Pengaruh konsentrasi pupuk probiotik nopkor terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP
TINGKAT PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
Fransiska Novita Surya Dewi
Universitas Sanata Dharma
2014
Kualitas hasil produksi tanaman cabai rawit dipengaruhi oleh beberapa unsur
pendukung terutama pupuk. Pupuk yang kaya unsur hara dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman cabai rawit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit dan ada
tidaknya perbedaan pengaruh tingkat konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat
produksi tanaman cabai rawit.
Populasi penelitian adalah tanaman cabai rawit dengan sampel 40 tanaman cabai
rawit. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian percobaan dengan desain penelitian
rancangan acak lengkap. Faktor utama dalam penelitian ini adalah perbedaan konsentrasi

pupuk probiotik NOPKOR yang diberikan kepada tanaman cabai rawit. Konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR yang diberikan kepada 4 kelompok, yaitu kontrol, konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR 0,25%, konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,5%, dan konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR 0,75%. Setiap kelompok uji disediakan 10 tanaman cabai rawit.
Pengaruh konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman
cabai rawit dapat dilihat dalam parameter jumlah buah, berat basah, dan berat kering cabai
rawit dalam setiap kelompok. Jumlah buah dalam kelompok kontrol 290 buah, kelompok
konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,25% 327 buah, kelompok konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR 0,5% 357 buah, dan kelompok konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR
0,75% 298 buah. Berat basah dalam kelompok kontrol 377,43 gram, kelompok konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR 0,25% 460,268 gram, kelompok konsentrasi pupuk probiotik
NOPKOR 0,5% 694,504 gram, dan kelompok konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,75%
767,17 gram. Berat kering dalam kelompok kontrol 37,447 gram, kelompok konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR 0,25% 46,542 gram, kelompok konsentrasi pupuk probiotik
NOPKOR 0,5% 67,39 gram, dan kelompok konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,75%
76,803 gram.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa
pupuk probiotik NOPKOR berpengaruh terhadap terhadap tingkat produksi tanaman cabai
rawit dan tingkat konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR memberikan perbedaan pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit.


Kata kunci : Konsentrasi, Pupuk Probiotik NOPKOR, Cabai rawit

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
THE EFFECT OF CONCENTRATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER
ON THE PRODUCTIVITY OF CHILI PLANTS (Capsicum frutescens L.)
Fransiska Novita Surya Dewi
Sanata Dharma University
2014
The quality of the outcome on chili crop production is influenced by several factors
advocates especially fertilizer. A fertilizer that is rich macronutrient and micronutrient can
improve the results of chili crop production. The research is aimed to know the where abouts

the influence of probiotics NOPKOR fertilizer on the chili crop production and the where
abouts distinction influence the level of concentration probiotics NOPKOR fertilizer on the
crop production chili.
The population of research is a plant population with a sample of 40 chili plants. This
research uses the kind of research experiment with a design research draft random complete.
A major factor in this research are differences concentration of probiotics NOPKOR
fertilizer given to plant chili. The concentration of fertilizer probiotics NOPKOR given to
every treatment and as control was used regular soil, without a probiotics NOPKOR
fertilizer, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 0.5 ml, concentration of probiotics
NOPKOR fertilizer 1.0 ml, and concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.5 ml. Every
treatment provided 10 times repetition.
The influence of the concentration of probiotics NOPKOR fertilizer on the crop
production chili plants can be seen in the parameters of the number of fruits, wet chili weight,
and dry chili weight in any treatment. The number of fruit in treatment without probiotics
NOPKOR fertilizer 290 fruits, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 0.5 ml 327
fruits, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.0 ml 357 fruits, and concentration of
probiotics NOPKOR fertilizer 298 fruits. Wet chili weight in treatment without probiotics
NOPKOR fertilizer 377.43 grams, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 0.5 ml
460.268 grams, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.0 ml 694.504 grams, and
concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.5 ml 767.17 grams. Dry chili weight in

treatment without probiotics NOPKOR fertilizer 37.447 grams, concentration of probiotics
NOPKOR fertilizer 0.5 ml 46.542 grams, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.0
ml 67.39 grams, and concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.5 ml 76.803 grams.
Based on the results of research and data processing, then can be concluded that
probiotics NOPKOR fertilizer influences the chili crop production chili and the level of
concentration fertilizer probiotics NOPKOR gives distinction influence significantly to the
level of chili crop production.

Keywords : Concentration, Probiotics NOPKOR Fertilizer, Chili

ix

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP
TINGKAT PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Proeram Studi Pendidikan Bioloei


Oleh :
Fransiska Novita Surya Dewi
NIM : 101434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP
TINGKAT PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Proeram Studi Pendidikan Bioloei


Oleh :
Fransiska Novita Surya Dewi
NIM : 101434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


iii

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih aku haturkan kepada
Yesus Kristus dan Bunda Maria atas
limpahan kasih-Nya aku
mendapatkan kesempatan
menyelesaikan kuliah ini.
Kupersembahkan karyaku ini untuk :
Kedua orang tuaku hapak Andreas Parinta dan Ibu Sri Mulyani
Ketiga adikku tercinta Meiliana Puspa Dewi, Kumala Sari Dewi,
dan Lintang Surya Abadi
Seseorang yang terkasih Redemtus Rendiyanto Permana Putra
Sahabat dan Almamater tercinta Pendidikan hiologi, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
iv


PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO
Surge, grandes tebe restat vea

Bangketlah,
perjalanan panjang ada de depanmu

v

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PENGARUH KONSENTRASI PUPUK PROBIOTIK NOPKOR TERHADAP
TINGKAT PRODUKSI TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
Fransiska Novita Surya Dewi

