Teori teori Perkembangan dalam Masa Rema

Teori-teori Perkembangan dalam Masa Remaja
Pembahasan tentang perkembangan remaja berkaitan dengan teori utama dari para tokohtokoh psikologi, yaitu psikoanalisa, kognitif, belajar social dan tigkah laku, serta ekologi.
Ketika suatu teori nampaknya mampu menjelaskan perkembangan remaja dengan tepat.
Perkembangan remaja bersifat kompleks dan mempunyai banyak sisi. Walaupun tidak ada
satu teori pun yang menjelaskan semua aspek perkembangan remaja, setiap teori telah
memberikan sumbangan pada pemahaman tentang perkembanga remaja ini. Secara
keseluruhan, bermacam-macam teori membantu untuk melihat keseluruhan mengenai remaja,
yaitu sebagai berikut:
1. Teori Psikoanalisa
Ahli teori psikoanalitik menegaskan bahwa pengalaman pada masa dini dengan orang
tua akan sangat membentuk perkembangan. Ciri-ciri tersebut dipelajari dalam teori
psikoanalisa yang utama, yaitu dari Sigmund Freud. Freud mengatakan bahwa kepribadian
memiliki tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur dari Freud tentang
kepribadian yang terdiri dari dari naluri, yang merupakan sumber energy psikis seseorang.
Ego adalah struktur kepribadian yang berfungsi meghadapi tuntutan realitas yang
dikemukakan Freud. Superego adalah struktur kepribadian dari Freud yang merupakan
cabang moral dari kepribadian.
Dari teori besar Freud yaitu id, ego, dan superego, Freud percaya bahwa dipenuhi oleh
ketegangan dan konflik. Untuk mengurangi ketegangan ini, remaja menyimpan informasi
dalam pikiran tidak sadar mereka. Ia juga mengatakan bahwa tingkah laku yang sekecil
apapun mempunyai makna khusus bila kekuatan tidak sadar di balik tingkah laku tersebut

ditampilkan.
Cara ego mengatasi konflik antara tuntutannya untuk realitas, keinginan id dan
kekangan dari superego yaitu dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense
mechanisme), artinya istilah psikoanalisa ini untuk metode yang tidak disadari ego merusak
realitas dan karena itu melindungi dirinya dari rasa cemas. Menurut Freud tahap permulaan
dari perkembangan kepribadian, adalah sebgai berikut :


Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18 bulan pertama,
dimana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.



Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 1,5 dan 3
tahun, di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang
berhubungan dengan anus.



Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 3 sampai 6

tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki. Artinya kesenangan berpusat
pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan
kesenangan.



Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 6 tahun
dan pubertas, anak menekan semua minat seksual da mengembangkan keterampilan inteletual
dan social.



Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada masa pubertas.
Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual, sumber kesenangan
seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya.
Erikson mengatakan bahwa manusia berkembang dalam tahap psikososial, yang
berbeda dari tahap psikoseksual perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia,
sedangkan Freud beragumen bahwa kepribadian dasar manusia terbentuk selama 5 tahun
pertama kehidupan.
Menurut Erikson semakin berhasil individu mengatasi konflik, maka semakin sehat

perkembangan individu tersebut. Seperti pernyataannya, sebagai berikut :



Percaya versus tidak percaya (trush versus mistrush) adalah tahap psikososial Erikson yang
dialami dalam tahun pertaa kehidupan. Rasa percaya tumbuh dari adanya perasaan akan
kenyamanan fisik dan rendahnya rasa ketakutan serta kecemasan tentang masa depan.



Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt) adalah tahap
perkembangan yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3 tahun).



Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt) adalah tahap perkembangan yang
terjadi selama masa persekolahan.




Industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority) adalah tahap
perkembangan yang tejadi kira-kira pada usia sekolah dasar.



Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu selama masa remaja. Pada masa ini individu diharapkan
pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam
kehiupannya.



Intimasi versus isolasi (intimacy versus isolation) adalah tahap perkembangan yang
dialami individu selama masa dewasa awal. Pada masa ini individu menghadapi tugas
perkembangan untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain.



