BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Stabat)

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

  Dalam melakukan penelitian, teori membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitian dan dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna pembentukan hipotesis. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006: 43). Neuman menjelaskan bahwa teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam dalam melihat permasalahan.

  Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

2.1.1 Media Sebagai Penyampai Informasi

  Media informasi terus berkembang dan sangat diperlukan setiap saat karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi yang sedang berkembang, selain itu manusia juga bisa saling berinteraksi satu sama lain. Melalui media informasi juga sebuah pesan dapat tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat tepat kepada sasaran dan informasi yang disampaikan bermanfaat bagi pembuat dan target

  Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu “medius” yang artinya tengah, perantara atau pengantar. Kata media, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara etimologi berarti perantara atau pengantar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media disebut juga alat-alat audio visual, artinya alat yang dapat dilihat dan didengar yang dipakai dalam proses berkomunikasi dan menyebarkan informasi agar lebih efektif dan efisien (Agung, 2011).

  Menurut Arsyad (2002: 4) media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

  Menurut Oxfoord English Dictionary pengertian informasi adalah that of

  

which one is apprised or told: intelligence, news yaitu informasi adalah salah satu

  yang dapat memberitahukan di mana menyangkut kecerdasan dan berita. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU (Rancangan Undang-Undang) teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, database (www.ensiklopedia.com).

  Wilbur Schramm dalam Rakhmad (1992) mendefenisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi segala ketidakpastian atau mengurangi jumlah alternatif dalam situasi. Fungsi utama dan pertama dari informasi adalah menyampaikan pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Artinya diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi akan mengetahui sesuatu yang ingin diketahui (Liliweri, 2007).

  Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media sebagai penyampai informasi adalah alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali catatan sebuah peristiwa yang terjadi, baik berupa data, fakta, dan pengetahuan, maupun segala gejala yang terjadi dalam masyarakat yang tercatat dan dapat di salurkan kepada orang lain atau disebarkan yang dapat bermanfaat untuk perubahan dalam kehidupan.

  Media sebagai penyampaian informasi dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu :

  1. Presentational media , adalah media tampilan wajah, suara, atau alat komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam ketegori pesan maka media ini dimasukkan dalam pesan verbal dan non verbal dalam komunikasi tatap muka.

  2. , adalah media yang diciptakan oleh kreasi

  Representational media

  manusia, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tulisan, gambar, fotografi, komposisi musik, arsitektur, dan lain-lain. Semua jenis media ini memiliki konvensi estetika baik secara teknis maupun praktis.

  3. Mechanical media , adalah media radio, televisi, video, film, surat kabar, majalah, dan telepon yang digunakan untuk memperkuat dua media di atas. Misalnya surat kabar merekam tampilan wajah atau memuat foto seseorang, televisi merekam wajah dan suara, dan video merekam suatu komposisi musik.

2.1.2 Manfaat Informasi

  Informasi itu sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan maupun bentuknya. Manfaat informasi bagi setiap orang berbeda-beda. Adapun manfaat dari informasi menurut Sutanta (2003: 11) adalah :

  1. Menambah pengetahuan : Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

  2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi : Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

  3. Mengurangi resiko kegagalan : Adanya informasi akan mengurangi resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

  4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan : Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan menghasilkan keputusan yang lebih terarah.

  5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.

2.1.3 Sifat-sifat informasi

  Untuk dapat menyajikan informasi yang terpilih maka harus diketahui sifat-sifat informasi adalah sebagai berikut:

  1. Informasi relevan dan tidak relevan, yang dimaksud dengan informasi yang relevan adalah informasi yang ada hubungannya atau ada kepentingannya bagi si penerima, sedangkan informasi yang tidak relevan adalah informasi yang tidak ada atau sedikit sekali kepentingan bagi si penerima.

