Efek Ekstrak Etanol Herma Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) terhadap Kadar Glukosa Darah Normal pada Manusia.
iv
ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata Nees.)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH NORMAL
PADA MANUSIA
Tommy Wibowo, 2013, Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II : Dra. Rosnaeni,Apt
Diabetes mellitus (DM) tipe 2 atau disebut Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa darah (KGD). Terapi DM dapat dilakukan dengan menggunakan obat konvensional atau terapi komplementer dengan obat tradisional, salah satunya dengan herba sambiloto.
Tujuan penelitian untuk menilai efek ekstrak herba sambiloto terhadap KGD pada laki-laki dewasa.
Desain penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan rancangan pre-test dan post-test, dilakukan terhadap 30 subjek penelitian laki-laki dewasa.
Data yang diukur adalah KGD (mg/dL) dari pembuluh darah perifer jari telunjuk sebelum dan sesudah perlakuan dengan ekstrak herba sambiloto, menggunakan alat glukometer. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan, α = 0.05 menggunakan perangkat lunak komputer.
Hasil penelitian adalah rerata KGD (mg/dL) puasa hari pertama & kedua = 91.67 & 91.70, rerata KGD 1 Jam post prandial (1 Jam PP) hari pertama & kedua = 130.93 & 115.70, rerata selisih KGD hari pertama & kedua = 39.27 & 24.00 dengan selisih perbedaan sangat signifikan (p<0.01).
Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak herba sambiloto menurunkan KGD pada 30 orang laki-laki dewasa.
(2)
v
ABSTRACT
THE EFFECTS OF HERBA SAMBILOTO
(Andrographis Paniculata Nees.) ETHANOL EXTRACT
ON BLOOD GLUCOSE LEVEL IN HUMAN
Tommy Wibowo , 2013, 1st Tutor : dr . Fenny ,Sp.PK. , Kes . 2nd Tutor : Dra . Rosnaeni , Apt
Diabetes mellitus ( DM ) type 2 or the so-called Non- Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) is a metabolic disease that characterized by high blood glucose levels ( BGL ) . DM therapy can be performed by using conventional medication or complementary therapy with herbal medicine, one of them is herba sambiloto.
The purpose of the study is to evaluate the effects of herba sambiloto extract on the BGL in adult male.
This research was resulted from real experiment, by applying Completely Randomized Design ( CRD ) , together with the design of pre - test and post - test , to 30 research subjects which are adult males.
The measured data is BGL ( mg / dL ) of peripheral vascular of index finger before and after treatment with the herba sambiloto extract by using glukometer . Analysis of the data uses paired " t " test, α = 0.05 level using computer software. The results of the study are the average BGL (mg / dL ) in the first and second fasting day = 91.67 and 91.70, the average BGL on the first 1 hour post prandial ( 1 Hour PP ) in the first & second day = 130.93 and 115.70 , the average difference of BGL in the first and second day = 39.27 & 24.00 which shows a highly significant in the margin of difference ( p < 0:01 ) .
The conclusion of this study is the herba sambiloto extract lowers BGL of the 30 adult males.
