MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Asumsi dan Hipotesis ...5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN DAN KAITANNYA DENGAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK A. Pembelajaran ... 10

B. Pemahaman Konsep ... 15


(2)

ii

D. Materi Pembiasan Cahaya ...23

E. Analisis Logis dari Keterkaitan Model Pembelajaran, Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Prosedur Penelitian ... 32

D. Alur Penelitian ... 33

E. Instrumen Penelitian ... ... 35

F. Analisis Instrumen ………... ... 39

G. Teknik Analisa Data ………... ... 45

H. Jadwal Kegiatan Penelitian ………....48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Peningkatan pemahaman konsep ………. ... 51

2. Peningkatan Keterampilan Generik ……….. ………...………… 56

3. Kaitan antara Pemahaman Konsep dengan Keterampilan Generik ……….. …...………… 61

4. Deskripsi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ………. …...………....….…… 61

5. Tanggapa Guru terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……….…....67 6. Tanggapa Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran


(3)

iii

Berbasis Pengalaman ……….…....68 B. Temuan dan Pembahasan.……… ... 69

1. Karakateristik Model Pembelajaran Berbasis

Pengalaman ……… ... 70 2. Peningkatan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya ... 72 3. Peningkatan Keterampilan Generik ... 75 4. Kaitan antara Pemahaman Konsep dengan

Keterampilan Generik ………....……… … 76 5. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman …… 78 6. Tanggapa Siswa dan Guru terhadap Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Pengalaman ……….….…....80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 2.1 Keterkaitan tahapan antara model pembelajaran berbasis

pengalaman, pemahaman konsep dan keterampilan generik sains .. .29

Tabel 3.1 Jumlah dan proposi butir soal instrumen pemahaman konsep ... 35

Tabel 3.2 Jumlah dan proposi butir soal instrumen keterampilan generik……....36

Tabel 3.3. Kategori Validitas Butir Soal ... ... 39

Tabel 3.4. Kategori Reliabilitas Tes ... ... 40

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 41

Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda... 42

Tabel 3.7 Hasil rekapitulasi uji coba instrumen penelitian pemahaman konsep.. 43

Tabel 3.8 Hasil rekapitulasi uji coba instrumen penelitian keterampilan generik ... ...44

Tabel 3.9 Kategori skor N-gain rata-rata ... ...46

Tabel 3.10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 48

Tabel 4.1 Skor pretest, posttest dan N-gain pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol ... ... ... ... 51

Tabel 4.2 Uji normalitas N-gain pemahaman konsep dan keterampilan generik sains... 53

Tabel 4.3 Uji homogenitas skor N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol pemahaman konsep dan keterampilan generik sains………… 54

Tabel 4.4 Uji perbedaan rata-rata N-gain pemahaman konsep ………….…… 54


(5)

v


(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Sirkuler dalam model pembelajaran berbasis pengalaman.………..13

Gambar 2.2 Pembiasan cahaya pada bidang batas ... 24

Gambar 2.3 Jenis-jenis lensa ……….………..………… 26

Gambar 2.4 Sinar istimewa pada lensa cembung …..………..………… 27

Gambar 2.5 Pembagian ruang benda dan bayangan……..………..…………. 28

Gambar 2.6 Pembentukan bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang III ………..………….………..……….. 28

Gambar 2.7 Pembentukan bayangan pada lensa cembung jika benda di ruang I ………….………..………28

Gambar 2.8 Sinar-sinar istimewa pada lensa cekung ..………28

Gambar 2.9 Pembentukan bayangan pada lensa cekung ……….29

Gambar 3.1. desain Penelitian ………..……….……. 31

Gambar 3.2. Alur Penelitian ………..………. 34

Gambar 4.1 Diagram perbandingan persentase skor rata-rata pretes, postes dan N-Gain pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol ………..………..… 52

Gambar 4.2 Diagram peningkatan aspek pemahaman pada konsep pembiasan cahaya ………..………. 55

Gambar 4.3 Diagram Skor N-gain pemahaman konsep berdasarkan sub konsep………..………….… 56


(7)

vii

Gambar 4.4 Diagram perbandingan persentase skor rata pretest, posttest dan N-gain keterampilan generik kelas eksperimen dan kelas

kontrol ……….…………..………….… 58 Gambar 4.5 Diagram peningkatan aspek keterampilan generik

pada konsep pembiasan cahaya ………..…..………… 60 Gambar 4.6 Keterlaksaan model pembelajaran berdasarkan

tahap pembelajaran ………..………… 63 Gambar 4.7 Perbandingan skor pretest, keterlaksanaan pembelajaran

dan posttest pada aspek pemahaman ……….……..… 65 Gambar 4.8 Perbandingan skor pretest, keterlaksanaan pembelajaran

dan posttest pada sub konsep pemahaman ………..… 65 Gambar 4.9 Perbandingan keterlaksanaan antara model pembelajaran

terhadap aspek keterampilan generik ………..….….…… 67 Gambar 4.10 Rekapitulasi tanggapan guru terhadap penerapan

model pembelajaran berbasis pengalaman ……… 68 Gambar 4.11 Rekapitulasi tanggapan siswa terhadap penerapan

model pembelajaran berbasis pengalaman ……..…….…….……69


(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran ... 87

B. Instrumen Penelitian ... 123

C. Hasil Judgment dan Uji Coba Instrumen... 157

D. Pengolahan Data ... 211

E. Dokumentasi Penelitian ... 243


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006, bahwa hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya pemahaman kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian “pengalaman langsung” untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Namun kenyataan di lapangan sesuai dengan hasil studi pendahuluan peneliti pada bulan Juli sampai dengan September 2010 pada dua SMP di kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran IPA siswa masih rendah. Hal tersebut terbukti dengan ketuntasan kriteria minimal (KKM) kelas VII, VIII dan IX berturut-turut sebesar 60, 62 dan 65 dengan hasil rata-rata ulangan harian antara 50 dan 55 (Parwata, 2010).

