PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

(1)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

Oleh: Wina Trisnawati

1100155

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Oleh Wina Trisnawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wina Trisnawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang – undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Wina Trisnawati NIM. 1100155

Pembimbing I : Dr. Wiendartun, M.Si

Pembimbing II : Drs. David Edison Tarigan, M.Si

Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, UPI

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan merupakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki peningkatan keterampilan proses sains siswa SMA setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam proses pembelajarannya. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah rendahnya keterampilan proses sains siswa yang dibuktikan dari hasil studi pendahuluan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasy experiment, dan desain penelitian ini menggunakan one group pretest-posttest design yang dilakukan selama tiga kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas X MIPA pada salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang diambil melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes keterampilan proses sains yang dilakukan sebelum dan sesudah treatment. Aspek keterampilan proses sains yang diukur dalam tes terdiri dari aspek mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan (menentukan variabel), melakukan percobaan, menerapkan konsep, menginterpretasi data, memprediksi, dan mengomunikasikan. Dari hasil penelitian, diperoleh skor N-gain untuk keterampilan proses sains pada pertemuan pertama adalah 0,46 dengan kategori sedang. Sedangkan, skor N-gain untuk keterampilan proses sains pada pertemuan kedua adalah 0,60 dengan kategori sedang. Dan skor N-gain untuk keterampilan proses sains pada pertemuan ketiga adalah 0,73 dengan kategori tinggi. Skor N-gain tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan.

Kata kunci: Student Teams Achievement Divisions (STAD), keterampilan proses sains.


(5)

Wina Trisnawati, 2015

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

IN IMPROVING STUDENTS' SCIENCE PROCESS SKILL

Wina Trisnawati NIM. 1100155

Pembimbing I : Dr. Wiendartun, M.Si

Pembimbing II : Drs. David Edison Tarigan, M.Si

Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, UPI

ABSTRACT

This research is the application of cooperative learning model type STAD in improving students' science process skill. The purpose of this study is to investigate the improvement of science process skill of high school students after the cooperative learning type Student Teams Achievement Divisions (STAD) has been conducted in the learning process. The background of this study is the low science process skill of the students which has been proven in the previous studies. The method used in this ressearch is quasy experiment method, and the reseach design used in this study is one group pretest-posttest design which has been conducted three times. The sample in this study are 36 students of X MIPA class at one high school in Bandung and are chosen through purposive sampling technique. Data collection techniques in this research is done through science process skill tests which was done before and after treatment. The science process skill aspects that are measured in a test consist of observing, formulating hypotheses, planning experiments (determining variables), experimenting, applying concepts, interpreting data, predicting, and communicating. From the research, it is found that score of N-gain for the first meeting of sience process skills was 0.46 with a medium category. Meanwhile, then N-gain score for science process skill at the second meeting is 0.60 with the medium category. And score of N-gain for science process skill in the third meeting is 0.73 with high category. The N-gain scores show that students’ science process skill before and after the implementation of cooperative learning model type STAD increased.


(6)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………..………...……...…...…. ii

UCAPAN TERIMA KASIH …………..……….…...……...…….… iii

ABSTRAK …………..……….…...……...…….………. iv

DAFTAR ISI ………...………...……...…….. vi

DAFTAR TABEL ………...………...……... viii

DAFTAR GAMBAR ………...…………...………...……...…... xi

DAFTAR LAMPIRAN ………...………...………...……...…...… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………..…………...……….…….…… 1

B. Rumusan Masalah Penelitian …..………..………...……….…….…… 5

C. Tujuan Penelitian …...…………..…….……... 5

D. Manfaat Penelitian ………...……….…... 5

E. Stuktur Organisasi Skripsi ………..…..………..…. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar yang Relevan ………..………….……….…….….... 7

B. Pembelajaran Kooperatif …..………..………...……….…….…... 7

C. Tipe-Tipe Model Pembelajaran Kooperatif……….…..…….……....…. 8

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……….. 15

E. Keterampilan Proses Sains ………...…….…………..…. 19

F. Kaitan Antara Model STAD dan KPS ………...……. 24

G. Penelitian yang Relevan ………... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ………..…………...……….…….……. 29

B. Subjek Penelitian …..……..………..….…….………...……. 30

C. Instrumen Penelitian…...………..…….……....….. 30

D. Prosedur Penelitian ……….…………..……... 35

E. Analisis Data ………..……….………….…………..…. 38

F. Hasil Uji Coba Instrumen …………...……….………….…………..…. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ….…….. 41


(7)

Wina Trisnawati, 2015

B. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa …..….…….…….……. 46

C. Respon Siswa Terhadap Model STAD ………... 64

D. Kaitan Temuan Penelitian dan Penelitian yang Relevan ………... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..…………...……….…….…….. 68

