Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

(1)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh : VERI RERS

121021085

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh VERI RERS NIM. 121021085

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan ternyata pernah terjadi kehamilan tak diinginkan di SMA N 1 Bagan Sinembah sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini diduga karena masih minimnya pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah. Jenis penelitian ini adalah true eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control group design. Populasi adalah seluruh siswa kelas I dan II di SMA N 1 Bagan Sinembah. Sampel sebesar 60 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen I diberi perlakuan penyuluhan dengan media cetak (leaflet) sebanyak20 orang, kelompok eksperimen II diberi perlakuan penyuluhan dengan media elektronik (video) sebanyak 20 orang dan kelompok kontrol tanpa perlakuan sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan sikap pada pre-test dan post-test. Pada variabel pengetahuan, rerata (mean) tertinggi adalah pada kelompok eksperimen II yaitu sebesar 9,2, sedangkan untuk variabel sikap rerata (mean) tertinggi pada kelompok eksperimen I yaitu sebesar 46,83.

Disarankan kepada petugas promosi kesehatan agar menggunakan kombinasi media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi untuk mencapai hasil yang optimal.

Kata kunci : pengetahuan, sikap, kesehatn reproduksi, media cetak (leaflet), media elektronik (video).


(5)

Reproductive health is a state in which a woman is physically, mentally and socially as a whole during the pregnancy, not merely free of disease or infirmity but also in all matters relating to the reproductive system and its functions and processes. Based on the initial survey carried out, there have been unwanted pregnancy occurs in SMA N 1 Bagan Sinembah that the students should be excluded from school. This condition is suspected because they still lack the knowledge of students about reproductive health.

This study aims at analyzing the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health through print media (leaflets) and electronic media (videos) in SMA N 1 Bagan Sinembah. This research is a true experimental research with pretest-posttest control group. The population is all students in grade I and II in SMA N 1 Bagan Sinembah. The sample of 60 people who were divided into 3 groups, namely experimental group I was treated counseling with print media (leaflets) as many as 20 person, group II was treated extension experiments with electronic media (videos) as many as 20 people and the untreated control group of 20 people.

The results showed that there are differences in average between knowledge and attitudes in the pre-test and post-test. In the knowledge variables, the highest mean is in the experimental group II that is equal to 9,2, while the mean for the variable of attitude is in the experimental group I that is equal to 46,83.

It is suggested to the officer of health promotion to use a combination of print media (leaflets) and electronic media (video) to improve the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health to achieve optimal results.

Key words : knowledge, attitude, reproductive health, print media (leaflets), electronic media (video).


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat

dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Cetak (Leaflet) Dan Media Elektronik (Video) Di SMA N 1 Bagan Sinembah”.

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kealam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Bapak Drs. Heru Santosa,MS.Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan Dan Biostatistik

3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS.Ph.D dan Bapak Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta dukungan


(7)

terbaik

5. Bapak Drs. Heru Santosa,MS. Ph.D selaku dosen pembimbing akademik 6. Seluruh dosen dan staf yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan 7. Bapak Drs. Hamdanmas, MM selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Bagan

Sinembah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMA N 1 Bagan Sinembah

8. Berbagai pihak di SMA N 1 Bagan Sinembah yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian

9. Ayahanda Rohmadi dan Ibunda Harsini yang telah mendukung saya dalam

do‟a serta memberi semangat disepanjang hidup saya dan seluruh keluarga yang telah memberikan banyak bantuan baik secara moril dan materi

10. Teman-teman seangkatan yang saling memberikan semangat dan kesan yang tak terlupakan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, September 2014 Penulis,


(8)

Nama : Veri Rers

Tempat/Tanggal Lahir : Bagan Bhakti, 25 Pebruari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Nangka, Desa Bagan Bhakti Kecamatan Bagan Sinembah

Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD Negeri 014 Bagan Bhakti, Riau 2. 2002-2005 : SMP Negeri 2 Bagan Sinembah, Riau 3. 2005-2008 : SMA Negeri 1 Bagan Sinembah, Riau 4. 2008-2011 : Akademi Kebidanan Sehat, Medan


(9)

Abstrak... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 7

2.1.1 Definisi Pengetahuan ... 7

2.1.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan ... 8

2.2 Sikap ... 11

2.2.1 Definisi Sikap ... 12

2.2.2 Tingkatan Sikap ... 12

2.2.3 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Sikap ... 12

2.3 Remaja ... 14

2.3.1 Ciri-ciri Perkembangan Remaja ... 15

2.3.2 Perubahan Fisik Pada Remaja ... 16

2.3.3 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja . ... 17

2.4 Kesehatan Reproduksi ... 17

2.4.1 Defenisi Kesehatan Reproduksi ... 17

2.4.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi ... 18

2.4.3 Hak-hak Reproduksi . ... 18

2.4.4 Organ, Fungsi dan Proses Reproduksi Laki-laki dan - Perempuan ... 19

2.4.5 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja ... 22

2.4.6 Hubungan Seks Pranikah pada Remaja ... 23

2.5 Promosi Kesehatan ... 27

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 38


(10)

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 41

2.2.2 Waktu Penelitian ... 41

3.3 Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1 Populasi ... 42

3.3.2 Sampel ... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.5 Defenisi Operasional Variabel ... 45

3.6 Aspek Pengukuran ... 46

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

3.7.1 Tekhnik Pengolahan Data ... 48

3.7.2 Analisa Data ... 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

4.2 Karakteristik Responden ... 50

4.3 Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi - Melalui Media Cetak (Leaflet) di SMA N 1 Bagan Sinembah ... 52

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi pada Kelompok Perlakuan dengan Media Cetak (Leaflet) ... 52

4.3.2 Gambaran Sikap Responden Tentang Kesehatan Reproduksi Pada Kelompok Perlakuan dengan Media Cetak (Leaflet) ... 54

4.4 Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Elektronik (Video) di SMA N 1 Bagan Sinembah .... 58

4.4.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) ... 58

4.4.2 Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) ... 60

4.5 Promosi Kesehatan tanpa Menggunakan Media (Kelompok Kontrol) Terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 65

4.5.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol . 65 4.5.2 Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Kontrol ... 67

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Karakteristik Responden ... 71

5.2 Gambaran Pengetahuan dan Sikap Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Cetak (Leaflet) Tentang Kesehatan Reproduksi ... 72 5.3 Gambaran Pengetahuaan dan Sikap Responden pada Kelompok


(11)

Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang

Kesehatan Reproduksi Di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 .. 79 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 83 6.2 Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan

Tingkatan Kelas di SMA N 1 Bagan Sinembah ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kesehatan

Reproduksi pada Kelompok Perlakuan dengan Media Cetak

(Leaflet) ... 52 Tabel 4.3 Distribusi Frekwenai Responden berdasarkan Pengetahuan

Tentang Kesehatan Reproduksi sebelum Intervensi pada kelompok Perlakuan Media Cetak (Leaflet) di SMA N 1 Bagan

Sinembah ... 53 Tabel 4.4 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan

Media Cetak (Leaflet) ... 53 Tabel 4.5 Distribusi Sikap Responden Sebelum Intervensi Promosi

Kesehatan dengan Media Cetak (Leaflet) tentang Kesehatan

Reproduksi ... 54 Tabel 4.6 Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi

Kesehatan dengan Media Leaflet tentang Kesehatan

Reproduksi... 56 Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sebelum

Intervensi dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ...

