inflasi indonesia mengganggu pertumbuhan di Indonesia

Makalah

TINGKAT INFLASI INDONESIA MENGGANGGU
PEREKONOMIAN NASIONAL
Dosen Pengampu: Drs. Jhonson M.Si
Disusun oleh:
Marni Sihombing
7131141068

FAKULTAS EKONOMI
PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan rahmat-Nya makalah tentang “tingkat inflasi indonesia
mengganggu perekonomian nasional” dapat saya selesaikan dengan baik.
Inflasi merupakan proses naiknya harga-harga secara umum dan terusmenerus. Inflasi memang tidak secara otomatis menurunkan standar hidup,
namun inflasi tetap merupakan masalah.
Melalui makalah ini, kita didorong agar mampu memahami bagaimana

inflasi dan kenapa inflasi itu bisa terjadi.
Terakhir, terima kasih saya ucapkan kepada para penulis yang tulisannya
saya kutip sebagai bahan rujukan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Tentu saja makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat perbaikan makalah ini sangat diharapkan demi
perkembangan diwaktu yang akan datang.

Medan, Mei 2014

Penyusun

i

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi

i

ii


BAB I PENDAHULUAN

1

a. Latar
Belakang........................................................................................................
...................1
b. Rumusan
Masalah.........................................................................................................
............2
c. Tujuan
Makalah.........................................................................................................
................2
BAB II PEMBAHASAN

3

A. PENGERTIAN
INFLASI..........................................................................................................

.......3
B. PENYEBAB TERJADINYA
INFLASI................................................................................................6
C. CARA MENGATASI
INFLASI.........................................................................................................
8
D. DAMPAK INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN
NASIONAL.....................................................10
BAB III PENUTUP

13

A. KESIMPULAN..................................................................................................
..........................13
B. SARAN...........................................................................................................
...........................13
DAFTAR PUSTAKA 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami
kenaikan secara terus-menerus atau dengan kata lain terjadi penurunan nilai mata
uang dalam negeri. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi yang sering
muncul dan dialami oleh hampir semua negara di dunia khususnya di Indonesia. Tiap
negara menghindari inflasi itu, karena sangat mengganggu jalannya perekonomian.
Oleh karena itu, inflasi dijadikan fokus dari kebijakan ekonomi di semua negara untuk
diatasi.
Pemerintah memang sulit untuk menurunkan laju inflasi karena menurunkan
laju inflasi juga berdampak terhadap meningkatnya pengangguran. Ada pendapat
yang mengemukakan hubungan antara inflasi dan pengangguran bersifat negatif.
Apabila pengangguran dikurangi maka tingkat inflasi naik, dan sebaliknya jika inflsi
diturunkan maka pengangguran naik. Hal ini dikemukakan oleh ahli ekonomi inggris
bernama A. W. Philip.
Penyebab terjadinya inflasi

yaitu dari aspek permintaan dan penawaran.

Terjadinya inflasi karena kelebihan permintaan, kenaikan biaya produksi, khususnya

kebijakan pemerintah yang kurang tepat.
Banyak dampak yang disebabkan oleh inflasi baik terhadap perekonomian,
masyarakat, dan terhadap kehidupan politik berbangsa dan bernegara. Pemerintah

tidak bisa menghapuskan inflasi. Namun pemerintah berusaha untuk membuat
berbagai kebijakan untuk mengatasi inflasi yang mengganggu perekonomian nasional.
Dalam bab pembahasan akan dijelaskan lebih mendalam tentang tingkat inflasi
mengganggu perekonomian nasional.

1

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian diatas, antara lain:
1. Apa pengertian dari inflasi
2. Apa penyebab terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional
3. Bagaimana cara mengatasi inflasi agar tidak mengganggu perekonomian nasional.
4. Bagaimana dampak inflasi terhadap perekonomian

C. Tujuan makalah
Makalah dirancang untuk menerangkan bahwa inflasi indonesia mengganggu

perekonomian nasional. Namun meskipun demikian melalui makalah ini pembaca
semakin mengetahui inflasi dan apa sebenarnya penyebab dari inflasi itu.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum mengalami
kenaikan secara terus-menerus atau dengan kata lain terjadi penurunan nilai mata
uang dalam negeri. Seperti halnya terjadi pada negara- negara berkembang dan pada
umumnya fenomena inflasi di indonesia masih menjadi satu dari berbagai penyakit
ekonomi makro yang meresahkan pemerintah terlebih bagi masyarakat.
Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga
(2001: 237) menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga
umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang
terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut Rahardja
(1997: 32) Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara
umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka

hal ini disebut inflasi.
Sementara itu Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa Inflasi adalah kenaikan
terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini
naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi.
Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa Inflasi adalah suatu proses

kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya BPS
(2000: 10) mendefinisikan Inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas
ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang
dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian
angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap,
dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang.

