Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali

(1)

PENGARUH KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PENGETAHUAN DAN

SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN SAMPALI

TESIS

OLEH

MARTHA HUTAPEA 107032202/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PENGETAHUAN DAN

SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN SAMPALI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

MARTHA HUTAPEA 107032202/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN SAMPALI

Nama Mahasiswa : Martha Hutapea Nomor Induk Mahasiswa : 107032202

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG Ketua

) (Asfriyati, SKM, M.Kes Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 27 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG Anggota : 1. Asfriyati, SKM, M.Kes

2. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D 3. dr. Yusniwarti Yusad, M,Si


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PENGETAHUAN DAN

SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN SAMPALI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam acuan naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, November 2012

Martha Hutapea 107032202/IKM


(6)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai kematangan emosional, psiko sosial dan seksual, kegiatan PIK-KRR di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. Kegiatan PIK-KRR di lingkungan remaja penting untuk membantu mendapatkan informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi karena itu dilakukan pemantauan dan pelaksanaan pengelolaan PIK-KRR terhadap pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi.

Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh kegiatan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja PIK-KRR terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi.

Jenis penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan Post-test Berdasarkan umur dan jenis kelamin yang berbeda usia 15-16 tahun 78 orang (65,0%) lebih banyak perempuan 84 orang (70,0%). Dari uji statistik chi square bahwa ada pengaruh PIK-KRR terhadap hasil pengetahuan dan sikap remaja p = 0,001, p < 0,05, adanya pengaruh kegiatan PIK-KRR terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan nilai p < 0,05, dan pengaruh kegiatan PIK-KRR terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dengan nilai p < 0,05.

Disarankan kepada BKKBN Provinsi, kecamatan dalam menyelenggarakan kegiatan PIK-KRR diberbagai sekolah dan guru bimbingan konseling dalam menerapkan PIK-KRR semua siswa dapat mengikuti kegiatan tersebut.

Kata kunci : Kegiatan PIK-KRR pada Remaja, Pengetahuan dan Sikap.


(7)

ABSTRACT

Adolescence is a stage of life a person reaches emotional maturity, social and sexual psycho, KRR activity in SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. PIK-KRR activities on the environment is important to help teens get the information and services on reproductive health counseling was conducted monitoring and managing the implementation of PIK-KRR on reproductive health knowledge and attitudes.

The purpose of this study to know the effect of information and counseling center activities PIK-KRR 'knowledge and attitudes about reproductive health.

Type of quasi-experimental research using the Post-test Based on the age and sex of the different ages of 15-16 years 78 people (65.0%) more women in 84 people (70.0%). From the chi-square statistical test that PIK-KRR no influence on the results of the knowledge and attitudes of adolescents p=0.001, p<0.05, the effect of PIK-KRR activities on knowledge of adolescents about reproductive health with a value of p <0.05, and the effect of PIK-KRR activities on adolescent attitudes about reproductive health with a value of p <0.05.

Suggested to BKKBN province, district in PIK-KRR conducting various schools and counseling teacher in implementing PIK-KRR all students can attend the event.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi rahmat dan berkat-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ” Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali ”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya Utama, M.S atas kesempatan penulis menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si dan Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si.

4. Ketua Komisi Pembimbing Prof.Dr.Delfi Lutan, M.Sc,Sp.OG(K) dan Anggota Komisi Pembimbing Asfriyati,SKM,M.Kes.,atas segala ketulusannya dalam menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

5. Tim Penguji Dr Namora Lumongga Lubis,M.Sc,Ph.D dan dr.Yusniwarti Yusad,M.Si. yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama penulisan tesis.

6. Kepala Dinas Pendidikan,Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Deli Serdang dan Kepala UPTBKB-PP Percut Sei Tuan yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

7. Kepala SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali H.M.Yacub Pasaribu dan Guru Bimbingan Konseling Dra.Syafrida Eniwati yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(10)

8. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada orangtua Ayahanda Dorlan Hutapea dan Ibunda Hotnida br Siahaan serta keluarga besar dan suami tercinta Junaedi Ramona Lumban Gaol ATT IV dan ke 2 putera tersayang Martin Pragus , Timoti Hamonangan Papua yang telah memberikan dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

10. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam penyusunan tesis.

Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dengan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi remaja di bidang kesehatan reproduksi dan pengembangan kgiatan PIK-KRR.

Medan, November 2012 Penulis

Martha Hutapea 107032202/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Martha lahir pada tanggal 02 Desember 1981 di Medan Provinsi Sumatera Utara, beragama Kristen Protestan, bertempat tinggal di Beringin Pasar 5 No. 108 Tembung. Penulis menikah dengan Junaedi Ramona Lumban Gaol pada tanggal 22 November 2007.

Pendidikan TK Yayasan Pendidikan Dan Sosial Parulian II Medan (1988),SD Swasta Parulian II Medan (1994),SMP Swasta Katolik Trisakti 2 Medan (1997), SMU Swasta Parulian II Medan (2000),D III Akademi Kebidanan Tarutung Pemkab Tapanuli Utara (2004) .D IV Bidan Pendidik Politeknik Kesehatan Medan (2007).

Penulis memulai karir sebagai staf pengajar akademi kebidanan sampai tahun 2010.Penulis menjadi Bidan pegawai tidak tetap (PTT) di Puskesmas Pembantu di Tembung sampai sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengetahuan ... 8

2.1.1 Tahapan Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR ... 8

2.1.2 Ciri-Ciri Tahapan ... 9

2.1.3 Langkah-langkah Kegiatan dalam Pembentukan PIK-KRR 12 2.1.4 Tujuan PIK-KRR ... 13

2.1.5 Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR ... 14

2.1.6 Indikator Keberhasilan ... 19

2.1.7 Evaluasi Keberhasilan ... 19

2.1.8 Isu-Isu Pokok atau Materi Kesehatan Reproduksi Remaja yang Disampaikan dalam ProgramPIK-KRR ... 19

2.1.9 Kegiatan PIK-KRR di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali 20

2.2 Remaja ... 22

2.2.1 Pengertian Belajar ... 22

2.2.2 Tumbuh Kembang Remaja ... 22

2.2.3 Peran Orangtua dalam Membina Tumbuh Kembang Anak Remaja ... 24

2.2.4 Kesehatan Reproduksi Remaja ... 24

2.2.5 Alat Reproduksi ... 25

2.2.6 Jenis-jenis Seksual ... 28

2.2.7 Kesehatan Reproduksi yang Diperlukan ... 30

2.3 Pengetahuan ... 46

2.4 Sikap ... 49

2.5 Landasan Teori ... 51


(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Jenis Penelitian ... 53

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 53

3.2.2. Waktu Penelitian ... 53

3.3 Populasi dan Sampel ... 54

3.3.1 Populasi ... 54

3.3.2 Sampel ... 54

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 54

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 56

3.5.1. Variabel Penelitian ... 56

3.5.2. Definisi Penelitian ... 56

3.6 Metode Pengukuran ... 56

3.7 Metode Analisis Data ... 58

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... .. 60

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

4.2 Hasil Penelitian ... 61

4.2.1 Karakteristik Responden ... 61

4.3. Hasil Pengetahuan dan Sikap ... 62

4.3.1. Hasil Pengetahuan ... 62

4.3.2. Hasil Sikap ... 63

BAB 5. PEMBAHASAN ... 65

5.1 Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi ... 65

5.2 Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Sikap tentang Kesehatan Reproduksi ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 58 4.1. Distribusi Karakteristik Responden di Sekolah SMA Negeri 1

Percut Sei Tuan Sampali ... 62 4.2. Hasil Pengetahuan ... 62 4.3. Hasil Sikap ... 64


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 52 2.2. Alur Penelitian ... 55


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 73 2 Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olah Raga Kabupaten Deli Serdang ... 74 3. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Sampali ... 75 4. Kuesioner Penelitian ... 79 5. Master Data ... 92


(17)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai kematangan emosional, psiko sosial dan seksual, kegiatan PIK-KRR di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. Kegiatan PIK-KRR di lingkungan remaja penting untuk membantu mendapatkan informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi karena itu dilakukan pemantauan dan pelaksanaan pengelolaan PIK-KRR terhadap pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi.

Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh kegiatan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja PIK-KRR terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi.

Jenis penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan Post-test Berdasarkan umur dan jenis kelamin yang berbeda usia 15-16 tahun 78 orang (65,0%) lebih banyak perempuan 84 orang (70,0%). Dari uji statistik chi square bahwa ada pengaruh PIK-KRR terhadap hasil pengetahuan dan sikap remaja p = 0,001, p < 0,05, adanya pengaruh kegiatan PIK-KRR terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan nilai p < 0,05, dan pengaruh kegiatan PIK-KRR terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dengan nilai p < 0,05.

Disarankan kepada BKKBN Provinsi, kecamatan dalam menyelenggarakan kegiatan PIK-KRR diberbagai sekolah dan guru bimbingan konseling dalam menerapkan PIK-KRR semua siswa dapat mengikuti kegiatan tersebut.

Kata kunci : Kegiatan PIK-KRR pada Remaja, Pengetahuan dan Sikap.


(18)

ABSTRACT

Adolescence is a stage of life a person reaches emotional maturity, social and sexual psycho, KRR activity in SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. PIK-KRR activities on the environment is important to help teens get the information and services on reproductive health counseling was conducted monitoring and managing the implementation of PIK-KRR on reproductive health knowledge and attitudes.

The purpose of this study to know the effect of information and counseling center activities PIK-KRR 'knowledge and attitudes about reproductive health.

Type of quasi-experimental research using the Post-test Based on the age and sex of the different ages of 15-16 years 78 people (65.0%) more women in 84 people (70.0%). From the chi-square statistical test that PIK-KRR no influence on the results of the knowledge and attitudes of adolescents p=0.001, p<0.05, the effect of PIK-KRR activities on knowledge of adolescents about reproductive health with a value of p <0.05, and the effect of PIK-KRR activities on adolescent attitudes about reproductive health with a value of p <0.05.

Suggested to BKKBN province, district in PIK-KRR conducting various schools and counseling teacher in implementing PIK-KRR all students can attend the event.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses kematangan emosional, psiko-sosial dan seksual yang ditandai dengan mulai berfungsinya organ reproduksi dan segala konsekuensinya (Soetjiningsih, 2004). Remaja putri yang sedang mengalami masa peralihan, ditandai dengan kematangan biologis, seksual yang sedang berangsur-angsur memperlihatkan karakteristik seks sekunder sampai mencapai kematangan seks, dari segi perkembangan kejiwaan, jiwanya sedang berkembang dari sifat anak-anak menjadi dewasa. Dari segi sosial ekonomi remaja adalah individu yang beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas. Dengan masuknya remaja ke dalam hubungan sosial yang lebih luas, remaja tidak saja mulai beradaptasi dengan norma perilaku sosial tetapi juga dihadapkan dengan munculnya perasaan dan keinginan melihat dan mencoba (Damarini, 2006).

Pada umumnya remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, remaja putri juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan reproduksi. Informasi biasanya hanya dan teman dan/atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Hal inilah yang menyebabkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi


(20)

tidak aman, penyakit menular seksual, kekerasan/pelecehan seksual, narkoba serta menderita HIV/AIDS (Sallika, 2010)

Dalam data kependudukan Indonesia jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 adalah 213.375.287, sedangkan jumlah penduduk yang tergolong pemuda adalah 42.316,900 atau 19,82% dari seluruh penduduk Indonesia 5 Desember 2009). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, menurut Depkes RI dan BKKBN batasan usia remaja antara 10-19 tahun dan belum kawin,masa remaja adalah periode masa pematangan dan masa anak ke masa dewasa. Kebijakan dan strategi program PKBR (DKT, Indonesia 2005) meneliti tentang kesehatan reproduksi remaja mengaku pernah melakukan seks pranikah 51% di Jabotabek, 54% di Surabaya, 47% di Bandung, 52% di Medan dan remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah 27% di bali,75% di Lampung dan 27% di Medan. (SKRRI, 2007) meneliti yang tidak tamat SMA 47% dan tamat SMA 37%, menurut penelitian bahwa 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan (survei KPA, 2008), 30% dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja (UNFPA & Bapenas, 2009), 78% remja dari 3,2 juta jiwa orang adalah penggunaan napza (BNN,2004).54,3% dari 17 ribu pengidap AIDS adalah remaja (Depkes, 2009).

Remaja dan permasalahannya sangat besar,besarnya arus globalisasi informasi yang tidak terkendali akan berdampak positif dan negatif bagi remaja, komunikasi orang tua dan remaja tentang permasalahan remaja dan masyarakat dalam permasalahannya.


(21)

Info tentang penyalahgunaan narkoba belum tersosialisasi secara holistik dan simultan, data tahun 2004,15% dari jumlah penduduk Indonesia terlibat penyalahgunaan narkoba (3,2 juta orang), 15 ribu meninggal pertahun. Semua agama melarang penyalahgunaan peredaran gelap narkoba. Menurut kebijakan pemerintah dalam Pernyataan Presiden RI tgl 12 Mei 2000 bahwa narkoba sudah menjadi bencana nasional.

Isu-isu Triad KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza) merupakan isu yang sangat aktual yang memerlukan perhatian semua pihak. Oleh karena itu, Pemerintah (cq.BKKBN) telah melaksanakan dan mengembangkan program KRR yaitu kegiatan yang dilaksanakan dengan wadah PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja). Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman,pengetahuan dan sikap positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi,guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang.

Kegiatan KRR ini diperlukan karena beberapa alasan melihat KRR pada saat ini sudah menjadi isu global. (1) Jumlah remaja yanng begitu besar, (2) Menyiapkan SDM yang handal dalam mewujudkan keluarga berkualitas di masa mendatang harus dilakukan mereka masih remaja, (3) Sikap KRR pada remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas, (4) Pengetahuan remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja masih rendah,dilain pihak norma remaja saat


(22)

ini, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan lebih toleran dengan hubungan seks sebelum menikah (BKKBN, 2006).

Strategi pengembangan kesehatan reproduksi remaja dalam kegiatan ini dilakukan dengan 2 strategi, strategi pertama adalah peningkatan assets yaitu

peningkatan kemampuan dan kemauan positif remaja yang terdiri dari 1) Pengetahuan.sikap tentang KRR dan TRIAD KRR, 2) Penguasaan tentang

kecakapan hidup (Life skills).Strategi yang kedua adalah pengembangan resources yaitu pengembangan jaringan dan dukungan positif terhaddap remaja dan program KRR.

SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali adalah salah satu sekolah yang dibentuk oleh BKKBN untuk menyelenggarakan kegiatan PIK-KRR (Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) pada Desember 2010 yang saat ini sedang tahap TUMBUH, yaitu tahap dalam peningkatan kemampuan dan kemauan positif remaja tentang KRR dan TRIAD KRR. Selain itu di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali pernah terjadi kasus KTD yang dialami oleh 1 orang siswi dan kasus Napza yang dialami oleh 1 orang siswa dan dikeluarkan oleh sekolah yang terjadi pada tahun ajaran 2005/2008.

Dalam berbagai hal memang perempuan selalu ditindas karena KTD (hamil di luar nikah), kasus KTD yang dialami oleh 1 orang siswa tidak dibenarkan bahwa dikeluarkan dari sekolah karena kehamilan tidak diinginkan. Padahal jelas-jelas kehamilan ini tidak akan terjadi jika tidak ada laki-laki, namun selalu perempuan yanng tertindas sedangkan laki-laki tetap bisa bersekolah. Penyalahgunaan narkotika,


(23)

alkohol dan zat adiktif lainnya merupakan wujud dari bentuk kenakalan remaja. Nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan, remaja harus mempunyai pemahaman, pengetahuan dan informasi yang akurat mengenai kesehatan reproduksi.

Data bagian evaluasi belajar SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali diperoleh jumlah seluruh siswa 350 orang. Masing-masing kelas terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa disetiap kelas yaitu kelas 1 berjumlah 118 siswa, kelas 2 berjumlah 117 dan kelas 3 berjumlah 116 orang.

