Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas Pada Pengemudi Angkutan Kota di Kota Cimahi.

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi ketiga determinan Intention dan besarnya kontribusi setiap determinan Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh pengemudi angkutan kota di kota Cimahi. Terdapat empat variable yang diteliti, yaitu Intention, attitude toward behavior, subjective norms dan perceived behavioral control. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kontribusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dan ukuran sampel sejumlah 64 pengemudi angkutan kota di kota Cimahi.

Adapun teori yang digunakan adalah teori Planned Behavior dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Intention dan Determinan-Determinannya yang disusun oleh Icek Ajzen (2005) dan telah diadaptasi oleh peneliti.

Hasil penelitian diolah dengan teknit analisis regresi. Hasil ini memperlihatkan bahwa determinan attitude toward behavior mempengaruhi Intention melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas sebesar 24,1% (rs=0,241). Determinan subjective norm mempengaruhi Intention melakukan pelanggaran peraturan lalu litnas sebesar 21,2% (rs=0,212). Determinan perceived behavioral control mempengaruhi Intention melakukan pelanggaran peraturan lalu litnas sebesar 17,4% (rs=0,174). Dan secara serempak, ketiga determinan Intention mempengaruhi Intention melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas sebesar 40,2% (rs=0,402).

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan saran bagi peneliti-peneliti lain yang berminat untuk melakukan peneliti-penelitian lanjutan agar dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai pengaruh actual control behavior dan intention terhadap behavior. Bagi penegak hukum dijalan (polisi), diharapkan dapat bertindak tegas pada pelanggar peraturan lalu lintas dan melakukannya dengan konsisten agar diharapkan juga pengemudi angkutan kota dengan sendirinya mengikuti setiap peraturan-peraturan dijalan, karena adanya penegakan hukum yang tegas dan konsisten dilakukan tersebut. Bagi dinas lalu lintas, sebagai pengatur trayek jalan angkutan kota, agar lebih selektif dalam memberikan ijin kepada pengusaha angkutan umum mengingat semakin besarnya volume kendaraan di jalan raya yang berkorelasi positif dengan tingginya tingkat pelanggaran di jalan raya.


(2)

iii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN………... i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……… 9

1.3 Maksud dan Tujuan ………. 9

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 10

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ……….. 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ……….. 10

1.5 Kerangka Pikir ……….. 11

1.6 Asumsi ……….. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Planned Behavior……… . 20

2.1.1 Pengertian Planeed Behavior ... 20


(3)

iv Universitas Kristen Maranatha

2.1.3 Attitude Toward Behavior ... 23

2.1.4 Subjective Norms ... 24

2.1.5 Perceived Behavioral Control ... 25

2.1.6 Pengaruh Determinan-Determinan Intention ….. 30

terhadap Intention 2.1.7 Hubungan Ketiga Determinan ………. 31

2.1.8 Background Factors ……….. 33

2.1.9 Behavior ………. 34

2.2 Lalulintas ……… 35

2.2.1 Komponen Lalu Lintas ………. 35

2.3 Angkutan Kota ………. 37

2.4 Peraturan Lalu Lintas di Indonesia ……….. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……… 41

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….. 42

3.2.1 Variabel Penelitian ……… 42

3.2.2 Definisi Operasional ………... 42

3.3 Alat Ukur ………. 43

3.3.1 Kuesioner Intention dan Determinan-Determi- nannya ... 43

3.3.2 Pembagian Item ……… 44

3.3.3 Prosedur Pengisian ……… 45


(4)

v Universitas Kristen Maranatha

3.3.5 Data Pribadi dan Data Penunjang ……… 46

3.3.6 Pengujian Alat Ukur ……… 47

3.3.6.1 Validitas Alat Ukur ……….. 47

3.3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur ……….. 48

3.4 Sampel Penelitian ……… 49

3.4.1 Populasi Sasaran Penelitian ……… 49

3.4.2 Karakteristik Populasi ………. 49

3.5 Teknik Sampling ……… 50

3.6 Teknik Analisis Data ………. 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ………. 52

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ………….. 52

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.1.3 Gambaran Lamanya Mengemudi angkutan kota 53 4.2 Gambaran Hasil Penelitian ……….. 53

4.2.1 Kontribusi Ketiga Determinan-Determinan Intention …..……….. 53

4.2.2 Kontribusi Determinan-determinan Intention terhadap Intention melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota di kota Cimahi……….. 54

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 65

5.2 Saran ………. 66

5.1 Saran untuk penelitian lanjutan ………. 67


(5)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN


(6)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Item alat ukur ……… 26

Tabel 3.2 Item alat ukur ……… 27

Table 3.3 Sistem Penilaian... 48

Table 4.1 Gambaran Usia ... 55

Table 4.2 Gambaran jenis kelamin ... 56

Table 4.3 Gambar lamanya mengemudi angkutan kota ... 56


(7)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir ……….. 20

Gambar 2.1 Skema teori Planned Behavior ... 22

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian ………. 23


(8)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur Lampiran 2. Data Penunjang

Lampiran 3. Pengolahan Data Penunjang Lampiran 4. Hasil data mentah primer Lampiran 5. Hasil skor data mentah

Lampiran 6. Kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention Lampiran 7. Kategori intention, attitude toward behaviour, subjective norms

dan perceived behavioral control

Lampiran 8. Crosstabulation determinan-determinan intention dengan data penunjang


(9)

(10)

Lampiran 1. Alat Ukur Intention

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yaitu Penyusunan Usulian Penelitian, maka saya bermaksud melakukan penelitian pada Pengemudi angkutan kota.

Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian saya. Sehubungan dengan keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini. Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitan yang saya buat. Hasil kuesioner ini akan dirahasiakan.

Atas kesediaannya dan kerjasama yang Saudara berikan saya ucapkan terima kasih.


(11)

DATA PRIBADI

Usia :

Jenis Kelamin : L/P

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan keadaan diri Saudara. Setiap pernyataan disini menggunakan rating dengan skala 7. Saudara diminta untuk melingkati salah satu angka yang menggambarkan diri Saudara secara tepat. Kemungkinan jawaban tersebut adalah sebagai berikut:

1 = sangat baik : jika saudara merasa kata di sebelah kiri tersebut sangat sesuai dengan diri Saudara

2 = cukup baik : jika saudara merasa kata disebelah kiri tersebut cukup sesuai dengan diri Saudara

3 = agak baik : jika Saudara merasa kata disebelah kiri tersebut agak/sedikit sesuai dengan diri Saudara.

4 = netral : jika Saudara merasa kata di sebelah kiri dan kanan tidak sesuai dengan diri Saudara.

5 = agak buruk : jika Saudara merasa kata disebelah kanan tersebut cukup sesuai dengan diri saudara.

6 = cukup buruk : jika Saudara merasa kata disebelah kanan tersebut cukup sesuai dengan diri Saudara.


(12)

7 = sangat buruk : jika Saudara merasa kata disebelah kanan tersebut sangat sesuai dengan diri saudara.

Contoh :

Cuaca di kota Bandung adalah

Baik : _1_:_2_:_3_:_4_:_5_:_6:_:_7_: Buruk

 Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung sangat baik, maka lingkatilah angka 1 seperti ini:

Cuaca di kota Bandung adalah

Baik 1 2 3 4 5 6 7 Buruk

 Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung tidak baik dan tidak buruk, maka lingkarilah angka 4 seperti ini :

Cuaca di kota Bandung adalah

Baik 1 2 3 4 5 6 7 Buruk

Dalam menentukan pilihan jawaban, pastikan Saudara mengisi semua nomor dan tidak melingkari lebih dari 1 pilihan jawaban.

Jawablah setiap pernyataan di bawah ini dengan cara melingkari angka yang menurut Saudara paling menggambarkan diri Saudara. Beberapa pernyataan


(13)

tampak mirip, tapi pernyataan-pernyataan tersebut ditujukan pada topik-topik yang berbeda. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama.


(14)

KUESIONER

1. Bagi saya melanggar peraturan lalu lintas ketika melintas dijalan raya merupakan hal yang

Mudah 1 2 3 4 5 6 7 Sulit

2. Keluarga saya berpikir bahwa saya

Harus 1 2 3 4 5 6 7 tidak

harus

melanggar peraturan lalu lintas.