Universitas Sanata Dharma
2014
Kualitas hasil produksi tanaman cabai rawit dipengaruhi oleh beberapa unsur
pendukung terutama pupuk. Pupuk yang kaya unsur hara dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman cabai rawit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit dan ada
tidaknya perbedaan pengaruh tingkat konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat
produksi tanaman cabai rawit.
Populasi penelitian adalah tanaman cabai rawit dengan sampel 40 tanaman cabai
rawit. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian percobaan dengan desain penelitian
rancangan acak lengkap. Faktor utama dalam penelitian ini adalah perbedaan konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR yang diberikan kepada tanaman cabai rawit. Konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR yang diberikan kepada 4 kelompok, yaitu kontrol, konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR 0,25%, konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,5%, dan konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR 0,75%. Setiap kelompok uji disediakan 10 tanaman cabai rawit.
Pengaruh konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman
cabai rawit dapat dilihat dalam parameter jumlah buah, berat basah, dan berat kering cabai
rawit dalam setiap kelompok. Jumlah buah dalam kelompok kontrol 290 buah, kelompok
konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,25% 327 buah, kelompok konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR 0,5% 357 buah, dan kelompok konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR

0,75% 298 buah. Berat basah dalam kelompok kontrol 377,43 gram, kelompok konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR 0,25% 460,268 gram, kelompok konsentrasi pupuk probiotik
NOPKOR 0,5% 694,504 gram, dan kelompok konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,75%
767,17 gram. Berat kering dalam kelompok kontrol 37,447 gram, kelompok konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR 0,25% 46,542 gram, kelompok konsentrasi pupuk probiotik
NOPKOR 0,5% 67,39 gram, dan kelompok konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR 0,75%
76,803 gram.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, maka dapat disimpulkan bahwa
pupuk probiotik NOPKOR berpengaruh terhadap terhadap tingkat produksi tanaman cabai
rawit dan tingkat konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR memberikan perbedaan pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit.
Kata kunci : Konsentrasi, Pupuk Probiotik NOPKOR, Cabai rawit

viii

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
THE EFFECT OF CONCENTRATION OF PROBIOTICS NOPKOR FERTILIZER
ON THE PRODECTIVITY OF CHILI PLANTS (Capsicum frutescens L.)
Fransiska Novita Surya Dewi

Sanata Dharma University
2014
The quality of the outcome on chili crop production is influenced by several factors
advocates especially fertilizer. A fertilizer that is rich macronutrient and micronutrient can
improve the results of chili crop production. The research is aimed to know the where abouts
the influence of probiotics NOPKOR fertilizer on the chili crop production and the where
abouts distinction influence the level of concentration probiotics NOPKOR fertilizer on the
crop production chili.
The population of research is a plant population with a sample of 40 chili plants. This
research uses the kind of research experiment with a design research draft random complete.
A major factor in this research are differences concentration of probiotics NOPKOR
fertilizer given to plant chili. The concentration of fertilizer probiotics NOPKOR given to
every treatment and as control was used regular soil, without a probiotics NOPKOR
fertilizer, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 0.5 ml, concentration of probiotics
NOPKOR fertilizer 1.0 ml, and concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.5 ml. Every
treatment provided 10 times repetition.
The influence of the concentration of probiotics NOPKOR fertilizer on the crop
production chili plants can be seen in the parameters of the number of fruits, wet chili weight,
and dry chili weight in any treatment. The number of fruit in treatment without probiotics
NOPKOR fertilizer 290 fruits, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 0.5 ml 327
fruits, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.0 ml 357 fruits, and concentration of
probiotics NOPKOR fertilizer 298 fruits. Wet chili weight in treatment without probiotics
NOPKOR fertilizer 377.43 grams, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 0.5 ml
460.268 grams, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.0 ml 694.504 grams, and
concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.5 ml 767.17 grams. Dry chili weight in
treatment without probiotics NOPKOR fertilizer 37.447 grams, concentration of probiotics
NOPKOR fertilizer 0.5 ml 46.542 grams, concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.0
ml 67.39 grams, and concentration of probiotics NOPKOR fertilizer 1.5 ml 76.803 grams.
Based on the results of research and data processing, then can be concluded that
probiotics NOPKOR fertilizer influences the chili crop production chili and the level of
concentration fertilizer probiotics NOPKOR gives distinction influence significantly to the
level of chili crop production.

Keywords : Concentration, Probiotics NOPKOR Fertilizer, Chili

ix

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
TALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
TALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
TALAMAN PENGESATAN ............................................................................................ iii
TALAMAN PERSEMBATAN ........................................................................................ iv
TALAMAN MHTTH ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAT
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ....................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi
BAB I PENDATULUAN
A. Latar Belakang Masalat ................................................................................................. 1
B. . Rumusan Masalat dan Batasan Masalat ........................................................................ e
C. Hipotesis Penelitian ....................................................................................................... e
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... e
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 5
BAB II DASAR TEHRI
A. Definisi Pupuk dan Pemupukan ..................................................................................... 6
B. Pupuk Probiotik NOPKOR .......................................................................................... 12
C. Tanaman Cabai Rawit
1. Sejarat ................................................................................................................... 1e
2. Klasifikasi .............................................................................................................. 1e
3. Pola Budidaya Cabai Rawit di Indonesia ................................................................ 15
e. Varietas Cabai Rawit di Indonesia .......................................................................... 15
5. Morfologi dan Fisiologi .......................................................................................... 21
6. Habitat.................................................................................................................... 23
xii