Untuk menjaring siswa-siswa yang perlu mendapatkan informasi atau bantuan bimbingan dan konseling diberdayakan peran konseling sebaya. Kegiatan PIK-KRR dilaksanakan di luar jam sekolah. Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan masing-masing kelas. Hasil absensi atau kehadiran siswa/siswi yang mengikuti penyuluhan hanya 193 orang (55%) dan 87 orang (25%) siswa jarang mengikuti serta 70 orang (20%) siswa tidak pernah mengikutinya.

Dari uraian diatas peneliti tertarik meneliti tentang ”Pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali.”

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan pendapat di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan


(24)

Remaja (PIK-KRR) terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran Pengetahuan dan Sikap remaja tentang KRR dalam Kegiatan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh Kegiatan Pusat Informasi Konseling Kesehatan Remaja (PIK-KKR) terhadap pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja agar remaja berprilaku sehat terhindar dari resiko seksualitas, HIV/AIDS dan Napza, sehingga menjadi contoh model, idola dan sumber informasi bagi teman sebaya.

2. Diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian informasi seks dan kesehatan reproduksi remaja pada anak didik sebagai mata pelajaran tambahan atau ekstra kulikuler.


(25)

3. Diharapkan mayarakat dapat dan ikut serta mengetahui dan terlibat dalam kesehatan reproduksi remaja agar tidak tabu dan dapat membina remaja atau menjadi pendidik sebaya dalam membanntu remaja memahami kesehatan reproduksinnya.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian PIK-KRR

Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja adalah Suatu wadah kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya (BKKBN, 2008).

Kegiatan PIK-KRR di lingkungan keluarga remaja sangat penting dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja dari resiko TRIAD KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza) dan memiliki status sistem reproduksi yang sehat malalui peningkatan komitmen pemberian informasi, pelayanan konseling, rujukan medis dan pendidikan kecakapan hidup serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.

2.1.1. Tahapan Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR

Dalam upaya mencapai tujuan penngembangan dan pengelolaan PIK-KRR,maka PIK-KRR dikembangkan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu: tahap TUMBUH,TEGAK dan TEGAR. Masing-masing tahapan proses pengembangan dan pengelolaan tersebut didasarkan pada : 1) Materi dan Isi pesan (assets) yang diberikan, 2) Ciri kegiatan yang dilakukan dan 3) Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki.


(27)

2.1.2. Ciri-ciri Tahapan 1. PIK-KRR Tahap TUMBUH

a. Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : 1) TRIAD KRR

2) Pendalaman materi TRIAD KRR 3) Pemahaman tentang hak-hak reproduksi b. Kegiatan yang dilakukan :

1) Kegiatan dilakukan di tempat PIK-KRR 2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) 3) Menggunakan media cetak

4) Melakukan Pencatatan

c. Dukungan dan Jaringan (resources) yang dimiliki : 1) Ruang khusus

2) Memililki papan nama 3) Struktur pengurus

4) Dua orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses 2. PIK-KRR Tahap TEGAK

a. Materi dan Isi Pesan (assets) yang diberikan : 1) TRIAD KRR

2) Pendalaman materi TRIAD KRR


(28)

4) Kecakapan hidup (life skills) 5) Ketrampilan advokasi b. Kegiatan yang dilakukan:

1) Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar PIK-KRR 2) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE)

3) Melakukan konseling KRR

4) Menggunakan media cetak dan elektronik 5) Melakukan pencatatan

6) Melakukan advokasi dan promosi untuk mengembangkan jaringan pelayanan

7) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datanng ke PIK-KRR (pelatihan penyiapan karir, jambore remaja, pentas, seni, lintas alam dan sebagainya)

c. Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki : 1) Ruang khusus dan ruang pertemuan

2) Struktur pengurus 3) Memiliki papan nama

4) Empat orang pendidik sebaya dapat diakses 5) Dua orang Konselor sebaya yang dapat diakses 6) Jaringan dengan pelayanan medis dan non medis 3. PIK-KRR Tahap TEGAR


(29)

1) TRIAD KRR

2) Pendalaman materi TRIAD KRR 3) Pemahaman tentang hak-hak reproduksi 4) Kecakapan hidup (life skills)

5) Ketrampilan advokasi

6) Pendalaman ketrampilan advokasi b. Kegiatan yang dilakukan:

1) Kegiatan dilakukan di dalam dan di luar PIK-KRR 2) Bentuk aktfitas bersifat penyadaran (KIE)

3) Menggunakan media cetak dan elektronik

4) Melakukan advokasi untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan PIK-KRR

5) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK-KRR (pelatihan penyiapan karir, jamboree remaja, pentas seni, lintas alam dsb)

6) Melakukan pencatatan 7) Melakukan konseling

8) Menyediakan pelayanan lain di samping pelayanan KRR sesuai kebutuhan remaja (pemeriksaan gigi, konsultasi kecantikan, konsultasi gizi dll)

9) Mempunyai akses pada jaringan internet

10) Melibatkan jaringan termasuk pelayanan kesehatan dasar 11) Dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki


(30)

12) Ruang khusus dan ruang pertemuan 13) Pengelola dan penanggung jawab 14) Memiliki papan nama

15) Empat orang pendidik sebaya yang dapat diakses 16) Jaringan dengan pelayanan medis dan non medis 17) Empat orang konselor sebaya yang dapat diakses 18) Memiliki hotline konseling

19) Memililki perpustakaan

20) Tersedianya sarana dan prasarana untuk jaringan internet c. Jaringan dengan:

1) Remaja sebaya 2) Orang tua

3) Guru-guru sekolah 4) PIK-KRR lain,dll

5) Organisasi Induk Pembina PIK-KRR

2.1.3. Langkah-langkah Kegiatan dalam Pembentukan PIK-KRR Langkah-langkah pembentukan PIK-KRR meliputi :

a. Sarasehan anggota kelompok remaja dalam rangka pembentukan PIK-KRR dan pengelola PIK-KRR.

b. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/persetujuan dengan pimpinan setempat (Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota, Rektor, Tokoh


(31)

Masyarakat, Tokoh Agama, sekolah, pesantren, perguruan tinggi dan tempat kerja).

c. Menyusun program kegiatan.

d. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK-KRR (jambore remaja, pentas seni, lintas alam dll).

e. Melakukan advokasi untuk meningkatkan kualitas dan keberlangsungan PIK-KRR.

f. Mempunyai akses pada jaringan internet g. Menggunakan media cetak dan elektronik

h. Meresmikan pembentukan PIK-KRR (launching) i. Membuat jadwal rutin PIK-KRR.

j. Memberikan informasi KRR oleh Pendidik Sebaya kepada remaja setempat secara rutin dilaksanakan di PIK-KRR

k. Adanya Pendidik sebaya dan Konselor sebaya, tenaga medis, psikolog dan tenaga ahli lainnya yang datang secara terjadwal memberikan pelayanan pada PIK-KRR.

l. Mempunyai ruangan khusus dan ruang pertemuan PIK-KRR m. Memiliki papan nama

2.1.4. Tujuan PIK-KRR

Pembentukan PIK-KRR di lingkungan remaja (desa, sekolah, pesantren atau institusi lain) bertujuan untuk memberikan informasi KRR, keterampilan kecakapan


(32)

hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan tegar remaja dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.

2.1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup PIK-KRR meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (life skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan, kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.

2.1.6. Pengembangan dan Pengelolaan PIK-KRR

Dalam upaya mencapai tujuan pengembangan dan pengelolaannya PIK-KRR, maka PIK-KRR dikembangkan melalui 3 tahapan yaitu : tahap tumbuh, tahap tegak dan tahap tegar. Masing-masing tahapan proses pengembangan dan pengelolaan tersebut didasarkan pada sasaran, materi dan isi pesan (assets) yang diberikan dan dukungan dan jaringan (resources) yang dimiliki.

1. Tahap Tumbuh Sasaran:

- Pengelola PIK-KRR

- Penanggung Jawab PIK-KRR - Pendidik Sebaya

Materi dan isi pesan:


(33)

− Mendalami pengetahuan, sikap dan perilaku tentang materi TRIAD KRR dan hak-hak reproduksi bagi remaja.

