PEMANFAATAN ECENG GONDOK UNTUK MENGURANG

PEMANFAATAN ECENG GONDOK UNTUK MENGURANGI
KADAR LOGAM BERAT PADA PERAIRAN

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang Dibina oleh Ibu Frida Siswiyanti

Oleh :
Fiqry Addina Ardy

(140341600043)

Offering A 2014

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
November 2014

PEMANFAATAN ECENG GONDOK UNTUK MENGURANGI

KADAR LOGAM BERAT PADA PERAIRAN
Oleh:
Fiqry Addina Ardy

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingginya aktivitas dan kebutuhan manusia terhadap barang-barang hasil
pengolahan industri mendorong maraknya pendirian pabrik-pabrik industri di
sekitar lingkungan tempat tinggal penduduk. Hal tersebut mempengaruhi jumlah
limbah industri yang semakin bertambah setiap tahunnya. Perkembangan
teknologi yang semakin canggih tentunya mendorong dampak buruk bagi
lingkungan di sekitarnya. Hal ini disebabkan semakin canggih alat yang
digunakan maka akan semakin banyak jenis bahan sisa berbahaya yang sulit untuk
diolah kembali ataupun dimusnahkan. Oleh sebab itu, limbah hasil pengolahan
industri dapat menimbulkan dampak pencemaran yang sangat dasyat, terutama
pencemaran air.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai, hal tersebut
menimbulkan kerugian karena air menjadi sesuatu yang berharga dan dibutuhkan
dalam segala aktivitas. Sungai-sungai yang saat ini telah tercemar limbah,
terutama logam berat tidak layak untuk dikonsumsi. Sungai-sungai yang telah

tercemar oleh logam berat, misalnya, sungai yang ada di daerah Malang,
Surabaya, Jakarta dan beberapa sungai lainnya yang terdapat pada kawasan/
lingkungan industri.
Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada di
alam ini. Air digunakan manusia untuk memasak, menyuci, minum, dan lain
sebagainya. Jika air yang dikonsumsi manusia tidak layak lagi, maka akan
berdampak pada kesehatan manusia.
Masyarakat awam umumnya tidak mengetahui bahwa air yang digunakan
telah tercemar limbah beracun dan logam berat. Hal tersebut baru diketahui

setelah adanya korban dari dampak kelalaian tersebut, seperti diare dan sakit
perut. Logam berat berbahaya bagi manusia karena dapat mengakibatkan efek
biotoksik pada manusia yang kemudian menimbulkan penyakit akut maupun
kronis. Organisasi Kesehatan Dunia (World Healthn Organization/WHO)
menemukan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari keberadaan logam
berat di rantai makanan, meski dalam konsentrasi yang sangat kecil. Bahkan
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States Environment
Protection Agency/ USEPA) mengklasifikasikan beberapa logam berat ke dalam
daftar “Top 20 Hazardous Substance Priority List” yang mereka rilis. Logam berat
tersebut antara lain raksa pada peringkat 6, kadmium pada peringkat 7, kromium

peringkat 8, dan nikel di peringkat 13. Kemudian, pada posisi pertama ditempati
oleh arsenik sebagai substansi yang paling berbahaya (Srivastava, S. 2010:2). Dari
paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan limbah logam berat di
lingkungan akuatik sangat mengancam keberlangsungan lingkungan dan
organisme. Pembuangan limbah yang belum diolah secara sempurna ke sungai
juga akan menimbulkan bau yang tidak sedap bagi masyarakat yang berada di
sekitar bantaran sungai sehingga dapat mengganggu sistem pernapasan
masyarakat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak penelitian yang dilakukan
untuk megurangi kadar limbah, terutama logam berat yang berada di perairan
melalui cara biologis, yaitu dengan menggunakan tanaman enceng gondok
(Eichornia crassipes Solms). Enceng gondok (Eichhornia crassipes Solms)
merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kemampuan sebagai biofilter.
Dengan adanya mikrobia rhizosfera pada akar dan didukung oleh daya absorbsi
serta akumulasi yang besar terhadap bahan pencemar tertentu, maka dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif pengendali pencemaran di perairan (Marianto,
2001 dalam Setyowati, 2005). Oleh karena itu, eceng gondok dapat digunakan
sebagai penyerap bahan-bahan kimia yang ada di perairan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa kemampuan
penyerapan akar pada eceng gondok sangat besar. Beberapa peneliti yang meneliti

hal tersebut menjelaskan tingginya daya serap eceng gondok terhadap unsur Cd,
Hg, dan Ni. Menurut Effendi (2000) kemampuan penyerapan Na sebesar 9,8%

