MODEL PEMBELAJARAN KARTU PIINTAR BERGAMB

Pembuatan Model Pembelajaran
disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Sains

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Jumadi, M.Pd

OLEH
NAMA : NURUL HIDAYATI UTAMI
NIM : 13708251106
KELAS : PSN E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi
sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan

pada semua jenjang pendidikan dari tingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi.
Pendidikan di sekolah mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap belajar sebagai bentuk perubahan perilaku belajar,
sehingga tujuan pendidikan tercapai. Dengan adanya tujuan tersebut, maka mutu
pendidikan akan dapat ditingkatkan.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa
ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik sebab orientasi pembelajaran hanya
terkait dengan aspek kognitif, hal ini tentu saja tidak mengejutkan sebab jika kita amati
selama pembelajaran kebermaknaan pembelajaran belum nampak sehingga siswa hanya
dipaksa menghafal konsep tetapi belum mampu mengaitkan pembelajaran dengan dunia
nyata sehingga tak jarang hal tersebut turut mempengaruhi prestasi peserta didik dan
tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu (belajar untuk belajar) sehubungan dengan hal tersebut guru dapat
menerapkan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa dan Salah
satu strategi yang dapat disarankan untuk masalah ini adalah pembelajaran kooperatif
yang menggunakan kartu pintar hal ini diharapkan dapat membantu siswa dalam
mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, konsep ke dalam suatu konteks
pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik. Hal yang diinginkan dengan
adanya penggunaan model pembelajaran ini dapat terjadi peningkatan pemahaman
siswa pada materi pelajaran. Kemudian aktivitas siswa mengalami peningkatan jauh

lebih besar dan respon yang diperlihatkan siswa positif dan menganggap pelajaran
menyenangkan sehingga proses belajar mengajar adanya interaksi antara guru dengan
siswa. Interaksi antara guru dan siswa dapat diciptakan melalui penggunaan
pendekatan-pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran dan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, materi, media, dan evaluasi serta kondisi dan
lingkungan sekolah.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.

Apakah landasan teori yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif
menggunakan kartu pintar ?

2.

Bagaimana karakteristik Pembelajaran IPA disekolah sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013?


3.

Bagaimana langkah pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif ?

4.

Bagaimana karakteristik siswa yang dapat menggunakan model pembelajaran
kooperatif menggunakan kartu pintar?

5.

Bagaimana langkah-langkah pembelajaran kooperatif menggunakan kartu
pintar ?

6.

Bagaiamana Penilaian dalam pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar
?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Pembelajaran dilaksanakan untuk siswa jenjang SD dan SMP.
2. Langkah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran kooperatif
yang dimodifikasi dengan menggunakan kartu pintar.
D. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui landasan teori yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif
menggunakan kartu pintar.
2. Mengetahui karakteristik Pembelajaran IPA disekolah sesuai dengan tuntutan
kurikulum 2013.
3. Mengetahui langkah pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif.
4. Mengetahui karakteristik siswa yang dapat menggunakan model pembelajaran
kooperatif menggunakan kartu pintar.
5. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori dalam Pembelajaran
1. Teori Perkembangan Jean Piaget
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan

interaksi aktif anak dengan lingkungan Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin
bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Adaptasi lingkungan dilakukan melalui proses asmilasi dan
akomodasi. Menurut Slavin (Trianto 2010) asimilasi merupakan penginterpretasian
pengalaman- pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema yang pernah ada.
Sedangkan akomodasi adalah pemodifikasian skema-skema yang ada untuk
mencocokkannya dengan situasi baru. Teori perkembangan Piaget mewakili
konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Tabel 1 Tahap – Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Tahap
Sensorimotor

Perkiraan Usia
Lahir sampai 2 tahun

Praoperasiona
l


2 sampai 7 t ahun

Operasi
Kongkrit

7 sampai 11 tahun

Kemampuan – kemampuan utama
Terbentuknya
konsep
“kepermanenan
objek”
dan
kemampuan grandual dari perilaku
refeksif
Perkembangan kemampuan untuk
menggunakan
symbol
yang
menyatakan obyek- obyek duia.

