KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM EKSTRAKSI BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23.

(1)

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM

EKSTRAKSI BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Dalam Bidang Kimia

Disusun Oleh:

ISTIQOMAH BUDDHISATYANI ADI NIM. 0607350

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM EKSTRAKSI

BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23

Oleh

Istiqomah Buddhisatyani Adi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Istiqomah Buddhisatyani Adi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi

KAJIAN PREPARASI DAN KONDISI OPTIMUM EKSTRAKSI BIONUTRIEN BERBASIS TANAMAN SO-23

Diajukan Oleh:

ISTIQOMAH BUDDHISATYANI ADI 0607350

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Drs. Yaya Sonjaya, M.Si. NIP: 196502121990031002

Pembimbing II,

Muhamad Nurul Hana’, S.Pd., M.Pd.

NIP: 197101191997021001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP: 196611211991031002


(4)

Abstrak

Bionutrien diperoleh dari ekstrak tanaman dengan kode SO-23. Pada penelitian ini telah dilakukan kajian preparasi dan optimasi kondisi ekstraksi tanaman SO-23 yang akan dijadikan bionutrien. Kondisi optimum ekstraksi diantaranya konsentrasi ekstraktan, waktu ekstraksi serta massa tanaman SO-23 terhadap kadar nitrogen yang diperoleh. Metode yang digunakan untuk preparasi tanaman SO-23 adalah destruksi basah menggunakan pelarut asam sulfat (H2SO4) pekat

dan Hidrogen peroksida (H2O2) sehingga diperoleh destruat yang siap diuji kadar

N, P, dan K nya. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan Ekstraksi dengan cara refluks untuk memperoleh ekstrak bionutrien SO-23 dengan menggunakan ekstraktan basa. Hasil analisis terhadap tumbuhan SO-23 menunjukan kadar nitrogen, fosfor, dan kaliumnya berturut-turut sebesar 11,4 mg/L, 8212 mg/L, dan 16,195 mg/L. Bionutrien SO-23 diperoleh melalui proses ekstraksi pada kondisi optimum diantaranya, konsentrasi ekstraktan 1 M, waktu ekstraksi 60 menit dan massa sampel tanaman SO-23 75 gram. Pada kondisi tersebut kadar N-total yang terekstrak adalah 1693 mg/L.

Kata kunci: Bionutrien, Tanaman SO-23, Ekstraksi.

Abstract

Bionutrien derived from plant extracts with SO-23 code. This research has been done on the study preparation and optimization of extraction conditions plant SO-23, which will be bionutrien. The optimum extraction conditions such as extractant concentration, extraction time and mass plant SO-23 to nitrogen levels were obtained. The method used for the preparation of plant destruction SO-23 is wet with solvent sulfuric acid (H2SO4) acid and hydrogen peroxide (H2O2) in

order to obtain a ready destruat tested levels of N, P, and K her. In addition, in this study also conducted by reflux extraction for obtaining extracts bionutrien SO-23 using alkaline extractant. Results of the analysis of SO-23 plants showed levels of nitrogen, phosphorus, and potassium, respectively for 11.4 mg / L, 8212 mg / L, and 16.195 mg / L. Bionutrien SO-23 obtained through the extraction process on optimum conditions including, extractant concentration of 1 M, 60 min extraction time and mass plant samples SO-23 75 grams. In these conditions the levels of N-extractable total is 1693 mg / L.


(5)

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman ... 5

2.2. Pengaruh Kekurangan Unsur Hara Pada Tanaman ... 11

2.2.1 Nitrogen ... 11


(6)

vi

2.2.3 Kalium ... 12

2.3. Pupuk ... 12

2.4. Tinjauan Bionutrien ... 15

2.4.1 Bionutrien SO-23 ... 18

2.4.2 Komponen Penyusun Jaringan pada Tumbuhan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penelitian ... 25

3.2. Alat dan Bahan ... 25

3.3. Alur Penelitian ... 25

3.3.1. Analisis ... 26

3.3.2. Optimasi Kondisi Ekstraksi... 26

1. Optimasi Konsentrasi Larutan Ekstraktan ... 27

2. Optimasi Waktu Ekstraksi ... 27

3. Optimasi Massa Sampel ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Pengujian Awal Tanaman SO-23... 29

4.2. Optimasi Kondisi Ekstraksi ... 34

4.2.1. Optimasi Konsentrasi Ekstraktan ... 35


(7)

vii

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

4.2.3. Optimasi Massa Tanaman SO-23 ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1. Kesimpulan ... 46

5.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 50


(8)

viii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Kadar N, P, dan K dari Tanaman Potensial... 16