Dukungan dan jaringan:

− Menyediakan ruangan khusus

− Melaksanakan orientasi bagi pengurus dan penanggung jawab

− Mengirimkan 2 (dua) orang calon Pendidik Sebaya untuk mengikuti pelatihan.

2. Tahap Tegak Sasaran:

− Pendidik Sebaya − Konselor Sebaya − Pengelola PIK-KRR

− Penanggung jawab PIK-KRR

− Tenaga medis dan tenaga non medis yang sudah terkait dengan jaringan − Pelayanan rujukan PIK-KRR

Materi dan isi pesan :

Pada tahap ini tetap mempertahankan materi dan isi pesan pada tahap tumbuh, namun ditambah dengan beberapa :

- Mempelajari dan memberikan pelayanan PIK-KRR berkaitan dengan materi kecakapan hidup (life skills).


(34)

- Menerapkan keterampilan advokasi Dukungan dan jaringan :

− Mempertahankan dukungan dan jaringan yang dimiliki pada PIK-KRR tahap Tumbuh sebelumnya.

− Mengirimkan 2 orang calon Pendidik Sebaya untuk pelatihan Pendidik Sebaya

− Mengirimkan 2 orang calon Konselor Sebaya untuk pelatihan Konselor Sebaya

− Melakukan koordinasi dengan pelayanan medis (Puskesmas/Rumah Sakit terdekat)

− Melakukan koordinasi dengan pelayanan lain yang terkait dengan remaja (psikolog, tokoh agama dll)

3. Tahap Tegar : Sasaran :

− Pendidik Sebaya − Konselor Sebaya − Pengelola PIK-KRR

− Penanggung jawab PIK-KRR

− Mitra jaringan pelayanan medis dan non medis − Ketua kelompok-kelompok remaja


(35)

− Guru-guru sekolah sekitar PIK-KRR − Pengelola PIK-KRR lain di sekitar − Pimpinan organisasi induk PIK-KRR Materi dan isi pesan :

Pada tahap ini tetap mempertahankan materi dan isi pesan pada tahap Tegak, namun ditambah dengan menguasai dan mendalami pengetahuan dan keterampilan advokasi untuk meningkatkan dukungan dan jaringan bagi PIK-KRR.

Dukungan dan jaringan :

− Mempertahankan dukungan dan jaringan yang dimiliki pada PIK-KRR tahap Tegak sebelumnya

− Mengirim 2 orang calon Konselor Sebaya untuk pelatihan Konselor Sebaya − Adanya perpustakaan di PIK-KRR

− Adanya jaringan dan dukungan yang diberikan oleh kelompok Remaja Sebaya, orang tua, guru sekolah dan PIK-KRR lain sekitarnya

− Adanya komitmen dan dukungan dari organisasi induk PIK-KRR Sasaran

Sasaran yang terkait dengan pembentukan, pengembangan, pengelolaan, pelayanan dan pembinaan PIK-KRR, sebagai berikut:

a. Pembina

Pembina PIK-KRR adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberi dukungan dan aktif


(36)

mambina PIK-KRR, baik yang berasal dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi pemuda/remaja lainnya, seperti :

1) Bupati/Walikota 2) Kepala BKKBN

3) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPDKB) 4) Camat

5) Kepala Desa/Lurah 6) PLKB/PKB

7) Guru 8) Bidan

9) Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama 10) Pengelola KB Kecamatan

11) Rektor/Kepala Sekolah/Pimpinan Pondok Pesantren

12) Pimpinan lembaga/Institusi lain yang terkait (pramuka, organisasai keagamaan)

Pihak-pihak terkait (stakeholders) yang menjadi sasaran lain : • Sasaran Utama: Kelompok-kelompok remaja

• Sasaran Pengaruh: Aktivis remaja /Institusi pemuda / Pendidik Sebaya/Konselor Sebaya

• Sasaran Penentu : Kepala Desa, Camat, Bupati/ Walikota, Rektor, Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, Pimpinan Sekolah, Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan Instansi / Perusahaan.


(37)

b. Pengelola PIK-KRR

Pengelola PIK-KRR adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan mengelola langsung PIK-KRR serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan modul dan kurikulum standar yang telah disusun oleh BKKBN. Pengelola PIK-KRR terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang program dan kegiatan, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.

2.1.7. Indikator Keberhasilan

Terwujudnya PIK-KRR tahap Tumbuh di desa, kecamatan, sekolah/ pesantren, Perguruan Tinggi, Mesjid, Gereja, Mall, dan tempat kerja.

2.1.8. Evaluasi Keberhasilan

Tahap ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tujuan pembentukan PIK-KRR sudah/belum tercapai, masalah-masalah yang dihadapi baik yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait (sasaran) maupun berhubungan dengan proses yang telah dilalui. Kegiatan evaluasi ini akan lebih efektif untuk ditindak lanjuti apabila dilakukan secara bersama-sama dengan sasaran-sasaran yang terkait.

2.1.9. Isu-isu Pokok atau Materi Kesehatan Reproduksi Remaja yang Disampaikan dalam Program PIK-KRR

Secara garis basar dalam ruang lingkup/materi pokok kesehatan reproduksi remaja adalah:

a. Substansi seksualitas (termasuk pubertas dan KTD) meliputi : • Pubertas (ciri-ciri pubertas, mimpi basah, menstruasi)


(38)

• Alat/sistem fungsi dan proses reproduksi (pengenalan organ-organ reproduksi, fungsi, dan proses reproduksi)

• Konsekuensi hubungan seks pra-nikah (kehamilan tidak diinginkan = KTD, aborsi, infeksi menular seksual = IMS)

b. Dalam substansi NAPZA yang disampaikan antara lain: jenis-jenis NAPZA, penyalahgunaan NAPZA, cara menghindari penyalahgunaan NAPZA dan mengatasi ketergantungan terhadap NAPZA.

2.1.10. Kegiatan PIK-KRR di SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali

BKKBN Deli Serdang dalam meningkatkan program kesehatan reproduksi siswa-siswi membentuk PIK-KRR. Berdasarkan Surat Keputusan Camat Percut Sei Tua Kabupaten Deli Serdang Nomor 476/138 Tahun 2010 tentang Kelompok Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) Keputusan Kepala SMA Negri 1 Percut Sei Tua Nomor 105/105.2/SMA.06/MN/2010 tentang Penetapan Susunan Personalia Pengelola Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) SMA Negeri 1 Percut Sei Tua memiliki program kesehatan reproduksi yaitu:

1. Pendidikan Pelatihan (Pendidikan Sebaya)

Pendidikan pelatihan diselenggarakan 3 kali dalam setahun selama 3 hari di Aula Kantor BKKBN Deli Serdang yang diselenggarakan oleh Propinsi. Materi pendidikan pelatihan yang diberikan kepada siswa kelas II antara lain: seksualitas,HIV/AIDS dan nafza. Sarana dan alat pembelajaran yang digunakan berbentuk ceramah, Tanya jawab dan pemberian poster.


(39)

2. Orientasi

Program orientasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan BKKBN Deli Serdang bagi konselor sebaya diselenggarakan 4 x dalam setahun selama 4-5 jam. Tujuan di selenggarakan orientasi untuk membina dan menambah wawasan para konselor sebaya dalam memberikan penyuluhan di sekolahnya.

3. Penyuluhan

Penyuluhan di selanggarakan oleh sekolah yang difasilitasi oleh konselor sebaya terhadap kelas II. Bimbingan diberikan oleh guru BK dan konselor sebaya dengan frekuensi 1 kali selama 2 bulan. Penyuluhan dilaksanakan di Aula sekolah SMAN 1 Percut Sei Tua Sampali.

4. Lomba Karya Tulis PIK-KRR

BKKBN juga menyelenggarakan Karya Tulis PIK Remaja 1 kali dalam tahun se-wilayah Kabupaten Deli Serdang. Tujuan di selenggarakan program ini untuk membina dan mendorong siswa-siswi lebih memahami dan mengghindari perilaku resiko tentang kesehatan reproduksi.

