PENERAPAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI KANTOR PUSAT.

(1)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 2 Juni 2016

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., AK …………..

2. Sekretaris : Eka ArdhaniSisdyani, SE., M.Com., Ak …………..

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

Drs. Komang Ardana, MM Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., AK. NIP. 195610121984031003 NIP. 198005262003122002


(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul“Penerapan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat”sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir Studi ini dapat terwujud tentunya tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. NI Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM. selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. IbuKomang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., AK selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini. 5. Ibu Eka Ardhani Sisdyani, SE., M.Com., AK selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(3)

iii

6. Seluruh staf Divisi Teknologi Informasi dan Akuntansi padaPT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberikan pengarahan dan memberikan informasi yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir Studi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah membimbing dan membekali ilmu pengetahuan selama penulis menjalani perkuliahan pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Denpasar, Mei 2016


(4)

iv

Judul : Penerapan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat

Nama : Ni Luh Weny Widhiadnyani Nim : 1306013010

ABSTRAK

PT. Bank Pembangunan Daerah Bali merupakan salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka, serta menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Datanya berupa data primer dan sekunder, yang diperoleh melalui observasi, dan wawancara. Sumber datanya yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan dengan analisis data yaitu analisa tentang kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam pelaksanaan kliring terkadang pertukaran warkat yang dilaksanakan di Bank Indonesia terkadang adanya penolakan yang ternyata disebabkan oleh kesalahan Customer Service seperti salah input nomor warkat, sandi peserta dan sandi transaksi.


(5)

v DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK………. v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 3

1.3 Kegunaan Penelitian 3 1.4 Sistematika Penyajian... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank……… 5

2.1.1Pengertian Bank……… 5

2.1.2 Fungsi Bank………. 7

2.2 Pengertian Sistem………... 8

2.3 Kliring………. 8

2.3.1 Pengertian Kliring………. 8

2.3.2 Jenis Kliring……….. 10


(6)

vi

2.3.4 Dokumen Kliring Elektronik……….. 15

2.3.5 Sarana Kliring Elektronik……… 16

2.3.6 Bank Peserta Kliring……… 17

2.3.7 Syarat-syarat……… 18

2.3.8 Wakil PesertaKliring……….. 18

2.3.9 Waktu (jam) Kliring……… 19

2.3.10 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring……….. 19

2.3.11 Bilyet Saldo……….. 21

2.4 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya……… 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian……….. 23

3.2 Objek Penelitian……… 23

3.3 Jenis dan Sumber Data………. 23

3.3.1 Jenis Data……… 23

3.3.2 Sumber Data………... 24

3.4 Metode Pengumpulan Data………... 24

3.5 Teknik Analisis Data……… 24

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah/Deskripsi Hasil Penelitian……….. 25

4.1.1 Sejarah Berdirinya BPD Bali………. 25

Kantor Pusat 4.1.2 Visi dan Misi BPD Bali………. 27


(7)

vii

4.2 Hasil Penelitian……… 32

4.2.1 Langkah Kerja………..32

4.2.2 Fungsi-Fungsi yang Terkait dalam Penerapan……….. 35

Sistem Kliring 4.2.3 Sistem Pengamanan……….. 37

4.2.4Sistem Pengendalian Intern………... 38

4.2.5 Sarana dan Prasarana Operasional SKNBI……… 39

4.2.6Pembahasan Masalah………. 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……….. 44

5.2 Saran……… 44 DAFTAR RUJUKAN


(8)

viii

DAFTAR GAMBAR


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peranan bank selaku pemberi layanan perbankan bagi masyarakat (Abdullah 2012:1).

Bank merupakan suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain (Stuart : 2011:34). Pada dasarnya bank adalah perantara antara sektor yang kekurangan dana dan menyalurkannya ke pihak-pihak yang memerlukan dana dalam bentuk pinjaman (Abdullah 2012:2). Secara sederhana, bank itu diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan pokok usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang pada umumnya berbunga dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk kredit secara efektif dan efisien guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional (Abdullah 2012:2). Demikian pula halnya dengan Bank BPD Bali Kantor Pusat yang bergerak dalam bidang perbankan yang menghimpun dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank BPD Bali Kantor Pusat merupakan central dari cabang-cabang berada di seluruh Bali dan cabang di Mataram. Bank BPD Bali Kantor Pusat mengatur semua cabang Bank BPD Bali termasuk menangani masalah yang terjadi pada cabang-cabang Bank BPD Bali mengenai operasional akuntansi seperti salah input transaksi.


