PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU
DI SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh
TSANIA ULFAH
0907039
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU
DI SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG
Oleh
Tsania Ulfah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©Tsania Ulfah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataupun sebagian,
dengan dicetak ulang, di foto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB B
NEGERI CICENDO BANDUNG
TSANIA ULFAH (0907039)
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr. Budi Susetyo, M.Pd
NIP. 19580907 198703 1 001
Pembimbing II
Dr. Hi. Sri Widati, M.Pd
NIP. 19531014 198703 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd
NIP. 1956 0722 1985 03 1 001
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB B
NEGERI CICENDO BANDUNG
Tsania Ulfah
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup,
yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Melalui pelayanan pendidikan
yang sistematis dan terarah bagi peserta didik tunarungu diharapkan menjadi
warga yang terampil dan dan mandiri. Fokus dalam penelitian ini adalah
menggambarkan pembelajaran keterampilan tataboga khususnya dalam membuat
brownies kukus bagi peserta didik tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.
Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru yaitu WN dan lima orang peserta
didik tunarungu SMALB yaitu KR, RS, AK, RN dan FT. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran keterampilan
tataboga khususnya dalam membuat brownies kukus pada peserta didik
tunarungu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif tentang pembelajaran keterampilan brownies kukus bagi peserta didik
tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik saling
mempertegas data. Hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pembelajaran
sudah cukup baik karena guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan
silabus walaupun harus membuat sendiri. Pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran keterampilan tataboga sudah cukup baik. Dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak mengalami banyak kendala begitupun dalam media
pembelajaran maupun metode pembelajaran. Masalah yang ditemukan adalah
kekurangan alokasi waktu, kesulitan mengevaluasi, hambatan kekurangan guru
yang berlatar belakang pendidikan tataboga, dan hambatan pengayaan sarana dan
prasarana. Upaya yang dilakukan yaitu mencari materi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa dan ketersediaan alokasi waktu dan alat, mengikut sertakan guru
dan peserta didik ke dalam pelatihan-pelatihan tataboga, melengkapi saran dan
prasarana. Upaya lain yang dilakukan oleh guru adalah dengan membangun
komunikasi yang lebih efektif dengan peserta didik dan memberi kesempatan
untuk mengulang materi dalam bentuk praktik tataboga.
Kata kunci : keterampilan tataboga, brownies kukus, anak tunarungu
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Fokus Masalah Penelitian.....................................................................
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................
1. Tujuan Penelitian............................................................................
2. Kegunaan Penelitian.......................................................................
1
4
4
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Keterampilan.................................................................. 6
1. Pengertian Pembelajaran................................................................. 6
2. Pembelajaran Keterampilan............................................................ 7
B. Tata Boga..............................................................................................
8
C. Tunarungu............................................................................................. 16
D. Program Pembelajaran Tata Boga Membuat Brownies Kukus Siswa
Tunarungu SLB B Cicendo Bandung............................................... 19
E. Pelaksanaan Pembelajaran Tatabobga Membuat Brownies Kukus
Siswa Tunarungu di SLB B Cicendo Bandung................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Tempat dan Subjek Penelitian..............................................................
Metode Penelitian................................................................................
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data...........................................
Pengujian Keabsahan Data...................................................................
Teknik Analisis Data............................................................................
Tahap-Tahap Penelitian.........................................................................
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
25
27
28
31
32
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................... 37
1. Deskripsi data mengenai pembuatan program pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus............................. 37
2. Deskripsi data mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan
tataboga membuat brownies kukus................................................... 39
3. Deskripsi data mengenai cara guru mengevaluasi pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus............................. 40
4. Deskripsi data mengenai hambatan yang dialami saat pelaksanaan
pembelajaran keterampilan tataboga membuat brownies kukus...... 51
5. Deskripsi data mengenai upaya guru dalam mengatasi hambatanyang
dialami dalam pembelajaran tataboga membuat brownies kukus..... 52
B. Pembahasan............................................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................. 57
B. Rekomendasi........................................................................................... 59
C. Penutup..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini tenaga kerja Indonesia dituntut untuk mampu
berkompetisi dengan negara-negara lain dalam segala bidang, salah satunya
dibidang jasa. Era globalisasi ini disatu sisi bisa menjadi peluang sekaligus
ancaman. Apabila kualitas tenaga kerja Indonesia tidak ditingkatkan maka
kesempatan kerja yang ada di Indonesia sangat mungkin diisi oleh tenaga kerja
asing yang lebih kompeten. Oleh karena itu pembangunan sumber daya manusia
menjadi sangat penting adanya agar setiap orang memiliki keterampilan.
Tuntutan untuk memiliki keterampilan ini tidak hanya berlaku bagi sumber
daya manusia secara umum, tetapi anak berkebutuhan khusus yang menjadi
bagian dari masyarakat Indonesia juga termasuk. Agar para anak berkebutuhan
khusus itu dapat ikut serta dalam persaingan di era globalisasi ini, anak
berkebutuhan khusus pun harus memiliki keterampilan.
Menurut Kirk dan Gallangher dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Tian
Repi (2013) “anak luar biasa merupakan anak yang mengalami penyimpangan
rata-rata normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik
neuromotor atau fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan
dari berbagai variabel tersebut. Karena adanya penyimpangan, maka anak luar
biasa memerlukan modifikasi pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk pelayangan
pendidikan kebutuhan khusus atau pendidikan luar biasa.”
Pada hakikatnya, anak tunarungu merupakan anak berkebutuhan khusus
yang memiliki potensi kecerdasan yang tidak jauh berbeda dengan anak pada
umumnya. Mereka memiliki kemampuan untuk mengikuti pendidikan bersama
anak normal. Mereka memiliki kemampuan untuk mengikuti pendidikan bersama
anak pada umumnya. Mereka memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai
kegiatan kehidupan, seperti berdagang, berolahraga, berumahtangga dan kegiatankegiatan laian yang biasa dilakukan oleh anak pada umumnya.
Borthoyd dalam Sadjaah (2005:1) menyatakan bahwa ketunarunguan
memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri
yang bersangkutan. Berbagai dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ketunarunguannya mempengaruhi dalam hal : masalah persepsi auditif, masalah
bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan,
masalah sosial emosi bahkan masalah vokasional.
Sekolah berkewajiban dalam memberikan pembelajaran kecakapan hidup,
yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Berdasarkan kurikulum dalam
pendidikan vokasional, sistem pembelajaran terkonsentrasi pada keahlian serta
kejuruan khusus. Siswa secara langsung dapat mengembangkan keahliannya
sesuai dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya.
Dari hasil observasi di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung, keterampilan
yang sedang dipelajari oleh anak-anak sangat beragam. Mulai dari memasak,
otomotif dan membatik. Peneliti sangat tertarik dengan kerampilan memasak /
tataboga. Memasak / tataboga merupakan salah satu ketarampilan yang sangat
membumi dan hampir semua orang pernah melakukannya. Tata boga adalah
pengetahuan di bidang boga (seni mengolah masakan) yang mencakup ruang
lingkup
makanan,
mulai
dari
persiapan
menghidangkan makanan itu sendiri
pengolahan
sampai
dengan
yang bersifat tradisional maupun
Internasional. Pengetahuan ini sangat penting dimiliki oleh para siswa untuk bekal
dimasa depan. Pengetahuan ini dapat menunjang untuk memulai usaha atau
bekerja jika setelah tamat sekolah siswa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ditengah menjamurnya seni kuliner saat ini, skill tataboga akan sangat membantu
siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Belajar tataboga pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar oleh siswa yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap berkenaan dengan tataboga.
Pengetahuan tataboga itu meliputi pengetahuan tentang menu, bumbu masak,
teknik memasak, menyajikan hidangan dan mengemas makanan.
