MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

(1)

vi

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Variabel Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 8

H. Definisi Operasional... 9

BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN, PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN PROSES SAINS, PESAWAT SEDERHANA ... 12

A. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 12

B. Keterampilan Proses Sains ... 23

C. Pembelajaran Konvensional ... 25

D. Pemahaman Konsep ... 27

E. Pesawat Sederhana ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Metode dan Desain Penelitian ... 46

B. Subjek Penelitian ... 48

C. Prosedur Penelitian... 49


(2)

vi

G. Hasil Uji Coba ... 57

H. Teknik Analisis Data ... 59

I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Peningkatan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana ... 64

a. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep... 64

b. Pengujian Statistik Peningkatan Pemahaman Konsep ... 66

c. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Indikator ... 69

d. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Label Konsep ... 70

2. Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 71

a. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 71

b. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Proses Sains . 73 (1) Uji Normalitas Distribusi Data ... 73

(2) Uji Homogenitas Varian Data ... 73

(3) Uji t Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 74

c. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Indikator ... 75

3. Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Siswa dan Guru Selama Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 77

4. Tanggapan Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman Pesawat sederhana ... 79

5. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran berbasis Pengalaman Pesawat sederhana ... 81

B. Pembahasan ... 82

1. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 82

2. Pemahaman konsep Pesawat Sederhana ... 85

3. Keterampilan Proses Sains ... 87

4. Aktivitas Siswa dan Guru pada Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 89


(3)

vi

Berbasis Pengalaman ... 91

6. Tanggapan Guru dan Siswa terhadap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa. Kemampuan dan keterampilan itu merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh siswa, sebagai bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan yang akan dihadapi, baik persoalan yang ada di sekolah maupun persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, kemajuan teknologi yang terus meningkat dan berkurangnya persediaan sumber-sumber alam menambah persoalan hidup menjadi semakin kompleks sehingga menuntut adaptasi secara kreatif untuk mencari pemecahan masalah yang imajinatif.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Supaya potensi ini berkembang, perlu suatu pembelajaran yang mampu memunculkan potensi tersebut, tidak terkecuali pada pembelajaran Fisika. Fisika merupakan bagian dari pengetahuan sains atau IPA yang didalamnya mengandung komponen proses (ways of finding out), yakni kajiannya melalui empirik, eksperimen, dan sejenisnya; produk


(5)

(system of ideas), yakni hasil kajian yang berupa hukum, rumus, konsep, dan sejenisnya; dan sikap (attitude). Artinya, pembelajaran fisika tidak cukup dengan hanya terpenuhinya salah satu komponen saja.

Namun kenyataannya lain, berdasarkan pengalaman penulis ketika mengajar dan mengobservasi di beberapa SMP di Kabupaten Sumedang dan di Kabupaten Bandung, pengajaran di sekolah terutama pelajaran Fisika masih menganut paradigma lama bahwa anak dijadikan objek belajar dan guru yang dianggap serba tahu (teacher centered). Selain itu, penyajian pelajaran fisika terlampau matematis. Guru cenderung terlalu cepat melibatkan pemakaian rumus matematika tanpa mempedulikan apakah siswa sudah menguasai konsep atau belum. Dampaknya bagi siswa adalah muncul anggapan bahwa kesulitan terbesar dalam mempelajari fisika adalah penyelesaian matematisnya. Siswa cenderung dituntut untuk menghapal rumus dan penggunaan rumus tersebut tanpa memahami konsep-konsep yang melatarbelakangi terbentuknya rumus tersebut, sehingga siswa pun sulit menyerap konsep-konsep fisisnya. Sebenarnya, siswa yang memahami konsep akan dapat dengan mudah menerapkan konsep dan rumus-rumus yang berkaitan dengan konsep tersebut, karena keterampilan siswa dalam menggunakan rumus dapat ditingkatkan dengan cara latihan, lain halnya dengan pemahaman konsep.

Rendahnya pemahaman konsep fisika nyatanya bukan hanya terjadi di kalangan pelajar Indonesia saja, namun juga sudah merupakan masalah umum di mancanegara (Lattery, 2005). Untuk itu perlu dilakukan perubahan dalam pola pengajaran fisika. Pembelajaran yang relevan dalam kondisi seperti ini adalah


(6)

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yaitu pembelajaran yang menekankan pada siswa bahwa dirinya sendiri yang akan membangun pengetahuan. Siswa membangun pengetahuan secara aktif, pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, pendidikan adalah interaksi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Lie, 2007).

Gagne (Dahar,1996) menyebutkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan (IPA), anak didik akan dibuat kreatif sehingga mereka akan mampu mempelajari IPA di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh irama, gerak atau tindakan dalam proses belajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar yang melibatkan siswa lebih aktif.