3
Memang menjelang akhir pemerintahan orde baru (sebelum krisis moneter)
angka inflasi tahunan dapat ditekan sampai pada single digit. Tetapi secara umum
masih mengandung kerawanan jika dilihat dari seberapa besar persen kelompok
masyarakat golongan miskin yang menderita akibat inflasi. Apalagi setelah semakin
berlanjutnya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi yang menjadi
salah satu dari penyebab jatuhnya pemerintahan orde baru, angka inflasi cenderung

meningkat drastis mencapai >75% pada tahun 1998, dan diperparah dengan semakin
besarnya presentase golongan masyarakat miskin. Sehingga bisa dikatakan bahwa
angka inflasi di Indonesia termasuk dalam kategori tinggi, tetapi dengan meninjau
presentase golongan masyarakat ekonomi bawah yang menderita akibat inflasi cukup
besar, maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa inflasi di indonesia telah masuk dalam
hyperinflation.
Inflasi atau kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menurus bagi
sebuah negara sebenarnya merupakan hal yag wajar, selama tidak melebihi batas
normal, berlangsung singkat dan masih dapat terkendalikan oleh pemerintah. Inflasi
ini dianggap berbahaya karena dapat menyebabkan dampak negatif seperti
menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya distribusi pendapatan dan
mengganggu stabilitas ekonomi. Seperti halnya inflasi, pengangguran yang terus
meningkat merupakan masalah bagi pembangunan ekonomi. Pengangguran yang
terus meningkat biasanya berdampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dan stabilitas nasional.

JENIS-JENIS INFLASI
1. Menurut Tingkat Keparahan atau Laju Inflasi
a. Inflasi ringan (creeping inflation)
Adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10 % setahun, sehingga inflasi

ini tidak begitu dirasakan. Inflasi ini sering disebut juga inflasi yang
merayap, dan tidak begitu mengganggu perekonomian secara nasional.
Seperti pada tahun 2004 lalu di Indonesia laju inflasi di bawah 10 %,
sehingga perekonomian Indonesia pada posisi yang stabil.

4
b. Inflasi sedang
Adalah inflasi yang lajunya antara 10%-30% setahun. Pada tingkatan ini
mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski tidak begitu signifikan,
dan jika tidak segera diatasi akan menjadi inflasi berat.
c. Inflasi berat
Inflasi yang lajunya berada pada batas antara 30%-100% setahun. Pada
tingkat ini harga-harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan
sulit dikendalikan. Indonesia pernah mengalami inflasi berat pada tahun
1998. Pada waktu itu inflasi per Desember mencapai 77,63 %.
d. Hiperinflasi
Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena dapat terjadi secara besar-besaran
dan jika diukur berada di atas 100% setahun. Di Indonesia pada tahun
1966 pernah mengalami inflasi sebesar 600%, hal ini disebab-kan
pencetakan uang baru secara besar-besaran untuk menutup defisit

anggaran pada waktu itu.
2. Menurut Penyebab Awal Inflasi
a. Inflasi tarikan permintaan ( demand pull inflation.)
Adalah inflasi yang disebabkan adanya kenaikan permintaan. Kenaikan
permintaan ini sering dinamakan kelebihan permintaan. Kenaikan
permintaan masyarakat akan barang-barang dan jasa ini bisa disebabkan
oleh:

a) bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru;
b) bertambahnya investasi swasta karena adanya kredit murah; dan
c) bertambahnya permintaan barang-barang ekspor.
Apabila permintaan barang-barang tersebut bertambah terus-menerus,
sedangkan seluruh faktor-faktor produksi sudah sepenuhnya digunakan maka
hal ini akan mengakibatkan kenaikan harga. Kenaikan harga yang secara
terus-menerus inilah yang disebut inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh adanya
kenaikan permintaan inilah yang dinamakan inflasi tarikan (Demand Pull
Inflation).