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Kandungan Gizi...................................................................................................... 23
8. Manfaat .................................................................................................................. 23
9. Hama dan Penyakit ................................................................................................. 2e
10. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Hama dan Penyakit ........................................ e0
BAB III METHDHLHGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................................ e2
B. Tempat Pembelian Bibit Tanaman Cabai Rawit ........................................................... e3
C. Sampel dan Populasi ................................................................................................... e3
D. Alat dan Batan ............................................................................................................ e3
E. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................................... ee
F. Desain Penelitian ......................................................................................................... ee
G. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................................. e5
H. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... e8
I. Cara Analisis Data ....................................................................................................... e9
J. Instrumen Penelitian .................................................................................................... 51
BAB IV TASIL DAN PEMBATASAN .......................................................................... 5e
BAB V IMPLEMENTASI TASIL PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN ............... 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 92

xiii

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ciri-ciri Umum Capsicum frutescens L ............................................................. 21
Tabel 3.1. Alat dan Bahan yang Digunakan ....................................................................... 43
Tabel 3.2. Analisis Variansi .............................................................................................. 49
Tabel 3.3. Instrumen Penelitian Jumlah Buah Cabai Rawit ................................................ 51
Tabel 3.4. Instrumen Penelitian Berat Basah Buah Cabai Rawit ......................................... 52
Tabel 3.5. Instrumen Penelitian Berat Kering Buah Cabai Rawit ....................................... 53
Tabel 4.1. Perbedaan Morfologis Tanaman Cabai Rawit Setiap Perlakuan ........................ 55
Tabel 4.2. Perbedaan Morfologis Buah Cabai Rawit Setiap Perlakuan ............................... 57
Tabel 4.3. Rata-rata Jumlah Buah Cabai Rawit Panenan I Sampai Panenan XII ................. 59
Tabel 4.4. Rata-rata Jumlah Buah Tanaman Cabai Rawit Tanpa Pupuk Probiotik
NOPKOR Dengan Rata-rata Jumlah Buah Tanaman Cabai Rawit Dengan
Pupuk Probiotik NOPKOR ...............................................................................61
Tabel 4.5. Uji Normalitas Rata-rata Jumlah Buah Cabai Rawit .......................................... 63
Tabel 4.6. Uji Homogenitas Rata-rata Jumlah Buah Cabai Rawit ...................................... 64
Tabel 4.7. Uji ANOVA Rata-rata Jumlah Buah Cabai Rawit ............................................. 64
Tabel 4.8. Uji lanjut ANOVA Satu Arah Rata-rata Jumlah Buah Cabai Rawit .................. 65
Tabel 4.9. Rata-rata Berat Basah Cabai Rawit Panenan I Sampai Panenan XII .................. 67
Tabel 4.10. Rata-rata Berat Basah Cabai Rawit Tanpa Pupuk Probiotik NOPKOR
Dengan Rata-rata Berat Basah Cabai Rawit Dengan Pupuk Probiotik
NOPKOR ........................................................................................................69
Tabel 4.11. Uji Normalitas Rata-rata Berat Basah Cabai Rawit ......................................... 70
Tabel 4.12. Uji Homogenitas Rata-rata Berat Basah Buah Cabai Rawit ............................. 71
Tabel 4.13. Uji ANOVA Rata-rata Berat Basah Cabai Rawit ............................................. 72
Tabel 4.14. Uji lanjut ANOVA Rata-rata Berat Basah Cabai Rawit ................................... 73
Tabel 4.15. Rata-rata Jumlah Berat Kering Cabai Rawit Panenan I Sampai Panenan X ...... 74
Tabel 4.16. Rata-rata Berat Kering Cabai Rawit Tanpa Pupuk Probiotik NOPKOR
Dengan Rata-rata Berat Kering Cabai Rawit Dengan Pupuk Probiotik
NOPKOR ......................................................................................................76
Tabel 4.17. Uji Normalitas Rata-rata Berat Kering Cabai Rawit ........................................ 78
Tabel 4.18. Uji Homogenitas Rata-rata Berat Kering Buah Cabai Rawit ........................... 79
Tabel 4.19. Uji ANOVA Rata-rata Berat Kering Buah Cabai Rawit .................................. 80
Tabel 4.20. Uji lanjut ANOVA Rata-rata Berat Kering Buah Cabai Rawit ........................ 81
xiv

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Cabai rawit varietas Bara .............................................................................. 15
Gambar 2.2. Cabai rawit varietas Pelita F1 ........................................................................ 17
Gambar 2.3. Cabai rawit varietas Taruna ........................................................................... 18
Gambar 2.4. Cabai rawit varietas Dewata F1 ..................................................................... 19
Gambar 2.5. Cabai rawit varietas Juwita F1 ....................................................................... 20
Gambar 2.6. Hama thrips (Thrips sp.) ................................................................................ 25
Gambar 2.7. Hama tungau (Tetranycus sp.) ....................................................................... 26
Gambar 2.8. Hama kutu daun (Myzus persicae Sulz.) ........................................................ 27
Gambar 2.9. Hama kutu kebul (Bemicia tabaci) ................................................................ 28
Gambar 2.10. Hama lalat buah (Batrocera dorsalis) .......................................................... 29
Gambar 2.11. Hama ulat grayak (Spodoptera litura) ......................................................... 31
Gambar 2.12. Penyakit layu bakteri yang menyerang akar tanaman cabai rawit ................. 33
Gambar 2.13. Penyakit layu bakteri yang menyerang tanaman cabai rawit ......................... 33
Gambar 2.14. Penyakit bercak buah (Collectrotichum capsici Syd.) ................................... 34
Gambar 2.15. Penyakit bercak daun (Cercospora capsici Heald et Wolf) .......................... 36
Gambar 2.16. Penyakit layu dan busuk batang (Phytophthora capsici) .............................. 37
Gambar 2.17. Penyakit akibat virus Gemini pada tanaman cabai rawit .............................. 38
Gambar 2.18. Bunga cabai rawit yang keriput karena terserang penyakit
fisiologis kekurangan kalsium ..................................................................... 39
Gambar 4.1. Diagram jumlah buah cabai rawit akibat pengaruh konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR ...................................................................................... 60
Gambar 4.2. Diagram berat basah buah cabai rawit akibat pengaruh konsentrasi
pupuk probiotik NOPKOR .......................................................................... 68
Gambar 4.3. Diagram jumlah berat kering buah cabai rawit akibat pengaruh
konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR ........................................................ 75
Gambar 4.4. Kutu kebul yang menyerang permukaan bawah daun tanaman cabai rawit .... 86
Gambar 4.5. Kutu daun yang menyerang permukaan bawah daun tanaman cabai rawit ..... 87
Gambar 4.6. Ulat grayak yang menyerang tanaman cabai rawit A.1 .................................. 87

