Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Bahan Bukti yang Dikumpulkan.

(1)

this information of financial statement may help users to take decision. Considering the number of users of financial statement, the auditor needed to give opinion on financial report. To support the opiniom, auditor should collect a good quality of audit evidence. Collection and evaluating a good quality of audit evidence are needed auditor’s skill, which is one of the factor is auditor experience.

This aimed to test the hypothesis is “Influence the auditors doesn’t have a significant impact on the quality of the evidence collected in the audit assignment” can be paccepted or refused. There are two variables in this research, namely experience of the auditor as an independent variable (X) and the quality of the evidence collected in the audit assignment as the dependent variable (Y). This research was done by conducting surveys at seven public accounting firm with a number of 35 respondents.

This research used a descriptive method with a survey approach. It is use a questionnaire to have a data and analyze the data using Simple Regretion at 0,199 significance level with SPSS Program. Based from hypothesis trial, the result is denote that Ho is accepted. This means that

there’s an influence between experience of the auditor to audit the qualityof the evidence collected material but not

significant.


(2)

usaha, karena melalui informasi laporan keuangan inilah para pemakai dapat mengambil keputusan. Menimbang banyaknya pemakai laporan keuangan, maka diperlukan jasa audit untuk memberikan opini atas laporan keuangan. Untuk mendukung opininya, auditor harus mengumpulkan bahan bukti audit yang berkualitas. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti audit yang berkualitas tersebut membutuhkan keahlian auditor, yang salah satu faktornya adalah pengalaman auditor.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan yaitu “Pengalaman auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas bahan bukti yang dihimpun

dalam penugasan audit” dapat diterima atau ditolak. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pengalaman auditor sebagai variabel independen (X) dan kualitas bahan bukti yang dihimpun dalam penugasan audit sebagai variabel dependen (Y). Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei pada 7 Kantor Akuntan Publik dengan jumlah 35 responden.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survei. Data diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner, selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana pada tingkat signifikan 0,199 dengan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh antara Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit namun tidak signifikan.


(3)

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

1.5 Kerangka Pemikira dan Hipotesis ... 8

1.6 Metode Penelitian... 12

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Auditing... 13

2.1.1 Pengertian Auditing ... 13

2.1.2 Jenis-jenis Audit ... 16

2.1.3 Jenis-jenis Auditor ... 17

2.1.4 Audit Laporan Keuangan ... 18

2.1.5 Proses Audit ... 20

2.1.5.1 Tahap Perencanaan... 20

2.1.5.2 Tahap Pengujian ... 23

2.1.5.3 Tahap Penyelesaian Audit ... 25

2.2 Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 28

2.2.1 Pengertian KAP ... 28

2.2.2 Jasa Diberikan Oleh KAP ... 29

2.2.2.1 Jasa Atestasi ... 29

2.2.2.2 Jasa Non Atestasi ... 32

2.2.3 Izin Usaha KAP... 34

2.2.4 Struktur Organisasi KAP... 36

2.2.5 Standar Profesi Akuntan Publik ... 38

2.3 Pengalaman Auditor ... 43

2.3.1 Standar Umum Pertama ... 43

2.3.2 Lamanya bekerja sebagai auditor ... 44

2.3.3 Frekuensi melakukan tugas audit ... 45

2.3.4 Pendidikan Berkelanjutan ... 46

2.3.5 Hubungan Pengalaman Auditor Dengan Kualitas Bahan Bukti Audit yang Dikumpulkan ... 47

2.4 Kualitas Bahan Bukti yang Dikumpulkan... 49

2.4.1 Pengertian Bahan Bukti Audit ... 49

2.4.2 Konsep Bahan Bukti ... 49

2.4.2.1 Bukti Persuasif ... 50


(4)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian... 59

3.2 Metode Penelitian ... 60

3.2.1 Jenis Penelitian ... 60

3.2.2 Populasi dan Sampel ... 61

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.2.4 Operasionalisasi Variabel ... 63

3.2.5 Pengujian Data ... 66

3.2.5.1 Uji Validitas ... 66

3.2.5.2 Uji reliabilitas ... 68

3.2.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 69

3.2.6.1 Teknik Analisis Data dan Tanggapan Responden ... 69

3.2.6.2 Penetapan Hipotesis ... 71

3.2.6.3 Pengujian Statistik ... 71

3.2.6.4 Penetapan Tingkat Signifikasi ... 73

3.2.6.5 Penerimaan atau Penolakan Hipotesis Null ... 73

3.2.6.6 Analisis Koefisien Determinasi ... 74

3.2.7 Penarikan Kesimpulan ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Hasil Pengolahan Data ... 75

4.1.1 Gambaran Umum Responde ... 76

4.1.2 Pengujian Data ... 76

4.1.2.1 Pengujian Validitas ... 77

4.1.2.2 Pengujian Reliabilitas... 82

4.1.3 Tanggapan Responden ... 85

4.1.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Pengalaman Auditor... 85