Metode atau model pembelajaran yang berorientasi pada siswa, salah satunya adalah model pembelajaran berbasis pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Keeton and Tate (Suciati, 2006) bahwa belajar melalui pengalaman dapat melibatkan siswa secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Apabila dalam pembelajaran selama ini yang dilakukan guru hanya memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca, menulis, mendengarkan atau mengamati suatu kejadian yang ada tetapi dengan model pembelajaran berbasis pengalaman siswa diajak untuk langsung merasakan dan mengamati kejadian yang ada disekitarnya dengan mengumpulkan data yang ditemukan dengan tujuannya siswa mampu melaporkan apa yang ditemukankan dari pengalamannya sehingga konsep yang


(7)

dibangun dapat tertanam cukup lama. Selain itu dengan model ini keterampilan sains siswa yakni kognitif, afektif dan psikomotor dapat terbangun dengan sendirinya melalui pengalaman-pengalaman.

Dalam model pembelajaran dengan berbasis pengalaman ini yang diharapkan adalah proses pengalaman anak dalam pembelajaran bukan semata-mata hasil akhir saja. Johnson (2007: 91) mengatakan ketika murid dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti matematika, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan mereka alasan untuk belajar.

Pengalaman dalam pembelajaran memberikan arti yang sangat penting bagi anak didik, karena pembelajaran dengan banyak memberikan pengalaman sendiri kepada peserta didik akan lebih lama tersimpan dalam memori anak segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran, dengan demikian soyogyanya seorang guru harus mau memberikan dan menjadi fasilitator bagi anak didiknya dalam menggembangkan potensinya.

Pengalaman adalah guru yang terbaik bagi seseorang. Ungkapan ini mengandung makna bahwa seseorang dapat belajar berburu dengan cara ikut berburu dengan orang tuanya kehutan. Dengan ikut berburu bersama orang tuanya, anak belajar mencari mangsa, belajar menggunakan alat berburu dan teknik berburu agar pulang dapat membawa hasil buruan. Dari contoh ini kita dapat mengetahui bagaimana pengalaman itu sangat lekat dibenak anak, maka seyogyanya model pembelajaran berbasis pengalaman ini dapat dijadikan


(8)

alternatif model pembelajaran termasuk pembelajaran Fisika, sehingga dapat menumbuhkan pemahaman konsep dan motivasi siswa dalam belajar Fisika.

Sebagaimana pembelajaran yang lain, model pembelajaran berbasis pengalaman mempunyai karakteristik tertentu, karakteristik itu adalah pembelajaran berbasis pengalaman lebih menekankan pada proses daripada hasil pembelajaran, belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak pada pengalaman, proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan, belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara holistik (utuh), belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan belajar merupakan proses untuk menciptakan ilmu pengetahuan (Kolb, 1984). Adapun hubungannya dengan pembelajaran Fisika, bahwa model pembelajaran ini berpotensi dapat mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains, hal ini disebabkan adanya kesamaan antara karakteristik model pembelajaran berbasis pengalaman dengan tujuan pembelajaran Fisika yaitu siswa mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan lingkungannya, itu dapat dicapai melalui pembelajaran yang holistik dan adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan.

Tujuan lainnya adalah siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, bekerja sama dan berkomunikasi dalam masyarakat. Tujuan itu dapat tercapai melalui pembelajaran yang menekankan pada proses daripada hasil, holistik, berkesinambungan dan beradaptasi dengan lingkungan. Karakteristik pembelajaran tersebut didapati pada karakteristik model pembelajaran berbasis pengalaman.


(9)

Adanya kesamaan karakteristik pembelajaran berbasis pengalaman dengan tujuan pembelajaran Fisika, maka penelitian ini berjudul “Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Dan Keterampilan Proses Sains”. Apabila pemahaman konsep pesawat sederhana dan keterampilan proses sains siswa ini ditingkatkan secara optimal, diperkirakan siswa akan mampu mengatasi tantangan sekaligus menggunakan peluang untuk memberikan makna bagi hidupnya di masa yang akan datang secara lebih efektif, kreatif dan produktif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut “Apakah penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana dan keterampilan proses sains siswa SMP dibandingkan penerapan model pembelajaran konvensional?”

C. Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana perbandingan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa SMP antara yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional?


(10)

2. Bagaimana perbandingan keterampilan proses sains siswa SMP antara yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional? 3. Bagaimana tanggapan guru terhadap penerapan model pembelajaran berbasis

pengalaman pada pembelajaran fisika?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman pada pembelajaran fisika?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjajagi penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran fisika pada konsep pesawat sederhana untuk mendapatkan gambaran potensinya dalam mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP.

E. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep dan Keterampilan Proses Sains.


(11)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bukti empiris tentang potensi model pembelajaran berbasis pengalaman dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis dan dapat digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru, praktisi pendidikan, peneliti lainnya dan sebagainya.

