FAUNA DI PULAU PAPUA di dunia

GIIIPPPPPPPPPPPP

FAUNA DI PULAU PAPUA

 Burung Kasuari Fauna Identitas Propinsi Papua Barat

Burung Kasuari
(Casuarius casuarius)
merupakan sebangsa
burung yang mempunyai
ukuran tubuh sangat
besar dan tidak mampu
terbang. Kasuari yang
merupakan binatang yang
dilindungi di Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi Papua Barat terdiri atas
tiga jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari Kerdil
(Casuarius bennet). Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun
dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika
diganggu. Burung bergenus Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan tidak segan-segan
mengejar ‘korban’ atau para pengganggunya. Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak

dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan konon, The Guinnes Book of Records memasukkan
burung Kasuari sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya
belum dapat melakukan verifikasi ke situs The Guinness Book of Records. Kasuari
merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau Papua dan sekitarnya, kecuali
Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) yang dapat juga ditemukan di benua Australia
bagian timur laut. Dalam bahasa Inggris, Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius)
disebut (Southern Cassowary), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus)
disebut (Northern Cassowary) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennet) disebut sebagai (Dwarf
Cassowary).
 Habitat dan Penyebaran.

Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil
(Casuarius bennetti) merupakan satwa endemik pulau Papua (Indonesia dan Papua New
Guinea), sedangkan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) selain di pulau Papua
juga terdapat di pulau Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung
Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa.
 Populasi dan Konservasi. Populasi burung Kasuari tidak diketahui dengan pasti namun
diyakini dari hari ke hari semakin mengalami penurunan. Karena itu IUCN Redlist
memasukkan burung Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) dan Kasuari
Gelambir

Tunggal
(Casuarius
unappendiculatus)
dalam
status
konservasi Vulnerable (Rentan) sejak tahun 1994. Sedang Kasuari Kerdil (Casuarius
bennetti) diberikan status konservasi Near Threatened (Hampir Terancam). Ancaman
kepunahan burung Kasuari lebih karena perburuan baik untuk mendpatkan daging, bulu
ataupun telurnya.
 Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Struthioniformes; Famili:
Casuariidae;
Genus: Casuarius;
Spesies: Casuarius
casuarius,
Casuarius
unappendiculatus dan Casuarius bennetti.

 Burung Bidadari Halmahera Fauna Identitas Propinsi Maluku Utara


Burung Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii) merupakan salah satu jenis burung
Cenderawasih ini selain mempunyai bulu yang indah layaknya bidadari juga mempunyai
gerak tarian yang indah dan terkesan genit terutama saat merayu pasangannya. Sayangnya
burung Bidadari (Semioptera wallacii) yang endemik Maluku Utara ini semakin hari semakin
langka. Meskipun oleh IUCN Redlist hanya dikategorikan sebagai Least Concern, tetapi di

lapangan burung berbulu indah layaknya bidadari ini semakin jarang ditemui. Burung
langka ini merupakan anggota famili Paradisaeidae (Cenderawasih) dan merupakan satusatunya anggota genus Semioptera. Ditemukan pertama kali pada tahun 1858 oleh Alfred
Russel Wallace. Oleh masyarakat lokal burung ini dikenal juga sebagaiweak-weka, sedangkan
dalam bahasa Inggris burung ini disebut sebagai Standardwing,Standard-wing Bird-ofparadise, atau Wallace’s Standardwing. Burung Bidadari berukuran sedang, sekitar 28 cm.
Berwarna coklat kehijauan zaitun. Burung bidadari jantan mempunyai mahkota warna ungu
dan ungu-pucat mengkilat serta warna hijau zamrud pada dadanya. Burung Bidadari betina
berukuran lebih kecil dengan warna cokelat zaitun dan serta punya ekor lebih panjang
dibandingkan burung jantan. Ciri khas burung Bidadari (Semioptera wallacii) adalah adalah
dipunyainya dua pasang bulu putih yang panjang yang keluar menekuk dari sayapnya. Bulu
ini dapat ditegakkan atau diturunkan sesuai keinginan burung ini. Burung genit dari Maluku
Utara yang dikenal juga sebagai weak-weka ini memakan serangga, antropoda, dan buahbuahan. Burung jantan bersifat poligami. Kegenitan burung berbulu indah ini terlihat
terutama saat musim kawin. Burung jantan akan memamerkan kecantikan bulu dan bentang
sayapnya serta kegenitan dalam menari untuk merayu dan menarik perhatian betinanya.
Burung Bidadari betina akan menghampiri dan memilih satu pejantan yang dinilai paling

indah tarian dan bentangan sayapnya.