  2. Informasi dapat berguna dan kurang berharga

  3. Informasi dapat tepat waktunya dapat pula tidak tepat waktunya. Informasi dikatakan tepat waktunya apabila dapat mencapai si penerima sebelum ia melakukan pengambilan keputusan, tetapi apabila informasi tersebut terlambat datangnya setelah keputusan diambil, maka informasi tersebut tidak tepat waktunya.

  4. Informasi dapat valid dan dapat tidak valid. Apabila informasi yang diberikan kepada seseorang merupakan informasi keliru, maka informasi tersebut merupakan informasi yang tidak valid, sebaliknya bila informasi itu benar maka informasi itu valid Perkembangan yang semakin cepat di bidang teknologi komunikasi menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penyebarluasan informasi atau gagasan. Media massa (pers, radio, televisi dan film) sangat membantu kegiatan hubungan masyarakat, dengan menggunakan media massa penyebarluasan informasi bukan saja sangat luas tetapi juga cepat dan serentak (Widjaja, 2008).

  Membahas masalah media dalam hubungan masyarakat, sebenarnya yang menjadi permasalahan ialah bagaimana memilih media yang tepat dalam kegiatan hubungan masyarakat, agar dengan seefisien mungkin tercapai hasil yang efektif sehingga tujuan dari kegiatan hubungan masyarakat yang dilakukan dapat tercapai.

2.1.4 Jenis Kebutuhan Informasi

  Ada banyak jenis kebutuhan informasi, seperti Katz yang dikutip oleh Yusuf (2009: 205), antara lain adalah :

  1. Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

  2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estesis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.

  Dalam hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Misalnya, orang membeli radio, televisi, dan menonton film, tidak lain karena mencari hiburan.

  3. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.

  Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

  4. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Ini dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.

  Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

  5. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

  6. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan kebutuhan- kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat mencari hiburan dan pengalihan.

  Menurut Morgan dan King yang dikutip oleh Wilson (1995) mengemukakan bahwa jenis kebutuhan informasi muncul dari tiga motif, yaitu :

  1. Physiological motives : Kebutuhan informasi didasari atas kebutuhan diri sendiri.

  2. Unlearned motives : Kebutuhan informasi terjadi karena adanya tugas, atau informasi digunakan untuk mengambil suatu keputusan.

  3. Social motives : Kebutuhan informasi terjadi karena adanya permintaan informasi dari orang lain.

2.1.5 Media Massa

  Media massa merupakan media informasi yang terkait dengan masyarakat, digunakan untuk berhubungan dengan khalayak (masyarakat) secara umum, dikelola secara profesional dan bertujuan mencari keuntungan (Mondry, 2008: 12). Menurut Bungin (2008: 85), media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan.

  Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan atau informasi dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002)

  Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

  Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah prilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan infornasi (Rakhmat, 2001). Jadi untuk menyebarkan informasi, media sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikasi.

2.1.5.1 Jenis-jenis Media Massa

  Adapun bentuk media massa antara lain media cetak (surat kabar, majalah/ tabloid), media elektronik (radio, televisi), film, internet dan telepon selular (Bungin, 2008: 85).

1. Surat Kabar

  Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan media massa lainnya, paling banyak dan paling luas penyebarannya dan paling dalam daya mampunya dalam merekam kejadian sehari- hari sepanjang sejarah di Negara manapun di dunia (Effendy, 2000:90).

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, surat kabar adalah lembaran- lembaran kertas bertuliskan berita dan sebagainya, sedangkan menurut Wikipedia Indonesia, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Belanda yaitu “krant” dan dari bahasa Prancis yaitu “courant”. Surat kabar atau koran adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudan dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminalitas, olahraga, cuaca dll.

  Di Indonesia surat kabar pertama dibawa oleh bangsa Belanda pada abad 18 atau pada tahun 1744. Sampai abad 19, semua surat kabar di Indonesia diterbitkan dan dikelola oleh penguasa Belanda. Pembacanya berasal dari kalangan orang-orang Belanda atau bangsa Pribumi yang mengerti bahasa Belanda.