G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian

Penyajian pengalaman dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam situasi baru sehingga memotivasi siswa untuk mempelajari fisika. Selain itu, proses-proses dan prosedur yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis pengalaman dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi sendiri pemahaman sainsnya dan melatih kemampuan proses sains.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Ho1 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman (µ1) dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (µ2), sehingga ( )


(12)

Ha1 = Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman (µ1) secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa SMP dibanding dengan penggunan model pembelajaran konvensional (µ2),

sehimgga ( )

Ho2 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional ( )

Ha2 = Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP dibanding dengan penggunaan model pembelajaran konvensional ( )

H. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Berbasis Pengalaman

Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah suatu pembelajaran yang berfokus atau menekankan pada pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial maupun fisik-motorik (Sukmadinata, 2004). Royashee dan Richards mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Pengalaman (PBP) ialah suatu proses di mana masalah dunia nyata digunakan untuk membantu dan memotivasi siswa untuk mengindentifikasi, menerapkan, mengkolaborasi dan mengkomunikasikan pengetahuan mereka secara efektif. Model pembelajaran berbasis pengalaman ini digunakan pada satu kelompok (kelas) yaitu kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol akan menggunakan


(13)

model pembelajaran konvensional. Sintaks model pembelajaran berbasis pengalaman secara singkat adalah: (1) mengorientasi siswa pada pengalaman kongkrit; (2) mendorong siswa untuk mengamati; (3) guru membantu siswa untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi kongkrit atau menjelaskan pengalaman secara konsep; dan (4) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan tentang fenomena yang telah dikonsepkan. Keterlaksanaan model dalam pembelajaran diamati melalui penggunaan lembar observasi.

2. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan guru fisika di salah satu SMP di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang yang menjadi tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah dan tanya jawab, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa, dan siswa cenderung pasif dalam menerima informasi. Guru berperan lebih banyak dalam hal menerangkan materi pelajaran, memberi contoh-contoh penyelesaian soal, serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa

3. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kemampuan siswa SMP dalam memaknai konsep-konsep fisika yang terdapat dalam pokok bahasan pesawat sederhana. Pemahaman konsep terdiri dari tiga kategori, yaitu menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi.


(14)

Pemahaman konsep siswa diukur dengan menggunakan instrumen berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep.

4. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains didefinisikan sebagai keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Rustaman, 1997). Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini diantaranya (1) melakukan pengamatan, (2) merencanakan percobaan, (3) menyimpulkan hasil, (4) mengajukan hipotesis, dan (5) menerapkan konsep atau prinsip. Keterampilan-keterampilan tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses berdasarkan indikator-indikator keterampilan proses sains yang ditinjau.

5. Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana merupakan salah satu pokok bahasan di dalam KTSP pada kelas VIII semester 2, dengan standar kompetensi memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kompetensi dasarnya melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar pesawat sederhana memiliki empat label konsep yaitu: (a) bidang miring, (b) tuas, (c) katrol dan (d) roda dan poros.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu) dan dan metode deskriptif. Penggunaan metode quasi eksperiment ini untuk mengetahui perbandingan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Sedangkan Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada pembelajaran materi pesawat sederhana dan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada pembelajaran materi pesawat sederhana.

2. Desain

Desain yang digunakan dalam penelitian eksperimen adalah The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian diawali dengan pemilihan dua kelompok secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian diberikan tes awal untuk masing-masing kelompok guna mengidentifikasi kemampuan awal siswa. Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Setelah


(16)

pembelajaran, dilakukan tes akhir untuk mengidentifikasi peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains dengan soal yang digunakan sama dengan soal yang digunakan pada tes awal. Secara sederhana, desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

R : Pemilihan kelas secara acak

O : Pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (post test) XA : Perlakuan pembelajaran di kelas eksperimen

XB : Perlakuan pembelajaran di kelas kontrol

Tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini secara bagan dilukiskan pada gambar 3.2

Treatment nroup R O XA O


(17)

Gambar 3.2 Alur Penelitian

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kabupaten Sumedang. Kelas VIII terdiri dari lima kelas yang masing-masing kelas terdiri atas 22 orang siswa. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Berdasarkan hasil

Kelompok Kontrol Kesimpulan Kelompok Eksperimen Identifikasi Masalah

Studi literatur :

Model berbasis pengalaman, tujuan pembelajaran, analisis pemahaman konsep dan keterampilan sains sains

Judgement, Uji coba, Revisi tes

Tes akhir Konstruksi Perangkat Model

Pembelajaran Berbasis pengalaman (RPP, LKS)

Pengembangan Instrumen : 1. Soal tes pemahaman konsep dan keterampilan proses sains 2. Angket siswa dan guru 3. Pedoman Observasi

Tes awal Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Berbasis Pengalaman Observasi keterlaksanaan model Pengolahan dan analisis data Angket dan

tanggapan siswa dan guru


(18)

undian terpilih kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) Pengolahan dan analisis data. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyusunan perangkat pembelajaran serta pengembangan instrumen penelitian. Untuk menyusun perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) maka beberapa hal yang diperhatikan antara lain berpedoman pada kurikulum dan disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator materi pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk materi pelajaran yang akan dikaji, serta model pembelajaran yang akan diterapkan. Oleh karena itu dilakukan studi literatur tentang :

a. Tujuan pembelajaran dan analisis pemahaman konsep pesawat sederhana. b. Analisis terhadap indikator keterampilan proses sains, dikaitkan dengan

tujuan pembelajaran.

c. Analisis terhadap model pembelajaran berbasis pengalaman dengan pendekatan untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran.