 Persebaran, Habitat, dan Populasi.
Burung Bidadari merupakan satwa endemikMaluku Utara dan menjadi jenis Cenderawasih
yang tersebar di kawasan paling barat. Burung ini bisa dijumpai di pulau Halmahera dan
Bacan di Maluku Utara. Beberapa lokasi yang menjadi habitat burung Bidadari nan genit lagi
indah ini adalah hutan Tanah Putih, gunung Gamkonora, dan hutan Domato (Halmahera
Barat), hutan Labi-labi di area Taman Nasional Aketajawe dan hutan Lolobata (Halmahera
Timur). Burung bernama lokal weak-weka ini juga ditemukan di pulau Bacan.
Populasi burung Bidadari (Semioptera wallacii) tidak diketahui dengan pasti tetapi dipastikan
telah menurun jika dibandingkan dengan tahun 1980-an lantaran banyaknya kawasan hutan
habitat burung bidadari yang mengalami deforestasi. Penurunan populasi juga diakibatkan
oleh perburuan liar untuk menangkap burung Bidadari jantan yang mempunyai bulu indah.
Meskipun semakin sulit ditemukan di habitatnya, namun oleh IUCN Redlist, status
konservasi burung ini masih dianggap aman sheingga masih diklasifikasikan sebagai Least
Concern. Sedangkan oleh CITES, burung Bidadari Halmahera didaftarkan sebagai Apendiks
II. Pemerintah Indonesia, meskipun tidak spesifik menyebut nama spesies burung Bidadari
dalam lampiran PP No. 7 Tahun 1999, namun burung ini tetap termasuk sebagai salah
satu satwa yang dilindungi. Ini lantaran semua anggota famili Paradisaeidae atau berbagai
jenis Cenderawasih, merupakan satwa yang dilindungi.


 Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Passeriformes; Famili: Paradisaeidae;
Genus: Semioptera (Gray, 1859); Spesies:Semioptera wallacii.

 Nuri Raja Ambon Fauna Identitas Propinsi Maluku

Burung Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) layak menjadi burung khas Maluku. Burung
berparuh bengkok yang sering disebut Nuri Raja saja ini memang ditetapkan menjadi fauna identitas
provinsi Maluku. Anugerah yang pantas bagi burung Nuri Raja yang mempunyai bulu indah ini
meskipun terkesan norak. Burung Nuri Raja Ambon sering disebut Nuri Raja saja. Hewan ini dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Moluccan King-parrot, Ambon King Parrot, atau Amboina King Parrot.
Sedangkan dalam bahasa latin burng endemik Maluku ini disebut Alisterus amboinensis. Nuri Raja
atau Amboina King Parrot (Alisterus amboinensis) merupakan satu dari 3 anggota King Parrot
(Genus: Alisterus) selain Nuri Raja Papua atau Papuan King Parrot(Alisterus chloropterus) dan Nuri
Raja Australia atau Australian King Parrot (Alisterus scapularis). Penampilan burung Nuri Raja
Ambon memang khas. Selain seperti jenis burung Nuri lainnya yang mempunyai paruh bengkok,
burung yang mempunyai badan sepanjang 35 cm ini memiliki bulu yang ‘semarak’ dan mencolok
dengan kombinasi warna merah, hijau, dan biru. Bulu pada kepala dan dada burung Nuri Raja Ambon
(Alisterus amboinensis) berwarna merah. Sayapnya berwarna hijau. Sedangkan bagian punggung

bagian atas berwarna biru menyala dan ekor mempunyai warna biru atau biru keunguan atau biru
kehitaman. Burung endemik yang ditetapkan sebagai maskot provinsi Maluku
mendampingi Anggrek Larat sebagai flora identitas provinsinya ini hidup secara berpasangan atau
dalam kelompok-kelompok kecil dengan suara kicauan yang agak ricuh. Burung Nuri Raja Ambon
mengkonsumsi buah, biji, madu, dan pucuk tanaman. Burung ini tinggal di lubang-lubang pada
pohon. Perkawinan terjadi sekitar pada bulan Februari hingga Maret.
 Persebaran, Habitat, Populasi, dan Konservasi