3. Bagi saya melanggar peraturan lalu lintas ketika melintasi jalan raya merupakan hal yang

Baik 1 2 3 4 5 6 7 Buruk

4. Saya berencana untuk melanggar peraturan lalu lintas ketika mengemudikan angkutan kota

Sesuai 1 2 3 4 5 6 7 tidak

sesuai

dengan diri saya.

5. Melanggar peraturan lalu lintas atau tidak adalah sepenuhnya tergantung pada saya

Setuju 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

setuju

6. Keluarga saya

Menuntut 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

Menuntut

saya agar memenuhi kebutuhan dan target setoran sehingga mendorong saya untuk melanggar peraturan lalu lintas.


(15)

7. Bagi saya melanggar peraturan lalu lintas ketika melintasi jalan raya merupakan hal yang

Penting 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

penting

8. Saya berniat untuk melanggar peraturan lalu lintas ketika sedang mengemudikan angkutan kota

Setuju 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

setuju

9. Saya yakin jika saya mau, saya dapat melanggar peraturan lalu lintas ketika mengemudikan angkutan kota

Sesuai 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

sesuai

dengan diri saya

10.Teman-teman saya menuntut saya untuk melanggar peraturan lalu lintas ketika sedang mengemudikan angkutan kota

Menuntut 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

menuntut

11.Bagi saya melanggar peraturan lalu lintas ketika sedang mengemudikan angkutan kota merupakan hal yang

Menyenangkan 1 2 3 4 5 6 7

Membosankan

12.Saya akan

Berusaha 1 2 3 4 5 6 7 tidak akan berusaha

melanggar peraturan lalu lintas ketika sedang mengemudikan angkutan kota.

13.Bagi saya melanggar peraturan lalu lintas ketika mengemudikan angkutan kota merupakan hal yang

Mungkin 1 2 3 4 5 6 7 tidak

mungkin


(16)

14.Bagi saya melakukan pelanggaran lalu lintas ketika mengemudikan angkutan kota merupakan hal yang

Menguntungkan 1 2 3 4 5 6 7

tidak menguntungkan

15.Saya akan mencoba untuk melanggar peraturan lalu lintas ketika mengemudikan angkutan kota

Sesuai 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

sesuai

16.Juragan angkutan kota saya

Menuntut 1 2 3 4 5 6 7 Tidak

menuntut

saya untuk memenuhi target setoran sehingga mendorong saya untuk melakukan pelanggaran lalu lintas.


(17)

Lampiran 2. Data Penunjang

DATA PENUNJANG

Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan dibawah ini kemudian jawablah pertanyaan tersebut dengan cara member tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut Saudara paling menggambarkan diri Saudara. Pada beberapa pertanyaa Saudara diminta untuk menuliskan jawaban saudara pada tempat yang telah disediakan. Isilah pertanyaan tersebut dengan lengkap dan jelas.

1. Menurut saudara, apakah saudara cukup memiliki informasi mengenai peraturan-peraturan lalulintas?

a. Kurang mengatahui c. Cukup mengetahui b. Agak mengetahui d. Sangat mengetahui 2. Sebutkan peraturan-peraturan lalulintas yang saudara ketahui :

... ... ... ... ... 3. Apakah saudara mengetahui akibat yang ditimbulkan bila melanggar

peraturan lalulintas? Ya / Tidak Jika Ya, sebutkan apa saja akibatnya

... ...


(18)

... ... 4. Dari siapa saja saudara mendapatkan informasi mengenai

peraturan-peraturan lalulintas :

a. ...

b. ...

c. ...

d. ...

e. ...

5. Dalam situasi seperti apa anda melakukan pelanggaran terhadap peraturan lalulintas?

... ... ... ... ...

6. Apakah setiap saudara akan mengemudiakan angkutan kota, saudara berencana untuk melanggar peraturan lalulintas? Ya / Tidak


(19)

... ... ... 7. Apakah saudara pernah ditilang karena melanggar peraturan lalulintas?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, sebutkan pelanggaran yang saudara lakukan.

... ... ... ...

8. Coba urutkan orang yang sering meingatkan saudara untuk melanggar peraturan lalulintas..

1. ... 2. ... 3. ...

9. Menurut saudara siapa figure yang paling mendukung saudara untuk melakukan pelanggaran peraturan lalulintas?

a. Keluarga

b. Juragan angkutan kota c. Teman-teman


(20)

e. Lainnya...

10.Menurut saudara apakah perlu apabila setiap mengemudi angkutan kota, maka pengemudi melanggar peraturan lalulintas?

a. Ya b. Tidak

Jika Ya, berikan alasannya

... ... ...

Jika Tidak berikan alasannya

... ... ...


(21)

Lampiran 3. Pengolahan Data Penunjang No Usia Ket. Pengetahuan

tentang pelanggaran

Ket. Mengetahui akibat melanggar

Ket. Pengalaman ditilang

Ket. Orang yang mengingatkan

Ket. Orang yang mendukung

Ket.

1 57 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

2 57 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

3 49 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

4 38 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Teman 3

5 39 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Lain-lain 5

6 40 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

7 32 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

8 52 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Saudara 4

9 52 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

10 53 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

11 49 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

12 42 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Lain-lain 5

13 26 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

14 28 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

15 37 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

16 45 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

17 34 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

18 24 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

19 51 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

20 42 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

21 40 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

22 37 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

23 34 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6


(22)

25 45 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

26 43 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

27 37 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

28 44 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

29 48 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

30 50 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

31 44 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

32 43 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

33 52 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Lain-lain 5

34 48 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Lain-lain 5

35 57 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Polisi 2 Keluarga 1

36 49 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Lain-lain 5

37 52 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Keluarga 1

38 36 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

39 46 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

40 39 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

41 41 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

42 51 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Teman 3

43 70 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Pemilik 2

44 53 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

45 35 1 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

46 45 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

47 38 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

48 52 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

49 43 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

50 50 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

51 54 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

52 50 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6


(23)

54 56 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

55 62 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

56 45 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

57 46 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

58 37 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Tidak ada 3 Tidak ada 6

59 52 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

60 53 3 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

61 40 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

62 43 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6

63 45 2 L 1 Ya 1 Ya 1 Penumpang 1 Tidak ada 6


(24)

Tabel kategori data penunjang

No Data Penunjang kategori keterangan

1 Usia < 35 tahun 1

36 – 45 tahun 2 >46 tahun 3

2 Jenis Kelamin Laki-laki 1

Perempuan 2 3 Pengetahuan tentang peraturan Kurang 1

Agak 2

Cukup 3

4 Mengetahui akibat melanggar Ya 1

Tidak 2

5 Pengalaman ditilang Ya 1

Tidak 2

6 Orang yang mengingatkan melanggar

penumpang 1

polisi 2

Tidak ada 3 7 Orang yang mendukung melanggar Keluarga 1

Pemiliki angkutan kota

2

Teman 3

Saudara 4 Lain-lain 5 Tidak ada 6


(25)

Lampiran 4. Hasil Data Mentah Primer

NO PBC1 SN2 ATB3 IN4 PBC5 SN6 ATB7 IN8 PBC9 SN10 ATB11 IN12 PBC13 ATB14 IN15 SN16

1 1 4 7 1 1 1 1 1 1 7 1 7 1 1 1 1

2 1 7 4 1 1 1 4 4 1 7 4 4 1 4 4 1

3 1 4 4 7 4 1 4 4 1 7 4 7 1 4 4 1

4 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

5 4 7 7 7 4 7 7 7 7 7 7 7 7 4 7 7

6 4 7 7 7 4 7 4 7 4 4 4 7 7 1 7 7

7 1 7 7 7 7 7 4 7 7 4 4 7 4 4 7 7

8 4 7 7 7 4 7 4 7 4 7 4 7 4 4 7 7

9 4 7 4 7 4 7 7 7 4 7 4 7 4 1 7 7

10 1 4 4 4 1 4 1 4 1 7 4 7 1 4 4 1

11 4 7 7 7 4 7 7 7 4 7 7 7 1 7 7 7

12 4 7 4 7 4 7 4 7 4 7 7 7 1 4 7 7

13 4 7 7 7 4 6 4 7 4 6 7 7 1 7 7 5

14 4 7 7 7 4 6 3 7 4 6 7 7 1 7 7 6

15 1 6 7 7 2 6 2 7 2 6 7 6 3 7 7 6

16 2 6 7 7 3 6 2 7 7 6 7 7 1 7 7 7

17 2 7 7 6 3 6 1 7 1 7 7 6 2 7 6 6

18 2 6 6 6 2 6 2 7 3 6 7 7 1 7 7 6

19 1 7 7 7 2 7 1 7 7 6 7 7 2 7 7 6

20 2 7 7 7 3 6 2 7 2 6 7 6 1 7 7 6

21 1 6 7 1 1 6 3 7 1 6 7 6 1 7 7 6


(26)