Sedangkan pengembangan instrumen meliputi : penyusunan instrumen, penimbangan instrumen penelitian oleh pakar, uji coba instrumen, dan revisi instrumen.


(19)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan implementasi terhadap model pembelajaran, beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

a. Pemberian tes awal untuk mengetahui pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa sebelum mengikuti pembelajaran.

b. Penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman pada kelas eksperimen, sementara pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding diterapkan model pembelajaran konvensional.

c. Observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pesawat sederhana.

d. Pemberian tes akhir untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa setelah mengikuti pembelajaran.

e. Pengisian angket oleh siswa dan guru untuk menjaring tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada materi pesawat sederhana.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan penskoran tes awal dan tes akhir pemahaman konsep. b. Melakukan penskoran tes awal dan tes akhir keterampilan proses sains. c. Menghitung gain yang dinormalisasi pemahaman konsep dan keterampilan


(20)

d. Mengolah data hasil angket dan observasi keterlaksanaan model pembelajaran.

e. Melakukan uji hipotesis penelitian dengan teknik yang relevan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari tes pemahaman konsep, tes keterampilan proses sains, angket dan lembaran observasi.

1. Tes Pemahaman Konsep

Tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda digunakan untuk mengevaluasi pemahaman konsep pesawat sederhana yang dimiliki siswa. Aspek-aspek pemahaman konsep yang dinilai meliputi Aspek-aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Materi yang di jadikan soal untuk tes tidak mencakup tuas jenis ketiga, karena kelas kontrol tidak mencapai materi tersebut.Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil kedua tes ini digunakan untuk menghitung gain yang dinormalisasi yang digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman konsep.

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains yang dimiliki siswa. Aspek-aspek keterampilan proses yang diukur dalam penelitian ini berupa: mengamati, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan dan menyimpulkan hasil percobaan. Bentuk soal adalah pilihan ganda yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan.


(21)

3. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran berbasis pengalaman pada pembelajaran pesawat sederhana. Observasi dilakukan pada guru dan siswa selama proses pembelajaran. Instrumen observasi ini berbentuk cheklist, artinya observer hanya memberikan tanda ceklis (√) jika kriteria yang dimaksud dalam daftar cek (format observasi) ditunjukkan guru dan siswa.

4. Angket

Penggunaan angket adalah untuk menjaring respon guru dan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman. Guru dan siswa diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan jawaban; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

E. Analisis Tes

Analisis tes dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes dalam pengambilan data. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen. Butir soal yang tidak memenuhi salah satu kriteria (kualitasnya rendah), maka soal tersebut perlu direvisi atau dibuang. Analisis hasil uji coba tes penelitian berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 13 soal pemahaman konsep dan 12 soal keterampilan proses sains.


(22)

1. Validitas Butir Soal

Validitas merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas butir soal yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji validitas isi, dilakukan penelaahan (judgement) terhadap butir-butir soal yang dipertimbangkan oleh dua orang dosen prodi IPA SPS UPI. sedangkan mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson (Arikunto, 2003).

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− − − = 2 2 2 2 xy Y Y N X X N Y X XY N

r (3.1)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

N = jumlah siswa X = skor tiap butir soal Y = skor total

Kriteria untuk validitas setiap item soal dapat dilihat dalam tabel 3.1 (Arikunto, 2003).


(23)

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas 0,80 < r ≤ 1,00 sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 cukup

0,20 < r ≤ 0,40 rendah

r ≤ 0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2003).

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2003: 154) menyatakan bahwa reliabilitas merujuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas tes dalam penelitian ini melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Spearman Brown: (Arikunto, 2003):

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r 1 r 2

r (3.2)

Keterangan :

r11 = koefisienreliabilitas yang sudah disesuaikan r

2 1 2

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari

2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi


(24)

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− − − = 2 2 2 2 2 1 2 1 Y Y N X X N Y X XY N

r (3.3)

Keterangan: r

2 1 2

1 = koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor item ganjil Y = skor item genap N = jumlah sampel

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang ditunjukkan pada tabel 3.2 (Arikunto, 2003).

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81 < r ≤ 1,00 sangat tinggi

0,61 < r ≤ 0,80 tinggi

0,41 < r ≤ 0,60 cukup

0,21 < r ≤ 0,40 rendah

r ≤ 0,21 sangat rendah

(Arikunto, 2003).

