DOCRPIJM 25a19de3bf BAB VIBAB 6 Aspek Kelembagaan dan Regulasi Kota Makassar

  Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

  6.1 ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan Kota.

  1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 - 2014

  5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

  6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang

  Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum

  8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi

  9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Perangkat Daerah

  10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

  3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi:

  a. restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

  6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

  9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6.2 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI

  Rencana Program Investasi infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Makassar disusun dengan mempertimbangkan aspek pendanaan dan kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan yang akan dilaksanakan dengan lembaga- lembaga struktural yang terkait dan lembaga-lembaga non struktural seperti Tim, Unit Pelaksana Proyek, Satgas dan sejenisnya.

  Adanya permasalahan-permasalahan dalam pelayanan umum pemerintahan yang menyebabkan belum optimalnya mutu pelayanan publik seperti sistem pengawasan yang perlu ditingkatkan, kinerja aparatur yang masih perlu terus ditingkatkan, sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan yang belum memadai yang berimbas pada rendahnya mutu pelayanan publik.

  Kelembagaan Non Pemeririntah seperti lembaga masyarakat dan pihak swasta diberikan peran serta berupa dukungan aktif untuk ikut terlibat langsung pada serangkaian proses RPI2JM. Sehingga tercipta keterpaduan dan keselarasan antara unsur pemerintah, masyarakat dan swasta yang mana keselarasan dan keterpaduan tersebut akan memperkuat sistem pembangunan guna mencapai tujuan pembangunan daerah yang telah direncanakan.

  Dasar Pembentukan Organisasi Satuan Perangkat Daerah Kota Makassar :

  1. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan

  dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar;

  2. Peraturan Walikota Makassar Nomor 27 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas

  Jabatan Struktural Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Makassar

6.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Berdasarkan Kelembagaan di tingkat pemerintah kota Makassar yang saat ini menangani dan mengelola bidang keciptakaryaan di Kota Makassar adalah: Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Koordinasi, kebijakan dan penganggaran program), Dinas Pekerjaan Umum (drainase, Sanitasi, dan penyehatan lingkungan), Dinas Tata Ruang dan Bangunan (kawasan kumuh, ), Dinas Pemukiman dan bangunan Pemerintah (Pengembangan Pemukiman), Perusahaan daerah Air Minum (air bersih). Dalam pelaksanaannya masing-masing Dinas bekerja sesuai TUPOKSI-nya dan koordinasi dilakukan bila melibatkan Dinas/Instansi terkait lainnya. Belum ada institusi khusus yang dibentuk atau ditunjuk sebagai Leading Intitution dalam bidang sanitasi di tingkat kota.

  Terdapat beberapa Peraturan Daerah yang diterapkan dan masih berlaku sampai saat ini. Namun, dalam perkembangannya, terdapat beberapa kelemahan di dalam penerapannya. Sebagai contoh dalam ketentuan IMB, terdapat pasal yang mengatur jarak septik tank dan sumur untuk satu unit rumah. Namun, tidak mengatur jarak antara septik tank dan sumur rumah di sebelahnya. Untuk kebutuhan ke depan, diperlukan Perda khusus yang mengatur tentang air limbah domestik, drainase lingkungan dan kemungkinan sampah. Termasuk di dalamnya adalah ketentuan sistem komunal bagi perumahan. Tentang Perda yang mengatur tentang retribusi sampah dan air limbah, perlu ditinjau kembali.