4.1.3.2 Tanggapan responden Terhadap Kualitas Bahan Bukti ... 90

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 95

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(5)

1.1Latar Belakang Penelitian

Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) akan dipakai oleh berbagai pihak yang berkepentingan (pimpinan perusahaan, pemegang saham, pemerintah, kreditur dan karyawan) dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu audit harus dilakukan dengan sebaik-baiknya

Hasil akhir dari audit akuntan publik adalah pemberian opini akuntan publik, yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) sangat penting agar hasil audit tidak menyesatkan para penggunanya. Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus senantiasa menggunakan skeptisisme profesionalnya yaitu sikap yang mencakup


(6)

pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2001; SA, seksi 230) agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan.

Para pengguna laporan audit mengaharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Oleh karena itu diperlukan suatu jasa profesional yang independen dan obyektif (yaitu akuntan publik) untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman baik itu waktu lamanya auditor bekerja dan jumlah pelayanan yang diberikan. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien.

Syarat pengauditan pada Standar Auditing, meliputi tiga hal, yaitu : (SA Seksi 150 SPAP, 2001)

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.


(7)

menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan cermat dan seksama.

Hal-hal yang terutang dalam Standar Umum inilah yang nantinya akan dijadikan tolak ukur atau parameter seorang auditor itu independen dan kompeten atau tidak di dalam penelitian ini.

Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001). Selain itu, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Pengalaman merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sesuai dengan standar umum pertama dalam SA No. 150 yang menyatakan bahwa auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor (IAI,2001).

Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Sebagaimana yang telah diatur dalam SA No. 210 tentang pelatihan dan keahlian independen disebutkan bahwa dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan pendapatan, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (IAI,2001).


(8)

Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Libby and Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Dikutip oleh Knoers & Haditono (1999,62), bahwa perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk bertingkah laku, bahwa suatu perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Dalam hal pengalaman, penelitian dibidang psikologi yang telah dikutip oleh Jeffrey (1996) memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya.

Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3, November 2005 : 186 – 202

Arens dkk (2008,37) menguraikan tingkatan staf audit beserta tanggung jawabnya, pada tabel di bawah ini :

Tingkatan staff

Peng alaman Rata-rata

Tanggung Jawab Utama

Asisten staff 0-2 tahun

Melakukan sebagian besar pekerjaan audit yang terperinci.

Auditor senior atau

2-5 tahun

Mengkoordinasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan lapangan audit,


(9)

penanggung jawab termasuk mengawasi dan mereview pekerjaan staff

Manajer 5-10

tahun

Membantu penanggung jawab merencanakan dan mengelola audit, mereview pekerjaan penanggung jawab, serta membina hubungan dengan klien. Seorang manajer mungkin bertanggung jawab atas lebih dari satu penugasan pada saat yang sama.

Partner 10

tahun ke atas

Mereview keseluruhan pekerjaan audit dan terlibat dalam keputusan-keputusan audit yang signifikan. Seorang partner adalah pemilik KAP dan karenanya mengemban tanggung jawab akhir dalam melaksanakan audit dan melayani klien.

Selain faktor pengalaman yang mempunyai peran penting bagi peningkatan keahlian auditor, pengalaman juga mempunyai arti penting dalam upaya pengumpulan bahan bukti audit yang berkualitas.


(10)

Berikut definisi bukti audit menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley yang diterjemahkan oleh Tim Dejacarta dalam Auditing dan Pelayanan Verifikasi :

“Bukti audit merupakan setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.”

(2003:16)

Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain. Sehingga dapat dibedakan antara bahan bukti audit yang berkualitas maupun yang tidak berkualitas. Keandalan bukti audit tergantung dari terpenuhinya syarat-syarat bukti audit.

Dasar setiap proses pemeriksaan (audit) adalah bukti – bukti audit yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Auditor harus memiliki pengetahuan dan keahlian untuk mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten dalam setiap proses auditnya untuk memenuhi berbagai standar yang ditetapkan oleh profesi.


(11)

Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa seorang auditor harus mengumpulkan sejumlah informasi atau bukti yang cukup berkualitas dan mengevaluasi apakah informasi tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan agar dapat mencapai tujuan audit.