3. Tingkat Kemudahan Soal

Tingkat kemudahan soal merupakan indeks yang menunjukan taraf kemudahan suatu butir soal. Tingkat kemudahan suatu butir soal dapat ditentukan melalui perhitungan indek kemudahan dengan menggunakan rumus: (Syambasri Munaf, 2001: 63) :

JS B

P= (3.4)

Keterangan :

P : Indeks tingkat kemudahan

B : Jumlah siswa yang menjawab soal itu benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes


(25)

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks tingkat kemudahan soal ditunjukan pada tabel 3.3 (Munaf, 2001)

Tabel 3.3

Interpretasi Indeks Tingkat Kemudahan Indeks Tingkat Kemudahan

0,00 – 0,25 sukar

0,26 – 0,75 sedang

0,76 – 1,00 mudah

(Munaf, 2001)

4. Daya Pembeda

Syambasri Munaf (2001: 21) menyatakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai. Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan menggunakan perhitungan dengan menggunakan rumus: (Munaf, 2001)

B P A P B J

B B A J

A B

D= − = − (3.5)

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar .

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda soal ditunjukan pada tabel 3.4. (Munaf, 2001)


(26)

Tabel 3.4

Interpretasi Daya Pembeda Daya pembeda Klasifikasi

0,70 ≤ r < 1,00 baik sekali

0,41 ≤ r < 0,70 baik

0,20 ≤ r < 0,40 cukup

r < 0,20 jelek

(Munaf, 2001)

F. Pelaksanaan Tes

Uji coba tes dilakukan terhadap siswa kelas IX pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Sumedang dengan asumsi bahwa kemampuan akademik siswa uji coba hampir sama dengan kelas VIII sebagai subjek penelitian. Siswa kelas IX adalah siswa yang telah mempelajari pokok bahasan pesawat sederhana pada saat mereka duduk dibangku kelas VIII.

G. Hasil Uji Coba

Berdasarkan hasil uji coba soal didapat data sebagai berikut. Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Soal No Soal Korelsi Momen Produck Pearson Kategori Kriteria Daya Beda Kategori

Kesukaran Reabilitas Keterangan Keputusan

1 0,403 Cukup Cukup Mudah 0,72

(Tinggi)

Revisi Dipergunakan

2 0,401 Cukup Jelek Mudah Revisi Dipergunakan

3 0,412 Cukup Jelek Mudah Revisi Dipergunakan

4 0,467 Cukup Jelek Sedang Revisi Dipergunakan

5 0,467 Cukup Jelek Sedang Revisi Dipergunakan

6 0,610 Tinggi Baik Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

7 0,467 Cukup Baik Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

8 0,456 Cukup Jelek Sedang Revisi Dipergunakan


(27)

No Soal Korelsi Momen Produck Pearson Kategori Kriteria Daya Beda Kategori Kesukaran Reabilitas

Keterangan Keputusan

10 0,433 Cukup Jelek Mudah Revisi Dipergunakan

11 0,422 Cukup Baik Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

12 0,425 Cukup Jelek Mudah Revisi Dipergunakan

13 0,492 Cukup Cukup Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

14 0,481 Cukup Cukup Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

15 0,609 Tinggi Baik Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

16 0,472 Cukup Cukup Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

17 0,745 Tinggi Baik sekali Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

18 0,584 Cukup Baik Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

19 0,401 Cukup Cukup Sukar Revisi Dipergunakan

20 0,700 Tinggi Baik sekali Sukar Revisi Dipergunakan

21 0,730 Tinggi Baik sekali Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

22 0,648 Tinggi Baik sekali Sukar Revisi Dipergunakan

23 0,721 Tinggi Baik sekali Sedang Revisi Dipergunakan

24 0,623 Tinggi Baik Sukar Revisi Dipergunakan

25 0,433 Cukup Cukup Sedang Tidak Revisi Dipergunakan

Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal pemahaman konsep yang berjumlah 13 butir soal diperoleh 3 butir soal dikategorikan baik yaitu nomor 6, 7, dan 11. 7 butir soal yang dikategorikan jelek yaitu soal nomor 2,3,4,5,8,10, dan 12 (direvisi). 3 butir soal dikategorikan cukup yaitu nomor 1,9, dan 13. Daya pembeda soal keterampilan proses sains yang berjumlah 12 butir soal diperoleh 5 butir soal dikategorikan baik sekali yaitu nomor 17, 20, 21, 22, dan 23. 3 butir soal dikategorikan baik yaitu nomor 15, 18, dan 24. 4 soal dikategorikan cukup yaitu nomor 14, 16, 19, dan 25. Revisi soal dilakukan terhadap bahasa, gambar, option soal, dan redaksional serta penulisannya. Soal-soal yang telah direvisi dan tidak revisi, sesuai hasil uji coba soal yang berjumlah 25 soal semuanya digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Perhitungan daya pembeda soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran F.