(3)
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
1.5.2 Hipotesis ... 5
1.6 Metodologi Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pankreas ... 6
2.1.1 Anatomi Pankreas ... 6
2.1.2 Histologi Pankreas ... 8
2.1.3 Fisiologi Pankreas ... 9
2.2 Insulin ... 10
(4)
ix
2.2.2 Mekanisme Sekresi Insulin ... 10
2.2.3 Aktivasi Reseptor Sel Sasaran oleh Insulin ... 11
2.3 Glukosa ... 12
2.3.1 Metabolisme Glukosa (Glikolisis) ... 13
2.4 Diabetes Mellitus ... 14
2.4.1 Definisi ... 14
2.4.2 Klasifikasi ... 15
2.4.3 Epidemiologi ... 15
2.5 Obat Hiperglikemik Oral ... 16
2.6 Obat Tradisional (Jamu) ... 16
2.7 Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F) Ness) ... 17
2.7.1 Botani ... 18
2.7.2 Khasiat Sambiloto ... 19
2.7.3 Keamanan Sambiloto ... 19
2.7.4 Kandungan Kimia Herba Sambiloto (Andrographidis herba) ... 20
2.7.5 Farmakokinetik ... 20
2.7.6 Farmakodinamik ... 20
2.7.7 Efek samping ... 21
2.8 Hubungan Sambiloto dengan Kadar Glukosa Darah ... 21
BAB III BAHAN / SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 23
3.2 Subjek Penelitian ... 23
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
3.4 Metode penelitian ... 24
3.4.1 Desain Penelitian ... 24
3.4.2 Variabel Penelitian ... 24
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 24
3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 24
3.4.3 Penentuan Besar Sampel ... 25
(5)
x
3.5.1 Persiapan Subjek Penelitian ... 26
3.5.2 Prosedur Penelitian ... 26
3.6 Metode Analisis ... 27
3.7 Aspek Etik Penelitian ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 29
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 33
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN ... 36
(6)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah Puasa dan 1 Jam Post Prandial
Pada Hari Pertama dan Hasil Uji t Berpasangan ... 29 Tabel 4.2 Rerata Selisih Kadar Glukosa Darah sebelum dan
(7)
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ... 8 Gambar 2.2 Histologi Pankreas Pewarnaan HE ... 9 Gambar 2.3 Mekanisme Dasar Perangsangan Glukosa terhadap
Sekresi Insulin oleh Sel Pankreas ... 11 Gambar 2.4 Skema Reseptor Insulin ... 12 Gambar 2.5 Urutan Reaksi Kimia Yang Bertanggung Jawab Pada
Glikolisis Gambar 2.6 Perubahan Molekul Asam Piruvat
Menjadi Molekul Asetil Koenzim A ... 13 Gambar 2.6 Perubahan Molekul Asam Piruvat Menjadi Molekul Asetil
Koenzim A ... 14 Gambar 2.7 Andrographis paniculata (Burm. F) Ness ... 18 Gambar 2.8 Bagan Hubungan Ekstrak Herba Sambiloto dengan
Kadar Glukosa Darah Normal ... 22 Gambar 4.1 Grafik Kadar Glukosa Darah Puasa dan 1 Jam PP Hari Pertama
dan Hari Kedua ... 31 Gambar 4.2 Grafik Presentasi Selisih Kadar Glukosa Darah
(8)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam
Penelitian (Informed Consent) ... 36 Lampiran 2 Data Hasil Pengolahan SPSS
Kadar Glukosa Darah Puasa Hari Pertama dan
Hari Kedua ... 37 Lampiran 3 Data Hasil Pengolahan SPSS
Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa Darah 1 Jam Post Prandial Hari Pertama ... 38 Lampiran 4 Data Hasil Pengolahan SPSS
Selisih Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa
Darah 1 Jam Post Prandial Hari Pertama dan Hari Kedua ... 39 Lampiran 5 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian………...40
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangDiabetes mellitus tipe 2 atau yang disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah (hiperglikemi) sebagai akibat dari resistensi terhadap insulin atau defisiensi insulin maupun kedua-duanya (Kumar, Fausto, Abbas, Cotran, & Robbins, 2005). Keadaan hiperglikemi pada penderita diabetes mellitus (DM) jika kadar glukosa darah setelah puasa selama 8 – 10 jam adalah ≥ 126 mg/dl atau ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah minum 75 gram glukosa khusus. Keadaan hiperglikemi pada penderita DM, dapat menyebabkan berbagai macam gejala, antara lain sering buang air kecil (poliuri), sering merasa haus (polidipsi), nafsu makan meningkat (polifagi), berat badan turun, infeksi menjadi sulit sembuh, dan koma hiperglikemik (KS Kariadi, 2009). Hal ini menyebabkan kualitas hidup penderita DM menurun. Penderita DM prevalensinya makin meningkat dengan bertambahnya usia, berat badan, dan pola hidup yang tidak sehat.
Penderita DM di Indonesia, menurut WHO diprediksi terjadi peningkatan jumlah penderita dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2011). Mengingat angka kejadian yang cukup tinggi dan terus meningkat, dibutuhkan pencegahan dan pengelolaan yang baik untuk mengurangi insidensi DM.