(10)

Sejalan dengan perkembangan perbankan semakin banyak pula orang menggunakan jasa bank. Dalam lalu lintas pembayaran dengan surat berharga, penggunaan bilyet giro telah banyak digunakan masyarakat karena beberapa keuntungan tertentu. Untuk memperhitungkan hutang piutang nasabah dengan bilyet giro antara nasabah bank yang berlainan, agar penyelesaiannya cepat, aman dan efektif harus dilakukan dengan melalui sistem kliring Bank. Melakukan transaksi dengan sistem kliring perantara yang digunakan adalah warkat. Warkat kliring adalah alat atau sarana yang dipakai dalam lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring (Latumaerissa 2011:113). Nominal warkat ditulis oleh nasabah yang memiliki warkat tersebut (nasabah penerbit). Warkat digunakan untuk transaksi pembayaran dengan memberikan warkat tersebut ke nasabah yang lain (nasabah penarik), warkat tersebut kemudian dikliringkan oleh nasabah penarik sesuai bank yang dituju. Dalam pelaksanaan kliring, pertukaran warkat yang dilaksanakan di Bank Indonesia terkadang terjadi penolakan yang disebabkan kesalahan Customer dalam melakukan penginputan warkat seperti kesalahan dalam pengisian nomor warkat, sandi peserta dan sandi transaksi. Dengan adanya masalah seperti ini penulis tertarik untuk menulis TAS ini dengan judul ” Penerapan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada PT. Bank Pembangunan Daerah BaliKantor Pusat”.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar.

1.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaaan Teoritis


(11)

Dengan adanya penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat memperluas pengetahuan khususnya mengenai kliring mulai dari sistem kliring, alur kliring, permasalahan dalam kliring serta cara penyelesaian dari masalah tersebut.

2) Kegunaan Praktis

Untuk memberikan sumbangan pikiran dan pertimbangan dalam memecahkan masalah, khususnya mengenai sistem kliring.

1.4 Sistematis Penulisan

Sistematis penyajian pada tugas akhir ini dapat memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dan susunan penelitian. Penjabaran sistematika penulisan dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membuat tentang definisi bank, definisi sistem, definisi kliring, jenis kliring, warkat kliring, dokumen kliring elektornik, sarana kliring elektronik, bank peserta kliring, syarat-syarat, wakil peserta kliring, tata cara penyelenggaraan kliring, dan bilyet saldo.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


(12)

Bab ini akan membahas sejarah singkat, struktur organisasi dan uraian tugas di Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar, serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat tentang simpulan dari hasil analisis yang diperoleh sebelumnya, sehingga berdasarkan simpulan yang diperoleh dapat disampaikan saran-saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan yang dapat berguna untuk pengembangan dan pengambilan keputusan bagi perusahaan dimasa yang akan datang.


(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain (Stuart : 2011:34). Kalau dilihat dari fungsinya, maka definisi bank dapat dikelompokkan menjadi tiga (Abdullah 2012:3), yaitu:

a. Bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian ini bank menerima uang serta dana-dana yang lainnya dari masyarakat dalam bentuk :

1) Simpanan atau tabungan biasa yang dapat diminta/diambil kembali setiap saat.

2) Deposito berjangka, yang merupakan tabungan atau simpanan yang penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang ditentukan habis.

3) Simpanan dalam rekening Koran/giro atas nama si penyimpan giro, yang penarikannya hanya menggunakan cek, bilyet giro, atas perintah tertulis kepada bank.

b. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito atau tabungan yang diterimanya atau bersumber pada penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.


(14)

c. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun malalui penciptaan uang bank.

Pokok-Pokok Perbankan dari segi fungsinya dikenal beberapa jenis bank (Abdullah 2012:26), seperti :

1) Bank Sentral (Central Bank) adalah Bank Indonesia sebagai dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968.

2) Bank Umum(Commercial Bank) adalah bank yang dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito serta dalam usahanya, terutama memberikan kredit jangka pendek.

3) Bank Tabungan (Saving Bank) adalah bank yang dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya. Terutama menetapkan bunga atas dana dalam bentuk kertas berharga.

4) Bank Pembangunan (Development Bank) adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang, serta dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.