Keputusan utama yang dihadapi auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dkumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.

Agar bukti yang dikumpulkan berguna bagi auditor, maka bukti itu harus memenuhi keempat karakteristik sebagai berikut:

(1) Persuasif

Suatu bukti dapat dikatakan persuasif jika mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk mendukung auditor dalam mengambil kesimpulan. Persuasif harus memenuhi standar pengjian evaluasi oleh auditor lainnya, yaitu auditor lainnya juga harus menyetujuai bahwa jumlah bukti adalah meyakinkan (persuasive).

(2) Relevan

Bukti harus mendukung tujuan atas asersi yang sedang diuji. Jika bukti tidak relevan, maka tidak ada nilainya bagi auditor. Auditor harus selalu mengingat tujuan dari pengujian audit tertentu dan mendapatkan bukti yang relevan untuk mencapai tujuan itu.


(12)

Auditor harus berusaha mengumpulkan bukti yang bebas dari bias, yaitu bukti yang tidak terlalu mempengaruhi suatu alternatif terhadap lainnya. Bias dapat berasal dari salah satu karakteristik bukti atau item yang dipilih oleh auditor untuk diperiksa.

(4) Obyektifitas

Obyektifitas merupakan kemampuan auditor lainnya untuk mendapatkan kesimpulan yang serupa berdasarkan pemeriksaaan bukti. Jika evaluasi bukti bervariasi di antara auditor, maka bukti itu memiliki obyektifitas yang lemah.

Apabila sebuah bahan bukti audit diluar karakteristik diatas atau belum memenuhi karakteristik tersebut maka dapat dinyatakan bahan bukti audit tersebut belum memenuhi kualitas yang ditetapkan.

Jenis-Jenis Bukti Audit

Bukti audit dapat dibedakan dalam beberapa jenis atau golongan sebagai berikut:

1. Bukti pengujian fisik

(dalam beberapa buku disebut sebagai bukti fisik) adalah bukti yang diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata kepala auditor sendiri menyangkut harta berwujud. Pengamatan langsung oleh auditor dilakukan dengan cara inventarisasi fisik (dikenal pula


(13)

dengan sebutan opname) dan inspeksi ke lapangan (on the spot). Pengamatan fisik dapat dilakukan untuk meyakinkan mengenai keberadaan (kuantitatif) dan mutu (kualitatif) dari aktiva berwujud. Namun keandalannya sangat tergantung dari kemampuan auditor yang bersangkutan dalam memahami harta berwujud yang diaudit.

2. Bukti Dokumen

Bukti audit yang paling banyak ditemui oleh auditor adalah bukti dokumen. Bukti dokumen pada umumnya terbuat dari kertas yang mengandung huruf, angka dan informasi, simbol-simbol dan lain-lain. Bukti dokumen pada umumnya berbentuk lembaran-lembaran kertas, baik berdiri sendiri maupun yang digabungkan.

3. Bukti Analisis

Bukti analisis adalah bukti audit yang diperoleh auditor dengan

melakukan analisis atau mengolah lebih lanjut data-data auditi dan data lain yang berkaitan dengan auditi. Dalam hal ini auditor dapat menggunakan rumus-rumus atau yang lazim dikenal dengan nama rasiorasio. Hasil yang diperoleh dari bukti analisis adalah indikasi atau petunjuk. Bukti analisis tidak dapat berdiri sendiri sebagai dasar pengambilan keputusan. Bukti analisis hanya memberikan petunjuk mengenai kecenderungan suatu kejadian, sehingga untuk membuktikan terjadi atau tidaknya harus didalami dengan perolehan


(14)

jenis bukti yang lain. Yang termasuk bukti analisis adalah bukti analisis dan bukti perhitungan.

4. Bukti Keterangan

Bukti keterangan adalah bukti yang diperoleh auditor dari pihak lain (baik dari pihak auditi maupun pihak ketiga) berdasarkan pertanyaan atau informasi tertentu yang diminta oleh auditor. Yang termasuk bukti keterangan adalah bukti kesaksian, bukti lisan dan bukti spesialis (ahli).

Kompetensi bukti audit juga bergantung pada beberapa faktor, yaitu (Halim, 2003: 155) :

1. Bukti yang relevan merupakan bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud tertentu. Dalam hal ini, bukti harus berkaitan dengan tujuan audit yang telah ditetapkan auditor.

2. Sumber bukti yang diperoleh langsung oleh auditor dari pihak yang independen di luar entitas perusahaan akan memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan informasi.