dari 228,6 mg/L Na dan Cl 19,3% dari 628,1 mg/L Cl. Penelitian mengatakan
bahwa eceng gondok mampu menurunkan kadar besi (Fe).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.
(1) Apa kandungan eceng gondok yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
kadar logam berat pada perairan?
(2) Bagaimana pengolahan eceng gondok dalam mengurangi kadar logam berat
pada perairan?
(3) Apa kelebihan dan kekurangan eceng gondok untuk mengurangi kadar logam
berat pada perairan?
2. PEMBAHASAN
2.1 Kandungan Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solms) yang dapat
Dimanfaatkan untuk Mengurangi Kadar Logam Berat pada Perairan
Untuk mengatasi adanya logam berat pada perairan, digunakan eceng
gondok yang mampu menyerap logam berat. Menurut Syahrul (1998 dalam Rita
D, 2009) kemampuan menyerap logam berat karena adanya protoplasma dan

jaringan Eichornia crassipes Solms yang terdapat banyak ruang besar. Di dalam
sel terdapat asam amino seperti glisin, asam glutamat, protein, dan asam aspartat
dalam jumlah yang besar, serta juga terdapat gugus karboksilat dan gugus
hidroksil yang dengan mudah membentuk senyawa kelat dengan logam berat yang
ada di lingkungan.
Logam berat yang terdapat di lingkungan dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu
logam berat esensial dan logam berat tidak esensial. Logam berat esensial yakni
logam yang dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme. Logam ini
dalam jumlah yang berlebihan bisa menimbulkan efek toksik, contohnya Zn, Cu,
Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Logam berat tidak esensial yakni logam yang
keberadaannya dalam tubuh manusia masih belum diketahui manfaatnya, bahkan
bersifat toksik seperti Hg, Cr, Cd, Pb dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2000) mengemukakan bahwa
kemampuan penyerapan eceng gondok terhadap Na sebesar 9,8% dari 228,6 mg/L

Na dan Cl 19,3% dari 628,1 mg/L Cl. Kemampuan lain dari eceng gondok yaitu,
dalam waktu 30 hari mampu menyerap logam berat plumbum sampai keadaan
yang tidak bisa terdeteksi lagi atau pada titik nol, yang semula konsentrasi awal
logam ini berjumlah 0,40 ppm.


Gambar 2.1 Eceng Gondok (Sumber: Nirhono, 2010)

Penelitian lain menunjukan bahwa tanaman eceng gondok banyak
mengandung asam humat. Senyawa itu menghasilkan fitohormon yang mampu
mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Selain sebagai penyerap logam berat,
eceng gondok juga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pupuk organik karena
tanaman ini mengandung asam sianida, tripernoid, alkanoid, dan kaya kalsium.
Kemampuan eceng gondok dalam mengurangi kadar logam berat pada
perairan juga didukung dengan adanya keunggulan tanaman ini dalam melakukan
kegiatan fotosintesis, penyediaan oksigen dan penyerapan sinar matahari. Selain
itu, struktur tubuh eceng gondok juga menjadi bagian penting dalam proses
tersebut. Bagian dinding permukaan akar, batang dan daunnya memiliki lapisan
yang sangat peka sehingga pada kedalaman yang ekstrem sampai 8 meter di
bawah permukaan air masih mampu menyerap sinar matahari serta zat-zat yang
larut di bawah permukaan air. Akar, batang, dan daunnya juga memiliki kantungkantung udara sehingga mampu mengapung di air. Struktur tanaman eceng
gondok dapat dilihat pada gambar 2.1.
Struktur tanaman eceng gondok yang digunakan dalam penyerapan logam
berat pada perairan, misalnya, akar. Bahan-bahan organik maupun anorganik

termasuk logam berat, khususnya Cu yang terlarut di dalam air dapat direduksi

oleh mikrobia rhizosfera yang terdapat pada akar eceng gondok dengan cara
menyerapnya dari perairan dan sedimen kemudian mengakumulasikan bahan
terlarut ini ke dalam struktur tubuhnya (Suriawiria, 1993). Selain itu, sel-sel akar
pada eceng gondok umumnya mengandung ion dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dari pada medium sekitarnya yang biasanya bermuatan negatif. Penyerapan
ini melibatkan energi sebagai konsekuensi dan keberadaannya. Kation
memperlihatkan adanya kemampuan ion untuk masuk ke dalam sel secara pasif ke
dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus diangkut secara aktif
kedalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan
gradient elektrokimia (Foth, 1991 dalam Rita D, 2009).
Proses penyerapan eceng gondok dalam menyerap kadar logam berat pada
perairan dilakukan dengan menggunakan sel-sel yang terdapat dalam tubuh
tanaman, tepatnya pada sel-sel akar. Eceng gondok bisa melakukan perubahan pH
di dalam akar, kemudian membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor.
Zat inilah yang kemudian mengikat logam dan dibawa kedalam sel akar. Agar
penyerapan logam meningkat, maka eceng gondok membentuk molekul rediktase
di membran akar. Model tranportasi didalam tubuh tanaman ini adalah logam
yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan
floem, lalu ke bagian tanaman lain. Lokalisasi logam pada jaringan bertujuan
untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, sehingga tanaman akan