  Surat kabar pertama sebagai bacaan untuk kaum pribumi dimulai pada tahun 1854 ketika diterbitkannya majalah Bianglala disusul oleh Bromartani pada tahun 1885, keduanya terbit di Weltevreden. Pada tahun 1856 terbit Soerat Kabar

  Bahasa Melajoe di Surabaya. Sampai tahun 1904, pers di Indonesia mulai bangkit

  pada saat Raden Mas Djokomono mendirikan NV Javaansche Boekhandle & Drukkerij en Handel in Schrifbehoeften Medan Prijaji di Bandung. Diikuti dengan terbitnya mingguan Medan Prijaji pada tahun 1907 dan pada tahun 1910

  

Medan Prijaji berubah menjadi harian. Medan Prijaji merupakan surat kabar

  pertama milik anak bangsa Indonesia. Sejak saat itu surat kabar-surat kabar terbitan Indonesia mulai berkembang. Isi dari surat kabar terbitan anak bangsa ini umumnya bersifat perjuangan.

  Menurut Rhenald Kasali (1992:107-108) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Periklan, kekuatan surat kabar adalah dapat menjangkau daerah- daerah perkotaan sesuai dengan cakupan pasarnya (nasional, regional, atau lokal), surat kabar dapat dibawa kemana-mana, dan hal yang dimuat dalam surat kabar adalah hal-hal aktual yang perlu segera diketahui khalayak pembacanya.

  Sedangkan kelemahan surat kabar adalah surat kabar dibaca orang dalam tempo yang singkat sekali, umumnya tidak lebih dari lima belas menit, dan mereka hanya membaca sekali saja. Surat kabar juga cepat basi, hanya berusia 24jam, sekalipun surat kabar memiliki sirkulasi yang luas, beberapa kelompok pasar tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan baik. Sebagai contohnya pembaca dengan bahasa yang berbeda dan umumnya surat kabar adalah bacaan bagi pria.

2. Majalah

  Menurut Junaedhie (2010:13) majalah adalah media cetak yang terbit secara berkala, memiliki sampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus, dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu.

  Majalah sebagai salah satu bentuk media cetak memiliki sejarah yang cukup panjang hingga saat ini. Majalah juga berjasa pada masa pergerakan kebangsaan bahkan dalam masa mempertahankan kemerdekaan, dimana majalah berperan sebagai corong yang menyuarakan program-program organisasi para pejuang.

  Masa menjelang kemerdekaan Republik Indonesia, media cetak termasuk majalah yang diterbitkan pada masa itu merupakan tandingan dari surat kabar yang diterbitkan pemerintah Jepang. Terjadi banyak pembredelan surat kabar karena isinya yang bersifat propaganda bagi pemerintah pada waktu itu, seperti surat kabar Berita Indonesia, Harian Rakyat, dan Soeara Indonesia.

  Sejak Proklamasi Kemerdekaan, penerbitan majalah mulai marak kembali meskipun isinya mulai bergeser. Zaman pra-kemerdekaan penerbitan majalah menyuarakan semangat gerakan kebangsaan, maka pada masa itu penerbitan pers menyuarakan semangat untuk mempertahankan kemerdekan. Majalah-majalah yang terbit pada masa itu antara lain, Pantja Raja, Pembangoenan Indonesia, dan Siasat .

  Jurnalisme media cetak mencapai puncak kejayaannya ketika berbagai majalah dan surat kabar mulai menyertakan fotografi di halamannya untuk menguatkan isi berita yang dimuat. Audience yang menjadi sasaran mereka pun meluas. Perkembangan penerbitan majalah semakin bervariasi dan bercorak khusus, dengan misi dan target pembaca yang khusus pula.

  Majalah memiliki kelebihan dibanding media lainnya, antara lain mempunyai kemampuan untuk menjangkau segmen pasar tertentu yang terspesialisasi, mempunyai kemampuan mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan, memiliki usia edar yang panjang dibandingkan media lainnya, memiliki kualitas visual yang baik karena umumnya majalah dicetak di kertas yang berkualitas tinggi dengan desain yang menarik.