3. Pengetahuan yang diperoleh secara langsung melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi akan semakin menambah kompetensi dari bukti audit.

4. Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya (reliable) dan kompeten daripada bukti subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, auditor harus mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi dan


(15)

menentukan ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat pertimbangan.

Dalam hal pengembangan pengalaman yang diperoleh auditor menunjukkan dampak yang positif bagi penambahan tingkah laku yang dapat diwujudkan melalui keahlian yang dimiliki untuk lebih mempunyai kecakapan yang matang. Dan pengalaman-pengalaman yang didapat auditor, memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki oleh auditor melalui proses yang dapat dipelajari.

Meixner (2000) mengatakan bahwa ada dua jenis pengalaman yaitu situasional yang didefinisikan sebagai durasi dari total pengalaman audit, sedangkan pengalaman organisasi didefinisikan sebagai durasi pengalaman dari tingkat bawahan hingga atasan dan cara berinteraksi dengan staff audit atau kelompok.

Shelton (1999) mengatakan bahwa pengambilan keputusan yang berpengalaman memiliki struktur pengetahuan yang sangat maju dan menggunakan strategi yang diarahkan untuk fokus hanya pada informasi yang relevan.

Kinerja akuntan publik yang berkualitas merupakan hasil dari pelaksanaan proses perencanaan dalam pengumpulan bahan bukti audit yang memadai, sehingga bukti yang dikumpulkan oleh auditor akan kompeten, relevan, dan tepat waktu.

Bahan bukti audit yang cukup dan kompeten dijadikan sebagai dasar dalam menyatakan opini yang berkualitas, namun demikian pertimbangan harus tetap dilakukan oleh auditor yang berpengalaman sebelum memutuskan jenis opini audit yang tepat.Oleh karena itu, faktor pengalaman sangat menentukan kualitas pekerjaan


(16)

dan sekaligus kualitas opini yang akan diberikan oleh auditor, dan dengan asumsi tidak ada faktor meyimpang yang menyebabkan kualitas pekerjaan auditor terganggu, profesional dengan latar belakang pengalaman dan patuh terhadap profesi.

Terkait dengan topik penelitian ini, beberapa penelitian mengenai pengalaman auditor telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya. Penelitian Ashton (2005,6) tentang hubungan pengalaman dan tingkat pengetahuan menyimpulkan bahwa perbedaan pengalaman auditor tidak bisa menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki auditor. Auditor dengan tingkat pengalaman yang sama dapat saja menunjukkan perbedaan yang besar dalam pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian Tubbs (1992,76) memberikan kesimpulan bahwa pertambahan pengalaman dapat meningkatkan perhatian auditor terhadap pelanggaran-pelanggaran untuk tujuan pengendalian.

Restu Agusti (2000) mengemukakan beberapa alasan mengapa pengalaman auditor mempengaruhi kemampuan auditor untuk memperoleh bahan bukti audit yang berkualitas. Pengalaman menumbuhkan pengalaman auditor untuk mengolah informasi, membuat perbandingan-perbandingan mental berbagai solusi-solusi alternatif dan menambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Auditor yang belum berpengalaman tidak memiliki kemampuan-kemampuan seperti ini. Dengan pengalaman audit mereka, auditor mengembangkan struktur memori yang luas dan kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan.


(17)

Pengalaman seorang auditor hanya merupakan salah satu dari beberapa atribut lainnya yang mempengaruhi kualitas bahan bukti audit. Berdasarkan beberapa penelitian Tubbs ( Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol 9 2002:6) mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi kualitas audit adalah :

1. Tenure , yaitu lamanya waktu ( jumlah tahun) auditor tersebut melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi.

2. Jumlah klien

3. Size dan kesehatan keuangan klien

4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit.

5. Independen auditor yang efisien

6. Level of audit fees

7. Tingkat perencanaan kualitas audit

Dijelaskan pula oleh hasil penelitiam terdahulu oleh behn et al dalam ( Simposium Nasional Akutansi 5 2002:563) , ada 6 atribut yang berpengaruh terhadap kualitas audit diantaranya yaitu pengalaman melakukan audit yang disertai dengann pemahaman mengenai industri klien, resposif terhadap kebutuhan klien, taat pada standar umum, dan diikuti juga dengan keterlibatan pimpinan KAP dan komite audit.