Hambatan pendengaran yang dimiliki siswa tunarungu menyebabkan anak
tunarungu tidak dapat belajar secara optimal karena ketika tidak ada proses
mendengar berarti tidak ada juga proses peniruan. Dengan demikian dalam
pembelajaran tataboga perlu adanya media yang memadai dan dapat
mengoptimalkan pembelajaran tataboga anak tunarungu. Selain media, strategi
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
guru dalam memberikan pelajaran tataboga menjadi perhatian yang khusus juga.
Karena strategi guru dalam memberikan pembelajaran tataboga akan sangat
berpengaruh terhadap pengoptimalan kemampuan siswa dalam pengerjaan
tataboga.
Dari sekian banyak pembelajaran tataboga yang diajarkan di SLB-B negeri
Cicendo kota Bandung peneliti mengambil satu fokus dalam tataboga yaitu
pembelajaran pembuatan brownies kukus. Pembelajaran ini meliputi beberapa
tahap dari mulai persiapan sampai pada penyajian. Alasan utama mengapa peneliti
menggambil fokus pada pembuatan brownies kukus adalah karena berdasarkan
hasil wawancara dengan pengajar tataboga brownies kukus merupakan menu
andalan yang merupakan produk khas SLB B Negeri Cicendo Bandung, dan
sudah ada pelanggan tetap yang membeli produknya. Ketersediaan alat dan bahan
di SLB B Cicendo Bandung juga cukup lengkap untuk menunjang pembuatan
brownies kukus. Alasan lain yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan
fokus brownies kukus adalah karena brownies kukus adalah makanan yang
disukai oleh sebagian besar masyarakat terutama di kota Bandung. Menjamurnya
pabrikan brownies kukus memungkinkan para siswa yang tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi untuk turut serta mengambil bagian dalam bisnis brownies
kukus, baik sebagai karyawan dari produsen yang sudah ada maupun membuka
usaha sendiri. Proses pembuatannya yang relatif mudah, mempunyai nilai jual,
dan masa berlaku yang cukup lama membuat brownies kukus sangat potensial
untuk dijadikan komoditas dalam berwirausaha siswa setelah lulus nanti.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
tentang pembelajaran tataboga pada anak tunarungu. Sehingga dalam penelitian
ini peneliti mengambil judul: “Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan
Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa Tunarungu”.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Fokus Masalah Penelitian
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tertuju kepada
”Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tataboga membuat
brownies kukus bagi siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung?”.
Dengan subfokus masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tataboga
khususnya dalam membuat brownies kukus pada siswa tunarungu ?
2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan tataboga
khususnya dalam membuat brownies kukus pada siswa tunarungu ?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan tataboga khususnya dalam
pembuatan brownies kukus pada siswa tunarungu?
4. Apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan keterampilan tataboga
pembuatan brownies kukus pada siswa tunarungu ?
5. Bagaimana upaya guru dalam menangani hambatan yang muncul dalam
pembelajaran keterampilan tataboga dalam membuat brownies kukus pada
siswa tunarungu ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian Secara Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai pembelajaran keterampilan tataboga pada siswa tunarungu.
b. Tujuan Penelitian Secara Khusus
1) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan
program
yang
digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan
tataboga membuat brownies kukus siswa tunarungu di SLB B
Negeri Cicendo Kota Bandung.
2) Untuk
mengetahui
bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus siswa tunarungu
di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3) Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dan tindak lanjut
pembelajaran keterampilan tataboga membuat brownies kukus
siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.
4) Untuk mengetahui apa yang menjadi penghambat pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus siswa tunarungu
di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.
5) Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan yang
muncul dalam pembelajaran keterampilan tataboga membuat
brownies kukus siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Kota
Bandung.
2. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat di ambil baik
secara teoritis maupun secara praktis, adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah :
a. Secara teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam
ilmu pendidikan luar biasa. Khususnya tentang pembelajaran tataboga
bagi siswa tunarungu.
b. Secara praktis
Bagi SLB B, khususnya SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam
mengoptimalkan pembelajaran keterampilan tataboga khususnya
dalam pembuatan brownies kukus.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kirk dan Miller dalam
Meleong (2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis dan bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dalam
penelitian
kualitatif
peneliti
menjadi
instrumen
(human
instrument). Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal
teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu untuk bertanya, menganalisis,
memotret, dan merekontruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.
A. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SLB B Cicendo Bandung yang beralamat di
Jalan Cicendo no 2. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada
kebutuhan data penelitian.
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan
informasi-informasi yang berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah :
1. Guru
Subjek guru dalam penelitian ini berinisial WN berusia 48 tahun dan
sudah 25 tahun mengajar. WN adalah seorang guru yang cukup mahir
dalam bidang tataboga. Selain menjadi guru pembimbing dalam
keterampilan tataboga, beliau juga adalah guru kelas. Sebagai guru
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
26
pembimbing keterampilan tataboga, beliau benar-benar memahami
kebutuhan siswa tunarungu akan keterampilan untuk menunjang masa
depannya yang mandiri.
2. Siswa 1 (KR)
Subjek siswa 1, merupakan siswa kelas X yang mempunyai nama
berinisial KR. KR adalah salah satu siswa yang paling menonjol dalam
pelaksanaan permbelajaran keterampilan tata boga membuat brownies
kukus. Dia adalah salah satu siswa yang diandalkan saat SLB Cicendo
menerima pesanan brownies kukus ataupun saat SLB B Cicendo
diundang untuk praktik tata boga di tempat lain.
3. Siswa 2 (AK)
Subjek siswa 2 merupakan siswa laki-laki yang duduk di kelas XII dan
mempunyai nama berinisial AK. AK adalah satu-satunya siswa lakilaki yang paling aktif dalam pembelajaran keterampilan tataboga
khususnya membuat brownies kukus. AK termasuk siswa yang lambat
dalam memahami suatu materi, jadi dalam proses pembelajaran
tataboga membuat brownies kukus AK sering bertugas sebagai
pelaksana teknis seperti : mengocok, mengukus dll.
4. Siswa 3 (RS)
Subjek siswa 3 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas XI
dan mempunyai nama berinisial RS. RS adalah salah satu siswa yang
menonjol dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tataboga
membuat brownies kukus. Namun RS juga aktif dalam pembelajaran
keterampilan di bidang lain, sehingga terkadang harus meninggalkan
pembelajaran keterampilan tata boga.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
27
5. Siswa 4 (RN)
Subjek siswa 4 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas XI
dan mempunyai nama berinisial RN. RN juga adalah salah satu siswa
yang menonjol dan mudah memahami materi. Namun dalam beberapa
kesempatan ia terkadang tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran
tataboga karena harus mengikuti pembelajaran keterampilan yang lain.
6. Siswa 5 (FT)
Subjek siswa 5 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas
khusus. Dia mempunyai nama berinisial FT. FT merupakan
penyandang tunarungu dan tunagrahita. Meskipun termasuk siswa
yang lambat menangkap materi pembelajaran, FT merupakan siswa
yang paling rajin dalam mengerjakan beberapa tugas di pembelajaran
tataboga khususnya dalam membuat brownies kukus.
B. Metode Penelitian
Narbuko (2009:2) mengungkapkan metode dapat diartikan sebagai
cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah ilmu yang
mempelajari cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan
atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang akan muncul sehubungan
dengan masalah itu.
Jadi, metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari caracara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu
melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari,
menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat
dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif,
karena
penelitian
ini
bermaksud
untuk
memahami,
mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
28
yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif
berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian dan pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306)
“peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya”.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”.
Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun
logiknya- (Sugiono,2008:305).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala
stimulus
dari
lingkungan
yang
harus
diperkirakannya
bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua
aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus,
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu
instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap
keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat
dipahami
dengan
pengetahuan
semata
dan
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
untuk
29
memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya
berdasarkan pengetahuan kita,
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis
dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. Hanya
manusia
sebagai
instrumen
dapat
mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu
saat
dan menggunakan segera sebagai
balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan
(Sugiono 2008: 308).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Lofland dalam
Moleong (2007:157) “sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah katakata dan tindakan, selebihnya adaah data tambahan seperti dokumentasi
dan lain-lain”.
1. Wawancara
Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal,
hasil
wawancara
direkam
agar
memudahkan
peneliti
untuk
mendokumentasikan berbagai data dan informasi yang disampaikan
reponden. Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui halhal
yang
lebih
mendalam
tentang
partisipan
dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Wawancara
dilakukan
terhadap
guru
mata
pelajaran
keterampilan tata boga dengan berpedoman pada instrumen yang telah
dibuat. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggali informasi
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
30
guna diperoleh data secara jelas sehingga dapat melengkapi temuantemuan dari penelitian.
Moleong
(2007:190)
mengungkapkan
wawancara
yang
dilakukan adalah wawancara yang bersifat terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Oleh
karena itu, dalam melakukan wawancara pengumpul data telah
menyiapkan instrumen-instrumen berupa daftar pertanyaan-pertanyaan
tertulis untuk memudahkan peneliti melakukan wawancara.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan adalah observasi
partisipatif. Dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kehidupan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan untuk
sumber data penelitian.
Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. Hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat
dipercaya bila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang
telah ada.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru keterampilan tata boga.
Sedangkan informan dari penelitian ini adalah 5 orang siswa SMALB.
Aspek-aspek yang diobservasi dalam pembelajaran keterampilan
tataboga bagi siswa tunarungu adalah : 1) perencanaan program
pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu, 2) pelaksanaan
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
31
program pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu, 3)
evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan program
pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu, 4) penghambat
dalam program pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu,
5) upaya guru dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam
pembelajaran keterampilan tata boga bagi siswa tunarungu.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti memperhatikan hal-hal
seperti : (1) isi dari pengamatan, (2) mencatat pengamatan, (3)
ketepatan pengamatan, dan (4) hubungan antar pengamat dengan yang
diamati.
D. Pengujian Keabsahan Data
Pemeriksaan
menetapkan
keabsalah
keabsahan
data
mempunyai
(trustworthiness)
tujuan
data.
untuk
Pelaksanaan
pemeriksaan keabsahan data itu sendiri didasarkan pada kriteria yang
digunakan dalam suatu penelitian.
Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data dilakukan
dengan teknik triangulasi. Moleong (2007:330) menyebutkan bahwa
“triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Triangulasi menurut Patton dalam Moleong (2007:331)
terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan (2)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
Triangulasi yang digunakan dalam peneletian ini adalah
triangulasi sumber, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan
observasi
di
reduksi
dengan
menajamkan,
menggolongkan,
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
32
mengarahkan, dan membuang isi yang tidak perlu dari data tersebut.
Kemudian melakukan pengkodean dengan menggunakan analisis
konten, dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan
menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang
ditemukan.
Kemudian
dilakukan
analisis
komparatif
dengan
melakukan cek silang diantara kedua data tersebut. Setiap data di
crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas
data yang ada dapat dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang
didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai metode pengambilan
data.
E. Teknik Analisis Data
Stainback dalam Sugiyono (2009:89) mengemukakan bahwa
analisis data adalah :
Proses pencarian dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan oranglain.
Analisis data kualitaif menurut Bogdan & Biklen dalam
Moleong ( 2007:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan data yang dapat dikelola, mengintensifkannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang akan dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada oranglain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis
data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis
data yang disampaikan oleh Miles & Huberman dalam Sugiyono
(2010:91) yaitu : “aktifitas analisis data kualitatif dilakukan secara
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
33
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh.” Aktifitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display dan conclusion drawing / verifikasi.
1. Reduksi data. Data yang diperoleh dari wawancara dan
observasi
di
reduksi,
yaitu
dengan
menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, dan membuang isi data yang
tidak
perlu.
Kemudian
dilakukan
pengkodean
dengan
menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian
rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan
kategori-kategori
yang
ditemukan.
Kemudian
dilakukan
analisis komparatif dengan melakukan crosscheck atau cek
silang diantara kedua data tersebut. Setiap sumber data di
crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian,
validitas dari data yang ada dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penyajian Data. Penyajian data ini berupa sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan
data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Setelah
didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi
lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari
data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari
data itu sendiri.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
34
F. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari
tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, sampai tahap analisis
data seperti yang disampaikan oleh Moleong (2010:127-158).
1. Tahap Pralapangan
a. Menyusun Rencana Penelitian
Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses
penelitian.
Intinya,
berupa
penyusunan
rancangan
penelitian yang diajukan ke Dewan Skripsi Jurusan
Pendidikan Luar Biasa FIP UPI yang mana telah mendapat
persetujuan proposal penelitian diseminar.
b. Memilih lapangan Penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data
yang ditemukan oleh peneliti di SLB-B Cicendo Kota
Bandung.
c. Mengurus Perizinan
Pengurusan perizinan yang bersifat administratif, dilakukan
mulai dari tingkat jurusan, fakultas, universitas, BPPM,
sampai ke Dinas Pendidikan Kota Bandung.
d. Menyiapkan Peralatan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan
yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan
mempermudah kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan
instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara
dan pedoman observasi.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami Latar Penelitian
1) Pembatasan Penelitian. Pembatasan penelitian menjadi
sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
35
data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi
pada lokasi dimana kasus berada.
2) Penampilan. Dalam melaksanakan penelitian, sudah
seharusnya peneliti memperhatikan penampilan. Karena
lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah, maka peneliti
juga harus tampil sopan dan formal.
3) Pengenalan Hubungan Peneliti Di lapangan. Penelitian
ini bersifat pengamatan langsung tanpa berperan serta,
maka
peneliti
berusaha
agar
hubungan
dengan
lingkungan yang ada di lokasi penelitian penuh
keakraban, tanpa mengubah situasi yang terjadi pada
latar penelitian dan perilaku alami yang ada di lokasi
penelitian.
4) Jumlah Waktu Studi. Peneliti mengalokasikan waktu
penelitian di lapangan selama tiga minggu, diharapkan
dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai
data penelitian dapat terkumpul dengan baik.
b. Memasuki Lapangan.
1) Keakraban Hubungan. Keakraban hubungan peneliti
dengan lingkungan sosial di lingkungan penelitian
selalu berusaha dijaga oleh peneliti. Hal itu untuk
mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh
berbagai data yang diinginkan.
2) Peranan Peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang
ada di lokasi penelitian tidaklah terlalu besar, karena
penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung
tanpa
berperan
serta.
Dikhawatirkan
akan
mempengaruhi kondisi dan perilaku di lokasi penelitian.
c. Berperan Serta dan Mengumpulkan Data
1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas
studi
dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah pada
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
36
fokus penelitian yang akan diterliti. Pengarahan batas
studi sangat penting agar peneliti tidak terjebak pada
masalah-masalah diluar fokus masalah penelitian.
2) Mencatat data. Mencatat data dilakukan peneliti pada
saat dan sesudah pengumpulan data, pada saat
wawancara dan sesudah observasi berlangsung.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
57
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus penelitian.
Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Program pembelajaran keterampilan tataboga membuat brownies
kukus
dibuat
oleh
guru
pembimbing
keterampilan
tataboga
berdasarkan mata pelajaran tataboga di SMA umum. Guru sudah
membuat program pembelajaran yang tertuang dalam program
semesteran, silabus, dan RPP pembelajaran tataboga. Penentuan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengambil dari sekolah
umum atau membuat
sendiri sesuai dengan materi. Tujuan
pembelajaran disesuaikan dengan materi yang diajarkan dengan tetap
memperhatikan kemampuan individu. Sumber belajar diambil dari
buku-buku tentang ilmu tataboga dan dari internet. Metode,
pendekatan, dan media pembelajaran digunakan secara beragam
sehingga dalam pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan.