57 Tabel 4.8 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap

Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media

Leaflet... 57 Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi

Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) tentang

Kesehatan Reproduksi... 58 Tabel 4.10 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Sebelum Intervensi dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media elektronik (Video) di SMA

N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ... 59 Tabel 4.11 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan


(13)

Tabel 4.13 Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) tentang

Kesehatan Reproduksi ... 62 Tabel 4.14 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sebelum

Intervensi dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ...

64 Tabel 4.15 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap

Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Elektronik (Video) ...

64 Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Kontrol

(Kelompok diberi promosi kesehatan tanpa menggunakan

media) ... 65 Tabel 4.17 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada kelompok

Kontrol di SMA N 1 Bagan Sinembah Tahun 2014 ... 66 Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Pre-test dan Post-test Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol (Promosi

Kesehatan Tanpa Menggunakan Media) ... 66 Tabel 4.19 Distribusi Sikap Responden sebelum Intervensi Promosi

Kesehatan tanpa menggunkan media (Kontrol) tentang

Kesehatan Reproduksi ... 67 Tabel 4.20 Distribusi Sikap Reponden Sesudah Intervensi Promosi

Kesehatan tanpa Menggunakan Media (Kontrol) tentang

Kesehatan Reproduksi ... 68 Tabel 4.21 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum

Intervensi dan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Promosi Kesehatan Tanpa Menggunakan Media (Kontrol) di SMA N 1

Bagan Sinembah Tahun 2014 ... 70 Tabel 4.22 Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap


(14)

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kerucut Edgar Dale ... 29

Tabel 2.2 Alur Proses Informasi ... 29

Tabel 2.3 Kerangka Konsep ... 38

Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian ... 40


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar pernyataan kesediaan menjadi responden Lampiran 2 Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari FKM USU

Lampiran 4 Surat keterangan selesai melaksanakan penelitian dari SMA N 1 Bagan Sinembah

Lampiran 5 Materi Penyuluhan Lampiran 6 Master tabel Lampiran 7 Hasil analisa data


(16)

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan ternyata pernah terjadi kehamilan tak diinginkan di SMA N 1 Bagan Sinembah sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini diduga karena masih minimnya pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah. Jenis penelitian ini adalah true eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control group design. Populasi adalah seluruh siswa kelas I dan II di SMA N 1 Bagan Sinembah. Sampel sebesar 60 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen I diberi perlakuan penyuluhan dengan media cetak (leaflet) sebanyak20 orang, kelompok eksperimen II diberi perlakuan penyuluhan dengan media elektronik (video) sebanyak 20 orang dan kelompok kontrol tanpa perlakuan sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan sikap pada pre-test dan post-test. Pada variabel pengetahuan, rerata (mean) tertinggi adalah pada kelompok eksperimen II yaitu sebesar 9,2, sedangkan untuk variabel sikap rerata (mean) tertinggi pada kelompok eksperimen I yaitu sebesar 46,83.

Disarankan kepada petugas promosi kesehatan agar menggunakan kombinasi media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi untuk mencapai hasil yang optimal.

Kata kunci : pengetahuan, sikap, kesehatn reproduksi, media cetak (leaflet), media elektronik (video).


(17)

Reproductive health is a state in which a woman is physically, mentally and socially as a whole during the pregnancy, not merely free of disease or infirmity but also in all matters relating to the reproductive system and its functions and processes. Based on the initial survey carried out, there have been unwanted pregnancy occurs in SMA N 1 Bagan Sinembah that the students should be excluded from school. This condition is suspected because they still lack the knowledge of students about reproductive health.

This study aims at analyzing the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health through print media (leaflets) and electronic media (videos) in SMA N 1 Bagan Sinembah. This research is a true experimental research with pretest-posttest control group. The population is all students in grade I and II in SMA N 1 Bagan Sinembah. The sample of 60 people who were divided into 3 groups, namely experimental group I was treated counseling with print media (leaflets) as many as 20 person, group II was treated extension experiments with electronic media (videos) as many as 20 people and the untreated control group of 20 people.

The results showed that there are differences in average between knowledge and attitudes in the pre-test and post-test. In the knowledge variables, the highest mean is in the experimental group II that is equal to 9,2, while the mean for the variable of attitude is in the experimental group I that is equal to 46,83.

It is suggested to the officer of health promotion to use a combination of print media (leaflets) and electronic media (video) to improve the knowledge and attitudes of adolescents about reproductive health to achieve optimal results.

Key words : knowledge, attitude, reproductive health, print media (leaflets), electronic media (video).


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesepakatan ICPD (International Conference on Population and Development) pada tahun 1994, kesehatan reproduksi di tingkat internasional disepakati sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. ( Sibagariang, 2010 )

Masa remaja dalam terminologi berarti mendekati kematangan secara fisik, akal dan jiwa serta sosial. Masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. (Pudiastuti, 2012).

Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. (Widyastuti, 2009)

Pada umumnya remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi. Hal inilah yang menyebabkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, penyakit menular seksual, kekerasan / pelecehan seksual, narkoba serta menderita HIV/AIDS. (Sallika, 2010)

Berdasarkan Sensus Penduduk dari BPS pada tahun 2010, jumlah remaja usia 10 - 24 tahun sekitar 64 juta atau 27.6% dari jumlah penduduk sebanyak 237.6 juta jiwa. BKKBN (2009) mengumumkan hasil survey yang dilakukan oleh sebuah lembaga survey yang mengambil sampel di 33 propinsi di Indonesia pada


(19)

tahun 2008 sebanyak 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan sex, 21% diantaranya melakukan aborsi. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya, berdasarkan penelitian 2005 – 2006 di kota – kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya dan Makassar ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan sex sebelum menikah. Data dari Depkes RI ( 2008 ) sebagaimana disampaikan oleh BKKBN (2009) juga menyebutkan bahwa dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS 54% remaja.

