Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel Khususnya Pertumbuhan Jumlah Hotel, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung : Studi Kasus pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung.

(1)

vi

Universirtas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Tax is one of the tools of government to regulate or implement government policy in the field of social and economic development of the country. Tax iitself consist of central taxes and local taxes. Hotel taxes are included in local taxes. In this study the authors examined on the analysis of the factors that influence the particular hotel tax revenue growth rate of the number of hotel, economic growth, and the rate of inflation in hotel tax revenue in 2006-2012. Method used is a method of testing causal hypotheses. Analysis tool used is multiple regression analysis. The result of this study were partially growing number of hotels have a significant impact on tax revenues in the city of Bandung, while the economic growth and the inflation rate has no significant effect on tax revenue in the city of Bandung. Sumultaneous growth in the number of hotels, economic growth, and inflation has a significant effect on tax revenue in the city of Bandung.

KEYWORDS : growth in the number of hotels, economic growth, inflation, tax revenues in the city of Bandung


(2)

ABSTRAK

Pajak merupakan salah satu alat pemerintah untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi seperti pembangunan negara. Pajak itu sendiri terdiri dari pajak pusat dan pajak daerah. Pajak hotel termasuk dalam pajak daerah. Dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai analisis faktor – faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel khususnya tingkat pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi dalam penerimaan pajak hotel tahun 2006 – 2012. Metode yang dipakai adalah metode pengujian hipotesis kausal. Alat analisis yang dipakai adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah secara parsial pertumbuhan jumlah hotel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung, sedangkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Secara simultan pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.

KATA KUNCI : pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penerimaan pajak hotel Kota Bandung.


(3)

viii

Universirtas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 8


(4)

2.1.1 Dasar-dasar Perpajakan ... 8

2.1.1.1 Definisi Pajak ... 8

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 11

2.1.1.3 Asas Pemungutan Perpajakan ... 13

2.1.1.4 Cara Pemungutan Pajak ... 14

2.1.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 15

2.1.1.6 Jenis Pajak ... 16

2.1.1.7 Kedudukan Hukum Pajak ... 18

2.1.2 Pajak Hotel ... 19

2.1.2.1 Definisi Pajak Hotel ... 19

2.1.2.2 Objek Pajak Hotel ... 19

2.1.2.3 Subjek dan Wajib Pajak Hotel ... 20

2.1.2.4 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Perhitungan Pajak Hotel ... 21

2.1.2.5 Tata Cara Pemungutan dan Wilayah Pemungutan Pajak Hotel .. 21

2.1.2.6 Masa dan Saat Pakal Terhutang Pajak Hotel ... 22

2.1.2.7 Tata Cara Pendaftaran ... 22

2.1.2.8 Tata Cara Pengisian dan Penyampaian SPTPD ... 23

2.1.2.9 Tata Cara Pembayaran Pajak Hotel... 25

2.1.2.10 Cara Pembayaran Angsuran dan Penundaan Pembayaran ... 26

2.1.2.11 Tata Cara Penagihan Pajak... 28

2.1.3 Jumlah Hotel ... 31

2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi ... 33


(5)

x

Universirtas Kristen Maranatha

2.1.4.2 Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi ... 34

2.1.4.3 Teori yang Mendukung Pertumbuhan Ekonomi ... 36

2.1.5 Inflasi... 39

2.1.5.1 Jenis Inflasi... 40

2.1.5.2 Dampak Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia... 41

2.2 Kerangka Pemikiran ... 42

2.2.1 Penelitian Terdahulu ... 42

2.3 Pengembangan Hipotesis ... 47

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 ObjekPenelitian ... 48

3.1.1 Sejarah Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 48

3.1.1.1 Tujuan Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung... 52

3.1.1.2 Sasaran Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 52

3.1.1.3 Visi dan Misi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 53

3.1.2 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 56

3.1.3 Metode Penelitian ... 56

3.1.4 Definisi Operasional Variabel ... 57

3.1.5 Variabel Independen / Bebas ... 58

3.1.6 Variabel Dependen/Terikat ... 58

3.1.7 Populasi dan Sampel ... 59

3.1.7.1 Populasi ... 59


(6)