2. Pelaksanaan program pembelajaran tataboga telah terstruktur, dengan
penjadwalan hari dan alokasi waktu yang jelas. Dalam proses
pelaksanaannya, pembelajaran tataboga diikiuti dengan penuh antusias
karena pembelajaran ini lebih mengedepankan praktek daripada teori.
3. Pelaksanaan evaluasi dalam pelajaran tataboga selalu dilakukan ketika
kegiatan belajar
mengajar berlangsung atau setelah
kegiatan
pembelajaran selesai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
siswa mampu menyerap pembelajaran yang sudah diberikan. Evaluasi
yang digunakan dalam pembelajaran tataboga menggunakan teknik
penugasan dengan bentuk instrumen unjuk hasil kerja.
Kemampuan siswa tunarungu dalam pembelajaran keterampilan
tataboga terabagi kedalam beberapa bagian yaitu kemampuan siswa
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
58
menyebutkan alat dan bahan, menyebutkan fungsi alat dan bahan, cara
mengolah bahan, cara penyajian, cara mengemas, dan cara menjaga
kebersihan.
Secara
keseluruhan
siswa
sudah
cukup
mampu
melaksanakannya dengan baik.
4. Hambatan atau permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran
keterampilan tataboga diantaranya adalah sulitnya mencari materi yang
sesuai dengan kebutuhan anak dan ketersediaan sarana dan prasarana,
kadang-kadang alokasi waktu yang disediakan tidak mencukupi hal itu
menyebabkan siswa harus pulang melebihi waktu yang seharusnya.
Daya tangkap siswa dan rasa percaya diri siswa yang rendah serta
keterbatasan kemampuan komunikasi verbal juga menjadi faktor
penghambat dalam proses pembelajaran tataboga. Guru harus
berulangkali menjelaskan materi. Hambatan lain adalah keadaan siswa
yang terlanjur memilih beberapa keterampilan diluar tataboga,
sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa sudah kelelahan
dan kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran. Konsentrasinya
juga menjadi terbagi karena tugas lain diluar pembelajaran tataboga.
Namun
demikian
tidak
menjadi
halangan
untuk
membuat
pembelajaran keterampilan tataboga tetap berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Guru selalu berusaha mencari solusi untuk mengatasi
hambatan-hambatan
yang
ada
agar
kegiatan
pembelajaran
keterampilan tataboga berjalan serbagaimana mestinya.
5. Upaya guru dalam mengatasi hambatan yang datang dari diri siswa
saat pelaksanaan keterampilan tataboga adalah dengan membangun
komunikasi yang lebih efektif. Guru juga selalu berusaha memenuhi
kebutuhan siswa dengan mengulang-ulang materi sampai siswa betulbetul memahami materi. Dalam perlaksanaan praktik membuat
brownies juga guru memberi perhatian penuh dan memastikan siswa
menjalani kegiatan pembelajaran dengan baik. Untuk mengatasi rasa
kurang percaya diri, guru senantiasa memberikan motivasi dan
mengikut sertakan siswa pada pelatihan-pelatihan dan pameran, hal ini
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
59
dimaksudkan agar siswa memiliki wawasan yang lebih luas dan
terbiasa terjun di masyarakat.
B. Rekomendasi
Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah
a. Bagi
guru
keterampilan
tataboga,
hendaknya
guru
lebih
komunikatif lagi dalam menyampaikan materi pembelajaran
keterampilan tataboga. Kemampuan siswa dalam menyerap
pelajaran terkadang memerlukan usaha yang lebih besar dari guru
dan memerlukan strategi yang tepat. Pemberian motivasi yang
terus menerus akan membuat siswa lebih bersemangat dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan tataboga.
b. Guru hendaknya memberikan kesempatan yang sama pada semua
siswa dalam pembelajaran keterampilan tataboga. Kesempatan
yang sama akan memudahkan siswa untuk memahami setiap
tahapan –tahapan pembelajaran tataboga. Walaupun setiap individu
mempunyai kemampuan yang berbeda, namun rasa percaya diri
siswa akan bertambah karena seringnya diberi kesempatan
melakukan praktek.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama
tentang pembelajaran keterampilan tataboga pada siswa tunarungu, dan
penelitian berikutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
sempurna agar siswa tunarungu mendapat manfaat yang lebih besar
lagi di masa depan.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
60
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tiada kata yang yang lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang
begitu besar pada Sang Maha Memudahkan atas berjalannya setiap proses
pengerjaan skripsi ini dengan sangat baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dikarenakan kemampuan dan pengetahuan penulis yang masih
sangat terbatas. Namun demikian penulis berharap agar tulisan ini ada
manfaatnya terutama bagi pihak-pihak yang terkait, dan semoga dapat
dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian ini. Semoga semua pihak yang telah
membantu akan mendapat balasan yang jauh lebih besar dari Allah SWT.
Aamiin..
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
F. DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.
Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rinekacipta.
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi
Rama.
Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta : Rineka Cipta
Lestari, Leli. (2012). Pembelajaran Keterampilan Tatarias Wajah Bagi Siswa
Tunarungu. Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Moleong, LJ. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya Bandung.
PH, Bartono. (2006). Dasar-dasar Food Product. Yogyakata : ANDI.
PH, Bartono. (2010). Tataboga Industri. Yoyakarta : ANDI.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R & D). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suhendar. (2010).
Orthopedagogik Umum II. Tersedia [online]
http://fajardwijatmikoplb12uns.blogspot.com. [30 Januari 2013]
:
Sunarsih. (2012). Wawasan Guru Tentang Belajar Pembelajaran Tataboga Sebagai
Dasar Acuan Dalam Pelaksanaan Peran Dan Tugasnya. Skripsi. Bandung :
Tidak Diterbitkan.
Somad,
P.
(2009)
Definisi
Ketunarunguan.
[online]
:
http://permanariansomad.blogspot.com. [2 september 2013].
Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Bandung :
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa Tunarungu Di
SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung : UPI Press.
Wikipedia.
(2012).
Tataboga.
Tersedia
http://id.wikipedia.org/wiki/tataboga. [31 Januari 2013].
[online]
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa Tunarungu Di
SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
:
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU
DI SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus
Oleh
TSANIA ULFAH
0907039
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU
DI SLB B NEGERI CICENDO BANDUNG
Oleh
Tsania Ulfah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©Tsania Ulfah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya ataupun sebagian,
dengan dicetak ulang, di foto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB B
NEGERI CICENDO BANDUNG
TSANIA ULFAH (0907039)
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing I
Dr. Budi Susetyo, M.Pd
NIP. 19580907 198703 1 001
Pembimbing II
Dr. Hi. Sri Widati, M.Pd
NIP. 19531014 198703 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Drs. Sunaryo, M.Pd
NIP. 1956 0722 1985 03 1 001
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATABOGA
MEMBUAT BROWNIES KUKUS BAGI SISWA TUNARUNGU DI SLB B
NEGERI CICENDO BANDUNG
Tsania Ulfah
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Sekolah memiliki kewajiban untuk memberikan pembelajaran kecakapan hidup,
yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Melalui pelayanan pendidikan
yang sistematis dan terarah bagi peserta didik tunarungu diharapkan menjadi
warga yang terampil dan dan mandiri. Fokus dalam penelitian ini adalah
menggambarkan pembelajaran keterampilan tataboga khususnya dalam membuat
brownies kukus bagi peserta didik tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung.