(28)

H. Teknik Analisis Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : nilai tes awal dan tes akhir untuk pemahaman konsep, keterampilan proses sains, format observasi keterlaksanan model pembelajaran, dan angket pendapat terhadap proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 14.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Data angket, observasi dianalisis secara deskriptif untuk melihat kecenderungan yang muncul pada saat penelitian.

2. Pengolahan Data

Untuk menganalisis peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa menggunakan skor gain yang dinormalisasi N-gain. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan perolehan gain masing-masing siswa. Gain yang dinormalisasi dapat dihitung menggunakan rumus g factor (gain score dinormalisasi) yang dikembangkan Hake, RR. (Graham, et.al, 2004) dengan rumus :

N-gain =

pre maks

pre post

S S

S S

− −

(3.6)

Keterangan :

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal


(29)

Smaks = skor maksimum

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan pemahaman konsep pesawat sederhana dan keterampilan proses sains dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.6. Kategori Tingkat N-gain

Batasan Kategori

N-gain > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 sedang N-gain < 0,3 rendah

Sedangkan efektivitas penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman dapat dilihat dari perbandingan nilai N-gain kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman dan kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan N-gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller,2006).

Pengujian hipotesis diawali dengan uji statistik berupa uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dari SPSS for Windows dan uji homogenitas varian data dengan Levene Test dari SPSS for Windows. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata gain yang dinormalisasi pemahaman konsep dan keterampilan proses sains, dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik Independent Samples Test (uji t satu ekor dengan α = 0,05). Dengan kriteria pengujian: jika tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf signifikansi (α = 0,05) dan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2).


(30)

Akan tetapi, jika data tidak berdistribusi tidak normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Sudjana, 2005).

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Hal ini disebabkan jumlah sampel yang kurang dari 30 orang siswa.

b.Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah peubah bebas dengan Levene Test.

c.Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata pemahaman konsep, dan keterampilan proses sains dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik Independent Samples Test (uji t satu ekor dengan α = 0,05) jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen. Dengan kriteria pengujian: jika tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf signifikansi (α = 0,05) dan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2). Hipotesis penelitiannya dirumuskan sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran materi pesawat sederhana secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional (Ha1 : µA1A2).


(31)

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman dalam pembelajaran materi pesawat sederhana secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional (Ha2 : µB1>µB2).

3. Tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (Ho1 : )

4. Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pengalaman dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional (Ho2 : 1 2)

d.Analisis Angket

Sedangkan data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk angket siswa dan guru, datanya diolah dengan cara mengklasifikasikan tanggapan siswa dan guru yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus:

R = x 100%

sampel jumlah

jawaban alternatif

(3.7)

Untuk mempermudah analisis hasil persentase angket tersebut digunakan kriteria (Budiarti,2007) pada tabel berikut.


(32)

Tabel 3.7. Kriteria Angket

R Kriteria

R = 0 Tidak seorang pun

0<R< 25 Sebagian kecil

25<R<50 Hampir setengahnya

R = 50 Setengahnya

50<R<75 Sebagian besar

75<R<100 Hampir seluruhnya

R = 100 Seluruhnya

Apabila pernyataan atau pernyataan dipilih 50% atau lebih responden maka respon atau tanggapan responden memiliki kecenderungan positif artinya setuju.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep, dan keterampilan proses sains siswa SMP pada topik pesawat sederhana dapat disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran konvensional.

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran konvensional.

3. Guru memberikan tanggapan yang baik terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan siswa terlibat secara aktif dalam seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran. Sehingga dapat membantu guru dalam meningkatkan pemahaman konsep, dan keterampilan proses sains siswa. 4. Siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap penggunaan model

pembelajaran berbasis pengalaman. Penggunaan model pembelajaran


(34)

berbasis pengalaman dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan siswa terlibat secara aktif dalam seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran. Sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsepnya

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan proses sains siswa SMP pada topik pesawat sederhana peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Waktu merupakan faktor utama kendala dalam penerapan model pembelajaran ini sebab model ini memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan model konvensional. Terutama pada tahap percobaan aktif, sebab sebelum percobaan aktif dilakukan guru dan siswa melakukan diskusi kelas yang berkaitan dengan tugas minggu sebelumnya yakni melakukan pengamatan lingkungan baik secara individual atau kelompok. Untuk itulah guru hendaknya memperhatikan waktu sehingga dalam melaksanakan fase-fase pembelajaran lebih baik dan efisien

2. Pada fase guru membimbing penyelidikan siswa secara berkelompok perlu ada batasan waktu sehingga kesempatan siswa untuk mengkomunikasi hasil kesimpulannya menjadi tidak berkurang.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Armiza. (2007). Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya. Tesis SPS UPI: Tidak Diterbitkan. Budiarti, Ratna (2007). Evaluasi Kinerja Bisnis Dengan Pendekatan Konsep:

digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH4d25/.../doc.pdf Budiningsih, C Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rhineka

Cipta.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2004) Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Depdiknas. (2005). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta:Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Dirjen Dikdasmen (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

Fraenkel, J.R dan Wallen, NE. (1993). How to Designand Evaluate Research an Introduction (seventh ed). USA: Library of Congress Cataloging. Hamalik, O. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Holzer, M & Raul, H.A (2000). Experiential Learning in Mechanics with Multimedia. International Journal Engng Education Vol.16 No. 5. Printed in Great Britain.

