UPAYA MENCEGAH PENYIMPANGAN PERILAKU SIS

PENYELAMATAN GENERASI BANGSA MELALUI
PELESTARIAN DAN PENANAMAN NILAI-NILAI BUDAYA
TERINTEGRASI DALAM PENDIDIKAN

Oleh
Siswanto, S.Pd.
Pogram studi : S2 Pendidikan Fisika

SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
0

ABSTRAK
Pada era globalisasi sekarang ini, terjadi pergeseran dan penyimpangan perilaku
siswa. Hilangnya jati diri siswa sebagai warga negara yang berbudaya dan
bermartabat menjadi penyebab utama. Kekayaan budaya bangsa sebagai
kebanggaan dan pegangan jati diri telah luntur dan terabaikan oleh siswa sebagai
generasi penerus bangsa. Penanaman nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa kepada
siswa dapat mencegah terjadinya pergeseran dan penyimpangan perilaku siswa.

Oleh sebab itu, diperlukan upaya pelestarian dan penanaman nilai-nilai
kebudayaan bangsa melalui kegiatan pendidikan.
PENDAHULUAN
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan
yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas dan menjadi satu-satunya wadah yang
dapat dipandang serta berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang
bermutu tinggi adalah pendidikan.
Menurut Joesoef (2001:198), pendidikan pada prinsipnya memikul
amanah “etika masa depan”. Menurutnya, etika masa depan timbul dan dibentuk
oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa
depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya. Hal
ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak
mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbuatan yang
dilakukannya sekarang ini. Dilain pihak, manusia juga dituntut untuk mampu
mengantisipasi, merumuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam
suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa
dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan
untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
1

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah telah
menyelenggarakan perbaikan-perbaikan, serta peningkatan mutu pendidikan pada
berbagai jenis dan jenjang, mulai dari perbaikan kurikulum pembelajaran, sampai
pada upaya peningkatan kompetensi guru dalam mendidik.
Perubahan kurikulum pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan hidup
manusia masa kini dan masa mendatang. Sehingga, diharapkan melalui perubahan
kurikulum pendidikan, siswa menjadi pribadi yang cakap dan terampil dalam
memecahkan segala persoalan yang ada dalam kehidupan masa kini.
Selain kurikulum, pemerintah juga senantiasa berupaya meningkatkan
kompetensi guru dalam mendidik. Hal ini disadari bahwa secara langsung,
kualitas suatu pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kualitas atau kompetensi yang
dimiliki guru. Upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya dengan mengadakan

pelatihan-pelatihan kepada guru supaya guru menjadi lebih terampil dalam
mendidik siswa. Selain itu, pemerintah juga sering mengadakan seminar-seminar
loka karya guna pengembangan keterampilan guru dalam mengajar.
Akan tetapi, fakta di lapangan tentang mutu pendidikan nasional tidak
sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Masalah pendidikan
muncul dari segala aspek, baik masalah yang disebabkan karena faktor internal
seperti sistem pendidikan yang diterapkan maupun masalah eksternal seperti
adanya globalisasi yang berpengaruh terhadap perilaku manusia dalam hal ini
adalah siswa.
Adanya arus globalisasi di era saat ini menjadi faktor utama penyebab
pergeseran perilaku siswa. Pengaruh globalisasi yang masuk ke dalam diri tiap
siswa Indonesia begitu kuat, sehingga membuat banyak generasi muda Indonesia
seakan-akan kehilangan jati diri. Dari waktu ke waktu, para generasi penerus
bangsa terlihat lupa akan kepribadian bangsa. Tingkah laku yang ditunjukan para
generasi penerus bangsa tidak mencerminkan perilaku bangsa Indonesia.
Arus globalisasi yang terjadi sekarang ini, melumpuhkan sendi-sendi
bangsa untuk mau dan giat mempelajari dan mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam budaya bangsa. Saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami
kerusakan dari sisi budaya, sehingga menyebabkan dominannya karakter individu
2


yang egois, individualis, konsumtif, kehilangan nasionalisme, krisis kreatif, dan
hancurnya moral individu.
Baru-baru ini, dunia pendidikan Indonesia di hebohkan dengan berbagai
masalah terkait dengan pergeseran perilaku siswa akibat pengaruh globalisasi. Hal
ini disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai budaya yang tertanam dalam diri siswa.
Menurut