Penelitian dilakukan terhadap satu orang guru yaitu WN dan lima orang peserta
didik tunarungu SMALB yaitu KR, RS, AK, RN dan FT. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran keterampilan
tataboga khususnya dalam membuat brownies kukus pada peserta didik
tunarungu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif tentang pembelajaran keterampilan brownies kukus bagi peserta didik
tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Bandung. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik saling
mempertegas data. Hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan pembelajaran
sudah cukup baik karena guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan
silabus walaupun harus membuat sendiri. Pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran keterampilan tataboga sudah cukup baik. Dalam pelaksanaan
pembelajaran tidak mengalami banyak kendala begitupun dalam media
pembelajaran maupun metode pembelajaran. Masalah yang ditemukan adalah
kekurangan alokasi waktu, kesulitan mengevaluasi, hambatan kekurangan guru
yang berlatar belakang pendidikan tataboga, dan hambatan pengayaan sarana dan
prasarana. Upaya yang dilakukan yaitu mencari materi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa dan ketersediaan alokasi waktu dan alat, mengikut sertakan guru
dan peserta didik ke dalam pelatihan-pelatihan tataboga, melengkapi saran dan
prasarana. Upaya lain yang dilakukan oleh guru adalah dengan membangun
komunikasi yang lebih efektif dengan peserta didik dan memberi kesempatan
untuk mengulang materi dalam bentuk praktik tataboga.
Kata kunci : keterampilan tataboga, brownies kukus, anak tunarungu
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Fokus Masalah Penelitian.....................................................................
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................
1. Tujuan Penelitian............................................................................
2. Kegunaan Penelitian.......................................................................
1
4
4
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Keterampilan.................................................................. 6
1. Pengertian Pembelajaran................................................................. 6
2. Pembelajaran Keterampilan............................................................ 7
B. Tata Boga..............................................................................................
8
C. Tunarungu............................................................................................. 16
D. Program Pembelajaran Tata Boga Membuat Brownies Kukus Siswa
Tunarungu SLB B Cicendo Bandung............................................... 19
E. Pelaksanaan Pembelajaran Tatabobga Membuat Brownies Kukus
Siswa Tunarungu di SLB B Cicendo Bandung................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Tempat dan Subjek Penelitian..............................................................
Metode Penelitian................................................................................
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data...........................................
Pengujian Keabsahan Data...................................................................
Teknik Analisis Data............................................................................
Tahap-Tahap Penelitian.........................................................................
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
25
27
28
31
32
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................... 37
1. Deskripsi data mengenai pembuatan program pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus............................. 37
2. Deskripsi data mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan
tataboga membuat brownies kukus................................................... 39
3. Deskripsi data mengenai cara guru mengevaluasi pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus............................. 40
4. Deskripsi data mengenai hambatan yang dialami saat pelaksanaan
pembelajaran keterampilan tataboga membuat brownies kukus...... 51
5. Deskripsi data mengenai upaya guru dalam mengatasi hambatanyang
dialami dalam pembelajaran tataboga membuat brownies kukus..... 52
B. Pembahasan............................................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................................. 57
B. Rekomendasi........................................................................................... 59
C. Penutup..................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini tenaga kerja Indonesia dituntut untuk mampu
berkompetisi dengan negara-negara lain dalam segala bidang, salah satunya
dibidang jasa. Era globalisasi ini disatu sisi bisa menjadi peluang sekaligus
ancaman. Apabila kualitas tenaga kerja Indonesia tidak ditingkatkan maka
kesempatan kerja yang ada di Indonesia sangat mungkin diisi oleh tenaga kerja
asing yang lebih kompeten. Oleh karena itu pembangunan sumber daya manusia
menjadi sangat penting adanya agar setiap orang memiliki keterampilan.
Tuntutan untuk memiliki keterampilan ini tidak hanya berlaku bagi sumber
daya manusia secara umum, tetapi anak berkebutuhan khusus yang menjadi
bagian dari masyarakat Indonesia juga termasuk. Agar para anak berkebutuhan
khusus itu dapat ikut serta dalam persaingan di era globalisasi ini, anak
berkebutuhan khusus pun harus memiliki keterampilan.
Menurut Kirk dan Gallangher dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Tian
Repi (2013) “anak luar biasa merupakan anak yang mengalami penyimpangan
rata-rata normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik
neuromotor atau fisik, perilaku sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan
dari berbagai variabel tersebut. Karena adanya penyimpangan, maka anak luar
biasa memerlukan modifikasi pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk pelayangan
pendidikan kebutuhan khusus atau pendidikan luar biasa.”
Pada hakikatnya, anak tunarungu merupakan anak berkebutuhan khusus
yang memiliki potensi kecerdasan yang tidak jauh berbeda dengan anak pada
umumnya. Mereka memiliki kemampuan untuk mengikuti pendidikan bersama
anak normal. Mereka memiliki kemampuan untuk mengikuti pendidikan bersama
anak pada umumnya. Mereka memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai
kegiatan kehidupan, seperti berdagang, berolahraga, berumahtangga dan kegiatankegiatan laian yang biasa dilakukan oleh anak pada umumnya.
Borthoyd dalam Sadjaah (2005:1) menyatakan bahwa ketunarunguan
memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri
yang bersangkutan. Berbagai dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ketunarunguannya mempengaruhi dalam hal : masalah persepsi auditif, masalah
bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan,
masalah sosial emosi bahkan masalah vokasional.
Sekolah berkewajiban dalam memberikan pembelajaran kecakapan hidup,
yang berorientasi pada keterampilan vokasional. Berdasarkan kurikulum dalam
pendidikan vokasional, sistem pembelajaran terkonsentrasi pada keahlian serta
kejuruan khusus. Siswa secara langsung dapat mengembangkan keahliannya
sesuai dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya.
Dari hasil observasi di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung, keterampilan
yang sedang dipelajari oleh anak-anak sangat beragam. Mulai dari memasak,
otomotif dan membatik. Peneliti sangat tertarik dengan kerampilan memasak /
tataboga. Memasak / tataboga merupakan salah satu ketarampilan yang sangat
membumi dan hampir semua orang pernah melakukannya. Tata boga adalah
pengetahuan di bidang boga (seni mengolah masakan) yang mencakup ruang
lingkup
makanan,
mulai
dari
persiapan
menghidangkan makanan itu sendiri
pengolahan
sampai
dengan
yang bersifat tradisional maupun
Internasional. Pengetahuan ini sangat penting dimiliki oleh para siswa untuk bekal
dimasa depan. Pengetahuan ini dapat menunjang untuk memulai usaha atau
bekerja jika setelah tamat sekolah siswa tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ditengah menjamurnya seni kuliner saat ini, skill tataboga akan sangat membantu
siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Belajar tataboga pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar oleh siswa yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap berkenaan dengan tataboga.
Pengetahuan tataboga itu meliputi pengetahuan tentang menu, bumbu masak,
teknik memasak, menyajikan hidangan dan mengemas makanan.
Hambatan pendengaran yang dimiliki siswa tunarungu menyebabkan anak
tunarungu tidak dapat belajar secara optimal karena ketika tidak ada proses
mendengar berarti tidak ada juga proses peniruan. Dengan demikian dalam
pembelajaran tataboga perlu adanya media yang memadai dan dapat
mengoptimalkan pembelajaran tataboga anak tunarungu. Selain media, strategi
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
guru dalam memberikan pelajaran tataboga menjadi perhatian yang khusus juga.
Karena strategi guru dalam memberikan pembelajaran tataboga akan sangat
berpengaruh terhadap pengoptimalan kemampuan siswa dalam pengerjaan
tataboga.