B. Saran ………..……..………..….…….…….….…. 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN LAMPIRAN A. Lampiran A Perangkat Pembelajaran ………..….. 71

B. Lampiran B Judgement dan Uji Coba Instrumen ……….. 132

C. Lampiran C Instrumen Penelitian ………... 173

D. Lampiran D Analisis Hasil Penelitian ………..…. 214


(8)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pembagian siswa dalam kelompok ……..…………...…..…… 17

Tabel 2.2 Pemberian skor individu ……..……….…...…..…...….… 18

Tabel 2.3 Kriteria tahap rekognisi tim …………...………...…...…..…… 19

Tabel 3.1 Desain penelitian …………...……...……...……… 29

Tabel 3.2 Klasifikasi koefisien validitas …………...……....……...…… 32

Tabel 3.3 Klasifikasi nilai koefisien reliabilitas ……...………... 33

Tabel 3.4 Uji indeks kesukaran ……… 34

Tabel 3.5 Uji daya pembeda ………..…………...……….….…………. 35

Tabel 3.6 Gain ternormalisasi …..………..………....…….…….…..…. 38

Tabel 3.7 Keterlaksanaan model …...……..…….……..….. 39

Tabel 3.8 Angket siswa …...……..…….……...….. 40

Tabel 4.1 Rekapitulasi tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 42

Tabel 4.2 Hasil rekapitulasi skor pertemuan pertama ………...….…….. 46

Tabel 4.3 Hasil rekapitulasi skor pertemuan kedua ………...….…….… 47

Tabel 4.4 Hasil rekapitulasi skor pertemuan ketiga ………...………..… 48

Tabel 4.5 Peningkatan hasil pretest dan posttest ……….………...……..… 50

Tabel 4.6 Hasil pretest dan posttest siswa dalam bentuk gain ternormalisasi .. 51

Tabel 4.7 Peningkatan aspek keterampilan proses sains tiap pertemuan ….… 52 Tabel 4.8 Peningkatan aspek mengamati ………...… 54

Tabel 4.9 Peningkatan aspek merumuskan hipotesis………....… 55

Tabel 4.10 Peningkatan aspek merencanakan percobaan………….……...… 56

Tabel 4.11 Peningkatan aspek melakukan percobaan………...… 58

Tabel 4.12 Peningkatan aspek menginterpretasi data………... 59

Tabel 4.13 Peningkatan aspek memprediksi………... 60

Tabel 4.14 Peningkatan aspek menerapkan konsep ………...… 61

Tabel 4.15 Peningkatan aspek mengomunikasikan ……….…. 63


(9)

Wina Trisnawati, 2015

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Alur prosedur penelitian ………..…………...…...…… 37

Gambar 4.1 Diagram hasil rekapitulasi hasil pretest dan posttest ….…...… 50

Gambar 4.2 Diagram peningkatan gain …………...………...…...…..…… 51

Gambar 4.3 Diagram peningkatan gain ternormalisasi …………...……... 51

Gambar 4.4 Diagram peningkatan aspek KPS pertemuan 1 ……...………... 53

Gambar 4.5 Diagram peningkatan aspek KPS pertemuan 2 ……...………... 53

Gambar 4.6 Diagram peningkatan aspek KPS pertemuan 3 ……...………... 53

Gambar 4.7 Diagram peningkatan aspek mengamati …………..…………...… 54

Gambar 4.9 Diagram peningkatan aspek merumuskan hipotesis ………….…. 55

Gambar 4.10 Diagram peningkatan aspek merencanakan percobaan ………... 56

Gambar 4.11 Diagram peningkatan aspek melaksanakan percobaan …………. 58

Gambar 4.12 Diagram peningkatan aspek menginterpretasi data ……….…….. 59

Gambar 4.13 Diagram peningkatan aspek memprediksi ……….… 60

Gambar 4.13 Diagram peningkatan aspek menerapkan konsep …………..…… 62

Gambar 4.15 Diagram peningkatan aspek mengkomunikasikan ……….… 63


(10)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus penelitian ………..………...…... 71

Lampiran 2 RPP penelitian ………..…………...…...………….. 73

Lampiran 3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ………..……...…...…… 124