Salah satu faktor penyebab rendahnya nilai mata pelajaran IPA siswa adalah cara mengajar guru yang terkadang kurang komunikatif dan interaktif, yakni guru hanya menyampaikan informasi di depan kelas atau pembelajaran


(10)

berpusat pada guru (teacher centered) dan siswa hanya menerima informasi tersebut tanpa melakukan pemahaman yang lebih mendalam (siswa pasif). Oleh sebab itu, salah satu cara mewujudkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar adalah pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan efisien, yaitu mengubah paradigma lama dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (siswa aktif) sehingga diharapkan akan tercipta hubungan yang komunikatif dan interaktif antara siswa dan siswa serta siswa dengan guru yang pada akhirnya hasil pembelajaran siswa akan lebih optimal dan siswa memahami materi pelajaran dengan lebih baik lagi.

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif adalah model pembelajaran berbasis pengalaman (Manolas, 2005). Menurut Keeton and Tate (Suciati, 2006) belajar melalui pengalaman melibatkan siswa secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Apabila dalam pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan yaitu guru hanya memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca, menulis mendengarkan atau mengamati suatu kejadian yang ada tetapi dengan pembelajaran berbasis pengalaman siswa diajak untuk langsung merasakan dan mengamati kejadian yang ada disekitarnya dengan mengumpulkan data yang ditemukan dengan tujuannya agar siswa mampu melaporkan apa yang ditemukankan dari pengalamannya. Pengalaman merupakan guru yang paling baik sebagaimana dinyatakan oleh Confucius, ahli filsafat Cina masa lampau bahwa; "katakan padaku dan aku akan lupa, perlihatkan padaku dan aku mungkin ingat, libatkan aku (istilah lain untuk mengalami/berbuat) dan aku akan mengerti.”


(11)

Belajar melalui pengalaman langsung menekankan pada hubungan yang lebih harmonis antara belajar, bekerja, serta aktivitas kehidupan dengan penciptaan pengetahuan itu sendiri (Kolb, 1984). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran yang menerapkan konsep belajar melalui pengalaman merupakan kata kunci bagi terjadinya proses belajar pada diri siswa. Johnson (2007:91) mengatakan ketika siswa dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti matematika, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalaman mereka sendiri maka mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka alasan untuk belajar. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah. Menurut Brotosiswojo (2000) keterampilan generik sains dalam pembelajaran IPA dapat dikategorikan menjadi indikator keterampilan yang dimulai dari pengalaman konkrit (pengamatan langsung) sampai pada pengalaman abstrak (pemodelan matematika dan membangun konsep) sehingga keterampilan generik sains sesuai untuk dikembangkan bagi siswa SD dan SMP berkenaaan dengan model pembelajaran berbasis pengalaman.

Hasil penelitian sebelumnya terkait menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis pengalaman dapat meningkatkan pemahaman konsep kalor dan keterampilan pemecahan masalah siswa SMP (Nurhayati, 2010) dan pembelajaran

Experiential Kolb dapat meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dan keterampilan proses sains siswa SMP (Nuryanti, 2010). Untuk konsep kalor dan konsep pesawat sederhana pemahaman konsepnya dapat ditingkatkan dengan


(12)

pembelajaran berbasis pengalaman. Selain itu juga telah diteliti model pembelajaran yang mirip dengan berbasis pengalaman, yaitu model pembelajaran berbasis fenomena dengan pendekatan inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan pemahaman konsep pembiasan cahaya dan keterampilan generik sains siswa SMP (Vestari, 2009). Keterampilan generik sains ini juga dapat ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran konseptual interaktif dengan menggunakan animasi pada konsep pembiasan cahaya (Ristingiwur, 2009)

Salah satu konsep yang ada dalam materi ajar fisika di SMP sesuai dengan KTSP pada kelas VIII semester 2 adalah materi pembiasan cahaya. Konsep pembiasan cahaya merupakan salah satu konsep yang sangat berkaitan dengan fenomena alam dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak pengalaman konkrit yang telah dialami siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian penting untuk memahami dan menyadari manfaat dari mempelajari konsep tersebut. Pada kenyataannya siswa masih kesulitan dalam memahami konsep pembiasan cahaya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana hasil studi pendahuluan peneliti di atas yang dikarenakan kurang bervariasinya model pembelajaran dan kurang dilatihkan keterampilan generik sains siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dan keterkaitannya dengan penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: “Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP”


(13)

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah "Apakah penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman pada konsep pembiasan cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran konvensional?

Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep pembiasan cahaya antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

b. Bagaimana peningkatan keterampilan generik sains terkait konsep pembiasan cahaya antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

c. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran materi pembiasan cahaya?

C. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Penelitian

Penyajian pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran fisika, khususnya materi pembiasan cahaya dapat meningkatkan keterlibatan siswa


(14)

secara lebih aktif untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam situasi baru sehingga memotivasi siswa untuk mempelajari fisika lebih lanjut. Selain itu, proses tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis pengalaman yang diawali dengan menggali pengalaman siswa dan pengamatan reflektif memberikan makna bagi siswa tentang arti pentingnya belajar sains, dilanjutkan dengan konseptualisasi abstrak yang menggunakan logika berpikir siswa dengan mengakomodasikan antara pemahaman awal dengan konsep baru siswa, dan diakhiri dengan percobaan aktif yang berupa ekperimen dan diskusi sehingga dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi sendiri pemahaman sainsnya dan melatih keterampilan generik sains.