Dari sekian banyak pembelajaran tataboga yang diajarkan di SLB-B negeri
Cicendo kota Bandung peneliti mengambil satu fokus dalam tataboga yaitu
pembelajaran pembuatan brownies kukus. Pembelajaran ini meliputi beberapa
tahap dari mulai persiapan sampai pada penyajian. Alasan utama mengapa peneliti
menggambil fokus pada pembuatan brownies kukus adalah karena berdasarkan
hasil wawancara dengan pengajar tataboga brownies kukus merupakan menu
andalan yang merupakan produk khas SLB B Negeri Cicendo Bandung, dan
sudah ada pelanggan tetap yang membeli produknya. Ketersediaan alat dan bahan
di SLB B Cicendo Bandung juga cukup lengkap untuk menunjang pembuatan
brownies kukus. Alasan lain yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan
fokus brownies kukus adalah karena brownies kukus adalah makanan yang
disukai oleh sebagian besar masyarakat terutama di kota Bandung. Menjamurnya
pabrikan brownies kukus memungkinkan para siswa yang tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi untuk turut serta mengambil bagian dalam bisnis brownies
kukus, baik sebagai karyawan dari produsen yang sudah ada maupun membuka
usaha sendiri. Proses pembuatannya yang relatif mudah, mempunyai nilai jual,
dan masa berlaku yang cukup lama membuat brownies kukus sangat potensial
untuk dijadikan komoditas dalam berwirausaha siswa setelah lulus nanti.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
tentang pembelajaran tataboga pada anak tunarungu. Sehingga dalam penelitian
ini peneliti mengambil judul: “Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan
Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa Tunarungu”.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Fokus Masalah Penelitian
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tertuju kepada
”Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tataboga membuat
brownies kukus bagi siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung?”.
Dengan subfokus masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tataboga
khususnya dalam membuat brownies kukus pada siswa tunarungu ?
2. Bagaimana pelaksanaan program pembelajaran keterampilan tataboga
khususnya dalam membuat brownies kukus pada siswa tunarungu ?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran keterampilan tataboga khususnya dalam
pembuatan brownies kukus pada siswa tunarungu?
4. Apa yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan keterampilan tataboga
pembuatan brownies kukus pada siswa tunarungu ?
5. Bagaimana upaya guru dalam menangani hambatan yang muncul dalam
pembelajaran keterampilan tataboga dalam membuat brownies kukus pada
siswa tunarungu ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian Secara Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai pembelajaran keterampilan tataboga pada siswa tunarungu.
b. Tujuan Penelitian Secara Khusus
1) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan
program
yang
digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan
tataboga membuat brownies kukus siswa tunarungu di SLB B
Negeri Cicendo Kota Bandung.
2) Untuk
mengetahui
bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus siswa tunarungu
di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3) Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dan tindak lanjut
pembelajaran keterampilan tataboga membuat brownies kukus
siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.
4) Untuk mengetahui apa yang menjadi penghambat pembelajaran
keterampilan tataboga membuat brownies kukus siswa tunarungu
di SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung.
5) Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi hambatan yang
muncul dalam pembelajaran keterampilan tataboga membuat
brownies kukus siswa tunarungu di SLB B Negeri Cicendo Kota
Bandung.
2. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat di ambil baik
secara teoritis maupun secara praktis, adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah :
a. Secara teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam
ilmu pendidikan luar biasa. Khususnya tentang pembelajaran tataboga
bagi siswa tunarungu.
b. Secara praktis
Bagi SLB B, khususnya SLB B Negeri Cicendo Kota Bandung hasil
penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam
mengoptimalkan pembelajaran keterampilan tataboga khususnya
dalam pembuatan brownies kukus.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kirk dan Miller dalam
Meleong (2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis dan bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Dalam
penelitian
kualitatif
peneliti
menjadi
instrumen
(human
instrument). Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal
teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu untuk bertanya, menganalisis,
memotret, dan merekontruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.
A. Tempat dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SLB B Cicendo Bandung yang beralamat di
Jalan Cicendo no 2. Pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada
kebutuhan data penelitian.
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bersedia memberikan
informasi-informasi yang berisi keterangan dan data penting yang dibutuhkan
dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini adalah :
1. Guru
Subjek guru dalam penelitian ini berinisial WN berusia 48 tahun dan
sudah 25 tahun mengajar. WN adalah seorang guru yang cukup mahir
dalam bidang tataboga. Selain menjadi guru pembimbing dalam
keterampilan tataboga, beliau juga adalah guru kelas. Sebagai guru
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
26
pembimbing keterampilan tataboga, beliau benar-benar memahami
kebutuhan siswa tunarungu akan keterampilan untuk menunjang masa
depannya yang mandiri.
2. Siswa 1 (KR)
Subjek siswa 1, merupakan siswa kelas X yang mempunyai nama
berinisial KR. KR adalah salah satu siswa yang paling menonjol dalam
pelaksanaan permbelajaran keterampilan tata boga membuat brownies
kukus. Dia adalah salah satu siswa yang diandalkan saat SLB Cicendo
menerima pesanan brownies kukus ataupun saat SLB B Cicendo
diundang untuk praktik tata boga di tempat lain.
3. Siswa 2 (AK)
Subjek siswa 2 merupakan siswa laki-laki yang duduk di kelas XII dan
mempunyai nama berinisial AK. AK adalah satu-satunya siswa lakilaki yang paling aktif dalam pembelajaran keterampilan tataboga
khususnya membuat brownies kukus. AK termasuk siswa yang lambat
dalam memahami suatu materi, jadi dalam proses pembelajaran
tataboga membuat brownies kukus AK sering bertugas sebagai
pelaksana teknis seperti : mengocok, mengukus dll.
4. Siswa 3 (RS)
Subjek siswa 3 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas XI
dan mempunyai nama berinisial RS. RS adalah salah satu siswa yang
menonjol dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tataboga
membuat brownies kukus. Namun RS juga aktif dalam pembelajaran
keterampilan di bidang lain, sehingga terkadang harus meninggalkan
pembelajaran keterampilan tata boga.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
27
5. Siswa 4 (RN)
Subjek siswa 4 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas XI
dan mempunyai nama berinisial RN. RN juga adalah salah satu siswa
yang menonjol dan mudah memahami materi. Namun dalam beberapa
kesempatan ia terkadang tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran
tataboga karena harus mengikuti pembelajaran keterampilan yang lain.
6. Siswa 5 (FT)
Subjek siswa 5 merupakan siswa perempuan yang duduk di kelas
khusus. Dia mempunyai nama berinisial FT. FT merupakan
penyandang tunarungu dan tunagrahita. Meskipun termasuk siswa
yang lambat menangkap materi pembelajaran, FT merupakan siswa
yang paling rajin dalam mengerjakan beberapa tugas di pembelajaran
tataboga khususnya dalam membuat brownies kukus.
B. Metode Penelitian
Narbuko (2009:2) mengungkapkan metode dapat diartikan sebagai
cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah ilmu yang
mempelajari cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan
atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang akan muncul sehubungan
dengan masalah itu.
Jadi, metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari caracara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu
melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari,
menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat
dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif,
karena
penelitian
ini
bermaksud
untuk
memahami,
mengungkap, menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
28
yang ada di lapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif
berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian dan pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:306)
“peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya”.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti harus “divalidasi”.
Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun
logiknya- (Sugiono,2008:305).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala
stimulus
dari
lingkungan
yang
harus
diperkirakannya
bermakna atau tidak bagi penelitian,
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua
aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus,
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu
instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap
keseluruhan situasi kecuali manusia,
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat
dipahami
dengan
pengetahuan
semata
dan
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
untuk
29
memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya
berdasarkan pengetahuan kita,
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis
dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk
mentest hipotesis yang timbul seketika,
6. Hanya
manusia
sebagai
instrumen
dapat
mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu
saat
dan menggunakan segera sebagai
balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan
(Sugiono 2008: 308).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Menurut Lofland dalam
Moleong (2007:157) “sumber utama dalam penelitian kualitatif ialah katakata dan tindakan, selebihnya adaah data tambahan seperti dokumentasi
dan lain-lain”.