5) Bank Desa (Rulal Bank) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk uang dan natura (padi, jagung, dan sebagainya) dan dalam bentuk usaha memberikan kredit jangka pendek dalam bentuk uang maupun dalam bentuk natura kepada sektor pertanian dan pedesaan.


(15)

2.1.2 Fungsi Bank

Secara umum , fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat untuk berbagai tujuan. Menurut Santoso (2006:9) fungsi bank terdiri dari :

1) Agent Of Trust

Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana tersebut.

2) Agent Of Development

Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

3) Agent Of Services

Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga


(16)

memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

2.2 Pengertian Sistem

Sistem merupakan sekelompok bagian - bagian yang bekerja sama untuk melakukan suatu maksud. Bila terjadi kerusakan terhadap salah satu bagian maka sistem atau seluruh bagian tidak akan dapat menjalankan tugasnya sepenuhnya (Budiardjo 2008:20).Bank BPD Bali menggunakan sistem kliring G2, yang merupakan infrastruktur yang digunakan oleh Bank BPD Bali dalam penyelenggaraan kliring berjadwal.

2.3 Kliring

2.3.1Pengertian Kliring

Yang dimaksud kliring adalah sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Pembayaran giral antarbank yaitu kegiatan bayar-membayar dengan warkat bank diperhitungkan atas beban dan untuk kepentingan rekening nasabah bank yang telah ditetapkan (Abdullah 2012:184).

Kliring diselenggarakan oleh Bank Indonesia antar bank-bank di suatu wilayah kliring yang disebut “kliring lokal”.Yang dimaksud dengan wilayah kliring adalah suatu lingkungan tertentu yang memungkinkan kantor-kantor tersebut memperhitungkan warkat-warkatnya dalam jadwal kliring yang telah ditetapkan.

Tempat-tempat yang tidak terdapat kantor Bank Indonesia maka penyelenggaraan kliring diserahkan kepada bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.


(17)

Bank yang ditunjuk ini harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain kemampuan admnistrasi, tenaga pimpinan dan pelaksana, ruangan kantor, peralatan komunikasi, dan lain-lain.

Ketentuan-ketentuan khusus bagi bank pelaksanaan kliring :

1) Berkewajiban untuk melaksanakan penyelenggaraan kliring sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

2) Menyampaikan laporan tentang data kliring mingguan bersama dengan laporan likuiditas mingguan kepada Bank Indonesia yang membawahi wilayah kliring yang bersangkutan.

3) Untuk mempermudah bank penyelenggara kliring dalam penyediaan uang kartal, maka ditentukan bahwa hasil kliring hari itu dapat diperhitungkan pada rekening bank tersebut pada Bank Indonesia.

2.3.2 Jenis Kliring

Jenis-jenis sistem kliring menurut Latumaerissa (2011:99) saat ini penyelenggaraan kliring di Indonesia dilakukan dengan menggunakan 5 (lima) macam sistem kliring, antara lain:

a. Kliring Manual

Kliring manual adalah proses kliring yang dilakukan dengan menghadirkan petugas kliring di suatu tempat yang disediakan oleh penyelenggara kliring dan melakukan pertukaran warkat-warkat kliring secara manual. Secara teknis pelaksanaanya, kliring dapat diuraikan sebagai perhitungan utang piutang diantara bank peserta kliring secara terpusat dengan cara saling menyerahkan warkat kliring untuk memperluas lalu lintas pembayaran dengan cara giral.


(18)

b. Sistem Semi Otomasi

Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses sistem semi otomasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada DKE (Data Kliring Elektronik) yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan.

c. Sistem Otomasi

Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan oleh penyelenggara secara otomasi. Pada proses sistem otomasi, perhitungan kliring akan didasarkan pada warkat yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring.

d. Sistem Kliring Elektronik

Sistem Kliring elektronik adalah sistem penyelenggaraan kliring dimana perhitungan dan pembuatan rekapitulasi perhitungan (bilyet saldo kliring) dilakukan secara elektronik diserta dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk kemudian dipilah secara otomasi. Dalam sistem kliring ini, hasil perhitungan yang dilakukan secara otomasi kemudian dicocokan dengan hasil perhitungan secara elektronik.

e. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut SKNBI adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debit dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Penyelenggara


(19)

SKNBI tunduk pada Peraturan Bank Indonesia No. 7/18/PBI/2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia tanggal 22 Juli 2005. Adapun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) diselenggarakan oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN) yaitu unit kerja di Kantor Pusat Bank Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional, dan juga Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring tertentu.