2. Hipotesis Penelitian

a. Ha1: Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan

dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional (µA1> µA2).

b. Ha2: Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada konsep

pembiasan cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan generik sains siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional (µB1> µB2).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menjajagi penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk melihat potensinya dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa SMP pada pembiasan cahaya.


(15)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bukti tentang potensi model pembelajaran berbasis pengalaman dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti guru, praktisi pendidikan, mahasiswa LPTK, lembaga-lembaga pendidikan dan lain-lain.

F. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran berbasis pengalaman didefinisikan sebagai model pembelajaran yang menyajikan situasi pembelajaran dalam bentuk suatu siklus yang diawali dengan menggali pengalaman kongkrit (concrete experience) bagi siswa kemudian diteruskan dengan pengamatan reflektif (reflective observation) dan masuk pada tahap konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization), dan tahap terakhir melalui percobaan aktif (active experimentation) (Kolb, 1984). Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman ini dinilai oleh observer dengan menggunakan format observasi pembelajaran.

2. Model pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tempat penelitian, yang biasanya didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab dan demonstrasi dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa (teacher centered) dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Guru lebih banyak berperan dalam


(16)

hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.

3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai keterampilan siswa untuk mengetahui dan menerapkan komponen pembangun prinsip atau bagian-bagian pengertian yang membangun prinsip (Rustaman et al., 2003). Indikator pemahaman konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom pada tingkatan kedua (C-2). Aspek pemahaman yang dimaksud mempunyai tiga kategori, yaitu menerjemahkan (translasi), menafsirkan (interpretation), dan mengekstrapolasi (extra-polation). Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep dalam bentuk pilihan ganda.

4. Keterampilan generik sains adalah keterampilan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang merupakan keterampilan dasar (generik) ilmiah yang dapat ditumbuhkan ketika peserta didik menjalani proses belajar ilmu fisika. Dalam penelitian ini hanya ditinjau 5 indikator keterampilan generik sains yang dikembangkan yaitu: pengamatan, hubungan sebab akibat, kesadaran akan skala besaran, pemodelan matematika dan inferensi logika. Kelima indikator tersebut sangat erat kaitannya dengan model pembelajaran berbasis pengalaman. Dalam penelitian ini keterampilan generik sains sains diukur dengan menggunakan tes keterampilan generik sains dalam bentuk uraian.

5. Konsep pembiasan cahaya didefinisikan sebagai peristiwa membeloknya berkas cahaya karena memasuki bidang batas media/medium yang berbeda


(17)

kerapatannya. Dalam KTSP 2006 standar kompetensi pada konsep pembiasan cahaya yaitu memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan kompetensi dasarnya yaitu menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan desain penelitian yang digunakan yaitu “randomized control grup pretest-posttest design” (Fraenkel, 2005). Pada desain ini menggunakan dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional. Terhadap dua kelas dilakukan pretest dan posttest untuk melihat peningkatan pemahaman konsep sebelum dan setelah pembelajaran. Pretest dan posttest juga diberikan pada kedua kelas untuk melihat keterampilan generik sains siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Gambar 3.1 Desain penelitian Keterangan:

X1 = perlakuan model pembelajaran pembelajaran berbasis pengalaman

X2 = perlakuan berupa model pembelajaran konvensional


(19)

B.Populasi dan Sampel Penelitan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII (delapan) pada sebuah SMP Negeri di Kabupaten Cianjur, yang terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 277. Sampel penelitian diambil dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontro dari tujuh kelas selain kelas VIII-H (kelas eklusif) yang dipilih secara acak, dengan pertimbangan bahwa ketujuh kelas menurut guru mata pelajaran yang mengampunya mempunyai karakteristik yang tidak berbeda. C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan.

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang model pembelajaran pembelajaran berbasis pengalaman, pemahaman konsep, keterampilan generik sains , dan konsep pembiasan cahaya.

b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. c. Melakukan validasi instrumen.

d. Melakukan uji coba dan analisis tes.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan uji coba instrumen, memperkenalkan pembelajaran model pembelajaran berbasis pengalaman dan memberikan pengarahan kepada guru yang mengajar kelas tersebut tentang tugas observasi, mengadakan pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk


(20)

mengetahui pemahaman konsep awal siswa tentang materi pembiasan cahaya, menerapkan pembelajaran model pembelajaran berbasis pengalaman pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, melakukan observasi keterlaksanaan model, memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa setelah mendapat perlakuan, dan menyebarkan angket tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman. 3. Pengolahan dan analisa data

Menghitung gain yang dinormalisasi (N-gain) pemahaman konsep dan keterampilan generik sains untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan uji normalitas data N-gain, melakukan uji homogenitas varians, melakukan uji kesamaan dua rata-rata, serta melakukan analisis data angket dan observasi.

D. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.2 di bawah ini.