Jadi penilaian sangat bergantung pada pengetahuan karena informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas-tugas berasal dari dalam memori dan


(18)

pengetahuan seseorang. Oleh karena itu, kesesuaian antara informasi dalam ingatan dengan kebutuhan tugas mempengaruhi hasil-hasil penilaiannya. Auditor yang kurang berpengalaman belum memiliki struktur memori seperti ini, sehingga mereka tidak mampu memberikan respon yang memadai, akibatnya penilaian-penilaian mereka kalah akurat dibandingakan dengan penilaian-penilaian auditor berpengalaman.

Dari uraian diatas tampak bahwa pengalaman auditor merupakan faktor penting dalam usaha meningkatkan profesionalisme auditor. Pengalaman auditor akan menentukan keterampilanya dalam melakukan tugas audit, termasuk dalam hal mengumpulkan bahan bukti audit yang berkualitas

Keahlian yang dimaksudkan adalah keahlian dalam bidang pemeriksaan dengan bertambahan pengalaman yang diperoleh. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Universitas Kristen Maranatha Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi dengan

judul “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Tingkat Kualitas Bahan Bukti Audit Yang Diperoleh Dalam Penugasan Audit.”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, didapat identifikasi masalah sebagai berikut :


(19)

1. Apakah pengalaman auditor berperan penting dalam mengumpulkan bahan bukti audit ?

2. Apakah kualitas audit bahan baku penting untuk menentukan kualitas bahan bukti audit yang dikumpulkan ?

3. Seberapa besarkah pengaruh bpengalaman auditor terhadap kualitas bahan bukti audit yang dikumpulkan ?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas perolehan bahan bukti audit. Dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan penting pengalaman kerja auditor dalam pengumpulan bahan bukti audit.

2. Untuk mengetahui apakah kualitas audit bahan baku penting untuk menentukan kualitas bahan bukti audit yang dikumpulkan.

3. Untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas bahan bukti audit yang dikumpulkan.


(20)

1.4Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pemahaman teori-teori yang diperoleh selama dibangku kuliah dan membandingkanya dengan keadaan di lapangan terutama terkait dengan judul yang dipilih.

2. Bagi KAP

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan seperti diperlukannya peningkatan supervise bagi auditor, sehingga diharapkan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menjadi sumbangan pemikiran yang akan membantu KAP dalam menjalankan profesinya.

3. Bagi pihak lain

Khususnya bagi perguruan tinggi, memberi tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan mengenai profesionalisme akuntan publik dan kualitas bahan bukti audit, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya.


(21)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit yang Dikumpulkan , data yang terkumpul melalui penyebaran kuesioner yang kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan skala likert dan analisis korelasi Product Moment dan diuji hipotesis dengan uji-t, maka penulis dalam Bab ini menarik kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, yaitu :

- Terdapat pengaruh antara Pengalaman Auditor (X) terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit (Y) namun tidak signifikan sebesar 3,98% sedangkan sisanya sebesar 96,02% adalah pengaruh dari factor lain yang tidak diamati oleh peneliti.

- Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam system akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas menemukan adanya penyelewengan tergantung pada technical skill auditor tersebut yang dapat dilihat pada pengalaman auditor , pendidikan, professionalisme dan struktur audit perusahaan. - Sedangkan probabilitas melaporkan melaporkan bahwa


(22)

independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, Tubbs ( Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol 9 2002:6) mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi kualitas audit adalah :

1. Tenure , yaitu lamanya waktu ( jumlah tahun) auditor tersebut melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi.

2. Jumlah klien

3. Size dan kesehatan keuangan klien

4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit.

5. Independen auditor yang efisien 6. Level of audit fees

7. Tingkat perencanaan kualitas audit

- Pengalaman merupakan atribut yang mempengaruhi kualitas audit, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada daripada auditor yang berpengalaman. Tetapi hal tersebut harus diikuti dengan atribut lainnya yaitu auditor harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi suatu perusahaan seperti kondisi ekonomi, peraturan, pemerintah, serta perubaha teknologi yang berpengaruh terhadap auditnya.

- Pengalaman seorang auditor harus disertai dengan peningkatan kemampuan professionalnya secara terus menerus ( continuing


(23)

education ) dengan mengikuti pendidikan formal seperti S2 dan S3 baik yang dilakukan di dalam maupun luar negri didukung dengan peningkatan pengetahuan informal melalui penataran, seminar, lokakarya, dan diskusi dengan asosiasi berbagai bidang usaha yang diaudit agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap peraturan kebijakan pemerintah serta poduk-produk hokum, seperti UU perburuhan, UU perpajakan, dan juga pemahaman mengenai perkembangan teknologi pendukungnya

- Kemudian auditor dituntut untuk responsive terhadap kebutuhan klien yang membuat klien memutuskan pilihannya terhadap suatu KAP. Pengalaman auditor pun tidak cukup mempengaruhi kualitas bahan bukti audit apabila tidak diimbangi dengan ketaatan pada standar umum, dimana kredibilitas seorang auditor tergantung pada kemungkinan auditor mendeteksi kesalahan yang material dan kesalahan penyajian serta kemungkinan auditor akan melapokan apa yang ditemukannya. Kedua hal tersebut mencerminkan terlaksananya standar umum.