3.1.8 Sumber Data ... 59

3.1.9 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.2 Alat Analisis Data ... 61

3.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 61

3.2.1.1 Uji Normalitas ... 61

3.2.1.2 Uji Autokorelasi ... 62

3.2.1.3 Uji Multikolonieritas ... 62

3.2.1.4 Uji Heterokesdasdisitas ... 63

3.2.2 Korelasi Berganda ... 63

3.2.3 Analisis Regresi Berganda ... 65

3.2.3.1 Uji t... 66

3.2.3.2 Uji F ... 66

3.2.3.3 Uji Anova ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Pajak Hotel yang Berlaku di Kota Bandung ... 68

4.2 Pengujian secara Simultan ... 69

4.2.1 Uji F ... 69

4.3 Pengujian secara Parsial ... 71

4.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 71

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 73

4.3.2.1 Uji Normalitas ... 73


(7)

xii

Universirtas Kristen Maranatha

4.3.2.3 Uji Heterokesdasdisitas ... 76

4.3.2.4 Uji Autokorelasi ... 77

4.3.3 Analisis Data ... 79

4.3.4 Uji Hipotesis Penelitian ... 80

4.3.4.1 Uji t ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Simpulan ... 83

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 43 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 56


(9)

xiv

Universirtas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 57

Tabel 4.1 Model Summary dan ANOVA Regresi Linear Berganda ... 70

Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Penelitian... 71

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 74

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas... 75

Tabel 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 77

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 78

Tabel 4.7 Coefficients Regresi Linear Berganda... 79


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Model Summary dan ANOVA Regresi Linier Berganda ... 90

Lampiran B Deskripsi Variabel Penelitian ... 91

Lampiran C Hasil Uji Normalitas ... 92

Lampiran D Hasil Uji Multikolinearitas ... 93

Lampiran E Hasil Uji Heterokedastisitas ... 94

Lampiran F Hasil Uji Autokorelasi ... 95

Lampiran G Coefficients Regresi Linier Berganda ... 96

Lampiran H Correlations Regresi Linier Berganda ... 97


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi daerah khususnya Pemerintah Kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang menjadi kebutuhan daerahnya. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Siti Resmi, 2012).

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu membawa dampak negatif terhadap perekonomian. Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat inflasi ringan. Dengan tingkat inflasi ringan antara 4 - 8% membuat iklim ekonomi di Indonesia cukup kondusif. Dengan adanya inflasi ringan tersebut memacu para pengusaha untuk terus mengembangkan usahanya karena pengusaha dapat mendapatkan keuntungan lebih akibat dari inflasi ringan tersebut. Dengan begitu para pengusaha akan membuka lapangan pekerjaan dan terbukanya lapangan pekerjaan baru akan memicu pertumbuhan ekonomi karena peningkatan kapasitas produksi.

Menurut Mankiw (2003) dalam Silvia ED (2013:2) dalam analisis makro pengukuran dalam perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto


(12)

B A B I P E N D A H U L U A N 2

(PDB). PDB mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan (PDB rill) sehingga angka pertumbuhan yang dihasilkan merupakan pertumbuhan riil yang terjadi karena adanya tambahan produksi. Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat (Sukirno,1994). Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Lincolin (1997), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak.

Pemerintah pusat membuat suatu kebijakan dimana pemerintah daerah diberikan kekuasaan untuk mengelola keuangan daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan desentralisasi. Hal itu dilakukan dengan harapan daerah akan memiliki kemampuan untuk membiayai pembangunan daerahnya sendiri sesuai prinsip daerah otonom yang nyata. Kemandirian suatu daerah dalam pembangunan nasional merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pusat tersebut (Siti Resmi, 2012).