Remaja Indonesia masih minim mendapatkan pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, karena untuk penyampaian informasi mengenai hal itu masih dianggap tabu. Selain itu, lebih dari 80% remaja merasa lebih nyaman membicarakan masalah seksual dengan teman. Sehingga tidak menutup kemungkinan informasi yang mereka terima masih simpangsiur. (Az Zahra, 2010)

Dalam penyuluhan kesehatan dikenal beberapa alat bantu peraga yang sering digunakan atau disebut juga AVA (Audio Visual Aids). Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam melakukan penyuluhan antara lain media cetak (booklet, leaflet, flyer, flipchart, rubrik, poster) dan media elektronik (televisi, radio, video, slide, film strip), disini media yang dipilih sebagai alternatif yaitu media cetak (leaflet) dan media elektronik (video). Media leaflet dapat disimpan lama, kalau lupa bias dilihat kembali dan dapat dipakai sebagai bahan bacaan rujukan. Sedangkan video memiliki kelebihan yaitu salah satunya dapat menarik perhatian responden.


(20)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Feby, dkk (2004), menunjukkan pada post-test terjadi peningkatan rerata pengetahuan kelompok intervensi dibantu dengan media VCD dan Leaflet lebih tinggi (21,61) dibandingkan dengan kelompok kontrol (20,35). Promosi kesehatan melalui penyuluhan dengan ceramah dibantu media VCD dan leaflet ternyata lebih meningkatkan pengetahuan guru penjaskes tentang GAKI dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan promosi melalui ceramah dibantu media VCD. Kemudian Sulistyanto (2006), meneliti tentang pengaruh pelatihan kader dengan media audio visual terhadap pengetahuan, sikap serta perilaku kader posyandu di Kecamatan Sintang Propinsi Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan dengan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kader Posyandu. Wijaya (2008), ada pengaruh yang signifikan antara ceramah dengan penggunaan media bantu VCD dan modul terhadap peningkatan pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum di bangsal anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito.

Menurut Mahfoedz, dkk (2005) melalui penyuluhan dengan alat bantu peraga dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sementara menurut Lucie (2005), intervensi penyuluhan dengan media audio visual dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama kelurga (ibu rumah tangga) agar mampu menjadi inisiator dalam rumah tangganya. Sama halnya menurut Sadiman (2003) dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar di Indonesia. Taufik (2007) menjelaskan


(21)

bahwa media poster dan leaflet merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh penulis pada siswa SMA N 1 Bagan Sinembah, hasil wawancara singkat dengan guru dibagian kesiswaan, pernah terjadi kehamilan sebelum menikah terhadap 5 orang siswanya, sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Kondisi ini mencerminkan bahwa permasalahan seksual sudah terjadi di kalangan siswa - siswi di SMA N 1 Bagan Sinembah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh lemahnya pemantauan dan pendidikan kesehatan di keluarga dan khususnya di sekolah.

Menurut informasi yang penulis dapatkan dari guru yang betugas dibagian kesiswaan ternyata di SMA N 1 Bagan Sinembah juga belum pernah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang ” Pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah.”

1.2Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “ bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah”.


(22)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah

2. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah

3. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah

4. Untuk melihat adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan dengan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah.


(23)

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA N 1 Bagan Sinembah

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Rokan Hilir dan kepada Kepala Puskesmas Bagan Batu dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan terutama dalam pemilihan media yang efektif pada kegiatan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain menurut Notoatmodjo, 2003:129) mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan ini mengingat kembali (kecuali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar orang


(25)

yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4. Analisis

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini barkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu stimulus atau objek, misalnya dapat membandingkan antara yang cukup gizi dengan yang tidak.

2.1.2 Hal-hal Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan


(26)

yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman -pemahaman baru.

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

1. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Penyuluhan merupakan salah satu kegiatan pendidikan non formal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan sasaran penyuluhan.

2. Mass media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga


(27)

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam – macam media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan - pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi iniakan memengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.


(28)

5. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Umur.

Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2.2 Sikap

2.2.1. Defenisi Sikap

Sikap yaitu suatu tingkatan afeksi yang baik yang bersifat positif maupun dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Sikap juga sebagai tingkatan


(29)

kecendrungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.

2.2.2. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan :

a. Menerima (Receiving) : bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diperhatikan (objek).

b. Merespon (Responding) : memberikan jawaban apabila ditanya, mengajarkan menyelesaikan tugas yang diberikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting) : mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah yang merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsible) : bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2003)

2.2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembentukan sikap pada manusia, antara lain :

1. Pengalaman pribadi.

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang


(30)

yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain. 3. Pengaruh kebudayaan.

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang - kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


(31)

7. Umur dan Jenis Kelamin

BKKBN (2008) mengidentifikasi adanya perbedaan yang bermakna sikap remaja tentang kesehatan reproduksi ditinjau berdasarkan umur dan jenis kelamin dari hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003.

8. Pola Asuh orang tua

Menurut Koentjaraningrat (1997) dalam Tarmizi (2010), bentuk-bentuk pola asuh orangtua sangat erat hubungannya dengan kepribadian dan pembentukan sikap anak setelah menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih - benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak.

2.3 Remaja

Remaja atau “ adolescence” (inggris), berasal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. (widyastuti, 2009)

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 – 14 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 – 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 - 19 tahun. (Widyastuti, 2009)

Masa remaja (10 – 19 tahun) merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa dimana terjadi perubahan fisik, mental dan psikososial


(32)

yang cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya. (Sibagariang, 2010)

2.3.1 Ciri – ciri Perkembangan Remaja

Menurut ciri perkembangannnya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Masa remaja awal ( 10 – 12 tahun) 2. Masa remaja tengah (13 – 15 tahun) 3. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun)

(Depkes RI, 2008)

Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Masa remaja awal ( 10 – 12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

2. Masa remaja tengah ( 13 – 15 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal – hal yang berkaitan dengan seksual 3. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun )


(33)

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak (widyastuti , 2009)

2.3.2 Perubahan Fisik Pada Remaja

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ – organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.

Perubahan ini ditandai dengan munculnya : 1. Tanda – tanda seks primer

Berhubungan langsung dengan organ seks (terjadinya haid pada remaja puteri/menarche dan terjadinya mimpi basah pada remaja laki laki ) 2. Tanda – tanda seks sekunder

a. Pada remaja laki – laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak

b. Pada remaja puteri: pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis)


(34)

2.3.3 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Perubahan – perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :

1. Perubahan emosi

a. Sensitif, seperti mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas

b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya

c. Ada kecendrungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih suka pergi bersama dengan temannya daripada tinggal dirumah

2. Perkembangan intelegensia

a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik

b. Cenderung ingin mengetahui hal –hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba – coba . (Widyastuti, 2009)

2.4 Kesehatan Reproduksi

2.4.1 Defenisi Kesehatan Reproduksi

Kesepakatan ICPD pada tahun 1994, kesehatan reproduksi di tingkat internasional disepakati sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya. (Sibagariang, 2010)


(35)

2.4.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Sebenarnya sangat luas , sesuai dengan defenisi yang tertera diatas, karena mencakup keseluruhan kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Dalam uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup, sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.