  Adapun susunan struktur organisasi masing-masing SKPD terkait organisasi keciptakaryaan sebagaimana diuraikan dibawah ini : A. Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri atas :

  a. Kepala Badan;

  b. Sekretariat, terdiri atas :

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Perlengkapan.

  c. Bidang Ekonomi, terdiri atas :

  1. Subbidang Industri, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;

  2. Subbidang Kelautan dan Ketahanan Pangan;

  d. Bidang Sosial Budaya, terdiri atas :

  1. Subbidang Pendidikan dan Kesehatan; 2. Subbidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat.

  e. Bidang Fisik dan Prasarana, terdiri atas :

  1. Subbidang Infrastruktur dan Perumahan; 2. Subbidang Perhubungan, Tata Ruang dan Lingkungan.

  f. Bidang Statisitik dan Pelaporan, terdiri atas :

  1. Subbidang Statistik; 2. Subbidang Evaluasi dan Pelaporan.

  g. Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri atas :

  1. Subbidang Penelitian; 2. Subbidang Pengembangan Kebijakan Daerah.

  h. Kelompok Jabatan fungsional.

  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan teknis perencanaan daerah;

  b. pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;

  c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah; d. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang memuat Visi, misi dan arah pembangunan daerah; e. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, arah kebijakan keuangan daerah, program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, Kewilayahan dan lintas kewilayahan yang berisi kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran;

  f. penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat Prioritas Pembangunan Daerah, Rancangan Kerangka Ekonomi Makro Daerah, Arah Kebijakan Keuangan Daerah, program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, Kewilayahan dan lintas kewilayahan yang berisi kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran; g. pelaksanaan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

  Daerah diantara Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, Kewilayahan dan lintas kewilayahan;

  h. penyusunan rencana anggaran pokok dan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan unit kerja terkait, dengan koordinasi Sekretaris Daerah; i. penilaian dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan; j. pelaksanaan pengendalian dan perencanaan operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya; k. pelaksanaan kesekretariatan; l. pembinaan tenaga fungsional.

  B. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum , terdiri atas :

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat, terdiri atas :

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Perlengkapan.

  c. Bidang Bangunan Gedung Pemerintah, Sarana Umum dan Perumahan terdiri atas:

  1. Seksi Pembangunan Gedung Pemerintah, Sarana Umum dan Perumahan;

  2. Seksi Pemeliharaan Gedung Pemerintah, Sarana Umum dan Perumahan;

  3. Seksi Penelitian dan Pengawasan Bangunan Gedung Pemerintah, Sarana Umum dan Perumahan.

  d. Bidang Sarana dan Prasarana Lingkungan, terdiri atas :

  1. Seksi Prasarana Lingkungan;

  2. Seksi Sanitasi; 3. Seksi Air Bersih.

  e. Bidang Jalan dan Jembatan, terdiri atas :

  1. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan;

  2. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; 3. Seksi Penelitian dan Pengawasan Jalan dan Jembatan.

  f. Bidang Bangunan Air, terdiri atas :

  1. Seksi Pembangunan Bangunan Air;

  2. Seksi Pemeliharaan Bangunan Air; 3. Seksi Penelitian dan Pengawasan Bangunan Air.

  g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

  Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan rumusan kebijakan teknis operasional di bidang pekerjaan umum, pengadaan dan pemeliharaan bangunan dan gedung pemerintah serta sarana dan prasarana lingkungan;

  b. penyusunan rumusan kebijakan teknis operasional di bidang pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan termasuk trotoar dan drainase;

  c. penyusunan rencana dan program di bidang pengadaan dan pemeliharaan bangunan dan gedung pemerintah, sarana dan prasarana lingkungan serta sarana perumahan;

  d. penyusunan rencana di bidang pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan, drainase termasuk trotoar; e. pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

  f. pelaksanaan kesekretariatan dinas; g. pembinaan unit pelaksana teknis.