Koentjaraningrat

(1996),

kebudayaan

merupakan

suatu

sistem


ide/gagasan yang dimiliki suatu masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai
acuan dalam bertingkah laku pada kehidupan sosial bagi masyarakat tersebut.
Penyimpangan dan pergeseran perilaku siswa muncul di setiap jenjang
pendidikan, mulai dari SD sampai pada tingkat perguruan tinggi. Pergeseran
perilaku tersebut antara lain, kasus pembunuhan anak SD oleh teman satu
sekolahnya, kasus video porno yang dilakukan oleh siswa siswi SMP dan SMA,
kasus tawuran antar pelajar dari tingkat sekolah menengah sampai tingkat
perguruan tinggi, serta kasus pemerasan oleh rekannya sendiri di lingkungan
sekolah yang berujung pada kematian.
Fakta mengenai penyimpangan perilaku siswa di era sekarang menjadi
masalah besar yang harus diatasi bersama. Penyimpangan perilaku siswa
disebabkan oleh arus globalisasi yang masuk dalam diri siswa melunturkan jati
diri siswa sebagai individu bangsa yang bermartabat dan berbudaya. Oleh sebab
itu, penanaman nilai-nilai budaya dalam diri siswa dapat menjadi benteng bagi
siswa untuk memperkuat jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat.
Budaya merupakan identitas jati diri bangsa, sehingga bangsa yang
menghargai budayanya dan mau mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya dapat menjadikan bangsa menjadi bermartabat di mata dunia
(Koentjaraningrat, 1996). Oleh sebab itu, pelestarian dan penanaman nilai-nilai
budaya bangsa dalam diri setiap individu menjadi sangat penting untuk dilakukan

guna mencegah lunturnya moral dan hilangnya jati diri individu sebagai bangsa
yang bermartabat.
Berdasarkan paparan di atas, untuk mencegah penyimpangan dan
pergeseran perilaku siswa karena pengaruh arus globalisasi sekarang ini, maka
diperlukan sebuah upaya untuk melestarikan dan menanamkan nilai-nilai budaya
bangsa sebagai identitas dan jatidiri bangsa. Pelestarian dan penanaman nilai-nilai
3

budaya dapat dilakukan melalui sebuah kegiatan pendidikan di dalam kelas yang
mengedepankan wawasan kebudayaan bangsa bagi setiap siswa sebagai pelaku
pendidikan itu sendiri. Kegiatan pendidikan dapat dilakukan di semua mata
pelajaran yang ada di kurikulum yang diterapkan di setiap jenjang pendidikan.
KEKAYAAN BUDAYA INDONESIA
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas
nasional. Menurut TAP MPR No.II tahun 1998, kebudayaan nasional adalah
kebudayaan yang berlandaskan Pancasila yang merupakan perwujudan cipta,
karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya
manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa,
serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Sedangkan menurut

Koentjaraningrat (1996), kebudayaan merupakan sesuatu yang khas dan bermutu
dari suku bangsa dimana pun asalnya, asalkan dapat mengidentifikasikan diri dan
menimbulkan rasa bangga.
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang penuh dengan keragaman.
Indonesia terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa,
agama dan kepercayaan. Namun Indonesia mampu mepersatukan berbagai
keragaman itu sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia "Bhineka Tunggal Ika" ,
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Keragaman budaya atau “cultural diversity” menjadi
suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia yang dapat memperkuat jati diri bangsa
sebagai bangsa yang bermartabat. Dalam konteks pemahaman masyarakat
majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga
terdiri dari berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan dan merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah
tersebut.
Pada UUD 1945, digunakan dua istilah yaitu kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah merupakan kebudayaan-kebudayaan
lama dan asli yang terdapat di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Sedangkan
kebudayaan nasional merupakan kebudayaan bangsa yang sudah berada pada