Lampiran 4 Lembar judgment ………..…………...…...…… 132

Lampiran 5 Analisis hasil ujicoba ………..…………...…...…..… 158

Lampiran 6 Hasil ujicoba ………..…………...…....…… 171

Lampiran 7 Lembar observasi ……….…..…………...…...…… 173

Lampiran 8 Kisi-kisi instrument pertemuan pertama ………...…..…. 188

Lampiran 9 Kisi-kisi instrument pertemuan kedua ………..…….... 196

Lampiran 10 Kisi-kisi instrument pertemuan ketiga ………..……...…. 204

Lampiran 11 Angket siswa ………..………...…. 213

Lampiran 12 Rekapitulasi skor pretest ………... 214

Lampiran 13 Rekapitulasi skor posttest ……….……….. 217

Lampiran 14 Gain ternormalisasi ………... 220

Lampiran 15 Gain ternormalisasi aspek mengamati ………... 223

Lampiran 16 Gain ternormalisasi aspek merumuskan hipotesis ………....…. 224

Lampiran 17 Gain ternormalisasi aspek merencanakan percobaan …………. 225

Lampiran 18 Gain ternormalisasi aspek melaksanakan percobaan ………... 226

Lampiran 19 Gain ternormalisasi aspek menerapkan konsep ………. 227

Lampiran 20 Gain ternormalisasi aspek menginterpretasi data …………... 228

Lampiran 21 Gain ternormalisasi aspek memprediksi ………..…….. 229

Lampiran 22 Gain ternormalisasi aspek mengkomunikasikan .………... 230

Lampiran 23 Lembar skor siswa ………...………..….. 231

Lampiran 24 Rekapitulasi hasil angket siswa ………...…………..….. 234

Lampiran 25 Surat pengantar penelitian ………... 235

Lampiran 26 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ………….…... 236

Lampiran 27 Surat tugas pembimbing ………... 237

Lampiran 28 Surat pernyataan kesedian menjadi penilai instrumen ………... 238

Lampiran 29 Bukti pelaksanaan bimbingan ……….... 240


(11)

(12)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika adalah salah satu ilmu sains yang mempelajari tentang fenomena alam yang didalamnya terdapat berbagai prinsip, hukum, teori, fakta, dan konsep. Pada hakikatnya, fisika itu bukan hanya memperoleh pengetahuan yang berupa berbagai konsep yang ada, namun fisika juga merupakan proses penemuan (Depdiknas, 2003, hlm. 6). Untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan proses penemuan, diperlukan keterampilan-keterampilan dasar yang biasa digunakan oleh para ilmuan, keterampilan-keterampilan dasar itu disebut dengan keterampilan proses sains (Semiawan, 1987, hlm. 17). Keterampilan proses sains meliputi kegiatan mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan (menentukan variabel), melakukan percobaan, menerapkan konsep, menginterpretasi data, memprediksi, dan mengomunikasikan (Ramig, dkk., 1995, hlm. 1).

Dilihat dari berbagai kegiatan yang ada dalam aspek keterampilan proses sains, keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif atau intelektual, keterampilan manual, dan keterampilan sosial. Hal tersebut sejalan dengan kurikulum 2013 yang tercantum dalam Permendikbud nomor 81A tahun 2013 lampiran IV, bahwa proses pembelajaran terdiri dari lima langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Kelima langkah pembelajaran tersebut memadukan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) siswa. Selain itu, keterampilan proses sains lebih menekankan pada pemberian proses pembelajaran secara langsung, dimana siswa terlibat secara aktif dalam mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga keterampilan proses sains membuat proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Hal tersebut sejalan dengan pandangan Semiawan,

dkk (1987, hlm. 18) yang menyebutkan bahwa “Keterampilan proses itu menjadi


(13)

2

Wina Trisnawati, 2015

penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai”. Maka dari itu, keterampilan

proses sains sangat penting diterapkan pada siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 keterampilan proses sains diterapkan dalam tahap pembelajaran melalui 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan). Namun kenyataan di lapangan, tahap pembelajaran 5M kurang terlaksana dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran di kelas, penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah. Siswa hanya terdiam mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dan tidak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika dilakukan kegiatan demonstrasi terhadap materi pembelajaran, siswa terkesan hanya mengamati dan guru lebih banyak memberikan penjelasan-penjelasan.

2. Berdasarkan hasil angket siswa, sebanyak 88% siswa menjawab metode ceramah yang paling sering digunakan guru dalam penyampaian materi dan sebanyak 97% siswa menjawab kurang dari dua kali kegiatan eksperimen fisika dilakukan.

3. Berdasarkan hasil tes keterampilan proses sains, jumlah soal yang mampu dijawab benar oleh 80% siswa adalah 2-4 soal dari 8 soal yang diberikan. 4. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika SMA, metode

pembelajaran yang paling sering digunakan adalah metode ceramah. Hal tersebut dilakukan karena waktu belajar yang tersedia terbatas. Hal itu juga membuat kegiatan eksperimen jarang dilakukan. Selain itu, keterbatasan alat-alat layak pakai yang tersedia dilaboratorium sekolah juga menjadi faktor kurang terlaksananya kegiatan eksperimen sebagai penunjang proses pembelajaran.