  C. Susunan Organisasi Dinas Tata Ruang dan Bangunan, terdiri atas :

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat , terdiri atas :

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Subbagian Keuangan;

  3. Subbagian Perlengkapan.

  c. Bidang Tata Ruang, terdiri atas :

  1. Seksi Pemanfaatan Ruang;

  2. Seksi Rencana Mikro dan Detail; 3. Seksi Penelitian dan Pengembangan.

  d. Bidang Tata Bangunan, terdiri atas :

  1. Seksi Peta Situasi;

  2. Seksi Detail dan Teknik Arsitektur; 3. Seksi Pengukuran.

  e. Bidang Perizinan Bangunan, terdiri atas :

  1. Seksi Penelitian Administrasi;

  2. Seksi Penelitian Teknis; 3. Seksi Penetapan Retribusi.

  f. Bidang Pengendalian Bangunan, terdiri atas :

  1. Seksi Pengawasan;

  2. Seksi Pengusutan; 3. Seksi Penertiban.

  g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

  Dinas Tata Ruang dan Bangunan dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan rumusan kebijakan teknis penataan ruang, kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan wilayah dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang dan penetapan kawasan strategis kota;

  b. penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) dan Standar Pelayanan Minimal bidang penataan ruang;

  c. penyusunan rencana dan program pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang kota; d. penyusunan rencana dan program pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang; e. penyusunan rumusan kebijakan teknis operasional di bidang penataan bangunan; f. penyusunan rencana dan program pembinaan dan pengawasan penelitian gambar situasi bangunan dan penyelenggaraan dokumentasi; g. pembinaan dan pemberian izin dan pelayanan umum di bidang mendirikan bangunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

  h. pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya; i. pelaksanaan kesekretariatan dinas; j. pembinaan unit pelaksana teknis.

  

Susunan Organisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan, terdiri atas :

D.

  a. Kepala Dinas;

  b. Sekretariat, terdiri atas :

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Perlengkapan.

  c. Bidang Pertamanan, terdiri atas :

  1. Seksi Pembangunan Taman;

  2. Seksi Pemeliharaan Taman; 3. Seksi Pembibitan.

  d. Bidang Penghijauan Kota, terdiri atas :

  1. Seksi Pembangunan Kawasan Hijau;

  2. Seksi Pemeliharaan Kawasan Hijau; 3. Seksi Pengawasan dan Pengusutan.

  e. Bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota, terdiri atas :

  1. Seksi Pembinaan Kelembagaan Masyarakat;

  2. Seksi Pengembangan Partisipasi;

  3. Seksi Penyuluhan dan Pembinaan Teknik;

  f. Bidang Penataan Kebersihan Kota, terdiri atas :

  1. Seksi Pengembangan Teknik Pengelolaan Kebersihan Kota;

  2. Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Kebersihan Kota;

  3. Seksi Pemeliharaan Peralatan dan Alat Berat.

  g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

  Dinas Pertamanan dan Kebersihan dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan rumusan kebijakan teknis pembinaan umum di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, peyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA);

  b. penyusunan rencana dan program pembinaan, pengembangan di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, peyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA);

  c. penyusunan rencana dan program pengkoordinasian dan kerjasama dengan pihak terkait di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, peyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA); d. penyusunan rencana dan program penertiban, peningkatan peran serta masyarakat di bidang pertamanan, penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, peyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA); e. pelayanan perizinan pemakaman;

  f. pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

  g. pelaksanaan kesekretariatan dinas; h. pembinaan unit pelaksana teknis.

  E. Susunan Organisasi Badan Lingkungan Hidup, terdiri atas :

  a. Kepala Badan;

  b. Sekretariat, terdiri atas :

  1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

  2. Subbagian Keuangan;

  3. Subbagian Perlengkapan.

  c. Bidang Tata Lingkungan dan Penaatan Lingkungan terdiri atas :

  1. Subbidang Analisis Dampak Lingkungan; 2. Subbidang Penaatan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup.

  d. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran, terdiri atas :

  1. Subbidang Pengendalian Pencemaran Air, Udara dan Tanah; 2. Subbidang Pengawasan Limbah B3 dan Domestik.

  e. Bidang Pemulihan Kerusakan Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri atas :

  1. Subbidang Pemulihan Kerusakan Wilayah Pesisir dan Laut; 2. Subbidang Konservasi Sumber Daya Alam.

  f. Bidang Pengembangan Kapasitas dan Partisipasi Masyarakat, terdiri atas :

  1. Subbidang Pengembangan Kapasitas; 2. Subbidang Pembinaan Partisipasi Masyarakat dan Kemitraan.

  g. Unit Pelaksana Teknis (UPT); h. Kelompok Jabatan Fungsional.