Untuk kepentingan Indonesia saat ini, secara nasional telah disepakati ada empat komponen prioritas kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan ibu dan bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, dan pencegahan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS. (Depkes, 2008)

2.4.3 Hak –hak Reproduksi

Hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Konferensi Intenasional Kependudukan dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi :

1. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi 2. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi 3. Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi 4. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan

5. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak

6. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya

7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan , penyiksaan, dan pelecehan seksual


(36)

8. Hak untuk mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

9. Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya 10. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga

11. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi

12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

2.4.4 Organ, Fungsi dan Proses Reproduksi Perempuan dan Laki-laki a. Organ Reproduksi Perempuan

1. Ovarium (indung telur)

Yaitu organ di kiri dan kanan rahim di ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul. Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum) satu bulan satu kali dan hormon-hormon (estrogen dan progesteron). 2. Tuba Falopi (saluran telur)

Yaitu saluran di kiri dan kanan rahim yang dilalui oleh sel telur (ovum) setelah keluar dari ovarium (proses ovulasi) dan tempat pembuahan (konsepsi). 3. Fimbrae (umbai-umbai)

Yaitu ujung dari tuba falopi yang dapat dianalogikan dengan jari-jari tangan. Umbai -umbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang dikeluarkan indung telur.


(37)

4. Uterus (rahim)

Yaitu tempat calon bayi dibesarkan, bentuknya seperti buah alpukat gepeng dan berat normalnya antara 30 – 50 gram. Ukurannya kurang lebih sebesar telur ayam kampung.

5. Cervix Uteri (leher rahim)

Yaitu bagian bawah rahim dan mempunyai saluran yang berfungsi sebagai tempat untuk keluarnya darah menstruasi dan akan terbuka pada saat persalinan sebagai jalan keluarnya janin.

6. Vagina (lubang senggama)

Yaitu sebuah saluran berbentuk silinder bersifat elastis dan bergelombang yang berfungsi sebagai jalan keluarnya darah menstruasi maupun bayi serta sebagai lubang senggama.

b. Organ Reproduksi Laki-Laki 1. Penis

Yaitu suatu organ yang berbentuk silindris berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran untuk mengeluarkan sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, panjang penis adalah ± 6-8 cm. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompakan ke penis sehingga panjangnya menjadi sekitar dua kali dari panjang sebelumnya. Keadaan ini disebut ereksi.

2. Glans

Adalah bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi bagian glans disebut foreskin (Preputium) yang merupakan bagian yang biasanya di sunat.


(38)

3. Uretra (saluran kencing)

Yaitu saluran yang terdapat dalam penis yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni dan air mani.

4. Vas Deferens (saluran sperma)

Adalah saluran yang menyalurkan sperma dari testis menuju ke prostat. Panjangnya ± 4,5 cm dengan diameter ± 2,5 mm.

5. Epididimis

Adalah saluran-saluran yang lebih besar dari vas deferens. Bentuknya berkelok - kelok dan membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh testis akan berkumpul di epididimis.

6. Testis (pelir)

Adalah organ yang berfungsi memproduksi hormon testosteron dan sperma setiap hari. Berbentuk bulat telur (avoid) yang berjumlah dua buah.

7. Skrotum (kantung pelir)

Adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat-lipat, sebagai tempat bergantungnya testis.

8. Kelenjar Prostat

Terletak di bawah kandung kencing, bentuknya seperti buah kenari. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa dan berfungsi untuk mempertahankan hidup sperma. Cairan tersebut merupakan bagian dari semen (air mani).


(39)

9. Vesikula Seminalis

Yaitu kelenjar yang berupa kantung, berbentuk seperti huruf S berkelok-kelok (sambung menyambung) berfungsi menghasilkan sekaligus menampung cairan mani sebagai media pengantar sperma.

c. Proses Reproduksi

Kehamilan merupakan proses regenerasi yang diawali dengan pertemuan sel telur perempuan dengan sel sperma laki-laki yang membentuk suatu sel (embrio) dimana merupakan cikal bakal janin, dan berkembang didalam rahim sampai akhirnya dilahirkan sebagai bayi.

2.4.5 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang.

Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kehamilan tak dikehendaki, yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan komplikasinya

2. Kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi

3. Masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS

4. Tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks komersial


(40)

Keadaan merisaukan lainnya yang sulit dipisahkan dari kesehatan reproduksi remaja adalah meningkatnya masalah kertergantungan napza (narkotika, pshikotropika, dan zat adiktif lainnya, termasuk merokok) pada remaja. Ketergantungan napza ini sering diikuti dengan hubungan seksual di luar nikah, dengan berganti – ganti pasangan , sehingga meningkatkan risiko penularan PMS , termasuk HIV/AIDS, sementara pemakaian alat suntik secara bergantian juga menimbulkan resiko tersebut. (Depkes, 2008)

2.4.6 Hubungan Seks Pranikah pada Remaja

Hubungan seks pranikah pada remaja bukan hanya berpengaruh bagi pasangan, khususnya remaja perempuan, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.

1. Akibat bagi remaja

a. Menambah resiko tertular penyakit menular seksual ( PMS) ,antara lain: 1. Gonore / GO (Kencing Nanah), disebabkan bakteri Neisseria

Gonnoreae dengan masa inkubasi antara 2 – 10 hari setelah masuk kedalam tubuh.

Gejala pada wanita: keputihan berwarna kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul, dan dapat juga terjadi tanpa gejala.

Gejala pada laki – laki : rasa nyeri pada saat kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, dan ujung penis agak merah dan agak bengkak.

Komplikasi yang dapat timbul antara lain : radang panggul, kemandulan, infeksi mata pada bayi yang baru dilahirkan dan dapat mengakibatkan kebutaan dan rentan terhadap penyakit HIV.


(41)

2. Sifilis (Raja Singa)

Penyebabnya kuman Treponema Pallidum dengan masa tanpa gejala antara 3 – 4 minggu bahkan terkadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk dalam tubuh.

Gejala antara lain: luka pada kemaluan tanpa nyeri, bintil, bercak merah pada tubuh, kelainan syaraf, jantung dan pembuluh darah / kulit.

Komplikasi jika tidak diobati dapat menimbulkan kerusakan berat pada otak dan jantung, bayi dalam kandungan dapat tertular, keguguran atau lahir cacat, dan memudahkan penularan HIV.

3. Herpes Genitalis

Penyebabnya berupa virus Herpes simplex dengan masa inkubasi antara 4 – 7 hari setelah virus berada dalam tubuh.