Jhonson, B Elaine. (2007). Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung : Mizan Media Utama.

Juniarso, Triman. (2009). Teori Belajar Humanistik. Tersedia : http://www.Trimanjuniarso.Wordpress.com, accesed on [26 juni 2010]


(36)

Kolb, D. (1984). Experiential Learning : Experience as the source of learning and development Englewood Cliff: Printice Hall.

Lattery, Mark J. (2005). Student Understanding of the Primitive Spring Concept: Effects of Prior Classroom Instruction and Gender. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 3. USA.

Lawson, A. E. (1994). Science Teaching and Depelopment of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

Lie, Anita (2007). Cooperative Learning Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Liliasari. (2007). Scientific Concepts And Generic Science Skills Relationship In The 21stCenturyScience Education. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan IPA. SPS UPI Bandung

Matlin Margaret, Geneseo Suny. (1994). Cognition. New York : Mc Graw Hill. Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan

Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Nasution, S. (1982). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Novak, J.D. (1985). Concept mapping as an educational. New Horizons for

learning’s on The Beam, 5(2):4-5.

Robert L. "Bob" Campbell,. SD Holiday Park, Phoenix, AZ . Simple Machine. Tersedia: http://www.col-ed.org/cur/sci/sci09.txt [acees on 1 Agustus 2010].

Royashee. Jaya dan Richards. Debbie. Helping teacher Implement Experience Based Learning. Email: Richards@ics.mq.edu.au.

Russefendi. (1991). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksata Lainnya. Semarang : IKIP Press.

Rustaman, Nuryani & Andrian Rustaman. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Salmiyati. (2007). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Sistem Saraf untuk Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa. Tesis SPS UPI: Tidak diterbitkan.


(37)

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum Dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Smit & Gay, LR. (1987). Education Research Competencies for Analysis and Application. Columbus Ohio: Merril Publishing Company.

Stauffer, Russell G. (1970). Language Experience. Approach to the Teaching of Reading. New. York: Harper & Row www.jstor.org/stable/20192891 Stinggins, RJ. (1994). Student Centered Classroom Assesment. New York:

Mcmillan College Publishing Company

Suciati, dkk.(2006). Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka Sudjana, Nana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru.

Sukmadinata, Nana Sy. (2004) Kurikulum & Pembelajaran KOMPETENSI. Bandung Yayasan Kesuma

Sumarwan,Drs. Dkk (2006). Ilmu Pengetahuan Alam SMP untuk kelas VIII jilid 2B. Jakarta : Penerbit Erlangga

Thenawijaya, M.(1991). Dasar-Dasar Biokomia.Jakarta: Erlangga

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Undang-Undang RI. Nomor : 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta : PT Mini Jaya Abadi.

Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuari dalam Pendidikan Sains di SD” dalam Khazanah Pengajaran IPA. Majalah Pendidikan IPA. Vol I/No 2/1996. Bandung: IMAPIPA PPS & PPS IKIP Bandung.


(1)

Tabel 3.7. Kriteria Angket

R Kriteria

R = 0 Tidak seorang pun

0<R< 25 Sebagian kecil

25<R<50 Hampir setengahnya

R = 50 Setengahnya

50<R<75 Sebagian besar

75<R<100 Hampir seluruhnya

R = 100 Seluruhnya

Apabila pernyataan atau pernyataan dipilih 50% atau lebih responden maka respon atau tanggapan responden memiliki kecenderungan positif artinya setuju.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep, dan keterampilan proses sains siswa SMP pada topik pesawat sederhana dapat disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pesawat sederhana siswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran konvensional.

2. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran konvensional.