Insidensi DM dapat dikurangi dengan merubah pola hidup (healthy lifestyle), antara lain dengan pola makan yang sehat dan melakukan olahraga teratur. Apabila tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan secara konvensional menggunakan obat-obat penurun kadar glukosa darah yang diberikan secara oral atau disebut obat-obat hiperglikemik oral (OHO) sebagai pilihan terakhir (Harrison's, 2005).
(10)
2
Obat hiperglikemik oral (OHO) cenderung memiliki efek samping yang tidak diinginkan dan harganya relatif mahal, sehingga memberatkan bagi penderita DM yang pengobatannya berlangsung seumur hidup. Hal ini mendorong masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) dan mulai memilih menggunakan obat-obat penurun kadar glukosa darah yang berasal dari bahan alami, contohnya adalah Sambiloto (Andrographis paniculata), Brotowali (Tinospora crispa L.), Pare (Momordica charantia L.), Salam (Eugenia operculata Roxb.), dan Mengkudu (Morinda citrifolia L.). penggunaan bahan alami ini selain bahannya mudah didapat, harga relatif murah, juga efek samping yang ditimbulkan oleh bahan alami relatif kecil. Keunggulan lainnya adalah selain khasiat tanaman obat dalam menurunkan kadar glukosa darah hampir sama dengan obat konvensional juga beberapa tanaman memiliki mekanisme aksi lebih dari satu (Mun'im & Hanani, 2011).
Sambiloto termasuk salah satu obat tradisional yang sudah diproduksi oleh industri obat tradisional (IOT) yang dikemas dalam bentuk sediaan modern yaitu kapsul, dan kandungannya berupa ekstrak herba sambiloto. Sambiloto memiliki khasiat yang bervariasi seperti untuk obat kencing manis, penurun panas, peluruh kencing, dan anti radang (Mun'im & Hanani, 2011). Rasa dari sambiloto ini sangat pahit, sehingga dikenal sebagai “raja pahit” (king of bitters).
Peneliti tertarik menguji efek sambiloto terhadap kadar glukosa darah pada manusia, karena penelitian efek sambioto terhadap kadar glukosa darah pada manusia belum pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian uji toksisitas akut LD 50 pada mencit adalah sebesar 19,473 g/kgBB. Setelah dikonversi pada manusia 70 kg, didapat LD 50 adalah sebesar 5.606,3 g/kgBB. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak uji aman untuk diberikan pada manusia (practically non-toxic) (RI, 2007). Selain itu, herba sambiloto merupakan salah satu dari sembilan tanaman unggulan yang ditetapkan oleh badan POM RI, untuk dilakukan penelitian secara komprehensif (Widyawati, 2007).
(11)
3
Penelitian yang dilakukan menggunakan bahan uji sediaan ekstrak herba sambiloto yang dikemas dalam bentuk kapsul . Pertimbangan menggunakan bahan uji sediaan ekstrak, karena dengan proses ekstraksi, bahan aktif yang terkandung dalam herba sambiloto akan lebih banyak tersari, dan juga sediaan ekstrak merupakan salah satu prasyarat untuk meningkatkan herba sambiloto dari jamu menjadi herba terstandar. Bentuk sediaan kapsul dimaksudkan untuk menutupi rasa pahit dari sambiloto.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada manusia.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengembangkan obat tradisional, khususnya untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek ekstrak herba sambiloto terhadap kadar glukosa darah pada laki-laki dewasa.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan pengetahuan terutama pada bidang farmakologi, khususnya mengenai penggunaan tanaman obat yang berefek menurunkan kadar glukosa darah dan ilmu penyakit dalam, khususnya mengenai diabetes mellitus.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengobatan komplementer untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan menggunakan sambiloto.
(12)
4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai hiperglikemik, yaitu peningkatan kadar glukosa darah. Keadaan hiperglikemik dalam tubuh ini menyebabkan peningkatan radikal bebas di dalam tubuh, terutama pankreas. Hal ini mengakibatkan jumlah antioksidan endogen tidak cukup untuk melawan radikal bebas yang ada sehingga dibutuhkan antioksidan eksogen, yang dapat berasal dari sambiloto. Pada keadaan normal, tubuh manusia menghasilkan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans pankreas untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (WHO, 2008). Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2 terjadi kerusakan pada sel-sel beta pulau langerhans pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin (Poltak Tobing, 2008).