melakukan detoksifikasi, misalnya menimbun logam ke dalam organ tertentu
seperti akar (Foth, 1991 dalam Rita D, 2009).
Keunggulan lain dari eceng gondok adalah dapat menyerap senyawa
nitrogen dan fosfor dari air yang tercemar, serta berpotensi untuk digunakan
sebagai komponen utama pembersih air limbah dari berbagai industri dan rumah
tangga. Menurut Widyanto dan Suselo (1977 dalam Hartanti, 2013), kemampuan
eceng gondok dalam menyerap logam berat tergantung pada beberapa hal, seperti
jenis logam berat dan umur gulma. Penyerapan logam berat per satuan berat
kering tersebut lebih tinggi pada umur muda daripada umur tua. Logam berat
beracun yang dapat diserap oleh eceng gondok terhadap berat keringnya adalah
Cd (1,35 mg/g), Hg (1,77 mg/g), dan Ni (1,16 mg/g) dengan larutan yang masing-

masing mengandung logam berat sebesar 3 ppm. Muramoto dan Oki (1983 dalam
Tosepu, 2012) mengungkapkan, eceng gondok mampu menyerap logam berat Cd
sebesar 1,24 mg/g; Pb sebesar 1,93 mg/g; dan Hg sebesar 0,98 mg/g terhadap
berat keringnya yang ditumbuhkan dalam media yang mengandung logam berat 1
ppm. Sementara itu, hasil percobaan lain menunjukkan kadar logam berat Hg dan
As yang mampu diserap oleh eceng gondok masing-masing sebesar 2,23 dan 3,28
mg/g dari berat keringnya.
2.2 Cara Pengolahan Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solms) dalam

Mengurangi Kadar Logam Berat pada Perairan
Untuk mengolah eceng gondok menjadi tanaman yang dapat mengurangi
kadar logam berat pada perairan dibutuhkan beberapa cara/metode. Metode yang
digunakan yaitu, baik yang secara langsung menggunakan tanaman eceng gondok
hidup, maupun menggunakan eceng gondok dalam bentuk serbuk. Jika
diaplikasikan di dalam pengolahan limbah, khususnya limbah cair, maka
keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penggunaan eceng gondok hidup memerlukan areal yang cukup luas untuk
pembuatan kolam penampungan limbah sebagai media berkembangnya tanaman.
Sementara, serbuk eceng gondok digunakan untuk pengolahan limbah sebagai
adsorben di dalam kolam adsorpsi. Kendala yang dihadapi adalah serbuk eceng
gondok akan sulit untuk dikeluarkan dalam kolam, dan memerlukan bantuan
pompa pendorong untuk mengalirkan air limbah karena packing kolam yang
sangat rapat. Jika menggunakan serbuk eceng gondok, sewaktu dilakukan variasi
ukuran serbuk dengan ukuran yang sangat halus, kolam tidak sanggup lagi
dilewati cairan karena packingnya tertutup oleh serbuk-serbuk halus arang aktif.
Berdasarkan hal tersebut, maka serbuk eceng gondok memerlukan penanganan
lebih lanjut untuk bisa dijadikan sebagai media adsorben agar mudah digunakan.
Cara lain yang digunakan dalam mengurangi kadar logam berat pada
perairan adalah dengan menggunakan tanaman eceng gondok yang dibakar dan

dijadikan karbon aktif. Karbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan sehingga
pori-porinya terbuka dan mempunyai permukaan yang luas antara 300-2000 m 2/gr.
Permukaan yang luas tersebut dapat menyerap gas, uap, dan sebagai pemucat