3. Guru memberikan tanggapan yang baik terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman. Penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan siswa terlibat secara aktif dalam seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran. Sehingga dapat membantu guru dalam meningkatkan pemahaman konsep, dan keterampilan proses sains siswa. 4. Siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap penggunaan model

pembelajaran berbasis pengalaman. Penggunaan model pembelajaran


(3)

berbasis pengalaman dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri dan siswa terlibat secara aktif dalam seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran. Sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan pemahaman konsepnya

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran berbasis pengalaman untuk meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan proses sains siswa SMP pada topik pesawat sederhana peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Waktu merupakan faktor utama kendala dalam penerapan model pembelajaran ini sebab model ini memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan model konvensional. Terutama pada tahap percobaan aktif, sebab sebelum percobaan aktif dilakukan guru dan siswa melakukan diskusi kelas yang berkaitan dengan tugas minggu sebelumnya yakni melakukan pengamatan lingkungan baik secara individual atau kelompok. Untuk itulah guru hendaknya memperhatikan waktu sehingga dalam melaksanakan fase-fase pembelajaran lebih baik dan efisien

2. Pada fase guru membimbing penyelidikan siswa secara berkelompok perlu ada batasan waktu sehingga kesempatan siswa untuk mengkomunikasi hasil kesimpulannya menjadi tidak berkurang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Armiza. (2007). Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya. Tesis SPS UPI: Tidak Diterbitkan. Budiarti, Ratna (2007). Evaluasi Kinerja Bisnis Dengan Pendekatan Konsep:

digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH4d25/.../doc.pdf Budiningsih, C Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rhineka

Cipta.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2004) Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Depdiknas. (2005). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta:Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Dirjen Dikdasmen (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

Fraenkel, J.R dan Wallen, NE. (1993). How to Designand Evaluate Research an Introduction (seventh ed). USA: Library of Congress Cataloging. Hamalik, O. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Holzer, M & Raul, H.A (2000). Experiential Learning in Mechanics with Multimedia. International Journal Engng Education Vol.16 No. 5. Printed in Great Britain.

Jhonson, B Elaine. (2007). Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung : Mizan Media Utama.

Juniarso, Triman. (2009). Teori Belajar Humanistik. Tersedia : http://www.Trimanjuniarso.Wordpress.com, accesed on [26 juni 2010]


(5)

Kolb, D. (1984). Experiential Learning : Experience as the source of learning and development Englewood Cliff: Printice Hall.

Lattery, Mark J. (2005). Student Understanding of the Primitive Spring Concept: Effects of Prior Classroom Instruction and Gender. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 3. USA.

Lawson, A. E. (1994). Science Teaching and Depelopment of Thinking. California: Wadsworth Publishing Company.

Lie, Anita (2007). Cooperative Learning Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Liliasari. (2007). Scientific Concepts And Generic Science Skills Relationship In The 21stCenturyScience Education. Prossiding Seminar Internasional Pendidikan IPA. SPS UPI Bandung

Matlin Margaret, Geneseo Suny. (1994). Cognition. New York : Mc Graw Hill. Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan

Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Nasution, S. (1982). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Novak, J.D. (1985). Concept mapping as an educational. New Horizons for

learning’s on The Beam, 5(2):4-5.

Robert L. "Bob" Campbell,. SD Holiday Park, Phoenix, AZ . Simple Machine. Tersedia: http://www.col-ed.org/cur/sci/sci09.txt [acees on 1 Agustus 2010].

Royashee. Jaya dan Richards. Debbie. Helping teacher Implement Experience Based Learning. Email: Richards@ics.mq.edu.au.

Russefendi. (1991). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksata Lainnya. Semarang : IKIP Press.

Rustaman, Nuryani & Andrian Rustaman. (1997). Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Salmiyati. (2007). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Konsep Sistem Saraf untuk Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa. Tesis SPS UPI: Tidak diterbitkan.


(6)

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum Dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Smit & Gay, LR. (1987). Education Research Competencies for Analysis and Application. Columbus Ohio: Merril Publishing Company.

Stauffer, Russell G. (1970). Language Experience. Approach to the Teaching of Reading. New. York: Harper & Row www.jstor.org/stable/20192891 Stinggins, RJ. (1994). Student Centered Classroom Assesment. New York:

Mcmillan College Publishing Company

Suciati, dkk.(2006). Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka Sudjana, Nana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar

Baru.

Sukmadinata, Nana Sy. (2004) Kurikulum & Pembelajaran KOMPETENSI. Bandung Yayasan Kesuma

Sumarwan,Drs. Dkk (2006). Ilmu Pengetahuan Alam SMP untuk kelas VIII jilid 2B. Jakarta : Penerbit Erlangga

Thenawijaya, M.(1991). Dasar-Dasar Biokomia.Jakarta: Erlangga

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Undang-Undang RI. Nomor : 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta : PT Mini Jaya Abadi.

Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuari dalam Pendidikan Sains di SD” dalam Khazanah Pengajaran IPA. Majalah Pendidikan IPA. Vol I/No 2/1996. Bandung: IMAPIPA PPS & PPS IKIP Bandung.


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI DISCOVERY LEARNING BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

0 9 130

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA.

0 5 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 0 46

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP KOLOID.

0 0 39

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SERTA IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SETELAH PEMBELAJARAN.

0 6 54

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP GELOMBANG SISWA SMP.

0 0 55

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBIASAN CAHAYA DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP.

0 2 41

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK PADA KONSEP HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 40

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 2 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA - repository UPI S FIS 1001056 Title

0 0 3