Tabel 2.2 Aplikasi Bionutrien terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman ... 16

Tabel 2.3 Kelompok Metabolit Sekunder Pada Tanaman Tingkat Tinggi... 22

Tabel 4.1 Kadar N, P, dan K dari beberapa contoh Tanaman Potensial ... 31

Tabel 4.2 Data Optimasi Konsentrasi Ekstraktan ... 35

Tabel 4.3 Data Optimasi Waktu Ekstraksi ... 38

Tabel 4.4 Data Optimasi Massa Tanaman SO-23 ... 41


(9)

ix

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Siklus Nitrogen Pada Tanaman ... 8

Gambar 2.2 Molekul Poliamina ... 20

Gambar 2.3 Kerangka Karbon Isopimaran ... 23

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 26

Gambar 3.2 Alur Metode Ekstraksi Dengan Cara Refluks ... 27

Gambar 4.1 Hubungan Konsentrasi Ekstraktan Tehadap Kadar N ... 36

Gambar 4.2 Hubungan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar N ... 38


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Data Hasil Analisis Nitrogen Total dan Fosfor Total Tanaman SO-23 ... 50

Lampiran 2. Data Hasil Analisis Kalium Total Tanaman SO-23 ... 51

Lampiran 3. Data Hasil Optimasi Konsentrasi Ekstraktan ... 53

Lampiran 4. Data Hasil Optimasi Waktu Ekstraksi ... 55


(11)

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seiring pertambahan populasi penduduk, kebutuhan akan pangan dan hasil pertanian pun meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, telah banyak upaya yang dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian salah satunya adalah dengan pemberian pupuk. Namun pada umumnya kegiatan pertanian ini masih menggunakan pupuk kimia sintetis atau pupuk anorganik. Sedangkan penggunaan pupuk kimia sintetis atau pupuk anorganik menimbulkan banyak dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Penggunaan pupuk kimia sintetis yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas kesuburan biologis, fisik dan kimia tanah. Keadaan ini semakin diperparah oleh kegiatan pertanian yang dilakukan secara terus – menerus (intensif), sedang pengembalian unsur hara ke tanah pertanian hanya berupa pupuk kimia seperti Urea, TSP, dan KCl yang mana hanya mengandung unsur N, P, dan K saja, bahkan pada keadaan ekstrim hanya unsur N melalui pemberian pupuk Urea saja sehingga sangat sedikit unsur – unsur organik lainnya yang dikembalikan ke dalam tanah. Hal ini mengakibatkan terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian di Indonesia, sehingga produktivitas lahan semakin turun.

Selain itu, residu pupuk kimia sintetis merupakan salah satu penyebab utama mengerasnya tanah-tanah pertanian. Keadaan ini banyak terjadi di sentra-sentra pertanian terutama di Pulau Jawa. Residu pupuk kimia sintetis di dalam tanah ini mengakibatkan terhambatnya proses dekomposisi secara alami oleh mikroba tanah. Hal ini dikarenakan sifat bahan kimia anorganik yang lebih sukar terurai daripada bahan organik. Jika tanah semakin keras maka tanah semakin tidak responsif terhadap pupuk kimia sintetis, sehingga berapapun banyaknya tanah diberi pupuk kimia sintetis hasilnya tetap tidak optimal. Mengerasnya tanah pertanian juga akan mengakibatkan porositas tanah menurun, sehingga ketersediaan oksigen bagi tanaman maupun mikroba tanah menjadi berkurang.