  Majalah juga memiliki beberapa kelemahan yang kurang menguntungkan bagi penggunanya antara lain fleksibilitas yang terbatas, karena pengiklan harus segera memberikan final artwork iklannya sebelum pembuatan desain majalah, biaya yang dipakai untuk menjangkau pembacanya menjadi lebih mahal karena majalah hanya beredar di lingkungan yang terbatas, proses pendistribusian yang kurang lancar, yang mengakibatkan peredaran majalah menjadi lambat sehingga menumpuk di rak-rak toko buku.

3. Radio

  Radio adalah alat untuk menyampaikan pernyataan umum (information) yang auditif melalui gelombang elektromagnetis / gelombang listrik frekuensi tinggi dan bekerja atas dasar prinsip getaran udara

  Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat, dan dapat dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan, dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya (Masduki, 2001)

  Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman orde baru. Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia

  ), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta

  Belanda

  tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta, setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda.

  Ketika Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tidak dapat disiarkan langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai Jepang. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk sekitar Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945 naskah bersejarah itu dapat dikumandangkan ke luar batas tanah air, dibuat pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”.

  Akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi (Effendy, 2007:156-166).

  Radio saat ini banyak memberikan sesuatu yang baru karena saat ini radio sebagai media tidak hanya memberikan informasi berupa berita tetapi juga hiburan yang dapat dinikmati oleh khalayak tanpa adanya iuran. Romli dalam buku Broadcast Journalism, menyebutkan radio memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya cepat dan langsung. Sarana tercepat, lebih cepat dari Koran ataupun TV, dalam menyampaikan informasi kepada publik tanpa melalui proses yang rumit dan butuh waktu banyak, seperti siaran televisi atau sajian media cetak, suara penyiar hadir di rumah atau didekat pendengar, panduan kata- kata, musik, dan efek suara dalam siaran radio mampu mempengaruhi emosi pendengar, tidak rumit, tidak banyak pernik, bagi pengelola maupun pendengar, siaran radio menembus batas-batas geografis, demografis, SARA (suku, agama, ras,antar golongan), dan kelas sosial, dibandingkan dengan berlangganan media cetak atau harga pesawat televisi, pesawat radio relative jauh lebih murah, radio memiliki kesetaraan alami (transient nature) sehingga berkemampuan mengulang informasi yang sudah disampaikan, siaran radio bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain atau tanpa mengganggu aktifitas yang lain. (Romli, 2004 : 23)

  Radio juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya, siaran radio cepat hilang dan gampang dilupakan, pendengarnya tidak bisa seperti pembaca koran yang bisa mengulang bacaanya dari awal tulisan, sajian informasi radio bersifat global, tidak detail, waktu siaran relative terbatas, hanya 24 jam sehari, berbeda dengan surat kabar, yang bias menambah jumlah halaman dengan bebas, program disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada, tidak bisa meloncat-loncat berbeda dengan surat kabar, pembaca bisa langsung ke halaman tengah, akhir atau langsung ke rubrik yang ia sukai dan siaran radio mengandung gangguan, seperti timbul tenggelam (fading) dan gangguan teknis “channel noise factor ”.

4. Televisi

  Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu berupa unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya (Effendy, 1993: 192).

  Media televisi sebagai salah satu pioner dalam penyebaran informasi dan dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi media informasi yang terus berkembang pesat (Kuswandi, 1996: 1). Televisi siaran merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. (Effendy, 2002:21).

  Media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat lain. Sistem ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut, hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Nipkov akhirnya diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.

  Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi.

  Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

  TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi Pendidikan Indonesia dan (ANTEVE) Andalas Televisi (Ardianto, 2004 : 127).

  Televisi memiliki kekuatan dan kelemahan (Rhenald kasali,1992: hal 121- 122) kekuatan Televisi diantaranya, efisiensi biaya karena banyak produsen memendang televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kormersialnya. Televisi memiliki kemampuanya menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indra: penglihatan dan pendengaran. Televisi memiliki pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran.