xv

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rata-rata Jumlah Buah Cabai Rawit Dalam Setiap Panenan ............................ 95
Lampiran 2. Rata-rata Berat Basah Buah Cabai Rawit Dalam Setiap Panenan .................. 102
Lampiran 3. Rata-rata Berat Kering Buah Cabai Rawit Dalam Setiap Panenan ................. 109
Lampiran 4. Silabus ............................................................................................................. 116
Lampiran 5. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ..................................................... 123
Lampiran 6. LKS (Lembar Kerja Siswa) ............................................................................. 134
Lampiran 7. Kisi-Kisi Soal Ulangan Harian ........................................................................ 137
Lampiran 8. Soal Ulangan Harian ....................................................................................... 138
Lampiran 9. Kunci Jawaban Ulangan Harian ...................................................................... 144
Lampiran 10. Pedoman Penilaian Ulangan Harian .............................................................. 145
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ..................................................................................146

xvi

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BABBIB
PENDAHULUANB
B
A. LatarBBelakangBMasalahB
Indonesia merupakan negara yang berada tepat dilalui oleh garis
khatulistiwa. Hal ini menyebabkan sebagian besar daerah di Indonesia
memiliki flora yang beraneka ragam. Salah satu flora di Indonesia yang
melimpah ruah jenis dan jumlahnya, yaitu tanaman cabai. Tanaman cabai
memiliki 4 jenis, yaitu cabai merah besar, cabai merah keriting, cabai rawit,
dan paprika dengan berbagai macam varietas.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tanaman cabai rawit.
Pemilihan tanaman cabai rawit dirasa tepat karena tanaman cabai rawit dapat
tumbuh dimana saja dan dapat tumbuh diberbagai musim. Selain itu,
kebutuhan masyarakat Indonesia akan konsumsi makanan pedas sangatlah
tinggi. Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan Wiguna dalam majalah
Trubus (2010 : 34) bahwa “Fakta bahwa lebih dari 50 % penduduk Indonesia
tinggal di Pulau Jawa (BPS 2009) ternyata sebanding dengan serapan
cabainya. Dari total produksi cabai nasional sebesar 626.139 ton per tahun,
60 % diantaranya untuk konsumsi di pulau berpenduduk terpadat di dunia
itu.”
Cabai rawit itu sendiri merupakan tanaman perdu dari famili
Solanaceae yang memiliki nama ilmiah Capsicum frutescens. Cabai rawit
umumnya ditanam di daerah tegalan alias daerah tadah hujan atau daerah yang
belum/ tidak mendapatkan pengairan teknis. Daerah tumbuh cabai rawit yang
paling cocok, yaitu dataran dengan ketinggian antara 0 – 500 m di atas
1

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

permukaan laut dengan curah hujan yang cukup antara 100 – 200 mm/ bulan
dan temperatur antara 180 C – 270 C (Rahman, 2010 : 12).
Pada umumnya cabai rawit dimanfaatkan sebagai sayur, sambal, aneka
bumbu dapur, dan lalapan. Dari segi kesehatan, cabai rawit dapat berkhasiat
sebagai tanaman obat. Tumbuhan ini berkhasiat tonik, stimulan kuat bagi
jantung dan aliran darah, antirematik, menghancurkan bekuan darah
(antikoagulan), meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit
(kalau digosokkan ke kulit akan menimbulkan rasa panas sehingga dapat
digunakan sebagai campuran obat gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh
keringat (diaforetik), peluruh liur, dan peluruh kencing (diuretik) (Rahman,
2010 : 6).
Cabai rawit lebih banyak dipasarkan dalam bentuk sayuran segar.
Sayuran yang segar dan sehat ditentukan oleh adanya keseimbangan alam dan
lingkungan yang tersedia bagi sayuran. Keseimbangan adalah sebuah tujuan
akhir dari seluruh perbaikan keberadaan alam dan lingkungan. Keseimbangan
dari seluruh siklus kehidupan tanah yang pada akhirnya akan menciptakan
kesuburan. Kesuburan berasal dari hara tanah yang merupakan hasil proses
metabolisme mikroba dan biota tanah. Kesuburan lahan yang sangat kaya
akan hara, akan berguna untuk pertumbuhan dan peningkatan produktivitas
model budidaya tanaman pangannya (Murwono, 2013 : 56).
Selain kesuburan tanah, ketersediaan pupuk yang digunakan pun perlu
mendapatkan perhatian. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media
tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002 : 126). Masyarakat Indonesia sekarang, terutama masyarakat