(12)

2

Dampak lainnya adalah terhadap pertumbuhan tanaman. Terbatasnya penyebaran akar dan terhambatnya suplai oksigen ke akar mengakibatkan fungsi akar tidak optimal, yang pada gilirannya menurunkan produktivitas tanaman.

Tingginya kandungan zat kimia sintetis yang tersimpan dalam tanah atau yang terakumulasi akan bersifat racun atau toksik terhadap perakaran tanaman, sehingga kesuburan tanah hari demi hari terus menurun dan produktivitas pertanian pun menjadi semakin rendah. Ironisnya penurunan produktivitas karena kesuburan yang menurun tersebut dijawab dengan penambahan dosis penggunaan pupuk kimia sintetis sehingga semakin memperparah kondisi lahan yang pada akhirnya akan mengarah pada proses penggurunan, dimana lahan pertanian akan menjadi hamparan gurun yang memiliki kesuburan sangat rendah. Selain itu penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak alami, seperti pupuk kimia sintetis dan pestisida kimia dalam produksi pertanian juga menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Guna mengantisipasi hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman, maka dilakukan penelitian – penelitian untuk mencari solusi pupuk yang ramah lingkungan tetapi memiliki nutrisi yang cukup untuk tanaman yaitu dengan penggunaan pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun dalam bentuk cair. Aplikasi pupuk organik cair sebagai unsur tambahan dapat mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena mengandung unsur hara mikro yang sangat bervariasi seperti Fe, Mn, Cu, Zn dan B dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tanah.

Pupuk organik memberikan pasokan unsur hara secara baik meskipun membutuhkan proses yang tidak secepat penggunaan pupuk kimia sintetis. Namun dalam jangka panjang, penggunaan pupuk organik akan lebih melestarikan lingkungan karena pupuk organik merupakan pupuk yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan dengan berkurangnya kandungan residu bahan kimia sintetis pada hasil pertanian yang dikonsumsi oleh manusia.


(13)

3

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

Kajian Bidang Keahlian Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia (Tim Bioflokulan) Universitas Pendidikan Indonesia, sejak tahun 2006 telah melakukan penelitian mengenai bionutrien, dengan fokus penelitian pada pencarian tumbuhan potensial, penentuan kondisi optimum ekstraksi, dan aplikasinya pada pertumbuhan tanaman. Bionutrien adalah sumber nutrisi alternatif untuk tanaman yang diperoleh dari senyawa-senyawa esensial yang berasal dari tumbuhan melalui proses ekstraksi (Kurniasih, 2009). Bionutrien adalah nutrisi yang bisa meningkatkan pertumbuhan tanaman serta meningkatkan kualitas tanaman tanpa merusak kesuburan tanah maupun menyebabkan pencemaran tanah dan air. Bionutrien ini didapatkan dari proses ekstraksi tanaman potensial. Sampai saat ini, bionutrien yang telah ditemukan antara lain berasal dari tanaman KPD, MHR, CAF, RPS-GE, BCS, BGI, BDI, AGF, JPR, dan AMA.

Bionutrien MHR yang terbukti bisa meningkatkan konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman caisin sebesar 0,0588 per hari dengan cara disemprot (Ambarawati, 2007), bionutrien CAF yang juga menginformasikan bahwa pemberian bionutien CAF dengan cara disemprot bisa meningkatkan konstanta laju pertumbuhan tanaman sebesar 0,045 per hari (Sempurna, 2008), bionutrien RPS-GE dapat meningkatkan konstanta laju pertumbuhan tanaman selada keriting sebesar 0,046 per hari (Guntara, 2009). Selain itu, bionutrien JPR yang dapat meningkatkan konstanta laju pertumbuhan tanaman cabai merah keriting sebesar 0,123 per hari (Malik, 2011).

Dari penelitian-penelitian bionutrien yang sudah dilakukan, terbukti bahwa penggunaan bionutrien dapat mendorong laju pertumbuhan tanaman. Bionutrien memiliki potensi untuk menjadi pupuk organik alternatif yang lebih ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu berbahaya terhadap lingkungan.