Generativitas versus stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tahap perkembangan
yang dialami individu pada masa dewasa tengah.




Integritas versus rasa putus asah (intregity versus despair) adalah tahap perkembangan
yang dialami individu pada masa dewasa akhir.

2. Teori Kognitif
Apabila teori psikoanalisa menekankan pada pentingnya pikiran remaja yang tidak
disadari, maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori
kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dan Piaget dan teori pemrosesan
informasi.
Menurut teori Piaget, remaja secara aktif mengkontruksikan dunia kognitif mereka
sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka di lingkungan. Piaget juga
menyatakan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukkan gagasangagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Empat tahapan
dari Piaget adalah sebagai berikut :


Tahap sensorimotorik (sensoriotor stage), yang berlangsung dari lahir sampai kira-kira 2
tahun. Pada tahap ini, anak mengkonstruksikan mengenai dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik.




Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah yang berlangsung kira-kira usia 2-7
tahun. Pada tahap ini, anak memulai mempersentasikan dunia dengan kata-kata, citra, dan
gambar-gambar.



Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) adalah yang berlangsung dari kirakira 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis,
menggatikan pemikiran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang penalaran dapat
diaplikasikan pada contoh atau konkrit



Tahap operasional formal (formal operational stage) adalah yang terjadi antara usia 11 dan
15 tahun. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang actual dan
konkrit, dan mengubah cara berpikir tentag perkembangan berpikir anak dan remaja.

3. Teori Tingkah Laku da Belajar Sosial

Ahli teori ini juga akan menyatakan bahwa alasan untuk rasa ketertarikan remaja
terhadap satu sama lain tidak disadari, remaja tidak menyadari bagaimana warisan biologis
mereka dan pengalaman hidup pada masa kecil telah berperan dalam mempengaruhi
kepribadian mereka di masa remaja.

Ahli teori belajar social mengatakan bahwa bukalah robot yang tidak punya pikiran,
yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Psikolog Amerika
Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek utama dari versi teori belajar social kontemporer
yang disebut teori belajar kognitif. Bandura percaya bahwa kita belajar dengan mengamati
apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar observasi (modeling atau imitasi), kita secara
kognitif mempeesentasikan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengambil
tingkah laku tersebut. Model belajar dan perkembangan yang paling mutakhir mencakup
tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan. Pendekatan belajar social menekankan
pada pentingnya penelitian empiric dalam mempelajari perkembangan. Penelitian ini
memfokuskan pada proses-proses yang menjelaskan perekembangan faktor social dan
kognitif yang mempengaruhi menjadi manusia seperti sekarang ini.
4. Teori Kognitif
Teori ekologis (ecological theory) adalah pandangan perkembangan social-kultural
dari Bronfenbrenner, yang terdiri dari lima system lingkungan yang berkisar dari masukan
kecil dari interaksi langsung dengan agen social sampai pada masukan ari budaya. Kelima

system dalam ekologis Bronfenbrenner adalah sitem mikro, system meso, siste ekso, system
makro, dan system krono.
Mikrosistem dalam teori ekologis Bronfenbrenner adalah lingkungan dimana individu
tinggal. Konteks ini mencakup keluarga individu, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan
tempat tinggal.
Mesosistem dalam teori Bronfenbrenner mencakup hubungan antara system mikro
atau hubungan atau konteks. Contohnya adalah hubungan antara pengalaman keluarga da
pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman kerja, dan pengalaman
keluarga dengan pengalaman teman sebaya.
Ekosistem dalam teori ekologis Bronfenbrenner bilamana pengalaman dalam
lingkungan sosiala lain di mana individu tidak mempunyai peran aktif mempengaruhi apa
yang dialami individu dalam konteks langsung.
Makrosistem dalam teori ekologis Bronfenbrenner yang melibatkan budaya dimana
individu hidup. Budaya menunjukkan pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk lain
dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Kronosistem dalam teori ekologis Bronfenbrenner mencakup pola-pola kejadian
lingkungan dan transisi sepanjang perjalanan hidup dan kondisi social sejarah.