Salah satu hal yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Artinya daerah otonom harus


(13)

B A B I P E N D A H U L U A N 3

Universitas Kristen Maranatha memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga dapat menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik (good governance). Upaya peningkatan dapat dilakukan dengan cara terus berusaha mencari dan menggali sumber-sumber baru, pendapatan baru, dan terus meningkatkan efektivitas serta efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas. Semakin tinggi peranan PAD merupakan cermin keberhasilan usaha – usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan (Siti Resmi, 2012).

Sumber penerimaan PAD antara lain berasal dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, penerimaan dari dinas – dinas, serta penerimaan lainnya yang termasuk dalam PAD yang bersangkutan, dan merupakan pendapatan daerah yang sah. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Untuk dapat membiayai dan memajukan daerah, antara lain dapat ditempuh melalui suatu kebijakan bagi setiap orang untuk membayar pajak sebagai salah satu potensi dari suatu daerah sesuai dengan kewajibannya. Pajak daerah di Indonesia menurut adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada


(14)

B A B I P E N D A H U L U A N 4

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak Daerah terbagi menjadi dua yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten atau Kota. Pajak Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Kabupaten atau Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir (Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan (budgetary function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function). Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, membiayai anggota polisi, dan membiayai kegiatan pemerintah daerah dalam menyediakan kebutuhan – kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta yaitu berupa barang – barang publik. Melihat fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pajak bagi suatu daerah sangat penting dalam menyokong pembangunan daerah itu sendiri (Waluyo, 2011).

Adapun pengertian Pajak Hotel menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pajak atas pelayanan yang


(15)

B A B I P E N D A H U L U A N 5

Universitas Kristen Maranatha disediakan oleh hotel. Tarif tertinggi Pajak Hotel sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pasal 35 ayat 1 adalah sebesar 10%. Untuk memaksimalkan sumber penerimaan daerah dari sektor Pajak Hotel, berbagai daerah di wilayah Negara Indonesia diantaranya Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Batu, Medan, dan Makassar mengambil tarif maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yaitu sebesar 10%.

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar sekaligus ibu kota dari Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung termasuk ke dalam daerah otonom di Indonesia. Kota Bandung sendiri dikenal memiliki keindahan alam, berbagai objek wisata menarik, pusat wisata kuliner, hingga berbagai pusat perbelanjaan yang tersebar di kota ini, sehingga Kota Bandung menjadi salah satu dari kota tujuan wisata. Tak jarang kota ini selalu dipadati oleh wisatawan pada akhir pekan maupun saat – saat musim liburan. Seiring dengan perkembangan sektor pariwisata di Kota Bandung, untuk melengkapi kebutuhan wisatawan yang datang ke Kota Bandung yang salah satunya adalah kebutuhan peristirahatan dan penginapan, maka pertumbuhan hotel – hotelpun meningkat.

Berdasarkan pemikiran dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel Khususnya Tingkat Pertumbuhan Jumlah Hotel, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Terhadap Penerimaan Pajak Hotel Tahun 2006 - 2012”


(16)

B A B I P E N D A H U L U A N 6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalahnya adalah:

1. Bagaimana penerapan pajak hotel yang berlaku di Kota Bandung?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi terhadap peningkatan penerimaan pajak hotel pada tahun 2006 – 2012 di Kota Bandung secara simultan?

3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi terhadap peningkatan penerimaan pajak hotel pada tahun 2006 – 2012 di Kota Bandung secara parsial?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari identifikasi masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Mengetahui penerapan pajak hotel yang berlaku di Kota Bandung.

2. Mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi terhadap peningkatan penerimaan pajak hotel pada tahun 2006 – 2012 di Kota Bandung secara simultan.

3. Mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi terhadap peningkatan penerimaan pajak hotel pada tahun 2006 – 2012 di Kota Bandung secara parsial.