Pemilihan tanaman yang akan dijadikan sebagai bionutrien harus sesuai dengan ciri-ciri tanaman potensial. Ciri-ciri tanaman potensial yang dapat dijadikan sebagai bionutrien diantaranya mempunyai kandungan unsur hara makro yang tinggi, tanamannya mudah didapatkan, berdaun lebat, serta mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama dan penyakit (Malik, 2011).


(14)

4

Untuk menentukan apakah suatu tanaman berpotensi sebagai bionutrien, maka dilakukan eksplorasi tanaman potensial tersebut.

Oleh karena itu, menarik untuk diteliti bagaimana tanaman SO-23 dapat diekstrak dan diterapkan sebagai bionutrien. Penelitian yang dilakukan terhadap tanaman SO-23 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kandungan unsur hara makro yang terdapat dalam tanaman SO-23.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan pada bagian latar belakang, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berapa kadar nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung di dalam tanaman SO-23?

2. Bagaimana kondisi optimum ekstraksi bionutrien dari tanaman SO-23 terhadap kadar nitrogen yang diperoleh?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kadar nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung di dalam tanaman SO-23.

2. Mengetahui kondisi optimum ekstraksi diantaranya konsentrasi ekstraktan, waktu ekstraksi serta massa tanaman SO-23 terhadap kadar nitrogen yang diperoleh.

1.4Manfaat

Melalui penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan nutrien alternatif yang aman, ramah lingkungan dan mudah diserap tanaman, sehingga dapat menekan penggunaan pupuk sintetis yang dapat merusak lingkungan.


(15)

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penelitian

Sampel berupa tumbuhan SO-23 yang diambil di Perkebunan Percontohan Desa Manoko Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu analisis dan optimasi. Tahap analisis dan optimasi dilakukan di tiga tempat yaitu Laboratorium Riset Lingkungan (Bioflokulan) Kimia FPMIPA UPI Bandung, Laboratorium Instrumen FPMIPA UPI, dan Laboratorium Kimia tekMIRA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara) di Jl. Jendral Sudirman 623 Bandung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu set alat refluks, batang pengaduk, corong kaca, spatula, pipet tetes, labu Erlenmeyer 250 mL, satu set alat destruksi, kertas saring, botol semprot, gelas kimia (100 mL, 250 mL, 500 mL, dan 1 L), pemanas listrik, dan neraca analitik. Bahan atau zat-zat kimia yang digunakan yaitu tanaman SO-23, aquades, H2O2 50%, H2SO4 pekat, dan

ekstraktan basa.

3.3 Alur Penelitian

Penelitian diawali dengan pengujian awal kandungan N, P, dan K pada tanaman potensial SO-23 untuk mengetahui apakah tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan bionutrien. Selanjutnya dilakukan ekstraksi dari tanaman tersebut.

Guna mengetahui kondisi optimum dari ekstraksi tersebut, dilakukan optimasi terhadap variabel-variabel ekstraksi yang meliputi: optimasi konsentrasi ekstraktan basa, optimasi waktu ekstraksi dengan ekstraktan basa, dan optimasi massa sampel tanaman. Setelah diperoleh kondisi optimum, dilakukan ekstraksi pada kondisi tersebut sehingga dihasilkan bionutrien. Alur penelitian dan proses refluks dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 berikut:


(16)

26

3.3.1 Analisis

Analisis dilakukan untuk mengetahui potensi tanaman SO-23 yang akan dijadikan bionutrien. Analisis ini meliputi pengujian kadar N, P dan K yang terkandung di dalam tanaman SO-23. Analisis dilakukan di PusLitBang TEKMIRA.