23 1 7 4 7 2 1 4 7 2 7 7 1 2 4 7 1

24 1 7 4 7 4 1 4 7 4 7 7 7 1 7 7 1

25 1 4 7 1 1 1 4 7 1 7 7 7 4 7 7 1

26 1 4 4 1 1 3 1 7 3 7 7 7 1 4 7 1

27 4 1 7 7 1 1 4 7 1 7 7 7 4 7 7 1

28 1 4 7 1 1 4 4 7 2 7 4 7 1 1 7 1

29 1 4 1 4 1 4 4 4 1 4 7 4 1 1 4 1

30 2 4 4 4 1 4 4 4 1 7 4 7 1 1 7 1

31 1 4 7 4 1 1 1 4 1 4 1 4 1 1 4 1

32 4 7 4 7 1 7 6 7 1 6 7 7 4 4 7 6

33 4 7 4 7 1 7 4 7 1 7 7 7 4 4 7 7

34 2 7 4 7 3 7 4 7 2 7 3 7 2 7 7 7

35 2 7 7 7 1 4 4 7 1 4 5 7 4 4 2 7

36 6 7 7 7 5 7 7 7 7 4 7 7 7 7 7 7

37 4 7 7 7 7 7 7 7 4 7 7 7 7 7 7 7

38 3 7 7 7 1 7 7 7 5 4 4 7 7 4 4 7

39 4 7 4 7 4 1 7 7 1 7 7 7 4 7 7 7

40 1 7 7 7 7 1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7

41 4 7 4 7 7 5 4 7 1 7 4 5 1 4 4 7

42 1 7 7 7 3 7 1 7 7 7 7 6 7 7 7 7

43 5 7 7 5 2 7 7 7 3 7 7 5 4 4 7 7

44 5 5 5 7 1 7 7 7 2 7 3 4 7 7 7 6

45 7 7 7 7 3 7 7 7 7 7 7 7 5 7 7 7


(27)

47 7 6 5 5 1 7 5 5 1 5 5 5 1 5 5 5

48 4 7 5 6 1 7 5 5 1 3 6 3 3 5 5 7

49 1 7 7 5 2 5 5 5 2 7 7 3 3 7 5 7

50 2 5 7 7 1 5 7 7 2 7 7 2 5 7 7 7

51 4 7 7 7 7 5 7 7 4 7 7 7 7 7 7 7

52 3 7 7 7 4 7 5 7 3 4 7 7 4 4 7 7

53 7 7 7 7 7 1 7 7 7 1 7 1 7 7 7 7

54 3 3 3 2 6 7 1 2 7 7 3 7 7 4 7 7

55 4 7 7 7 1 7 7 7 4 7 7 7 7 7 7 7

56 6 7 7 7 2 7 7 7 6 7 6 6 4 4 7 7

57 4 7 7 7 6 7 6 7 7 7 7 6 1 7 7 6

58 2 6 7 5 1 7 1 7 2 7 7 7 3 7 7 7

59 4 7 7 6 1 7 7 6 7 7 7 6 4 4 6 7

60 6 6 6 5 6 6 6 5 6 6 7 6 7 7 6 7

61 2 7 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 7

62 4 7 7 7 2 7 7 7 2 1 1 1 7 7 7 1

63 6 7 7 7 1 7 7 4 1 7 7 7 2 7 7 7


(28)

Lampiran 5. Skor Hasil Data Mentah

Skor Jawaban Data Mentah Utama Responden

NO ATB SN PBC INTENTION

1 10 13 4 10

2 16 15 4 13

3 16 13 10 22

4 28 28 28 28

5 25 28 22 28

6 16 25 23 28

7 19 25 19 28

8 19 28 16 28

9 16 28 16 28

10 13 16 4 19

11 28 28 17 28

12 19 28 17 28

13 25 24 17 28

14 24 25 17 28

15 23 24 8 27

16 23 25 13 28

17 22 26 8 25

18 22 24 8 27

19 22 26 12 28

20 23 25 8 27

21 24 20 4 21

22 25 13 11 28

23 19 16 7 22

24 22 16 10 28

25 25 13 7 22

26 16 15 6 22

27 25 10 10 28

28 16 20 5 22

29 13 13 4 16

30 13 16 5 22

31 10 10 4 16

32 21 26 10 28

33 19 28 10 28

34 18 28 8 28

35 20 22 8 23

36 28 25 25 28


(29)

38 22 25 16 25

39 25 22 17 28

40 28 22 22 28

41 16 26 13 23

42 22 28 18 27

43 25 28 14 24

44 22 25 15 25

45 28 28 23 28

46 28 28 4 16

47 20 23 10 20

48 21 24 9 19

49 26 26 8 18

50 28 24 10 22

51 28 26 22 28

52 23 25 14 28

53 28 16 28 22

54 11 24 23 18

55 28 28 17 28

56 24 28 18 27

57 27 27 18 27

58 22 27 7 26

59 25 28 17 24

50 16 25 25 22

61 27 28 23 27

62 22 16 15 22

63 28 28 10 25


(30)

Lampiran 6. Kontribusi Determinan-Determinan terhadap Intention

Determinan Regresi

Attitude Toward Behaviour 0.241

Subjective Norms 0.212

Perceived Behavioral Control 0.174

Lampiran 7. Kategori Intention, Attitude Toward Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control

Table 7.1 Intention

Intention (f) (%)

Tinggi 62 96,9%

Rendah 2 3,1%


(31)

Table 7.2 Attitude Toward Behavior

ATB (f) (%)

Tinggi 58 90,6%

Rendah 6 9,4%

Total 64 100%

Table 7.3 Kategori Subjective Norms

SN (f) (%)

Tinggi 55 85,9%

Rendah 9 14,1%

Total 64 100%

Table 7.4 Kategori Perceived Behavioral Control

PBC (f) (%)

Tinggi 28 43,8%

Rendah 36 56,3%


(32)

Lampiran 8. Crosstabulation determinan-determinan Intention dengan data penunjang

Table 8.1 crosstabulation Attitude Toward Behavior dengan Pengetahuan tentang peraturan lalu lintas

Pengetahuan tentang peraturan lalu lintas

Total

Kurang Agak Cukup

Attitude Toward Behavior

Tinggi Count

% of total

6 9,4% 3 4,7% 49 76,6% 58 90,6%

Rendah Count

% of total

0 0% 0 0% 6 9,4% 6 9,4%

Total Count

% of total

6 9,4% 3 4,7% 55 85,9% 64 100%

Table 8.2 crosstabulation Attitude Toward Behavior dengan mengetahui akibat melanggar peraturan lalu lintas

Mengetahui akibat yang ditimbulkan

Ya Tidak Total

Attitude

Toward

Behavior

Tinggi Count

% of total

58 90,6% 0 0% 58 90,6% Rendah Count

% of total

6 9,4% 0 0% 6 9,4%

Total Count

% of total

64 100% 0 0% 64 100%


(33)

Table 8.3 crosstabulation Attitude Toward Behavior dengan pengalaman ditilang Pengalaman ditilang Total

Ya Tidak

AttitudeToward Behavior

Tinggi Count

% of total

58 90,6% 0 0% 58 90,6% Rendah Count

% of total

6 9,4% 0 0% 6 9,4%

Total Count 64

100%

0 0%

64 100% % of total

Table 8.4 crosstabulation Subjective Norms dengan orang signifikan yang mendukung dan memberi tuntutan kepada pengemudi angkutan kota

Orang yang mendukung melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas

Total

keluarga Pemilik Teman Saudara Lain-lain Tidak

Subjective norms

Tinggi Count % of Total

2 3,1% 1 1,6% 2 3,1% 1 1,6% 5 7,8% 44 68,8% 55 85,9 % Rendah count

% of Total

0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 9 14,1% 9 14,1 % Total Count

% of Total

2 3,1% 1 1,6% 2 3,1% 1 1,6% 5 7,8% 53 82,8% 64 100%


(34)

Table 8.5 crosstabulation Subjective Norms dengan orang-orang yang

mengingatkan untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas

Orang yang mengingatkan melakukan pelanggaran peraturan

lalu lintas

Total

Penumpang Polisi Tidak ada

Subjective

Norms

Tinggi Count

% of total

24 37,5% 1 1,57% 30 46,8% 55 85,9%

Rendah Count % f total

0 0% 0 0% 9 14,1% 9 14,1%

Total Count

% of total

24 37,5% 1 1,57% 39 60,9% 64 100%

Table 8.6 crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan pengetahuan tentang peraturan lalu lintas.