4

posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Pada kebudayaan
nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia. Di dalamnya terdapat
unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru
atau hasil invensi nasional.
Kekayaan budaya Indonesia tercermin dari keragaman dan kemajukan
kebudayaan daerah. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Jenis-jenis kebudayaan yang ada di Indonesia seperti rumah adat, tarian, lagu,
musik, alat musik, kesenian, makanan, dan permainan.
PEMAKNAAN NILAI-NILAI KEBUDAYAAN BANGSA
Setiap kebudayaan yang diwariskan terhadap bangsa memiliki nilai-nilai
yang pantas untuk diamalkan (Sriyono, 2010). Nilai-nilai tersebut dapat dimaknai
sebagai landasan pembentuk jati diri bangsa. Dalam pemaknaan terhadap nilainilai yang terkandung dalam kebudayaan bangsa, beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama
dan kepercayaannya. Atas dasar pertimbangan ini, pemaknaan nilai-nilai budaya
harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama, yaitu untuk

menjadikan warga negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuha Yang Maha
Esa.
2. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Sehingga,
pemaknaan terhadap nilai-nilai kebudayaan bangsa tidak terlepas dari pancasila.
Oleh sebab itu, pemaknaan terhadap nilai-nilai budaya yang berdasarkan
pancasila menjadi dasar untuk membentuk generasi bangsa yang taat dan
menjalankan hidup sesuai dengan nilai-nilai pancasila, yaitu berketuhanan, punya
rasa saling memiliki, bergotong royong, menghargai

warga masyarakat dan

lingkungan sekitar, serta memiliki semangat nasionalisme yang tinggi.

5

3. Norma masyarakat
Masyarakat Indonesia hidup dilingkungan masyarakat yang memiliki
aturan atau norma-norma tertentu. Sehingga, pemaknaan budaya bangsa perlu di

dasarkan pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Nilai-nilai
tersebut yaitu berbudi pekerti baik, peduli terhadap lingkungan sekitar, dan
memiliki semangat kekeluargaan yang tinggi.
4. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang
harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
nasional dapat menjadi sumber yang paling operasional dalam pemknaan
terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai tersebut antara lain beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
PRINSIP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEBUDAYAAN DALAM
KEGIATAN PENDIDIKAN
Pada prinsipnya, pengembangan nilai-nilai budaya dalam pendidikan
adalah dengan mengintegrasikan suatu kebudayan tertentu ke dalam suatu mata
pelajaran tertentu yang akan diajarkan. Proses integrasi ini berarti bahwa
kebudayaan tertentu yang ditampilkan dalam penyampaian mata pelajaran
tertentu, tidak menjadi pokok bahasan utama dalam penyampaian materi.
Kegiatan pendidikan yang digunakan dalam pengembangan nilai-nilai
budaya bangsa mengusahakan agar siswa mengenal dan menerima nilai-nilai

budaya sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya. Pengembangan nilai-nilai budaya ini diharapkan dapat menjadi
pondasi siswa dalam bersikap dan berperilaku di era globalisasi sekarang ini.
Pengembangan nilai tersebut perlu dilakukan dengan prinsip pendidikan
berkelanjutan, diterapkan pada semua mata pelajaran, terintegrasi dalam suatu
mata pelajaran, serta aktif dan menyenangkan bagi siswa.
Proses pengembangan nilai-nilai budaya untuk ditanamkan dalam diri
siswa melalui tahapan proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Tahapan-tahapan
tersebut dijabarkan dalam kegiatan pola pikir siswa yaitu mengenal pilihan,
6