Teori-Teori Perkembangan Remaja
1. Teori Psikoanalisis

Menurut teori psikoanalisis (psychoanalityc theory), proses perkembangan berlangsung
secara tidak disadari atau unconscious (di luar kesadaran) dan sangat di warnai oleh emosi.
Para ahli psikoanalisis menekankan bahwa perilaku hanyalah merupakan karakteristik di
permukaan. Pemahaman sepenuhnya tentang perkembangan hanya dapat dicapai melalui
analisis terhadap makna-makna simbolis dari perilaku. Ada dua teori psikoanalisis, yaitu
a. Teori Freud (1856-1939)
Mengembangkan teori psikoanalisisnya berdasarkan pengalamannya dalam menangani
kehidupan mental pasien-pasiennya. Sigmund Freud mengumpamakan kehidupan psikis
seseorang bak gunung es yang terapung-apung di laut. Hanya puncaknya saja yang tampak di
permukaan laut, adapun bagian terbesar dari gunung terbesar dari gunung ini tidak tampak,
karena terendam dalam laut. Kehidupan psiskis seseorang sebagian besar juga tidak tampak
(bagi diri mereka sendiri), dalam arti tidak disadari oleh yang bersangkutan. Struktur
kepribadian Freud (1917) menyatakan bahwa kepribadian memiliki tiga struktur, yaitu id, ego
dan superego.
Id terdiri dari insting, yang merupakan persediaan energi psikis individu. Dalam
pandangan Freud, id sepenuhnya tidak disadari; id tidak memiliki kontak dengan realitas.
Ketika anak-anak mengalami berbagai tuntutan dan pembatasan realitas, muncul sebuah
struktur baru dari kepribadian –ego, yang menangani tuntutan realitas. Ego disebut juga
“cabang eksekutif” dari kepribadian karena ego membuat keputusan rasional.
Id dan ego tidak mempertimbangkan moralitas keduanya tidak mempertimbangkan

apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego adalah struktur kepribadian yang
mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Superego sering kali kita juluki
sebagai “hati nurani”. Freud berpendapat bahwa kehidupan remaja dipenuhi dengan
ketegangan dan konflik. Remaja berusaha meredakan ketegangan yang dialami dengan cara
memendam konflik tersebut kedalam pikiran yang tidak sadar.
Dalam pandangan Freud, ego harus menyelesaikan konflik antara tuntutan realitas,
harapan id, dan pembatasan dari superego melalui mekanisme pertahanan. Ada dua hal
penting tentang mekanisme pertahanan, pertama mereka tidak disadari; remaja tidak sadar
bahwa mereka menggunakan mekanisme pertahanan untuk melindungi ego mereka dan
mengurangi rasa cemas. Kedua, jika digunakan secara moderat atau sementara waktu,
mekanisme pertahanan tidak berakibat negatif. Akan tetapi, individu sebaiknya tidak
membiarkan mekanisme pertahanan mendominasi tingkah laku mereka dan mencegah
mereka menghadapi tuntutan realitas.
Ketika Freud mendengarkan, menggali dan menganalisis pasien-pasiennya, ia menjadi
yakin bahwa masalah mereka bersumber dari pengalaman-pengalaman di masa awal
kehidupan. Menurut Freud manusia akan melalui lima tahap permulaan dari perkembangan
psikoseksual dan di setiap tahap perkembangan individu memperoleh kenikmatan di suatu
bagian tubuh tertentu.

o Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18 bulan pertama, dimana

kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.
o Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 1,5 dan 3 tahun,
di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang berhubungan
dengan anus.
o Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 3 sampai 6
tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki. Artinya kesenangan berpusat
pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa memanipulasi diri sendiri memberikan
kesenangan.
o Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 6 tahun dan
pubertas, anak menekan semua minat seksual da mengembangkan keterampilan inteletual dan
social.
o Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada masa pubertas.
Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual, sumber kesenangan
seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya (Santrock, 2007).
Revisi terhadap teori Freud
Teori ini telah mengalami revisi yang penting dari sejumlah ahli teori
psikoanalisis. Dibandingkan dengan freud, sebagian besar ahli teori psikoanalisis kontenporer
kurang menekankan peranan insting seksual namun lebih menekankan pada pengalaman
budaya sebagai determinan- determinan dari perkembangan. Meskipun pikiran-pikiran yang
tidak disadari memainkan peranan yang lebih besar dibandingkan yang digambarkan oleh
Freud. Kaum feminis juga mengajukan kritik terhadap teori Freud. Selanjutnya, kita akan
menguraikan gagasan-gagasan dari tokoh yang merevisi gagasan-gagasan Freud yaitu Erik
Erikson.
b. Teori Erikson (1902-1994)
Erikson mengatakan bahwa manusia berkembang dalam tahap psikososial, yang
berbeda dari tahap psikoseksual perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia,
sedangkan Freud beragumen bahwa kepribadian dasar manusia terbentuk selama 5 tahun
pertama kehidupan.Kemajuan manusia dicapai melalui delapan tahap perkembangan yang
berlangsung seumur hidup diantaranya:
1. Kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust versus mistrust) adalah tahap pertama dari
perkembangan psikososial, yang dialami dalam satu pertama dari kehidupan sesorang.
Perasaan percaya menuntut adanya perasaan nyaman secara fisik dan setidaknya perasaan
takut dan ragu-ragu terhadap masa depan.
2. Otonomi versus rasa malu dan keragu-raguan (autonomy versus shame and doubt) adalah
tahap perkembangan kedua yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3 tahun).
3. Prakarsa versus rasa bersalah (intiative versus guilt), tahap ini berlangsung selama masa
prasekolah (usia 3-5 tahun).
4. Tekun versus rasa rendah diri (industry versus inferiority), tahap ini berlangsung pada masa
sekolah dasar (usia 6 tahun-usia pubertas).
5. Identitas versus kebingungan identitas (identity versus confusion ), tahap ini berlangsung di
masa remaja (usia 10-20 tahun) dimana individu dihadapkan pada tantangan untuk
menemukan siapakah mereka itu, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana yang hendak
mereka tempuh dalam hidupnya. Remaja dihadapkan pada peran-peran baru dan status
seorang dewasa –pekerjaan dan romantika.Remaja cenderung memilih suatu peran yang
mereka sukai tanpa memikirkannya terlebih dahulu.Masa-masa ini memiliki peran yang
sangat penting.Dimulai dari memilih secara acak, kemudian memikirkannya secara matang-