- Pada tahap akhir dalam pengambilan keputusan dibutuhkan keterlibatan pimpinan KAP dan komite audit agar mampu memberikan prespektif dan visi yang luas atas kegiatan dan pengawasan proses audit serta memungkinakan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan.


(24)

- Dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang dilengkapi dengan penjelasan dari penelitian yang terdahulu bahwa, terdapat pengaruh antara pengalaman auditor terhadap kualitas bahan bukti audit namun tidak signifikan, dikarenakan kualitas bahan bukti audit tidak dapat dinilai hanya dengan membandingkannya dengan 1 atribut saja yaitu pengalaman seorang auditor melakukan tugas audit melainkan tetap harus diikuti dan diimbangi dengan atribut lainnya yang telah dijelaskan di atas agar dapat terwujudnya bahan bukti audit yang berkualitas.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan tersebut di atas, adalah sebagai berikut:

1. Saran bagi KAP

Berkaitan dengan hasil penelitian, KAP diharapkan:

 Dapat meningkatkan mutu dan kualitas para auditornya dengan cara menugaskan auditornya untuk mengikuti pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk memadai untuk melaksanakan audit. serta tanggap terhadap informasi-informasi mengenai perkembangan dunia akuntasi, salah satunya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan pembinaan teknis ( technical skill ) pelatihan, bimbingan, diskusi dengan organisasi profesi, dan


(25)

pendidikan profesi lanjutan guna meningkatkan standar mutu yang dimiliki auditor.

 KAP juga harus menekankan pada auditornya untuk terus meningkatkan komunikasi dan mempelajari asosiasi berbagai bentuk perusahaan yang diaudit. Misalkan dengan asosiasi industri garmen. Auditor harus terus mengembangkan pengtahuannya serta meningkatkan pemahamannya terhadap peraturan dan kebijakan pemerintah berupa produk-produk hukum seiring dengan perubahan-perubahan di industri terkait, baik berupa teknologi maupun kondisi industri itu sendiri melalui asosiasinya agar terus tanggap terhadap temuan selama melakukan tugas audit.

 Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam sikap mental, artinya tidak mudah dipengaruhi , karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sehingga auditor tidak membenarkan dan memihak kepada siapapun.

 Dalam pelaksanaan audit dan oenyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan seksama , maksudnya agar petugas audit mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelapran dengan semestinya.  Dalam pengambilan keputusan audit melibatkan pimpinan KAP

dan komite audit, tidak hanya menyerahkannya pada staff saja, tujuannya agar mampu memberikan prespektif dan visi yang luas


(26)

atas kegiatan dan pengawasan proses audit serta memungkinakan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dalam permasalah serupa, penulis memberikan saran:

 Menggunakan dan mengumpulkan pembendaharaan buku terbaru guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan perkembangan akuntansi terbaru.

 Mempelajari berbagai jurnal yang dikeluarkan oleh organisasi-organisasi profesi agar menambah luas pemahaman mengenai objek yang diteliti.

 Memperbanyak sampel penelitian, dengan demikian diharapkan kesimpulan yang diambil lebih tepat dan terhindar dari bias akibat tidak validnya suatu data yang tidak dapat mewakili karakteristik populasi.

 Penelitian dapat diperluas dengan membandingkan antara auditor yang berpengalaman dan tidak berpengalaman.

 Meningkatkan kerja sama dengan objek yang diteliti sehingga tercipta hubungan baik dengan berbagai ojek yang diteliti.


(27)

Abdolmohammadi, M., and A. Wright. 1987. An Examination of The Effects of Experiences And Task Complexity on Audit Judgments. The Accounting Review .Vol. 62.

Agusti, Restu. 2000. Positif atau Negatif Informasi yang Dikejar Auditor. Media Akuntansi. Edisi 14 (Oktober).