1. Wawancara
Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal,
hasil
wawancara
direkam
agar
memudahkan
peneliti
untuk
mendokumentasikan berbagai data dan informasi yang disampaikan
reponden. Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui halhal
yang
lebih
mendalam
tentang
partisipan
dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Wawancara
dilakukan
terhadap
guru
mata
pelajaran
keterampilan tata boga dengan berpedoman pada instrumen yang telah
dibuat. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggali informasi
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
30
guna diperoleh data secara jelas sehingga dapat melengkapi temuantemuan dari penelitian.
Moleong
(2007:190)
mengungkapkan
wawancara
yang
dilakukan adalah wawancara yang bersifat terstruktur. Wawancara
terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Oleh
karena itu, dalam melakukan wawancara pengumpul data telah
menyiapkan instrumen-instrumen berupa daftar pertanyaan-pertanyaan
tertulis untuk memudahkan peneliti melakukan wawancara.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan adalah observasi
partisipatif. Dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kehidupan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan untuk
sumber data penelitian.
Dengan observasi partisipatif ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam dan sampai mengetahui tingkat makna dari setiap
perilaku yang nampak.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar
atau
karya-karya
monumental dari seseorang. Hasil penelitian akan lebih kredibel/dapat
dipercaya bila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang
telah ada.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru keterampilan tata boga.
Sedangkan informan dari penelitian ini adalah 5 orang siswa SMALB.
Aspek-aspek yang diobservasi dalam pembelajaran keterampilan
tataboga bagi siswa tunarungu adalah : 1) perencanaan program
pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu, 2) pelaksanaan
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
31
program pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu, 3)
evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan program
pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu, 4) penghambat
dalam program pembelajaran keterampilan tata boga siswa tunarungu,
5) upaya guru dalam mengatasi hambatan yang muncul dalam
pembelajaran keterampilan tata boga bagi siswa tunarungu.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti memperhatikan hal-hal
seperti : (1) isi dari pengamatan, (2) mencatat pengamatan, (3)
ketepatan pengamatan, dan (4) hubungan antar pengamat dengan yang
diamati.
D. Pengujian Keabsahan Data
Pemeriksaan
menetapkan
keabsalah
keabsahan
data
mempunyai
(trustworthiness)
tujuan
data.
untuk
Pelaksanaan
pemeriksaan keabsahan data itu sendiri didasarkan pada kriteria yang
digunakan dalam suatu penelitian.
Dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data dilakukan
dengan teknik triangulasi. Moleong (2007:330) menyebutkan bahwa
“triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Triangulasi menurut Patton dalam Moleong (2007:331)
terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan (2)
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama.
Triangulasi yang digunakan dalam peneletian ini adalah
triangulasi sumber, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan
observasi
di
reduksi
dengan
menajamkan,
menggolongkan,
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
32
mengarahkan, dan membuang isi yang tidak perlu dari data tersebut.
Kemudian melakukan pengkodean dengan menggunakan analisis
konten, dan diorganisasi dengan cara sedemikian rupa dengan
menggunakan analisis domain berdasarkan kategori-kategori yang
ditemukan.
Kemudian
dilakukan
analisis
komparatif
dengan
melakukan cek silang diantara kedua data tersebut. Setiap data di
crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian, validitas
data yang ada dapat dipertanggung jawabkan, karena data akhir yang
didapat adalah hasil perbandingan dari berbagai metode pengambilan
data.
E. Teknik Analisis Data
Stainback dalam Sugiyono (2009:89) mengemukakan bahwa
analisis data adalah :
Proses pencarian dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan oranglain.
Analisis data kualitaif menurut Bogdan & Biklen dalam
Moleong ( 2007:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan data yang dapat dikelola, mengintensifkannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang akan dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada oranglain.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Proses analisis
data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses analisis
data yang disampaikan oleh Miles & Huberman dalam Sugiyono
(2010:91) yaitu : “aktifitas analisis data kualitatif dilakukan secara
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
33
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh.” Aktifitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display dan conclusion drawing / verifikasi.
1. Reduksi data. Data yang diperoleh dari wawancara dan
observasi
di
reduksi,
yaitu
dengan
menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, dan membuang isi data yang
tidak
perlu.
Kemudian
dilakukan
pengkodean
dengan
menggunakan analisis konten, dan diorganisasi sedemikian
rupa dengan menggunakan analisis domain berdasarkan
kategori-kategori
yang
ditemukan.
Kemudian
dilakukan
analisis komparatif dengan melakukan crosscheck atau cek
silang diantara kedua data tersebut. Setiap sumber data di
crosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian,
validitas dari data yang ada dapat dipertanggungjawabkan.
2. Penyajian Data. Penyajian data ini berupa sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan
data, peneliti mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Setelah
didapat kesimpulan-kesimpulan sementara, kemudian menjadi
lebih rinci dan menjadi kuat dengan adanya bukti-bukti dari
data. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validitas dari
data itu sendiri.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
34
F. Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari
tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, sampai tahap analisis
data seperti yang disampaikan oleh Moleong (2010:127-158).
1. Tahap Pralapangan
a. Menyusun Rencana Penelitian
Kegiatan ini merupakan tahap awal dari serangkaian proses
penelitian.
Intinya,
berupa
penyusunan
rancangan
penelitian yang diajukan ke Dewan Skripsi Jurusan
Pendidikan Luar Biasa FIP UPI yang mana telah mendapat
persetujuan proposal penelitian diseminar.
b. Memilih lapangan Penelitian
Proses pemilihan latar penelitian ini diawali dengan data
yang ditemukan oleh peneliti di SLB-B Cicendo Kota
Bandung.
c. Mengurus Perizinan
Pengurusan perizinan yang bersifat administratif, dilakukan
mulai dari tingkat jurusan, fakultas, universitas, BPPM,
sampai ke Dinas Pendidikan Kota Bandung.
d. Menyiapkan Peralatan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan segala perlengkapan
yang dibutuhkan untuk memperlancar, memperjelas, dan
mempermudah kegiatan pengumpulan data di lapangan.
Adapun kegiatan pada tahap ini adalah mempersiapkan
instrumen penelitian yang terdiri dari pedoman wawancara
dan pedoman observasi.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami Latar Penelitian
1) Pembatasan Penelitian. Pembatasan penelitian menjadi
sangat penting, sehingga strategi untuk mengumpulkan
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
35
data menjadi efektif. Adapun latar penelitian ini dibatasi
pada lokasi dimana kasus berada.
2) Penampilan. Dalam melaksanakan penelitian, sudah
seharusnya peneliti memperhatikan penampilan. Karena
lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah, maka peneliti
juga harus tampil sopan dan formal.
3) Pengenalan Hubungan Peneliti Di lapangan. Penelitian
ini bersifat pengamatan langsung tanpa berperan serta,
maka
peneliti
berusaha
agar
hubungan
dengan
lingkungan yang ada di lokasi penelitian penuh
keakraban, tanpa mengubah situasi yang terjadi pada
latar penelitian dan perilaku alami yang ada di lokasi
penelitian.
4) Jumlah Waktu Studi. Peneliti mengalokasikan waktu
penelitian di lapangan selama tiga minggu, diharapkan
dengan jumlah waktu yang sangat terbatas ini berbagai
data penelitian dapat terkumpul dengan baik.
b. Memasuki Lapangan.
1) Keakraban Hubungan. Keakraban hubungan peneliti
dengan lingkungan sosial di lingkungan penelitian
selalu berusaha dijaga oleh peneliti. Hal itu untuk
mempermudah peneliti dalam upaya memperoleh
berbagai data yang diinginkan.
2) Peranan Peneliti. Peran peneliti dalam aktivitas yang
ada di lokasi penelitian tidaklah terlalu besar, karena
penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung
tanpa
berperan
serta.