(21)

Gambar 3.2 Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Validasi, Uji Coba, Revisi

Tes Awal (Pretest) Pembelajaran Berbasis Pengalaman Pembelajaran Konvensional Tes Akhir (Posttest)

Angket Tanggapan Siswa dan Guru

Observasi Keterlaksa-naan Model Pembelajaran Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Instrumen

1. Tes Pemahaman Konsep 2. Tes Keterampilan

Generik

3. Angket Siswa dan Guru 4. Pedoman Observasi

Studi Literatur: Model Pembelajaran Berbasis pengalaman, dan Keterampilan Generik

Penyusunan Rencana Pembelajaran Berbasis Pengalaman pada materi subyek Pembiasan cahaya Perumusan Masalah Kesimpulan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


(22)

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu tes pemahaman konsep, tes keterampilan generik sains, observasi keterlaksanaan model pembelajaran dan tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman.

1. Tes Pemahaman Konsep Pembiasan.

Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa terhadap konsep yang diajarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban sebanyak 20 butir soal. Tes pemahaman konsep terdiri dari dua aspek, yaitu apek pemahaman yang terdiri dari aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi, serta aspek sub konsep pembiasan yang terdiri dari sub konsep pembiasan cahaya, sub konsep pembiasan pada lensa cembung dan sub konsep pembiasan pada lensa cekung sebagaimana diilustrasikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah dan proposi butir soal instrumen pemahaman konsep

No Aspek Nomor butir soal Jumlah Persentase

(%)

1 translasi 2, 3, 5, 10, 11, 16, 17, 20 8 40

2 interpretasi 1, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14,

18 9 45

3 ekstrapolasi 4, 15, 19 3 15

Jumlah 20 100

4 pembiasan cahaya 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9 45 5 pembiasan pada lensa

cembung 10, 11, 12, 13, 14, 15 6 30

6 pembiasan pada lensa

cekung 16, 17, 18, 19, 20 5 25


(23)

Untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran berbasis pengalaman dan pembelajaran konvensional dilakukan

pretest sedangkan untuk mengukur pemahaman konsep siswa setelah mendapatkan perlakuan dilakukan posttest. Butir soal tes pemahaman konsep dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai (judgment) oleh pakar sebanyak 5 orang, diujicobakan dan dianalisis validitas (kesahihan), reabilitas (keajegan/kehandalan), daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.

2. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes keterampilan generik sains digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam yang berkaitan dengan konsep pembiasan cahaya. Soal tes keterapilan generik sains yang dikembangkan berbentuk uraian sebanyak 18 (delapan belas) butir. Ke-18 sub butir soal dengan 5 (lima) aspek keterampilan generik sains yang berbeda. Kelima aspek tersebut yaitu aspek pengamatan, aspek hubungan sebab akibat, aspek kesadaran akan skala besaran, aspek pemodelan matematika dan aspek inferensi logika. Masing-masing aspek mempunyai skor sebesar 30 sehingga total skor instrumen keterampilan generik sains ini sebanyak 150 sebagaimana diilustrasikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jumlah dan Proposi Butir Soal Instrumen Keterampilan Generik Sains

No Aspek Nomor butir

soal Jumlah

Persentase (%)

Skor

1 Pengamatan 1a, 3a, 4a, 4b 4 22 30

2 Hubungan sebab akibat 1b, 2, 3b. 3 17 30

3 Kesadaran akan skala

besaran 6a, 6b, 7. 3 17

30

4 Pemodelan matematika 4c, 5, 6a, 6b 4 22 30

5 Inferensi logika 8a, 8b, 9a, 9b 4 22 30


(24)

Untuk mengukur keterampilan generik sains siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran berbasis pengalaman dan pembelajaran konvensional dilakukan pretest sedangkan untuk mengukur keterampilan generik sains siswa setelah mendapatkan perlakuan dilakukan posttest. Butir soal tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan diujicobakan dan dianalisis.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk mengamati sejauh mana tahapan model pembelajaran berbasis pengalaman yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cek. Observasi dilakukan oleh seorang observer (guru IPA) yang biasa mengajar di kelas tersebut dan sebagai guru modelnya adalah peneliti sendiri, dengan pertimbangan bahwa peneliti lebih menguasai materi dan proses pembelajarannya serta untuk mengurangi bias yang terjadi selama proses pembelajaran.

Lembar observasi terdiri dari dua jenis yaitu keterlaksanaan model pembelajaran untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa. Ada 6 tahap pembelajaran dalam observasi yaitu tahap 1 pendahuluan, tahap 2 fase-1, tahap 3 fase-2, tahap 4 fase-3, tahap 5 fase-4 dan tahap 6 penutup. Tahap 2 sampai dengan tahap 4 yang terdiri dari tahapan inti dari model pembelajaran. Secara rinci lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran B.


(25)

4. Angket Tanggapan Siswa dan Guru

Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran konsep pembiasan cahaya. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan empat kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Kisi-kisi angket tanggapan guru terdiri dari 4 indikator dan 16 butir soal. Keempat indikator tersebut yaitu model pembelajaran berbasis pengalaman memfasilitasi dan memotivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran, model pembelajaran berbasis pengalaman dapat meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya belajar fisika, fase-fase dalam model pembelajaran berbasis pengalaman melatih siswa untuk memahami karakteristik sain dan bekerja ilmiah, dan panduan LKS dapat membantu kelancaran pembelajaran.

Sedangkan kisi-kisi angket tanggapan siswa terdiri dari 5 indikator dan 25 butir soal. Kelima indikator tersebut yaitu menunjukkan ketertarikan terhadap pelajaran sains, menunjukkan sikap terhadap kegunaan pelajaran sains, menunjukkan ketertarikan terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman, menunjukkan sikap terhadap peran guru dalam pembelajaran, dan menunjukkan sikap pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Secara rinci kisi-kisi pendapat siswa dapat dilihat pada Lampiran B.