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

menengah yang berprofesi sebagai petani dan khususnya petani sayuran
semakin peduli akan pentingnya kualitas pupuk. Salah satu solusi untuk
mengatasi keterbatasan pupuk adalah dengan menggunakan pupuk organik
yang diberi tambahan pupuk probiotik.
Pengaplikasian pupuk organik dengan pupuk probiotik dilaksanakan
dalam penelitian ini dengan menggunakan pupuk organik kandang yang
berasal dari kotoran kambing dan pupuk probiotik dengan menggunakan
pupuk probiotik NOPKOR (Nitrogen Phosphat Kalium Organism Recovery).
Pupuk probiotik NOPKOR merupakan pupuk organik yang memiliki manfaat
utama penggembur dan penyubur tanah karena pupuk probiotik NOPKOR
mengandung kultur campuran berbagai mikroba tanah dalam kelompok
mikroba fiksasi Nitrogen dari udara, mikroba fiksasi dan recovery Phosphat
dan Kalsium, Magnesium, Ferum, serta mikroba fiksasi dan recovery Kalium
(Murwono, 2013 : 45).
Dengan banyaknya manfaat dalam satu pupuk probiotik NOPKOR,
petani dapat menekan biaya perawatan agar tidak merugi, dapat menjaga
keseimbangan unsur hara dalam tanah, dan meningkatkan produktivitas
panenan. Hal ini dinyatakan pula oleh Eko Prasetyo petani Desa Pandan,
Kecamatan Geragai dalam Koran Kompas (2014 : 22) bahwa “Tidak hanya
efektif memulihkan kesuburan tanah, tetapi penggunaan sistem pertanian
organik juga berhasil menekan biaya produksi hingga lebih dari 90 %.”

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

B. RumusanBMasalahBdanBBatasanBMasalahB
1. Rumusan Masalah
a. Apakah pupuk probiotik NOPKOR berpengaruh terhadap tingkat
produksi tanaman cabai rawit?
b. Apakah perbedaan konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR berpengaruh
terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit?
2. Batasan Masalah
a. Tanaman yang digunakan, yaitu tanaman cabai rawit varietas taruna
(Capsicum frutescens var. Taruna L.).
b. Pupuk yang digunakan, yaitu pupuk probiotik NOPKOR yang
berwarna putih susu/ cokelat muda dan pupuk kandang yang berasal
dari kotoran kambing untuk pencampuran medium tanah.
c. Parameter dalam penelitian ini adalah jumlah buah, berat basah, dan
berat kering hasil panen cabai rawit dari setiap konsentrasi pupuk
probiotik NOPKOR.

C. HipotesisBPenelitianB
Terdapat pengaruh yang signifikan dari pupuk probiotik NOPKOR terhadap
tingkat produksi tanaman cabai rawit dan terdapat pengaruh yang signifikan
dari perbedaan konsentrasi pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat
produksi tanaman cabai rawit .

D. TujuanBPenelitianB
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
pupuk probiotik NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit dan

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

ada tidaknya perbedaan pengaruh tingkat konsentrasi pupuk probiotik
NOPKOR terhadap tingkat produksi tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens L.)

E. ManfaatBPenelitianB
1. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini untuk peneliti adalah menambah ilmu dan
wawasan tentang pengujian pengaruh suatu pupuk probiotik terhadap
tingkat produksi tanaman hortikultura dan membantu peneliti untuk
semakin memahami fungsi dari pupuk probiotik dalam memperkaya unsur
hara dalam tanah.
2. Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini untuk masyarakat adalah agar masyarakat
dapat menggunakan pupuk probiotik NOPKOR sebagai alternatif dalam
meningkatkan hasil produksi tanamannya dan memperkaya unsur hara
dalam tanah agar tanaman dapat tetap tumbuh subur.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BABBIIB
DASARBTEORIB
B
A. DefinisiBPupukBdanBPemupukanB
Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk
mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik
bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian
bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang asam dan
pemberian pembenahan tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dalam
pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu
atau lebih hara tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002 : 126)
Pupuk dalam arti luas diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan asalnya :
a. Pupuk alam, yakni pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan
bahan alam tanpa proses yang berarti, misalnya adalah pupuk kompos,
pupuk kandang, dan pupuk hijau.
b. Pupuk buatan, yakni pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara
mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia,
misalnya adalah TSP, urea, dan nitrophoska.
2. Berdasarkan senyawanya :
a. Pupuk organik, yakni pupuk yang berupa senyawa organik, misalnya
adalah pupuk alam seperti pupuk kandang, pupuk kompos, dan guano.
b. Pupuk anorganik atau mineral, yakni pupuk dari senyawa anorganik.
Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
6

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

3. Berdasarkan fasanya :
a. Pupuk padat, yakni pupuk yang umumnya mempunyai kelarutan
beragam mulai yang larut air sampai yang sukar larut air.
b. Pupuk cair, yakni pupuk berupa cairan yang cara penggunaannya
dilarutkan terlebih dahulu dengan air.
4. Berdasarkan cara penggunaannya :
a. Pupuk daun, yakni pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudian disemprotkan pada permukaan daun.
b. Pupuk akar atau pupuk tanah, yakni pupuk yang diberikan ke dalam
tanah di sekitar akar agar dapat diserap oleh akar tanaman.
5. Berdasarkan reaksi fisiologisnya :
a. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis asam, yakni pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih asam
(pH menjadi lebih rendah), misalnya adalah ZA dan urea.
b. Pupuk yang memiliki reaksi fisiologis basis, yakni pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik,
misalnya adalah pupuk chili saltpeter, calnitro dan kalsium sianida.
6. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya :
a. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman, misalnya adalah
pupuk urea yang mengandung hara N.
b. Pupuk majemuk, yakni pupuk yang mengandung dua atau lebih dua
hara tanaman, misalnya adalah NPK, amophoska.
7. Berdasarkan macam hara tanaman :
a. Pupuk makro, yakni pupuk yang mengandung hara makro saja,
misalnya adalah NPK.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

b. Pupuk mikro, yakni pupuk yang hanya mengandung hara mikro,
misalnya mikrovet, mikroplek dan metalik.
c. Campuran mikro dan makro, misalnya pupuk gandasil.
Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara
pada komplek tanah, baik langsung maupun tidak langsung dapat
menyumbangkan bahan makanan bagi tanaman. Tujuan dari pemupukan itu
adalah untuk memperbaiki

tingkat kesuburan tanah agar tanaman

mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan tanaman. Pembuatan rekomendasi pemupukan khusus untuk
beraneka

jenis

tanah

tidaklah

mudah.