Pengetahuan tentang peraturan lalu lintas

Total

kurang agak Cukup

Perceived Behavioral Control

Tinggi Count % of Total

1 1,6% 1 1,6% 26 40,6% 28 43,8% Rendah Count

% of Total

5 7,8% 2 3,1% 29 45,3% 36 56,3% Total Count

% of Total

6 9,4% 3 4,7% 55 85,9% 64 100%


(35)

Table 8.7 crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan mengetahui akibat dari melanggar peraturan lalu lintas

Mengatahui akibat yang ditimbulkan

Total

Ya Tidak

Perceived Behavioural control

Tinggi Count % of Total

28 43,8% 0 0% 28 43,8% Rendah Count

% of Total

36 56,3% 0 0% 36 56,3%

Total Count

% of Total

64 100% 0 0% 64 100%

Table 8.8 crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan pengalaman ditilang

Memiliki pengalaman ditilang

Total

Ya Tidak

Perceived Behavioural Control

Tinggi Count % of Total

28 43,8% 0 0% 28 43,8% Rendah Count

% of Total

36 56,3% 0 0% 36 65,3% Total Count

% of Total

64 100% 0 0% 64 100%


(36)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cimahi adalah salah satu kota administratif yang terletak di arah barat perbatasan Kota Bandung, dahulu Cimahi merupakan bagian dari Kabupaten Bandung, akan tetapi dalam perkembangan berikutnya, Cimahi ditetapkan sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari 1976. Pada 21 Juni 2001, ditetapkan sebagai kota otonom.

Kota Cimahi yang untuk selanjutnya disebut sebagai Cimahi tersebut, terdiri dari tiga kecamatan, yang dibagi menjadi 15 kelurahan. Pada tahun 2008, Cimahi meraih penghargaan Wahana Tata Nugraha, yaitu penghargaan bergengsi di bidang ketertiban lalu lintas dan angkutan kota dari Departemen Perhubungan sebagai perwujudan pembinaan pemerintah dalam menata transportasi perkotaan secara berkelanjutan yang berbasis kepentingan masyarakat dan lingkungan (www.tv.one.co.id.2004) Bahkan sampai bulan Oktober 2010, Cimahi masih diberikan penghargaan Wahana Tata Nugraha untuk ke empat kalinya (www.cimahikota.go.id)

Sebagai kota yang pernah meraih penghargaan Wahana Tata Nugraha, ternyata Cimahi belum mampu melepaskan diri dari masalah kemacetan dan ketidaktertiban dalam berlalu lintas. Kemacetan yang hampir merata disemua


(37)

2

Universitas Kristen Maranatha ruas jalan di Kota Cimahi itu sudah berada pada kondisi sangat parah, karena panjang jalan yang tersedia amat tidak sebanding dengan penambahan jumlah kendaraan disetiap tahunnya. Kondisi ini diperparah lagi dengan penataan kota yang sporadis dan bersifat sementara, yang khususnya telah berlangsung sebelum Cimahi ditingkatkan statusnya menjadi kota otonom. Cimahi hanya memiliki panjang jalan kurang lebih 141.136 meter, yang dilalui oleh dua puluh trayek angkutan umum regional dan tiga trayek lokal. Sementara itu, jumlah kendaraan roda empat yang yang melintasi jalan raya di Cimahi sebanyak 29.590 unit, yang terdiri atas 25.973 mobil pribadi dan 3.617 unit angkutan umum. Sementara jumlah sepeda motor mencapai 100.783 unit. Terdapat delapan titik rawan macet di Cimahi yaitu daerah Melong, Pasar Baros, Pasar Antri, Citeureup, jalan Gatot Subroto, Cimindi, persimpangan jalan Cihanjuang, jalan Amir Machmud, dan persimpangan depan Pusdik Armed. (Harian Pikiran Rakyat,2009)

Kemacetan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi tersendatnya atau terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. Kemacetan memang merupakan fenomena yang lazim dijumpai di kota-kota besar negara yang sedang berkembang. Sumber kemacetan lalu lintas biasanya adalah keterbatasan prasarana lalu lintas, dan jumlah kendaraan yang terlampau banyak. Salah satu jenis angkutan umum yang paling signifikan untuk diperhatikan adalah angkutan kota yang sering dikeluhkan oleh para pengguna jalan. Keluhan tersebut berupa kurang nyamannya para pengemudi angkutan kota ketika menumpangi angkutan kota, karena bersesakan dan keadaan angkutan kota yang kotor serta seringnya angkutan kota berhenti untuk menambah atau menaikkan penumpang. Mengingat angkutan kota yang beroperasi sangat


(38)

3

Universitas Kristen Maranatha banyak menurut trayek maupun jumlah angkutan kota untuk setiap trayeknya, sedangkan kondisi jalan raya yang kurang memadai, seperti jalan yang sempit, tidak adanya tempat parkir sehingga menggunakan badan jalan dan jalan yang tidak mulus mengakibatkan terjadinya kemacetan yang hampir disemua ruas jalan. (www.kompasiana.2009)

Berdasarkan data jumlah kendaraan yang melintas di sepanjang jalan kota Cimahi, sepeda motor sebagai unit terbanyak mencapai 100.783 unit, mobil pribadi mencapai 25.973 unit, dan angkutan umum mencapai 3.617 unit termasuk angkutan kota atau yang biasa disebut angkot. Menurut penelusuran peneliti diperoleh keterangan bahwa pelanggaran lalu lintas terbanyak dilakukan oleh pengemudi angkutan kota. Hal ini tampak dari hasil survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap 50 orang warga kota Cimahi secara acak. Ke-50 orang warga kota Cimahi tersebut ditanyai tentang pengendara apa yang menurutnya paling sering melanggar lalu lintas. Sebanyak 54% mengatakan bahwa pengendara angkutan kota sering melakukan pelanggaran lalulintas, sedangkan 42% mengatakan bahwa pengendara sepeda motor yang sering melakukan pelanggaran lalu lintas. Sedangkan sisanya, 4% mengatakan pengendara mobil pribadi yang sering melakukan pelanggaran lalu lintas. Hasil survei cukup kontradiktif dibandingkan data bahwa angkutan umum (termasuk angkutan kota) sebagai unit kendaraan yang paling sedikit, namun dikenal sebagai kendaraan yang sering melakukan pelanggaran lalu lintas.