5. Rehabilitas Narkoba

Kegiatan rehabilitas narkoba merupakan suatu kegiatan yang diselenggarakan dengan membawa para konselor sebaya mengunjungi tempat-tempat rehabilitas Narkoba di Rehabilitas Narkoba Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan ini di selenggarakan setiap akhir semester sekolah atau 2 kali dalam setahun untuk melihat secara langsung kegiatan-kegiatan perawatan bagi pecandu narkoba dan terlebih


(40)

dahulu meminta ijin dari Gerakan Anti Narkoba (GAN) dan Rehabilitas Narkoba Sibolangit.

2.2. Remaja

2.2.1. Pengertian Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.Batasan usia remaja menurut WHO (Badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun pada jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

2.2.2. Tumbuh Kembang Remaja

Tumbuh kembangnya suatu individu dari masa anak-anak sampai dewasa,bahwa setiap tahapan usia, individu untuk mencapai suatu kepandaian, ketrampilan, pengetahuan dan sikap tertentu sesuai dengan kebutuhan yang timbul dari dalam diri yang dirangsang oleh kondisi disekitarnya atau masyarakat (Yani dkk, 2009).


(41)

a. Perkembangan Fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya puberitas. Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa puberitas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada perempuan) atau mimpi basah (Pada laki-laki). Datangnya menstruasi dan mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah mal nutrisi atau gizi kurang.

b. Perkembangan Seksual

Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya diringan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja, menurut survei KPA, 2008 bahwa 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan, 30% dari 2 juta aborsi dilakukan oleh remaja (UNFPA & Bapenas, 2009), remaja melakukan hubungan seks pranikah umur 13-18 tahun dirumah sendiri (PKBI, Rakyat Merdeka, 2006) melaporkan telah melakukan hubangan seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual,beberapa remaja tidak tertarik pada,atau tentang metode Keluarga berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat.


(42)

c. Perkembangan Emosional

Masa remaja adalah masa stress emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Perkembangan sebagai proses psikososial yang terjadi seumur hidup.

2.2.3. Peran Orangtua dalam Membina Tumbuh Kembang Anak Remaja Orangtua mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam pembinaan dan tumbuh kembang anak:

a. Kewajiban:

- Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

- Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya - Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak

b. Tanggung Jawab

- Memenuhi kebutuhan dasar - Memenuhi kebutuhan rohaniawan - Memenuhi kebutuhan spiritual 2.2.4. Kesehatan Reproduksi Remaja

Reproduksi adalah proses melanjutkan keturunan pada manusia, sedangkan Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu keadaan sejahteraan fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya namun sehat secara mental serta sosial kultural.


(43)

2.2.5. Alat Reproduksi

Orang biasanya berbicara hanya bentuk luar dari alat reproduksi (kelamin). Namun perlu diketahui, bahwa alat reproduksi terdiri dari bagian luar dan bagian dalam.

1. Alat Reproduksi Perempuan: 1) Bagian luar :

a) Bibir I x mr / labia majora b) Bibir dalwn/ labia minora

c) Kelentit (clitoris) yang sangat peka karena banyak syaraf, ini merupakan bagian yang paling sensitive dalam meneriman rangsangan seksual.

d) Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus (dubur)

e) Rambut kemaluan yang tumbuhnya saat perempuan memasuki usia pubertas.

2) Bagian dalam :

a) Vagina (liang kemaluan/liang senggama), bersifat elastis dan dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, jalan keluarnya bayi saat melahirkan atau saluran keluarnya darah saat haid.

b) Mulut rahim (cervix), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis


(44)

laki-laki di dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim hingga bertemu sel telur perempuan.

c) Rahim (uterus) adalah tempat rumbuhnya janin hingga dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan).

d) Dua buah saluran telur (tuba fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau yang sudah dibuahi akan disalurkan ke dalam rahim melalu saluran ini.

e) Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang perempuan lahir, ia sudah memiliki ovarium yang mempunyai sekitar setengah juta ova (cikal bakal telur). Tiap ova punya kemungkinan untuk bekembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ova, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif perempuan.

2. Alat Reproduksi Laki-laki:

1) Zakar atau penis. Berbentuk buat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti helm disebut Glans. Ujung penis ini dipenuhi serabut syaraf yang peka.

Penis tidak memiliki tulang, hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang dan keras.


(45)

2) Buah zakar atau testis. Jumlahnya dua berbentuk bulat lonjong dan menggantung pada pangkal penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin pria (sperma).

3) Saluran zakar atau uretra. Berfungsi untuk mengeluarkan air mani dan air seni.

4) Kantong pelir atau skrotum, yaitu lapisan kulit yang agak berkerut membentuk kantong yang menggelantung di belakang penis. Skrotum gunanya untuk mengontrol suhu dari testis, yaitu 6 derajat celcius lebih rendah dari suhu bagian tubuh lainnya agar testis dapat berfungsi menghasilkan sperma.

5) Epididimis, yaitu tempat pematangan sperma sesudah dibentuk dalam testis 6) Saluran sperma atau vas deferens. Saluran sperma dari testis menuju

seminal vasicle.

7) Seminal Vesicle, yang berguna untuk memproduksi semacam gula. Ini berguna sebagai sumber kekuatan untuk spernia agar dapat bertahan hidup dan berenang mencari telur di dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi seminal vesicle mengalirkan gula tersebut ke vas deferens.

8) Kelenjar prostat, yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.

9) Bladder (kandung kencing), tempat terkumpulnya air seni yang nantinya disalurkan ke uretra ketika buang air kecil.


(46)

2.2.6. Jenis-Jenis Seksual a) Masturbasi

Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin. Misalnya laki-laki melakukan masturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki. Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan.

Orang yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan risiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi. Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu.

b) Onani

Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah


(47)

masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki. Istilah onani diambil dari seseorang bernama onan yang sejak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama onan ini berkembang menjadi onani. Istilah onani lainnya yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok dan sebagainya.

c) Petting

Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, apalagi jika langsung mengenai bibir kemaluan.

d) Hubungan seksual

Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma)


(48)

dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.

2.2.7. Kesehatan Reproduksi yang Perlu Diketahui oleh Remaja 2.2.7.1Seksualitas

Survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2010 mengungkapkan bahwa 97 % remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja Indonesia pernah melakukan aborsi. Data yang ironis. Pornogrfi memang sudah menyebar luas di Indonesia , tidak hanya remaja, anak-anak pun sudah banyak yang mengaksesnya. Penelitian PKPA (Pemetaan Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Kota Medan), 2007 mengungkapkan bahwa ciuman 9,4% , memegang alat vital 10,5%, hubungan kelamin 23,0% dan pelukan 37,2%. Di Indonesia, komik porno, VCD porno dan berbagai media pornografi tersebut dapat ditemukan diberbagai tempat mulai dari stasiun kereta hingga didepan kantor polisi dan lain-lain.

Menurut Manuaba (2002) ada beberapa dampak dari hubungan seksual pranikah yaitu :

1. Hamil yang tidak dikehendaki (Unwanted Pregnancy)

Unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak di kehendaki) merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual remaja. Anggapan-anggapan yang keliru seperti: melakukan hubungan-hubungan seks pertama kali, atau hubungan seks jarang dilakukan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks dilakukan


(49)

sebelum atau sesudah menstruasi, atau bila menggunakan teknik Coitus interuptus (senggama terputus), kehamilan tidak akan terjadi merupakan pencetus semakin banyaknya kasus unwanted pregnancy.

Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan hubungan seksual mengakibatkan terjadi kehamilan remaja, yang sebagian besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin (stress) yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Kehamilan yang terjadi merupakan masalah remaja karena belum dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, suatu kehamilan dan persalinan tanpa pernikahan resmi.

b. Kehamilan remaja sulit diterima keluarga, masyarakat dan cenderung menyalahkan remaja, yang dianggap kurang bermoral yang dianggap tidak menjaga diri dalam pergaulan.

c. Bila kehamilan diterima banyak terjadi penyakit.

d. Takut menyatakan pada orang tua yang kemunggkinan tidak dapat menerima kehamilan anak.

e. Takut menyatakan kepada pacar yang mungkin akan tidak mengakuinya. f. Terdapat usaha untuk melakukan gugur kandungan.

2. Psikologi

Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak


(50)

perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini. Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan ‘aib’ keluarga, dan ia adalah si pendosa yang melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilan bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang di sertai rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun pada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik, sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem, fungsi, proses reproduksi remaja tidak terpenuhi.