  Kelemahan Televisi yaitu biaya yang besar dan absolute yang sangat ekstrim untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersial. Khalayak yang tidak selektif, sekalipun teknologi telah memperkenalkaan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif. Televisi juga memiliki kesulitan teknik karena media ini juga tidak luas dalam pengaturan teknis. Acara-acara yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam-jam penyiaran.

5. Film

  Menurut undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1992 tentang perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail, 1987).

  Film yang ditemukan pada akhir abad ke-19 dan terus berkembang hingga hari ini merupakan ‘perkembangan lebih jauh’ dari teknologi fotografi. Perkembangan penting sejarah fotografi telah terjadi di tahun 1826, ketika Joseph Nicephore Niepce dari Perancis membuat campuran dengan perak untuk membuat gambar pada sebuah lempengan timah yang tebal. Thomas Alva Edison (1847- 1931) seorang ilmuwan Amerika Serikat penemu lampu listrik dan fonograf (piringan hitam), pada tahun 1887 terinspirasi untuk membuat alat untuk merekam dan membuat (memproduksi) gambar. Edison tidak sendirian. Ia dibantu oleh George Eastman, yang kemudian pada tahun 1884 menemukan pita film (seluloid) yang terbuat dari plastik tembus pandang. Tahun 1891 Eastman dibantu Hannibal Goodwin memperkenalkan satu rol film yang dapat dimasukkan ke dalam kamera pada siang hari.

  Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia. Meskipun usaha untuk membuat "citra bergerak" atau film ini sendiri sudah dimulai jauh sebelum tahun 1895, bahkan sejak tahun 130 masehi, namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang menandai lahirnya film pertama di dunia.

  Perjalanan film terus mengalami perkembangan besar bersamaan dengan perkembangan atau kemajuan-kemajuan teknologi pendukungnya. Awalnya hanya dikenal film hitam putih dan tanpa suara atau dikenal dengan sebutan “film bisu”. Masa film bisu berakhir pada tahun 1920-an, setelah ditemukannya film bersuara. Film bersuara pertama diproduksi tahun 1927 dengan judul “Jazz Singer”, dan diputar pertama kali untuk umum pada 6 Oktober 1927 di New York, Amerika Serikat.

  Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang dengan tema film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Namun pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton.

  Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu, dan film cerita impor ini cukup laku di Indonesia, dibuktikan dengan jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan.

  Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926, dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” yang diproduksi oleh NV Java Film Company, adalah sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang, karena pada tahun tersebut di belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi. Kemudian, perusahaan yang sama memproduksi film kedua mereka dengan judul “Eulis Atjih”.

  Kekuatan dari Film adalah dapat menggambarkan suatu proses, misalnya proses pembuatan keterampilan tangan dan sebagainya, dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu, penggambarannya bersifat tigadimensional, suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni, film yang berwarna dapat menambah realita objek yang diperagakan, memberikan kesan yang dapat diterima secara merata oleh penontonnya, lebih realistis dan dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan

  Kelemahan dari Film adalah harga untuk pembuatan film yang cukup mahal, pembuatannya memerlukan banyak tenaga dan waktu, dan penonton tidak dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar terlalu cepat.

6. Internet

  Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet berasal dari bahasa latin “inter” yang berarti antara. Secara kata perkata Internet berarti jaringan antara atau penghubung, sehingga kesimpulan dari defenisi internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol) pengertian tersebut dijelaskan menurut pendapat Supriyanto (2008:60).