Pemikiran egosentris dan sentrasi
Perbaikan
kemampuan
untuk
berpikir logis, kemampuan baru
termasuk penggunaan operasi yang
dapat balik. Pemikiran tidak lagi

sentrasi tetap desentrasi ,dan
pemecahan masalah tidak begitu
dibatasi oleh keegosentris
Operasi
11tahun sampai dewasa
Pemikiran yang abstrak dan murni
formal
simbolis mungkin
dilakukan.
Masalah – masalah dapat dipecahkan
melalui penggunaan eksperimentasi
sistematis.

Dari implikasi tersebut, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang
membuat siswa mandiri, sehingga guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ke
siswa, tetapi guru dapat membangun kondisi yang membuat siswa mampu untuk belajar
dan terlibat secara aktif pada proses pembelajaran.
2.

Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut Gintings (2008) teori ini memandang bahwa setiap individu memiliki

kemampuan untuk merekonstruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan berinteraksi
secara terus – menerus dengan lingkungannya. Pandangan ini berimplikasi praktis
bahwa pembelajaran harus disediakan bahan ajar yang secara kongkrit terkait dengan
kehidupan nyata dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi aktif
dengan lingkungannya..Pandangan kontruktivisme merupakan hasil kostruksi kognitif
melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan bahwa pengetahuan kita
adalah bentukan kita sendiri. Pengajaran kooperatif dalam pendekatan konstruktivisme
mengajarkan untuk memahami dan menemukan konsep yang sulit serta saling
mendiskusikan masalah- masalah sesuai dengan tema materi yang diajarkan sehingga
mampu mencapai ketuntasan belajar bagi seluruh siswa baik yang memiliki kemampuan
rendah maupun siswa yang tergolong berkemampuan tinggi.

3. Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky
Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran.
Menurut vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada
dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah
tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky
yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan

dan kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke
dalam individu tersebut.
Menurut Trianto (2010) ide penting dari teori Vygotsky adalah Scaffolding
memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang siswa selama tahap – tahap awal
pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar setelah dia dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky
adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistik dan
kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini
bukan berarti bahwa diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang
kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjdi suatu kemampuan
untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut (Nur dan Wikandari, 2000).
B. Karakteristik Pembelajaran IPA di tingkat SD dan SMP dalam

Kurikulum 2013
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 81A tentang implementasi kurikulum 2013 diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2)
mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan
menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi
dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan
bermakna.
Menurut Conny Semiawan (2011) Disekolah SD, seyogianya adalah jangan
pompakan fakta-fakta yang tidak saling terkait kedalam benak. Anak-anak seyogianya
belajar konsep belajar bermakna. Sains harus diajarkan sebagai suatu cara
berpikir.Pelajaran itu harus membangun struktur kognitif dan merupakan tangga
intelektual yang dinaiki dalam meraih tingkat berpikir dan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi , yang disebut eskalasi (menunjuk pada pengertian penanjakan mental pada
taraf belajar yag lebih tinggi). Selajutnya disekolah menengah pengalaman belajar
dilanjutkan dengan cara yang semakin meluas dan mendalam, ibarat spiral yang

melingkar pohon ilmu yang terdiri dari body knowledge yang saling terkait jelas dan
selain itu saling menerobos pada kejadian sehari-hari. Pada peserta didik SD seandainya

dibicarakan energi, peserta didik seyogianya menemukan cahaya, suara dan panas
adalah berbagai eneri yang saling terkait. Mereka harus belajar bahwa energi dalam
lampu pijar adalah energi yang digunakan dalam untaian hidup yang berfungsi dalam
kehidupan sains manusia sehingga berbagai keterkaitan sainstifik menjembatani transisi
bertahap berpikir siswa. Transisi dari pengembangan tahap operasional kongkrit ke arah
operasional abstrak dibantu dengan penerapan pengamatan. Demikian pembentukan
berpikir hipotesisterjadi, yaitu antisipasi terhadap yang fakta nyata dan yang di tindak
lanjuti

dengan

verifikasi

kebenaranfaktanya

melalui

ekperimentasi.