Menurut para ahli dalam Dianawati (2003), alasan seorang remaja melakukan hubungan seksual pernikahan ini terbagi dalam beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya

Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks.

Remaja tersebut, tekanan dari teman-temannya itulah dirasakan lebih kuat dari pada tekanan yang didapat dari pacarnya sendiri. Keinginan untuk dapat diterima oleh linggkungan pergaulan begitu besar, sehingga dapat mengalahkan semua nilai yang didapat, baik dari orang tua maupunn dari sekolahnya. Umumnya, remaja tersebut melakukan hanya sebatas ingin


(51)

membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian anggota kelompoknya seperti yang diinginkan.

2. Adanya tekanan dari pacarnya

Kebutuhan seseorang untuk mencintai dan di cintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya. Remaja lebih membutuhkan suatu bentuk hubungan, penerima, rasa aman, dan harga diri sebagai layaknya manusia dewasa. Jika didalam lingkungan keluarga tidak dapat membicara masalah yang dihadapi, remaja tersebut akan mencari solusi di luar rumah. Begitu juga jika remaja tersebut tidak mendapat cinta dan perhatian yang cukup dari orang tuanya, dia akan mencari diluar rumah melalui lingkungan pergaulannya.

Perhatian dan cinta yang cukup dari orang tua dan anggota keluarga terdekatnya memudahkan remaja tersebut memasuki masa pubertas. Dengan demikian dia dapat melawan tekanan yang datang dari lingkungan pergaulan dan pasangannya. Kemampuan dan kepercayaan diri untuk tetap memegang teguh prinsip hidup sangat penting. Pandangan ini tidak hanya sebatas masalah seksual, tetapi juga dalam segala hal, baik tentang apa yang seharusnya dilakukan maupun tentang apa yang seharusnya tidak dilakukan. 3. Adanya kebutuhan badaniah

Seks menurut beberapa ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang tidak terkecuali remaja mengiginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari


(52)

perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka hadapi.

4. Rasa penasaran

Usia remaja, rasa keinginannya begitu besar terhadap seks. Apa lagi jika teman-temannya menyatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai yang diharapkan.

5. Pelapisan diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat di banggakan dalam dirinya. Maka, dengan pemikiranya tersebut, ia akan meras putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas.

2.2.7.2 PMS & HIV / AIDS a. PMS

1) Pengertian PMS

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat


(53)

berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.

2) Tanda dan Gejala PMS

Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan.

a) Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain: (1) Berupa bintil-bintil berisi cairan,

(2) Lecet atau borok pada penis/alat kelamin, (3) Luka tidak sakit;

(4) Keras dan berwarna merah pada alat kelamin,

(5) Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam, (6) Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,

(7) Rasa sakit yang hebat pada saat kencing, (8) Kencing nanah atau darah yang berbau busuk,

(9) Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.

b) Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:

(1) Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual, (2) Rasa nyeri pada perut bagian bawah,

(3) Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,


(54)

gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya, (5) Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal. (6) Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual, (7) Bintil-bintil berisi cairan,

(8) Lecet atau borok pada alat kelamin. c) Cara Remaja Bisa Terhindar dari PMS

Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan hubungan seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah menikah, hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS, selalu menjaga kebersihan alat kelamin.

d) Jenis PMS

Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes keiamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin (BKKBN, 2006).

(1) Gonore/GO (Kencing nanah)

Disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhea. Terjadi di seluruh dunia; menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama kelompok dewasa muda. Jenis yang kebal obat sekarang muncul secara umum di mana-mana. Selama beberapa bulan, pasien yang tidak diobati bisa


(55)

menulari orang lain. Terinfeksi dengan klamidia pada saat yang bersamaan juga bukanlah hal yang janggal.

 Gejala pada pria:

(a) Dari uretra (lubang kencing) keluar cairan berwarna putih, kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri.

(b) Mulut uretra bengkak dan agak merah.  Gejala pada wanita:

(a) Terdapat keputihan (cairan vagina), kental, berwarna kekuningan.

(b) Rasa nyeri di rongga panggul. (c) Rasa sakit waktu haid.

 Akibat :

(a) Penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan Infeksi mata bayi yang dilahirkan.

(b) Memudahkan penularan HIV. (c) Lahir muda, cacat bayi, lahir mati. (2) Sifilb (Raja singa)

Disebabkan oleh Treponema pallidium, yaitu sebuah spirochete (bakteri yang berbentuk spiral). Terjadi di seluruh dunia, terutama menyerang dewasa muda usia 20-35 tahun. lebih lazim terjadi di daerah perkotaan. Baru-baru ini ada kenaikan jumlah kasus di beberapa negara industri yang dihubungkan dengan penggunaan narkoba dan pelacuran.


(56)

Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama sanggama. Penularan bisa terjadi melalui traniusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir. Hal ini merupakan penyebab penting terjadinya kelahiran bayi yang meninggal di daerah daerah endermis.  Gejala dan tanda :

(a) Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri biasanya tunggal, kadang-kadang bisa sembuh sendiri.

(b) Bintil / bercak merah di tubuh, tanpa gejala klinis yang jelas. (c) Kelainan syaraf, jantung, pembuluh darah dan kulit.

 Akibat :

- Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung.

- Selama masa kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam kandungan dan dapat menyebabkan keguguran, lahir cacat.

- Memudahkan penularan HIV. (3) Herpes Genital

Disebakan oleh Virus Herpes Simplex, masa inkubasinya 4-7 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk.


(57)

Gejala:

(a) Bintil-bintil merah berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada kemaluan

(b) Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang sendiri

(c) Gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri pada tahap awal, biasanya hilang dan timbul, kambuh apabila ada faktor pencetus (misalnya stres) dan menetap seumur hidup.

Akibat:

• Rasa nyeri berasal dari syaraf.

• Dapat ditularkan kepada bayi pada bayi dan menyebabkan lahir muda dan lahir mati.

• Memudahkan penularan HIV. • Kanker leher rahim.

(4) Trikomonas Vaginalis

Disebabkan oleh sejenis protozoa Trikomonas Vaginalis, masa inkubasinya 3-28 hari setelah kuman masuk ke tubuh.

Gejala:

(a) Cairan vagina keputihan encer, berwama kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk.


(58)

(b) Bibir kemaluan agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa dan terasa tidak nyaman.

Akibat:

• Kulit seputar bibir kemaluan lecet. • Dapat menyebabkan bayi prematur. • Memudahkan penularan HIV. 3. Pengobatan PMS

Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa diobati secara tuntas seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika kita terkena PMS, satu-stunya cara adalah berobat ke dokter atau tenaga kesehatan, jangan mengobati diri sendiri. Selain itu, pasangan kita juga haras diobati agar tidak saling menularkan kembali penyakit tersebut.

b. HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk.Ketika individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh. Selanjutnya AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV.


(59)

a. Proses Penularan dan Penyebaran HIV/AIDS

Syarat utama yang harus dipenuhi dalam penularan HIV untuk bisa masuk kedalam tubuh melalui aliran darah,bias berbentuk luka pembuluh darah maupun lewat membrane mukosa (selaput lendir).

Virus HIV bisa terdapat pada seua cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa

menjadi media penularan hanya pada : 1) Darah , 2) Cairan Sperma (air mani), 3) cairan Vagina , 4) Ibu HIV (+) ke janinnya, HIV akan menular kepada orang lain

jika ada salah satu jenis cairan orang yang terinfeksi HIV masuk kedalam aliran darah orang yang tidak terinfeksi HIV.

b. Pencegahan Penularan dan Penanggulangan HIV

Pencegahan Penularan dan Penanggulangan HIV untuk remaja, semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV apabila perilakunya yang berisiko tinggi terpapar HIV, maka yang perlu dilakukan remaja adalah:

1. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, hubungan seks tidak aman berisiko IMS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) memperbesar risiko penularan HIV/AIDS.

2. Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

3. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja,dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal ini.


(60)

4. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik,tatto dan tindik.