Arens, Alvin. A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Service. 12th Edition. USA: Pearson Education. Terjemahan Oleh: Herman Wibowo. 2008. Auditng dan Jasa assurance: Pendekatan Terintegrasi. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Boyton, W.C & Walter G. Kell. 2001. Modern Auditing. 7th Edition. New York: John Willey & Son Inc. Terjemahan Oleh: Gina Gania & , MBA. 2002. Modern Auditing. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Brouwer. 2008. Psikologi Fenomenologis. Jakarta: PT.Gramedia.

Guy, Dan M., C. Wayne Alderman & Alan J. Winters. 1999. Auditing. 5th Edition. USA: Harcourt Inc. Terjemahan Oleh: Sugiyarto, S.E., M.Sc & Ichan Setiyo Budi, S.E.. 2002. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Hardiningsih, Pancaawati., & Sumardi. 2002. Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja: Studi Kasus Auditor BPKP. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vo.2.

Hughes, Richard L. 2009. Leadership: Enchancing The Lessons of Experience. Boston: The McGraw-Hill Companies.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesionalisme Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 2004. Yogyakarta: BPFE.

Meixner. 2000. An Experimental Study Of The Effects Of Audit Structure Judgement Concencus And Auditor Experience. The Accounting Review Vol. 52.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi, Kanaka Puradireja. 1998. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Syukur , Nico. 2001. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius.

Tubbs, Richard M. 1992. The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review. Vol.87 No.4.

Shelton, Waller. 1998. The Effect of Experience on the Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgement. The Accounting Review. Vol.74 No.2.


(1)

Universitas Kristen Maranatha independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, Tubbs ( Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol 9 2002:6) mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi kualitas audit adalah :

1. Tenure , yaitu lamanya waktu ( jumlah tahun) auditor tersebut melakukan pemeriksaan suatu unit atau instansi.

2. Jumlah klien

3. Size dan kesehatan keuangan klien

4. Adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit.

5. Independen auditor yang efisien 6. Level of audit fees

7. Tingkat perencanaan kualitas audit

- Pengalaman merupakan atribut yang mempengaruhi kualitas audit, terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada daripada auditor yang berpengalaman. Tetapi hal tersebut harus diikuti dengan atribut lainnya yaitu auditor harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi suatu perusahaan seperti kondisi ekonomi, peraturan, pemerintah, serta perubaha teknologi yang berpengaruh terhadap auditnya.

- Pengalaman seorang auditor harus disertai dengan peningkatan kemampuan professionalnya secara terus menerus ( continuing


(2)

Universitas Kristen Maranatha

education ) dengan mengikuti pendidikan formal seperti S2 dan S3 baik yang dilakukan di dalam maupun luar negri didukung dengan peningkatan pengetahuan informal melalui penataran, seminar, lokakarya, dan diskusi dengan asosiasi berbagai bidang usaha yang diaudit agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap peraturan kebijakan pemerintah serta poduk-produk hokum, seperti UU perburuhan, UU perpajakan, dan juga pemahaman mengenai perkembangan teknologi pendukungnya

- Kemudian auditor dituntut untuk responsive terhadap kebutuhan klien yang membuat klien memutuskan pilihannya terhadap suatu KAP. Pengalaman auditor pun tidak cukup mempengaruhi kualitas bahan bukti audit apabila tidak diimbangi dengan ketaatan pada standar umum, dimana kredibilitas seorang auditor tergantung pada kemungkinan auditor mendeteksi kesalahan yang material dan kesalahan penyajian serta kemungkinan auditor akan melapokan apa yang ditemukannya. Kedua hal tersebut mencerminkan terlaksananya standar umum.

- Pada tahap akhir dalam pengambilan keputusan dibutuhkan keterlibatan pimpinan KAP dan komite audit agar mampu memberikan prespektif dan visi yang luas atas kegiatan dan pengawasan proses audit serta memungkinakan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan.


(3)

Universitas Kristen Maranatha - Dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan yang dilengkapi

dengan penjelasan dari penelitian yang terdahulu bahwa, terdapat pengaruh antara pengalaman auditor terhadap kualitas bahan bukti audit namun tidak signifikan, dikarenakan kualitas bahan bukti audit tidak dapat dinilai hanya dengan membandingkannya dengan 1 atribut saja yaitu pengalaman seorang auditor melakukan tugas audit melainkan tetap harus diikuti dan diimbangi dengan atribut lainnya yang telah dijelaskan di atas agar dapat terwujudnya bahan bukti audit yang berkualitas.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan tersebut di atas, adalah sebagai berikut:

1. Saran bagi KAP

Berkaitan dengan hasil penelitian, KAP diharapkan:

 Dapat meningkatkan mutu dan kualitas para auditornya dengan cara menugaskan auditornya untuk mengikuti pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk memadai untuk melaksanakan audit. serta tanggap terhadap informasi-informasi mengenai perkembangan dunia akuntasi, salah satunya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan pembinaan teknis ( technical skill )


(4)

Universitas Kristen Maranatha pendidikan profesi lanjutan guna meningkatkan standar mutu yang dimiliki auditor.