(17)

B A B I P E N D A H U L U A N 7

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Bagi Penulis, sebagai pemenuhan kewajiban bagi penulis dalam rangka memperoleh gelar sarjana ekonomi dari Universitas Kristen Maranatha, serta memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang Pajak Hotel.

2. Bagi Akademis, agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pajak-pajak daerah terutama pajak hotel baik secara teori maupun praktik.

3. Peneliti Selanjutnya, membantu peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.

4. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di waktu yang akan datang.


(18)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kepada Kantor Dinas Pendapatan Daerah kota Bandung dan pengujian yang dilakukan mengenai bagaimana penerapan pajak hotel yang berlaku di Kota Bandung, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Sistem pemungutan pajak hotel di Kota Bandung menggunakan self assesment system. Dimana wajib pajak baru wajib mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya ke SKPS dengan menggunakan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak, kemudian Wajib Pajak yang telah mendaftarkan diri dan melaporkan usahanya ini diberikan NPWPD. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD dengan benar, lengkap, dan jelas, dan mendatangani serta menyampaikan kepada Walikota atau Pejabat. Wajib Pajak ini memenuhi kewajiban pajak yang dibayar sendiri pajak terutang menggunakan SPTPD tersebut. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD.

2. Pengaruh Pertumbuhan Jumlah Hotel, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Inflasi secara simultan terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung Berdasarkan uji F dengan tingkat kepercayaan 90% (0,90) dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


(19)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 84

Universitas Kristen Maranatha penerimaan pajak hotel di Kota Bandung pada periode tahun 2006 – 2012 sebesar 75.9% sedangkan sisanya sebesar 24.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3. Pengaruh Pertumbuhan Jumlah Hotel, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Inflasi secara parsial terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung

a. Berdasarkan uji t dengan tingkat kepercyaan 90% (0,90) dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan jumlah hotel secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan sebesar 77,62% terhadap penerimaan pajak hotel, sedangkan sisanya sebesar 22.38% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Faktor-faktor lain seperti jumlah hunian kamar dan tarif rata-rata kamar. Tetapi pertumbuhan jumlah hotel memiliki korelasi yang negatif. Dikarenakan sedikitnya jumlah hotel maka pendapatan hotel tersebut akan meningkat karena sedikitnya pesaing yang ada di Kota Bandung. Jika sedikit pesaing, maka pendapatan hotel akan semakin tinggi dan pajak hotel yang dikeluarkan akan semakin tinggi. b. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi

secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Dalam hal ini bukan berarti Pertumbuhan Ekonomi tidak mempunyai peranan terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung, karena terbukti dari hasil penelitian bahwa Pertumbuhan Ekonomi koefisiennya menunjukkan arah yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, teknologi dan inovasi, serta sistem sosial dan sikap masyarakat. Faktor-faktor tersebut


(20)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 85

mempengaruhi penerimaan pajak hotel di Kota Bandung walaupun secara tidak langsung. Dengan adanya kemajuan teknologi dan inovasi yang dapat mengolah sumber daya alam di Kota Bandung akan menarik para investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi dalam pembangunan hotel-hotel baru dan akan menambah penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.

c. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat inflasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Dalam hal ini bukan berarti Tingkat Inflasi tidak mempunyai peranan terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung, karena terbukti dari hasil penelitian bahwa Tingkat Inflasi koefisiennya menunjukkan arah yang positif. Artinya setiap ada peningkatan (penurunan) Tingkat inflasi akan diikuti dengan kecenderungan peningkatan (penurunan) pajak hotel kota Bandung. Di Indonesia khususnya, inflasi hanya berpengaruh pada masyarakat golongan kelas bawah dan masyarakat yang berpenghasilan tetap saja yang menagnggung beban inflasi, yaitu dengan turunnya kemampuan mereka dalam membeli barang-barang kebutuhan karena harga-harga naik tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan mereka. Sebaliknya, masyarakat golongan atas dapat mengambil tindakan dalam menangani inflasi yaitu dengan memakai aset-aset finansial seperti tabungan dan deposito, sehingga kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan relatif tetap. Namun hasil penelitian bertentangan dengan teori. Pada pengujian hipotesis tidak dapat dibuktikan bahwa tingkat Inflasi mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung secara