Sambiloto mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid dan diterpenoid laktone (Chang, 1998; Mills, 2000). Diterpenoid laktone, senyawa yang telah teridentifikasi adalah andrografolid. Flavonoid yang sudah terdeteksi dalam sambiloto adalah turunan senyawa flavan dan flavon (Achmad, Hakim, Makmur, Syah, Juliawaty, & Mujahidin, 2009). Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang akan berikatan dengan radikal bebas reaktif dan membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif lebih stabil sehingga dapat menghambat proses oksidasi (Dinna Sofia, 2008). Flavonoid dapat meningkatkan sekresi insulin dari sel-sel beta pulau langerhans pankreas dan melindungi sel-sel beta pulau langerhans pankreas tersebut dari radikal bebas, sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan menurunkan kadar glukosa darah (Mills, 2008). Adrografolid menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan protein pembawa glukosa dalam jaringan (GLUT-4). Andrografolid juga menghambat enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase (enzim yang berperan dalam absorpsi glukosa dalam saluran pencernaan) sehingga absorpsi glukosa dalam saluran pencernaan berkurang. Dengan demikian sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa darah (UGM).
(13)
5
1.5.2 Hipotesis
Sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada manusia.
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian ini adalah eksperimental sungguhan, dengan rancangan pretest dan postest. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah (g/dl) dari pembuluh darah perifer jari telunjuk, menggunakan alat glukometer sebelum dan sesudah diinduksi dengan nasi putih dan diberi perlakuan ekstrak herba sambiloto. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0.05. Kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05. Data diolah menggunakan perangkat lunak komputer.
(14)
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SimpulanEkstrak herba sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada laki-laki dewasa.
5.2 Saran
Keterbatasan dalam penelitian Efek Ekstrak Etanol Herba Sambiloto Terhadap Kadar Glukosa Darah Normal Pada Manusia ini yaitu:
Waktu penelitian hanya dilakukan 1 kali (pada menit ke-60)
Hanya digunakan 1 konsentrasi ekstrak etanol herba sambiloto (550 mg)
Penelitian Efek Ekstrak Etanol Herba Sambiloto Terhadap Kadar Glukosa Darah Normal Pada Manusia perlu dilanjutkan dengan:
Waktu penelitian yang lebih lama dari 60 menit.
Penelitian juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak etanol herba sambiloto.
Dibandingkan/dikombinasikan dengan obat hiperglikemi oral (OHO). Bagi para penderita diabetes mellitus herba sambiloto dapat digunakan sebagai pengobatan adjuvan.
(15)
34
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sjamsul Arifin, Euis Holisotan Hakim, Lukman Makmur, Yana Maolana Syah, Lia Dewi Juliawaty, and Didin Mujahidin. Tumbuh-Tumbuhan Obat
Indonesia. Bandung: Penerbit ITB, 2009.
Bender, David A, et al. Biokimia Harper. EGC, 2009: 119.
Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya, 1999.
Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore. EGC, 2010: 336.
Fauci, Anthony S, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. New York: Mc Graw Hill Medical, 2008: 2275.
Goldman, Lee, and Dennis Ausiello. Cecil Medicine 23rd Edition. Philadelphia: Saunders Elsivier, 2007.
Guyton, Arthur C, and John E Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, 2007: 1012-1019.
Hutapea, J.R. Inventaris Tanaman Obat Indonesia I Jilid 1. Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. "Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003."
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN TRADISIONAL. 2003. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/03/KMK- No.-1076-Th-2003-ttg-Penyelenggaraan-Pengobatan-Tradisional.pdf (accessed January 20, 2013).
KS Kariadi, Sri Hartini. Diabetes? Siapa Takut!! Bandung: Qanita, 2009.
Kumar, Vinay, Nelson Fausto, Abul K. Abbas, Ramzi S. Cotran, and Stanley L. Robbins. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease (7th ed.). Philadelphia: Saunders, 2005: 1131-1137.
Moore, Keith L, Arthur F Dalley, and Anne M R Agur. Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia: Wolters Kluwer Health, 2006.
(16)
35
Mun'im, Abdul, and Endang Hanani. Fitoterapi Dasar. Jakarta: DIAN RAKYAT, 2011: 175.