Banyak

faktor

yang

harus

dipertimbangkan dalam menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan
digunakan pada sebidang lahan bagi tanaman tertentu. Penentuan beberapa
kali pemupukan harus dilakukan agar mendapat hasil yang memuaskan tetap
menjadi masalah. Tidak cukup memberikan pupuk dengan jenis yang tetap
dan jumlah yang memadai. Kejituan pemberian pupuk ditentukan oleh waktu
dan cara pemberian yang tepat. Waktu dan cara pemberian pupuk yang tepat
sangat penting, terutama pada saat persediaan pupuk terbatas, maka
pengunaan pupuk harus benar-benar dapat meningkatkan hasil seoptimal
mungkin (Rosmarkam dan Yuwono, 2002 : 168).
Pemilihan cara pemupukan yang terbaik, tergantung pada berbagai
faktor, diantaranya jenis tanah, kadar lengas, daya serap tanah terhadap
berbagai hara, pengolahan, macam tanaman, sistem perakaran tanaman,
kemampuan tanaman mengekstraksi hara dalam tanah dan macam pupuk yang
digunakan. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif
dan sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang agak kering. Oleh karena itu,

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

penempatan pupuk harus harus tepat agar tanaman mudah menyerapnya dan
mengurangi penyematan hara terutama P. Bagi tanaman semusim, pemberian
pupuk yang tepat sangat penting agar tanaman dapat menyerap pupuk sedini
mungkin sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung secara cepat sejak
permulaan. Dalam dunia pertanaman, pemberian semua pupuk lebih baik
dilakukan sebelum atau pada saat tanam.
Macam-macam cara pemupukan :
1. Pemupukan dengan cara disebar
Pemupukan dengan cara disebar dilakukan di seluruh areal lahan yang
akan ditanami suatu tanaman. Pemupukan dengan cara disebar dilakukan
sebelum tanam atau sesudah ada tanamannya. Pemupukan dengan cara ini
dinamakan top dressing yang dapat dilakukan dalam larikan.
Kerugian utama pemupukan dengan cara disebar adalah :
a. Penyebaran atau penyampaian pupuk tidak merata pada semua lapisan
lahan yang diolah.
b. Harus dalam jumlah yang besar dan pemberiannya terjamin pada saat
tanam dengan menggunakan alat penabur pupuk dan benih.
c. Harus dilakukan dengan menggunakan alat atau tangan.
2. Pemupukan dengan cara dibenam
Pemupukan dengan cara dibenam dimaksudkan bahwa pemupukan
tanaman dilakukan dengan alat atau mesin yang dapat meletakkan pupuk
padat dalam jalur dan menyemprotkan pupuk cairan ke dalam tanah
sebelum tanam.
a. Pembenaman lapis bajak

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Pembenaman pupuk lapis bajak dilakukan dengan cara meletakkan
pupuk dalam jalur yang tak terputus pada dasar alur bekas bajak,
kemudian ditutup lagi dengan pembalikan tanah alur berikutnya.
Pemupukan ini dilakukan di daerah yang tanahnya kering. Dengan
pembenaman lebih dalam, pupuk berada dalam tanah yang lembab
tempat akar tanaman terkumpul sehingga tersedia hara bagi tanaman
selama musim kering. Pemupukan dengan cara ini akan lebih
mengurangi penyematan P dan K daripada pemupukan dengan cara
disebar.
b. Pembenaman dalam pupuk N pada sawah
Pembenaman dalam pupuk N dilakukan dengan cara disebar,
kemudian dibalik waktu pembajakan sebelum lahan tersebut diairi. Air
segera dimasukkan untuk mengurangi nitrifikasi oleh bakteri aerob
yang mengubah amoniak menjadi nitrat.
c. Pemupukan setempat
Pemupukan dengan cara ini dilakukan bila jumlah pupuk yang
diberikan sedikit.
3. Pemupukan melalui daun
Banyak unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman melalui daun.
Penyerapan unsur hara melalui daun ini ternyata lebih cepat dan lebih
sempurna. Terdapat kekurangan yang dialami dalam pemupukan ini,
antara lain :
a. Pinggir daun terbakar karena pupuk terlalu pekat.
b. Hara yang dapat diberikan pada setiap pemberian rendah, sehingga
perlu diberikan beberapa kali untuk dosis pupuk sedang dan tinggi.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

c. Biaya persatuan hara tinggi, meskipun digabungkan dengan keperluan
lainnya, misalnya bersama-sama dengan pestisida. Penyemprotan
pupuk lengkap yang tepat pada waktunya akan merangsang tanaman
meningkatkan hasil. Peningkatan hasil jauh melampaui imbangan
dengan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Oleh karena itu, setiap
pemberian pupuk dengan keadaan semacam itu merangsang akar
tanaman untuk berdaun banyak pada tanah yang telah diberi pupuk
yang cukup atau persediaan hara dalam tanah cukup banyak.
4. Pemupukan melalui udara
Pupuk cair ataupun pupuk padat dapat diberikan lewat udara dengan
menggunakan pesawat sederhana udara. Pemupukan dengan sistem ini
biasanya digunakan pada tanah yang curam, sukar dilewati, pemupukan
hara mikro untuk tanah yang luas atau pemupukan di wilayah hutan dan
padang rumput. Pemupukan semacam ini juga untuk tanah yang sukar
dipupuk dengan mesin lewat permukaan udara. Pemupukan lewat udara ini
telah dilakukan di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.
5. Pemupukan dengan injeksi ke dalam tanah
Pupuk amoniak cair atau gas yang kadarnya sangat tinggi (83%) diberikan
ke dalam tanah dengan injeksi untuk mengurangi kehilangan N karena
penguapan. Kedalaman injeksi umunya 15-20 cm dari permukaan tanah.
6. Pemupukan sprinkle irrigation
Pemupukan sprinkle irrigation dimaksudkan untuk pemberian air
pengairan sekaligus memberi pupuk yang dilarutkan. Pupuk yang
dilarutkan ditampung dalam tangki penampung, kemudian dipompa dan
disemprotkan ke dalam udara, sehingga membasahi tanaman yang hidup di