 KAP juga harus menekankan pada auditornya untuk terus meningkatkan komunikasi dan mempelajari asosiasi berbagai bentuk perusahaan yang diaudit. Misalkan dengan asosiasi industri garmen. Auditor harus terus mengembangkan pengtahuannya serta meningkatkan pemahamannya terhadap peraturan dan kebijakan pemerintah berupa produk-produk hukum seiring dengan perubahan-perubahan di industri terkait, baik berupa teknologi maupun kondisi industri itu sendiri melalui asosiasinya agar terus tanggap terhadap temuan selama melakukan tugas audit.

 Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam sikap mental, artinya tidak mudah dipengaruhi , karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sehingga auditor tidak membenarkan dan memihak kepada siapapun.

 Dalam pelaksanaan audit dan oenyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan seksama , maksudnya agar petugas audit mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelapran dengan semestinya.  Dalam pengambilan keputusan audit melibatkan pimpinan KAP

dan komite audit, tidak hanya menyerahkannya pada staff saja, tujuannya agar mampu memberikan prespektif dan visi yang luas


(5)

Universitas Kristen Maranatha atas kegiatan dan pengawasan proses audit serta memungkinakan terwujudnya kejujuran pelaporan keuangan.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dalam permasalah serupa, penulis memberikan saran:

 Menggunakan dan mengumpulkan pembendaharaan buku terbaru guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan perkembangan akuntansi terbaru.

 Mempelajari berbagai jurnal yang dikeluarkan oleh organisasi-organisasi profesi agar menambah luas pemahaman mengenai objek yang diteliti.

 Memperbanyak sampel penelitian, dengan demikian diharapkan kesimpulan yang diambil lebih tepat dan terhindar dari bias akibat tidak validnya suatu data yang tidak dapat mewakili karakteristik populasi.

 Penelitian dapat diperluas dengan membandingkan antara auditor yang berpengalaman dan tidak berpengalaman.

 Meningkatkan kerja sama dengan objek yang diteliti sehingga tercipta hubungan baik dengan berbagai ojek yang diteliti.


(6)

122 Universitas Kristen Maranatha Abdolmohammadi, M., and A. Wright. 1987. An Examination of The Effects of Experiences

And Task Complexity on Audit Judgments. The Accounting Review .Vol. 62.

Agusti, Restu. 2000. Positif atau Negatif Informasi yang Dikejar Auditor. Media Akuntansi. Edisi 14 (Oktober).

Arens, Alvin. A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Service. 12th Edition. USA: Pearson Education. Terjemahan Oleh: Herman Wibowo. 2008. Auditng dan Jasa assurance: Pendekatan Terintegrasi. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Boyton, W.C & Walter G. Kell. 2001. Modern Auditing. 7th Edition. New York: John Willey & Son Inc. Terjemahan Oleh: Gina Gania & , MBA. 2002. Modern Auditing. Edisi 7. Jakarta: Erlangga.

Brouwer. 2008. Psikologi Fenomenologis. Jakarta: PT.Gramedia.

Guy, Dan M., C. Wayne Alderman & Alan J. Winters. 1999. Auditing. 5th Edition. USA: Harcourt Inc. Terjemahan Oleh: Sugiyarto, S.E., M.Sc & Ichan Setiyo Budi, S.E.. 2002. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Hardiningsih, Pancaawati., & Sumardi. 2002. Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja: Studi Kasus Auditor BPKP. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vo.2.

Hughes, Richard L. 2009. Leadership: Enchancing The Lessons of Experience. Boston: The McGraw-Hill Companies.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesionalisme Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 2004. Yogyakarta: BPFE.

Meixner. 2000. An Experimental Study Of The Effects Of Audit Structure Judgement Concencus And Auditor Experience. The Accounting Review Vol. 52.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi, Kanaka Puradireja. 1998. Auditing. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Syukur , Nico. 2001. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius.

Tubbs, Richard M. 1992. The Effect of Experience on The Auditor’s Organization and Amount

of Knowledge. The Accounting Review. Vol.87 No.4.

Shelton, Waller. 1998. The Effect of Experience on the Use of Irrelevant Evidence in Auditor Judgement. The Accounting Review. Vol.74 No.2.