(26)

F. Analisis Tes

Pengolahan data menyangkut validitas butir soal, reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal yang digunakan dalam penelitian ini. Ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi keperluan pengujian kesahihan tes di atas adalah:

1. Validitas Butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total (Arikunto, 2010). Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan

softwareAnates V.4.

Interpretasi besarnya koefesien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 (Arikunto, 2010).

Tabel 3.3 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,800 1,00 Sangat Tinggi

0,600 0,800 Tinggi

0,400 0,600 Cukup

0,200 0,400 Rendah


(27)

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke pengukuran lainnya (Arikunto, 2010). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabililas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan dihitung dengan koefesien reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan softwareAnates V.4.

Interpretasi derajat reliabilitas tes dapat dilihat pada Tabel 3.4 (Arikunto, 2010). Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,800 1,00 Sangat Tinggi

0,600 0,800 Tinggi

0,400 0,600 Cukup

0,200 0,400 Rendah

0,00 11 0,200 Sangat Rendah

Dari hasil analisis instrumen pemahaman konsep sejumlah 32 butir soal diperoleh koefisien reabilitas tes sebesar 0,75 dengan kategori tinggi. Sedangkan untuk instrumen keterampilan generik sains dari sejumlah 18 butir soal diperoleh diperoleh koefisien reabilitas tes sebesar 0,92 dengan kategori sangat tinggi. Secara rinci hasil analisis reabilitas instrumen dapat dilihat pada lampiran C. 3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00 (Arikunto, 2010). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software Anates V.4.


(28)

Kategori untuk tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 (Arikunto, 2010).

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 0,30 Soal Sukar

0,30 0,70 Soal Sedang

0,70 1,00 Soal Mudah

Dari hasil analisis instrumen pemahaman konsep sejumlah 32 butir soal diperoleh jumlah butir soal dengan kategori sangat mudah sebanyak 15 butir, kategori sedang sebanyak 12 butir, kategori sukar sebanyak 1 butir dan sisanya kategori sangat sukar sebanyak 4 butir soal. Sedangkan untuk instrumen keterampilan generik sains dari sejumlah 18 butir soal diperoleh dengan kategori sangat mudah sebanyak 2 butir, kategori sedang sebanyak 13 butir, dan sisanya kategori sukar sebanyak 2 butir. Secara lebih rinci hasil analisis tingkat kesukaran butir soal instrumen dapat dilihat pada lampiran C.

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah keterampilan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berketerampilan tinggi dengan siswa yang berketerampilan rendah (Arikunto, 2010). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan

softwareAnates V.4.


(29)

Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 0,20 Jelek

0,20 0,40 Cukup

0,40 0,70 Baik

0,70 1,00 Baik sekali

Dari hasil analisis instrumen pemahaman konsep sejumlah 32 butir soal diperoleh jumlah butir soal dengan kategori jelek sebanyak 8 butir, kategori cukup sebanyak 7 butir, dan sisanya kategori baik sebanyak 17 butir. Sedangkan untuk instrumen keterampilan generik sains dari sejumlah 18 butir soal diperoleh dengan kategori jelek sebanyak 3 butir, kategori cukup sebanyak 1 butir, kategori baik sebanyak 7 butir dan sisanya kategori baik sebanyak 7 butir. Secara hasil analisis instrumen dapat dilihat pada lampiran C.

5. Rekapitulasi hasil analisis butir soal.

Jumlah butir soal untuk tes pemahaman konsep pada waktu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing sebanyak 40 butir, setelah dinilai pakar dipilih sebanyak 32 butir setelah ada beberapa saran revisi. Hasil rekapitulasi signifikansi analisis butir soal sejumlah 32 butir soal diperoleh jumlah butir soal dengan kategori sangat signifikan sebanyak 19 butir, kategori signifikan sebanyak 3 butir, dan sisanya kategori tidak signifikan sebanyak 11 butir.

Selanjutnya instrumen tersebut diuji coba terhadap siswa kelas IX dan setelah dianalisis digunakan sebanyak 20 butir sebagaimana tercantum dalam Tabel 37


(30)

Tabel 3.7 Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Penelitian Pemahaman Konsep No.

soal

Daya

pembeda Tk kesukaran Validitas Signifikansi

Diguna -kan

1. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

2. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

3. Jelek Sangat mudah Rendah

-

Tidak

4. Baik Sedang Rendah Signifikan Ya

5. Baik Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya 6. Baik Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya

7. Cukup Sangat sukar Rendah

-

Tidak

8. Jelek Sangat mudah Sangat rendah

-

Tidak

9. Cukup Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya

10. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

11. Baik Sangat mudah Rendah Sangat signifikan Ya

12. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

13. Baik Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya

14. Cukup Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

15. Baik Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya

16. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

17. Jelek Sangat mudah Sangat rendah

-

Tidak

18. Jelek Sangat mudah Sangat rendah

-

Tidak

19. Cukup Sangat sukar Sangat rendah

-

Tidak

20. Jelek Sangat sukar Sangat rendah

-

Tidak

21. Baik Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya

22. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

23. Cukup Sedang Rendah Signifikan Ya

24. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

25. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

26. Jelek Sangat mudah Sangat rendah

-

Tidak

27. Cukup Sukar Rendah

-

Tidak

28. Baik Sedang Cukup Sangat signifikan Ya

29. Cukup Sangat mudah Rendah - Tidak

30. Jelek Sangat mudah Rendah Signifikan Tidak

31. Jelek Sedang Sangat rendah - Tidak

32. Baik Sangat mudah Cukup Sangat signifikan Ya Secara rinci kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada lampiran B.


