BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap Perawatan Diri di Desa Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

  2.1.1 Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan adalah kesan didalam pemikiran manusia sebagai hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu orang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada wakru yang tepat dengan sendirinya mengasilkan pengetahuan dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut (Notoatmodjo, 2010).

  2.1.2 Tingkat Pengetahuan

  Pengetahuan orang terhadap objek mempunyai tingkatan atau intensitas yang berbeda-beda. Secara garis besar tingkat Pengetahuan mencakup dalam 6 tingkat dalam Notoatmodjo 2010 yaitu :

  2.1.2.1 Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu atau hanya mengingat (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan.

  2.1.2.2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menginterprestasikan secara benar tentang objek yang di ketahui, bukan hanya sekedar tahu atau menyebutkan objek. Individu yang telah memahami objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya sebagai objek yang dipelajari.

  2.1.2.3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang lain.

  Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  2.1.2.4. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan atau menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata- kata kerja : menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

  2.1.2.5.Sintesis (syntesis) Sintesis menujukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumus- rumus yang telah ada.

  2.1.2.6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan dan sebagainya (Notoadmodjo, 2010).

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2007) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

2.1.3.1 Pendidikan.

  Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya.

  Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak

berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap

seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang

diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

  2.1.3.2 Mass media / informasi.

  

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam- macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

  2.1.3.3 Sosial budaya dan ekonomi.

  Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

  

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  2.1.3.4 Lingkungan.

  Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan

fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

  2.1.3.5 Pengalaman.

  Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional

serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

  2.1.3.6 Usia.

  Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu

akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

  

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

  Ada dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup: Semakin tua

semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal

yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.Tidak dapat mengajarkan

kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik

maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan

bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya

kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

2.2 Perilaku

2.2.1 Pengertian perilaku

  Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makluk hidup yang bersangkutanSk iner (1938), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (ransangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui

proses: stimulus.....> organisme....> respon, sehingga teori skinner ini disebut teori “S-O-

R”(stimulus-organisme-respon). Selanjutnya teori skinner ini menjelaskan adanya dua

jenis responden, yaitu:

  2.2.1.1 Respondent respon atau reflektif

Yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-ransangan (stimulus) tertentu yang

disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respon-respn yang relatif tetap. Misalnya: makanan lezat yang menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan

reaksi mata tertutup, dan sebagainya. Respon-dent respon juga mencakup perilaku

  

emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih,

mendengar berita suka atau gembira, atau menimbulkan rasa suka cita.

  2.2.1.2 Operant respon atau instrumental respons Yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau ransangan yang lain.perangsang yang terkahir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena

berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya, apabila seorang petugas kesehatan

melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respon terhadap gaji yang cukup,

misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk

memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan (Notoatmodjo,2010).

2.2.2 Determinan perilaku Menurut Snehandu B. Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku.

1.Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. 2. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social suport).

  

Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku oarang tersebut cenderung

memerlukan legitimasi dari masyarakat disekitarnya. 3. Terjangkaunya informasi

(accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. 4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi

(personal autonomy) untuk mengambil keputusan. 5. Adanya kondisi dan situasi yang

memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu

kondisi dan situasi yang tepat (Notoatmodjo, 2010).

2.2.3 Tindakan atau Praktik

  

Tindakan atau praktik merupakan domain dari perilaku, praktik atau tindakan ini

dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu

  1. Praktik terpimpin (guided response), apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih terganggu pada tuntunan atau menggunakan panduan. 2. Praktik

secara mekanisme (mechanism), apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. 3. Adopsi (adoption) suatu tindakan atau

praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan bukan sekedar rutinitas

atau mekanisme kerja saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau

perilaku yang berkualitas (Notoatmodjo, 2010).

2.3. Lansia

2.3.1 Pengertian lansia

  Lansia merupakan suatu proses yang alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa semua oarang akan mengalami proses menjadi tua dan mas tua merupakan masa hidup yang paling terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap.

  Menurut undang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut surini dan utomo (2003), lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.

  Menurut Reimer et al (1999) dan stanley and Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap tua etika cucu pertamanya lahir (Azizah, 2011).

  2.3.2 Batasan lanjut usia

  WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan(middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

  Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikeompokan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood) 18 atau 29-25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi, 25-60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi denga 70-75 tahun (young old), 75-80 (old), lebih dari 80(very old).