Angkutan kota atau angkot adalah salah satu sarana transportasi dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, pada umumnya berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan terkadang


(39)

4

Universitas Kristen Maranatha dibantu oleh seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu supir dalam perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-lain). Setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka yang tertera dikaca depan. Angkutan kota merupakan salah satu alat transportasi publik yang paling dikenal, dan ada di seluruh kota di Cimahi. Alasannya sederhana, angkutan kota dapat melayani pergerakan penduduk kota yang seringkali disibukkan dengan pelbagai aktivitas, hingga sudut kota. Selain itu, jika dibandingkan dengan angkutan umum lainnya angkot memiliki banyak kelebihan, misalnya biaya perjalanan yang relatif murah (terutama untuk jarak dekat), dan jangkauan pelayanan dengan aksesibilitas dan mobilitas yang tinggi. Angkutan kota sebenarnya hanya diperbolehkan berhenti di halte-halte atau tempat perhentian tertentu. Namun pada praktiknya hampir semua pengemudi angkutan kota berkecenderungan menghentikan kendaraannya di mana saja, baik saat menaikkan maupun menurunkan penumpang. Pelanggaran lain yang acapkali diperlihatkan adalah memuat angkutan kota dengan penumpang dan barang bawaan yang melebihi kapasitas mobil, sehingga pintu belakang tidak dapat ditutup atau kalaupun ditutup namun tidak rapat. (www.kompasiana.com2009)

Berdasarkan wawancara peneliti terhadap sebelas pengemudi angkutan kota jurusan Cimahi - Leuwi Panjang, kesebelas pengemudi tersebut menyadari dan mengakui bahwa melanggar lalu lintas merupakan perilaku yang telah terbiasa dilakukan sehari-hari. Seluruh pengemudi angkutan kota tersebut mengakui pernah melanggar peraturan lalu lintas saat mengendarai angkutan kota. Bentuk pelanggaran yang dilakukan cukup bervariasi. Sebanyak 45,4% pengemudi mengatakan pelanggaran tersering yang dilakukannya berupa


(40)

5

Universitas Kristen Maranatha menghentikan kendaraan guna menaikkan atau menurunkan penumpang di tempat yang tidak seharusnya, bahkan di tempat-tempat yang bertanda dilarang stop sekalipun. Adapun alasan yang diutarakan adalah penumpang tiba-tiba meminta turun sehingga secara spontan sopir harus menghentikan kendaraan. Sedangkan 27,3% pengemudi mengakui bentuk pelanggaran yang paling sering dilakukan tidak semestinya adalah memarkir kendaraan yang dikemudikannya di tempat yang sesungguhnya dilarang parkir, dengan alasan ada penumpang di pinggir jalan itu. Selanjutnya, sebesar 18,2% pengemudi menyatakan bentuk pelanggaran yang sering dilakukannya adalah berhenti dengan cukup lama menunggu penumpang (ngetem). Sisanya 9,09% mengatakan bentuk pelanggaran yang tersering dilakukan adalah mengendarai kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata kecepatan seharusnya.

Berdasarkan jenis-jenis pelanggaran sebagaimana tertera pada bagian sebelumnya, sesungguhnya para pengemudi angkot tersebut dapat dikategorikan melanggar undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana tertera pada pasal 61 ayat (2) yang berbunyi “Barang siapa melanggar ketentuan mengenai rambu-rambu dan marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir, peringatan bunyi dan sinar, kecepatan maksimum atau minimum dan tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah). Dari 11 pengemudi angkutan kota yang diwawancarai oleh peneliti, seluruhnya mengaku pernah ditilang atas kesalahan karena pelanggaran peraturan


(41)

6

Universitas Kristen Maranatha lalulintas, namun tilang tersebut tidak memberikan efek penjeraan karena kenyataannya pelanggaran demi pelanggaran tetap dilakukan hingga saaat ini.

Pelanggaran adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum, aturan, dan norma yang berlaku baik secara tulisan maupun secara lisan. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan lalu lintas yang diberlakukan institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam hal ini, penegak hukum yang berfungsi dalam membuat aturan lalu lintas adalah Penegak Hukum Bidang LLAJ (Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). (www.solusihukum.com.2004).

Pelanggaran lalu lintas jalan berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, adalah mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi atau membahayakan, misalnya mengemudikan kendaraan di atas rata-rata yang seharusnya, mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan SIM, STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) yang sah misalnya tidak membawa surat-surat keterangan kendaraan (STNK) dan ijin mengemudi (SIM) ketika mengendarai, membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan orang yang tidak memiliki surat izin mengemudi, tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan lalu lintas jalan, seperti penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain, pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan, dan atau isyarat lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda yang ada dipergunakan jalan, dan pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi


(42)

7

Universitas Kristen Maranatha di jalan yang ditentukan, misalnya seperti menaikan atau menurunkan penumpang didaerah yang bertanda dilarang stop. (www.solusihukum.com.2004).

Ketika peneliti ingin mengetahui alasan para pengemudi melakukan pelanggaran lalu lintas, maka secara umum didapatkan satu alasan umum yang mendorong pengemudi angkutan kota untuk melakukan pelanggaran. Alasan itu adalah adanya kekhawatiran atau ketakutan tidak berhasil memenuhi target setoran penghasilan perhari, sehingga ketakutan seperti ini diakui dirasakan sangat mempengaruhi para pengemudi angkutan kota sebagai alasan utamanya melanggar peratutan lalulintas saat berkendaraan di jalan raya. Dengan penghasilan Rp. 50.000 perhari saja, para pengemudi angkutan kota merasa belum memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga harus mencari cara agar dapat memenuhi target setoran sekaligus bisa membawa sisa uang dalam jumlah yang memadai untuk menutupi kebutuhan keluarga, sekalipun harus melanggar peraturan lalu lintas dan karenanya mendapat hukuman tilang dari polisi.

Fenomena perilaku melanggar lalu lintas sebagaimana dilakukan oleh sebagian besar pengemudi angkutan kota di kota Cimahi, akan dijelaskan melalui Teori Planned Behavior dari Icek Ajzen (1985). Teori Planned Behavior menjelaskan bagaimana suatu perilaku secara berulang dimunculkan oleh seseorang. Dibalik perilaku yang dimunculkan, terdapat intention yang melatarbelakanginya. Intention merujuk pada indikasi dari kesiapan individu untuk menampilkan perilaku tertentu pada waktu dan kesempatan yang tepat. Intention ini terbentuk melalui tiga determinan yang memiliki sifat saling mempengaruhi. Ketiga determinan itu adalah, Attitude Toward Behavior, Subjective Norms, dan Perceived Behavioral Control. Attitude Toward Behavior


(43)

8

Universitas Kristen Maranatha merujuk pada seberapa favorable evaluasi individu dalam memunculkan suatu perilaku. Determinan yang kedua adalah Subjective Norms yang merujuk pada keyakinan yang ada pada diri individu bahwa orang lain yang signifikan baginya menginginkan atau tidak untuk menampilkan suatu perilaku. Determinan yang terakhir adalah Perceived Behavioral Control yang dilandasi Control Beliefs, yaitu seperti apakah persepsi seseorang mengenai ada atau tidaknya faktor yang memfasilitasi atau merintangi kemunculan suatu perilaku, sehingga akan mengarahkan keyakinannya mengenai seberapa sulit dan seberapa mampu dirinya melakukan perilaku tertentu.

Oleh karena itu, melalui model Planned Behavior ini, peneliti ingin mengetahui determinan yang mempengaruhi pengemudi angkot hingga akhirnya memiliki intention untuk memunculkan perilaku melanggar lalu lintas dan sejauh mana masing-masing determinan berimplikasi terhadap pembentukan intention pada diri individu. Determinan ini antara lain adalah Attitude Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control.

Penjelasan tentang perilaku pelanggaran lalu lintas yang cenderung menonjol dimunculkan oleh para pengemudi angkutan kota, menarik minat peneliti untuk mengetahuinya lebih mendalam. Berdasarkan pengamatan peneliti, para pengemudi itu melakukan pelanggaran lalu lintas dalam kesehariannya, disebabkan kekhawatiran atau ketakutan tidak berhasil memperoleh penghasilan perhari yang terdiri atas uang setoran (kepada juragan angkot) dan penghasilan untuk dibawa ke rumah guna memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Oleh karenanya, peneliti tertarik mengetahui seberapa besar intention pengemudi angkutan kota dalam melakukan pelanggaran lalu lintas, dan seberapa besar


(44)

9

Universitas Kristen Maranatha kontribusi determinan-determinan intention tersebut terhadap intention untuk melakukan pelanggaran lalu lintas.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai perilaku pelanggaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota di kota Cimahi, maka permasalahan diidentifikasi pada penelitian ini adalah :

Bagaimana kontribusi determinan-determinan Intention terhadap Intention untuk melanggar peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota di kota Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi determinan-determinan Intention terhadap Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota di kota Cimahi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang utuh dan lebih rinci mengenai derajat Intention, dan kontribusi ketiga determinan dan kontribusi setiap determinan terhadap Intention dalam


(45)

10

Universitas Kristen Maranatha melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota di kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Teoritis

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

- Memberi sumbangan informasi pada Teori Planned Behavior khususnya mengenai pengembangan teorinya pada pengemudi angkutan kota yang melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas. - Sebagai sumbangan informasi bagi peneliti lain yang hendak

melakukan penelitian sejenis mengenai terbentuknya intention pengemudi angkutan kota untuk memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas ditinjau dari model Planned Behavior Theory.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Pemahaman tentang terbentuknya Intention pengemudi angkutan kota untuk memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas ditinjau dari model Planned Behavior Theory dapat membantu pihak pemerintah untuk merancang program yang lebih efektif untuk mencegah akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut.