Berbagai

eksperimen dibuat semenarik mungkin untuk mengeambangkan minat anak dengan
menyajikan berbagai discrepant events dalam alam nyata. Pembelajaran sains doing
science dapat diimplementasikan dalam jenjang pendidikan sehingga pengembangan
sikap dan minat diperoleh SD melalui pembelajaran

dimana memperoleh peluang

untuk berpartisipasi aktif melalui penggalakan minat.
C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau Cooperative learning merupakan suatu model
pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama
dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam mengajar. Pembelajaran ini
melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari kurang lebih empat siswa dengan
kemampuan dan latar belakang sosial yang berbeda-beda pula. Mereka biasanya dilatih
keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik.
Menurut Arends (2008), cooperative learning dikembangkan untuk mencapai
paling sedikit tiga tujuan penting yakni prestasi, akademis, toleransi, dan penerimaan
terhadap keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Selain merubah
norma yang terkait dengan prestasi, cooperative learning dapat menguntungkan bagi
siswa berprestasi rendah maupun tinggi yag mengerjakan tugas akademis secara
bersama – sama. Efek penting kedua dari cooperative learning adalah toleransi dan
penerimaan yang lebih luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial atau

kemampuannya. Tujuan ketiga dan penting dalam cooperative learning adalah
mengajarkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi kepada siswa. cooperative
learning meningkatkan kerja sama karena saling menghargai dan mendukung
perkembangan inteligensi interpersonal,salah satu diantara delapan keterampilan
multiple intelligences.
2. Langkah Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mempunyai 6 langkah, yaitu:
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase

Tingkah laku guru
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase 2:
Menyajikan informasi
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok – kelompok
belajar
Fase 4:
Membimbing
kelompok
bekerja dan belajar
Fase 5:
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6:
Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik
Memberikan penghargaan
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber: (Ibrahim dkk, 2000)

Menurut Lie (Gintings, 2008) ada lima unsur menjadi ciri yang membedakan
cooperatif learning dengan model pembelajaran yang lain yaitu :
a. Saling ketergantungan positif
b. Tangungjawab persorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antar anggota
e. Evaluasi proses kelompok

Menurut Sanjaya (2006) melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain sehingga
memberdayakan siswa untuk dapat bertanggung jawab dalam belajar. Pengembangan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan
balik sehingga siswa tidak takut dalam membuat kesalahan karena keputusan dibuat
adalah keputusan kelompok.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur
utama praktek pendidikan yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang
dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, permainan terhadap teman sekelas
yang lemah dalam bidang akademik, meningkatkan rasa percaya diri, dan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang baik untuk mencapai hal-hal semacam
itu.
3. Model Pembelajaran kooperatif modifikasi Mengunakan Kartu pintar
Modifikasi Model pembelajaran ini menggunakan kartu pintar yakni kartu yang
berisikan kata-kata atau gambar yang digunakan untuk memicu ide baru dalam proses
pembelajaran, kartu ini dirancang untuk memunculkan ide dalam spembelajaran untuk
dapat menulis cerita

dan menemukan konsep serta solusi terhadap permasalahan

melalui pendekatan yang sederhana, kartu pintar memiliki tujuan untuk menstimulasi
pemikiran secara lateral sehingga diharapkan memicu berpikir kreatif siswa untuk
menghasilkan ide-ide yang baru namun terarah. Contoh Ilustrasi kartu pintar
Yang berisikan gambar
Gambar 2.1 kartu pintar yang berisikan gambar
Dari gambar ini siswa diminta untuk
dapat memecahkan masalah mengenai
bagaimana mendeskripsikan global
warning dan mencari tahu bagaimana
menganggulangi
global
warming
(pemanasan global) yang muncul
dimuka bumi ?