3.3.2 Optimasi Kondisi Ekstraksi

Optimasi kondisi ekstraksi dilakukan dengan cara menentukan variasi terhadap variabel-variabel yang digunakan pada saat ekstraksi, yaitu konsentrasi ekstraktan, waktu ekstraksi, dan massa sampel tanaman SO-23. Tahapan dari optimasi kondisi ekstraksi ialah sebagai berikut :

Tanaman SO-23

Tanaman Potensial SO-23

Optimasi Waktu Optimasi

Konsentrasi

Optimasi Massa

Kondisi Optimum

Bionutrien SO-23

Kesimpulan

- Analisis (N, P, dan K)


(17)

27

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

1) Optimasi konsentrasi larutan ekstraktan

Pada optimasi konsentrasi larutan ekstraktan basa, dilakukan variasi terhadap konsentrasi larutan ekstraktan yang digunakan. Variasi konsentrasi yang dipilih adalah 0,25 M; 0,5 M; 0,75 M; 1 M; dan 1,5 M. Dimana massa tanaman yang digunakan adalah 25 gram dan volume ekstraktan adalah 250 mL, dengan waktu ekstraksi 30 menit.

2) Optimasi waktu ekstraksi

Optimasi waktu ekstraksi menggunakan larutan ekstraktan basa, dilakukan variasi terhadap waktu ekstraksi menggunakan larutan ekstraktan. Variasi waktu ekstraksi yang dipilih adalah 15 menit; 30menit; 60menit; 90menit; dan 120 menit. Konsentrasi ekstraktan yang digunakan adalah hasil optimum yang

Tanaman SO-23

Tanaman SO-23 halus

Campuran

Filtrat Residu

Hasil

- Dianalisis Kadar N

- Direfluks - Didinginkan - Disaring - Ditimbang

- Dimasukan ke dalam labu dasar bulat - Ditambahkan ekstraktan basa

- Diiris halus


(18)

28

diperoleh sebelumnya dengan massa tanaman sebanyak 25 gram, dan volume ekstraktan 250 mL.

3) Optimasi massa sampel

Pada optimasi massa tanaman SO-23, dilakukan variasi terhadap massa tanaman yang digunakan. Variasi massa yang dipilih adalah 10 gram; 25 gram; 50 gram; 70 gram dan 100 gram. Konsentrasi dan waktu yang digunakan adalah hasil optimum yang diperoleh sebelumnya, dengan volume ekstraktan 250 mL.

Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis kadar N di dalamnya sesuai dengan metode yang digunakan oleh PUSLITBANG TEKMIRA. Kesimpulan dari optimasi kondisi ekstraksi ditentukan dengan membandingkan kadar N yang terekstrak berdasarkan data dari ke lima variasi variabel optimasi. Apabila tidak ada lagi penambahan kadar N yang terekstrak maka kondisi itulah yang dianggap sebagai kondisi optimum.


(19)

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan, diantaranya :

1. Tanaman SO-23 memiliki kadar Nitrogen total sebesar 11,4 mg/L, kadar Fosfor total sebesar 8.212 mg/L, dan kadar Kalium total sebesar 16,195 mg/L.

2. Kondisi optimum ekstraksi tanaman SO-23 dengan nitrogen yang terekstrak sebesar 1.693 mg/L adalah pada konsentrasi ekstratan 1 M, waktu ekstraksi 60 menit dan massa tanaman SO-23 75 gram.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya disarankan antara lain: 1. Dilakukan aplikasi tanaman SO-23 terhadap tanaman pangan atau tanaman

budidaya.

2. Dilakukan pengujian dan penambahan unsur mikronutrien, sehingga kandungan serta manfaat makro dan mikro nutrien yang terkandung dalam bionutrien SO-23 dapat lebih optimal.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Risa. (2007). Ekstraksi Bionutrien dari Tanaman MHR dan Aplikasinya pada Tanaman Caisin. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Baron, K. and C. Stasolla. (2008). “The role of Polyamines during in vivo and in vitro Development”. International Journal of In Vitro

Cell.Dev.Biol.-Plant. 44: 384–395

Dwidjoseputro. (1978). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia. Ginanjar, G. (2012). Kajian Potensi Tumbuhan AMA sebagai Bionutrien untuk

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Guntara, G. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Selada Keriting (Lactuca sativa L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Hadisuwito, S. (2007). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Hanson, J. R. (2011). Natural Products: The Secondary Metabolites. University of Sussex

Harborne, J. B. (1984). “Phytochemical Methods.” International Journal of In

Vitro Cell.Dev.Biol.-Plant. 44: 384–395. Chapman and Hill, Hongkong.