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

sekitarnya. Di Indonesia, pemupukan model seperti ini biasanya
diterapkan di perkebunan kopi Jawa Timur.
B. PupukBProbiotikBNOPKORB
Menurut Murwono (2013 : 45), usaha peningkatan penetrasi udara dan
proses penggemburan kembali tanah dalam suatu lahan budidaya pangan dapat
dilakukan dengan menggunakan pupuk organik kompos Biosol, yang selalu
akan diberi biakan mikroba penyubur tanah dalam bentuk NOPKOR, yang
merupakan kepanjangan dari Nitrogen Phosphat Kalium nrganism Recovery.
Inilah peran dari jasad renik mikroba tanah NOPKOR yang berada dalam
kelompok mikroba aerob, mikroba fakultatif aerob, dan fakultatif anaerob.
Peran dan fungsinya adalah untuk membantu proses penyuburan kembali
tanah.
Spesifikasi produk agro NOPKOR, sebagai berikut :
1. Nama trivial : Nitrogen Phosphat Kalium Organism Recovery.
2. Komposisi

:

Kultur campuran berbagai mikroba tanah dalam kelompok mikroba fiksasi
Nitrogen dari udara, mikroba fiksasi dan recovery Phosphat dan Kalsium,
Magnesium, Ferum, serta mikroba fiksasi dan recovery Kalium.
3. Manfaat

:

a. Penggembur dan penyubur tanah.
b. Mempercepat pertumbuhan biota, jasad renik tanah, dan keberadaan
hara tanahnya.
c. Mempercepat pertumbuhan dan memperkuat akar tanaman.
d. Dapat berfungsi sebagai pupuk dasar sistemik tanah.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

e. Membantu proses pembusukan sisa akar tanaman setelah panenan,
kotoran hewan, sampah organik, dan bahan organik lainnya.
f. Menaikkan derajat keasaman tanah menjadi netral secara biologis
tanpa penggunakan kapur tanah, karena adanya mikroba fiksasi
Kalsium dan Kalium.
g. Menguraikan residu dari pestisida kontak/ insektisida siklis agar tidak
meracuni tanah.
h. Mencegah timbulnya penyakit busuk akar karena rendahnya pH tanah.
i. Mencegah timbulnya serangan jamur.
j. Dapat digunakan sebagai mikroba pembusuk dalam pembuatan dan
fermentasi kompos.
k. Menciptakan keseimbangan ekosistem tanah yang baru, sehingga
memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan rehabilitasi
predator alami.
l. Meningkatkan tingkat penyerapan air permukaan tanah dan mencegah
banjir serta kekeringan.
4. Cara Pemakaian :
a. Sebelum larutan NOPKOR digunakan, perlu dikocok terlebih dahulu.
b. Tuangkan cairan NOPKOR dalam ember/ drum, yang sudah berisi air
(dituangkan sesuai dengan kebutuhan), kemudian diaduk secara
merata.
c. Penggunaan larutan NOPKOR sebaiknya dengan menggunakan
gembor, disiramkan dilahan/ bedengan pada saat persiapan lahan,
disiramkan disekitar akar tanaman. Dapat juga dengan dimasukkan
kedalam saluran irigasi yang akan masuk ke lahan sawah basah itu.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

C. TanamanBCabaiBRawitB
1. SejarahB
Tanaman cabai berasal dari bagian tropis dan subtropis Benua
Amerika, khususnya Kolombia, Amerika Selatan. Selanjutnya tanaman
tersebut menyebar ke Amerika Latin. Penggunaan tanaman cabai oleh
masyarakat Indian telah dilakukan sejak dahulu kala. Hal ini diketahui
setelah Christhoper Columbus mendapati Benua Amerika sekitar tahun
1492. Kala berlabuh di Pantai Salvador dan menemukan banyak rempahrempah, termasuk cabai. Ia membawa biji cabai ke negara asalnya Italia.
Sejak itulah cabai tersebar ke berbagai penjuru dunia. Adapun yang
berperan dalam penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negaranegara di Asia, seperti Indonesia adalah pedagang Spanyol dan Portugis
(Syukur, dkk, 2012 : 8).

2. KlasifikasiB
Klasifikasi cabai rawit sebagai berikut,
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (Berkeping dua/ dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanasales

Family

: Solanaceae (Suku terung-terungan)

Genus

: Capsicum

Spesies

: Capsicum frutescens L. (Rahman, 2002 : 3)

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

3. PolaBBudidayaBCabaiBRawitBdiBIndonesiaB
Ada dua pola budidaya cabai rawit di Indonesia. Pertama budidaya
ala Brebes. Petani menggunakan benih produksi sendiri, tanpa mulsa
plastik, pengolahan lahan dan pupuk menumpang pada budidaya bawang
merah sebelumnya. Beda dengan pola tanam ala Brebes, para petani cabai
rawit modern menggunakan benih impor, mulsa plastik, pupuk dan
pestisida. Mereka juga mengolah lahan khusus untuk budidaya cabai
(Alex, 2012 : 5).