(31)

Sedangkan jumlah butir soal untuk instrumen keterampilan generik sains pada waktu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing sebanyak 18 butir. Setelah dinilai semua butir soal layak dengan beberapa saran revisi. Selanjutnya instrumen tersebut diuji coba terhadap siswa kelas IX dengan subyek yang sama dengan uji coba instrumen untuk pemahaman konsep, dan setelah dianalisis terhadap butir soal diperoleh dengan kategori sangat signifikan sebanyak 16 butir soal yang digunakan dan sisanya 2 butir soal tidak digunakan sebagaimana diilustrasikan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil rekapitulasi uji coba instrumen penelitian keterampilan generik sains

No. soal

Daya

pembeda Tk kesukaran Validitas Signifikansi

Diguna -kan 1. Baik Sedang Sangat tinggi Sangat signifikan Ya 2. Baik Sedang Sangat tinggi Sangat signifikan Ya

3. Baik Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

4. Baik Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

5. Cukup Sedang Sangat tinggi Sangat signifikan Ya

6. Cukup Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

7. Cukup Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

8. Cukup Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

9. Cukup Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

10. Cukup Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

11. Cukup Sedang Cukup Signifikan Ya

12. Baik Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

13. Jelek Sukar Rendah - Tidak

14. Jelek Sukar Rendah - Tidak

15. Baik Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

16. Baik Sedang Sangat tinggi Sangat signifikan Ya

17. Baik Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya

18. Baik Sedang Tinggi Sangat signifikan Ya


(32)

Dari hasil rekapitulasi signifikansi analisis instrumen tersebut untuk tes pemahaman konsep sebanyak 32 butir soal digunakan sebanyak 20 butir soal, sedangkan untuk instrumen keterampilan generik sains dari sejumlah 18 butir soal digunakan sebanyak 16 butir soal.

G.Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan untuk membuat penafsiran data yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep, peningkatan keterampilan generik sains. Data yang diperoleh dari angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran dan melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Data peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains dianalisis dengan uji statistik. Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program SPSS versi 17.0

untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains (Wahana Komputer, 2008).

Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake sebagai berikut (Cheng, et. al, 2004).

(3.1)

Keterangan:


(33)

Spos = skor posttest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

N-gain ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan pemahaman konsep pembiasan cahaya dan keterampilan generik sains dengan kriteria seperti pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kategori skor N-gain rata-rata

Batasan Kategori

0,7 Tinggi

0,3 0,7 Sedang

0,3 Rendah

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas distribusi data peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Uji statistik yang digunakan untuk pengujian normalitas dengan program SPSS versi 17.0.

2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians data peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan Levene Test (Uyanto, 2009). Uji statistik yang digunakan untuk pengujian homogenitas dengan program SPSS versi 17.0.


(34)

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu ekor (one tile test) dengan taraf signifikan α = 0,05. Untuk data berdistribusi normal dan

homogen maka digunakan uji statistik dengan menggunakan program statistik Microsoft Excel 2007. Kriteria pengujian dengan membandingkan taraf signifikansi hitungan P dengan α = 0,05, jika taraf signifikansi hitungan lebih

kecil dari 0,05, maka Ha diterima atau dengan membandingkan thitung > tTabel maka

Ha diterima pada taraf signifikansi (α = 0,05).

4. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus (Sugiono, 2008):

% "# $#%&'&() *+,-./ 0123 .45 678932-9/ 8.6. :7.8 7:9,

*+,-./ 0123 769.- +4:+1 09-+3+/ 7:9, ; 100% (3.2)

5. Analisis data hasil observasi proses pembelajaran model pembelajaran berbasis pengalaman yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran.

6. Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang disajikan dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan.

H.Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 2 Mei 2011 sampai dengan 4 Juni 2011. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran IPA di kelas VII SMP tempat penelitian sebanyak dua kali pertemuan tiap minggu. Pembelajaran model pembelajaran berbasis pengalaman (kelas eksperimen) pembelajaran model konvensional (kelas kontrol) dilakukan di masing-masing


(35)

ruang belajar siswa. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Senin, 2 Mei 2011

Permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah Konsultasi kepada urusan Kurikulum

Konfirmasi kepada guru mata pelajaran 2. Selasa-Rabu,

3-4 Mei 2011

Observasi pembelajaran di kelas VIII 3. Kamis,

5 Mei 2011

Uji coba instrumen penelitian untuk pemahaman konsep dan menganalis hasil

Uji coba instrumen penelitian untuk keterampilan generik sains dan menganalis hasil

4. Jum’at-Sabtu, 6-7 Mei 2011

Analisis hasil uji coba instrumen 5. Senin-Selasa,

9-10 Mei 2011

Konsultasi ke dosen pembimbing hasil analisis instrumen dan mohon izin pelaksanaan penelitian 6. Rabu,

11 Mei 2011

Pretest pemahaman konsep dan keterampilan generik sains kelas eksperimen

Pretest pemahaman konsep dan keterampilan generik sains kelas kontrol

7. Kamis-Jumat, 12-13 Mei 2011

Analisis hasil pretes untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol

8. Sabtu, 14 Mei 2011

Cek kelengkapan dan uji coba alat praktikum 9. Senin,

16 Mei 2011

Pelatihan penggunaan alat praktikum bagi kelas eksperimen

10. Rabu, 18 Mei 2011

Pembelajaran RPP1/ Pembelajaran I kelas ekperimen Pembelajaran I kelas kontrol

11. Jum’at, 20 Mei 2011

Pembelajaran II kelas kontrol 12. Senin,

23 Mei 2011

Pembelajaran RPP2/ Pembelajaran II kelas ekperimen


(36)