5. Tidak melakukan kontak langsung percampuaran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV.

6. Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab.

c. Cara mengatahui HIV

Cara mengetahui HIV hanya melalui Test darah saja, dimana bisa dilakukan di Puskesmas dan Alamat klinik VCT. Manfaat VCT antara lain : 1) Mengetahui status HIV, 2) Memudahkan mendapatkan pelayanan dan perawatan sedini mungkin, 3) Memberikan perhatian /dukungan sosial, 4) Melakukan pencegahan penularan HIV.

Pengobatan HIV/AIDS sampai sekarang belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.

2.2.7.3 Napza

Narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE/03/IV/2002,merupakan akronim dari Narkotika Psykotropika dan bahan-bahan adiktif lainnya. Narkoba yakni zat-zat kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia (baik secara oral, dihirup maupun intravena, suntik) dapat mengubah dan bahkan merusak pikiran, suasana hati ataupun perasaan, perilaku seseorang dan organ


(61)

tubuh. Data tahun 2004, 15% dari jumlah penduduk Indonesia terlibat penyalahgunaan narkoba 3,2 juta orang, 15 ribu meninggal per tahun.

1. Jenis dan Penggolongan Napza

Narkoba dan beberapa zat yang termasuk dalam golongannya :

a. Narkotika adalah zat atau bahan aktif yang bekerja pada sistem saraf pusat (otak), yang dapat menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit (nyeri) serta dapat menimbulkan ketergantungan (ketagihan). Zat yang termasuk golongan ini antara lain: Morfin, Putaw (heroin), Ganja, Hashish adalah getah ganja yang dikeringkan, Kokain, Opium, Codein, Metadon adalah opioida sintetik yang mempunyai daya kerja lebih lama serta lebih efektif daripada morfin dengan pemakaian ditelan. Metadon dipakai untuk metadhone maintenance program, yaitu untuk mengobati ketergantungan terhadap morfin atau heroin dan obat lainnya

b. Alkohol adalah jenis minuman yang mengandung etil-alkohol (dibagi dalam 3 kelompok), disesuaikan dengan kadar etil-alkoholnya. Alkohol dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Efek penggunaan alkohol tergantung dari jumlah yang dikonsumsi, ukuran fisik pemakai serta kepribadian pemakai. Pada dasarnya alkohol dapat mempengaruhi koordinasi anggota tubuh, akal sehat, tingkat energi, dorongan seksual dan nafsu makan.

 Minuman beralkohol dikelompokkan dalam 3 golongan dilihat dari kandungan alkoholnya, yaitu:


(62)

a. Golongan A : yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 1% s/d 5%. Contoh minuman keras ini adalah : bir, green sand.

b. Golongan B : yaitu berbagai jenis minuman keras yang mengandung kadar alkohol antara 5% s/d 20%. Contohnya adalah : anggur malaga. c. Golongan C : yaitu minuman keras yang mengandung kadar alkohol

antara 20% s/d 50%. Yang termasuk jenis ini adalah: brandy, vodka, wine, drum, champagne, whiski (Joewana, 2005).

Psikotropika adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika, bekerja pada sistem saraf pusat (otak) dan dapat menyebabkan perasaan khas pada aktifitas mental dan perilaku serta dapat menimbulkan ketagihan atau bahkan ketergantungan. Zat yang termasuk golongan ini menurut Karsono (2004) antara lain : Psikostimulan (shabu-shabu, ekstasi, amphetamine), (shabu-shabu, inhalansia seperti aerosol, bensin, perekat, solvent, butyl nitrites (pengharum ruangan). Obat penenang dan obat tidur (nipam, mogadon, diazepam, bromazepam, nitrazepam, flunitrazepam, estazolam, pil BK dan obat antipsikosis dan obat antidepresi.

Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika, bekerja pada sistem saraf pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan/ketagihan. Zat yang termasuk dalam golongan ini antara lain: Nicotine, LSD (lysergic acid diethylamide), Psilosin, Psilosibin, Meskalin, dan lain-lain.


(63)

2. Faktor yang Memengaruhi Penyalahgunaan Napza oleh Remaja :

A. Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi :

 Terbatasnya pengetahuan remaja tentang napza dikarenakan minimnya pengetahuan remaja tentang akibat yang ditimbulkan oleh narkoba, sementara orang tua yang seharusnya menjadi pembimbing bagi anak-anak mereka juga tidak mampu menjalankan fungsinya secara maksimal karena terbatasnya pengetahuan mereka.

 Agama dalam penanaman nilai keimanan sejak dini pada anak merupakan hal yang paling utama dalam keluarga,keyakinan yang tertanam dalam diri anak akan menjadikan berpedoman pada agama yang didalamnya nilai kebenaran.

 Rasa ingin tahu dan penasaran terhadap objek yang baru dan mencoba tanpa memikirkan efek yang terkandung didalamnya.

 Rasa bangga seorang remaja yang beranjak dewasa ingin mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga mereka melakukan penyalahgunaan narkoba sebagai orang yang hebat.

 Pelarian diri dari masalah remaja yang berat dalam hidupnya cenderung melampiaskan rasa kekesalan dan kemarahannya terhadap hal yang menyimpang dalam penggunaan narkoba.


(64)

B. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang dapat mempengaruhinya, diantaranya :

 Pengaruh teman atau pergaulan dalam memilih teman yang salah,setia kawan dijadikan dasar untuk membujuk atau memengaruhi seseorang dalam penyalahgunaan napza dan menolak dalam tawaran cenderung akan dijauhi dan dikucilkan.

 Mengikuti mode yang merupakan dari gaya hidup,remaja untuk berinteraksi dengan lingkungan tidak lagi dihiraukan untuk menjalani gaya hidup menyimpang dalam penyalahgunaan narkoba.

 Beberapa jenis narkoba diperjual belikan dengan mudah didapat di diskotik, kafe, warung remang-remang dan tempat hiburan malam lainnya, kebanyakan orang mudah untuk mendapatkannya baik untuk dikonsumsi maupun diedarkan kembali.

2.3. Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).


(65)

Pengetahuan yang merupakan kekayaan mental secara langsung maupun tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita, oleh karena itu pengetahuan sangat penting.Karena pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan setiap jenis. Pengetahuan merupakan ciri-ciri spesifik mengenai : apa (antologi), bagaimana ( epitemologi ), dan untuk apa ( oksiologi ).

Berdasarkan definisi diatas, secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a.Tahu ( know )

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termaksud kedalam pengetahuan tinggkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah kata kerja. Untuk mengukurnya antara lain menyebut, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

a. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan sebagainya. b. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan


(66)

sebagai aplikasi atau penggunaanhukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.

c. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat meggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

d. Sistensis (syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau mengghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sitensis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

e. Evaluasi (evaluation)

dari pengetahuan yang dapat, selanjutnya akan membentuk suatu perilaku. Menurut Ragers cit. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku yang baru, terlebih dahulu melalui proses yang berurutan yaitu :

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Interest (merasa tertarik) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.


(67)

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berate sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial yaitu subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang di kehendaki oleh stimulus.

5) Adaption dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Soekidjo (2003), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.

 Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut.


(68)

2. Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

3. Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu dipelajari oleh sebagian orang tua. 4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan dengan satu objek saja tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa. 5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah

yang membedakan sikap dengan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki seseorang (Soekidjo, 2003).

 Selanjutnya ciri-ciri sikap menurut WHO adalah :

1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu 2. Sikap akan ikut atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada

pengalaman orang lain.

3. Sikap akan diikutio atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.

Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.


(69)

2.5. Landasan Teori

Pembentukan PIK-KRR bertujuan untuk memberikan informasi KRR, keterampilan kecakapan hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan rujukan KRR untuk mewujudkan tegar remaja dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera, meliputi kegiatan pendidikan sebaya, orientasi, penyuluhan dan rehabilitasi narkoba dengan materi seksualitas dan nafza. Analisi kegiatan PIK-KRR untuk mengetahui apakah siswa/siswi SMA N 1 Percut Sei Tuan Sampali aktif mengikuti kegiatan tersebut.

Perilaku siswa/siswi terhadap kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh informasi kesehatan yang diterimanya dalam berbagai sumber informasi. Pembentukan perilaku kesehatan sebagai fungsi dari ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information).

