., dan Lilik R.K. 2005 Buku Asistensi Praktikum Mikrobiologi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Nurwatoro dan Siregar Abbas.,1997. Mikrobiologi Pangan Hewan dan Nabati.
Kanisius Yogyakarta.

Kanisius,Yogyakarta Obi, C.L. and Bessong, P.O. (2002) Diarrhoeagenic bacterial
pathogens in HIV positive patients with diarrhoea in rural communities of
Limpopo Province, South Africa. J Health Pop Nut 20, 230 234.
Obi, C.L., Ramalivhana, J., Momba, M.N.B., Onabulu, B. Igumbor, J.O., Lukoto, M.,
Mulaudzi, T.B., Jansen van Rensburg, E.L. 2007. Antibiotic resistance profiles
and relatedness of enteric bacterial pathogens isolated from HIV AIDS patients
with and without diarrhoea and their household drinking water in rural
communities in Limpopo Province South Africa. Afr J Biotech 6, 1035 1047.
Pratitasari, D. 2011. Menguak Misteri Wabah E.Coli. NIRMALA : Hidup Sehat Alami.
Edisi Juli. PT. Narya Gunatra. Jl. Ir. H. Juanda No. 100, Ciputat Raya,
Tangerang Selatan 15419.
Rahayu, E.S. 2006. Amankan Produk Pangan Kita : Bebaskan dari Cemaran
Berbahaya. Apresiasi peningkatan mutu hasil olahan pertanian. Dinas Pertanian
Propinsi DIY dan Kelompok Pemerhati Keamanan Mikrobiologi Produk
Pangan, Yogyakarta.
Rahmianna, A.A. 2006. Aflatoksin pada kacang tanah dan usaha untuk
mengendalikannya. Makalah disampaikan dalam Pertemuan Forum Aflatoksin
Indonesia, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
24 Februari 2006.
Riemann, H. and F.L. Bryan. 1979. Foodborne Infection and Intoxication. 2
edition, Academic Press, Inc., San Diego.
Sartika, R.A.D., Yvonne M. I., Sudiarti, M. T. 2005. Analisis Mikrobiologi Escherichia
Coli O157 : H7 Pada Hasil Olahan Hewan Sapi dalam Proses Produksinya.
Makara, Kesehatan. Vol 9, No 1, Juni : 23 28. Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok ,
Indonesia.
Setiowati, E. W dan Mardiastuti, I. S. 2009. Tinjauan Bahan pangan Asal Hewan yang
ASUH Berdasarkan Aspek Mikrobiologi di DKI Jakarta. Prosiding PPI
Standardisasi 2009, Jakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Steel, R.G.D & Torrie, J.H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi ke-2. Alih Bahasa, Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sudarmaji, Slamet, Haryono, B dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Jogjakarta.

Todar, K., 1997. Bacteriology 330 Lecture Oxoid. 1998. The Oxoifl Mcmuof. 8 Ed.
Universitas Indonesia, Depok.
Toit, D.L. and Irma, V. 2005. Food practices associated with increased risk of bacterial
food- borne disease of female students in self-catering residences at the Cape
Peninsula University of Technology. J Family Ecol Consumer Sci 33, 73 88.
Usmiati, Sri. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kampus Penelitian Pertanian. Jl.
Tentara Pelajar 12 Cimanggu, Bogor.
Vorster, S.M., Greebe, R.P. and Nortje, G.L. 1994. Incidence of Staphylococcus aureus
and Escherichia coli in ground beef, broilers and processed meats in Pretoria,
South Africa. J Food Prot 57, 305 310.
Wahyudi, Gie. 2011. Wabah Bakteri Escherichia coli Strain O104:H4 Melanda Jerman.
Writers never quit, Juni, Jakarta.
Winarno, F.G., Fardiaz, S., Fardiaz, D. 1980. Pengantar Ekologi Pangan. PT.
Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia, Jakarta. World
Health Organization. 1993. Evaluation of Certain Food Additives and Contaminants.
Technical Report Series 1993, No. 837. Geneva.

Wuryaningsih, E. 2005. Kebijakan pemerintah dalam pengamanan pangan asal hewan.
Prosiding Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, Bogor, 14
September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm.
9 13.
Yanti, H., Hidayati, dan Elfawati. 2008. Kualitas Daging Sapi dengan Kemasan Plastik
PE (Polyethilen) dan Plastik PP (Polypropylen) di Pasar Arengka Kota Pakan
Baru. Fakultas Pertanian dan Peternakan, UIN Sultan Syarif Kasim Pakan Baru.
Jurnal Peternakan Vol 5 No. 1 Februari 2008 (22 27).
Yuliastuti, Dian. 2011. Kenali E.Coli dan Hindari. Tempointeraktif, Gaya Hidup, Edisi
Juni 2011, 44, Jakarta.