13. Rabu, 25 Mei 2020

Pembelajaran RPP3/ Pembelajaran III kelas ekperimen

Pembelajaran II kelas kontrol 14. Jum’at,

27 Mei 2011

Latihan soal-soal kelas kontrol

15. Senin, 30 Mei 2011

Latihan soal-soal kelas ekperimen 16. Rabu,

1 Juni 2011

Posttest pemahaman konsep dan keterampilan generik sains kelas ekperimen

Sebaran angket siswa dan guru kelas eksperimen

Posttest pemahaman konsep dan keterampilan generik sains kelas kontrol

17. Kamis-Jum’at, 2-3 Juni 2011

Analisis hasil posttest instrumen dan angket siswa/guru

18. Sabtu, 4 Juni 2011

Ucapan terima kasih kepada kepala sekolah, kaur Kurikulum, guru IPA, staf dan guru lainnya dan para siswa sebagai subyek penelitian.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pembiasan cahaya dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan generik siswa pada materi pembiasan cahaya dibandingkan model pembelajaran konvensional.

3. Tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman bahwa model pembelajaran tersebut dapat lebih memotivasi guru dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan kesadaran siswa akan pembelajaran sains, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan melatihkan keterampilan generik siswa dan meningkatkan kelancaran proses pembelajaran.

4. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pembiasan cahaya yaitu bahwa sebagian besar siswa merasa tertarik terhadap pelajaran sains, model pembelajaran, peran guru dan aktivitas siswa dan penggunaan LKS beserta soal-soalnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pembiasan cahaya,


(38)

peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis pengalaman sangat erat kaitannya dengan kegiatan praktikum yang melatihkan keterampilan mengamati, keterampilan menggunakan logika, keterampilan kesadaran akan skala besaran seperti melukis bayangan pada lensa, keterampilan mengkomunikasikan seperti dalam diskusi kelompok sehingga menuntut guru untuk lebih menguasai beberapa keterampilan tersebut dan melatihkan sebelum pembelajaran yang sesungguhnya sehingga pembelajaran dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

2. Bagi siswa agar dapat dilatihkan terlebih dahulu praktek menggunakan alat-alat percobaan untuk setiap sub konsep sebelum pembelajaran yang sesungguhnya dimulai sehingga guru dapat memperkirakan waktu pembelajaran dengan lebih akurat dan pembelajaran dapat berlangsung seperti yang diharapkan.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry Bagian I. Jakarta : Depdikbud.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, Benjamin S. at al. (1971) Handbook an Formative and Sumative Evaluation of Student Learning, Mc Graw Hill, USA

Brotosiswojo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdiknas.

Cheng, K.K., et.al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas, (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

_________, (2006). Permen 20, 22 dan 23 tahun 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanl.

_________, (2008). Perangkat Penilaian KTSP SMP 2008. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanl.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2005). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co Holzer, M & Raul, H.A (2000). Experiential Learningin Mechanics with

Multimedia. Internatioanal Journal Englend Education Vol. 16 N0. 5. Printed in Great Britain.

Jhonson, B Elaine. (2007) Contextual Teaching & Learning menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengajar Mengasikan dan Bermakna.

Bandung: Mizan Media Utama.

Karim, Saeful dkk, (2008). Belajar IPA: Membuka Cakrawala Alam Sekitar,

Jakarta, Pusat Perbukuan Nasional.

Karno To, (1996). Mengenal Analisis Tes, Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.


(40)

Kolb, David A. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk

Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.

Bandung : FMIPA UPI.

Manolas, Evangelos. (2005). Kolb’s Experiential Learning Model: Enlivening Physics Course in Primary Education. Journal of Greece Science Education, Vol 2 No 3.

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Volume 1 No 2.

Nawari, (2010). Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17.Jakarta, Elex media Komputindo.

Nurhayati (2010). Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan Konsep Pesawat Sederhana dan Keterampilan Proses Sains. Tesis SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Nuryanti, Lia. (2010). Model Pembelajaran Experiential kolb untuk Meningkatkan Konsep dan Keterampilan Pemecahan Masalah pada Konsep Kalor. Tesis SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Parwata. (2010). Metode Pembelajaran untuk Meningkatkan Nilai UN, Laporan Studi Kasus SPs UPI, Tidak Diterbitkan.

Poedjiadi, A. (2003). Interaksi dalam Pembelajaran Menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Makalah. Bandung: tidak diterbitkan. Ristingiwur. (2009) penerapan pembelajaran konseptual interaktif dengan

menggunakan animasi pada konsep pembiasan cahaya untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains. Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Andira.


(41)

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulun dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stauffer, Russell G. (1970) Language Experirience, Approach to the Teaching of Reading. New York: Harper & Row www.jstor.org/stable/20192891 Suciati, dkk. (2006). Belajar & Pembelajaran 2.Jakarta: Universitas Terbuka. Sukmadinata, Nana Sy. (2004) Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi.

Bandung Yayasan Kesuma.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D). Bandung : ALFABETA.

Supranata. S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Uyanto, Stanislaus, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vestari, Dewi. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Cahaya Dan

Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.