Burung Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) merupakan hewan endemik yang hidup di
pulau Ambon, Seram dan wilayah Maluku Tengah lainnya serta wilayah Maluku Utara seperti
pulau Halmahera. Burung Nuri Raja Ambon mendiami hutan-hutan hujan dataran rendah dan
perkebunan hingga ketinggian 1.400 meter dpl. Populasi burung berbulu indah dan mencolok
ini di alam diperkirakan sekitar 70.000 ekor (IUCN Redlist: 1997). Dan berdasarkan jumlah
populasi tersebut, oleh IUCN Redlist dan BirdLife International burung yang dikenal
sebagai Amboina King Parrot ini dikategorikan dalam status konservasi Least
Concern (Beresiko Rendah) sejak 1988, meskipun pada periode 1994-2000 statusnya pernah
dinaikkan menjadi Near Threatened(Hampir Terancam). Sedangkan CITES mendaftarnya
dalam Apendiks II. Ancaman utama terhadap populasi burung maskot Maluku ini adalah
berkurangnya habitat akibat menyempitnya luas hutan dan kerusakan hutan. Selain itu juga


diakibatkan oleh perburuan liar untuk diperdagangkan. Saya sendiri gak kebayang jika harus
memakai baju senorak burung ini. Mungkin juga burung Nuri Raja Ambon ini. Karena
lantaran warna bulunya yang mencolok, semarak bahkan cenderung norak itulah ia menjadi
incaran para manusia yang norak juga.
 Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Psittaciformes; Famili: Psittacidae:
Genus: Alisterus; Spesies: Alisterus amboinensis.

 Burung Cenderawasih Fauna Identitas Propinsi Papua

Burung Cendrawasih (Seleucidis melanoleucus) layak digelari sebagai Burung Surga (Bird of
Paradise). Burung Cendrawasih yang merupakan burung khas Papua, terutama yang jantan, memiliki
bulu-bulu yang indah layaknya bidadari yang turun dari surga (kayangan). Keindahan bulu
Cendrawasih tiada duanya. Burung Cendrawasih merupakan sekumpulan spesies burung yang
dikelompokkan dalam famili Paradisaeidae. Burung yang hanya terdapat di Indonesia bagian timur,
Papua Nugini, dan Australia timur ini terdiri atas 14 genus dan dan sekitar 43 spesies. 30-an spesies
diantaranya bisa ditemukan di Indonesia. Oleh masyarakat Papua, burung cendrawasih dipercaya
sebagai titisan bidadari dari surga. Dulunya burung ini dianggap sebagai burung cantik tetapi tidak
berkaki. Mereka tidak akan turung ke tanah tetapi hanya berada di udara saja lantaran bulu-bulunya
yang indah. Karena itu kemudian burung Cenderawasih terkenal sebagai Bird of Paradise atau Burung

Surga (Kayangan). Dan beberapa jenis yang terkenal adalah dari genusParadisaea yang penamaannya
berasal dari kata Paradise.

 Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Passeriformes;
Famili: Paradisaeidae; Genus: Lycocorax, Pteridophora, Lophorina, Epimachus, Cicinnurus,
Semioptera, Seleucidis, Paradisaea, Ptiloris, Manucodia, Paradigalla, Astrapia,
Drepanornis, dan Parotia.

 Kanguru Pohon Mantel Emas

Kanguru Pohon Mantel Emas (Dendrolagus Pulcherrimus) adalah salah satu jenis kanguru pohon
yang termasuk hewan endemik dari papua yaitu di hutan pegunungan papua. Kanguru ini memiliki
rambut berwarna coklat muda, kaki, pipi dan lehernya berwarna coklat kekuningan, perut bagian
bawahnya berwarna putih kusam, memiliki 2 garis berwarna keemasan di punggungnya, serta
memiliki ekor yang panjang.