Gejala antara lain: bintil berair dan nyeri pada kemaluan, luka akibat pecahnya bintil – bintil.

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: rasa nyeri pada syaraf, dapat menular pada bayi dan terlihat saat lahir berupa bintil berair, infeksi berat, abortus, kematian janin, dan memudahkan penularan HIV.

4. Trikomonas Vaginalis

Penyebabnya protozoa thricomonas vaginalis yang ditularkan melalui hubungan seksual. Gejalanya antara lain : keputihan encer, berwarna kekuningan, berbusa dan bau busuk, vulva membengkak kemerahan ,gatal.


(42)

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain : lecet pada kulit sekitar vulva, kelahiran prematur, dan dapat menularkan HIV

5. HIV / AIDS

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada awalnya penderita HIV positip sering menampakkan gejala sampai bertahun – tahun ( 5 – 10).

Hal yang perlu diketahui tentang HIV / AIDS :

1. Sekali virus HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut akan menetap dalam tubuh untuk selamanya

2. Virus HIV hidup dalam darah, air mani, cairan dalam jalan lahir

3. Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seksual, disamping penularan melalui jarum suntik dan transfusi darah serta penularan dari ibu kepada janinnya 4. Perempuan 5 kali lebih mudah tetular HIV/AIDS karena

bentuk alat kelamin perempuan lebih luas sehingga mudah terpapar oleh cairan mani yang tinggal dalam tubuh

5. Hubungan seks melalui anus lebih berisiko dalam penularan HIV karena jaringan anus lebih lembut

Pencegahan penularan HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan pencegahan IMS , yaitu:

A : Abstinence – memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko tinggi, terutam seks pranikah


(43)

B : Be faithful – saling setia dengan pasangannya

C : Condom – Menggunakan kondom secara konsisten dan benar D : Drugs – tolak penggunaan NAPZA

E : Equipment – jangan pakai jarum suntik bersama (Muadz, 2008)

b. Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan (aborsi ) yang tidak aman yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian, kemandulan, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan

c. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan), remaja laki – laki jadi tidak perjaka, remaja perempuan tidak perawan

d. Melahirkan bayi yang kurang / tidak sehat 1. Akibat bagi keluarga

a. Menimbulkan aib keluarga

b. Menambah beban ekonomi keluarga

c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan (ejekan) masyarakat di lingkungannya

2. Akibat bagi masyarakat

a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun

b. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan reproduksi menurun


(44)

c. Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun. ( Depkes RI, 2008)

2.5 Promosi Kesehatan

Menurut (green dan Ottoson,98) promosi kesehatan adalah kombinsai berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan.

Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.(Syafrudin, 2009)

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan menurut (Notoatmodjo, 2002b) adalah :

1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

2. Metode Diskusi Kelompok, adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

3. Metode Curah Pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing–masing peserta, dan evaluasi atas pendapat–pendapat tadi dilakukan kemudian.

4. Metode Panel, adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.


(45)

5. Metode Bermain Peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.

6. Metode Demonstrasi, adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.

7. Metode Simposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 -5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

8. Metode Seminar, adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

Media berasal dari kata mediu yang berarti tengah, pengantar, perantara. Media juga diartikan sebagai wahana penyalur pesan. Media menurut Heinich (1982) mengemukakan bahwa media adalah perantara yang mengantar informasi antara sumber ke penerima. Gagne dan Briggs (1975) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. (Setiawati, S. 2008)

Menurut Machfoedz, dkk., (2005), alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran.

Alat bantu ini disebut “alat peraga” karena berfungsi untuk membantu dan

memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dale (1969), membagi alat peraga


(46)

tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut pada gambar 5 berikut yaitu :

Gambar 2.1 : Kerucut Edgar Dale

Gambar kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah.

Menurut Santrock model dasar dari proses informasi berjalan dari Proses yang akan dijelaskan secara umum sebagai berikut.

Gambar 2.2 . Alur Proses Informasi

KEJADIAN PERHATIAN MEMORI PROSES

BERPIKIR


(47)

Alur informasi di awali dengan kejadian-kejadian yang diperoleh dari lingkungan maupun media. Kejadian ini biasanya terklasifikasi menjadi dua bentuk-bentuk dasar dari informasi yaitu kata-kata dan gambar. Bentuk-bentuk dasar informasi tersebut akan diterima oleh sensory memory melalui indra penglihatan dan pendengaran. Indra-indra tersebut akan memilah kata yang berbentuk suara maupun cetak dan gambar yang berbentuk cetak. Keberadaan indra mempunyai implikasi pendidikan penting. Pertama, orang harus memberikan perhatian pada informasi kalau mereka ingin mengingatnya. Kedua, diperlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat ke dalam kesadaran.

Pemilahan pada sensory memory akan diteruskan ke memori kerja. Proses perpindahan dari sensori memori inilah terjadinya persepsi. Persepsi merupakan penafsiran seseorang tentang rangsangan.

Pada memori kerja informasi akan dipilah menjadi yang berbentuk suara dan gambar. Informasi yang berbentuk suara mengorganisir kata menjadi model verbal sedangkan informasi yang berbentuk gambar langsung diorganisir menjadi model pictorial. Kedua model ini akan berintegrasi. Dilakukan penyimpanan jika diperlukan pada memori jangka panjang.

Keberhasilan proses penerimaan informasi dilakukan dengan pengujian terhadap respon dari penerimaan informasi. Proses penerimaan informasi merupakan domain kognitif, Bloom dalam taksonominya menyatakan bahwa kognitif, meliputi pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Dari aspek-aspek tersebut hanya akan diujikan dua aspek yaitu mengetahui dan


(48)

memahami. Aspek pengetahuan merupakan pengingatan kembali atas data atau informasi. Aspek ini terdiri dari pengurutan dan penghubungan. Sedangkan aspek pemahaman merupakan pemahaman tentang makna terjemahan, dan penafsiran dari perintah dan masalah. Pemahaman terdiri dari mengklasifikasikan, dan menunjukkan.

Manfaat media dalam pembelajaran menurut Levie & Lentz antara lain: 1. Fungsi atensi yaitu bahwa media memiliki kekuatan untuk menarik perhatian

peserta didik.

2. Fungsi afektif yaitu bahwa media mempengaruhi sikap dan emosi peserta didik.

3. Fungsi kognitif yaitu bahwa gambar atau simbol-simbol lain yang digunakan dalam sebuh media akan mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran, mengingat lambang yang jelas akan mempermudah proses pikir penerima pesan.

4. Fungsi kompesatori yaitu sebagai pelengkap dalam konteks pemberi informasi. Media pembelajaran berfungsi mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat menerima isi pesan yang disajikan melalui teks atau disajikan verbal.