- Pemahaman tentang terbentuknya Intention pengemudi angkutan kota untuk memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas ditinjau dari model Planned Behavior Theory dapat membantu pihak yang berwajib untuk merancang pendekatan yang lebih efektif bagi pengemudi angkutan kota agar tidak memunculkan perilaku tersebut.


(46)

11

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran

Pengemudi angkutan kota dapat dengan mudah membentuk suatu perilaku untuk mematuhi peraturan lalu lintas apabila ia menghendakinya. Ia juga dapat mencegah kemunculan perilaku melanggar tersebut jika perilaku tersebut bertentangan dengan dirinya. Terkait dengan hal itu, intention adalah disposisi yang paling dekat dengan munculnya suatu perilaku spesifik untuk melakukan pelanggaran lalu lintas. (Icek Ajzen,1985)

Seseorang membentuk intention untuk menuju pada suatu perilaku tertentu. Hal ini tentu saja diharapkan merupakan suatu perilaku positif. Intention positif menghasilkan perilaku yang positif. Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pengemudi angkutan kota bukanlah suatu perilaku yang positif. Pada salah satu determinan Intention yaitu Attitude toward behavior, seseorang mengevaluasi perilakunya sebagai sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Bagi pengemudi angkutan kota, melanggar peraturan lalu lintas dianggap menguntungkan karena evaluasi dari perilaku tersebut diharapkan memberikan hasil yang lebih dari tarif setoran yang harus mereka berikan kepada juragan dan sisanya diberikan untuk keluarga. Begitupula ketika orang-orang yang signifikan bagi pengemudi angkutan kota menginginkan mereka untuk menghasilkan setoran yang sesuai ketentuan (bagi pemilik unit angkutan kota) dan selisih setoran yang cukup besar untuk diberikan kepada keluarganya, dengan melakukan cara apapun termasuk melanggar peraturan lalulintas (Subjective Norms).

Ditinjau dari Teori Planned Behavior, pengemudi angkutan kota memiliki intention untuk melanggar peraturan lalu lintas dipengaruhi oleh ketiga


(47)

12

Universitas Kristen Maranatha determinan yang memiliki sifat resiprokal atau saling mempengaruhi. (Icek Ajzen,1985). Determinan yang pertama adalah attitude toward behavior pada pengemudi angkutan kota. Attitude toward behavior ini dilandasi oleh beliefs mengenai konsekuensi dari perilaku melanggar peraturan lalu lintas yang disebut behavioral beliefs. Attitude toward behavior ini berbanding lurus dengan kekuatan dari behavioral beliefs yang dihubungkan dengan outcomes evaluation perilaku terhadap melanggar peraturan lalu lintas. Individu yang percaya bahwa suatu perilaku melanggar peraturan lalu lintas akan mengarah pada konsekuensi yang positif seperti menguntungkan baginya, maka ia akan memiliki attitude yang favorable terhadap perilaku tersebut. Tetapi sebaliknya, individu akan memiliki attitude yang unfavorable terhadap pelanggaran lalu lintas apabila perilaku ini dianggap akan mengarahkannya pada konsekuensi yang negative seperti merugikan. (Icek Ajzen, 1985)

Jadi, apabila pengemudi angkutan kota menganggap bahwa perilaku melanggar lalu lintas adalah sesuatu yang menguntungkan karena dapat menghasilkan sesuatu yang ia inginkan yaitu memenuhi target penghasilan perhari, maka attitude yang dimilikinya akan semakin favorable. Sebaliknya apabila pengemudi angkutan kota menganggap bahwa perilaku melanggar lalu lintas adalah merugikan mereka karena mendapat hukuman dari pelanggaran tersebut, maka attitude yang dimilikinya menjadi semakin unfavorable. Semakin favorable attitude yang dimiliki pengemudi angkutan kota dalam melanggar lalu lintas, maka semakin kuat pengaruhnya terhadap intention. Sebaliknya juga, apabila attitude dalam perilaku melanggar lalu lintas semakin unfavorable maka semakin lemah pengaruhnya terhadap intention.


(48)

13

Universitas Kristen Maranatha Determinan yang kedua adalah subjective norms yaitu keyakinan individu bahwa apabila orang-orang yang signifikan menginginkannya untuk menampilkan suatu perilaku, maka kemudian hal ini menjadi tekanan sosial bagi individu tersebut agar berperilaku demikian. Sebaliknya, apabila orang-orang yang signifikan tersebut tidak menginginkannya untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, maka orang-orang yang signifikan ini memberi tekanan sosial pada dirinya untuk tidak berperilaku demikian. Subjective norms ini sering juga disebut perceived sosial pressure karena tekanan sosial yang diberikan oleh orang-orang yang signifikan tersebut pada individu yang bersangkutan. Subjective norms ini merupakan suatu fungsi antara normative beliefs dan motivation a comply terhadap individu yang signifikan baginya. Normative beliefs yang melandasi subjectives norms ini adalah beliefs bahwa individu merasa orang-orang yang signifikan baginya merasa setuju atau tidak setuju pada perilakunya.

Dalam melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas, orang-orang yang signifikan bagi pengemudi angkutan kota adalah pasangan hidup, anak, dan juga orang yang memiliki kendaraan. Pengemudi angkutan kota memiliki kewajiban untuk memberikan setoran dengan nilai yang telah disepakati oleh pengemudi dan juragan yang memiliki unit angkutan kota, selain itu pengemudi angkutan kota juga memiliki kewajiban untuk memberikan penghasilannya untuk kelangsungan hidup keluarga mereka. Apabila pengemudi angkutan kota merasa orang-orang yang signifikan tersebut menginginkan dirinya untuk melanggar lalu lintas, maka pengemudi angkutan kota mendapat tekanan untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas. Sebaliknya apabila pengemudi angkutan kota merasa orang-orang yang signifikan tersebut tidak menginginkan dirinya untuk melakukan


(49)

14

Universitas Kristen Maranatha pelanggaran peraturan lalu lintas, maka pengemudi mendapat tuntutan social untuk tidak melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

Tekanan sosial yang diterima oleh pengemudi angkutan kota berupa tuntutan yang diberikan oleh juragan angkutan kota untuk memenuhi setoran yang sudah disepakati dan harapan keluarga agar ketika pengemudi pulang, membawa uang selisih jumlah setoran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tekanan sosial ini membuat pengemudi angkutan kota akan melakukan berbagai cara untuk memenuhinya, termasuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas. Tentu saja harapan orang-orang yang signifikan tersebut baik dari juragan angkutan kota dan keluarga tidak secara langsung diutarakan oleh mereka, namun hal ini ditafsirkan oleh pengemudi angkutan kota untuk membenarkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas sebagai cara untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Apabila orang signifikan bagi pengemudi angkutan kota memberikan tuntutan sosial untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas, maka menguatkan pengaruh Subjective norms terhadap intention. Sebaliknya apabila pengemudi angkutan kota merasa bahwa orang-orang yang signifikan baginya tidak memberikan tuntutan sosial untuk melanggar peraturan, maka hal ini akan melemahkan pengaruh subjective norms terhadap intention.