  Internet secara sederhana dapat diartikan kumpulan dari beberapa komputer, bahkan jutaan komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan atau terkoneksi satu sama lainnya. Media yang digunakan bisa menggunakan kabel/serat optic, satelit atau melalui sambungan telepon (Harjono 2009)

  Sejarah internet bermula pada tahun 1969 ketika dibangun riset APRAnet yang dipelopori oleh DARPA (Defense Advance Research Projects Egency). Riset ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang bekerja sama dengan empat universitas, yaitu UCLA, Stanford Research Institued, UCSB dan University of Utah yang komputer servernya berada di UCLA. Tujuan pertama riset ini difokuskan pada keperluan militer Amerika Serikat. Dan pada tahun 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang bergabung dan membentuk jaringan. Di tahun 1972, Roy Tomlinson menyempurnakan program e-mail yang diciptakan untuk APRAnet. Pada tahun yang sama, icon @ juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan “at” atau “pada”. Tahun 1973 APRAnet mulai berkembang diluar AS dan komputer University College di London adalah merupakan komputer pertama yang bergabung pada jaringan APRAnet. Di tahun yang sama dua orang ahli komputer Vinton Cerf dan Bob Khan mempresentasikan ide mereka tentang internet di University Sussex. Setahun setelah peristiwa keberhasilan Ratu Inggris mengirimkan e-mail, maka lebih dari 100 komputer bergabung di APRAnet membentuk sebuah jaringan atau network. Tahun 1979, Tom Triscott, Jim Ellis, dan Steve Bellovin menciptakan newsgroup pertama dengan nama USEnet. Kemudian tahun 1981, France Telecom berhasil menciptakan telepon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelepon sambil berhubungan dengan video link. Seiring perkembangannya, tahun 1982 DCA (Defense Communication Agency) bekerja sama dengan DARPA berhasil menciptakan TCP (Transmission Control Protocol) dan IP (Internet Protocol) untuk digunakan sebagai protokol utama pada ARPAnet. Kemudian pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain untuk menyeragamkan alamat jaringan komputer. Dan perkembangan jaringan komputer bertambah menjadi 10.000 lebih. Tahun 1988, Jarko Oikarinen yang berasal dari Finlandia memperkenalkan IRC (Internet Relay Chat). Setahun kemudian tepatnya tahun 1987 tak kurang dari 100.000 komputer bergabung dan membentuk jaringan.

  Program editor dan browser diperkenalkan oleh Tim Bernes Lee pada tahun 1990 program ini disebut dengan www atau world wide web. Pada tahun 1992 muncullah istilah-istilah lainnya seperti surfing the internet, virtual shopping atau e-retail dan kemudian ditahun yang sama didirikan juga yahoo dan Netscape Navigator (Haris, 1996:1-2). Perkembangan teknologi yang dimulai dari sejarah

  

Internetwork

  pendiriannya dan perkembangannya hingga saat ini benar–benar dapat dirasakan sangat bermanfaat dalam setiap aspek kehidupan.

  Di Indonesia jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas Indonesia, berupa UInet oleh Dr.Joseph F.P Luhukay yang ketika itu baru saja menamatkan program dokter filosofi ilmu komputer di Amerika Serikat.

  Jaringan itu dibangun selama empat tahun. Pada tahun yang sama, Luhukay juga mulai mengembangkan University Network (UNInet) dilingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan yang merupakan jaringan komputer dengan jangkauan yang lebih luas yang meliputi Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanuddin dan Ditjen. Jaringan internet telah menjadi pelopor terjadinya revolusi teknologi. Internet semakin diminati oleh banyak kalangan baik perorangan maupun instansi–instansi pemerintah ataupun swasta, termasuk diantaranya perpustakaan.

  Kekuatan Internet diantaranya informasi yang dipublikasikan dalam internet, dengan segera tersedia ke seluruh pengguna audien secara global. Internet beroperasi non–stop selama 24 jam sehari. Internet relatif lebih murah dibandingkan media lainnya hanya dengan biaya beberapa ratus ribu saja sudah dapat menampilkan informasi ke seluruh pengguna internet di dunia. Internet juga merupakan suatu alat publikasi yang cukup andal, sebagaimana diketahui saat ini banyak sekali aplikasi berbasis internet yang telah dikomersialkan dan mudah sekali didapatkan.