Dikhawatirkan
akan
mempengaruhi kondisi dan perilaku di lokasi penelitian.
c. Berperan Serta dan Mengumpulkan Data
1) Pengarahan batas studi. Pengarahan batas
studi
dilakukan dengan memperhatikan batasan masalah pada
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
36
fokus penelitian yang akan diterliti. Pengarahan batas
studi sangat penting agar peneliti tidak terjebak pada
masalah-masalah diluar fokus masalah penelitian.
2) Mencatat data. Mencatat data dilakukan peneliti pada
saat dan sesudah pengumpulan data, pada saat
wawancara dan sesudah observasi berlangsung.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
57
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus penelitian.
Adapun hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Program pembelajaran keterampilan tataboga membuat brownies
kukus
dibuat
oleh
guru
pembimbing
keterampilan
tataboga
berdasarkan mata pelajaran tataboga di SMA umum. Guru sudah
membuat program pembelajaran yang tertuang dalam program
semesteran, silabus, dan RPP pembelajaran tataboga. Penentuan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mengambil dari sekolah
umum atau membuat
sendiri sesuai dengan materi. Tujuan
pembelajaran disesuaikan dengan materi yang diajarkan dengan tetap
memperhatikan kemampuan individu. Sumber belajar diambil dari
buku-buku tentang ilmu tataboga dan dari internet. Metode,
pendekatan, dan media pembelajaran digunakan secara beragam
sehingga dalam pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan.
2. Pelaksanaan program pembelajaran tataboga telah terstruktur, dengan
penjadwalan hari dan alokasi waktu yang jelas. Dalam proses
pelaksanaannya, pembelajaran tataboga diikiuti dengan penuh antusias
karena pembelajaran ini lebih mengedepankan praktek daripada teori.
3. Pelaksanaan evaluasi dalam pelajaran tataboga selalu dilakukan ketika
kegiatan belajar
mengajar berlangsung atau setelah
kegiatan
pembelajaran selesai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
siswa mampu menyerap pembelajaran yang sudah diberikan. Evaluasi
yang digunakan dalam pembelajaran tataboga menggunakan teknik
penugasan dengan bentuk instrumen unjuk hasil kerja.
Kemampuan siswa tunarungu dalam pembelajaran keterampilan
tataboga terabagi kedalam beberapa bagian yaitu kemampuan siswa
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
58
menyebutkan alat dan bahan, menyebutkan fungsi alat dan bahan, cara
mengolah bahan, cara penyajian, cara mengemas, dan cara menjaga
kebersihan.
Secara
keseluruhan
siswa
sudah
cukup
mampu
melaksanakannya dengan baik.
4. Hambatan atau permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran
keterampilan tataboga diantaranya adalah sulitnya mencari materi yang
sesuai dengan kebutuhan anak dan ketersediaan sarana dan prasarana,
kadang-kadang alokasi waktu yang disediakan tidak mencukupi hal itu
menyebabkan siswa harus pulang melebihi waktu yang seharusnya.
Daya tangkap siswa dan rasa percaya diri siswa yang rendah serta
keterbatasan kemampuan komunikasi verbal juga menjadi faktor
penghambat dalam proses pembelajaran tataboga. Guru harus
berulangkali menjelaskan materi. Hambatan lain adalah keadaan siswa
yang terlanjur memilih beberapa keterampilan diluar tataboga,
sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa sudah kelelahan
dan kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran. Konsentrasinya
juga menjadi terbagi karena tugas lain diluar pembelajaran tataboga.
Namun
demikian
tidak
menjadi
halangan
untuk
membuat
pembelajaran keterampilan tataboga tetap berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Guru selalu berusaha mencari solusi untuk mengatasi
hambatan-hambatan
yang
ada
agar
kegiatan
pembelajaran
keterampilan tataboga berjalan serbagaimana mestinya.
5. Upaya guru dalam mengatasi hambatan yang datang dari diri siswa
saat pelaksanaan keterampilan tataboga adalah dengan membangun
komunikasi yang lebih efektif. Guru juga selalu berusaha memenuhi
kebutuhan siswa dengan mengulang-ulang materi sampai siswa betulbetul memahami materi. Dalam perlaksanaan praktik membuat
brownies juga guru memberi perhatian penuh dan memastikan siswa
menjalani kegiatan pembelajaran dengan baik. Untuk mengatasi rasa
kurang percaya diri, guru senantiasa memberikan motivasi dan
mengikut sertakan siswa pada pelatihan-pelatihan dan pameran, hal ini
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
59
dimaksudkan agar siswa memiliki wawasan yang lebih luas dan
terbiasa terjun di masyarakat.
B. Rekomendasi
Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah
a. Bagi
guru
keterampilan
tataboga,
hendaknya
guru
lebih
komunikatif lagi dalam menyampaikan materi pembelajaran
keterampilan tataboga. Kemampuan siswa dalam menyerap
pelajaran terkadang memerlukan usaha yang lebih besar dari guru
dan memerlukan strategi yang tepat. Pemberian motivasi yang
terus menerus akan membuat siswa lebih bersemangat dalam
pelaksanaan pembelajaran keterampilan tataboga.
b. Guru hendaknya memberikan kesempatan yang sama pada semua
siswa dalam pembelajaran keterampilan tataboga. Kesempatan
yang sama akan memudahkan siswa untuk memahami setiap
tahapan –tahapan pembelajaran tataboga. Walaupun setiap individu
mempunyai kemampuan yang berbeda, namun rasa percaya diri
siswa akan bertambah karena seringnya diberi kesempatan
melakukan praktek.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama
tentang pembelajaran keterampilan tataboga pada siswa tunarungu, dan
penelitian berikutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
sempurna agar siswa tunarungu mendapat manfaat yang lebih besar
lagi di masa depan.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
60
C. Penutup
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tiada kata yang yang lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang
begitu besar pada Sang Maha Memudahkan atas berjalannya setiap proses
pengerjaan skripsi ini dengan sangat baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dikarenakan kemampuan dan pengetahuan penulis yang masih
sangat terbatas. Namun demikian penulis berharap agar tulisan ini ada
manfaatnya terutama bagi pihak-pihak yang terkait, dan semoga dapat
dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian ini. Semoga semua pihak yang telah
membantu akan mendapat balasan yang jauh lebih besar dari Allah SWT.
Aamiin..
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa
Tunarungu Di SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
F. DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.
Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rinekacipta.
Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi
Rama.
Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta : Rineka Cipta
Lestari, Leli. (2012). Pembelajaran Keterampilan Tatarias Wajah Bagi Siswa
Tunarungu. Skripsi. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Moleong, LJ. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya Bandung.
PH, Bartono. (2006). Dasar-dasar Food Product. Yogyakata : ANDI.
PH, Bartono. (2010). Tataboga Industri. Yoyakarta : ANDI.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R & D). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suhendar. (2010).
Orthopedagogik Umum II. Tersedia [online]
http://fajardwijatmikoplb12uns.blogspot.com. [30 Januari 2013]
:
Sunarsih. (2012). Wawasan Guru Tentang Belajar Pembelajaran Tataboga Sebagai
Dasar Acuan Dalam Pelaksanaan Peran Dan Tugasnya. Skripsi. Bandung :
Tidak Diterbitkan.
Somad,
P.
(2009)
Definisi
Ketunarunguan.
[online]
:
http://permanariansomad.blogspot.com. [2 september 2013].
Somad, P dan Hernawati, T. (1995). Orthopedagogik Anak Tunarungu. Bandung :
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Aditama.
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa Tunarungu Di
SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung : UPI Press.
Wikipedia.
(2012).
Tataboga.
Tersedia
http://id.wikipedia.org/wiki/tataboga. [31 Januari 2013].
[online]
Tsania Ulfah, 2013
Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Tataboga Membuat Brownies Kukus Bagi Siswa Tunarungu Di
SLB B Negeri Cicendo Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
: