GAMBARAN CAREGIVER BURDEN PADA IBU DARI
GAMBARAN CAREGIVER BURDEN PADA IBU DARI ANAK
PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB PROF. DR. SRI SOEDEWI
MASJCHUN SOFWAN, SH JAMBI
Ayutrisna Annisa*, Diva Mariska.T**, Fahrurazi**
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
Email : ayuta.annisa@gmail.com
ABSTRACT
Background : Caregiver Burden known as multidimensional response for
negative and stress scoring that influence caregiver activities in case of caring
disability patient. Parents of the children who have mental disability are showing
feeling such as sadness, denial, depression, angry, and hard to accept their
children condition as the impacts. The objective of this study is to describe
caregiver burden representation of mother who have children with mental
retardation in SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH.
Method : This is analytical observasional study with stratified random sampling
design. Sampling technique is using probability sampling. Subject of this study
are directly observed using caregiver burden assesment that are given to the
mother who have children with mental retardation.
Result : The result of this study shown most respondents goes through the lowest
caregiver burden level, with amount 20 respondents (27%). Study result for
objective burden observation, with highest amount 21 respondents (28,4%), go
through highest level objective burden. While lowest amount 5 respondents (6,8%)
go through low level of objective burden. The result of subjective burden
observation, with the highest amount 20 responds (27%), go through high level
subjective burden, while the lowest amount 1 respondent (1,4%) go through low
level subjective burden.
Key word : caregiver burden, mental retardation
ABSTRAK
Latar belakang : Caregiver Burden didefinisikan sebagai respon multidimensi
terhadap penilaian negatif dan stres yang dirasakan berhubungan dengan aktivitas
pengasuhan dalam hal merawat penderita disabilitas. Dampak orang tua yang
memiliki anak tunagrahita menunjukkan perasaan sedih, denial, depresi, marah
dan tidak menerima keadaan anaknya. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui
gambaran caregiver burden pada pada ibu dari anak dengan retardasi mental yang
bersekolah di SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan design
stratified random sampling. Teknik pengambilan sampel dengan probability
sampling. Subjek penelitian diobservasi langsung menggunakan caregiver burden
assessment yang diberikan kepada ibu yang memiliki anak dengan retardasi
mental.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan responden paling banyak mengalami
caregiver burden derajat sangat rendah yaitu 20 orang (27%). Hasil penelitian
pada objective burden jumlah tertinggi, yaitu 21 orang (28,4%), mengalami
objective burden derajat sangat tinggi, sedangkan jumlah terendah, yaitu 5 orang
(6,8%), mengalami objective burden derajat rendah. Hasil pada kategori
subjective burden jumlah tertinggi, yaitu 20 orang (27%), mengalami subjective
burden derajat tinggi, sedangkan jumlah terendah, yaitu 1 orang (1.4%),
mengalami subjective burden derajat rendah.
Kesimpulan : Didapatkan caregiver burden derajat sangat rendah pada ibu yang
memiliki anak dengan retardasi mental.
Kata kunci : caregiver burden, retardasi mental
PENDAHULUAN
idaman dari setiap pasangan suami
Retardasi mental merupakan suatu
istri atau orang tua. Anak-anak yang
kelainan
hidup,
memiliki keterbelakangan mental ini
diperkirakan lebih dari 120 juta
sering mengalami kesukaran dalam
orang di seluruh dunia menderita
mengikuti
kelainan
anak normal dan juga memiliki
mental
ini.
seumur
Oleh
karena
itu
pendidikan
selayaknya
retardasi mental merupakan masalah
kesulitan
di bidang kesehatan masyarakat,
sendiri dalam masyarakat, sehingga
kesejahteraan sosial, dan pendidikan
dalam melakukan berbagai aktivitas
baik pada anak yang mengalami
ia harus dibantu oleh orang lain. Hal
retardasi mental tersebut maupun
ini
keluarga dan masyarakat. Retardasi
tersebut
mental merupakan suatu keadaan
ketergantungan yang sangat tinggi.2
penyimpangan
tumbuh
kembang
dalam
mengurus
mengakibatkan
diri
anak-anak
memiliki
rasa
Dampak dari beban keluarga
seorang anak sedangkan peristiwa
dengan
tumbuh
sendiri
dibuktikan dengan penelitian yang
merupakan proses utama, hakiki, dan
dilakukan oleh Sethi, Bhargava &
khas pada anak serta merupakan
Dhiman (2007) yang menyebutkan
sesuatu yang terpenting pada anak
bahwa keluarga mengalami beban
tersebut. Terjadinya retardasi mental
psikologis dan ekonomi yang cukup
dapat disebabkan adanya gangguan
tinggi sebagai imbas dari merawat
pada fase pranatal, perinatal maupun
anak
postnatal. Mengingat beratnya beban
beban
keluarga maupun masyarakat yang
tunagrahita
harus
fungsi
kembang
ditanggung
penatalaksanaan
maka
itu
retardasi
pencegahan
yang
dalam
mental,
efektif
anak
tunagrahita
tunagrahita.
karena
Meningkatnya
merawat
akan
anak
mempengaruhi
keluarga
berkontribusi
telah
dalam
dan
turut
munculnya
masalah psikososial pada keluarga.
merupakan pilihan terbaik.1
Salah
Orang tua yang memiliki anak
keluarga dengan anak tunagrahita
tunagrahita merupakan salah satu hal
adalah ansietas.3
yang berada diluar konsep anak
satu
masalah
psikososial
Pada keluarga anak tunagrahita,
ini dikuatkan oleh hasil penelitian
masalah psikososial ansietas muncul
juga diperkuat oleh hasil wawancara
sebagai reaksi dari stres akibat beban
yang menguraikan bahwa beberapa
ekonomi dan perawatan yang tinggi,
orang tua dari anak tunagrahita, rata-
beban
keluarga,
rata orang tua tersebut mengeluhkan
penurunan kualitas hidup anak dan
bahwa mereka merasa stres, sedih,
keluarga, serta dukungan sosial yang
beban ekonomi yang tinggi, ansietas
psikologis
berkurang.
3
tentang perawatan yang selama ini
Perawatan dan tanggung jawab
pada
anggota
keluarga
dengan
diberikan dan tentang masa depan
anaknya.3
tunagrahita ini membutuhkan waktu,
Tingginya
angka
kejadian
tenaga, dan biaya yang tidak sedikit,
retardasi mental tentu tidak bisa
dan dapat menimbulkan beban bagi
dibiarkan begitu saja, anak-anak
keluarga. Beban tersebut berkaitan
tersebut harus mendapat pendidikan
dengan
yang baik terutama dari keluarga itu
masalah
obyektif
dan
subyektif yang berdampak terhadap
sendiri
peran,
mandiri, minimal untuk aktivitas
tanggung
hubungan
jawab,
dan
yang diharapkan oleh
sehingga
sehari-hari.
mereka
Namun
lebih
pada
keluarga sebagai caregiver bagi anak
kenyataannya tidak semua keluarga
tunagrahita.3
yang
Hasil
penelitian
Ikhtiarini
di
SLB
Banyumas
(2011,
dari
dapat
menerima
kondisi
Erti
kelainan
yang
dialami
anaknya.
Kabupaten
Individu
yang
dapat
menerima
Februari
14),
dirinya dengan baik, akan dengan
kepala
mudah menyesuaikan diri dengan
sekolah, beberapa keluarga sering
lingkungannya. Individu yang tidak
mengeluhkan stres ketika merawat
dapat
anaknya, dikarenakan selain beban
mengalami frustasi yang menjadikan
ekonomi yang dirasakan keluarga,
individu merasa tidak berdaya dan
juga ansietas akan masa depan anak
gagal sehingga tingkat penyesuaian
yang
banyak
dirinya buruk. Hal ini berhubungan
bergantung kepada orang lain. Hal
dengan konsep harga diri orang tua.
didapatkan informasi dari
selama
ini
lebih
menerima
dirinya
akan
Harga
diri
individu
merupakan
terhadap
penilaian
diri
sendiri
bertolak dari persepsinya terhadap
kecukupan pendapatan pada status
ekonomi menengah.
Heykyung oh et al., (2009)
penilaian lingkungan eksternal pada
melakukan
dirinya.2
caregiver burden dan social support
Hasil
penelitian
tentang
SLB-C
terhadap Ibu yang membesarkan
Banjarmasin menunjukkan 59,26%
anak dengan disabilitas mental di
ibu
Korea Selatan. Mereka menemukan
penderita
di
penelitian
retardasi
mental
mengalami kecemasan. Ibu yang
bahwa
mengalami kecemasan ditinjau dari
tingginya
usia anak adalah 22,22% pada usia
terutama dalam bidang keuangan.
anak ≤12 tahun dan 37,04% pada
Lebih besar beban pengasuh secara
usia anak >12 tahun. Ibu yang
subjektif untuk ibu-ibu ini dikaitkan
mengalami kecemasan ditinjau dari
dengan
paritas adalah 33,33% ibu pada
berkaitan dengan disabilitas; faktor
paritas rendah dan 25,93% paritas
ibu yang berusia muda dan memiliki
tinggi.
tingkat pendidikan yang lebih tinggi;
Ibu
yang
mengalami
responden
menyatakan
beban
keseluruhan,
peningkatan
biaya
yang
kecemasan
ditinjau
dari
tingkat
dan kurang mendukung sosial. Biaya
pendidikan
menunjukkan
40,74%
tambahan yang dikeluarkan untuk
pada tingkat pendidikan rendah dan
pendidikan anak yang mengalami
18,52% tingkat pendidikan tinggi. 4
disabilitas mental adalah prediktor
Hasil penelitian di Sekolah
terkuat
dari
peningkatan
beban
khusus di Secunderabad persentase
pengasuh dan temuan menunjukkan
ibu
bahwa
dari
anak-anak
keterbelakangan
mental
dengan
yang
memiliki status sosial ekonomi tinggi,
menengah
dan
rendah
adalah
dukungan
mengurangi beban ini.
sosial
dapat
3,12
Caregiver Burden didefinisikan
sebagai
respon
multidimensi
masing-masing 30%, 43,3%, dan
terhadap penilaian negatif dan stres
26,6%. Ibu dari anak-anak dengan
yang dirasakan berhubungan dengan
disabilitas memiliki persepsi yang
aktivitas
pengasuhan
tinggi terhadap situasi ekonomi dan
merawat
penderita
dalam
hal
disabilitas.
Caregiver Burden mengancam fisik,
psikologis, emosional dan kesehatan
fungsional pengasuh. 5,15,16
METODE
Penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan design
stratified random sampling untuk
mengetahui
gambaran
caregiver
burden pada ibu dari anak penderita
� =
�
−�/
� �−1 + �
n =
−�/
Jumlah
. � 1−�
sampel
yang
dibutuhkan
N =
retardasi mental yang bersekolah di
Jumlah
anak
retardasi
mental di SLB Prof. Dr.
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH.
Sofwan, SH
Populasi pada penelitian ini
Z =
sebesar 207 orang dari data bulan
Januari tahun ajaran 2014/2015,
yaitu : semua ibu dari anak penderita
p =
Proporsi = 0,5
d =
Presisi
jadi,
N =
, 2
acak atau dengan menggunakan cara
sampling
yang
10% = 0,1
Sampel pada kasus ini diambil secara
random
absolut
digunakan yaitu sebesar
SLB C/C1 Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH.
Derajat kepercayaan 95%
= 1,96
retardasi mental yang bersekolah di
simple
. � 1−� . �
yang
,9 2 . ,
− , .
− + ,9 2 . ,
= 55,83 ~ 56
− ,
didapatkan melalui teori probability
sampling untuk menentukan kelas
Untuk
menghilangkan
bias
mana saja dan siswa/i yang akan
pada sampel penelitian ini maka
digunakan
ditambah 10% dari sampel. Jadi,
sebagai
sampel
pada
jumlah sampel minimal yang harus
penelitian kali ini.
Besar sampel minimal yang
diambil
sesuai
Lameshow :
dengan
rumus
dikumpulkan pada penelitian ini
adalah sebanyak 62 sampel.
Kriteria Inklusi
b. Caregiver burden assessment
1. Ibu yang memiliki anak dengan
yang diperoleh dari pengisian
diagnosis retardasi mental dan
kuesioner.
bersekolah di SLB Prof. Dr. Sri
2. Data Sekunder
Soedewi Masjchun Sofwan, SH
a. Gambaran umum SLB Prof.
2. Ibu yang tinggal serumah dan
Dr. Sri Soedewi Masjchun
mengasuh anak retardasi mental
Sofwan, SH meliputi jumlah
sendiri
siswa.
tanpa
menggunakan
b. Data profil sekolah
pengasuh
3. Ibu yang tinggal serumah dengan
Instrumen Penelitian
Penelitian
keluarga besarnya
4. Ibu
yang
retardasi
mengasuh
mental
ini
menggunakan
anak
kuesioner yang berisi pernyataan
dengan
caregiver burden sebanyak 39 item
menggunakan pengasuh
yang diadaptasi dari Zarit Burden
dan
Kriteria Eksklusi
Scale
1. Ibu yang mempunyai anak lain
Borgatta Caregiver Burden Scale.
yang menderita cacat/sakit dan
Skor tertinggi dalam setiap item
menyekolahkan di SLB Prof. Dr.
adalah 5 untuk respon ‘sangat setuju’
Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
dan skor terendah 1 untuk respon
SH
‘sangat tidak setuju’.
tetapi
tidak
menderita
retardasi mental
The
Montogomery
Cara pengumpulan Data
2. Ibu yang tidak bersedia menjadi
Pengumpulan data dilakukan
responden dalam penelitian ini
secara bertahap dimulai dari data di
Jenis data yang digunakan pada
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
penelitian ini adalah:
Sofwan, SH berupa data siswa tahun
1. Data Primer
pelajaran 2014/2015 bulan Januari
a. Data demografi ibu dan anak
2015 kemudian menentukan sampel
yang diperoleh dari pengisian
penelitian
dilanjutkan
dengan
kuesioner
pengisian
kuesioner
untuk
kepada ibu.
yang
dibagikan
pengambilan data primer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian gambaran caregiver
burden pada ibu yang memiliki anak
retardasi mental dilakukan di SLB
Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Kota Jambi pada bulan
Juli 2015. Subyek penelitian yang
memenuhi
kriteria
inklusi
serta
bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini sebanyak 72 orang.
HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Distribusi
subjek
penelitian
berupa karateristik dari ibu yang
memiliki anak retardasi mental di
SLB disajikan dalam tabel 4.1
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu
Karakteristik Ibu
Umur
17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
Agama
Islam
Kristen protestan
/ katolik
Hindu
Budha
Lain-lain
N
%
1
6
41
25
8
1,4
8,1
55,4
33,8
1,4
62
11
83.8
14.9
0
0
1
0
0
1.4
Karakteristik Ibu
Suku
Jawa
Melayu
Batak
Tionghoa
Lain-lain
Status pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi atau
kuliah
Status pernikahan
Menikah
Janda
Pekerjaan Responden
Bekerja
Tidak Bekerja
Status ekonomi
Mampu
Cukup
Kurang
Tinggal dengan keluarga
besar
Tidak
Iya
Orang lain yang membantu
dalam mengasuh anak
Tidak ada
Orang lain
Keluarga
Urutan anak yang menderita
retardasi mental
Pertama
Kedua
Ketiga
Lain-lain
N
%
22
32
10
1
9
29.7
43.2
13.5
1.4
12.2
0
11
7
35
21
0
14.9
9.5
47.3
28.4
70
4
94.6
5.4
25
49
32.4
67.6
18
48
8
24.3
64.9
10.8
63
11
85.1
14.9
59
3
12
79.9
4.1
16.2
30
14
13
17
40.5
18.9
17.6
23
Dengan nilai tertinggi dalam setiap
Karakteristik Anak
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa
assessment = 5, sedangkan nilai
karakteristik anak yang menderita
terendah = 1. Data kemudian dibagi
retardasi mental dan bersekolah di
menjadi lima kategori yaitu sangat
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
Sofwan :
sangat rendah.
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik
Objective Burden
Dari
Anak
Karateristik Anak
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Umur anak
5-11 tahun
12-16 tahun
17-25 tahun
Lamanya
anak
didiagnosis retardasi
mental
< 7 tahun
7-8 tahun
9-10 tahun
> 10 tahun
Status
pendidikan
anak saat ini
SDLB
SMPLB
SMALB
Kategori kelas
C
C1
N
%
30
44
40.5
59.5
28
35
11
37,8
47,3
14,9
28
11
22
13
hasil
penelitian
ini
didapatkan hasil objective burden
sebagai berikut :
distribusi objective burden pada ibu
25
20
15
10
5
0
18 18
21
12
5
distribusi
objective
burdenpada ibu
37,8
14,9
29,7
17,6
Jika perhitungan pembagian kategori
42
24
8
56.8
32.4
10.8
untuk
aspek
objective
burden
diterapkan dalam penelitian ini maka
frekuensi terendah pada 5 orang
29
45
39.2
60.8
(6,8%) mengalami objective burden
dengan derajat rendah, frekuensi
Kondisi Burden Subyek Penelitian
Dalam
caregiver
burden
tertinggi pada 21 orang (28,4%)
mengalami objective burden dengan
assessment terdapat dua kategori
derajat sangat tinggi.
yaitu
Subjective Burden
objective
dengan
burden
pernyataan sebanyak 16 item dan
subjective
burden
pernyataan
sebanyak
memiliki
23
item.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa hasil subjective
burden sebagai berikut:
distribusi subjective burden pada
ibu
distribusi caregiver burden pada ibu
25
20
25
18
18
17
19
18
20
20
15
15
distribusi
subjective
burden pada
ibu
10
5
20
1
0
12
Ditribusi
caregiver burden
pada ibu
10
5
5
0
Gambar 4.2 Ditribusi subjective
burden pada ibu
Jika
kategori
perhitungan
untuk
pembagian
aspek
ini maka akan didapatkan frekuensi
pada 20 orang (27%)
mengalami subjective burden dengan
derajat tinggi dan frekuensi terendah
pada 1 orang (1,4%) mengalami
subjective burden dengan derajat
rendah.
hasil
penelitian
ini
didapatkan hasil caregiver burden
dari jumlah subjective burden dan
objective
berikut :
burden
adalah
Jika
kategori
perhitungan
untuk
aspek
pembagian
caregiver
burden diterapkan dalam penelitian
ini maka akan didapatkan frekuensi
terendah
pada
5
orang
(6,8%)
mengalami caregiver burden dengan
derajat
sedang
dan
frekuensi
tertinggi
pada 20 orang (27%)
mengalami caregiver burden dengan
Caregiver Burden (Total)
Dari
burden pada ibu
subjective
burden diterapkan dalam penelitian
tertinggi
Gambar 4.3 Ditribusi caregiver
sebagai
derajat sangat rendah.
