BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tematik Aku dan Sekolahku Melalui Penerapan Problem Based Learning (PBL) Berbantu Media Konkret pada Siswa Kelas 2 SDN

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Kajian pustaka akan membahas tentang tinjauan aspek tematik, hasil
belajar tematik, pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik, model
pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pendekan saintifik, dan
penerapan model problem based learning (PBL) dalam pendekan saintifik.
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Hilad dan Bower mengatakan perubahan sebagi hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahan
pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kerampilan, kecakapan,
serta perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada individu belajar. Belajar
berhubungan degan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang
dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku tidak dapat dijadikan atau
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematanga, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang (Suciati dan Irawan, P.2001:hal 28)
Oleh sebab itu belajar adalah proses aktif. Belajar adalah proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu
proses yang diarahkan kepada satu tujuan, proses berbuat melalui
pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, dan memahami suatu
yang dipelajari. Apabila kita berbicara tentang cara mengbah tingkah laku
seseorang atau individu memlaui berbagai pengalaman yang ditempuhnya.
Tingkah laku sebagai hasil dari belajar dipengaruhi oleh banyak faktor
yang terdapat dalam indvidu itu sendiri (faktor internal) maupun fantor yang
berada di luar individu (faktor eksternal). Faktor internal ialah kemampuan
yang dimilikinya, minat dan perhatiannya, kebiasaan, usaha, dan minat seta
faktor-faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal dalam proses pendidikan
dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan yakni, keluarga,
sekolah dan masyarakat.

8

Diantara ketiga lingkungan tersebut yang paling besar pengaruhnya adalah
terhadap proses dan hasil belajar siswa dlam proses belajar mengajar adalah
lingkungan sekolah. Kesimpulannya bahwa lingkungan sekolah hadir sebagai
media belajar seperti guru, teman sekolah, dan buku-buku. Unsur-unsur
tersebut diharapkan mampu menunjang proses dan hasil belajar siswa agar

mampu menguasai dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskna.
2.1.2 Pengertian Mengajar
Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah
mengatur dan mengorganisasi lingkngan yang ada di sekitar siswa sehingga
dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (
Nana Sudjana 1989:hal 3). Sehingga dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa megajar merupakan bagian dari proses belajar dan proses belajar itu
sendiri merupakan suatu upaya belajar menghasilkan perubahan tingkah laku.
Guru yang memegang peran utama dalam mengajar sehingga guru
diharapkan mampu memberikan suatu suri teladanyang akan berkaitan
dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Withorington pada
hakitnya, mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam
mengembangkan kegiatan belajar siswa ( Hamzah Uno B. 2007:hal 34). Hal
ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar oleh guru menghadirkan
proses belajar pada pihak siswa yang berwujud perubahan tingkah laku,
meliputi

perubahan

keterampilan,


kebiasaan,

sikap,

pengetahuan,

pemahaman, dan apresiasi.
Dengan demikian sebagai pembimbing belajar, guru mendudukkan diri
untuk memberikan kemampuannya dalam mempelajari bahan tertentu bagi
pengembangan daya fikir, keterampilan personal dan sosial, serta sikap dan
perasaan siswa untuk bekal hidupnya dalam masyarakat. Sebagai pemimpin
belajar, guru sejak awal hal yang akan dicapai melalui belajar, guru
menentukan sejak awal hal yang akan dicapai melalui arah atau cara tertentu
dengan kemampuan siswa.

9

2.2 Tinjauan Aspek Tematik
Pembelajaran tematik merupakan salah satu jenis dari pembelajaran

terpadu. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema datu topic
pembahahasan menurut Suryosubroto (2009:133)

2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik
Dalam menerapkan dan leksanakan pembelajaran tematik, ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Bersifat terintegrrasi dengan lingkungan
2) Bentuk belajar agar siswa menemukan tema
3) Efisiensi
Prinsip-prinsip pembelajaran tematik:
1.

Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat
digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran;

2.

Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk
dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar

selanjutnya;

3.

Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis
anak;

4.

Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;

5.

Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwaperistiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.

6.

Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang
berlaku serta harapan.


7.

Tema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan
kelemahan yang diperolehnya.
Keunggulan yang dimaksud yaitu :

10

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan siswa.
3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan
bermakna.
4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan
sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang

diperolehnya.
Kelemahan pembelajaran tematik :
1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi
2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsepkonsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
Solusi dalam pelaksnaa pembelajaran tematik ada ahal-hal yang
perlu dilakukan, beberpa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencangkup
kegiatan seperti berikut :
1. Pemetaan kompetensi dasar
2. Menetapkan jaringan tema
3. Penyusunan silabus
4. Penyusunan rencana pembelajaran
2.5 Manfaat Pembelajaran Tematik
1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.
2. Menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan
strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk
memecahkan masalah.
3. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak
(brain-friendly classroom).
4. Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi.
Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas

mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik
mengembangkan pengetahuan secara siap.

11

5. Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta didik berada dalam
format ramah otak.
6. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan
langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.
7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan
program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan
bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas.
8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru
untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara
penilaian.
2.6 Hasil Belajar Tematik
Hasil belajar dalam Kamus Besar Bahas Indonesia juga disebut sebagai
prestasi belajar. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditujukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Abdurahman (2003) menyatakan bahwa ada tiga ranaj hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembagian hasil belajar itu dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik itu bukan berarti pelaksanaanya terpisah.

2.7 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran tematik
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya proses yang bersifat masih

sangt umum. Menurut

Kemendikbud (2016:59) sesuai dengan kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran di
kelas menggunakan pendekatan saintifik dan berbagai model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif mengembangkan kompetensi pengetahuan, sikap
dan ketrampilan. Kurikulum 2013 menekankan dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan

pendekatan

ilmiah.