4. VarietasBcabaiBrawitBdiBIndonesiaB
Cabai rawit memiliki varietas unggul, diantaranya Bara, Pelita F1, Taruna,
Dewata F1, dan Juwita F1.
a. BaraB
Bara merupakan varietas cabai rawit bersari bebas dari jenis
Capsicum annuum. Varietas ini bisa ditanam didataran rendah sampai
dataran tinggi. Buahnya tegak bermunculan dari permukaaan tajuk
sehingga memudahkan pemanenan.

Gambar 2.1. Cabai rawit varietas Bara

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Sumber :
http://admin.eastwestindo.com/wysiwyg/FileUpload/pics/imagecontent
/25-BARA-Det.jpg
Karakteristik tanaman :
1) Tinggi tanaman

: 55 cm

2) Sosok tanaman

: rimbun

3) Panen pertama

: 100 HST

4) Ukuran buah

: 4 cm x 0.7 cm

5) Warna buah

: hijau muda – merah cerah

6) Produksi

: 0.5 kg/ tanaman

7) Kepedasan

: sangat pedas

Keunggulan :
1) Sangat genjah, terutama jika dibandingkan dengan Capsicum
frutescens.
2) Produksi tinggi.
3) Umur produksi panjang, tetapi tidak selama Capsicum frutescens.
4) Tahan layu bakteri dan toleran terhadap serangan layu cendawan
Phytophthora dan berbagai virus.
5) Daya simpan buah 5 – 6 hari.
b. PelitaBF1B
Pelita F1 merupakan varietas cabai rawit hibrida penghasil
devisa karena benihnya cukup banyak yang diekspor ke luar negeri.
Cabai rawit hibrida Capsicum annumm ini bisa ditanam mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi. Buahnya tegak bermunculan dari
permukaan tajuk sehingga memudahkan pemanenan.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Gambar 2.2. Cabai rawit varietas Pelita F1
Sumber :
http://admin.eastwestindo.com/wysiwyg/FileUpload/pics/imagecontent
/27-PELITA-Det.jpg
Karakteristik tanaman :
1) Tinggi tanaman

: 70 cm

2) Sosok tanaman

: tegak - rimbun

3) Panen pertama

: 100 HST

4) Ukuran buah

: 4 cm x 0.7 cm

5) Warna buah

: hijau - merah

6) Produksi

: 0.7 kg/ tanaman

7) Kepedasan

: sangat pedas

Keunggulan :
1) Sangat genjah, terutama jika dibandingkan dengan Capsicum
frutescens.
2) Produksi tinggi (1.5 kali produksi dari Bara).
3) Umur produksi panjang, tetapi tidak selama Capsicum frutescens.
4) Tahan layu bakteri.
5) Daya simpan buah 5 – 6 hari.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

c. TarunaB
Taruna merupakan varietas cabai rawit bersari bebas. Varietas
ini tergolong jenis Capsicum frutescens. Taruna bisa ditanam mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Tipe percabangannya tinggi
dan tegak. Buahnya berwarna putih – gading dengan ukuran 4 cm x 1
cm. Aromanya enak khas Capsicum frutescens.

Gambar 2.3. Cabai rawit varietas Taruna
Sumber :
http://admin.eastwestindo.com/wysiwyg/FileUpload/pics/imagecontent
/26-TARUNA-Det.jpg
Karakteristik tanaman :
1) Tinggi tanaman

: 100 cm

2) Sosok tanaman

: tegak

3) Panen pertama

: 130 HST

4) Ukuran buah

: 4 cm x 1.1 cm

5) Warna buah

: putih gading – merah orange

6) Produksi

: 0.5 kg/ tanaman

7) Rasa

: aromatik, khas Capsicum frutescens

Keunggulan :
1) Produksi tinggi dan seragam.

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

2) Umur produksi panjang (perennial).
3) Daya tahan buah 3 – 4 hari.B
d. DewataBF1B
Dewata F1 merupakan varietas cabai rawit hibrida yang
tergolong jenis Capsicum annuum. Varietas ini cocok ditanam
didataran rendah. Buahnya tegak bermunculan dari permukaan tajuk
sehingga memudahkan pemanenan.

Gambar 2.4. Cabai rawit varietas Dewata F1
Sumber :
http://admin.eastwestindo.com/wysiwyg/FileUpload/pics/imagecontent
/24-DEWATA-Det.jpg
Karakteristik tanaman :
1) Tinggi tanaman

: 60 cm

2) Sosok tanaman

: percabangan menyebar

3) Panen pertama

: 70 – 75 HST

4) Ukuran buah

: 5.5 cm x 0.7 cm

5) Warna buah

: putih gading – merah orange

6) Produksi

: 0.5 – 0.7 kg/ tanaman

7) Rasa

: sangat pedas

PLAGIAT MEUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Keunggulan :
1) Sangat genjah, terutama jika dibandingkan dengan Capsicum
frutescens.
2) Produksi tinggi.
3) Tahan layu bakteri.
4) Bisa digunakan sebagai tanaman hias (ornamental potted plant).
5) Daya simpan buah 5 – 6 hari.
e. JuwitaBF1B
Juwita F1 merupakan varietas cabai rawit hibrida dari jenis
Capsicum annuum. Varietas ini cocok untuk dataran rendah. Buahnya
tegak bermunculan dari permukaan tajuk sehingga memudahkan
pemanenan.

Gambar 2.5. Cabai rawit varietas Juwita F1
Sumber :
http://admin.eastwestindo.com/wysiwyg/FileUpload/pics/imagecontent
/23-JUWITA-Det.jpg
Karakteri