  Badan Lingkungan Hidup Daerah dalam melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup meliputi dampak lingkungan hidup, strategi penegakan hukum, dan pengembangan instrument ekonomi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup; b. penyusunan rencana dan program pengendalian, pengawasan pencemaran dan kerusakan lingkungan; c. penyusunan rumusan kebijakan teknis pelaksanaan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi perdata maupun pidana terhadap pelaku pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dengan pengembangkan skema insentif

  • – disinsentif dan pelaksanaan perjanjian internasional di bidang pengendalian dampak lingkungan;

  d. pemberian fasilitasi kegiatan instansi terkait dalam hal pengendalian dampak lingkungan, yang meliputi penerapan AMDAL, penerapan instrument baru dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan, monitoring kualitas air, penerapan system manajemen, ekolabel, produksi bersih dan teknologi ramah lingkungan, pengembangan perangkat ekonomi lingkungan, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi Personil Bidang Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Strategis (KLS) dan Laboratorium Lingkungan;

  e. pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

  f. pelaksanaan kesekretariatan; g. pembinaan unit pelaksana teknis dan tenaga fungsional.

6.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

  Secara internal, Cipta Karyakeorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

  Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

Tabel 6.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

  Peran Instansi dalam Unit / Bagian yang (1) (2) (3) (4) No. Instansi Pembangunan Bidang CK Menangani Pembangunan Bidang CK melaksanakan tugas dan fungsi secara struktural maupun secara fungsional dan berperan secara aktif sebagai perencana,

1. Bappeda

  Bidang Fisik dan Prasarana pengkoordinasi dan sekaligus sebagai pengendali pelaksanaan pembangunan Infrastruktur Daerah penyusunan rencana dan program di bidang pengadaan dan pemeliharaan bangunan dan Bidang Sarana dan Prasarana Lingkungan

  2. Dinas PU gedung pemerintah, sarana dan prasarana lingkungan serta sarana perumahan penyusunan rumusan kebijakan teknis penataan ruang, kriteria penentuan dan Bidang Tata Ruang perubahan fungsi ruang kawasan/lahan Dinas tata Ruang dan wilayah dalam rangka penyelenggaraan dan

  3. Bangunan penataan ruang dan penetapan kawasan Bidang Tata Bangunan strategis kota dan penyusunan rumusan kebijakan teknis operasional di bidang penataan bangunan penyusunan rumusan kebijakan teknis pembinaan umum di bidang pertamanan,

  Dinas kebersihan dan penghijauan, tata keindahan (dekorasi) kota, Bidang Penataan Kebersihan Kota 4. Pertamanan peyelenggaraan kebersihan/persampahan, pengelolaan pemakaman dan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah (TPA) penerapan AMDAL, penerapan instrument baru dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan, monitoring kualitas air, penerapan system manajemen, ekolabel, produksi bersih dan teknologi ramah Bidang Tata Lingkungan dan Penaatan

  Badan Lingkungan 5. lingkungan, pengembangan perangkat Hidup Daerah

  Lingkungan ekonomi lingkungan, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi Personil Bidang Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Strategis (KLS) dan Laboratorium Lingkungan

6.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta

  Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.

  < SMA : 34 orang SMA: 84 orang D3 :2 orang S1 : 47 orang S2/S3 : 5 orang

  6.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kota Makassar yang menangani bidang Cipta Karya.