Berdasarkan

Kemendikbud

(2013:9)

menyatakan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah yang
mendorong anak untuk melakukan ketrampilan-ketrampilan ilmiah seperti
mengamati,

menanya,

mengumpulkan

informasi,

mengorganisasi,

dan


12

mengkomunikasikan. Pada pembelajaran tematik, penerapan pendekatan saintifik
terintergrasi di dalam model atau metode yang digunakan di dalam pembelajaran.

2.8 Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pendekatan
Saintifik
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan
Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan
sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan
masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan
para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari
yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa
PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh
suatu permasalahan sehari-hari.

2.9 Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pendekatan
Saintifik
Problem Based Learniang (PBL) diawali dengan aktivitas peserta didik
untuk menyelesaikan masalahnyata yang ditentukan atai disepakati. Proses
penyelesaian maslah tersebut berimplikasi oada terbentuknya keterampilan peserta
didik dalam menyelesaikan maslah dan berfikir kritis serta sekaligus membentuk
pengetahuan baru.

13

Secara umum, tahapan-tahapan atau sintak PBL sebagai berikut :
Bagan 2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning
3. Mengorientasikan
peserta didik
terhadap masalah

2. Mengorganisasika
n peserta didik
untuk belajar

1. Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok

5. Menganalisi dan
mengevaluasi
proses
pemecahan

4. Mengembakan
dan menyajikan
hasil karya

Tabel 2.1
Prosedur Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Langkah-langkah
Orientasi masalah






Mengorganisaikan
siswa untuk belajar





Membantu
menyelidiki secara
mandiri atau
kelompok
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil kerja








Kegiatan guru
Menginformasikan tujuan pembelajaran
Menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadi ide yang terbuka
Mengarahkan pada pertanyaan atau
masalah
Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide
secara terbuka
Membantu siswa menentukan kosep dasar
masalah
Mendorong keterbukaan, proses-proses
demokrasi dan cara belajar siswa aktif
Menguji pemahaman siswa atas konsep
yang ditemukan
Mendorong kerja sama dan penyelesaian
tugas-tugas
Mendorong dialog, diskusi dengan teman
Membantu siswa merumuskan hipotesis
Membantu siswa dalam memberikan solusi
Membeimbing siswa mengerjakan lembar
kegiatan siswa
Membimbing siswa menyajikan hasil kerja

14

Menganalisa dan
mengevaluasi hasil
pemecahan





2.10

Membantu siswa mengkaji ulang hasil
pemecahan masalah
Memotovasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah
Mengecaluasi materi

Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Riska Apriani (2013) mahasiswa

Universitas Negeri Semarang dengan menggunakan model PBL dalam materi
“Perubahan Lingkungan” pada siswa kelas IV SD Negeri Randugunting 3
Kota Tegal. Terjadi peningkatan hasil tes formatif dari 77,03 pada siklus I
menjadi 85,14 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal
dari 81,08% menjadi 89,19%. Sedangkan aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran meningkat dari 75,47% pada siklus I menjadi 82,88% pada
siklus II dan mencapai kriteria aktivitas belajar sangat tinggi. Penelitian juga
dilakukan oleh Andi Prayoga (2014) mahasiswa Universitas Lampung dalam
penggunaan media grafis untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 7 Metro Barat. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata- 40 rata aktivitas belajar siswa
pada siklus I sebesar 64,38 menjadi 78,13 pada siklus II. Peningkatan juga
terjadi pada nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 69,17 meningkat
menjadi 75,67 pada siklus II. Persamaan dari kedua penelitian tersebut dengan
penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian pertama menggunakan
model yang sama yaitu model PBL dan penelitian kedua menggunakan media
grafis. Keduanya memiliki kesamaan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa, jenjang kelas, siklus yang dilaksanakan. Sedangkan perbedaannya
adalah waktu dan tempat penelitian, mata pelajaran atau materi yang diteliti,
dan hasil yang diperoleh. Berdasarkan uraian di atas, kedua penelitian tersebut
cukup relevan terhadap efektivitas penerapan model PBL dan media grafis
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sekolah dasar.
2.11 Kerangka Pikir
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran
problem based learning melalui pendekatan saintifik dalam pelaksanaan

15

tindakan perbaikan pembelajran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
siswa kela II SDN Pati Kidul 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati pada tema
aku dan sekolahku .
Bagan 2.2 Kerangka Pikir
Kondisi awal
1. Siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2. Siswa merasa bosan karena guru tidak menggunakan media yang ada disekitar
siswa (media konkret)
3. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga kesulitan memecahkan soal
pemecahan masalah
4. Siswa tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam
menyerap materi ajar matematika rendah
5. Hasil belajar matematika di bawah KKM

Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dan media konkret dalam
Pembelajaran IPA
1. Guru menunjukkan media konkret kepada siswa untuk menggali permasalahan
kontekstual yang terkait dengan materi pembelajaran
2. Siswa dibagikan LKS dan media konkrit untuk berdiskusi
3. Guru menyampaikan tugas kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan
4. Siswa melaksanakan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah
5. Penyajian hasil diskusinya secara bergantian
6. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi

Kondisi akhir
1. Siswa menjadi antusias mengikuti pembelajaran matematika
2. Siswa tidak merasa bosan karena guru menggunakan media konkret yang berada
dilingkungan siswa.
3. Siswa memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa dapat memecahkan soal
pemecahan masalah dengan tepat
4. Aktivitas siswa meningkat
5. Hasil belajar matematika meningkat diatas KKM yang ditetapkan sekolah 67

2.11

HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas,
maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: “Penerapan model
Problem Based Learning dan media konkret dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar matematika pada siswa kelas II SDN Pati Kidul 01”.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24