(Setiawati, S. 2008)

Dalam penyuluhan kesehatan dikenal beberapa alat bantu peraga yang sering digunakan atau disebut juga AVA (Audio Visual Aids). Alat peraga ini kegunaannya adalah untuk lebih memudahkan kedua belah pihak dalam kegiatan penyuluhan, yakni pihak penyuluh dan pihak yang disuluh. (Syafrudin,2009)


(49)

Dilihat dari jenisnya media dibagi menjadi:

1. Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassete recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dengan pendengaran.

2. Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip , slides, foto gambar atau lukisan, cetakan. ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol - simbol bergerak seperti film bisu, film kartun.

3. Media audio visual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, media ini dibagi menjadi audiovisual diam dan audiovisual gerak. Dilihat daya liputnya, media dibagi dalam:

1. Media dengan daya liput luas dan serentak, penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama

2. Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, dan lain-lain

3. Media untuk pengajaran individual, media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui computer

Berdasarkan bahan pembuatannya, media dibagi dalam:

1. Media sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.


(50)

2. Media komplek, media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya , sulit pembuatannya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai. (Mubarak, W. 2007)

Berdasarkan perkembangan teknologi media dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:

1. Teknologi cetak, media ini dihasilkan melalui proses percetakan mekanis dan fotografis. Media cetak diantaranya:

- Booklet, ialah suatu media untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

- Leaflet, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk gambar atau kalimat maupun kombinasi.

- Flyer (selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.

- Flif chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk kertas dengan ukuran kira-kira 25x30 cm yang berisi suatu program tertentu. Biasanya tulisan terletak di lembar balik dan gambar yang ada pada lembar depan.

- Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah kesehatan

- Poster ialah pesan singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada obyek materi yang diinformasikan atau untuk mempengaruhi seseorang untuk bertindak.


(51)

Cara penggunaan :

- Poster-poster tersebut sebaiknya ditempel diruang tunggu Puskesmas, atau ruang periksa secara menarik

- Dapat digunakan untuk alat bantu peragaan saat melakukan ceramah penyuluhan yang dilakukan

- Poster bisa digunakan untuk bahan diskusi kelompok dalam suatu kesempatan tertentu

- Biasa ditempel ditempat-tempat umum dimana orang sering berkumpul

2. Teknologi Audio Visual, yaitu media dihasilkan melalui proses mekanik dan elektronik dengan menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual. Media ini antara lain:

- Televisi, penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato, dan sebagainya.

Kelebihan televisi antara lain yaitu sifatnya langsung dan nyata, merupakan medium yang menarik, dapat perhatian penonton. Sedangkan kelemahan televisi antara lain: harga televisi relativ mahal, sifat komunikasinya hanya satu arah, jadwal siaran dan jadwal pelajaran sekolah sulit disesuaikan, program diluar kontrol guru, dan besarnya gambar relativ kecil.

- Radio , penyampaian informasi atau pesan kesehatan melaui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya, antara lain obrolan, sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.


(52)

Kelebihan media radio antara lain harga relativ murah, mudah dipindahkan, program dapat direkam dan diputar lagi sesuka kita, mengembangkan daya imaginasi, merangsang partisipasi aktif pendengar. Sedangkan kelemahan radio antara lain komunikasi satu arah, penjadwalan pelajaran dan siaran sering menimbulkan masalah.

- Video, penyampaian informasi atau pesan kesehatan dapat melalui video. Merupakan media audio visual yang semakin popular dalam masyarakat. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa bersifat informativ, edukatif maupun instruksional.

- Slide, slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan

- Film strip, dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

a. Media Cetak (Leaflet)

Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu.

Bentuk leaflet:

1. Tulisannya terdiri dari 200 – 400 huruf dengan tulisan cetak, biasanya juga diselingi gambar – gambar.

2. Isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang 3. Ukuran biasanya 20 x 30 cm

Penggunaan leaflet:

1. Untuk mengingatkan kembali tentang hal-hal yang pernah diajarkan/ diceramahkan


(53)

2. Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai pelajaran/ceramah, atau dapat juga diberikan sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang disampaikan.

Keuntungan leaflet :

1. Dapat disimpan lama, kalau lupa bisa dilihat kembali. Dapat dipakai sebagai bahan bacaan rujukan

2. Isi dipercaya karena dicetak atau dikeluarkan oleh instansi resmi 3. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain 4. Jika perlu dicetak ulang

5. Dapat dipakai untuk bahan diskusi, pada kesempatan berbeda Kerugian leaflet:

1. Bila cetakannya tidak menarik, orang enggan menyimpannya

2. Kebanyakan orang enggan membacanya, apalagi bila hurufnya terlalu kecil dan susunannya tidak menarik

3. Leaflet tidak bisa digunakan oleh individu yang kurang lancar membaca atau buta huruf. (syafrudin,2009)

b. Media Elektronik (Video)

Video merupakan media penyampaian informasi atau pesan kesehatan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif yang bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional.

Kelebihan video :

1. Dapat menarik perhatian untuk periode – periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya.


(54)

2. Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli – ahli / spesialis.

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya 4. Kontrol sepenuhnya ditangan guru

5. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang – ulang

6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar

Kelemahan video :

1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktekkan 2. Sifat komunikasinya yang bersifat satu arah haruslah diimbangi dengan

pencarian bentuk umpan balik yang lain

3. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna


(55)

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian PRE TEST

Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Kelompok Eksperimen II

Intervensi Penyuluhan dengan Media Elektronik (Video) Kelompok

Eksperimen I

Intervensi Penyuluhan dengan Media Cetak (leaflet)

Kelompok Kontrol

POST TEST

Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi


(56)

2.7 Hipotesis Penelitian

5. Adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah

6. Adanya perbedaan rerata selisih skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah

7. Adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan media leaflet di SMA N 1 Bagan Sinembah

8. Adanya perbedaan rerata selisih skor sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan dengan dengan media elektronik (video) di SMA N 1 Bagan Sinembah


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah true eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control group design. Dalam design ini terdapat tiga kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan yaitu penyuluhan dengan media leaflet (X1), kelompok kedua diberi perlakuan berupa penyuluhan dengan media video (X2) dan kelompok ketiga tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).