(Ratnani, 2005 dalam Komalasari, 2013). Karbon aktif dalam proses penjernihan
air selain mengadsorpsi logam-logam berat seperti besi, tembaga, dan nikel, juga
dapat menghilangkan bau, warna dan rasa yang terdapat dalam larutan atau
buangan air. Hal itu disebabkan karena arang aktif lebih bersifat non polar, maka
komponen non polar dengan berat molekul tinggi (4 sampai 20 atom karbon) yang
terdapat dalam air buangan pabrik dapat diadsorpsi oleh arang aktif (Buekens et
al., 1985 dalam Komalasari, 2013).
Tanaman eceng gondok digunakan untuk mengolah air buangan karena
aktivitas tanaman ini mampu mengolah air buangan domestik dengan tingkat
efisiensi yang tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan BOD, partikel suspense
secara biokimiawi dan mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg,
Cd, Cu, Fe, Mn, dan Zn dengan baik. Kemampuan menyerap logam persatuan
berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda daripada umur tua
(Widianto, 1986 dalam Komalasari, 2013).
Selain menggunakan cara di atas, proses pengolahan limbah logam berat
dapat dilakukan secara alami menggunakan tubuh tanaman eceng gondok, lebih

tepatnya pada bagian akar. Akar pada tanaman eceng gondok mengandung ion-ion
yang dapat mengikat atau menyerap logam berat. Menurut Fitter dan Hay (1991
dalam Rita D, 2009), terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar tanaman
diantaranya melalui aliran massa dan difusi. Penyerapan melalui aliran massa
terjadi ketika ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang
disebabkan oleh transpirasi, sedangkan difusi terjadi jika gradient konsentrasi
dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar.
Penyerapan ion dalam tanaman eceng gondok terjadi apabila dua hal
terpenuhi. Dua hal penting tersebut pertama, adanya energi metabolik yang
diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan dibatasi
maka pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit. Kedua, proses pengambilan
bersifat selektif karena tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi penyerapan
ion tertentu pada kondisi lingkungan yang luas (Foth, 1991 dalam Rita D, 2009).

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia
crassipes Solms) untuk Mengurangi Kadar Logam Berat pada Perairan
Tanaman eceng gondok memiliki kelemehan dan kelebihan dalam
mengurangi kadar logam berat pada perairan. Kelebihan tanaman eceng gondok
adalah mempunyai daya regenerasi yang cepat. Hal itu dapat dilihat dari
potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang
menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok juga sangat peka terhadap keadaan
unsur hara didalam air apabila kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar
unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya
terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan. (Soerjani, 1974).
Setiap 10 tanaman enceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000
tanaman baru dalam waktu 8 bulan. Hal ini sangat membantu dalam mengurangi
kadar logam berat dengan cepat.
Namun, di samping memiliki manfaat untuk mengurangi kadar logam
berat pada perairan tanaman ini juga memiliki kelemahan, yaitu :
1) mengurangi jumlah oksigen dalam air karena pertumbuhan yang begitu
cepat pada tanaman ini bisa menutupi seluruh perairan, akibatnya jumlah
cahaya yang masuk ke dalam air akan semakin berkurang dan tingkat kelarutan oksigen pun akan berkurang,
2) perairan menjadi dangkal karena eceng gondok yang telah mati akan
menumpuk sedikit demi sedikit ke permukaan, sehingga seiring
berjalannya waktu perairanpun akan menjadi dangkal,
3) mengurangi jumlah air karena tanaman eceng gondok bisa menyebar
hingga ke seluruh permukaan air. Hal ini menyebabkan evapotranspirasi
yang berarti jumlah kehilangan air akan bertambah akibat pertumbuhan
eceng gondok yang begitu cepat dan memiliki daun yang lebar,
4) mengganggu lalu lintas di perairan bagi para nelayan karena perahu
mereka sering terjebak dalam lautan eceng gondok dan sulit untuk
bergerak. Meningkatnya habitat baru dengan semakin bertambah banyak
tanaman eceng gondok, juga bisa menjadi faktor penyebab timbulnya
penyakit, dan