Determinan yang terakhir adalah perceived behavioral control. Perceived behavioral control ini dilandasi oleh control beliefs. Perceived behvioral control adalah fungsi dari control beliefs yaitu ada atau tidaknya faktor yang memfasilitasi atau merintangi kemunculan suatu perilaku. Faktor yang memfasilitasi pengemudi angkutan kota untuk melakukan pelanggaran lalu lintas misalnya kurangnya kontrol dari penegak hukum,dalam hal ini polisi yang kurang


(50)

15

Universitas Kristen Maranatha menindak tegas pengemudi angkutan kota melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas, dan hal yang merintangi adalah kontrol ketat dari penegak hukum yang menindak dengan tegas segala bentuk pelanggaran peraturan lalu lintas yang dilakukan oleh pengemudi angkutan kota secara sengaja ataupun tidak sengaja. Control beliefs ini bisa didasarkan pada pengalaman masa lalu dalam menampilkan suatu perilaku. Misalnya saja ketika sekali atau dua kali pengemudi melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas namun tidak mendapat peringatan atau hukuman berupa tilang dari penegak hukum, maka selanjutnya pengemudi angkutan kota memiliki kecenderungan untuk melakukan hal serupa. Tetapi biasanya control beliefs ini lebih banyak dipengaruhi oleh informasi sekunder suatu perilaku seperti dengan melakukan observasi pada pengalaman orang lain yang dikenal dan observasi pada faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan kesulitan yang dirasakan dalam memunculkan suatu perilaku tertentu.

Sebelum memiliki intention untuk melanggar peraturan lalu lintas, pengemudi angkutan kota sudah memiliki persepsi mengenai apakah ia mampu mengendalikan dirinya untuk dapat menaati peraturan lalu lintas seperti tidak berhenti di tempat dengan tanda dilarang stop, dan apakah dengan melanggar maka akan berakibat sesuatu bagi dirinya. Semakin pengemudi mempersepsi bahwa dirinya mampu melanggar peraturan lalu lintas, maka perceived behavioral control yang dimilikinya akan semakin kuat sehingga intention untuk melanggar peraturan lalu lintas juga akan semakin kuat. Tetapi sebaliknya, apabila pengemudi angkutan kota mempersepsi bahwa dirinya tidak mampu atau kurang mampu untuk melanggar peraturan lalu lintas, maka perceived behavioral control


(51)

16

Universitas Kristen Maranatha yang dimilikinya akan semakin lemah sehingga intention untuk melanggar peraturan lalu lintas juga akan semakin lemah.

Ketiga determinan intention seperti yang disebutkan di atas memiliki kontribusi yang sama-sama signifikan untuk memprediksi intention terhadap perilaku. Hubungan ketiga determinan tersebut juga bisa dijelaskan sebagai hubungan yang resiprokal. Apabila pengemudi angkutan kota percaya bahwa dengan melanggar peraturan lalu lintas akan menghasilkan konsekuensi yang positif yaitu meningkatkan penghasilan perharinya, dan apabila pengemudi angkutan kota merasa bahwa orang-orang yang signifikan baginya menginginkannya dan memberi tekanan baginya untuk melanggar peraturan lalulintas, dan semakin ia merasa mampu untuk melanggar peraturan lalulintas, maka intention yang dimilikinya akan kuat sehingga perilaku melanggar peraturan lalu lintas semakin mungkin terrealisasi. Tetapi sebaliknya, apabila pengemudi angkutan kota percaya bahwa dengan melanggar peraturan lalulintas menghasilkan konsekuansi yang negatif yaitu hukuman dari pihak yang berwajib, dan apabila pengemudi angkutan kota merasa bahwa orang-orang yang signifikan baginya tidak memberikan tuntutan sosial sehingga pengemudi angkutan kota juga tidak harus melakukan pelanggaran perturan lalu lintas, dan semakin ia merasa tidak mampu untuk melanggar peraturan lalu lintas, maka intention yang dimilikinya akan lemah sehingga perilaku melanggar peraturan lalu lintas semakin mungkin tidak terrealisasi.

Berbeda halnya apabila terdapat variasi pada ketiga determinan tersebut yaitu tidak seluruh determinan-determinan tersebut positif atau negatif seperti contoh sebelumnya. Berdasarkan Teori Planned Behavior, walaupun dua dari


(52)

17

Universitas Kristen Maranatha ketiga determinan yang berpengaruh terhadap intention untuk melanggar peraturan lalu lintas adalah positif, namun belum tentu intention pengemudi angkutan kota untuk melanggar peraturan lalu lintas semakin kuat. Hal ini disebabkan karena intention ditentukan bukan berdasarkan jumlah determinan yang positif terhadap perilaku melanggar peraturan lalu lintas, melainkan seberapa besar pengaruh masing-masing determinan baik yang positif maupun yang negatif dalam memunculkan intention untuk menampilkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Oleh karena itu terdapat kemungkinan walaupun ada dua determinan yang berpengaruh terhadap pembentukan intention melanggar peraturan lalu lintas yang bernilai positif, namun intention akhir yang terbentuk justru akhirnya negatif. Hal ini dapat terjadi apabila determinan yang tersisa bernilai negatif, namun justru paling berpengaruh terhadap terbentuknya intention untuk melanggar peraturan lalu lintas. Begitupula sebaliknya, apabila dua determinan yang bernilai negatif berpengaruh terhadap pembentukan intention melanggar peraturan lalu lintas, namun intention akhir yang terbentuk justru akhirnya adalah positif.

Jadi intention yang dimiliki pengemudi angkutan kota dalam melanggar peraturan lalu lintas ini dipengaruhi oleh interaksi antara ketiga determinan yaitu attitude toward behavioral, subjective norms, dan perceived behavioral control. Aturan utamanya yaitu semakin positif attitude toward behavioral, semakin positif subjective norms dan semakin besar perceived behavioral control yang dimiliki, maka semakin kuat pula intention yang dimiliki pengemudi angkutan kota untuk melanggar peraturan lalu lintas. Pada akhirnya, dengan memiliki


(53)

18

Universitas Kristen Maranatha derajat kontrol aktual yang adekuat terhadap perilaku, individu diharapkan dapat melaksanakan intention yang dimilikinya ketika kesempatan terbuka.

Skema Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengasumsikan bahwa :

1). Setiap pengemudi angkutan kota di kota Cimahi memiliki Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

2). Kuat lemahnya Intention para pengemudi angkutan kota untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas ditentukan oleh kuat lemahnya kontribusi determinan-determinan Intention.

3). Semakin favorable perilaku melanggar peraturan lalu lintas, semakin kuat tuntutan orang signifikan dan semakin besar mempersepsi mampu melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas, maka akan semakin Pengemudi

angkutan kota di kota

“X”

Intention Attitude toward

behavior

Perceived behavioral control

Subjective norms Melanggar peraturan


(54)

19

Universitas Kristen Maranatha menguatkan Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.


(55)

65 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention pengemudi angkutan kota dalam melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas di kota Cimahi, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengemudi angkutan kota di kota Cimahi memiliki Intention yang kuat dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas, sebesar 96,9%. Kuatnya Intention ini didukung oleh determinan-determinan yang mempengaruhinya yaitu Attitude Toward Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral.

2) Attitude Toward Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control secara serempak mempengaruhi niat pengemudi angkutan kota di kota Cimahi dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas sebesar 40,2%. Dengan kata lain bahwa, setiap determinan-determinan intention secara serempak berkontribusi dalam niat melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

3) Determinan pertama yaitu Attitude toward behaviour memiliki kontribusi terhadap intention perilaku melanggar peraturan lalu lintas sebesar 24,1%


(56)

66

Universitas Kristen Maranatha (β=0,241). Pengemudi angkutan kota di kota Cimahi memiliki sikap yang favorable dalam menampilkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Hal ini berarti perilaku melanggar peraturan lalu lintas dipengaruhi oleh penilaian pengemudi angkutan kota tentang keuntungan yang diterima dari adanya perilaku melanggar peraturan lalu lintas, seperti misalnya memperoleh setoran sesuai harapan untuk disetorkan pada pemilik angkutan kota.