Dalam perkembangannya, mengingat sistem kliring yang ada saat ini merupakan suatu sistem terintegrasi antara kliring warkat debet dan kliring nota kredit, maka rencana pengembangan kliringPaperless Nota Kredit, mau tidak mau akan berdampak terhadap sistem kliring secara keseluruhan.

Jenis layanan yang terdapat pada Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) a. Kliring Kredit

1) Penyelenggaran Kliring Kredit dilakukan secara nasional oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN)

2) Transaksi yang dapat dikliringkan adalah transfer kredit yang berasal dari peserta di suatu wilayah kliring Indonesia.

3) Transfer kredit yang dikliringkan dalam bentuk Data Keuangan Elektronik (DKE)

b. Kliring Debet

1) Penyelenggaraan Kliring Debet dilakukan per wilayah kliring oleh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL)


(20)

2) Transaksi yang dapat dikliringkan adalah transfer debet yang berasal dari warkat debet berupa cek dan bilyet giro.

3) Transfer debet yang dikliringkan dalam bentuk data keuangan elektronik disertai dengan penyampaian warkat debet.

4) Kegiatan dalam penyelenggaraan Kliring Debet terdiri atas : a. Kliring Penyerahan

Memperhitungkan transfer debet yang disampaikan oleh peserta pengirim kepada peserta penerima melalui PKL

b. Kliring Pengembalian

Memperhitungkan transfer debet yang ditolak oleh peserta penerima kepada peserta pengirim berdasarkan alasan penolakan yang ditetapkan oleh BI.

2.3.3 Warkat Kliring

Menurut Latumaerissa (2011:113), warkat kliring adalah alat atau sarana yang dipakai dalam lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring. Beberapa warkat kliring merupakan instrument surat berharga atau surat yang mempunyai nilai dan dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran yang lazim digunakan dalam transaksi perdagangan baik antar nasabah maupun antar bank. Adapun yang termasuk kedalam warkat kliring antara lain seperti cek, bilyet giro, wesel bank untuk transfer, surat bukti penerimaan transfer, nota debit, dan nota kredit.

a. Cek

Cek pada saat ini merupakan warkat yang sepenuhnya berkaitan dengan bank. Di Indonesia, penggunaan cek terkait dengan giro. Cek dalam kliring termasuk warkat debit yang lazim dipergunakan dalam pembayaran antar bank maupun antar nasabah. Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah dana yang tercantum dalam cek. Penarikan cek dapat dilakukan baik


(21)

“atas nama” maupun “atas unjuk” dan merupakan surat berharga yang dapat diperdagangkan (negotiable paper). Cek dikategorikan sebagai surat berharga dan merupakan surat tagihan utang yang memuat perintah untuk membayar sejumlah uang oleh bank umum sebagai pihak penarik.

b. Bilyet Giro

Bilyet giro adalah salah satu warkat perbankan di Indonesia yang digunakan untuk melakukan penarikan dana dari rekening gironya oleh nasabah penyimpan. Dalam kegiatan di bidang perekonomian, penggunaan bilyet giro sepertinya sangat disukai untuk penyelesaian segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran. Sebagai warkat yang berisi perintah pemindahbukuan sejumlah dana melalui rekening giro yang dikelola bank, bilyet giro sering disebut sebagai warkat pembayaran atau alat pembayaran giral.

c. Wesel Bank Untuk Transfer

Warkat kliring ini termasuk warkat debit dan sangat jarang (hampir tidak pernah) digunakan dalam pelaksanaan kliring. Wesel bank untuk transfer adalah wesel yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.

d. Surat Bukti Penerimaan Transfer

Warkat kliring ini termasuk warkat debit dan sangat jarang (hampir tidak pernah) digunakan dalam pelaksanaan kliring. Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.


(22)

e. Nota Debit

Warkat kliring ini termasuk warkat debit dan lazimnya digunakan hanya dalam transaksi antar bank. Nota debit adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.

f. Nota Kredit

Warkat kliring ini merupakan satu-satunya warkat kredit, yaitu warkat kliring yang lazim digunakan untuk transaksi antar bank. Warkat kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain (transfer) untuk keuntungan bank atau nasabah yang menerima warkat tersebut.