  Kelemahan Internet diantaranya ketergantungan pada jaringan telepon dan internet service provider (ISP) dimana fasilitas jaringan telepon dan ISP sangat berpengaruh terhadap biaya pemakaian Internet yang masih relatif mahal. Informasi yang tersedia di Internet sangat besar jumlahnya, namun tidak semuanya dibutuhkan. Salah satu masalah yang juga tak kalah peliknya adalah risiko terkena virus komputer yang mudah menyebar lewat jaringan Internet, baik lewat e-mail maupun file-file yang di-download. Banyak yang mencoba memfilter informasi di internet, namun kenyataannya hal itu tidak bisa dengan mudah menyingkirkan informasi yang membahayakan atau tidak pantas seperti pornografi.

7. Telepone Selular

  Telepone Selular seringnya disebut handpone (disingkat HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepone fixed line konvensional, namun dapat dibawa kemana- mana (portable, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepone menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Sistem handpone terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Tanpa perangkat lunak handpone hanya perangkat keras saja, demikian juga tanpa perangkat keras, tanpa perangkat keras hanya merupakan kode-kode computer saja. (www. Wikipedia.com)

  Konsep dasar teknologi yang dipakai dalam sebuah ponsel sebenarnya merupakan pengembangan dari teknologi radio yang dipadukan dengan teknologi komunikasi telepon. Telepon diciptakan oleh Allexander Graham Bell pada tahun 1976, dan komunikasi tanpa kabel (wireless) ditemukan oleh Nikolai Tesla pada tahun 1880 yang kemudian dikembangkan oleh Guglielmo Marconi. Sebelum ponsel diciptakan biasanya radio telepon dipasang ke dalam mobil untuk dapat digunakan sebagai sarana komunikasi secara mobile.

  Pada sistem radio telepon diperlukan menara antena yang terpusat dan hanya menyediakan 25 saluran pada setiap menaranya. Menara antena ini harus mempunyai daya pancar yang sangat kuat untuk dapat memancarkan sinyal hingga 70 Km, karena saluran yang cukup terbatas mengakibatkan tidak semua orang dapat menggunakan radio telepon ini. Sejak tahun 1940 teknologi wireless dan cellular mulai diperkenalkan secara komersil, sistem radio seluler ini ternyata telah menjadi proyek nasional di negara Jepang sejak 1967, sejak tahun tersebut Jepang melakukan beberapa eksperimen tentang teknologi perambatan pada radio, kekuatan sinyal dan penelitian tentang daya tangkap sinyal diarea perkotaan menggunakan frekwensi 400 Mhz dan kemudian 900 Mhz.

  Uji coba sistem seluler ini termasuk sukses dilaksanakan pada tahun 1965 dan diterapkan dikota metropolitan Tokyo. Salah satu perusahaan yang sangat ambisius dalam hal pengembangan mikroprosesor dan semi konduktor adalah Motorola. Kerja keras dan proyek ambisius ini ternyata membuahkan hasil yaitu sirkuit-sirkuit buatan Motorola digunakan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat, pada awal program ruang angkasa dimulai, pada tahun 1973 Motorola mempetakan sistem radio sehingga pada tahun 1973 Project Manager Motorola Dr. Couper untuk pertama kalinya memasang base station di network dan membuat prototipe telepon seluler.

  Pada tahun 1974 federal communication commision (FCC) Amerika memutuskan untuk membuka dan menambah spektrum 115 Mhz serta 2300 chanel untuk digunakan bagi perkembangan telepon seluler secara komersil. Dengan persetujuan ini maka bisnis radio dan manufacture telepon semakin berkembang dengan pesat akhirnya pada tahun 1975 FCC memberikan ijin kepada bell system untuk mengembangkan dan melakukan uji coba sistem yang telah ditelitinya. Bell lab adalah pesaing Motorola dalam hal pengembangan telepon seluler. Sejak tahun 1960 hingga 1970 kedua perusahaan ini bersaing untuk menciptakan penerangan teknologi seluler bagi kehidupan sehari-hari, Bell system telah diuji cobakan di Chicago dan Illionis, ternyata Bell system ini telah berkembang dengan pesat dan menjadi pelayanan telepon terbaik didunia. Bell system melayani kota-kota kecil dan besar di Amerika Serikat dan telah mencapai 80 % dari penduduk Amerika.