4) Determinan kedua yang memberikan kontribusi terhadap intention yaitu Subjective norm yaitu sebesar 21,2% (β=0,212). Hal ini berarti, persepsi pengemudi angkutan kota di kota Cimahi mengenai tuntutan orang-orang signifikan seperti keluarga, pemilik angkutan kota dan penumpang menuntut pengemudi angkutan kota di kota Cimahi untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

5) Determinan perceived behavioural control berkontribusi terhadap intention sebesar 17,4 (β=0,174).. Hal ini berarti bahwa intention pengemudi angkutan kota dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas dipengaruhi oleh adanya persepsi tentang kemampuan pengemudi angkutan kota dalam melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat babgi pihak-pihak yang berkepentingan.


(57)

67

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan

1) Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa intention para pengemudi angkutan kota kuat. Maka dalam penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti pengaruh actual control behavior dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengemudi angkutan kota di kota Cimahi.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Pelangaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota terjadi karena pada penegak hukum dijalan (polisi) tidak tegas dam tidak konsisten dalam menegakkan peraturan lalu lintas. Jadi, bila peraturan ditegakkan dengan sungguh-sungguh, para pengemudi angkutna kota akan menegakkan disiplin dijalan raya. Disiplin yang ditunjukan para pengemudi angkutan kota, dengan sendirinya akan mendisiplinkan para penumpang untuk tidak meminta pengemudi menaikkan atau menurunkan penumpang ditempat yang tidak semestinya.

2) Bagi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan sebagai dinas yang mengatur trayek angkutan kota yang melintas dan beroperasi di kota Cimahi mencermati perizinan trayek angkutan kota mengingat semakin besarnya volume kendaraan di jalan raya yang berkorelasi positif dengan tingginya tingkat pelanggaran dari jalan raya.


(58)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen,I. 1988. Attitude, personality, and behaviour. Milton-Keynes,England: Open University Press & Chicago, IL : Dorsey Press.

Ajzen,I. 1971. Attitudional vs.Normative messages: An investigation of the different effects of persuasive communication behavior.

Ajzen,I. 2006. Constructing a TpB Quesionnaire: Conceptualand Methodological Consederations.

Ajzen,I. 1991. The Theory of Plsnned Behaviour. Organizational Behaviour and Human Decision Processes.


(59)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Kurniawan. 2009. Skipsi: Kontribusi Determinan-Determinan terhadap Intention untuk menggunakan seat belt dengan benar saat mengendarai mobil pada mahasiswa Universitas “X” Bandung. Bandung: Universitas Kristen Maranatha Bandung

http://www.tvone.co.id/. 2010

http://www.harianpikiranrakyat.co.id/ 2010 http://www.kompasiana.com/ 2010

http://www.solusihukum.com/2010 http://www.wikipedia.com/2010 http://www.cimahikota.gi.id/2010 http://www.gugling.com/2010


(1)

19

Universitas Kristen Maranatha

menguatkan Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.


(2)

65 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention pengemudi angkutan kota dalam melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas di kota Cimahi, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengemudi angkutan kota di kota Cimahi memiliki Intention yang kuat dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas, sebesar

96,9%. Kuatnya Intention ini didukung oleh determinan-determinan yang

mempengaruhinya yaitu Attitude Toward Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral.

2) Attitude Toward Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control secara serempak mempengaruhi niat pengemudi angkutan kota di kota Cimahi dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas sebesar 40,2%. Dengan kata lain bahwa, setiap determinan-determinan intention secara serempak berkontribusi dalam niat melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

3) Determinan pertama yaitu Attitude toward behaviour memiliki kontribusi terhadap intention perilaku melanggar peraturan lalu lintas sebesar 24,1%


(3)

66

Universitas Kristen Maranatha (β=0,241). Pengemudi angkutan kota di kota Cimahi memiliki sikap yang favorable dalam menampilkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Hal ini berarti perilaku melanggar peraturan lalu lintas dipengaruhi oleh penilaian pengemudi angkutan kota tentang keuntungan yang diterima dari adanya perilaku melanggar peraturan lalu lintas, seperti misalnya memperoleh setoran sesuai harapan untuk disetorkan pada pemilik angkutan kota.

4) Determinan kedua yang memberikan kontribusi terhadap intention yaitu Subjective norm yaitu sebesar 21,2% (β=0,212). Hal ini berarti, persepsi pengemudi angkutan kota di kota Cimahi mengenai tuntutan orang-orang signifikan seperti keluarga, pemilik angkutan kota dan penumpang menuntut pengemudi angkutan kota di kota Cimahi untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

5) Determinan perceived behavioural control berkontribusi terhadap intention sebesar 17,4 (β=0,174).. Hal ini berarti bahwa intention pengemudi angkutan kota dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas dipengaruhi oleh adanya persepsi tentang kemampuan pengemudi angkutan kota dalam melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat babgi pihak-pihak yang berkepentingan.


(4)

67

5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan

1) Berdasarkan hasil penelitian ini, terbukti bahwa intention para pengemudi angkutan kota kuat. Maka dalam penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti pengaruh actual control behavior dalam memunculkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengemudi angkutan kota di kota Cimahi.

5.2.2 Saran Guna Laksana

1) Pelangaran peraturan lalu lintas oleh pengemudi angkutan kota terjadi karena pada penegak hukum dijalan (polisi) tidak tegas dam tidak konsisten dalam menegakkan peraturan lalu lintas. Jadi, bila peraturan ditegakkan dengan sungguh-sungguh, para pengemudi angkutna kota akan menegakkan disiplin dijalan raya. Disiplin yang ditunjukan para pengemudi angkutan kota, dengan sendirinya akan mendisiplinkan para penumpang untuk tidak meminta pengemudi menaikkan atau menurunkan penumpang ditempat yang tidak semestinya.

2) Bagi Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan sebagai dinas yang mengatur trayek angkutan kota yang melintas dan beroperasi di kota Cimahi mencermati perizinan trayek angkutan kota mengingat semakin besarnya volume kendaraan di jalan raya yang berkorelasi positif dengan tingginya tingkat pelanggaran dari jalan raya.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen,I. 1988. Attitude, personality, and behaviour. Milton-Keynes,England: Open University Press & Chicago, IL : Dorsey Press.

Ajzen,I. 1971. Attitudional vs.Normative messages: An investigation of the different effects of persuasive communication behavior.

Ajzen,I. 2006. Constructing a TpB Quesionnaire: Conceptualand Methodological Consederations.

Ajzen,I. 1991. The Theory of Plsnned Behaviour. Organizational Behaviour and Human Decision Processes.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Kurniawan. 2009. Skipsi: Kontribusi Determinan-Determinan terhadap Intention untuk menggunakan seat belt dengan benar saat mengendarai mobil pada

mahasiswa Universitas “X” Bandung. Bandung: Universitas Kristen

Maranatha Bandung http://www.tvone.co.id/. 2010

http://www.harianpikiranrakyat.co.id/ 2010 http://www.kompasiana.com/ 2010

http://www.solusihukum.com/2010 http://www.wikipedia.com/2010 http://www.cimahikota.gi.id/2010 http://www.gugling.com/2010


Dokumen yang terkait

Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Intention Menjalani Perilaku Hidup Sehat pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X".

0 0 13

Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melakukan Premarital Check Up pada Pasangan Dewasa Awal Yang Sedang Mempersiapkan Pernikahan di Bandung.

1 2 30

Kontribusi Determinan-Determinan Intention terhadap Derajat Intention untuk Menjalani Proses Penyembuhan pada Penderita Pasca Stroke di Klinik Akupunktur "X" Bandung.

0 0 33

Studi Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention untuk Tidak Melakukan Premarital Intercourse pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung yang Berpacaran.

0 0 27

Kontribusi Ketiga Determinan-determinan Intention Terhadap Intention untuk Membaca Textbook pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Psikologi di Universitas "X" Bandung.

0 0 35

Pengaruh Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melanjutkan Pendidikan S2 Pada Karyawan di Perusahaan "X" di Kota Bandung.

0 0 30

Studi Kontribusi Mengenai Determinan-Determinan Intention terhadap Intention untuk Tidak Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas "X" di Bandung.

0 0 41

Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Mengurangi Bermain Game Online Pada Remaja Pecandu Game Online di Kota Bandung Utara.

0 0 41

Studi Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Berhenti Merokok Pada Pelajar SMA "X" di Kota Bandung Yang Merokok.

0 0 47

Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Meminum Obat Secara Teratur Pada Pengidap AIDS di Yayasan "X" Bandung.

0 0 40