Warkat-warkat diatas harus memenuhi syarat untuk dapat diperhitungkan, antara lain :

1) warkat tersebut dikeluarkan oleh bank-bank peserta kliring 2) Warkat dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai penuh. 2.3.4 Dokumen Kliring Elektronik

Dokumen kliring merupakan dokumen kontrol dan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring yang terdiri dari:

a. Bukti penyerahan warkat debet kliring b. Bukti penyerahan warkat kredit kliring

c. Kartubatchwarkat debet d. Kartubatchwarkat kredit e. Lembar subtitusi

Dokumen kliring dalam kliring elektronik, wajib memiliki Magnetic Ink Character Recognition(MICR)code line. Dokumen kliring harus memenuhi spesifikasi


(23)

teknis tertentu dari Bank Indonesia, seperti ukuran dan kualitas dan rancang bangun, serta harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Setiap pencetakan dokumen kliring untuk pertama kali dan atau perubahannya oleh peserta wajib memperoleh persetujuan secara tertulis dari Bank Indonesia.

2.3.5 Sarana Kliring Elektronik

Sarana kliring elektronik yang wajib disediakan oleh peserta langsung aktif (PLA) terdiri dari:

a. perangkat lunak aplikasi terminal peserta kliring (TPK) b. perangkat lunakoperation system

c. personal komputer

d. mesinreader encoder, ataumesin encoder

e. jaringan komunikasi data (JKD) cadangan (dial up) f. saranaback upterminal peserta kliring (TPK)

Pada dasarnya pengaman dalam sistem kliring elektronik dibedakan dalam pengamanan perangkat lunak terminal peserta kliring (TPK) dan pengamanan jaringan komunikasi data (JKD) antara lain:

a.Password;

b.Transmission-ID;

c. Kombinasi angka rahasia (logon table); d. Komunikasi langsung (dedicated line).

Pengamanan sistem tersebut bersifat privat sehingga kerahasiaan dan keamanan dokumen kliring elektronik terjamin. Semakin intensnya kehadiran teknologi informasi mewajibkan untuk memiliki kebijakan, prosedur serta sarana pengganti (back-up) yang handal.


(24)

Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring telah mempersiapkan Disaster Recovery Plan (DRP) untuk meyakinkan bahwa sistem pembayaran di Indonesia telah didukung oleh infrastruktur yang handal dan terhadap bank diwajibkan untuk memiliki saranaback-up jaringan komunikasi data (dial up telephone), back-up terminal peserta kliring, dan fasilitasguest bank.

2.3.6 Bank Peserta Kliring

Bank peserta kliring adalah bank-bank umum dan bank pembangunan yang berada di wilayah kliring tertentu dikoordinator oleh Bank Indonesia atau bank lain yang ditunjuk diwilayah itu. Ada dua macam penyertaan dalam kliring yang kita kenal, yaitu :

1) Penyertaan langsung yaitu memperhitungkan warkat secara langsung dalam pertemuan kliring, dan yang dapat ikut dalam penyertaan langsung itu ialah Kantor Bank Indonesia, Kantor Pusat Bank Umum, dan Bank Pembangunan serta kantor cabang kedua bank itu.

2) Penyertaan tidak langsung yaitu memperhitungkan warkat dalam pertemuan kliring melalui kantor pusat atau salah satu kantor cabangnya yang menjadi peserta kliring yang ikut dalam penyertaan ini ialah kantor cabang dan kantor cabang pembantu.

2.3.7 Syarat-syarat

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kantor bank umum atau bank pembangunan, yaitu:

1) Kantor bank yang bersangkutan mempunyai izin usaha dari Menteri Keuangan.


(25)

2) Keadaan administrasi dan keuangan bank tersebut memungkinkan bank itu untuk memenuhi kewajiban dalam kliring.

3) Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran bank kredit yang diberikan oleh kantor tersebut telah mencapai jumlah sekurang-kurangnya 20% dari syarat modal setor minimum bagi pendirian bank baru di wilayah yang bersangkutan.

4) Bagi bank kliring ini berlaku selama 6 bulan terhitung sejak tanggal penyetoran. Kewajiban menyetor jaminan kliring sebesar 10% dari kewajiban yang dapat dibayar dan kelonggaran tarik kredit. Kewajiban ini hanya berlaku bagi kantor bank yang berlaku bagi kantor bank yang baru menjadi peserta kliring atau yang baru direhabiliter. Jaminan kliring menyetor jaminan kliring ini tidak berlaku bagi peserta tidak langsung atau peserta yang pindah wilayah kliring.

5) Suatu kantor bank umum atau bank pembangunan diwajibkan ikut serta dalam kliring, setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia.