menilai pilihan, menentukan pendirian atas pilihan yang dipilihnya, dan kemudian
siswa meyakini nilai tersebut sebagai suatu nilai yang perlu ada dalam dirinya
untuk hidup dan menyelesaikan masalah. Ketiga proses tersebut, dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan sosial dan
mendorong pserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
PELESTARIAN DAN PENANAMAN NILAI-NILAI BUDAYA MELALUI
PENDIDIKAN
Secara umum, berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
budaya merupakan keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral,
norma dan keyakinan tersebut adalah hasil dari interaksi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan tersebut digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem
sosial, sistem ekonomi, sistem keparcayaan, sistem pengetahuan, tehnologi, seni
dan sebagainya. Manusia sebagai mahkluk sosial menjadi penghasil sistem
berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan yang telah dihasilkannya.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi siswa. Pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa.
Untuk melestarikan dan menanamkan nilai-nilai kebudayaan, perlu
dilakukan proses integrasi ke dalam kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan
yang dapat dilakukan antara lain pengintegrasian ke dalam proses kegiatan belajar
mengajar di kelas dalam materi pembelajaran tertentu, pengembangan soal
menggunakan kalimat yang penuh dengan wawasan kebudayaan, pengembangan
bahan ajar yang mengandung wawasan kebudayaan, melakukan sebuah inovasi
model pembelajaran.

7

1.

Integrasi pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya dalam proses belajar
mengajar di kelas
Pengintegrasian

kegiatan

pelestarian

dan

penanaman

nilai-nilai

kebudayaan dapat di desain sedemikian rupa dalam beberapa mata pelajaran.
Pemetaan mata pelajaran yang akan di integrasikan perlu dilakukan dengan
cermat, agar dapat terintegrasi secara harmonis dan tidak tumpang tindih. Sebagai
contoh, proses pengintegrasian ke dalam mata pelajaran Fisika pada materi jarak
dan perpindahan. Guru dapat menggunakan permainan tradisional Egrang untuk
menjelaskan

konsep

jarak

dan

perpindahan.

Sebelum

memulai proses

pembelajaran, guru merumuskan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan
Egrang, misalnya rasa semangat yang tinggi, kerja keras, kerjasama dan
kekeluargaan. Melalui proses ini, selain siswa lebih mudah memahami materi
yang dijelaskan, karena proses pembelajaran yang bersifat kontekstual, siswa
menjadi kenal kebudayaan daerah serta mampu memahami nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Proses pemahaman nilai-nilai selain dilakukan secara
langsung oleh siswa melalui kegiatan tersebut, juga dilakukan oleh guru melalui
penjelasan dan penguatan ketika guru menjelaskan dan meguatkan materi yang
diajarkan. Dalam hal ini, kreatifitas guru untuk dapat mengembangkan sebuah
pembelajaran sangat dituntut.
2.

Pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya dalam pengembangan
instrumen test
Kegiatan pendidikan lain yang dapat dilakukan untuk melestarikan dan

menanamkan nilai kebudayaan adalah melalui pengembangan instrumen test.
Instrumen test yang dikembangkan harus berlandaskan wawasan kebudayaan baik
dari segi bahasa maupun pemaknaan terhadap kalimat yang digunakan. Sebagai
contoh, pada mata pelajaran kimia untuk pembuatan instrumen test tentang
pewarna. Guru bisa membuat sebuah soal cerita yang berkaitan dengan kegiatan
membatik. Guru dapat terlebih dahulu menceritakan beberapa tahapan-tahapan
kegiatan membatik, yang salah satunya adalah kegiatan pewarnaan. Kemudian
diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang terkait dengan zat-zat pewarna.
Pemberian soal seperti ini, secara langsung dapat mengenalkan budaya batik
kepada siswa.
8

3.

Pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya melalui pembuatan bahan ajar
Pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya juga dapat dilakukan dengan

pembuatan bahan ajar. Guru dapat mengembangkan bahan ajar yang berdasarkan
pada wawasan kebudayaan. Pada bagian tertentu dalam bahan ajar, guru
menampilkan sebuah informasi tentang suatu kebudayaan, menginformasikan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan kemudian memberikan sebuah
permasalahan yang berkaitan dengan materi bahan ajar yang dibuat. Misalnya,
pada mata pelajaran Fisika. Pada bahan ajar yang dibuat oleh guru, di bagian
tertentu guru menampilkan informasi tentang seni bela diri silat yang merupakan
asli budaya Indonesia. Pada bagian tersebut guru menampilkan sebuah informasi
bahwa dalam permainan silat diperlukan sebuah keseimbangan tubuh. Oleh sebab
itu, guru menampilkan sebuah permasalahan kepada siswa untuk menghitung titik
keseimbangan tubuh manusia. Sehingga, rasa ingin tahu siswa muncul melalui
pemberian masalah yang bersifat kontekstual. Selain itu, guru juga perlu
menginformasikan kepada siswa terkait nilai-nilai yang terkandung dalam seni
bela diri silat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga,
selain bahan ajar menjadi lebih menarik perhatian siswa, melalui bahan ajar
tersebut dapat mengenalkan budaya bangsa dan menanamkan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya.
4.

Pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya melalui sebuah inovasi model
pembelajaran
Upaya pelestarian dan penanaman nilai-nilai budaya bangsa juga dapat

dilakukan guru dengan merancang sebuah inovasi model pembelajaran tertentu.
Inovasi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam sebuah model
pembelajaran yang sudah ada. Sebagai contoh, inovasi baru dari model
pembelajaran berbasis proyek pada materi bunyi untuk mata pelajaran fisika.
Sintaks pembelajaran dibuat berdasarkan pada upaya untuk melestarikan dan
menanamkan nilai-nilai budaya kepada siswa. Misalnya, siswa disuruh untuk
membuat seruling bambu. Siswa diminta untuk melakukan analisis terhadap alat
yang dibuatnya, seperti bagaimana bunyi itu bisa muncul, berapa besar frekuensi
yang dihasilkan, dan lain-lain. Kemudian pada tahapan tertentu dalam
pembelajaran, beberapa perwakilan siswa diminta untuk memainkan bersama di
9

depan kelas. Hal ini dapat menumbuhkan semangat kekeluargaan dan
kebersamaan. Guru menjadi fasilitator untuk menyampaikan dan menanamkan
nilai-nilai tersebut kepada siswa.
PENUTUP
Upaya pelestarian dan penanaman nilai kebudayan diperlukan untuk
membentengi siswa dari penyimpangan dan pergeseran perilaku siswa akibat dari
arus globalisasi.
Pelestarian dan penanaman nilai-nilai kebudayaan bangsa dapat dilakukan
melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan
tersebut antara lain pengintegrasian ke dalam proses kegiatan belajar megajar di
kelas dalam materi pembelajaran tertentu, pengembangan soal menggunakan
kalimat yang penuh dengan wawasan kebudayaan, pengembangan bahan ajar
yang mengandung wawasan kebudayaan, dan pengembangan sebuah model
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://hukum.kompasiana.com/2012/02/18/.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia.html
Joesoef, Daoed. (2001). Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran. Jakarta: Kompas.
Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Ilmu Antropologi; Jakarta: Rineka Cipta.
Sriyono. (2010). Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Integrasi
Mata

Pelajaran, Pengembangan, dan Budaya

Universitas Terbuka.

10

Sekolah. Jakarta:

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

11 143 2

FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA BALUNG LOR KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER

11 93 15

HUBUNGAN TEKANAN ANGGARAN WAKTU (TIME BUDGET PRESSURE) TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL STAF AUDITOR

1 63 13

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

HUBUNGAN STATUS GIZI, MENARCHE DINI, DAN PERILAKU MENGONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA SISWI SMAN 13 BANDAR LAMPUNG

40 171 70