  Menurut UU No.4 tahun1956 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak dapat berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Azizah, 2011).

  2.3.3 Proses Menua

  Proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami setiap orang. Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduail) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi ( paris constantinides, 1994 ). proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh matisedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencpaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pad umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur (Wahit, 2006).

2.3.4 Teori-Teori Penuaan

  Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual (Azizah, 2011).

2.3.4.1 Teori biologis.

  Teori biologi mencakup teori selular, teoti genetik Clock, sintesis protein (kolagen dan elastin), keracunan oksigen, sistem imun, mutasi somatik (teori Error Catastrophe), teori menua akibat metabolisme, dan kerusakan akibat radikal bebas. Teori selular menyebutkan pada sel lansia mangalami pembelahan sel yang lebih sedikit sehingga berakibat pada sistem,sistem beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sam sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Dalam teori “Genetik Clock” menyatakan bahwa menua ini telah di program secara genetik untuk species-apesies tertentu. Teori protein menyatakan terjadinya kehilangan elastisitas yang dihubungkan dengan adnya perubahan kimia pada komponen protein dalan jaringan tersebut. Teori keracunan oksigen menyatakan bahwa adanya penurunan sejumlah kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, dan adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlh sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh. Teori imun, sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Teori mutasi somatik menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somstik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut. Dalam teori menua akibat metabolisme menyatakan terjadinya menurunya salah satu atau bebrapa proses metabolisme sehingga mengakibatkan penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel. Pada teori kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

2.3.4.2 Teori psikologis.

  Teori terdiri dari tiga teori yaitu aktivitas atau kegiatan, kepribadian berkelanjutan, dan teori pembebasan. Dalam teori aktivitas atau kegiatan menyatakan bahwa seeorang dimasa muda memelihara keefektifan dalm kegiatan sosial sampai tua. Dapat mempertahankan hubungan antar sistem sosial dan individu tetap stabil. Kepribadian berlanjut pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilkinya. Paada teori pembebasan teori ini menyatakan bahwa dengan pertambahan usia, seseorang secara perlahan tapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini menyebabkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

2.4. Perawatan diri

  2.4.1 Pengertian Perawatan Diri

  Perawatan diri merupakan perawatan diri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas atau inisiatif yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya (Aziz, 2008).

  Perawatan diri merupakan perawatan yang dilakukan oleh diri sendiri terkait dengan perawatan kulit, rambut, kuku, gigi dan mulut, hidung mata telinga dan area perineum atau genital (Kozier, 2010).

  2.4.2 Faktor yang mempengaruhi pemenuhan perawatan diri

Budaya. Amerika utara memiliki nilai kebersihan yang tinggi. Banyak amerika

  utara mandi dengan menggunakn bak mandi bahkan dengan menggunakan pancuran 2 kali dalam sehari. Sedangkan orang dari budaya lain mandi sekali dalam seminggu. Bau badan dianggap sebagai sesuatu yang menjijikan pada beberapa budaya dan diterima sebagai sesuatu yang normal pada budaya lain.

  Agama. Seremoni pembersihan dipraktekkan oleh beberapa agama

Lingkungan. Kondisi lngkungan dapat mempengaruhi ketersediaan fasilitas

  untuk mandi. Sebagai contoh para tunawisma mungkin tidak memiliki ketersediaan air hangat; sabun, shampo, losion pencukur, dan deodoran mungkin terlalu mahal untuk orang-orang yang memiliki keterbatsan sumber dana.

  

Tahap perkembangan. Anak-anak belajar hygiene di rumah. Praktik hygiene

  bervariasi sesuai dengan usia individu

  Kesehatan dan energi. Orang sakit mungkin tidak memiliki motivasi atau tenaga untuk melakukan praktek higiene.

  

Pilihan personal. Beberapa orang memilih untuk mandi menggunan bak mandi

atau memilih menggunakan pancuran (kozier,2011).

2.4.3 Jenis-jenis perawatan diri

  Jenis- jenis perawatan diri dalam Aziz, 2009 yaitu: 2.4.3.1Perawatan diri pada kulit.

  Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Fungsi kulit secara umum memiliki beberapa fungsi, yaitu a. melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau truma jaringan bagian dalam yang dapat juga menjaga keutuhan kulit.

  b.

  Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu produksi keringat serta penguapan.

  c.

  Sebagai alat peraba yang dpat membantu tubuh menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit, sentuhan ,tekanan, atau suhu.

  d.

  Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air, garam, dan nitrogen.

  e.

  Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.

  f.

  Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.

  Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi. pada lansia perawat dapat menggunakn dan mengintruksikan lansia tentang penggunaan sabun yang mengandung kelembaban (Potter 2005). Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit. Usaha untuk membersihkan kulit dapat dilakukn dengan cara mandi tiap hari 2 kali sehari secara teratur (Aziz, 2009). .

2.4.3.2 Perawatan diri pada mulut dan gigi

  Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk.

  Kebersihanmulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Kebersihanmulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Tujuan perawatan mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, mempertahankan kebersihan mulut dan gigi (Aziz, 2009).

  Pada hasil penelitian yang dilakukan diSlovenia tahun 2001. Usia yang paling banyak tidak pernah melakukan sikat gigi adalah kelompok lansia berusia 60 sampai 64 tahun (Artnik, 2008).

2.4.3.3 Perawatan diri pada rambut

  Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagia proteksi serta pengaturan suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasarperawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut. Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar perawatanrambut untuk semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. masalah yang terjadi pada rambut yaitu kutu, ketombe, botak (alopecia), radang pada kuli di rambut (Potter dan Perry, 2005). Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat berpartisipasi dalam melakukan praktik perawatan rambut (Aziz, 2009).

2.4.3.4 Perawatan kaki dan kuku.

  Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan kuku, dinding kuku, kantong kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat terlihat halus, tebal kurang lebih 0,5mm, transparan, dasra kuku berwarana merah muda. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar (Aziz, 2009).

2.4.3.5 Perawatan diri pada alat kelamin.

  Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pada alat kelamin perempuan, perawatan diri pada organ eksterna yang terdiri dari atas

  

mons veneris , terletak di depan simpisis pubis; labia mayora, yang merupakan

  dua lipatan besar yang membentuk vulva; labia minora yang merupakan dua lipatan besar yang membentuk dua lipatan kecil di antara atas labia mayora;

  

klitoris (sebuah jaringan erektil yang serupa dengan penis laki-laki) kemudian

bagian yang terkait di sekitarnya, seperti uretra, vagina, perineum, dan anus.

  Tujuan perawatan perawatan diri pada alat kelamin ini adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan (Aziz, 2009).

2.4.4 Jenis perawatan diriberdasarkan waktu pelaksanaannya

  

Perawatan dini hari. Perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur,

  untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi , mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut, .

  

Perawatan pagi hari. Perawatan diriyang dilakukan setelah melakukan sarapan

  atau makan pagi seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut,kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur.

  Perawatan siang hari. Perawatan diriyang dilakukan setelah melakukan berbagai

  tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diriyang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

  Perawatan menjelang tidur. Perawatan diriyang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang.

  Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.

2.4.5 Tujuan perawatan diri.

  Tujuan perawatan diri secara umum adalah untuk mempertahankan perawatan diri, baik secara mandiri maupun dengan menggunakan bantuan, dapat melatih hidup sehat/bersih dengan cara memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan, serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Membuat rasa nyaman dan relaksasi dapat dilakukan untuk manghilangkan kelelahan serta mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, dan mempertahankan integritas pada jaringan (Alimul, 2009).

2.4.6 Dampak kurang perawatan diri

  2.4.6.1 Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Ganguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, serta gangguan fisik kuku dan pada rambut.

  2.4.6.2 Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan kurang perawatan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial (Wartonoh dan Tarwoto, 2010).

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap Perawatan Diri di Desa Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda

3 50 94

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Guru-Guru SD di Kecamatan Medan Selayang Terhadap Penatalaksanaan Gigi Avulsi

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan dan Perilaku - Pengetahuan Dan Perilaku Dokter Gigi Terhadap Tindakan Pencabutan Gigi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Kecamatan Medan Selayang Periode Januari-Februari 2014

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi - Analisis Strategi Pengembangan Koperasi di Kecamatan Siantar Timur)

0 1 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kinerja Karyawan di Politeknik Unggul LP3M Medan

0 0 28

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi pengetahuan menurut beberapa ahli

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Seksual Remaja di SMK Pencawan Medan Tahun 2014

0 0 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan pada Perawat dan Bidan di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 2 23

Pengetahuan dan Perilaku Lansia Terhadap Perawatan Diri di Desa Narumonda V Kecamatan Siantar Narumonda

0 0 32