matang dan pada akhirnya menjalaninya. Contohnya: orang tua sebaiknya mengizinkan
mereka untuk menjajaki berbagai peran yang berbeda, maupun berbagai jalur yang terdapat
dalam suatu peran tertentu.Misalnya seorang remaja ingin memilih menjadi seorang guru
namun orang tua menginginkan anak tersebut menjadi seorang apoteker.Sebaiknya orang tua
membiarkan anak tersebut memilih dan menjalani pilihannya karena anak itu sendirilah yang
tahu kemampuan dirinya sendiri dan nantinya akan menjalaninya.Jika dipaksakan, maka anak
itu akan merasa tertekan dan akan menjalaninya dengan sembarangan.Remaja memulai
pencarian jati dirirnya dengan tahap coba-coba.
6. Keintiman versus keterkucilan (intimacy versus isolation), adalah tahap masa dewasa awal
(20-an sampai 30-an tahun).
7. Bangkit versus stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tahap masa dewasa menengah
(usia 40-an sampai 50-an tahun)
8. Integritas versus kekecewaan (integrity versus despair) adalah tahap masa dewasa akhir (usia
60 tahun keatas) (Santrock, 2012).
2. Teori Kognitif
Dua teori yang penting adalah teori perkembangan kognitif Piaget dan teori pemrosesan
informasi. Piaget mengatakan bahwa remaja termotivasi untuk memahami dunia dan
menyesuaikan berpikirnya untuk mendapat informasi baru. Piaget mengatakan bahwa kita
melalui empat tahap perkembangan kognitif yaitu
Teori perkembangan kognitif Piaget
a. Sensorimotorik
Tahap sensorimotor yang berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun, merupakan tahap
pertama Piaget. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan-tindakan motorik fisik oleh karena itulah istilahnya sensorimotor. Pada permulaan
tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak daripada pola-pola refleks. Pada
akhir tahap, anak berusia 2 tahun memiliki pola-pola sensorimotor yang kompleks dan mulai
beroperasi dengan symbol-simbol primitif.
b. Pra-operasional
Tahap praoperasional yang berlangsung kira-kira dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan
tahap kedua Piaget. Pada tahap ini, anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan
gambar-gambar. Pemikiran simbolis melampui hubungan sederhana antara informasi sensor
dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak prasekolah dapat secara simbolis
melukiskan dunia, menurut Piaget mereka masih belum mampu untuk melaksanakan apa
yang Piaget sebut “operasi” tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan
anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
c. Operasional konkret
Tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun, merupakan tahap
ketiga Piaget. Pada tahap ini, anak-anak dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh
yang spesifik atau konkret. Misalnya, pemikir operasional konkret tidak dapat
membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu persamaan
aljabar, yang terlalu abstark untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini.
d. Operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai15 tahun.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berfikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan
ini, seorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis dan nilai. Dilihat dari faktor
biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi perubahan besar lainnya), menandai
masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis kognitif penalaran moral perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Pada tahap ini, remaja telah memilki kemampuan untuk berfikir sistematis, yaitu bisa
memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh : ketika suatu
saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang
masih dalam tahap operasi berfikir konket, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia
hanya menghubungkan sebab akibat dari suatu rangkaian saja. Sebaiknya pada remaja yang
berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang
menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinannya, dll.
Teori Kognitif Sosio-budaya dari Vygotsky
Teori kognisi sosio-budaya yang menekankan bagaimana budaya dan interaksi sosial
mengarahkan perkembangan kognitif. Ia berpendapat bahwa perkembangan memori, antensi,
dan penalaran, mencakup kegiatan belajar untuk menggunakan temuan-temuan dari
masyarakat, seperti bahasa, sistematematika, dan strategi memori. Dalam suatu budaya, hal
ini dapat meliputi kegiatan belajar berhitung dengan bantuan komputer. Di hari lainnya,
individu juga dapat belajar berhitung dengan menggunakan tangannya atau manik-manik.
Secara khusus vygotsky berpendapat bahwa interaksi anaka-anak dengan orang dewasa dan
kawan-kawan sebaya yang lebih terampil tidak dapat dipisahkan untuk meningkatkan
perkembangan kognitif mereka. Melalui interaksi ini, anggota yang kurang terampil dari
suatu budaya belajar untuk menggunakan perangkat yang dapat membantu mereka untuk
beradaptasi dan berhasil (Santrock, 2007).
Teori Pemrosesan Informasi
Menekankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi terhadap
informasi-informasi yang ditemui. Menurut teori ini, secara bertahap remaja mengembangkan
kapasitas yang lebih besar untuk memproses informasi, dimana hal ini memungkinkan
mereka untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang kompleks. Teori pemrosesan
informasi tidak mendeskripsikan perkembangan dalam tahap-tahap(Santrock, 2007).
Robert Siegler (1998), menyatakan bahwa kegiatan berpikir merupakan suatu bentuk
pemrosesan-informasi. Ketika individu menangkap, menuliskan sandi, menampilkan,
menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi, mereka sebenarnya sedang berpikir.
Siegler menekankan bahwa aspek penting dari perkembangan adalah mempelajari strategistrategi yang baik untuk memproses informasi. Contohnya: menjadi pembaca yang lebih baik
itu meliputi belajar memonitor tema-tema penting dari materi-materi yang dibaca.
3. Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial
Teori-teori perilaku dan sosial kognitif menekanakan peranan pengalaman lingkungan
dan perilaku yang teramati dalam memahami perkembangan remaja.