Model jenis penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 skema rancangan penelitian

Keterangan:

a. O1 adalah hasil pre-test skor pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum mendapat penyuluhan dengan media cetak (leaflet)

b. X1 adalah perlakuan yang diberikan, yaitu penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dengan media cetak (leaflet)

PRE TEST R O1 R O3 R O5

X1

POST TEST

X2 O4

O2


(58)

c. O2 adalah hasil post-test skor pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi setelah diberi perlakuan penyuluhan dengan media cetak (leaflet) d. O3 adalah hasil pre-test skor pengetahuan dan sikap tentang kesehatan

reproduksi sebelum mendapat perlakuan penyuluhan dengan media elektronik (video)

e. X2 adalah perlakuan yang diberikan yaitu penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dengan media elektronik (video)

f. O4 adalah hasil post-test skor pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi setelah diberi perlakuan penyuluhan dengan media elektronik (video)

g. O5 adalah pre-test skor pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol)

h. O6 adalah hasil post test skor pengetahuan dan sikap siswa tentang kesehatan reproduksi pada kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol) i. R adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara random 3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Bagan Sinembah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir , Provinsi Riau.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan dari bulan November 2013 sampai bulan September 2014


(59)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

. yang berjumlah 321 orang 3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas I dan kelas II pada SMA N 1 Bagan Sinembah dengan kriteria bersedia mengikuti eksperimen sampai selesai.

Jumlah siswa yang akan menjadi sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut: (Lemeshow,1997)

n = 2σ2

(Z1-α + Z1-β)2 (µ1 - µ2)2

Keterangan :

n = besar sampel minimal (per kelompok)

σ2 = Varians gabungan

µ1 = Rata-rata pada kelompok satu penelitian terdahulu µ2 = Rata-rata pada kelompok dua penelitian terdahulu

1- 2 = Perbedaan yang diharapkan

Z1-α = nilai tabel Z pada α 5% (satu sisi) = 1,645 Z1-β = power sebesar 80%, Z1-β = 0,842

Pada penelitian ini, nilai µ1 - µ2 yang digunakan adalah nilai dari hasil perbedaan dalam penelitian Feby, dkk., untuk kelompok satu yaitu kelompok perlakuan. Oleh karena kelompok perlakuan ada 2 kelompok maka nilai kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2 nilai µ1 sama yaitu 3,6. Dan


(60)

kelompok kedua yaitu kelompok kontrol nilai µ2 yaitu 2,1. Begitu juga pada nilai

σ2, karena nilai σ2

(umumnya) tidak diketahui , maka (umumnya) dapat diperkirakan dari varians gabungan (diambil dari penelitian terdahulu : Feby,

dkk.,2004) hasil σ2

= 2,79. Perhitungan :

n = 2σ2

(Z1-α + Z1-β)2 (µ1 - µ2)2

= 2 (2,79) (1,645 + 0,842)2 (3,6 – 2,1)2

= 14,8 ≈ 15

Dengan pertimbangan factor non respons 30 % , maka besar sampel pada penelitian ini menjadi 15 + 4,5 = 19,5 ≈ 20 orang pada masing-masing kelompok, karena ada 3 kelompok maka besar sampel seluruhnya adalah 60 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur yang berisi sejumlah pertanyaan yang diisi oleh responden. Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Di tahapan ini peneliti melakukan pengurusan perizinan kelokasi penelitian. Melakukan pengumpulan data awal yang diperoleh dari berbagai sumber data yang terpercaya seperti Guru bagian kesiswaan di SMA N 1 Bagan Sinembah.


(61)

2. Tahap pelaksanaan

Siswa yang terpilih sebagai sampel yang berjumlah 60 orang kemudian dibagi secara acak menjadi 3 kelompok sampel yaitu ; kelompok eksperimen I, kelompok eksperimen II dan kelompok kontrol.

Selanjutnya ketiga kelompok ditempatkan di kelas yang berbeda untuk dilakukan pre-test. Kemudian pada kelompok I (kelompok eksperimen I) diberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dengan bantuan media cetak (leaflet) yang disampaikan oleh penulis dalam waktu 2x45 menit. Pada kelompok II (kelompok eksperimen II) diberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dengan bantuan media elektronik (video) dan penyuluhan dilakukan dalam waktu 2x 45menit, sedangkan kelompok III (kelompok kontrol) tidak diberi perlakuan.

Setelah selesai dilakukan penyuluhan, selanjutnya pada ketiga kelompok langsung dilakukan post-test pada hari itu juga dengan pertimbangan menghindari terjadinya kerancuan hasil penelitian, dimana perubahan pengetahuan dan sikap responden bukan hanya disebabkan oleh perlakuan yang diberikan tetapi juga oleh faktor – faktor lain yang mungkin terjadi selama tenggang waktu antara pelaksanaan penyuluhan dan post-test yang dilakukan.


(62)

Secara ringkas penjabaran dari kerangka konsep penelitian dapat digambarkan melalui alur sebagai berikut :

3.5Definisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan tentang kesehatan reproduksi

2. Sikap adalah respon ataupun tanggapan responden terhadap pernyataan yang ada dalam kuesioner tentang kesehatan reproduksi

Gambar 3.2 Alur Penelitian PRE TEST

Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Kelompok Eksperimen I

POST TEST

Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi

Intervensi Penyuluhan dengan

Media Leaflet

Intervensi Penyuluhan dengan

Media Video Kelompok Eksperimen II Kelompok


(63)

3. Media cetak (leaflet) adalah penyuluhan kesehatan dengan cara menyampaikan materi tentang kesehatan reproduksi dibantu dengan alat peraga media cetak (leaflet)

4. Media elektronik (video) adalah penyuluhan dengan cara menyampaikan materi tentang kesehatan reproduksi dibantu dengan alat peraga media elektronik (video)

5. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat organ, fungsi dan proses reproduksi dimana ruang lingkupnya adalah tentang organ reproduksi, ciri perkembangan remaja, perubahan pada masa remaja, dan permasalahan kesehatan reproduksi remaja(Kehamilan tidak diinginkan, Aborsi, Penyakit Menular Seksual termasuk HIV AIDS).

6. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai dilakukannya penelitian dihitung dalam tahun

7. Jenis kelamin adalah laki – laki dan perempuan

3.7AspekPengukuran

Aspek pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengetahuan

Pengetahuan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan berjumlah 10 soal multiple choise. Setiap jawaban responden yang benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Suprapto, 2001). Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi.


(64)

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut :

(Arikunto, 2006) :

1. Pengetahuan Baik, jika skor jawaban responden yang dicapai76% - 100% dari total skor, yaitu jika jumlah nilai 8 - 10

2. Pengetahuan Sedang, jika skor jawaban responden yang dicapai 56% - 75% dari total skor, yaitu jika jumlah nilai nilai 6 - 7

3. Pengetahuan kurang, jika skor jawaban responden yang dicapai ≤ 55% dari total skor, yaitu jika jumlah nilai ≤ 5

2. Sikap

Cara pengukuran sikap ini dipilih menggunakan skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Skala likert menggunakan nilai untuk masing – masing pertanyaan, bergerak antara 1 sampai 4, nilai terendah 1 dan nilai tertinggi adalah 4. Bila pernyataan bersifat positif maka skor yang diberikan jika jawaban Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1). Sedangkan apabila pernyataan bersifat negatif maka skor yang diberikan jika jawaban Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Setuju (3), dan Sangat Tidak Setuju (4). Dengan demikian maka skor tertinggi dari 13 pernyataan adalah 52 dan skor terendah yaitu 13.