KARTU PINTAR BERGAMBAR

Penggunaan kartu pintar bergambar bertujuan untuk mempermudah siswa
memberikan asosiasi terhadap konsep dan materi sehingga gambar yang didapatkan
siswa dalam memunculkan ide-ide yang kreatif. Kartu tendang bergambar diharapkan
mampu meningkatkan siswa kemampuan spasial dan visual siswa. Masalah yang
disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung dapat dibantu
pemecahannya melalui gambar tersebut. kartu pintar bergambar dapat digunakan pada
siswa sekolah dasar ini sebab dengan adanya gambar tersebut mampu menarik perhatian
sekaligus membantu siswa dalam pengasosiasian konsepnya.
Pada kartu pintar berkata merupakan kartu yang berisikan kata kunci dalam
pembelajaran yang digunakan siswa dalam menyusun solusi, konsep dan pemecahan
masalah baik secara runut dan sistematis. Penggunaan kata kunci ini tentu saja harus
sangat berkaitan dengan konsep yang dilontarkan oleh guru. Pada kartu pintar berkata
terjadi penyusun ide kedalam sebuah solusi yang mampu dilaksanakan. Kartu pintar
berkata secara tidak langsung membantu siswa dalam menemukan konsep yang
dirancang sejak awal oleh guru selain itu keterampilan berpikir kreatif siswa juga
terasah, se lain itu kemampuan verbal dan menulis siswa menjadi salah satu prioritas.
Ilustrasi kartu pintar berkata.
Gambar 2.2 contoh kartu pintar berkata
KARTU PINTA BERKATA
Masalah :
akhir-akhir ini kota Yogyakarta dilanda kemacetan dan
polusi udara yang semakin parah.
KATA KUNCI :
Kemacetan, pencemara udara, trans jogja,
kendaraan pribadi, gangguan pernafasan, jam sibuk,
terlambat kesekolah, hujan turun

Siswa menuliskan konsep jawaban yang muncul dari pendapat siswa dan ada
baiknya jawaban tersebut dituliskan dan disampaikan secara lisan dihadapan temantemannya yang lain sebab antar siswa satu dengan yang lain memungkinkan untuk
berbeda pendapat dan penyusunan kalimat kunci, solusi tersebut yakni :
“Kota Yogyakarta selama beberapa tahun ini mengalami kemacetan hampir disetiap
wilayahnya jika pada jam – jam sibuk seperti pada pukul 7.00-9.00 pagi dan pukul
16.00-18.00 maka antrian kendaraan pribadi akan terlihat disepanjang mata
memandang diruas jalan kota yogyakarta terlebih disekitar lampu pemberhentian
akibatnya akan terlihat beberapa orang siswa yang datang terlambat kesekolah akibat
terjebak kemacetan ,jika diamati secara seksama kemacetan ini akan menimbulkan
pencemaran udara disekitarnya sebingga dapat menyebabkan resiko gangguan
pernafasan. Menurut saya kemacetan hal ini dapat ditanggulangi dengan menyediakan
angkutan umum yang nyaman dan aman bagi seluruh penduduk hal in tentu saja
memacu untuk menggunakannya selain itu pengurangan volume kendaraan pribadi
dijalanan dapat dilakukan dengan membatasi kepemilikannya hal ini tentu saja akan
lebih mempermudah regulasi bagi pemerintah dalam pengaturannya.”
D. Langkah-Langkah pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar
Kartu pintar merupakan suatu cara yang efektif membuat variasi suasana pola
diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Guru memperkirakan hanya melengkapi pernyataan singkat atau siswa membaca tugas,
situasi yang menjadi tanda tanya. Guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah 1 berpikir mandiri
Guru mengajukan suatu pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran, dan
meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban
atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan
bukan bagian waktu berpikir.selama proses ini siswa diberikan kartu pintar berkata
atau kartu pintar bergambar.

2. Langkah 2. Berpasangan dan bertukar pikiran.
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi dengan teman sebangku
untuk menyatukan jawaban atau konsep-konsep yang sudah mereka peroleh.Guru
memberi waktu tidak lebih dari 10 atau 15 menit untuk berpasangan, sedangkan fungsi
kartu pintar disini adalah siswa berinteraksi untuk