5

3. Berdasarkan Asal Inflasi
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri disebut domestic inflation, yaitu
inflasi yang disebabkan adanya peristiwa ekonomi dalam negeri,
misalnya terjadi defisit anggaran belanja negara yang secara terusmenerus, kemudian pemerintah memerintahkan Bank Indonesia untuk
mencetak uang baru dalam jumlah besar. Atau misalnya karena panen
yang gagal secara menyeluruh.
b. Inflasi yang tertular dari luar negeri, yang dikenal dengan imported
inflation, yaitu penularan melalui harga barang impor. Inflasi ini
umumnya terjadi di negara berkembang yang mana sebagaian besar
bahan baku dan peralatan dalam unit produksinya berasal dari luar
negeri. Misalnya di Jepang terjadi inflasi, sedangkan bahan-bahan
untuk keperluan industri perakitan mobil, elektronik, foto, tekstil,
farmasi dan lain-lain Indonesia mengimpor dari Jepang.
Dengan adanya inflasi maka bahan-bahan tersebut ikut naik.
Indonesia sebagai negara pengimpor mau tidak mau juga harus
mengikuti kenaikan harga tersebut, imbasnya mau tidak mau hasil
produksi dari unit produksi juga akan naik. Selanjutnya hal ini juga
akan mengakibatkan inflasi di Indonesia.
B. PENYEBAB TERJADINYA INFLASI

Krisis moneter yang melanda Indonesia diawali dengan terdepresiasinya
secara tajam nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (terutama dolar
Amerika), akibat adanya domino effect dari terdepresiasinya mata uang Thailand
(bath), salah satunya telah mengakibatkan terjadinya lonjakan harga barangbarang yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Lonjakan harga barang-barang
impor ini, menyebabkan harga hampir semua barang yang dijual di dalam negeri
meningkat baik secara langsung maupun secara tidak langsung, terutama pada
barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Karena gagal
mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek, bahkan cenderung
berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi secara umum dan
semakin berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional melonjak cukup tajam.
6
Lonjakan yang cukup tajam terhadap angka inflasi nasional yang tanpa
diimbangi oleh peningkatan pendapatan nominal masyarakat, telah menyebabkan
pendapatan riil rakyat semakin merosot. Juga, pendapatan per kapita penduduk
merosot relatif sangat cepat, yang mengakibatkan Indonesia kembali masuk dalam
golongan negara miskin. Hal ini telah menyebabkan semakin beratnya beban
hidup masyarakat, khususnya pada masyarakat strata ekonomi bawah. Jika
melihat begitu dasyatnya pengaruh lonjakan angka inflasi di Indonesia (akibat dari
imported inflation yang dipicu oleh terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing) terhadap perekonomian nasional, maka dirasa perlu untuk
memberikan perhatian ekstra terhadap masalah inflasi ini dengan cara mencermati
kembali teori-teori yang membahas tentang inflasi; faktor-faktor yang menjadi
sumber penyebab timbulnya inflasi di Indonesia; serta langkah-langkah apakah
yang sebaiknya diambil untuk dapat keluar dari perangkap inflasi ini.
Faktor-faktor penyebab inflasi, antara lain:
a. Demand-Full Inflation
Deman full inflation merupakan kenaikan harga secara umum dan terus
menerus karena adanya kenaikan jumlah permintaan barang/jasa. Inflasi
ini terjadi karena adanya permintaan total, sedangkan kapasitas produk
telah berada atau hampir dalam kesempatan kerja penuh.
b. Cost-push Inflasion
Merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus sebagai akibat
adanya kenaikan biaya produksi. Cost Push Inflation biasanya ditandai

dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini biasanya
diawali dengan adanya penurunan dalam penawaran total karena kenaikan
biaya produksi.
Ada Beberapa Teori Tentang penyebab Inflasi yaitu sebagai berikut:
1. Teori kuantitas, mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah
pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat
mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
2. Teori Keynes, mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat
hidup diluar batas kemampuannya. Jika jumlah permintaan efektif dari
semua golongan masyarakat melebihi barang yang tersedia, maka
harga akan naik.
7
3. Teori Strukturalis, memberikan tekanan pada kekakuan dari struktur
perekonomian seperti yang terjadi di negara-negara berkembang.
C. CARA MENGATASI INFLASI
Pemerintah dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah inflasi ini. Kebijakan itu antara lain:
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
nasional dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara
jumlah uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
• Politik diskoto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah
uang yang beredar dapat dikurangi.Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan
tingkat bunga sehingga mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk
mengeluarkan pinjaman guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat.
Akibatnya, jumlah kredit yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang,
yang pada akhirnya mengurangi tekanan inflasi.
• Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar
modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang
beredar dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah.Operasi pasar terbuka
(open market operation), biasa disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money