Juliastuti, D. (2007). Pembuatan Bionutrien KPD dan Aplikasinya Pada Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Kaur-Sawhney, R. , A. F. Tiburcio, T. Altabella, and A. W. Galston. (2003). “Polyamines in plants: An overview”. International Journal of Cell and

Molecular Biology 2: 1-12. Haliç University, Turkey.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Kusano, T., T. Berberich · C. Tateda · Y. Takahashi. (2008). “Polyamines: essential factors for growth and survival”. International Journal of Plantae 228:367–381.


(21)

48

Istiqomah Buddhisatyani Adi, 2013

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. (2004). Bahan Kuliah Pupuk dan

Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Bogor: Tidak Diterbitkan.

List PH, Schmidt PC. (1989). Phytopharmaceutical Technology. Boston: CRC Pr. Malik, R. A,. (2011). Kajian Potensi Tanaman JPR Sebagai Bionutrien serta

Pengaruh Aplikasinya pada Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Oryza. (2011). Polyamine: Natural Ingredient for Healthy Hair and Nail

Treatment with Anti-ageing.www.oryza.co.jp/html/…/Poliamina_vol.2.pd.

Pratikno, H. (2001). Studi Pemanfaatan Berbagai Biomasa Flora untuk Peningkatan Ketersediaan P dan Bahan Organik Tanah Berkapur di DAS Brantas Malang Selatan. Tesis. Malang: Program PascaSarjana Universitas Brawijaya.

Purwadi, Eko. (2011). Batas Kritis Suatu Unsur Hara dan Pengukuran

Kandungan Klorofil.

(URL:/masbied.com/2011/05/19/batas-kritis-suatu-unsur-hara-dan-pengukuran-kandungan-klorofil/)

Qurrotul, A. R. (2009). Penerapan Bionutrien KPD Pada Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa var. crispa L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

R. Verpoorte, A. W. Alfermann. (2000). Metabolic Engineering of Plant

Secondary Metabolism. Springer. ISBN 978-0-7923-6360-6. Page.1-3

Roberts, M.F. , D. Strack and M. Wink. (2010). Biosynthesis of alkaloids and

betalains. Annual Plant Reviews 40, 20 – 91.

Www.Interscience.Wiley.Com

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ruhnayat, Agus. (2007). Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N.P.K Untuk

Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews). Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

S. E. Kudritskaya. (1987). Chemistry of Natural Compounds. ISSN: 1573-8388 (electronic version) Journal no. 10600.

S. J. H. Rizvi, V. Rizvi. (2008). Thin Layer Chromatography in Phytochemistry. CRC Press. ISBN 978-1-4200-4677-9. Page.60-66


(22)

49

Sabiham, S. (1996). Pemanfaatan Gambut untuk Pertanian. Makalah Pembahasan Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Seminar Pengembangan Teknologi Berwawasan Lingkungan untuk Pertanian pada Lahan Gambut. Institut Pertanian Bogor. Bogor: Tidak Diterbitkan.

Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Kandang. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Samekto, Riyo. (2008). Pemupukan. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pratama.

Sempurna, F. I (2008). Kajian Potensi CAF Sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Solecha. (2009). Preparasi Bionutrien Berbasis Tanaman BCS dan Aplikasinya Pada Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Springob and Kutchan (2009). Introduction to the Different Classes of Natural

Products. Eds. A. E. Osbourn • and V. Lanzotti. Plant-derived Natural

Products: Synthesis, Function, and Application. Springer.

Taufiq, I. (2011). Kajian Potensi Tanaman BDI sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum Var. Longum). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Wikipedia. (2012). Polyamine. http://en.wikipedia.org/wiki/Poliamina.

Winarso, S., (2005). Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Wink, M. (2010). Introduction: Biochemistry, Physiology and Ecological

Functions of Secondary Metabolites. Annual Plant Reviews 40, 1–19.