PERKENI. "Revisi final diabetes mellitus tipe 2 Indonesia." 2011.
RI, BPOM. "Sediaan Antikanker." Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima, 2007: 115-116.
Ross, Michael H, Gordon I Kaye, and Wojciech Pawlina. Histology a Text and Atlas. North American: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
Sudoyo, Aru W, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, and Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, 2009.
UGM, Farmasi. http://farmasi.ugm.ac.id/mipto/review-penelitian-157-daun-
sambiloto--andal-menghadapi-kencing-manis.html (accessed November 12, 2013). Widyawati, Tri. "Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ." Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . September 2007.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18735/1/mkn-sep2007 40%20(10).pdf.
Jonathan, M. (2007). Pengaruh Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographidis herba) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Balb/c yang Diinduksi Aloksan.
Kastilani, S. (2009). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis folium) Terhadap Kadar lukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan Dan Perbandingannya Dengan Jamu D.
Putri, F. K. (2009). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm. f) Nees.) Terhadap Jumlah Sel Beta Pankreas dan Perbandingannya Dengan Jamu D Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Aloksan.
(1)
3
Penelitian yang dilakukan menggunakan bahan uji sediaan ekstrak herba sambiloto yang dikemas dalam bentuk kapsul . Pertimbangan menggunakan bahan uji sediaan ekstrak, karena dengan proses ekstraksi, bahan aktif yang terkandung dalam herba sambiloto akan lebih banyak tersari, dan juga sediaan ekstrak merupakan salah satu prasyarat untuk meningkatkan herba sambiloto dari jamu menjadi herba terstandar. Bentuk sediaan kapsul dimaksudkan untuk menutupi rasa pahit dari sambiloto.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada manusia.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengembangkan obat tradisional, khususnya untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek ekstrak herba sambiloto terhadap kadar glukosa darah pada laki-laki dewasa.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis
Menambah wawasan pengetahuan terutama pada bidang farmakologi, khususnya mengenai penggunaan tanaman obat yang berefek menurunkan kadar glukosa darah dan ilmu penyakit dalam, khususnya mengenai diabetes mellitus.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengobatan komplementer untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan menggunakan sambiloto.
(2)
4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Diabetes mellitus tipe 2 ditandai hiperglikemik, yaitu peningkatan kadar glukosa darah. Keadaan hiperglikemik dalam tubuh ini menyebabkan peningkatan radikal bebas di dalam tubuh, terutama pankreas. Hal ini mengakibatkan jumlah antioksidan endogen tidak cukup untuk melawan radikal bebas yang ada sehingga dibutuhkan antioksidan eksogen, yang dapat berasal dari sambiloto. Pada keadaan normal, tubuh manusia menghasilkan insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans pankreas untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (WHO, 2008). Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2 terjadi kerusakan pada sel-sel beta pulau langerhans pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin (Poltak Tobing, 2008).
Sambiloto mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid dan diterpenoid laktone (Chang, 1998; Mills, 2000). Diterpenoid laktone, senyawa yang telah teridentifikasi adalah andrografolid. Flavonoid yang sudah terdeteksi dalam sambiloto adalah turunan senyawa flavan dan flavon (Achmad, Hakim, Makmur, Syah, Juliawaty, & Mujahidin, 2009). Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang akan berikatan dengan radikal bebas reaktif dan membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif lebih stabil sehingga dapat menghambat proses oksidasi (Dinna Sofia, 2008). Flavonoid dapat meningkatkan sekresi insulin dari sel-sel beta pulau langerhans pankreas dan melindungi sel-sel beta pulau langerhans pankreas tersebut dari radikal bebas, sehingga dapat menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan menurunkan kadar glukosa darah (Mills, 2008). Adrografolid menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan protein pembawa glukosa dalam jaringan (GLUT-4). Andrografolid juga menghambat enzim alfa-amilase dan alfa-glukosidase (enzim yang berperan dalam absorpsi glukosa dalam saluran pencernaan) sehingga absorpsi glukosa dalam saluran pencernaan berkurang. Dengan demikian sambiloto dapat menurunkan kadar glukosa darah (UGM).
(3)
5
1.5.2 Hipotesis
Sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada manusia.