policy), dilakukan dengan menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara,
kepada masyarakat dan bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat
dan pemberian kredit oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang pada akhirnya
dapat mengurangi tekanan inflasi.
• Peningkatan cash ratio:Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan
oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada
keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan jalan menaikan perbandingan antara
uang yang beredar dengan uang yang mengendap di dalam kas mengakibatkan
kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang
beredar akan berkurang. Menaikkan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga
jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi
berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
8

2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah.
Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah, sehingga pengeluaran
keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak menambah
pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
• Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah
konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak. Dan juga akan
mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada
daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa
yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.

3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan nom moneter adalah kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial
pemerintah maupun jumla uang yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif
untuk mengatasi inflasi. Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument
berikut:


Mendorong

agar

pengusaha

menaikkan

hasil

produksinya.

Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang
konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu
pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor
produksi bahan bakar, produksi beras.
•Menekan tingkat upah tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam
pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering

dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan
permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan
menimbulkan inflasi.
• Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga
maksimal.


Pemerintah

melakukan

distribusi

secara

langsung.

Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan
pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET).
Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan
yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar
gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang
dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
9
• Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara
melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).Sanering berasal dari bahasa
Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering
antara lain:

 Penurunan nilai uang
 Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan
bahwa simpanan yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan
jangka

panjang

oleh

pemerintah.

Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an
pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata
uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
 Kebijakan yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat
memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai
misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor
barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam
negeri cenderung menurunkan harga.
 Kebijakan penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan
penentuan ceiling price.

 Devaluasi adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap
mata uang luar negeri. Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah
melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri tetap stabil.
Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan dengan menurunnya nilai uang
satu negara terhadap nilai mata uang asing. Devaluasi juga merujuk
kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang sendiri
terhadap mata uang asing.
D. DAMPAK INFLASI TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi.
10
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
1. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun
1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun
pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin
hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak
dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang
bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

2. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika
tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari
tabungan masyarakat.
3. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan,
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

11
4. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh
lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen
akan temenyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen
bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak
sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
5. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang
bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan
ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.
6.

Inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa riil terhadap aset
finansial domestik menjadi rendah (bahkan seringkali negatif), sehingga dapat

mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi
tabungan domestik yang menjadi sumber dana investasi.
7. Inflasi dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat
menimbulkan defisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat
meningkatkan utang luar negeri.
8. Inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer
sumber daya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada
produsen.
9. Inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal ke luar negeri.
10. Inflasi yang tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal
yang dapat mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (Hera Susanti dkk, 1995).

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum
mengalami kenaikan secara terus-menerus atau dengan kata lain terjadi
penurunan nilai mata uang dalam negeri. Tentu saja kenaikan harga barang
merupakan akibat hasil interaksi antara permintaan dan penawaran. Maka
dari itu untuk mengatasi inflasi pemerintah mengambil kebijakankebijakan yang diperlukan untuk memecahkan masalah inflasi ini, seperti
kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan penentuan harga dan
indexing serta kebijakan yang terkait dengan output.

Inflasi berdampak buruk terhadap perekonomian. Inflasi dapat
berpengaruh terhadap distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi, dan
terhadap produk nasional.
B. SARAN
Pemerintah hendaknya melakukan pembenahan didalam struktur dan
sistem birokrasi dari penyaluran-penyaluran anggaran pembangunan agar
dapat meminimalisir penyelewengan yang selama ini terjadi, sehingga
efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dapat ditingkatkan

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Pengantar Ekonomi Makro. Team Pengampuh. Universitas Negeri
Medan.2014
2. Markwi,N. Glegory.2003. Pengantar Ekonomi, Jilid 1 & 2, edisi keenam.
Jakarta: Erlangga
3. Yuliana-Nurhayadi. 2011. Ekonomi. Jakarta: Bailmu
4. Dumairy. 1999. Matematika terapan untuk bisnis dan ekonomi.
Yogyakarta:BPFE
5. Website

14