2.3.8 Wakil Peserta Kliring

Setiap bank peserta, langsung menunjuk sekurang-kurangnya 2 orang wakil tetap pada lembaga kliring. Pemberitahuan mengenai wakil tetap ini disampaikan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan dilampiri contoh tanda tangan dan paraf dari wakil-wakil tersebut. Wakil-wakil ini dapat dibedakan atas golongan :

1) Golongan A, golongan ini hanya berwenang untuk membuat, mengubah, memberikan tanda terima dan menandatangani daftar rekapitulasi, neraca dan bilyet saldo kliring.


(26)

2) Golongan B, di samping melaksanakan apa yang dilakukan golongan A, golongan ini juga berwenang untuk mengubah, menambah, dan menandatangani surat penolakan tersebut.

2.3.9 Waktu (jam) Kliring

Kliring diselenggarakan setiap hari kerja sepanjang kantor penyelenggara dibuka untuk umum. Pertemuan kliring diadakan dua kali sehari dan jadwalnya ditetapkan oleh penyelenggara. Jika peserta kliring tidak dapat turut serta dalam kliring, peserta tersebut diwajibkan untuk mengajukan permohonan pada penyelenggara sepuluh hari sebelumnya. Bila permohonan tersebut telah disetujui maka peserta yang bersangkutan diwajibkan mengemukakan hal tersebut dalam surat kabar yang mempunyai peredaran yang luas di tempat tersebut.

2.3.10 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring

Pertemuan kliring lokal dilakukan dalam dua tahap, yaitu: pertemuan kliring penyerahan, dan kliring retur. Sebelum pertemuan kliring diadakan, harus terlebih dahulu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :

1) Cap Kliring

a. Semua warkat harus dicap terlebih dahulu dengan cap yang memuat sebutan kliring dan mencamtumkan nomor kode kelompok peserta yang bersangkutan.

b. Cap kliring harus disetujui oleh penyelenggara dan di muka para peserta lain. Demikian pula bila ada perubahan atau penggantian cap kliring.


(27)

c. Cap kliring pada warkat debet maupun kredit merupakan bukti atau tanda pengenal dari peserta.

d. Cap kliring pada bilyet giro yang tidak berati yang membubuhi cap tadi telah menerima sejumlah dana yang tercantum dalam bilyet giro tersebut.

e. Jika dalam satu warkat terdapat lebih dari satu cap kliring maka cap kliring oleh pejabat yang berwenang dari peserta yang bersangkutan. 2) Kliring Penyerahan

a. Untuk memperlancar penyerahan kliring peserta dibagi atas beberapa kelompok.

b. Sebelum kliring dimulai warkat-warkat dipisahkan menurut kelompok peserta yang bersangkutan. Warkat debet dan warkat kredit diperinci nilai nominalnya dalam daftar kliring tersendiri. Nilai nominal dan banyaknya warkat dalam daftar kliring dijumlahkan. c. Secara terima warkat kliring yang telah ditandatangani oleh wakil

peserta kliring, berlangsung antara yang menyerahkan dan yang menerima warkat setelah menandatangani daftar kliring sebagai bukti penerimaan.

d. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dua peserta mengenai dapat tidaknya warkat diperhitungkan dalam kliring, maka keputusan terakhir diserahkan kepada penyelenggara.

e. Dari hasil penyerahan dan penerimaan warkat masing-masing wakil peserta disusun neraca penyerahan yang ditandatangani dan dibubuhi nama jelas. Neraca kliring ini harus dilengkapi dengan rekapitulasi


(28)

penyerahan dan penerimaan baik untuk warkat-warkat debet maupun kredit. Dalam kliring retur kemudian disusun neraca kliring retur yang saldonya merupakan pelengkap dari saldo neraca kliring penyerahan.

2.3.11 Bilyet Saldo

Berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca kliring retur dibuat bilyet saldo kliring yang memuat hasil akhir kliring dari call money. Oleh penyelenggara dibuat neraca gabungan yang merupakan kompilasi dari neraca masing-masing peserta. Kliring dinyatakan selesai apabila neraca kliring gabungan telah seimbang dan hasil kliring masing-masing peserta telah dapat diselesaikan.