menyatukan jawaban antara

pasanganyang didasarkan pada k ata kunci atau gambar yang tertera pada kartu pintar
sehingga suatu permasalah khusus yang diidentifikasi dalam hal ini siswa dapat
mengembangkan kata kunci yang diperoleh dalam ide-ide penjelas yang lebih spesifik
dan terperinci.
3. Langkah 3. Presentasi di hadapan kelas.
Langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari
pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melaporkan hasil dari pemikiran berkelompok tadi harapannya siswa
dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan melalui intersubjektif
sehingga salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh guru adalah dengan seorang guru
baru saja selesai membuat presentasi pendek atau siswa sudah selesai membaca sebuah
tugas atau situasi penuh teka – teki di deskripsikan oleh guru dan siswa menyimak baik
– baik apa yang dijelaskan.
Pada tahapan ini guru mendorong siswa untuk memahami dimensi, arah dari
permasalahan. Tujuannya adalah agar supaya siswa mengumpulkan cukup informasi
guna menciptakan dan membangun ide siswa sendiri. Guru membantu siswa dalam
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan jenis-jenis informasi yang
diperlukan sampai pada pemecahan yang dapat dipertahankan sehingga menjadi
penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai untuk masalah.
E. Penilaian Dalam pembelajaran kooperatif Menggunakan Kartu Pintar
Terdapat tiga istilah yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan
belajar siswa, yakni evaluasi, penilaian dan pengukuran. Evaluasi dapat dinyatakan

sebagai proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan,
dengan melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran belajar dan pembelajaran.
Penilaian adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan
pembelajaran secara kualitatif. Sedangkan pengukuran adalah proses membandingkan
tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan
pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif. Hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya proses belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif menggunakan kartu pintar diperlukan
penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja
rata-rata dari semua anggota tim dan semua kegiatan membaca dan menulis. Karena
siswa belajar dengan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, maka
mereka punya kesempatan yang sama untuk sukses. Kontribusi siswa pada timnya
didasarkan pada skor kuisnya dan membuat karangan tertulis secara independen, yang
memastikan adanya tanggung jawab individu
Salah satu syarat efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar
yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar
dengan baik. Untuk mengetahui keefektifan mengajar adalah dengan memberikan tes,
sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.
Tujuan akhir dari pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif
tidak hanya untuk mencapai tujuan akademik semata tapi juga melatih anak didik untuk
menerima dan menghargai keberadaan dan ide dari orang lain serta meminimalkan
dominansi guru di kelas yang hanya beperan sebagai fasilitator belajar

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Teori yang melandasi adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget, teori
belajar konstruktivisme, teori pembelajaran Sosial Vygotsky.
2. Karakteristik Pembelajaran IPA di tingkat SD dan SMP dalam Kurikulum
2013

seyogianya belajar konsep belajar bermakna. Sains harus diajarkan

sebagai suatu cara berpikir dengan membangun struktur kognitif

untuk

pengetahuan lebih tinggi.
3. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu
siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam
proses belajar.
4. Model Pembelajaran kooperatif modifikasi Mengunakan Kartu pintar yakni
kartu yang berisikan kata atau gambar yang digunakan untuk memicu ide
baru, kartu ini dirancang untuk memunculkan ide dalam pembelajaran untuk
menulis cerita

dan menemukan solusi terhadap permasalahan melalui

pendekatan sederhana.
5. Siswa menuliskan konsep yang muncul dan disampaikan secara lisan
dihadapan teman-temannya yang lain sebab antar siswa satu dengan yang lain
memungkinkan untuk berbeda pendapat dan penyusunan kalimat kunci,
6. Langkah-Langkah pembelajaran kooperatif modifikasi menggunakan kartu
pintar yakni (1). berpikir mandiri, (2). Berpasangan dan bertukar pikiran.(3).
Presentasi di hadapan kelas.
B. SARAN
1. Diperlukan adanya penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif modifikasi Mengunakan Kartu pintar pada jenjang tertentu untuk
mengetahui efektivitasnya.

2. Perlu adanya modifikasi dalam menggunakan kartu pintar sehingga dapat
lebih menarik dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
Ibrahim, Muslimin; Fida Rachmadiati; Mohamad Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya University Press, Surabaya.
Samatowa, Usman.(2011). Pembelajaran IPA Di sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Rineka Cipta,
Jakarta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooverative Learning. Pustaka Pelajar: Surabaya.
Susilo, H., H. Chotimah., dan Y.D.Sari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Sarana Pengembangan Profesional Guru dan Calon Guru. Bayumedia. Jakarta.
Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Surabaya.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Cerdas Pustaka: Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana: Jakarta.