Teori Snehandu B. Kar dapat diasumsikan sebagai berikut: B = F (BI, SS, Al, PA, AS)

Keterangan:

B = Behavior F = Function

BI = Behavior Intention SS = Sosial Support PA = Personal Autonomy AS = Action Situation


(70)

Pengetahuan dan sikap kesehatan remaja dapat ditentukan niat atau keinginannya mengetahui atau memahami kesehatan, dukungan dari sekolah atau kegiatan sekolah dalam memberikan informasi kesehatan, kebebasan remaja dalam mengikuti berbagai pendidikan pelatihan, orientasi, penyuluhan tentang Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza.

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat dijelaskan bahwa definisi konsep dalam penelitian ini adalah variabel independen (variabel bebas) adalah Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza, variabel dependen adalah Pengetahuan dan Sikap tentang KRR dan TRIAD KRR dalam kegiatan PIK-KRR.

KRR dan TRIAD KRR dalam kegiatan PIK-KRR

- Seksualitas - HIV/AIDS

N

Pengetahuan dan Sikap Siswa/i tentang KRR dan TRIAD KRR dalam kegiatan


(71)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Post-test, dimana Post-test ini tidak menggunakan kelompok perbandingan (Kelompok) tetapi sesudah dilakukan observasi pertama (post-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi.Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kegiatan PIK-KRR Post-test

X = Memberikan perlakuan dengan menngikuti kegiatan PIK-KRR

Y = Post-test pada siswa yang diberi perlakuan pada kelas XII yang mengikuti kegiatan PIK-KRR

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Sampali. 3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi

X Y


(72)

pembimbing, pelaksanaan sampai laporan akhir yang dimulai dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i SMA N1 Percut Sei Tuan Sampali yang menjadi anggota dalam kegiatan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) sebanyak 50 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, yaitu siswa/i yang menjadi anggota dalam kegiatan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) berjumlah 50 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari responden melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner.Data sekunder adalah data yang


(1)

Wydiastuti, Y., dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya, Yogyakarta. Witarsa, 2006. Narkoba dikenal untuk ditangkal. Media Pustaka, Jakarta.


(2)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIKKRR) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN SAMPALI

A. Karakteristik Responden

Isilah data berikut sesuai dengan identitas Anda: 1. Nama : ... 2. Umur : ... 3. Jenis Kelamin : ...

B. Kegiatan PIK-KRR

No Kegiatan PIK-KRR

Kehadiran Hadir Tidak

Hadir 1. Kegiatan pendidikan pelatihan:

2. Kegiatan orientasi: 3. Kegiatan penyuluhan

4. Kegiatan rehabilitasi narkoba

C. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja

Petunjuk : Beri tanda checklist (√) pada pernyataan benar atau salah menurut pendapat Anda!

No Pernyataan Benar Salah

1. Tanda remaja wanita memasuki masa akil balig adalah mengalami haid yang pertama kali (menarche)


(3)

4. Remaja perempuan tidak hamil jika berhubungan seks hanya sekali saja

5. Masturbasi bisa menyebabkan kehamilan

6. Keperawanan seorang remaja perempuan dibuktikan dengan adanya darah pada hubungan seks pertama kali 7. Berciuman dapat menjadikan remaja perempuan hamil 8. kehamilan remaja mengandung resiko kematian akibat

perdarahan

9. Remaja hamil muda dapat terkena kanker leher rahim di kemudian hari

10. Tindakan aborsi mengandung resiko terkena infeksi dan kemandulan di kemudian hari

11. Ciuman basah tidak mengandung resiko menularnya penyakit kelamin

12. Penyakit Menular Seksual dapat meningkatkan terjadinya kemandulan

13. Oral seks tidak akan menularkan penyakit menular seksual 14. Penyakit kelamin dapat menular melalui air susu ibu 15. Perilaku seksual berisiko dengan berganti-ganti

memudahkan terjadinya penyakit kelamin

16. Narkotika adalah zat yang dapat menghilangkan rasa sakit dan menenangkan saraf dan dapat membuat seseorang terhibur

17. Kurang gizi dan fisik menjadi lemah adalah salah satu akibat penggunaan NAPZA

18. Infeksi kulit dan eksim kulit, akibat karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril

19. Perempuan pemakai nafza bisa mengakibatkan bayi keguguran lahir cacat dan berat badan bayi lahir rendah 20. Cara mencegah pemakaian NAFZA dengan menjauhinya

dan melakukan kegiatan-kegiatan positif, dekat dengan Tuhan


(4)

D. Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Petunjuk : Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang benar menurut Anda!

No Pernyataan Sangat

Setuju setuju

Tidak Setuju 1. Menurut saya, Remaja yang hamil di luar nikah

sebaiknya tidak dimarahi atau dijadikan objek kekerasan orangtua

2. Sebaiknya kalau kita atau teman kita hamil, segera saja pergi ke dokter dan mengaku saja terlambat datang bulan dan sering mengalami sakit akibat hal tersebut. Mudah-mudahan obat-obatan yang

diberikannya bisa mengugurkan kandungan 3. Menurut saya, kalau pasangan kita kerap

menggunakan obat-obatan terlarang yang disuntikkan, ia adalah orang yang setia sehingga kita tidak perlu menggunakan kondom saat

berhubungan seks, cukup menggunakan Pil KB saja 4. Menurut saya, kegagalan orgasme pada hubungan

seksual setelah menikah disebabkan perempuan tersebut belum pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah

5. Menurut saya, perempuan yang pernah melakukan hubungan seks pranikah, biasanya dapat mengalami orgasme dengan baik, sehingga cenderung lebih setia dan sayang terhadap pasangannya

6. Sebaiknya setiap orang melakukan hubungan seks dengan seorang (pria/wanita) yang mengidap IMS, tanpa menggunakan alat pelindung (kondom) dapat tertular IMS

7. Menurut saya, resiko tertular PMS lebih besar bila seseorang sering berganti-ganti pasangan seksual 8. Menurut saya, tidak benar anggapan bahwa hanya

pekerja seks yang dapat menularkan PMS

9. Menurut saya, cara pencegahan yang paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terkena PMS tanpa kondom 10. Seharusnya cara yang paling efektif bagi remaja

untuk mencegah kehamilan di luar nikah adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum nikah 11. Menurut saya, hal yang harus dihindari jika

berpacaran adalah menyentuh daerah yang mudah terangsang (alat kelamin, bokong, paha, buah dada,


(5)

13. Sebaikanya mendekatkan diri pada Tuhan adalah salah satunya cara menghindari NAPZA

14. Menurut saya, banyak studi yang mengatakan bahwa kekhawatiran pendidikan seks akan menyebabkan kegiatan seks dini dan kurang bertanggungjawab

15. Menurut saya, banyak sekali orang yang terkena penyakit menular seksual karena sering berganti-ganti pasangan


(6)

Frequencies

Statistics

Kontrol Kontrol Perlakuan Perlakuan

N Valid 120 120 120 120

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-16 tahun 82 68.3 68.3 68.3

18-19 tahun 38 31.7 31.7 100.0

Total 120 100.0 100.0

Kontrol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 36 30.0 30.0 30.0

Laki-laki 84 70.0 70.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-16 tahun 78 65.0 65.0 65.0

17-18 tahun 42 35.0 35.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

Perlakuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 43 35.8 35.8 35.8


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) SMA di Medan Tahun 2011

1 44 59

Kebiasaan makan dan pengetahuan reproduksi remaja putri peserta Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

1 7 9

Kebiasaan Makan dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Peserta Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)

0 9 145

Kebiasaan Makan dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Peserta Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR)

0 4 78

PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI BERDASARKAN PEMANFAATAN PIK-KRR Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Pemanfaatan PIK-KRR Di SMAN 1 Nguter.

0 3 15

Perbedaan Pengetahuan Remaja Tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Pada Sekolah Dengan Pusat Informasi Konseling (PIK-R) Dan Tanpa PIK-R Di Kota Denpasar Tahun 2016.

6 11 35

PERAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PEMBERDAYAAN REMAJA abstrak. 5. PIK KRR

1 9 12

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015

0 0 5

View of PENGARUH PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 BALEENDAH

0 0 13

KEBIASAAN MAKAN DAN PENGETAHUAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI PESERTA PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR)

0 0 8