Www.Interscience.Wiley.Com

Zainaldi, A,. (2011). Kajian Tentang Potensi Tanaman AMA Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

27

1) Optimasi konsentrasi larutan ekstraktan

Pada optimasi konsentrasi larutan ekstraktan basa, dilakukan variasi terhadap konsentrasi larutan ekstraktan yang digunakan. Variasi konsentrasi yang dipilih adalah 0,25 M; 0,5 M; 0,75 M; 1 M; dan 1,5 M. Dimana massa tanaman yang digunakan adalah 25 gram dan volume ekstraktan adalah 250 mL, dengan waktu ekstraksi 30 menit.

2) Optimasi waktu ekstraksi

Optimasi waktu ekstraksi menggunakan larutan ekstraktan basa, dilakukan variasi terhadap waktu ekstraksi menggunakan larutan ekstraktan. Variasi waktu ekstraksi yang dipilih adalah 15 menit; 30menit; 60menit; 90menit; dan 120 menit. Konsentrasi ekstraktan yang digunakan adalah hasil optimum yang

Tanaman SO-23

Tanaman SO-23 halus

Campuran

Filtrat Residu

Hasil

- Dianalisis Kadar N

- Direfluks - Didinginkan - Disaring - Ditimbang

- Dimasukan ke dalam labu dasar bulat - Ditambahkan ekstraktan basa

- Diiris halus


(2)

28

diperoleh sebelumnya dengan massa tanaman sebanyak 25 gram, dan volume ekstraktan 250 mL.

3) Optimasi massa sampel

Pada optimasi massa tanaman SO-23, dilakukan variasi terhadap massa tanaman yang digunakan. Variasi massa yang dipilih adalah 10 gram; 25 gram; 50 gram; 70 gram dan 100 gram. Konsentrasi dan waktu yang digunakan adalah hasil optimum yang diperoleh sebelumnya, dengan volume ekstraktan 250 mL.

Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis kadar N di dalamnya sesuai dengan metode yang digunakan oleh PUSLITBANG TEKMIRA. Kesimpulan dari optimasi kondisi ekstraksi ditentukan dengan membandingkan kadar N yang terekstrak berdasarkan data dari ke lima variasi variabel optimasi. Apabila tidak ada lagi penambahan kadar N yang terekstrak maka kondisi itulah yang dianggap sebagai kondisi optimum.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan, diantaranya :

1. Tanaman SO-23 memiliki kadar Nitrogen total sebesar 11,4 mg/L, kadar Fosfor total sebesar 8.212 mg/L, dan kadar Kalium total sebesar 16,195 mg/L.

2. Kondisi optimum ekstraksi tanaman SO-23 dengan nitrogen yang terekstrak sebesar 1.693 mg/L adalah pada konsentrasi ekstratan 1 M, waktu ekstraksi 60 menit dan massa tanaman SO-23 75 gram.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya disarankan antara lain: 1. Dilakukan aplikasi tanaman SO-23 terhadap tanaman pangan atau tanaman

budidaya.

2. Dilakukan pengujian dan penambahan unsur mikronutrien, sehingga kandungan serta manfaat makro dan mikro nutrien yang terkandung dalam bionutrien SO-23 dapat lebih optimal.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Risa. (2007). Ekstraksi Bionutrien dari Tanaman MHR dan Aplikasinya pada Tanaman Caisin. Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Baron, K. and C. Stasolla. (2008). “The role of Polyamines during in vivo and in vitro Development”. International Journal of In Vitro Cell.Dev.Biol.-Plant. 44: 384–395

Dwidjoseputro. (1978). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia. Ginanjar, G. (2012). Kajian Potensi Tumbuhan AMA sebagai Bionutrien untuk

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Guntara, G. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Selada Keriting (Lactuca sativa L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Hadisuwito, S. (2007). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Hanson, J. R. (2011). Natural Products: The Secondary Metabolites. University of Sussex

Harborne, J. B. (1984). “Phytochemical Methods.” International Journal of In Vitro Cell.Dev.Biol.-Plant. 44: 384–395. Chapman and Hill, Hongkong. Juliastuti, D. (2007). Pembuatan Bionutrien KPD dan Aplikasinya Pada Tanaman

Caisin (Brassica juncea). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Kaur-Sawhney, R. , A. F. Tiburcio, T. Altabella, and A. W. Galston. (2003). “Polyamines in plants: An overview”. International Journal of Cell and Molecular Biology 2: 1-12. Haliç University, Turkey.