 Klasifikasi Ilmiah
Kanguru-pohon Mantel-emas atau dalam nama ilmiahnya Dendrolagus pulcherrimus adalah sejenis
kanguru-pohon yang hanya ditemukan di hutan pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambutrambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan.


 Labi-labi Moncong Babi

Labi-labi Moncong Babi merupakan salah satu reptil asli Indonesia dari
famili Carettochelyidae. Keberadaannya di alam bebas semakin langka dan terancam punah.
Ancaman terhadap kelestarian Labi-labi Moncong Babi (Carettochelys insculpta) lebih
disebabkan oleh faktor perburuan liar untuk diperjualbelikan. Padahal Labi-labi Moncong
Babi merupakan salah satu hewan yang dilindungi di Indonesia.
Labi-labi Moncong Babi kerap disebut juga sebagai kura-kura, meskipun sebenarnya
penyebutan tersebut kurang tepat ini adalah Carettochelys insculpta Ramsay, 1886.

Mempunyai beberapa nama sinonim seperti Carettochelys canni Artner, 2003; Carettochelys
insculpta Wells, 2002; Carettochelys insculptus Ramsay, 1886. Dalam bahasa Inggris, reptil
ini sibeut sebagai Pig-nosed Turtle, Fly River Turtle, New Guinea Plateless Turtle, Pig-nose
Turtle, atau Pitted-shell Turtle.
 Habitat Populasi
Labi – labi moncong babi termasuk sumber protein utama bagi masyarakat yang tinggal di
sepanjang jaringan sungai di pulau Papua. Kabupaten Asmat, Boven Digoel, Nduga,
Mimika, Yahukimo, dan Mappi memiliki jaringan sungai yang sangat potensial sebagai
breeding site dan nesting site bagi labi-labi moncong babi. Karena distribusi nya yang ada

pada sekitar pemukiman masyarakat pesisir, potensi kura-kura moncong babi yang awalnya
hanya sebagai pemenuh kebutuhan akan protein, kini beralih menjadi sumber mata
pencaharian yang menjanjikan masyarakat yang hidup berdampingan secara langsung dengan
habitat kura-kura ini untuk mencari keuntungan dari perdagangannya.

 Kura-Kura Reimani

Saat ini diketahui bahwa penyebaran kura-kura berkepala ular ini hanya ada berada
di satu lokasi yaitu di Merauke. Sedangkan status taksonomi masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut sebab data biologi, ekologi dan populasi di alamnya masih
belum ada, walaupun telah ada catatan mengenai jenis ini di penangkaran. Status
Kura-kura Reimani pada IUCN adalah Lower Risk dan tidak dilindungi.

Cenderawasih mati-kawat

Cenderawasih mati-kawat atau dalam nama ilmiahnyaSeleucidis melanoleucus adalah sejenis
burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari genus tunggal Seleucidis.
Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam mengilap, pada bagian sisi perutnya dihiasi
bulu-bulu berwarna kuning dan duabelas kawat berwarna hitam. Burung ini berparuh panjang lancip
berwarna hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung betina berwarna coklat, berukuran lebih

kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi bulu-bulu berwarna kuning ataupun keduabelas kawat di
sisi perutnya.
Cenderawasih mati-kawat ditemukan di hutan dataran rendah pada Pulau Irian. Seperti kebanyakan
spesies burung lainnya di suku Paradisaeidae, Cenderawasih Mati-kawat adalah poligami spesies.
Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan keduabelas kawat pada ritual tariannya.
Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung
betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cenderawasih Mati-kawat
terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.

 Habitat
Habitatnya adalah hutan hujan dataran rendah dekat pesisir dan hutan sepanjang sungai-sungai
di dataran rendah, terutama di hutan sagu dan pandanus. Pada umumnya hidup di dalam hutan
pamah di Irian Jaya. Pada waktu tidak terbang, burung-burung ini bertengger pada dahan
pepohonan.
 Nama Latin:

Seleucidis melanoleucus