Kondisi Caregiver Burden Subyek Berdasarkan Karakteristik Subyek
Penelitian
Tabel 4.3 Hasil caregiver burden ibu berdasarkan karakteristik subjek penelitian
Caregiver Burden
Karakteristik Subyek
Penelitian
Umur anak
5-11 tahun
12-16 tahun
17-25 tahun
Jenis kelamin anak
Perempuan
Laki-laki
Lama usia anak didiagnosis
mengalami retardasi mental
< 7 tahun
7-8 tahun
9-10 tahun
> 10 tahun
Tingkat pendidikan anak
SDLB
SMPLB
SMALB
Klasifikasi kelas
C
C1
Umur ibu
17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
Sangat
Rendah
F
%
Rendah
Sedang
F
%
F
%
F
%
9
8
3
12,2
10,8
4,1
5
3
4
6,8
4,1
5,4
2
2
1
2,7
2,7
1,4
7
11
1
9,5
14,9
1,4
5
11
2
6,8
14,9
2,7
9
11
12,2
14,9
5
7
6,8
9,5
0
5
0
6,8
9
10
12,2
13,5
7
11
9,5
14,9
8
2
7
3
10,8
2,7
9,5
4,1
4
3
3
2
5,4
4,1
4,1
2,7
2
1
0
2
2,7
1,4
0
2,7
9
2
5
3
12,2
2,7
6,8
4,1
5
3
7
3
6,8
4,1
9,5
4,1
14
3
3
18,9
4,1
4,1
5
5
2
6,8
6,8
2,7
3
2
0
4,1
2,7
0
10
8
1
13,5
10,8
1,4
10
6
2
13,5
8,1
2,7
9
11
12,2
14,9
5
7
6,8
9,5
1
4
1,4
5,4
9
10
12,2
13,5
5
13
6,8
17,6
0
2
14
4
0
0
2,7
18,9
5,4
0
0
0
6
6
0
0
0
8,1
8,1
0
0
0
3
2
0
0
0
4,1
2,7
0
2
10
7
0
0
2,7
13,5
9,5
0
1
2
8
6
1
1,4
2,7
10,8
8,1
1,4
0
Tinggi
Sangat
Tinggi
F
%
Karakteristik Subyek
Penelitian
Status pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Status pernikahan
Menikah
Janda
Pekerjaan Responden
Bekerja
Tidak Bekerja
Status ekonomi
Kurang
Cukup
Mampu
Tinggal dengan keluarga
besar
Tidak
Iya
Orang lain yang membantu
dalam mengasuh anak
Tidak ada
Orang lain
Keluarga
Urutan anak yang menderita
retardasi mental
Pertama
Kedua
Ketiga
Lain-lain
Caregiver Burden
Sangat
Rendah
F
%
Rendah
Sedang
F
%
F
%
F
%
0
3
2
7
8
0
4,1
2,7
9,5
10,8
0
3
2
5
2
0
4,1
2,7
6,8
2,7
0
0
0
2
3
0
0
0
2,7
4,1
0
5
2
10
2
0
6,8
2,7
13,5
2,7
0
0
1
11
6
0
0
1,4
14,9
8,1
19
1
25,7
1,4
12
0
16,2
0
4
1
5,4
1,4
19
0
25,7
0
16
2
21,6
2,7
7
13
9,5
17,6
3
9
4,1
12,2
2
3
2,7
4,1
4
15
5,4
20,3
9
9
12,2
12,2
3
9
8
4,1
12,2
10,8
1
10
1
1,4
13,5
1,4
0
3
2
0
4,1
2,7
1
15
3
1,4
20,3
4,1
3
11
4
4,1
14,9
5,4
17
3
23
4,1
11
1
14,9
1,4
5
0
6,8
0
14
5
18,9
6,8
15
3
20,3
4,1
17
0
3
23
0
4,1
11
0
1
14,9
0
1,4
5
0
0
6,8
0
0
12
1
6
16,2
1,4
8,1
14
2
2
18,9
2,7
2,7
9
3
3
5
12,2
4,1
4,1
6,8
4
2
1
5
5,4
2,7
1,4
6,8
2
1
0
2
2,7
1,4
0
2,7
6
6
4
3
8,1
8,1
5,4
4,1
9
2
5
2
12,2
2,7
6,8
2,7
Tinggi
Sangat
Tinggi
F
%
Pembahasan
(44 orang) sedangkan anak dengan
Karakteristik Anak
jenis kelamin perempuan 40,5% (30
penelitian
orang). Hal ini sesuai dengan hasil
didapatkan anak retardasi mental
penelitian di SDLB Negeri 1 Bantul
yang diasuh oleh ibunya dengan jenis
dimana penderita retardasi mental
kelamin laki-laki sebanyak 59,5%
yang terbanyak adalah anak laki-laki
Dari
hasil
yaitu 20 orang dari 35 responden dan
dan kepercayaan yang lebih oleh
di
ibunya.
dalam
penelitian
tersebut
dinyatakan bahwa anak laki-laki
membutuhkan
Pada
penelitian
ini
lebih
didapatkan tingkat caregiver burden
perempuan
ditinjau dari ibu yang memiliki anak
terlatih untuk lebih mandiri. Menurut
usia 12-16 tahun dengan hasil 11
jurnal, WHO mengatakan insiden
anak (14,9%) dimana menunjukkan
retardasi
tingkat
banyak,
perhatian
19,20
sedangkan
mental
1,5
kali
lebih
caregiver
burden
yang
banyak pada laki-laki dibandingkan
dialami ibu termasuk kategori tinggi
dengan perempuan, dimana kejadian
dan sangat tinggi. Hasil penelitian ini
tertinggi pada masa anak sekolah
memiliki hasil yang sama dengan
dengan puncak usia 6 sampai 17
penelitian Nordiyah dkk di SLB C
tahun.
Banjarmasin
Jika
dihungkan
dengan
yang
menyatakan
caregiver burden kategori sangat
bahwa kebanyakan ibu penderita
rendah
retardasi
11
orang
(14,9%)
dan
mental
mengalami
kategori sangat tinggi 11 orang
kecemasan memiliki anak dengan
(14,9%). Hal ini sesuai dengan hasil
usia >12 tahun. Hal ini kemungkinan
studi mengenai perkembangan anak
terkait dengan tahap perkembangan
perempuan dan anak laki-laki yang
anak, dimana pada usia anak >12
dilakukan oleh Junge pada tahun
tahun merupakan usia anak yang
2005 di Jerman, dipaparkan bahwa
telah memasuki usia remaja dan
terdapat perbedaan kecil diantara
memungkinkan munculnya masalah-
keduanya. Anak laki-laki tampaknya
masalah
membutuhkan
lebih
kecemasan pada seorang ibu. Selain
sisi
itu, ibu yang memiliki anak retardasi
caregiver burden kategori sangat
mental pada tahap perkembangan
tinggi, sedangkan jika ditinjau dari
remaja atau dewasa dapat mengalami
sisi caregiver burden kategori sangat
stres
rendah anak laki-laki biasanya dalam
tentang masa depan dan pernikahan
kehidupan sehari- hari anak laki-laki
anaknya. 4
banyak,
jika
perhatian
dilihat
dari
lebih banyak diberikan kebebasan
baru
berkaitan
yang
dengan
memicu
pikiran
Lama
usia
anak
sejak
didiagnosis retardasi mental sampai
disekolahkan akan menjadi lebih
baik dalam sikap dan perilaku.
saat penelitian berlangsung memiliki
Pada tabel caregiver burden
frekuensi tertinggi pada usia < 7
menunjukkan angka terbanyak pada
tahun 37,8% (28 anak) dan frekuensi
kategori sangat tinggi 17,6% (13
terendah pada usia 7-8 tahun 14,9%
anak) berada di kelas C1 dengan
(11
diagnosis
rentang IQ 35-50 yaitu anak yang
retardasi mental, dapat diketahui
mengalami retardasi mental sedang.
melalui
ketika
Peneliti menduga hal ini dikarenakan
Sehingga
pengawasan terhadap anak menjadi
penelitian ini mendapatkan hasil
salah satu beban fisik ibu sehingga
yang sama bahwa anak pertama kali
ibu harus mengawasi anak lebih ketat
mendapatkan
daripada anak lainnya.
anak).
Menurut
tes
berumur
intelegensi
>3
tahun.
hasil
diagnosis
retardasi mental sejak berumur 3
Karakteristik Ibu
tahun. Pada tabel caregiver burden
jumlah
terbanyak
pada
kategori
Karakteristik
umur
ibu
tertinggi 36-45 tahun 55,4% (41
kategori tinggi sebanyak 12,2% (9
orang)
anak), ini disebabkan iu yang masih
caregiver burden kategori rendah
belum bisa menerima anaknya yang
sebanyak 14 orang. Hal ini sama
mengalamai retardasi mental.1
dengan
Hasil penelitian dari status
dan
yang
teori
menyatakan
mengalami
Supartini
usia
orang
(2004)
tua
pendidikan anak retardasi mental
berpengaruh dalam mengasuh anak.
yang
Usia terlalu muda dan terlalu tua
saat
ini
sedang
dijalani
memiliki angka tertinggi pada SDLB
tidak
56,8% (42 siswa) sedangkan angka
optimal karena diperlukan kekuatan
terendah terdapat pada SMALB 10,8%
fisik
(8 siswa). Dalam tabel caregiver
Arfandi (2014) juga menyatakan usia
burden,
ibu
banyak
mengalami
dapat
dan
berkisar
menjalankan
psikososial.
antara
secara
Penelitian
23-58
tahun
kategori sangat rendah 18,9% (14
tergolong matang untuk menjaga dan
orang), hal ini berkaitan dengan ibu
mendidik anak dengan berkebutuhan
yang
khusus.20
merasa
bila
anaknya
Jika ditinjau dari sudut agama
didapatkan
hasil
mayoritas
pendidikan formal yang cukup dan
mereka
juga
dituntut
sebagai
responden beragama Islam 83,8%
penanggung jawab utama dalam
(62 orang). Seperti yang disampaikan
merawat
oleh Darling bahwa salah satu faktor
Sebab
penerimaan
pengetahuan
ibu
terhadap
anak
retardasi
tingkat
mental.
pendidikan
orang
dan
tua
serta
keterbatasan anak adalah agama,
pengalamannya sangat berpengaruh
dimana orang tua yang lebih intens
dalam mengasuh anak. Tetapi jika
dalam melakukan praktek agama
ditinjau dari segi caregiver burden
cenderung bersikap lebih menerima
ibu
anak-anak mereka yang terhambat
caregiver
burden
secara fisik. Sehingga caregiver
tinggi,
mungkin
banyak
mengalami
derajat
sangat
dikarenakan
sedang,
tuntutan sebagai penanggung jawab
dalam hal ini dapat dilihat bahwa
utama dalam merawat anaknya yang
seluruh subyek dalam penelitian ini
mengalami retardasi mental.3,19
burden
dengan kategori
lebih
memiliki penghargaan yang tinggi
terhadap agama. 2,8
Status pernikahan memiliki
kecenderungan
caregiver
burden
Tingkat pendidikan orang tua
pada kategori sangat rendah 25,7%
mengasuh
retardasi
(19 orang) dan tinggi 25,7% (19
jenjang
orang). Peneliti menduga ibu yang
pendidikan SMA 47,3% (35 orang)
berstatus menikah pada kategori
dimana orang tua pada jenjang
sangat rendah memiliki orang yang
pendidikan tersebut memiliki tingkat
bisa
caregiver burden kategori sangat
berdiskusi dalam hal mengasuh dan
tinggi 11 orang (14,9%). Hal ini
mendidik anaknya, sedangkan pada
sesuai dengan hasil penelitian di SLB
kategori tinggi disebabkan karena
Negeri
SLB
ibu meresa tertekan dengan pendapat
yang
orang lain dan menjadi sulit untuk
yang
mental
anak
terbanyak
1
Bantul
pada
dan
di
Kabupaten
Banyumas,
menyatakan
bahwa
pendidikan
SMA/sederajat telah memiliki pola
pikir
yang
baik
sebagai
hasil
diajak
bekerjasama
dan
mengambil keputusan.
Pada
penelitian
ini
didapatkan angka tertinggi pada ibu
yang tidak bekerja 67,6% (50 orang).