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah,

  6.3 ANALISIS KELEMBAGAAN

  Sumber : kepegawaian kota makassar 2013

  IV : 13 Orang

  III : 5 orang

  Eselon II : 1 Orang

  Wanita : ... orang SMA :2 orang S1 : 17 orang S2/S3 : 6 orang

  Gol I/II : 2 orang Gol III: 17 orang Gol IV: 7 orang Pria : ... orang

  IV : 15 Orang Badan Lingkungan Hidup

  III : 5 orang

  Eselon II : 1 Orang

  Gol III: 47 orang Gol IV: 5 orang Pria : ... orang Wanita : ... orang

Tabel 6.2 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin Latar Belakang Pendidikan Jabatan Fungsional

  IV : 15 Orang Dinas Kebersihan dan pertamanan Gol I/II : 120 orang

  III : 5 orang

  S2/S3 : 9 orang Eselon II : 1 Orang

  Wanita : ... orang < SMA :5 orang SMA: 10 orang D3 :19 orang S1 : 35 orang

  Gol I/II : 22 orang Gol III: 46 orang Gol IV: 9 orang Pria : ... orang

  IV : 13 Orang Dinas Tata Ruang dan Bangunan

  III : 6 orang

  Eselon II : 1 Orang

  Pria : ... orang Wanita : ... orang < SMA :7 orang D3 :23 orang S1 : 24 orang S2/S3 : 13 orang

  IV : 18 Orang Bappeda Gol I/II : 8 orang Gol III: 47 orang Gol IV: 6 orang

  III : 5 orang

  75 orang D3 : 49 orang S1 : 68 orang S2/S3 : 8 orang Eselon II : 1 Orang

  Gol IV: 9 orang Pria : ... orang Wanita : ... orang < SMA : 28 orang SMA :

  (1) (2) (3) (4) (5) Dinas PU Gol I/II : 152 orang Gol III: 91 orang

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini: Struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yang diperkuat dengan uraian tugas dan fungsi organisasi, walaupun dirasakan terkadang tupoksi masih banyak belum sepenuhnya dipahami dan dijalankan pada tingkatan implementasi dilapangan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam struktur organisasi yaitu (1) arah kebijakan politik pemerintahan yang cenderung berubah-ubah; (2) Perkembangan Teknologi dan informasi tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM.

  permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya 1. jenjang organisasi yang terlalu panjang 2. kemungkinan duplikasi fungsi 3. satuan-satuan organisasi yang berbeda tujuan ditempatkan dalam satu kelompok 4. adanya pejabat yang melapor kepada lebih dari seorang atasan 5. pengangkatan atau penempatan pegawai yang tidak tepat 6. terlalu banyak pejabat yang melapor kepada seorang kepala 7. sebutan jabatan yang tidak jelas fungsinya 8. satuan organisasi yang membawahkan satu satuan organisasi 9. satuan

  • – satuan organisasi yang tidak seimbang fungsinya ditempatkan pada jenjang yang sama

  10. satuan organisasi dengan fungsi menyeluruh hanya ditempatkan dibawah satuan lain 11. penyusunan suatu fungsi yang tidak jelas 12. ketidaktepatan dalam menempatkan fungsi yang penting.

6.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  Dalam Perda yang telah diuraikan dalam struktur organisasi eksisting yang sedang berjalan telah mencantumkan tupoksi dari setiap Badan / lembaga / Institusi Perangkat daerah yang menjalankan fungsi bidang keciptakaryaan.

  Koordinasi dan hubungan kerja sangat penting dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Untuk itu secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

  1. Memastikan adanya kesatuan gerak dalam organisasi;

  2. Saling berkomunikasi dan bantu membantu antar pejabat/unit;

  3. Menjamin kesatuan kebijaksanaan untuk hal-hal yang sama; 4. Menghindarkan kecenderungan merasa “paling penting” dalam organisasi.

  5. Memelihara dan mengembangkan saling pengertian di antara para pelaksana, sehingga dapat menumbuhkan kerjasama dalam pelaksanaan tugas masing- masing;

  6. Memelihara dan mengembangkan saling memenuhi, sehingga kontak atas dasar kebijaksanaan dan saling membantu antara pihak-pihak yang tugasnya saling berkaitan.