(21)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 86

Universitas Kristen Maranatha signifikan. Hal ini dikarenakan pada periode pengamatan, Tingkat Inflasi tidak mempengaruhi wajib pajak pengusaha hotel dalam melakukan kewajibannya membayar pajak, sehingga Penerimaan pajak Hotel tidak terpengaruh Tingkat Inflasi.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi Pemerintah Kota Bandung

Sebagai bahan pertimbangan agar pengaruh pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi dapat lebih ditingkatkan, maka ada beberapa saran yang penulis sarankan:

a. Melakukan survei pajak secara berkala dan efektif agar semua wajib pajak yang belum memiliki NPWP dapat memilikinya dan dapat membayar kewajibannya dalam membayar pajak. Dengan semakin banyaknya sumber daya manusia akan berpotensi dalam meningkatkan pajak hotel.

b. Lebih gencar melakukan penyuluhan atau seminar – seminar kecil mengenai pentingnya membayar pajak hotel dan tata cara pembayaran pajak hotel.

2. Bagi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung

Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung diharapkan dapat terus mensosialisasikan pajak hotel dari para pengusaha hotel sehingga dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak hotel karena pajak hotel di Kota Bandung sangat berperan penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(22)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 87

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencoba membahas mengenai sektor – sektor pajak daerah lainnya yang berpotensi meningkatkan penerimaan pajak daerah untuk Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung ini.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari dan menggali informasi lebih dalam mengenai penerimaan pajak hotel, serta mencoba mengembangkan penelitian dengan menambah data – data pendukung untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.


(23)

88 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

http://www.bps.go.id diakses September 2013.

Mardiasmo (2011). Perpajakan. Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta.

Sari, Dianan. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Refika Aditama. Bandung.

Sugiyono. (2007). Metodologi Penelitian. Edisi 2007. Grafindo, jakarta.

Sunjoyo, Rony. S, Verani. C, Nonie. M, dan Albert. K. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 16.0). Alfabeta. Bandung.


(24)

Tim Dosen Statistika I (2010). Modul Statistika I. Modul Statistika I, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Waluyo (2011). Perpajakan Indonesia: Buku II. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(1)

Universitas Kristen Maranatha penerimaan pajak hotel di Kota Bandung pada periode tahun 2006 – 2012 sebesar 75.9% sedangkan sisanya sebesar 24.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3. Pengaruh Pertumbuhan Jumlah Hotel, Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Inflasi secara parsial terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung

a. Berdasarkan uji t dengan tingkat kepercyaan 90% (0,90) dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan jumlah hotel secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan sebesar 77,62% terhadap penerimaan pajak hotel, sedangkan sisanya sebesar 22.38% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Faktor-faktor lain seperti jumlah hunian kamar dan tarif rata-rata kamar. Tetapi pertumbuhan jumlah hotel memiliki korelasi yang negatif. Dikarenakan sedikitnya jumlah hotel maka pendapatan hotel tersebut akan meningkat karena sedikitnya pesaing yang ada di Kota Bandung. Jika sedikit pesaing, maka pendapatan hotel akan semakin tinggi dan pajak hotel yang dikeluarkan akan semakin tinggi. b. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi

secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Dalam hal ini bukan berarti Pertumbuhan Ekonomi tidak mempunyai peranan terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung, karena terbukti dari hasil penelitian bahwa Pertumbuhan Ekonomi koefisiennya menunjukkan arah yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal, teknologi dan inovasi, serta sistem sosial dan sikap masyarakat. Faktor-faktor tersebut