Ibu
yang
menggunakan
Memiliki tingkat caregiver burden
pengasuh
kategori tinggi 20,3% (15 orang).
mengalami retardasi metal 4,1% (3
Peneliti menduga ibu rumah tangga
orang),
memiliki tingkat stress lebih tinggi
keluarga besarnya dalam mengurus
dibandingkan
yang
anaknya 16,2% (12 orang), dan ibu
bekerja dikarenakan ibu yang bekerja
yang tidak menggunakan pengasuh
memiliki
dan
dengan
aktifitas
ibu
yang
lebih
untuk
ibu
anaknya
yang
tinggal
yang
dibantu
dengan
oleh
keluarga
bervariasi dibandingkan dengan ibu
besarnya 79,9% (59 orang). Hal ini
rumah tangga.
sama dengan penelitian Diva dan
Status
ekonomi
dari
didapatkan
hasil
bahwa seorang anak lebih baik
tertinggi pada status ekonomi cukup
diasuh oleh orang tuanya tanpa
64,9% (48 orang). Memiliki tingkat
bantuan orang lain. Bila hasil ini
caregiver burden kategori tinggi 15
digabungkan
orang (20,3%). Hal ini sama dengan
burden maka ibu tanpa adanya
penelitian
yang
pengasuh memiliki kategori sangat
mengatakan bahwa status sosio-
rendah 17 orang (23%). Hal ini
ekonomi seorang ibu dengan anak
menjelaskan bahwa tanpa adanya
retardasi
pengasuh beban ibu dalam mengasuh
penelitian
ini
Karenhappachu
mental
memiliki
hasil
terbanyak pada tingkat menengah.
Karenhappachu
yang
menyatakan
dengan
caregiver
anaknya menjadi lebih ringan.17,18
Status ekonomi ini mendukung ibu
Anak pertama bisa menjadi
untuk menyekolahkan anaknya atau
faktor
memberikan perhatian lebih dan
burden
penjagaan terhdap anaknya. Selain
rendah 9 orang (12,2%) dan sangat
memberikan dukungan terhadap ibu
tinggi 9 orang (12,2%). Sama halnya
dalam mengasuh anaknya, status
dengan penelitian yang dilakukan
ekonomi
oleh Nordiyah dkk di SLB C
ini
dapat
memberikan
ibu
mengalami
dengan
caregiver
kategori
sangat
dampak stres pada ibu. Sebab yang
Banjarmasin.
mengatur keungan dalam keluarga
jumlah anak yang sedikit memiliki
adalah seorang ibu.
18
Seseorang
dengan
kemungkinan yang lebih besar untuk
memiliki anak lagi dibandingkan
bekerja (67.6%), status ekonomi
seseorang yang telah memiliki cukup
cukup (64.9%), tidak tinggal dengan
banyak
terdapat
keluarga besar (85.1%), tidak ada
kemungkinan memiliki anak yang
yang membantu mengasuh anak
normal. Dari sisi caregiver burden
(79.9%),
dengan
tinggi
pertama yang mengalami retardasi
menggambarkan bahwa ibu takut
mental (40.5%). Serta karakteristik
memiliki anak lagi, dikarenakan jika
anak mayoritas berjenis kelamin
anak tersebut lahir juga mengalami
laki-laki (59.5%) dengan rentang
hal
umur 12-16 tahun (47.3%).
anak.
Sehingga
kategori
yang
sangat
sama
dengan
anak
dan
ibu
dengan
anak
pertamanya.4
DAFTAR PUSTAKA
Caregiver Burden
Caregiver
yang
burden pada ibu
memiliki
anak
penderita
retardasi mental mempunyai hasil
yang mayoritasnya terdapat pada
kategori sangat rendah. Hal ini
menggambarkan
walaupun
ibu
tersebut mengalami masalah terkait
dengan pengasuhan anaknya yang
menderita retardasi mental tetapi ibu
masih
dapat
mengatasi
permasalahannya dengan baik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini didapatkan
responden paling banyak mengalami
caregiver
burden
derajat
sangat
rendah, yaitu sejumlah 20 orang
(27%),
dengan
karakteristik
ibu
mayoritas menikah (94.6%), tidak
1. Sularyo T.S, Kadim M.
Retardasi
Mental.
Sari
Pediatri; Desember 2000. Vol.
2, No. 3. hal. 170 – 177.
2. Benny F, Nurdin, A. E,
Chundrayetti
E.
Artikel
Penelitian Penerimaan Ibu
yang
Memiliki
Anak
Retardasi Mental di SLB
YPAC Padang. Jurnal FK
Unand 2014;3(2), 159–162.
3. Dewi,
Erti
Ikhtiarini.
Pengaruh Terapi Kelomok
Suportif Terhadap Beban dan
Tingkat Ansietas Keluarga
dalam Merawat Tunagrhita di
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Kabupten Banyumas (Tesis
Magister). Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan UI; 2011.
4. Norhidayah, Wasilah
S,
Husein A. N. Gambaran
Kejadian Kecemasan Pada
Ibu
Penderita
Retardasi
Mental Sindromik di SLB-C
Banjarmasin.
Berkala
Kedokteran, Vol. 9, No. 1, 1
April 2013: 39–45.
5. Kim, H., Chang, M., Rose, K.,
Kim, S. Predictors of
caregiver
burden
in
caregivers of individuals with
dementia.
Journal
of
Advanced Nursing 18 June
2011: 68(4) p. 846–855.
6. Sadock B, Sadock V A. Buku
Ajar Psikiatri Klinis, edisi ke2. Jakarta: EGC; 2010.
7. Adhimukti DH, Juanda H.
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
Retardasi
Mental (Referat). Jakarta:
Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Jiwa Rumah Sakit
Angkatan
Darat
Gatot
Soebroto; 2011.
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb
JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan
Perilaku
Psikiatri Klinis, Jakarta:
Binarupa Aksara; 2010.
9. Maslim
R.
Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan
Ringkas
PPDGJ-III
dan
DSM-V. 2nd ed. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atmajaya; 2013.
10. Casmini, M. Pendidikan
Segregasi. Modul I:
Pendidikan Luar Biasa (serial
online) (diakses 24 April
2015). Diunduh dari: URL:
http://file.upi.edu/.
11. Kementrian Kesehatan RI.
Pedoman
Pelayanan
Kesehatan Anak di Sekolah
Luar Biasa (SLB). Jakarta;
2010.
12. Nevid, J.S., Rathus, S.A.
Greene, B. (2005). Psikologi
Abnormal, Edisi kelima, Jilid
2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
13. Triana N. Y, Andriany M.
Stres dan Koping Keluarga
Dengan Anak Tunagrahita Di
SLB C Dan SLB C1 Widya
Bhakti Semarang (Skripsi).
Semarang:
Studi
Ilmu
Keperawatan Undip; 2010.
14. Salamiah,
S.
Retardasi
Mental (Tesis Magister).
Medan:
Departemen
Kedokteran Gigi Anak FKG
USU;2010.
15. Fitrikasari, A., S, A. K.,
Woroasih, S., S, W. S. A.,
Gambaran Beban Caregiver
Penderita Skizofrenia di
Poliklinik Rawat Jalan RSJ
Amino
Gondohutomo
Semarang. Medica Hospitalia,
2012; 1(2): 118–122.
16. Oh, H, Lee, E. O. Caregiver
Burden and Social Support
among Mothers Raising
Children with Developmental
Disabilities in South Korea.
International
Journal
of
Disability, Development and
Education June 2009: 56(2),
149–167.
17. Tarastin, DM. Korelasi Social
Support
dan
Caregiver
Burden pada Ibu dari Anak
Penderita Autisme di Day
Care Jiwa Anak RSUD dr.
Soetomo Surabaya (Tesis
Magister).
Surabaya:
Departemen/SMF
Ilmu
kedoteran Jiwa FK Unair;
2012.
18. Kerenhappchu, M. S, Sridevi
G. Care Giver’s Burden and
Perceived Social Support in
Mothers of Children with
Mental
Retardation.
International
Journal
of
Scientific
and
Research
Publications, April 2014:
4(4):1-7.
19. Nuraini, RD. Indarwati, F.
Romadzati. Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dengan
Tingkat Kemandirian pada
Anak
Retardasi
Mental
Sedang di SLB Negeri 01
Bantul (Skripsi). Naskah
Publikasi FKIK UMY, 18
Juli 2014.
20. Ilmi, B. Wahyuni, S. Mato, R.
Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Perkembangan
Sosial Anak Retardasi Mental
di
SLB
(C)
YPPLB
Cendrawasih Makassar. Vol.
1, No. 5, ISSN: 2302-1721;
2012.
21. Kayandi, F. Suryadi, D. The,
M. Penyesuaian Diri Ibu yang
Memiliki Anak Retardasi
Mental Sedang. Arkhe Th. 14,
No. 2, September 2009.
Jurnal Psikologi Untar: 97105.
22. Ramayuni, R. Nurdin, A. E,
Nurhajjah. S. Karakteristik
Penderita Retardasi Mental di
SLB Kota Bukittinggi. MKA,
Vol. 37, No. 3, Desember
2014. Jurnal FK Unand: 181186.
23. Kearifan Lokal dalam Seloko
Jambi (2015, 29 April).
Diperoleh 23 Agustus 2015,
dari
http://kebudayaan.kemdikbud
.go.id/bpnbtanjungpinang/20
15/04/29/kearifan-lokaldalam-seloko-jambi/
24. Ariani, M. Saeselo, D. A,
Surilena. Karakteristik Pola
Asuh dan Psikopatologi
Orang
Tua
Penyandang
Retardasi Mental Ringan di
Sekolah Luar Biasa-C (SLBC)
Harapan
Ibu.
Damianus
Journal of Medicine; Vol.13,
No.2, Juni 2014: 74-83.
25. Munafiah,
S.
Irdawati,
Zulaica,
E.
Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Kemandirian Toilet
Training pada Anak Retardasi
Mental di SLB Negeri
Surakarta. Naskah Publikasi
FIK
Universitas
Muhammadiyah Surakarta;
2013.
26. Persepsi Keluarga Terhadap
Nilai Anak (2014, 02 April).
Diperoleh 29 Agustus 2015,
dari
http://kaltim.bkkbn.go.id/_lay
outs/mobile/dispform.aspx?Li
st=8c526a76-8b88-44fe8f812085df5b7dc7&View=69dc0
83c-a8aa-496a-9eb7b54836a53e40&ID=260
27. Tuegeh, J. Rompas, F.
Ransun, D. Peran Keluarga
dalam Memandirikan Anak
Retardasi Mental di Yayasan
Pembinaan
Anak
Cacat
Manado
Tahun
2011.
Juperindo, Vol. 1, No. 1,
Maret 2012: 30-35.
PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB PROF. DR. SRI SOEDEWI
MASJCHUN SOFWAN, SH JAMBI
Ayutrisna Annisa*, Diva Mariska.T**, Fahrurazi**
*Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
Email : ayuta.annisa@gmail.com
ABSTRACT
Background : Caregiver Burden known as multidimensional response for
negative and stress scoring that influence caregiver activities in case of caring
disability patient. Parents of the children who have mental disability are showing
feeling such as sadness, denial, depression, angry, and hard to accept their
children condition as the impacts. The objective of this study is to describe
caregiver burden representation of mother who have children with mental
retardation in SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH.
Method : This is analytical observasional study with stratified random sampling
design. Sampling technique is using probability sampling. Subject of this study
are directly observed using caregiver burden assesment that are given to the
mother who have children with mental retardation.
Result : The result of this study shown most respondents goes through the lowest
caregiver burden level, with amount 20 respondents (27%). Study result for
objective burden observation, with highest amount 21 respondents (28,4%), go
through highest level objective burden. While lowest amount 5 respondents (6,8%)
go through low level of objective burden. The result of subjective burden
observation, with the highest amount 20 responds (27%), go through high level
subjective burden, while the lowest amount 1 respondent (1,4%) go through low
level subjective burden.
Key word : caregiver burden, mental retardation
ABSTRAK
Latar belakang : Caregiver Burden didefinisikan sebagai respon multidimensi
terhadap penilaian negatif dan stres yang dirasakan berhubungan dengan aktivitas
pengasuhan dalam hal merawat penderita disabilitas. Dampak orang tua yang
memiliki anak tunagrahita menunjukkan perasaan sedih, denial, depresi, marah
dan tidak menerima keadaan anaknya. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui
gambaran caregiver burden pada pada ibu dari anak dengan retardasi mental yang
bersekolah di SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan design
stratified random sampling. Teknik pengambilan sampel dengan probability
sampling. Subjek penelitian diobservasi langsung menggunakan caregiver burden
assessment yang diberikan kepada ibu yang memiliki anak dengan retardasi
mental.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan responden paling banyak mengalami
caregiver burden derajat sangat rendah yaitu 20 orang (27%). Hasil penelitian
pada objective burden jumlah tertinggi, yaitu 21 orang (28,4%), mengalami
objective burden derajat sangat tinggi, sedangkan jumlah terendah, yaitu 5 orang
(6,8%), mengalami objective burden derajat rendah. Hasil pada kategori
subjective burden jumlah tertinggi, yaitu 20 orang (27%), mengalami subjective
burden derajat tinggi, sedangkan jumlah terendah, yaitu 1 orang (1.4%),
mengalami subjective burden derajat rendah.
Kesimpulan : Didapatkan caregiver burden derajat sangat rendah pada ibu yang
memiliki anak dengan retardasi mental.
Kata kunci : caregiver burden, retardasi mental
PENDAHULUAN
idaman dari setiap pasangan suami
Retardasi mental merupakan suatu
istri atau orang tua. Anak-anak yang
kelainan
hidup,
memiliki keterbelakangan mental ini
diperkirakan lebih dari 120 juta
sering mengalami kesukaran dalam
orang di seluruh dunia menderita
mengikuti
kelainan
anak normal dan juga memiliki
mental
ini.
seumur
Oleh
karena
itu
pendidikan
selayaknya
retardasi mental merupakan masalah
kesulitan
di bidang kesehatan masyarakat,
sendiri dalam masyarakat, sehingga
kesejahteraan sosial, dan pendidikan
dalam melakukan berbagai aktivitas
baik pada anak yang mengalami
ia harus dibantu oleh orang lain. Hal
retardasi mental tersebut maupun
ini
keluarga dan masyarakat. Retardasi
tersebut
mental merupakan suatu keadaan
ketergantungan yang sangat tinggi.2
penyimpangan
tumbuh
kembang
dalam
mengurus
mengakibatkan
diri
anak-anak
memiliki
rasa
Dampak dari beban keluarga
seorang anak sedangkan peristiwa
dengan
tumbuh
sendiri
dibuktikan dengan penelitian yang
merupakan proses utama, hakiki, dan
dilakukan oleh Sethi, Bhargava &
khas pada anak serta merupakan
Dhiman (2007) yang menyebutkan
sesuatu yang terpenting pada anak
bahwa keluarga mengalami beban
tersebut. Terjadinya retardasi mental
psikologis dan ekonomi yang cukup
dapat disebabkan adanya gangguan
tinggi sebagai imbas dari merawat
pada fase pranatal, perinatal maupun
anak
postnatal. Mengingat beratnya beban
beban
keluarga maupun masyarakat yang
tunagrahita
harus
fungsi
kembang
ditanggung
penatalaksanaan
maka
itu
retardasi
pencegahan
yang
dalam
mental,
efektif
anak
tunagrahita
tunagrahita.
karena
Meningkatnya
merawat
akan
anak
mempengaruhi
keluarga
berkontribusi
telah
dalam
dan
turut
munculnya
masalah psikososial pada keluarga.
merupakan pilihan terbaik.1
Salah
Orang tua yang memiliki anak
keluarga dengan anak tunagrahita
tunagrahita merupakan salah satu hal
adalah ansietas.3
yang berada diluar konsep anak
satu
masalah
psikososial
Pada keluarga anak tunagrahita,
ini dikuatkan oleh hasil penelitian
masalah psikososial ansietas muncul
juga diperkuat oleh hasil wawancara
sebagai reaksi dari stres akibat beban
yang menguraikan bahwa beberapa
ekonomi dan perawatan yang tinggi,
orang tua dari anak tunagrahita, rata-
beban
keluarga,
rata orang tua tersebut mengeluhkan
penurunan kualitas hidup anak dan
bahwa mereka merasa stres, sedih,
keluarga, serta dukungan sosial yang
beban ekonomi yang tinggi, ansietas
psikologis
berkurang.
3
tentang perawatan yang selama ini
Perawatan dan tanggung jawab
pada
anggota
keluarga
dengan
diberikan dan tentang masa depan
anaknya.3
tunagrahita ini membutuhkan waktu,
Tingginya
angka
kejadian
tenaga, dan biaya yang tidak sedikit,
retardasi mental tentu tidak bisa
dan dapat menimbulkan beban bagi
dibiarkan begitu saja, anak-anak
keluarga. Beban tersebut berkaitan
tersebut harus mendapat pendidikan
dengan
yang baik terutama dari keluarga itu
masalah
obyektif
dan
subyektif yang berdampak terhadap
sendiri
peran,
mandiri, minimal untuk aktivitas
tanggung
hubungan
jawab,
dan
yang diharapkan oleh
sehingga
sehari-hari.
mereka
Namun
lebih
pada
keluarga sebagai caregiver bagi anak
kenyataannya tidak semua keluarga
tunagrahita.3
yang
Hasil
penelitian
Ikhtiarini
di
SLB
Banyumas
(2011,
dari
dapat
menerima
kondisi
Erti
kelainan
yang
dialami
anaknya.
Kabupaten
Individu
yang
dapat
menerima
Februari
14),
dirinya dengan baik, akan dengan
kepala
mudah menyesuaikan diri dengan
sekolah, beberapa keluarga sering
lingkungannya. Individu yang tidak
mengeluhkan stres ketika merawat
dapat
anaknya, dikarenakan selain beban
mengalami frustasi yang menjadikan
ekonomi yang dirasakan keluarga,
individu merasa tidak berdaya dan
juga ansietas akan masa depan anak
gagal sehingga tingkat penyesuaian
yang
banyak
dirinya buruk. Hal ini berhubungan
bergantung kepada orang lain. Hal
dengan konsep harga diri orang tua.
didapatkan informasi dari
selama
ini
lebih
menerima
dirinya
akan
Harga
diri
individu
merupakan
terhadap
penilaian
diri
sendiri
bertolak dari persepsinya terhadap
kecukupan pendapatan pada status
ekonomi menengah.
Heykyung oh et al., (2009)
penilaian lingkungan eksternal pada
melakukan
dirinya.2
caregiver burden dan social support
Hasil
penelitian
tentang
SLB-C
terhadap Ibu yang membesarkan
Banjarmasin menunjukkan 59,26%
anak dengan disabilitas mental di
ibu
Korea Selatan. Mereka menemukan
penderita
di
penelitian
retardasi
mental
mengalami kecemasan. Ibu yang
bahwa
mengalami kecemasan ditinjau dari
tingginya
usia anak adalah 22,22% pada usia
terutama dalam bidang keuangan.
anak ≤12 tahun dan 37,04% pada
Lebih besar beban pengasuh secara
usia anak >12 tahun. Ibu yang
subjektif untuk ibu-ibu ini dikaitkan
mengalami kecemasan ditinjau dari
dengan
paritas adalah 33,33% ibu pada
berkaitan dengan disabilitas; faktor
paritas rendah dan 25,93% paritas
ibu yang berusia muda dan memiliki
tinggi.
tingkat pendidikan yang lebih tinggi;
Ibu
yang
mengalami
responden
menyatakan
beban
keseluruhan,
peningkatan
biaya
yang
kecemasan
ditinjau
dari
tingkat
dan kurang mendukung sosial. Biaya
pendidikan
menunjukkan
40,74%
tambahan yang dikeluarkan untuk
pada tingkat pendidikan rendah dan
pendidikan anak yang mengalami
18,52% tingkat pendidikan tinggi. 4
disabilitas mental adalah prediktor
Hasil penelitian di Sekolah
terkuat
dari
peningkatan
beban
khusus di Secunderabad persentase
pengasuh dan temuan menunjukkan
ibu
bahwa
dari
anak-anak
keterbelakangan
mental
dengan
yang
memiliki status sosial ekonomi tinggi,
menengah
dan
rendah
adalah
dukungan
mengurangi beban ini.
sosial
dapat
3,12
Caregiver Burden didefinisikan
sebagai
respon
multidimensi
masing-masing 30%, 43,3%, dan
terhadap penilaian negatif dan stres
26,6%. Ibu dari anak-anak dengan
yang dirasakan berhubungan dengan
disabilitas memiliki persepsi yang
aktivitas
pengasuhan
tinggi terhadap situasi ekonomi dan
merawat
penderita
dalam
hal
disabilitas.
Caregiver Burden mengancam fisik,
psikologis, emosional dan kesehatan
fungsional pengasuh. 5,15,16
METODE
Penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan design
stratified random sampling untuk
mengetahui
gambaran
caregiver
burden pada ibu dari anak penderita
� =
�
−�/
� �−1 + �
n =
−�/
Jumlah
. � 1−�
sampel
yang
dibutuhkan
N =
retardasi mental yang bersekolah di
Jumlah
anak
retardasi
mental di SLB Prof. Dr.