  7. Menumbuhkan sikap para pelaksana untuk mematuhi peraturan yang mengatur hubungan kerja antar instansi.

  Secara umum, berdasarkan evaluasi yang kami lakukan terhadap Perda tentang Perangkat Daerah, masih terdapat inkonsistensi terhadap norma, standar dan kriteria yang ditetapkan dalam PP Nomor 41 Tahun 2007, antara lain :

  1. Penerapan prinsip-prinsip organisasi, yaitu pewadahan fungsi yang tidak sesuai, misalnya fungsi staf diwadahi dalam fungsi lini, dan sebaliknya.

  2. Perumpunan yang tidak sesuai dengan ketentuan, misalnya bidang pemuda olah raga masih dibentuk dalam wadah kantor.

  3. Penentuan jumlah perangkat daerah dan jumlah susunan organisasi belum berdasarkan kebutuhan, kemampuan, potensi dan beban kerja, dan masih cenderung mempergunakan pola yang maksimal.

  4. Pengaturan dan penjabaran tugas dan fungsi masing-masing SKPD belum berdasarkan urusan yang menjadi kewenangan, potensi dan karakteristik daerah masing-masing.

  5. Nomenklatur masing-masing SKPD sampai kepada unit eselon yang terendah antar daerah sangat variatif, dan hal-hal yang sangat teknis yang pada umumnya dapat menghambat pelaksanaan tugas dan kinerja SKPD yang bersangkutan. Dalam sistem ketetalaksanaan mencakup proses pedoman umum standar operasi, mekanisme, tata kerja, hubungan kerja dan prosedur pada tingkat perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian, pengelolaan, administrasi umum, keuangan, perlengkapan, pemantauan dan evaluasi kinerja organisasi serta melaksanakan koordinasi dan pengelolaan kearsipan, kurporalisasi, efesiensi dan tentang pengaturan budaya kerja, namun demikian saat ini kondisi pelaksanaan ketatalaksanaan masih belum mencerminkan penyelenggaraan penataan organisasi yang efesien, efektif pada organisasi pemerintahan daerah saat ini apalagi dalam pelaksanaan otonomi daerah dan perwujudan pemerintahan yang baik dipandang perlu untuk melakukan penyederhanaan sistem, prosedur, metoda dan tata kerja penyelenggara negara agar menjadi makin tertib dan efektif. faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi

   Kondisi Geografis  Peraturan Perundang-Undangan

   Kondisi Sosial Politik  Perkembangan Teknologi

6.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya.

  Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi / lembaga. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi / lembaga dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi/Lembaga. Selanjutnya, Manajemen SDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi institusi / organisasi / Lembaga agar tujuan institusi / organisasi / Lembaga dapat dicapai secara optimal. Dalam aspek sumber daya manusia aparatur masih dihadapi permasalahan, seperti antara lain masih rendahnya disiplin dan kinerja pegawai; belum diterapkannya standar kompetensi dan indikator kinerja utama bagi setiap PNS; sistem remunerasi pegawai belum berbasis kinerja dan disertai penerapan sistem reward and punishment yang adil; belum sepenuhnya diterapkan pengembangan sistem karier berdasarkan kinerja; proses seleksi, penerimaan dan penempatan calon pegawai negeri sipil (CPNS) belum sepenuhnya berdasarkan pada analisis kebutuhan dan kompetensi yang diperlukan; dan pendidikan dan pelatihan (diklat) belum sepenuhnya dapat meningkatkan kinerja dan disesuaikan dengan perkembangan fungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan, walaupun secara kuantitas SDM cukup banyak. perangkat kerja daerah yang terkait dengan bidang cipta karya, yaitu antara lain : (1) Badan / Lembaga yang mengurusi bidang perencanaan pembangunan di

  Daerah; (2) Lembaga / Institusi yang mengurusi bidang Pekerjaan umum khususnya ke ciptakaryaan; (3) Lembaga / institusi yang mengurusi bidang penataan ruang dan permukiman serta infrastruktur perumahan; (4) Lembaga / institusi yang menangani bidang pentaan lingkungn hidup.

  Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi antara lain :  penerapan tata pemerintahan yang baik belum menyeluruh pada instansi

  Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah;  sistem dan pelaksanaan pengawasan dan akuntabilitas masih harus ditingkatkan agar lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja pemerintahan;  penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan masih perlu dipertajam terutama berdasarkan prinsip-prinsip structure follow function;  Dalam pengelolaan SDM aparatur negara belum cukup merata dan perlu terus ditingkatkan kualitasnya;  belum optimalnya kinerja birokrasi untuk mendukung pelayanan publik, baik pelayanan dasar maupun pelayanan bidang lainnya.

6.4 ANALISIS SWOT KELEMBAGAAN

  Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT. Berdasarkan penjabaran dari kondisi eksisting kelembagaan, serta pertanyaan- pertanyaan yang perlu dijawab dalam analisis kelembagaan, maka diperlukan melakukan analisis SWOT kelembagaan bidang CK di yang meliputi aspek organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Tabel 6.3 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

   Kuantitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia  Sumber Daya Manusia yang banyak tanpa kualitas yang cukup. yang cukup baik.

    Kualitas SDM yang cukup baik untuk mendukung Kualitas SDM tidak dibarengi dengan penempatan program dan kegiatan keciptakaryaan.

  SDM yang berkualitas dan cakap pada bidangnya

  Program Pengembangan Infrastruktur Kota yang Belum sinerginya dokumen perencanaan yang satu cukup berkembang, dan telah memiliki Dokumen dengan yang lainnya Perencanaan Infrastruktur Kota.

   

PELUANG (O) ANCAMAN (T)

   Kualitas Sumber Daya Manusia dan kelembagaan  SDM yang berada posisi dan kedudukan kurang yang baik dan cakap mampu mendorong cakap dan baik. pengembangan perencanaan infrastruktur  Rasa optimis dan inisiatif SDM sangat kurang.

   kedepan Kesiapan dan penyiapan pendampingan infrastruktur

   Program Pengembangan Infrastruktur Kota yang perkotaan yang masih minim, baik segi kelembagaan cukup berkembang, dan telah memiliki perangkat dan pembiayaan. peraturan perundang-undangan.

   Banyaknya dukungan kelembagaan pihak luar

  yang ikut berinvestasi pada bidang infrastruktur perkotaan

6.4.1 Rencana Pengembangan Kelembagaan

  Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

6.4.2 Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

  Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

  6.4.3 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan .

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

  6.4.4 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

  Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel berikut.

  7 Tabel 6.4 Pelatihan Bidang Cipta Karya No Jenis Pelatihan

  1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III

  4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL

  7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

  10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya

  11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Tanggap Darurat Bencana Negara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional

Tabel 6.5 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Aspek Kelembagaan Strategi Rencana Aksi

  (1) (2) (3) Optimalisasi Pelaksanaan Fungsi Optimalkan peran Tim kerja teknis.

  Organisasi Organisasi

  Penguatan Lembaga Kerja Tim Pokja yang sinergi dan berkelanjutan Organisasi pemerintahan Daerah Penatalaksanaan Penyelenggaraan menyusun Dokumen Rencana Infrastruktur Kota Infrastruktur Kota Makassar Penyusunan Kebijakan dan Menyusun Peraturan Daerah dan atau Peraturan

  Tata Laksana Program Infrastruktur perkotaan Kepala Daerah (Perwali) tentang Rencana Program Infrastruktur Kota Makasar

Peningkatan Kualitas dan Kuantitas

   Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia  Rekruitmen Sumber Daya Manusia sesuai Bidang keahlian Sumber Daya

   Penempatan SDM sesuai Bidang Kerja dan Manusia Keahliannya

  Peningkatan Prasarana dan Sarana Pengadan Sarana dan peralatan kerja yang Kerja memadai