(2)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 85

Universitas Kristen Maranatha mempengaruhi penerimaan pajak hotel di Kota Bandung walaupun secara tidak langsung. Dengan adanya kemajuan teknologi dan inovasi yang dapat mengolah sumber daya alam di Kota Bandung akan menarik para investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi dalam pembangunan hotel-hotel baru dan akan menambah penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.

c. Berdasarkan uji t dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat inflasi secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak hotel di Kota Bandung. Dalam hal ini bukan berarti Tingkat Inflasi tidak mempunyai peranan terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung, karena terbukti dari hasil penelitian bahwa Tingkat Inflasi koefisiennya menunjukkan arah yang positif. Artinya setiap ada peningkatan (penurunan) Tingkat inflasi akan diikuti dengan kecenderungan peningkatan (penurunan) pajak hotel kota Bandung. Di Indonesia khususnya, inflasi hanya berpengaruh pada masyarakat golongan kelas bawah dan masyarakat yang berpenghasilan tetap saja yang menagnggung beban inflasi, yaitu dengan turunnya kemampuan mereka dalam membeli barang-barang kebutuhan karena harga-harga naik tidak sejalan dengan kenaikan pendapatan mereka. Sebaliknya, masyarakat golongan atas dapat mengambil tindakan dalam menangani inflasi yaitu dengan memakai aset-aset finansial seperti tabungan dan deposito, sehingga kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan relatif tetap. Namun hasil penelitian bertentangan dengan teori. Pada pengujian hipotesis tidak dapat dibuktikan bahwa tingkat Inflasi mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung secara


(3)

Universitas Kristen Maranatha signifikan. Hal ini dikarenakan pada periode pengamatan, Tingkat Inflasi tidak mempengaruhi wajib pajak pengusaha hotel dalam melakukan kewajibannya membayar pajak, sehingga Penerimaan pajak Hotel tidak terpengaruh Tingkat Inflasi.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi Pemerintah Kota Bandung

Sebagai bahan pertimbangan agar pengaruh pertumbuhan jumlah hotel, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat inflasi dapat lebih ditingkatkan, maka ada beberapa saran yang penulis sarankan:

a. Melakukan survei pajak secara berkala dan efektif agar semua wajib pajak yang belum memiliki NPWP dapat memilikinya dan dapat membayar kewajibannya dalam membayar pajak. Dengan semakin banyaknya sumber daya manusia akan berpotensi dalam meningkatkan pajak hotel.

b. Lebih gencar melakukan penyuluhan atau seminar – seminar kecil mengenai pentingnya membayar pajak hotel dan tata cara pembayaran pajak hotel.

2. Bagi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung

Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung diharapkan dapat terus mensosialisasikan pajak hotel dari para pengusaha hotel sehingga dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak hotel karena pajak hotel di Kota Bandung sangat berperan penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(4)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 87

Universitas Kristen Maranatha 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencoba membahas mengenai sektor – sektor pajak daerah lainnya yang berpotensi meningkatkan penerimaan pajak daerah untuk Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandung ini.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari dan menggali informasi lebih dalam mengenai penerimaan pajak hotel, serta mencoba mengembangkan penelitian dengan menambah data – data pendukung untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak hotel di Kota Bandung.


(5)

88 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

http://www.bps.go.id diakses September 2013.

Mardiasmo (2011). Perpajakan. Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Resmi, Siti. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta.

Sari, Dianan. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Refika Aditama. Bandung.

Sugiyono. (2007). Metodologi Penelitian. Edisi 2007. Grafindo, jakarta.

Sunjoyo, Rony. S, Verani. C, Nonie. M, dan Albert. K. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset (Program IBM SPSS 16.0). Alfabeta. Bandung.


(6)

89 Universitas Kristen Maranatha Tim Dosen Statistika I (2010). Modul Statistika I. Modul Statistika I, Fakultas

Ekonomi Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Waluyo (2011). Perpajakan Indonesia: Buku II. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.