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH.
Sofwan, SH
Populasi pada penelitian ini
Z =
sebesar 207 orang dari data bulan
Januari tahun ajaran 2014/2015,
yaitu : semua ibu dari anak penderita
p =
Proporsi = 0,5
d =
Presisi
jadi,
N =
, 2
acak atau dengan menggunakan cara
sampling
yang
10% = 0,1
Sampel pada kasus ini diambil secara
random
absolut
digunakan yaitu sebesar
SLB C/C1 Prof. Dr. Sri Soedewi
Masjchun Sofwan, SH.
Derajat kepercayaan 95%
= 1,96
retardasi mental yang bersekolah di
simple
. � 1−� . �
yang
,9 2 . ,
− , .
− + ,9 2 . ,
= 55,83 ~ 56
− ,
didapatkan melalui teori probability
sampling untuk menentukan kelas
Untuk
menghilangkan
bias
mana saja dan siswa/i yang akan
pada sampel penelitian ini maka
digunakan
ditambah 10% dari sampel. Jadi,
sebagai
sampel
pada
jumlah sampel minimal yang harus
penelitian kali ini.
Besar sampel minimal yang
diambil
sesuai
Lameshow :
dengan
rumus
dikumpulkan pada penelitian ini
adalah sebanyak 62 sampel.
Kriteria Inklusi
b. Caregiver burden assessment
1. Ibu yang memiliki anak dengan
yang diperoleh dari pengisian
diagnosis retardasi mental dan
kuesioner.
bersekolah di SLB Prof. Dr. Sri
2. Data Sekunder
Soedewi Masjchun Sofwan, SH
a. Gambaran umum SLB Prof.
2. Ibu yang tinggal serumah dan
Dr. Sri Soedewi Masjchun
mengasuh anak retardasi mental
Sofwan, SH meliputi jumlah
sendiri
siswa.
tanpa
menggunakan
b. Data profil sekolah
pengasuh
3. Ibu yang tinggal serumah dengan
Instrumen Penelitian
Penelitian
keluarga besarnya
4. Ibu
yang
retardasi
mengasuh
mental
ini
menggunakan
anak
kuesioner yang berisi pernyataan
dengan
caregiver burden sebanyak 39 item
menggunakan pengasuh
yang diadaptasi dari Zarit Burden
dan
Kriteria Eksklusi
Scale
1. Ibu yang mempunyai anak lain
Borgatta Caregiver Burden Scale.
yang menderita cacat/sakit dan
Skor tertinggi dalam setiap item
menyekolahkan di SLB Prof. Dr.
adalah 5 untuk respon ‘sangat setuju’
Sri Soedewi Masjchun Sofwan,
dan skor terendah 1 untuk respon
SH
‘sangat tidak setuju’.
tetapi
tidak
menderita
retardasi mental
The
Montogomery
Cara pengumpulan Data
2. Ibu yang tidak bersedia menjadi
Pengumpulan data dilakukan
responden dalam penelitian ini
secara bertahap dimulai dari data di
Jenis data yang digunakan pada
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
penelitian ini adalah:
Sofwan, SH berupa data siswa tahun
1. Data Primer
pelajaran 2014/2015 bulan Januari
a. Data demografi ibu dan anak
2015 kemudian menentukan sampel
yang diperoleh dari pengisian
penelitian
dilanjutkan
dengan
kuesioner
pengisian
kuesioner
untuk
kepada ibu.
yang
dibagikan
pengambilan data primer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian gambaran caregiver
burden pada ibu yang memiliki anak
retardasi mental dilakukan di SLB
Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
Sofwan, SH Kota Jambi pada bulan
Juli 2015. Subyek penelitian yang
memenuhi
kriteria
inklusi
serta
bersedia untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini sebanyak 72 orang.
HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Distribusi
subjek
penelitian
berupa karateristik dari ibu yang
memiliki anak retardasi mental di
SLB disajikan dalam tabel 4.1
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu
Karakteristik Ibu
Umur
17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
Agama
Islam
Kristen protestan
/ katolik
Hindu
Budha
Lain-lain
N
%
1
6
41
25
8
1,4
8,1
55,4
33,8
1,4
62
11
83.8
14.9
0
0
1
0
0
1.4
Karakteristik Ibu
Suku
Jawa
Melayu
Batak
Tionghoa
Lain-lain
Status pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi atau
kuliah
Status pernikahan
Menikah
Janda
Pekerjaan Responden
Bekerja
Tidak Bekerja
Status ekonomi
Mampu
Cukup
Kurang
Tinggal dengan keluarga
besar
Tidak
Iya
Orang lain yang membantu
dalam mengasuh anak
Tidak ada
Orang lain
Keluarga
Urutan anak yang menderita
retardasi mental
Pertama
Kedua
Ketiga
Lain-lain
N
%
22
32
10
1
9
29.7
43.2
13.5
1.4
12.2
0
11
7
35
21
0
14.9
9.5
47.3
28.4
70
4
94.6
5.4
25
49
32.4
67.6
18
48
8
24.3
64.9
10.8
63
11
85.1
14.9
59
3
12
79.9
4.1
16.2
30
14
13
17
40.5
18.9
17.6
23
Dengan nilai tertinggi dalam setiap
Karakteristik Anak
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa
assessment = 5, sedangkan nilai
karakteristik anak yang menderita
terendah = 1. Data kemudian dibagi
retardasi mental dan bersekolah di
menjadi lima kategori yaitu sangat
SLB Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchun
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
Sofwan :
sangat rendah.
Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik
Objective Burden
Dari
Anak
Karateristik Anak
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Umur anak
5-11 tahun
12-16 tahun
17-25 tahun
Lamanya
anak
didiagnosis retardasi
mental
< 7 tahun
7-8 tahun
9-10 tahun
> 10 tahun
Status
pendidikan
anak saat ini
SDLB
SMPLB
SMALB
Kategori kelas
C
C1
N
%
30
44
40.5
59.5
28
35
11
37,8
47,3
14,9
28
11
22
13
hasil
penelitian
ini
didapatkan hasil objective burden
sebagai berikut :
distribusi objective burden pada ibu
25
20
15
10
5
0
18 18
21
12
5
distribusi
objective
burdenpada ibu
37,8
14,9
29,7
17,6
Jika perhitungan pembagian kategori
42
24
8
56.8
32.4
10.8
untuk
aspek
objective
burden
diterapkan dalam penelitian ini maka
frekuensi terendah pada 5 orang
29
45
39.2
60.8
(6,8%) mengalami objective burden
dengan derajat rendah, frekuensi
Kondisi Burden Subyek Penelitian
Dalam
caregiver
burden
tertinggi pada 21 orang (28,4%)
mengalami objective burden dengan
assessment terdapat dua kategori
derajat sangat tinggi.
yaitu
Subjective Burden
objective
dengan
burden
pernyataan sebanyak 16 item dan
subjective
burden
pernyataan
sebanyak
memiliki
23
item.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa hasil subjective
burden sebagai berikut:
distribusi subjective burden pada
ibu
distribusi caregiver burden pada ibu
25
20
25
18
18
17
19
18
20
20
15
15
distribusi
subjective
burden pada
ibu
10
5
20
1
0
12
Ditribusi
caregiver burden
pada ibu
10
5
5
0
Gambar 4.2 Ditribusi subjective
burden pada ibu
Jika
kategori
perhitungan
untuk
pembagian
aspek
ini maka akan didapatkan frekuensi
pada 20 orang (27%)
mengalami subjective burden dengan
derajat tinggi dan frekuensi terendah
pada 1 orang (1,4%) mengalami
subjective burden dengan derajat
rendah.
hasil
penelitian
ini
didapatkan hasil caregiver burden
dari jumlah subjective burden dan
objective
berikut :
burden
adalah
Jika
kategori
perhitungan
untuk
aspek
pembagian
caregiver
burden diterapkan dalam penelitian
ini maka akan didapatkan frekuensi
terendah
pada
5
orang
(6,8%)
mengalami caregiver burden dengan
derajat
sedang
dan
frekuensi
tertinggi
pada 20 orang (27%)
mengalami caregiver burden dengan
Caregiver Burden (Total)
Dari
burden pada ibu
subjective
burden diterapkan dalam penelitian
tertinggi
Gambar 4.3 Ditribusi caregiver
sebagai
derajat sangat rendah.