Kurniasih, E. (2009). Kajian Tentang Potensi Tanaman RPS-GE Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Pakcoy (Brassica rapa). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Kusano, T., T. Berberich · C. Tateda · Y. Takahashi. (2008). “Polyamines: essential factors for growth and survival”. International Journal of Plantae 228:367–381.


(5)

48

Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. (2004). Bahan Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor: Tidak Diterbitkan.

List PH, Schmidt PC. (1989). Phytopharmaceutical Technology. Boston: CRC Pr. Malik, R. A,. (2011). Kajian Potensi Tanaman JPR Sebagai Bionutrien serta

Pengaruh Aplikasinya pada Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Oryza. (2011). Polyamine: Natural Ingredient for Healthy Hair and Nail Treatment with Anti-ageing.www.oryza.co.jp/html/…/Poliamina_vol.2.pd. Pratikno, H. (2001). Studi Pemanfaatan Berbagai Biomasa Flora untuk Peningkatan Ketersediaan P dan Bahan Organik Tanah Berkapur di DAS Brantas Malang Selatan. Tesis. Malang: Program PascaSarjana Universitas Brawijaya.

Purwadi, Eko. (2011). Batas Kritis Suatu Unsur Hara dan Pengukuran Kandungan Klorofil. (URL:/masbied.com/2011/05/19/batas-kritis-suatu-unsur-hara-dan-pengukuran-kandungan-klorofil/)

Qurrotul, A. R. (2009). Penerapan Bionutrien KPD Pada Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa var. crispa L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

R. Verpoorte, A. W. Alfermann. (2000). Metabolic Engineering of Plant Secondary Metabolism. Springer. ISBN 978-0-7923-6360-6. Page.1-3

Roberts, M.F. , D. Strack and M. Wink. (2010). Biosynthesis of alkaloids and

betalains. Annual Plant Reviews 40, 20 – 91.

Www.Interscience.Wiley.Com

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ruhnayat, Agus. (2007). Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N.P.K Untuk Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

S. E. Kudritskaya. (1987). Chemistry of Natural Compounds. ISSN: 1573-8388 (electronic version) Journal no. 10600.

S. J. H. Rizvi, V. Rizvi. (2008). Thin Layer Chromatography in Phytochemistry. CRC Press. ISBN 978-1-4200-4677-9. Page.60-66


(6)

49

Sabiham, S. (1996). Pemanfaatan Gambut untuk Pertanian. Makalah Pembahasan Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Seminar Pengembangan Teknologi Berwawasan Lingkungan untuk Pertanian pada Lahan Gambut. Institut Pertanian Bogor. Bogor: Tidak Diterbitkan.

Samekto, R. M. P. (2006). Pupuk Kandang. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Samekto, Riyo. (2008). Pemupukan. Yogyakarta: PT. Citra Aji Pratama.

Sempurna, F. I (2008). Kajian Potensi CAF Sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa) dan Kentang (Solanum tuberosum). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Solecha. (2009). Preparasi Bionutrien Berbasis Tanaman BCS dan Aplikasinya Pada Tanaman Caisin (Brassica juncea). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Springob and Kutchan (2009). Introduction to the Different Classes of Natural Products. Eds. A. E. Osbourn • and V. Lanzotti. Plant-derived Natural Products: Synthesis, Function, and Application. Springer.

Taufiq, I. (2011). Kajian Potensi Tanaman BDI sebagai Bionutrien untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annuum Var. Longum). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Wikipedia. (2012). Polyamine. http://en.wikipedia.org/wiki/Poliamina.

Winarso, S., (2005). Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Wink, M. (2010). Introduction: Biochemistry, Physiology and Ecological Functions of Secondary Metabolites. Annual Plant Reviews 40, 1–19. Www.Interscience.Wiley.Com

Zainaldi, A,. (2011). Kajian Tentang Potensi Tanaman AMA Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bionutrien Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum annum L.). Skripsi. Bandung: Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.