Berdasarkan indikator 13 pertanyaan Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan.


(65)

Diperoleh responden dapat dikategorikan sebagai berikut (Hidayat, 2010) - Baik, jika skor jawaban repsonden > 75% dari total skor yaitu jika jumlah

nilai 40

- Sedang, jika skor jawaban responden 51% - 75% dari total skor yaitu jika jumlah nilai 27 - 39

- Kurang baik, jika responden memperoleh skor < 51% dari total skor yaitu jika jumlah nilai < 27

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat keluhan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual. 3. Entry (memasukkan data)

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program


(1)

Post-test Sikap 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Setuju 19 95.0 95.0 95.0

Tidak Setuju 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Post-test Sikap 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Kurang Setuju 16 80.0 80.0 85.0

Tidak Setuju 2 10.0 10.0 95.0

33 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Post-test Sikap 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Post-test Sikap 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Setuju 5 25.0 25.0 25.0

Setuju 3 15.0 15.0 40.0

Kurang Setuju 10 50.0 50.0 90.0

Tidak Setuju 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Post-test Sikap 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Setuju 18 90.0 90.0 90.0

Tidak Setuju 2 10.0 10.0 100.0


(2)

Post-test Sikap 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 15 75.0 75.0 75.0

Sangat Setuju 5 25.0 25.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Post-test Sikap 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Setuju 1 5.0 5.0 5.0

Setuju 1 5.0 5.0 10.0

Kurang Setuju 16 80.0 80.0 90.0

Tidak Setuju 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Post-test Sikap 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 17 85.0 85.0 85.0

Sangat Setuju 3 15.0 15.0 100.0


(3)

Kategori pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah promosi kesehatan

tanpa menggunakan media (kelompok kontrol)

Kategori Total Pengetahuan pre-test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sedang 5 25.0 25.0 25.0

Kurang 15 75.0 75.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Kategori Total Sikap pre-test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 2 10.0 10.0 10.0

Sedang 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Kategori Total Pengetahuan post-test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 6 30.0 30.0 30.0

Sedang 13 65.0 65.0 95.0

Kurang 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Kategori Total Sikap post-test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 7 35.0 35.0 35.0

Sedang 13 65.0 65.0 100.0


(4)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre test pengetahuan Leaflet .184 20 .074 .881 20 .018

Post test pengetahuan Leaflet

.331 20 .000 .765 20 .000

Pre test pengetahuan Video .189 20 .059 .947 20 .323

Post test pengetahuan video .348 20 .000 .722 20 .000

Pre test pengetahuan Kontrol .222 20 .011 .858 20 .007

Post test pengetahuan Kontrol

.183 20 .077 .915 20 .080

Pre test Sikap Leaflet .168 20 .140 .958 20 .514

Post test sikap leaflet .169 20 .137 .958 20 .498

Pre test sikap Video .121 20 .200* .952 20 .401

Post test sikap Video .203 20 .029 .903 20 .046

Pre test sikap kontrol .189 20 .061 .955 20 .445

Post test sikap kontrol .375 20 .000 .417 20 .000

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 Pre test Sikap Leaflet - Post test sikap leaflet

-7.550 3.103 .694 -9.002 -6.098 -10.881 19 .000

Pair 2 Pre test sikap kontrol - Post test sikap kontrol

-3.800 6.693 1.497 -6.933 -.667 -2.539 19 .020

Test Statisticsb

Post test pengetahuan Leaflet - Pre test

pengetahuan Leaflet

Post test pengetahuan video - Pre test

pengetahuan Video

Post test pengetahuan Kontrol - Pre test

pengetahuan Kontrol

Post test sikap kontrol - Pre test

sikap kontrol

Z -3.641a -3.943a -3.960a -3.215a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(5)

One Way

Descriptives

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimu m

Maximu m Lower Bound Upper Bound

selisih pengetahuan

leaflet 20 2.60 1.635 .366 1.83 3.37 0 5

video 20 4.05 1.605 .359 3.30 4.80 1 6

kontrol 20 2.40 1.231 .275 1.82 2.98 1 5

Total 60 3.02 1.652 .213 2.59 3.44 0 6

selisih sikap leaflet 20 7.55 3.103 .694 6.10 9.00 3 13

video 20 5.55 3.300 .738 4.01 7.09 0 11

kontrol 20 3.80 6.693 1.497 .67 6.93 -2 30

Total 60 5.63 4.840 .625 4.38 6.88 -2 30

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

selisih pengetahuan 1.135 2 57 .328

selisih sikap .674 2 57 .514

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

selisih pengetahuan Between Groups 32.433 2 16.217 7.191 .002

Within Groups 128.550 57 2.255

Total 160.983 59

selisih sikap Between Groups 140.833 2 70.417 3.234 .047

Within Groups 1241.100 57 21.774


(6)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

LSD

Dependent Variable (I)

kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

selisih pengetahuan leaflet video -1.450* .475 .003 -2.40 -.50

kontrol .200 .475 .675 -.75 1.15

video leaflet 1.450* .475 .003 .50 2.40

kontrol 1.650* .475 .001 .70 2.60

kontrol leaflet -.200 .475 .675 -1.15 .75

video -1.650* .475 .001 -2.60 -.70

selisih sikap leaflet video 2.000 1.476 .181 -.95 4.95

kontrol 3.750* 1.476 .014 .80 6.70

video leaflet -2.000 1.476 .181 -4.95 .95

kontrol 1.750 1.476 .241 -1.20 4.70

kontrol leaflet -3.750* 1.476 .014 -6.70 -.80

video -1.750 1.476 .241 -4.70 1.20


Dokumen yang terkait

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 16

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK VIDEO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Melalui Media Elektronik Video Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 9 Surakar

0 1 12

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK VIDEO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Melalui Media Elektronik Video Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMP Negeri 9 Surakar

0 2 13

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolal

0 1 18

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA Efektivitas Penggunaan Media Video Dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Napza Di Smp Negeri 3 Mojosongo Boyolal

0 1 16

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI MEDIA CETAK (LEAFLET) DAN MEDIA ELEKTRONIK (VIDEO) DI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH

0 0 55

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

0 2 33

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI MELALUI MEDIA CETAK (LEAFLET) DAN MEDIA ELEKTRONIK (VIDEO) DI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 15

EFEKTIVITAS KURIKULUM KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA N 1 LENDAH DAN SMA N 1 GALUR KULON PROGO

0 0 14

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA FLIP CHART DAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIVAIDS DI SMA NEGERI 10 GOWA

1 5 147