5) merusak keindahan perairan karena jumlahnya yang sangat banyak apabila
pertumbuhannya tidak dikontrol. Eceng gondok diibaratkan seperti rumput
liar pada daratan, tapi bedanya eceng gondok ini tumbuh di perairan
sehingga perlu adanya penanganan supaya perairan tetap terlihat indah.
3. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dibahas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
(1) Penyerapan logam berat dapat dilakukan oleh eceng gondok karena adanya
protoplasma dan jaringan yang terdapat banyak ruang besar. Selain itu,
terdapat asam amino seperti glisin, asam glutamat, protein, dan asam
aspartat dalam jumlah yang besar, serta gugus karboksilat dan gugus
hidroksil yang dengan mudah membentuk senyawa kelat dengan logam
berat yang ada di lingkungan. Selain itu, akar eceng gondok bisa
melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat yang
disebut fitosiderofor yang mengikat logam dan dibawa kedalam sel akar.
(2) Metode yang digunakan untuk pengolahan eceng gondok sebagai media
penyerap logam berat pada perairan dilakukan dengan dua cara, baik yang
secara langsung menggunakan tanaman eceng gondok hidup, maupun
menggunakan eceng gondok dalam bentuk serbuk. Cara lainnya dengan
menggunakan eceng gondok yang dijadikan karbon aktif maupun
menggunakan kandungan ion yang terdapat dalam akar tanaman eceng
gondok.
(3) Kelebihan tanaman eceng gondok dalam mengurangi kadar logam berat
pada perairan, yaitu daya regenarasi yang yang cepat sehingga setiap
potongan vegetatifnya dapat berkembang menjadi individu dewasa. Di
sampng kelebihannya, tanaman eceng gondok memiliki kekurangan karena
pertumbuhannya yang cepat menyebabkan perairan tertutup rapat sehingga
mengurangi kadar oksigen dalam air, mengurangi jumlah air di perairan
sehingga terjadi pendangkalah, mengganggu arus lalu lintas nelayan, dan
merusak keindahan perairan jika pertumbuhannya tidak dikontrol.

DAFTAR RUJUKAN
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, (online),
(http://books.google.co.id/books/about/TELAAH_KUALITAS_AIR_Bagi_
Pengelolaan_Sum.html), diakses 1 Oktober 2014.
Hartanti, P. I., Alexander Tunggul Sutan Haji., Ruslan Wirosoedarmo. 2013.
Pengaruh Kerapatan Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes)
Terhadap Penurunan Logam Chromium pada Limbah Cair Penyamakan
Kulit. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Komalasari, A. 2013. Ringkasan Eksekutif Penelitian: Penggunaan Karbon Aktif
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) sebagai Adsorben Limbah
Pemindangan Ikan Di Daerah Warung Jambu, Bogor, (online),
(http://www.sobatbumi.com/inspirasi/view/496/Ringkasan-Eksekutif
Penelitian-Penggunaan-Karbon-Aktif-Eceng-Gondok-Eichhorniacrassipes-sebagai-Adsorben-Limbah-Pemindangan-Ikan-Di-DaerahWarung-Jambu-Bogor#sthash.q7S6RPNn.dpuf), diakses 4 November
2014.
Nirhono.

2010.

Manfaat

Dibalik

Eceng

Gondok,

(online),

(http://nirhono.wordpress.com/2010/06/page/4/), diakses 18 November
2014.
Rita D, Ratnani, Indah Hartati, Laeli Kurniasari. 2009. Pemanfaatan Eceng
Gondok

(Eichornia

Crassipes)

Untuk

Menurunkan

Kandungan

Cod(Chemical Oxygen Demond), Ph, Bau, dan Warna pada Limbah Cair
Tahu. Jurnal Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Untuk
Menurunkan Kandungan Cod. Vol. 7, No. 1, April 2011 : 41 – 47.
Setyowati, S, Nanik Heru Suprapti, dan Erry Wiryani. 2005. Kandungan Logam
tembaga (Cu) dalam Eceng Gondok (Eichhornia crassipes Solms.),
Perairan dan Sedimen Berdasarkan Tata Guna Lahan di Sekitar Sungai
Banger, Pekalongan. Lab. Ekologi & Biosistematik, Jurusan Biologi,
FMIPA. UNDIP.

Soerjani, M. J. V. 1974. “Aquatic Weed Problems and Control in Southeast Asia
Tropical Pest Biologi“. Seameo – Biotrop. Bogor, Indonesia.
Srivastava, S, & P. Goyal. 2010. Novel Biomaterials Decontamination of Toxic
Metals

from

Wastewater.

Heidelberg:

Springer-Verlag,

(online),

(http://books.google.co.id/books?
id=rJdSfMlAzP4C&pg=PA21&lpg=PA21&dq=Srivastava,+S.,+%26+P.
+Goyal.
+2010.+Novel+Biomaterials+Decontamination+of+Toxic+Metals+from+W
astewater.html), diakses 1 Oktober 2014.
Suriawiria, U. 1993. Mikrobiologi Air. Alumni Bandung Press. Bandung.
Tosepu, R. 2012. Laju Penurunan Logam Berat Plumbum (Pb) dan Cadmium (Cd)
oleh Eichornia Crassipes dan Cyperus Papyrus. Jurnal
Lingkungan, Vol. 19, No.1, Maret. 2012: 37 – 45.

Manusia Dan