  Kekuatan Telepon selular diantaranya menjadikan komunikasi menjadi lebih mudah. Pencarian informasi menjadi lebih mudah karena handphone yang kini semakin canggih, dapat digunakan untuk internet, sehingga pengguna handphone dapat mengakses informasi dengan menggunakan handphone lewat media internet. Beberapa perangkat hasil dari teknologi komunikasi telephone selular menyediakan fasilitas game, audio, dan video.

  Kekurangan Telepone Selular yaitu menurunkan prestasi belajar siswa sebab dalam kehidupan pelajar yang tidak jauh dari handphone, menjadikan pelajar lebih senang memanfaatkan handphone daripada buku pelajaran. Hal tersebut dapat mengganggu belajar serta menghambat prestasi belajar. Telepone sellular juga rawan terhadap tindak kejahatan. Handphone dan internet tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang didapatkan pada penyedia informasi tersebut.

2.1.6 Remaja

2.1.6.1 Defenisi Remaja

  Remaja berasal dari bahasa latin “adoloscere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009).

  Menurut Sarwono (2007), remaja adalah suatu massa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda sosial seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Sedangkan menurut Soetjaningsih (2004). Masa remaja adalah suatu tahapan dengan perubahan yang cepat dan penuh tantangan yang sulit. Berbagai tantangan ini kadang-kadang sulit diatasi sebab secara fisik sudah dewasa namun secara psikologis belum tentu. Kejadian serupa tidak jarang terjadi di berbagai Negara termasuk Indonesia.

  Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia inilah tercapai kematangan mental, pribadi dan sosial, walaupun kematangan biologis mungkin sudah terjadi lebih awal pada waktu usia belasan tahun. Pada masa remaja, individu akan mengalami situasi pubertas dimana ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Secara psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa.

  Kematangan biologis remaja perempuan pedesaan biasanya diikuti dengan perkawinan usia belia yang mengantarkan remaja pada risiko kehamilan dan persalinan, sementara kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan di perkotaan dibayang-bayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif seksual, kehamilan tak diinginkan, aborsi tidak aman, infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual (Wiknjosastro, 2006).

2.1.6.2 Ciri-ciri Masa Remaja

  Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Perubahan-perubahan yang terjadi menimbulkan ciri-ciri yang khas pada remaja antara lain : (Episentrum, 2010).

  1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa badai dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

  2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.

  Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

  3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa.

  4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.

  5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

2.1.6.3 Tugas Perkembangan Remaja

  Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja meliputi berbagai aspek antara lain : (Retnowati, 2008) a. Perkembangan fisik.

  Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun.

  b. Perkembangan kejiwaan Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

  1. Perubahan emosi.

   Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri.  Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang memengaruhinya, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.  Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama temannya dari pada tinggal di rumah.

  2. Perkembangan intelegensia.

   Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.  Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

  Menurut Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan perkembangan seksual remaja adalah :

  1. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.

  2. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks

  3. Mengenali pola-pola perilaku heteroseksual yang dapat diterima masyarakat.

  4. Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup

2.1.6.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Remaja

  Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi sosial.

  a. Dimensi Biologis Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk ber- reproduksi. Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

2 62 157

Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Stabat)

0 38 112

Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali

6 118 95

Gambaran Pengetahuan Siswa SMA Negeri 5 Medan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

2 48 50

Tingkat Pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2010

0 35 65

Efektivitas Metode Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

0 1 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori - Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi

0 0 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Bara

2 49 29

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Efektivitas Media dalam Gerakan Donor Darah

0 0 21

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

0 2 33