Kondisi Caregiver Burden Subyek Berdasarkan Karakteristik Subyek
Penelitian
Tabel 4.3 Hasil caregiver burden ibu berdasarkan karakteristik subjek penelitian
Caregiver Burden
Karakteristik Subyek
Penelitian
Umur anak
5-11 tahun
12-16 tahun
17-25 tahun
Jenis kelamin anak
Perempuan
Laki-laki
Lama usia anak didiagnosis
mengalami retardasi mental
< 7 tahun
7-8 tahun
9-10 tahun
> 10 tahun
Tingkat pendidikan anak
SDLB
SMPLB
SMALB
Klasifikasi kelas
C
C1
Umur ibu
17-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
Sangat
Rendah
F
%
Rendah
Sedang
F
%
F
%
F
%
9
8
3
12,2
10,8
4,1
5
3
4
6,8
4,1
5,4
2
2
1
2,7
2,7
1,4
7
11
1
9,5
14,9
1,4
5
11
2
6,8
14,9
2,7
9
11
12,2
14,9
5
7
6,8
9,5
0
5
0
6,8
9
10
12,2
13,5
7
11
9,5
14,9
8
2
7
3
10,8
2,7
9,5
4,1
4
3
3
2
5,4
4,1
4,1
2,7
2
1
0
2
2,7
1,4
0
2,7
9
2
5
3
12,2
2,7
6,8
4,1
5
3
7
3
6,8
4,1
9,5
4,1
14
3
3
18,9
4,1
4,1
5
5
2
6,8
6,8
2,7
3
2
0
4,1
2,7
0
10
8
1
13,5
10,8
1,4
10
6
2
13,5
8,1
2,7
9
11
12,2
14,9
5
7
6,8
9,5
1
4
1,4
5,4
9
10
12,2
13,5
5
13
6,8
17,6
0
2
14
4
0
0
2,7
18,9
5,4
0
0
0
6
6
0
0
0
8,1
8,1
0
0
0
3
2
0
0
0
4,1
2,7
0
2
10
7
0
0
2,7
13,5
9,5
0
1
2
8
6
1
1,4
2,7
10,8
8,1
1,4
0
Tinggi
Sangat
Tinggi
F
%
Karakteristik Subyek
Penelitian
Status pendidikan terakhir
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Status pernikahan
Menikah
Janda
Pekerjaan Responden
Bekerja
Tidak Bekerja
Status ekonomi
Kurang
Cukup
Mampu
Tinggal dengan keluarga
besar
Tidak
Iya
Orang lain yang membantu
dalam mengasuh anak
Tidak ada
Orang lain
Keluarga
Urutan anak yang menderita
retardasi mental
Pertama
Kedua
Ketiga
Lain-lain
Caregiver Burden
Sangat
Rendah
F
%
Rendah
Sedang
F
%
F
%
F
%
0
3
2
7
8
0
4,1
2,7
9,5
10,8
0
3
2
5
2
0
4,1
2,7
6,8
2,7
0
0
0
2
3
0
0
0
2,7
4,1
0
5
2
10
2
0
6,8
2,7
13,5
2,7
0
0
1
11
6
0
0
1,4
14,9
8,1
19
1
25,7
1,4
12
0
16,2
0
4
1
5,4
1,4
19
0
25,7
0
16
2
21,6
2,7
7
13
9,5
17,6
3
9
4,1
12,2
2
3
2,7
4,1
4
15
5,4
20,3
9
9
12,2
12,2
3
9
8
4,1
12,2
10,8
1
10
1
1,4
13,5
1,4
0
3
2
0
4,1
2,7
1
15
3
1,4
20,3
4,1
3
11
4
4,1
14,9
5,4
17
3
23
4,1
11
1
14,9
1,4
5
0
6,8
0
14
5
18,9
6,8
15
3
20,3
4,1
17
0
3
23
0
4,1
11
0
1
14,9
0
1,4
5
0
0
6,8
0
0
12
1
6
16,2
1,4
8,1
14
2
2
18,9
2,7
2,7
9
3
3
5
12,2
4,1
4,1
6,8
4
2
1
5
5,4
2,7
1,4
6,8
2
1
0
2
2,7
1,4
0
2,7
6
6
4
3
8,1
8,1
5,4
4,1
9
2
5
2
12,2
2,7
6,8
2,7
Tinggi
Sangat
Tinggi
F
%
Pembahasan
(44 orang) sedangkan anak dengan
Karakteristik Anak
jenis kelamin perempuan 40,5% (30
penelitian
orang). Hal ini sesuai dengan hasil
didapatkan anak retardasi mental
penelitian di SDLB Negeri 1 Bantul
yang diasuh oleh ibunya dengan jenis
dimana penderita retardasi mental
kelamin laki-laki sebanyak 59,5%
yang terbanyak adalah anak laki-laki
Dari
hasil
yaitu 20 orang dari 35 responden dan
dan kepercayaan yang lebih oleh
di
ibunya.
dalam
penelitian
tersebut
dinyatakan bahwa anak laki-laki
membutuhkan
Pada
penelitian
ini
lebih
didapatkan tingkat caregiver burden
perempuan
ditinjau dari ibu yang memiliki anak
terlatih untuk lebih mandiri. Menurut
usia 12-16 tahun dengan hasil 11
jurnal, WHO mengatakan insiden
anak (14,9%) dimana menunjukkan
retardasi
tingkat
banyak,
perhatian
19,20
sedangkan
mental
1,5
kali
lebih
caregiver
burden
yang
banyak pada laki-laki dibandingkan
dialami ibu termasuk kategori tinggi
dengan perempuan, dimana kejadian
dan sangat tinggi. Hasil penelitian ini
tertinggi pada masa anak sekolah
memiliki hasil yang sama dengan
dengan puncak usia 6 sampai 17
penelitian Nordiyah dkk di SLB C
tahun.
Banjarmasin
Jika
dihungkan
dengan
yang
menyatakan
caregiver burden kategori sangat
bahwa kebanyakan ibu penderita
rendah
retardasi
11
orang
(14,9%)
dan
mental
mengalami
kategori sangat tinggi 11 orang
kecemasan memiliki anak dengan
(14,9%). Hal ini sesuai dengan hasil
usia >12 tahun. Hal ini kemungkinan
studi mengenai perkembangan anak
terkait dengan tahap perkembangan
perempuan dan anak laki-laki yang
anak, dimana pada usia anak >12
dilakukan oleh Junge pada tahun
tahun merupakan usia anak yang
2005 di Jerman, dipaparkan bahwa
telah memasuki usia remaja dan
terdapat perbedaan kecil diantara
memungkinkan munculnya masalah-
keduanya. Anak laki-laki tampaknya
masalah
membutuhkan
lebih
kecemasan pada seorang ibu. Selain
sisi
itu, ibu yang memiliki anak retardasi
caregiver burden kategori sangat
mental pada tahap perkembangan
tinggi, sedangkan jika ditinjau dari
remaja atau dewasa dapat mengalami
sisi caregiver burden kategori sangat
stres
rendah anak laki-laki biasanya dalam
tentang masa depan dan pernikahan
kehidupan sehari- hari anak laki-laki
anaknya. 4
banyak,
jika
perhatian
dilihat
dari
lebih banyak diberikan kebebasan
baru
berkaitan
yang
dengan
memicu
pikiran
Lama
usia
anak
sejak
didiagnosis retardasi mental sampai
disekolahkan akan menjadi lebih
baik dalam sikap dan perilaku.
saat penelitian berlangsung memiliki
Pada tabel caregiver burden
frekuensi tertinggi pada usia < 7
menunjukkan angka terbanyak pada
tahun 37,8% (28 anak) dan frekuensi
kategori sangat tinggi 17,6% (13
terendah pada usia 7-8 tahun 14,9%
anak) berada di kelas C1 dengan
(11
diagnosis
rentang IQ 35-50 yaitu anak yang
retardasi mental, dapat diketahui
mengalami retardasi mental sedang.
melalui
ketika
Peneliti menduga hal ini dikarenakan
Sehingga
pengawasan terhadap anak menjadi
penelitian ini mendapatkan hasil
salah satu beban fisik ibu sehingga
yang sama bahwa anak pertama kali
ibu harus mengawasi anak lebih ketat
mendapatkan
daripada anak lainnya.
anak).
Menurut
tes
berumur
intelegensi
>3
tahun.
hasil
diagnosis
retardasi mental sejak berumur 3
Karakteristik Ibu
tahun. Pada tabel caregiver burden
jumlah
terbanyak
pada
kategori
Karakteristik
umur
ibu
tertinggi 36-45 tahun 55,4% (41
kategori tinggi sebanyak 12,2% (9
orang)
anak), ini disebabkan iu yang masih
caregiver burden kategori rendah
belum bisa menerima anaknya yang
sebanyak 14 orang. Hal ini sama
mengalamai retardasi mental.1
dengan
Hasil penelitian dari status
dan
yang
teori
menyatakan
mengalami
Supartini
usia
orang
(2004)
tua
pendidikan anak retardasi mental
berpengaruh dalam mengasuh anak.
yang
Usia terlalu muda dan terlalu tua
saat
ini
sedang
dijalani
memiliki angka tertinggi pada SDLB
tidak
56,8% (42 siswa) sedangkan angka
optimal karena diperlukan kekuatan
terendah terdapat pada SMALB 10,8%
fisik
(8 siswa). Dalam tabel caregiver
Arfandi (2014) juga menyatakan usia
burden,
ibu
banyak
mengalami
dapat
dan
berkisar
menjalankan
psikososial.
antara
secara
Penelitian
23-58
tahun
kategori sangat rendah 18,9% (14
tergolong matang untuk menjaga dan
orang), hal ini berkaitan dengan ibu
mendidik anak dengan berkebutuhan
yang
khusus.20
merasa
bila
anaknya
Jika ditinjau dari sudut agama
didapatkan
hasil
mayoritas
pendidikan formal yang cukup dan
mereka
juga
dituntut
sebagai
responden beragama Islam 83,8%
penanggung jawab utama dalam
(62 orang). Seperti yang disampaikan
merawat
oleh Darling bahwa salah satu faktor
Sebab
penerimaan
pengetahuan
ibu
terhadap
anak
retardasi
tingkat
mental.
pendidikan
orang
dan
tua
serta
keterbatasan anak adalah agama,
pengalamannya sangat berpengaruh
dimana orang tua yang lebih intens
dalam mengasuh anak. Tetapi jika
dalam melakukan praktek agama
ditinjau dari segi caregiver burden
cenderung bersikap lebih menerima
ibu
anak-anak mereka yang terhambat
caregiver
burden
secara fisik. Sehingga caregiver
tinggi,
mungkin
banyak
mengalami
derajat
sangat
dikarenakan
sedang,
tuntutan sebagai penanggung jawab
dalam hal ini dapat dilihat bahwa
utama dalam merawat anaknya yang
seluruh subyek dalam penelitian ini
mengalami retardasi mental.3,19
burden
dengan kategori
lebih
memiliki penghargaan yang tinggi
terhadap agama. 2,8
Status pernikahan memiliki
kecenderungan
caregiver
burden
Tingkat pendidikan orang tua
pada kategori sangat rendah 25,7%
mengasuh
retardasi
(19 orang) dan tinggi 25,7% (19
jenjang
orang). Peneliti menduga ibu yang
pendidikan SMA 47,3% (35 orang)
berstatus menikah pada kategori
dimana orang tua pada jenjang
sangat rendah memiliki orang yang
pendidikan tersebut memiliki tingkat
bisa
caregiver burden kategori sangat
berdiskusi dalam hal mengasuh dan
tinggi 11 orang (14,9%). Hal ini
mendidik anaknya, sedangkan pada
sesuai dengan hasil penelitian di SLB
kategori tinggi disebabkan karena
Negeri
SLB
ibu meresa tertekan dengan pendapat
yang
orang lain dan menjadi sulit untuk
yang
mental
anak
terbanyak
1
Bantul
pada
dan
di
Kabupaten
Banyumas,
menyatakan
bahwa
pendidikan
SMA/sederajat telah memiliki pola
pikir
yang
baik
sebagai
hasil
diajak
bekerjasama
dan
mengambil keputusan.
Pada
penelitian
ini
didapatkan angka tertinggi pada ibu
yang tidak bekerja 67,6% (50 orang).