Behaviorisme Skinner
Dalam perilaku menurut B.F. Skinner (1904-1990), pikiran, kesadaran atau ketidaksadaran,
tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan, jadi bagi skinner
perkembangan adalah perilaku. Sebagai contoh, pengamatan terhadap Sam mengungkapkan
bahwa perilakunya adalah malu, berorientasi pada prestasi, dan peduli. Menurut Skinner,
hadiah dan hukuman yang telah diperoleh dari lingkungan, membentuk Sam untuk menjadi
seorang yang pemalu, berorientasi pada prestasi, dan peduli. Karena interaksinya dengan para
anggota keluarga, kawan, guru, dan orang lain. Bagi para behavioris, perilaku malu dapat
ditransformasikan menjadi perilaku yang lebih berorientasi sosial; perilaku agresif dapat
dibentuk menjadi perilaku jinak; perilaku lesu dan membosankan dapat diubah menjadi
tingkah laku antusias dan menarik.
Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi merupakan
faktor-faktor penting dalam perkembangan. Albert Bandura menyatakan bahwa faktor
perilaku, lingkungan dan pribadi/kognitif, seperti keyakinan, perencanaan, dan berfikir, dapat
berinteraksi secara timbal-balik. Dengan demikian, dalam pandangan Bandura, lingkungan
dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
4. Teori Kontekstual Ekologis
Merupakan pendekatan lain yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan. Dalam teori ekologis Bronfenbrenner, lima sistem lingkungan merupakan
faktor penting
1. Mikrosistem : Situasi dimana remaja hidup, meliputi keluarga, kawan-kawan sebaya, sekolah
dan lingkungan sekitar. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling lansung antara
remaja dengan agen-agen sosial. Misalnya dengan orangtua, kawan-kawan sebaya, dan guru.
Dalam situasi ini remaja tidak dipandang sebagai penerima yang pasif namun sebagai
seseorang yang membantu dalam membangun situasi.
2. Mesosistem : Relasi antara dua mikrosistem atau lebih. Contohnya adalah relasi antara
pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman
keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman bersama kawan-kawan sebayanya.
Anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan
relasi positif dengan guru.
3. Eksosistem : Situasi sosial di mana remaja tidak memilki peran aktif namun mempengaruhi
pengalaman remaja. Sebagai contoh, pengalaman seorang ibu di tempat kerjanya menugkin
dapat mempengaruhi relasinya dengan suaminya dan anak remajanya. Ibu tersebut mungking
memperoleh promosi yang menuntutnya untuk lebih banyak berpergian, yang mungkin dapat
meningkatkan konflik dengan suaminya dan mengubah pola interaksinya dengan anak.
Contoh lain dari ekosistem adalah pemerintah kota, yang bertanggung jwab terhadap kualitas
taman, pusat rekreasi, dan fasilitas perpustakaan bagi anak-anak dan remaja.
4. Makrosistem : Budaya di mana remaja hidup. Budaya (culture) merujuk pada pola-pola
perilaku, keyakinan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diteruskan dari
generasi ke generasi. Studi lintas-budaya, perbandingan antara budaya yang satu dengan
budaya lain yang memberikan informasi mengenai generalitas perkembangan.
5. Kronosistem : Pola dari peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan
dan keadaan sosio-historis. Sebagai contoh, dalam studi mengenai dampak perceraian
terhadap anak-anak, peneliti menemukan bahwa dampak-dampak negatif tersebut sering kali
memuncak di tahun pertama setelah perceraian. Dampak negatif yang lebih besar dialami

oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Dua tahun setelah perceraian,
interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil. Berkaitan dengan lingkungan
sosio-budaya, remaja perempuan jaman sekarang lebih terdorong untuk mengejar karir
dibandingkan 20 atau 30 tahun yang lalu (Santrock, 2007).
5. Orientasi Teoritis Eklektik
Orientasi teoritis eklektik tidak mengikuti sebuah pendekatan teori manapun, namun
memilih dan menggunakan segi-segi yang dianggap paling baik dari masing-masing teori.
Melalui pandangan seperti ini, tidak ada satu teori pun yang dapat menjelaskan kompleksitas
perkembangan remaja. Masing-masing teori telah memberikan sumbangan yang berbeda, dan
mungkin strategi yang bijaksana adalah untuk mengambil perspektif teoritis yang eklektif
dalam usaha kita memahami perkembangan remaja.