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian ini adalah eksperimental sungguhan, dengan rancangan pretest dan postest. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah (g/dl) dari pembuluh darah perifer jari telunjuk, menggunakan alat glukometer sebelum dan sesudah diinduksi dengan nasi putih dan diberi perlakuan ekstrak herba sambiloto. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0.05. Kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05. Data diolah menggunakan perangkat lunak komputer.
(4)
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SimpulanEkstrak herba sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada laki-laki dewasa.
5.2 Saran
Keterbatasan dalam penelitian Efek Ekstrak Etanol Herba Sambiloto Terhadap Kadar Glukosa Darah Normal Pada Manusia ini yaitu:
Waktu penelitian hanya dilakukan 1 kali (pada menit ke-60)
Hanya digunakan 1 konsentrasi ekstrak etanol herba sambiloto (550 mg)
Penelitian Efek Ekstrak Etanol Herba Sambiloto Terhadap Kadar Glukosa Darah Normal Pada Manusia perlu dilanjutkan dengan:
Waktu penelitian yang lebih lama dari 60 menit.
Penelitian juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak etanol herba sambiloto.
Dibandingkan/dikombinasikan dengan obat hiperglikemi oral (OHO). Bagi para penderita diabetes mellitus herba sambiloto dapat digunakan sebagai pengobatan adjuvan.
(5)
34
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sjamsul Arifin, Euis Holisotan Hakim, Lukman Makmur, Yana Maolana Syah, Lia Dewi Juliawaty, and Didin Mujahidin. Tumbuh-Tumbuhan Obat
Indonesia. Bandung: Penerbit ITB, 2009.
Bender, David A, et al. Biokimia Harper. EGC, 2009: 119.
Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. Jilid 1. Jakarta: Trubus Agriwidya, 1999.
Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore. EGC, 2010: 336.
Fauci, Anthony S, et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. New York: Mc Graw Hill Medical, 2008: 2275.
Goldman, Lee, and Dennis Ausiello. Cecil Medicine 23rd Edition. Philadelphia: Saunders Elsivier, 2007.
Guyton, Arthur C, and John E Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, 2007: 1012-1019.
Hutapea, J.R. Inventaris Tanaman Obat Indonesia I Jilid 1. Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. "Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003."
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN TRADISIONAL. 2003. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/03/KMK- No.-1076-Th-2003-ttg-Penyelenggaraan-Pengobatan-Tradisional.pdf (accessed January 20, 2013).
KS Kariadi, Sri Hartini. Diabetes? Siapa Takut!! Bandung: Qanita, 2009.
Kumar, Vinay, Nelson Fausto, Abul K. Abbas, Ramzi S. Cotran, and Stanley L. Robbins. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease (7th ed.). Philadelphia: Saunders, 2005: 1131-1137.
Moore, Keith L, Arthur F Dalley, and Anne M R Agur. Clinically Oriented Anatomy. Philadelphia: Wolters Kluwer Health, 2006.
(6)
35
Mun'im, Abdul, and Endang Hanani. Fitoterapi Dasar. Jakarta: DIAN RAKYAT, 2011: 175.
PERKENI. "Revisi final diabetes mellitus tipe 2 Indonesia." 2011.
RI, BPOM. "Sediaan Antikanker." Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima, 2007: 115-116.
Ross, Michael H, Gordon I Kaye, and Wojciech Pawlina. Histology a Text and Atlas. North American: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.
Sudoyo, Aru W, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, and Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, 2009.
UGM, Farmasi. http://farmasi.ugm.ac.id/mipto/review-penelitian-157-daun-
sambiloto--andal-menghadapi-kencing-manis.html (accessed November 12, 2013). Widyawati, Tri. "Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ." Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . September 2007.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18735/1/mkn-sep2007 40%20(10).pdf.
Jonathan, M. (2007). Pengaruh Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographidis herba) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Balb/c yang Diinduksi Aloksan.
Kastilani, S. (2009). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis folium) Terhadap Kadar lukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan Dan Perbandingannya Dengan Jamu D.
Putri, F. K. (2009). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm. f) Nees.) Terhadap Jumlah Sel Beta Pankreas dan Perbandingannya Dengan Jamu D Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi Aloksan.