Ibu
yang
menggunakan
Memiliki tingkat caregiver burden
pengasuh
kategori tinggi 20,3% (15 orang).
mengalami retardasi metal 4,1% (3
Peneliti menduga ibu rumah tangga
orang),
memiliki tingkat stress lebih tinggi
keluarga besarnya dalam mengurus
dibandingkan
yang
anaknya 16,2% (12 orang), dan ibu
bekerja dikarenakan ibu yang bekerja
yang tidak menggunakan pengasuh
memiliki
dan
dengan
aktifitas
ibu
yang
lebih
untuk
ibu
anaknya
yang
tinggal
yang
dibantu
dengan
oleh
keluarga
bervariasi dibandingkan dengan ibu
besarnya 79,9% (59 orang). Hal ini
rumah tangga.
sama dengan penelitian Diva dan
Status
ekonomi
dari
didapatkan
hasil
bahwa seorang anak lebih baik
tertinggi pada status ekonomi cukup
diasuh oleh orang tuanya tanpa
64,9% (48 orang). Memiliki tingkat
bantuan orang lain. Bila hasil ini
caregiver burden kategori tinggi 15
digabungkan
orang (20,3%). Hal ini sama dengan
burden maka ibu tanpa adanya
penelitian
yang
pengasuh memiliki kategori sangat
mengatakan bahwa status sosio-
rendah 17 orang (23%). Hal ini
ekonomi seorang ibu dengan anak
menjelaskan bahwa tanpa adanya
retardasi
pengasuh beban ibu dalam mengasuh
penelitian
ini
Karenhappachu
mental
memiliki
hasil
terbanyak pada tingkat menengah.
Karenhappachu
yang
menyatakan
dengan
caregiver
anaknya menjadi lebih ringan.17,18
Status ekonomi ini mendukung ibu
Anak pertama bisa menjadi
untuk menyekolahkan anaknya atau
faktor
memberikan perhatian lebih dan
burden
penjagaan terhdap anaknya. Selain
rendah 9 orang (12,2%) dan sangat
memberikan dukungan terhadap ibu
tinggi 9 orang (12,2%). Sama halnya
dalam mengasuh anaknya, status
dengan penelitian yang dilakukan
ekonomi
oleh Nordiyah dkk di SLB C
ini
dapat
memberikan
ibu
mengalami
dengan
caregiver
kategori
sangat
dampak stres pada ibu. Sebab yang
Banjarmasin.
mengatur keungan dalam keluarga
jumlah anak yang sedikit memiliki
adalah seorang ibu.
18
Seseorang
dengan
kemungkinan yang lebih besar untuk
memiliki anak lagi dibandingkan
bekerja (67.6%), status ekonomi
seseorang yang telah memiliki cukup
cukup (64.9%), tidak tinggal dengan
banyak
terdapat
keluarga besar (85.1%), tidak ada
kemungkinan memiliki anak yang
yang membantu mengasuh anak
normal. Dari sisi caregiver burden
(79.9%),
dengan
tinggi
pertama yang mengalami retardasi
menggambarkan bahwa ibu takut
mental (40.5%). Serta karakteristik
memiliki anak lagi, dikarenakan jika
anak mayoritas berjenis kelamin
anak tersebut lahir juga mengalami
laki-laki (59.5%) dengan rentang
hal
umur 12-16 tahun (47.3%).
anak.
Sehingga
kategori
yang
sangat
sama
dengan
anak
dan
ibu
dengan
anak
pertamanya.4
DAFTAR PUSTAKA
Caregiver Burden
Caregiver
yang
burden pada ibu
memiliki
anak
penderita
retardasi mental mempunyai hasil
yang mayoritasnya terdapat pada
kategori sangat rendah. Hal ini
menggambarkan
walaupun
ibu
tersebut mengalami masalah terkait
dengan pengasuhan anaknya yang
menderita retardasi mental tetapi ibu
masih
dapat
mengatasi
permasalahannya dengan baik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini didapatkan
responden paling banyak mengalami
caregiver
burden
derajat
sangat
rendah, yaitu sejumlah 20 orang
(27%),
dengan
karakteristik
ibu
mayoritas menikah (94.6%), tidak
1. Sularyo T.S, Kadim M.
Retardasi
Mental.
Sari
Pediatri; Desember 2000. Vol.
2, No. 3. hal. 170 – 177.
2. Benny F, Nurdin, A. E,
Chundrayetti
E.
Artikel
Penelitian Penerimaan Ibu
yang
Memiliki
Anak
Retardasi Mental di SLB
YPAC Padang. Jurnal FK
Unand 2014;3(2), 159–162.
3. Dewi,
Erti
Ikhtiarini.
Pengaruh Terapi Kelomok
Suportif Terhadap Beban dan
Tingkat Ansietas Keluarga
dalam Merawat Tunagrhita di
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Kabupten Banyumas (Tesis
Magister). Depok: Fakultas
Ilmu Keperawatan UI; 2011.
4. Norhidayah, Wasilah
S,
Husein A. N. Gambaran
Kejadian Kecemasan Pada
Ibu
Penderita
Retardasi
Mental Sindromik di SLB-C
Banjarmasin.
Berkala
Kedokteran, Vol. 9, No. 1, 1
April 2013: 39–45.
5. Kim, H., Chang, M., Rose, K.,
Kim, S. Predictors of
caregiver
burden
in
caregivers of individuals with
dementia.
Journal
of
Advanced Nursing 18 June
2011: 68(4) p. 846–855.
6. Sadock B, Sadock V A. Buku
Ajar Psikiatri Klinis, edisi ke2. Jakarta: EGC; 2010.
7. Adhimukti DH, Juanda H.
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
Retardasi
Mental (Referat). Jakarta:
Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Jiwa Rumah Sakit
Angkatan
Darat
Gatot
Soebroto; 2011.
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb
JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan
Perilaku
Psikiatri Klinis, Jakarta:
Binarupa Aksara; 2010.
9. Maslim
R.
Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan
Ringkas
PPDGJ-III
dan
DSM-V. 2nd ed. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atmajaya; 2013.
10. Casmini, M. Pendidikan
Segregasi. Modul I:
Pendidikan Luar Biasa (serial
online) (diakses 24 April
2015). Diunduh dari: URL:
http://file.upi.edu/.
11. Kementrian Kesehatan RI.
Pedoman
Pelayanan
Kesehatan Anak di Sekolah
Luar Biasa (SLB). Jakarta;
2010.
12. Nevid, J.S., Rathus, S.A.
Greene, B. (2005). Psikologi
Abnormal, Edisi kelima, Jilid
2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
13. Triana N. Y, Andriany M.
Stres dan Koping Keluarga
Dengan Anak Tunagrahita Di
SLB C Dan SLB C1 Widya
Bhakti Semarang (Skripsi).
Semarang:
Studi
Ilmu
Keperawatan Undip; 2010.
14. Salamiah,
S.
Retardasi
Mental (Tesis Magister).
Medan:
Departemen
Kedokteran Gigi Anak FKG
USU;2010.
15. Fitrikasari, A., S, A. K.,
Woroasih, S., S, W. S. A.,
Gambaran Beban Caregiver
Penderita Skizofrenia di
Poliklinik Rawat Jalan RSJ
Amino
Gondohutomo
Semarang. Medica Hospitalia,
2012; 1(2): 118–122.
16. Oh, H, Lee, E. O. Caregiver
Burden and Social Support
among Mothers Raising
Children with Developmental
Disabilities in South Korea.
International
Journal
of
Disability, Development and
Education June 2009: 56(2),
149–167.
17. Tarastin, DM. Korelasi Social
Support
dan
Caregiver
Burden pada Ibu dari Anak
Penderita Autisme di Day
Care Jiwa Anak RSUD dr.
Soetomo Surabaya (Tesis
Magister).
Surabaya:
Departemen/SMF
Ilmu
kedoteran Jiwa FK Unair;
2012.
18. Kerenhappchu, M. S, Sridevi
G. Care Giver’s Burden and
Perceived Social Support in
Mothers of Children with
Mental
Retardation.
International
Journal
of
Scientific
and
Research
Publications, April 2014:
4(4):1-7.
19. Nuraini, RD. Indarwati, F.
Romadzati. Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dengan
Tingkat Kemandirian pada
Anak
Retardasi
Mental
Sedang di SLB Negeri 01
Bantul (Skripsi). Naskah
Publikasi FKIK UMY, 18
Juli 2014.
20. Ilmi, B. Wahyuni, S. Mato, R.
Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Perkembangan
Sosial Anak Retardasi Mental
di
SLB
(C)
YPPLB
Cendrawasih Makassar. Vol.
1, No. 5, ISSN: 2302-1721;
2012.
21. Kayandi, F. Suryadi, D. The,
M. Penyesuaian Diri Ibu yang
Memiliki Anak Retardasi
Mental Sedang. Arkhe Th. 14,
No. 2, September 2009.
Jurnal Psikologi Untar: 97105.
22. Ramayuni, R. Nurdin, A. E,
Nurhajjah. S. Karakteristik
Penderita Retardasi Mental di
SLB Kota Bukittinggi. MKA,
Vol. 37, No. 3, Desember
2014. Jurnal FK Unand: 181186.
23. Kearifan Lokal dalam Seloko
Jambi (2015, 29 April).
Diperoleh 23 Agustus 2015,
dari
http://kebudayaan.kemdikbud
.go.id/bpnbtanjungpinang/20
15/04/29/kearifan-lokaldalam-seloko-jambi/
24. Ariani, M. Saeselo, D. A,
Surilena. Karakteristik Pola
Asuh dan Psikopatologi
Orang
Tua
Penyandang
Retardasi Mental Ringan di
Sekolah Luar Biasa-C (SLBC)
Harapan
Ibu.
Damianus
Journal of Medicine; Vol.13,
No.2, Juni 2014: 74-83.
25. Munafiah,
S.
Irdawati,
Zulaica,
E.
Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Kemandirian Toilet
Training pada Anak Retardasi
Mental di SLB Negeri
Surakarta. Naskah Publikasi
FIK
Universitas
Muhammadiyah Surakarta;
2013.
26. Persepsi Keluarga Terhadap
Nilai Anak (2014, 02 April).
Diperoleh 29 Agustus 2015,
dari
http://kaltim.bkkbn.go.id/_lay
outs/mobile/dispform.aspx?Li
st=8c526a76-8b88-44fe8f812085df5b7dc7&View=69dc0
83c-a8aa-496a-9eb7b54836a53e40&ID=260
27. Tuegeh, J. Rompas, F.
Ransun, D. Peran Keluarga
dalam Memandirikan Anak
Retardasi Mental di Yayasan
Pembinaan
Anak
Cacat
Manado
Tahun
2011.
Juperindo, Vol. 1, No. 1,
Maret 2012: 30-35.