2.4 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Bhuana (2012) dengan judul “Prosedur Kliring pada PT. Bank Pembangunan Dearah Bali Kantor Cabang Singaraja” dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur kliring pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Singaraja, menurut hasil penelitian ini adalah PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Singaraja telah menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) sehingga data-data akuntansi yang di hasilkan dalam prosedur kliring dapat diandalkan. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang baik dapat mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam aplikasi proses kliring, meskipun Sistem Pengendalian Intern (SPI) sudah terlaksana dengan baik, namun kesalahan yang disebabkan karena penerbitan cek kosong oleh nasabah sering terjadi. Atas hal tersebut Bank Indonesia akan melakukanblack listterhadap data nasabah yang bersangkutan.


(29)

2) Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Susilowati (2010) dengan judul “Prosedur Pelaksanaan Kliring Dalam Lalu Lintas Pembayaran Giral Antar Bank pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta. Pada BTN Cabang Surakarta jika mengalami kekalahan kliring maka akan melakukan call money sebagai solusi untuk mengatasi saldo cadangan deposit minimum agar bank tidak dilikuidasi oleh Bank Indonesia.


(1)

Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring telah mempersiapkan Disaster Recovery Plan (DRP) untuk meyakinkan bahwa sistem pembayaran di Indonesia telah didukung oleh infrastruktur yang handal dan terhadap bank diwajibkan untuk memiliki saranaback-up jaringan komunikasi data (dial up telephone), back-up terminal peserta kliring, dan fasilitasguest bank.

2.3.6 Bank Peserta Kliring

Bank peserta kliring adalah bank-bank umum dan bank pembangunan yang berada di wilayah kliring tertentu dikoordinator oleh Bank Indonesia atau bank lain yang ditunjuk diwilayah itu. Ada dua macam penyertaan dalam kliring yang kita kenal, yaitu :

1) Penyertaan langsung yaitu memperhitungkan warkat secara langsung dalam pertemuan kliring, dan yang dapat ikut dalam penyertaan langsung itu ialah Kantor Bank Indonesia, Kantor Pusat Bank Umum, dan Bank Pembangunan serta kantor cabang kedua bank itu.

2) Penyertaan tidak langsung yaitu memperhitungkan warkat dalam pertemuan kliring melalui kantor pusat atau salah satu kantor cabangnya yang menjadi peserta kliring yang ikut dalam penyertaan ini ialah kantor cabang dan kantor cabang pembantu.

2.3.7 Syarat-syarat

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kantor bank umum atau bank pembangunan, yaitu:

1) Kantor bank yang bersangkutan mempunyai izin usaha dari Menteri Keuangan.


(2)

2) Keadaan administrasi dan keuangan bank tersebut memungkinkan bank itu untuk memenuhi kewajiban dalam kliring.

3) Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran bank kredit yang diberikan oleh kantor tersebut telah mencapai jumlah sekurang-kurangnya 20% dari syarat modal setor minimum bagi pendirian bank baru di wilayah yang bersangkutan.

4) Bagi bank kliring ini berlaku selama 6 bulan terhitung sejak tanggal penyetoran. Kewajiban menyetor jaminan kliring sebesar 10% dari kewajiban yang dapat dibayar dan kelonggaran tarik kredit. Kewajiban ini hanya berlaku bagi kantor bank yang berlaku bagi kantor bank yang baru menjadi peserta kliring atau yang baru direhabiliter. Jaminan kliring menyetor jaminan kliring ini tidak berlaku bagi peserta tidak langsung atau peserta yang pindah wilayah kliring.

5) Suatu kantor bank umum atau bank pembangunan diwajibkan ikut serta dalam kliring, setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia.

2.3.8 Wakil Peserta Kliring

Setiap bank peserta, langsung menunjuk sekurang-kurangnya 2 orang wakil tetap pada lembaga kliring. Pemberitahuan mengenai wakil tetap ini disampaikan secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan dilampiri contoh tanda tangan dan paraf dari wakil-wakil tersebut. Wakil-wakil ini dapat dibedakan atas golongan :

1) Golongan A, golongan ini hanya berwenang untuk membuat, mengubah, memberikan tanda terima dan menandatangani daftar rekapitulasi, neraca dan bilyet saldo kliring.


(3)

2) Golongan B, di samping melaksanakan apa yang dilakukan golongan A, golongan ini juga berwenang untuk mengubah, menambah, dan menandatangani surat penolakan tersebut.

2.3.9 Waktu (jam) Kliring

Kliring diselenggarakan setiap hari kerja sepanjang kantor penyelenggara dibuka untuk umum. Pertemuan kliring diadakan dua kali sehari dan jadwalnya ditetapkan oleh penyelenggara. Jika peserta kliring tidak dapat turut serta dalam kliring, peserta tersebut diwajibkan untuk mengajukan permohonan pada penyelenggara sepuluh hari sebelumnya. Bila permohonan tersebut telah disetujui maka peserta yang bersangkutan diwajibkan mengemukakan hal tersebut dalam surat kabar yang mempunyai peredaran yang luas di tempat tersebut.

2.3.10 Tata Cara Penyelenggaraan Kliring

Pertemuan kliring lokal dilakukan dalam dua tahap, yaitu: pertemuan kliring penyerahan, dan kliring retur. Sebelum pertemuan kliring diadakan, harus terlebih dahulu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :

1) Cap Kliring

a. Semua warkat harus dicap terlebih dahulu dengan cap yang memuat sebutan kliring dan mencamtumkan nomor kode kelompok peserta yang bersangkutan.

b. Cap kliring harus disetujui oleh penyelenggara dan di muka para peserta lain. Demikian pula bila ada perubahan atau penggantian cap kliring.


(4)

c. Cap kliring pada warkat debet maupun kredit merupakan bukti atau tanda pengenal dari peserta.

d. Cap kliring pada bilyet giro yang tidak berati yang membubuhi cap tadi telah menerima sejumlah dana yang tercantum dalam bilyet giro tersebut.

e. Jika dalam satu warkat terdapat lebih dari satu cap kliring maka cap kliring oleh pejabat yang berwenang dari peserta yang bersangkutan. 2) Kliring Penyerahan

a. Untuk memperlancar penyerahan kliring peserta dibagi atas beberapa kelompok.

b. Sebelum kliring dimulai warkat-warkat dipisahkan menurut kelompok peserta yang bersangkutan. Warkat debet dan warkat kredit diperinci nilai nominalnya dalam daftar kliring tersendiri. Nilai nominal dan banyaknya warkat dalam daftar kliring dijumlahkan. c. Secara terima warkat kliring yang telah ditandatangani oleh wakil

peserta kliring, berlangsung antara yang menyerahkan dan yang menerima warkat setelah menandatangani daftar kliring sebagai bukti penerimaan.

d. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dua peserta mengenai dapat tidaknya warkat diperhitungkan dalam kliring, maka keputusan terakhir diserahkan kepada penyelenggara.

e. Dari hasil penyerahan dan penerimaan warkat masing-masing wakil peserta disusun neraca penyerahan yang ditandatangani dan dibubuhi nama jelas. Neraca kliring ini harus dilengkapi dengan rekapitulasi


(5)

penyerahan dan penerimaan baik untuk warkat-warkat debet maupun kredit. Dalam kliring retur kemudian disusun neraca kliring retur yang saldonya merupakan pelengkap dari saldo neraca kliring penyerahan.

2.3.11 Bilyet Saldo

Berdasarkan neraca kliring penyerahan dan neraca kliring retur dibuat bilyet saldo kliring yang memuat hasil akhir kliring dari call money. Oleh penyelenggara dibuat neraca gabungan yang merupakan kompilasi dari neraca masing-masing peserta. Kliring dinyatakan selesai apabila neraca kliring gabungan telah seimbang dan hasil kliring masing-masing peserta telah dapat diselesaikan.

2.4 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Bhuana (2012) dengan judul “Prosedur Kliring pada PT. Bank Pembangunan Dearah Bali Kantor Cabang Singaraja” dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur kliring pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Singaraja, menurut hasil penelitian ini adalah PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Singaraja telah menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) sehingga data-data akuntansi yang di hasilkan dalam prosedur kliring dapat diandalkan. Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang baik dapat mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam aplikasi proses kliring, meskipun Sistem Pengendalian Intern (SPI) sudah terlaksana dengan baik, namun kesalahan yang disebabkan karena penerbitan cek kosong oleh nasabah sering terjadi. Atas hal tersebut Bank Indonesia akan melakukanblack listterhadap data nasabah yang bersangkutan.


(6)

2) Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Susilowati (2010) dengan judul “Prosedur Pelaksanaan Kliring Dalam Lalu Lintas Pembayaran Giral Antar Bank pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Surakarta. Pada BTN Cabang Surakarta jika mengalami kekalahan kliring maka akan melakukan call money sebagai solusi untuk mengatasi saldo cadangan deposit minimum agar bank tidak dilikuidasi oleh Bank Indonesia.