(1)

49 13. Rabu,

25 Mei 2020

Pembelajaran RPP3/ Pembelajaran III kelas ekperimen

Pembelajaran II kelas kontrol 14. Jum’at,

27 Mei 2011

Latihan soal-soal kelas kontrol 15. Senin,

30 Mei 2011

Latihan soal-soal kelas ekperimen 16. Rabu,

1 Juni 2011

Posttest pemahaman konsep dan keterampilan generik sains kelas ekperimen

Sebaran angket siswa dan guru kelas eksperimen Posttest pemahaman konsep dan keterampilan generik sains kelas kontrol

17. Kamis-Jum’at, 2-3 Juni 2011

Analisis hasil posttest instrumen dan angket siswa/guru

18. Sabtu, 4 Juni 2011

Ucapan terima kasih kepada kepala sekolah, kaur Kurikulum, guru IPA, staf dan guru lainnya dan para siswa sebagai subyek penelitian.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pembiasan cahaya dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan generik siswa pada materi pembiasan cahaya dibandingkan model pembelajaran konvensional.

3. Tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman bahwa model pembelajaran tersebut dapat lebih memotivasi guru dalam proses pembelajaran, dapat meningkatkan kesadaran siswa akan pembelajaran sains, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan melatihkan keterampilan generik siswa dan meningkatkan kelancaran proses pembelajaran.

4. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pembiasan cahaya yaitu bahwa sebagian besar siswa merasa tertarik terhadap pelajaran sains, model pembelajaran, peran guru dan aktivitas siswa dan penggunaan LKS beserta soal-soalnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pembiasan cahaya,


(3)

83 peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis pengalaman sangat erat kaitannya dengan kegiatan praktikum yang melatihkan keterampilan mengamati, keterampilan menggunakan logika, keterampilan kesadaran akan skala besaran seperti melukis bayangan pada lensa, keterampilan mengkomunikasikan seperti dalam diskusi kelompok sehingga menuntut guru untuk lebih menguasai beberapa keterampilan tersebut dan melatihkan sebelum pembelajaran yang sesungguhnya sehingga pembelajaran dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

2. Bagi siswa agar dapat dilatihkan terlebih dahulu praktek menggunakan alat-alat percobaan untuk setiap sub konsep sebelum pembelajaran yang sesungguhnya dimulai sehingga guru dapat memperkirakan waktu pembelajaran dengan lebih akurat dan pembelajaran dapat berlangsung seperti yang diharapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1987). Mengajar IPA dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry Bagian I. Jakarta : Depdikbud.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, Benjamin S. at al. (1971) Handbook an Formative and Sumative Evaluation of Student Learning, Mc Graw Hill, USA

Brotosiswojo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdiknas.

Cheng, K.K., et.al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas, (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

_________, (2006). Permen 20, 22 dan 23 tahun 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanl.

_________, (2008). Perangkat Penilaian KTSP SMP 2008. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanl.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2005). How to Design and Evaluate Research in Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co Holzer, M & Raul, H.A (2000). Experiential Learningin Mechanics with

Multimedia. Internatioanal Journal Englend Education Vol. 16 N0. 5. Printed in Great Britain.

Jhonson, B Elaine. (2007) Contextual Teaching & Learning menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengajar Mengasikan dan Bermakna. Bandung: Mizan Media Utama.

Karim, Saeful dkk, (2008). Belajar IPA: Membuka Cakrawala Alam Sekitar, Jakarta, Pusat Perbukuan Nasional.

Karno To, (1996). Mengenal Analisis Tes, Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP.


(5)

85

Kolb, David A. (1984). Experiential Learning. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk

Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002. Bandung : FMIPA UPI.

Manolas, Evangelos. (2005). Kolb’s Experiential Learning Model: Enlivening Physics Course in Primary Education. Journal of Greece Science Education, Vol 2 No 3.

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Volume 1 No 2.

Nawari, (2010). Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17.Jakarta, Elex media Komputindo.

Nurhayati (2010). Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan Konsep Pesawat Sederhana dan Keterampilan Proses Sains. Tesis SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Nuryanti, Lia. (2010). Model Pembelajaran Experiential kolb untuk Meningkatkan Konsep dan Keterampilan Pemecahan Masalah pada Konsep Kalor. Tesis SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Parwata. (2010). Metode Pembelajaran untuk Meningkatkan Nilai UN, Laporan Studi Kasus SPs UPI, Tidak Diterbitkan.

Poedjiadi, A. (2003). Interaksi dalam Pembelajaran Menggunakan Model Sains Teknologi Masyarakat. Makalah. Bandung: tidak diterbitkan. Ristingiwur. (2009) penerapan pembelajaran konseptual interaktif dengan

menggunakan animasi pada konsep pembiasan cahaya untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains. Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Andira.


(6)

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulun dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Stauffer, Russell G. (1970) Language Experirience, Approach to the Teaching of Reading. New York: Harper & Row www.jstor.org/stable/20192891 Suciati, dkk. (2006). Belajar & Pembelajaran 2.Jakarta: Universitas Terbuka. Sukmadinata, Nana Sy. (2004) Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi.

Bandung Yayasan Kesuma.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dab R&D). Bandung : ALFABETA.

Supranata. S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Uyanto, Stanislaus, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Vestari, Dewi. (2010). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Cahaya Dan

Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Tesis SPs UPI. Tidak


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL.

3 9 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 0 46

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN DENGAN PENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI CAHAYA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP.

0 0 50

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TIPE NOVICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMKN.

0 0 43

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TIPE NOVICK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMKN.

0 0 43

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

0 0 34

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

0 1 37

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR HIPOTETIKAL DEDUKTIF 7E UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA KONSEP PEMBIASAN CAHAYA.

0 8 42

PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA.

0 1 51

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS WEB PADA MATERI FLUIDA DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA.

2 3 29