Dari hasil studi pendahuluan, dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran masih terpusat pada guru dengan metode ceramah sebagai cara penyampaian materinya. Kegiatan pembelajaran tersebut terkesan hanya proses transfer ilmu dari guru kepada siswa tanpa ada proses timbal balik dari siswa. Selain itu, hasil studi pendahuluan juga menunjukan bahwa siswa hanya mampu menjawab 2-4


(14)

3

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

soal dengan benar dari 8 soal yang diberikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa masih tergolong sangat rendah. Bukti lain dari rendahnya pengembangan keterampilan proses sains adalah jarangnya kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh siswa, padahal kegiatan eksperimen mendorong siswa untuk mengembangkan berbagai aspek keterampilan proses sains. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zaki (2013, hlm. 33) bahwa keterampilan proses sains dilatih ketika siswa terlibat langsung dalam kegiatan eksperimen.

Untuk mengatasi berbagai masalah yang dipaparkan, dibutuhkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Model pembelajaran tersebut dipilih karena model pembelajarannya berorientasi pada teori konstruktivisme. Dipaparkan sebelumnya, bahwa keterampilan proses sains membiasakan siswa untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta serta konsep pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu teori yang memaparkan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada (Isjoni, 2011, hlm. 30). Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa karena keduanya berorientasi pada teori yang sama yaitu teori konstruktivisme.

Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena mempertimbangkan hasil studi pendahuluan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, sebanyak 82% siswa lebih suka belajar kelompok dibandingkan belajar sendiri dan sebanyak 66% siswa lebih senang bertanya tentang materi pelajaran kepada teman sebayanya dibandingkan bertanya kepada guru. Hasil wawancara dengan salah satu guru juga menyebutkan bahwa dalam proses penyampaian materi, penjelasan dari teman sebaya lebih dimengerti dan lebih diingat oleh siswa karena interaksi dan gaya penyampaian antar siswa itu lebih dipahami satu sama lain. Menurut Slavin (dalam Levinson, dkk., 2002, hlm. 115), pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan teknik pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam


(15)

4

Wina Trisnawati, 2015

memahami konsep pembelajaran dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pembelajaran kooperatif juga membuat siswa beserta kelompoknya mencapai tujuan pembelajaran yang sama dengan cara saling membimbing satu sama lain.

Menurut Slavin (dalam Mastiawan, 2014), model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain, yaitu membuat siswa terbiasa untuk saling membimbing teman sekelompoknya, mempermudah siswa untuk memahami materi dengan cara berinteraksi dengan teman sebayanya dan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa untuk turut serta berkontribusi mensukseskan kelompoknya melalui tes yang harus diisi siswa secara individu setelah kegiatan berkelompok. Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran STAD memiliki kelemahan yaitu memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaannya dan kemampuan khusus guru dalam mengatur kelompok serta tahapan pembelajaran kooperatif (Aka, 2012).

Berdasarkan penelitian Zaki (2013), penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada aspek merancang percobaan, melakukan percobaan, mengamati, menginterpretasi data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan serta dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada aspek kerjasama, tanggung jawab, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat, dan pendengar yang baik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun sebuah penelitian tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada aspek yang berbeda. Aspek keterampilan proses sains yang diukur mengacu pada aspek keterampilan proses sains menurut Ramig, dkk. (1995, hlm. 1), yaitu aspek mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan (menentukan variabel), melakukan percobaan, menerapkan konsep, menginterpretasi data, memprediksi, dan mengomunikasikan. Judul penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dalam


(16)

5

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan keterampilan proses siswa setelah

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD)?”

Rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD)?

2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran fisika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD)?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD).

2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD).

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dari segi praktik, memberikan model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.


(17)

6

Wina Trisnawati, 2015

2. Dari segi isu, memberikan informasi mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV temuan dan pembahasan, serta bab V simpulan, implikasi, dan saran. Bab I berisi gambaran umum mengenai penelitian yang dilaksanakan. Bagian ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta stuktur organisasi skripsi. Bab II berisi konteks yang jelas terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian, yaitu kajian mengenai teori belajar yang relevan, model pembelajaran kooperatif, tipe-tipe model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, keterampilan proses sains, kaitan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan keterampilan proses sains, serta penelitian terdahulu yang relevan. Bab III memaparkan metode penelitian, desain penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data hasil uji coba. Bab IV berisi temuan beserta pembahasannya berdasarkan hasil pengolahan data serta analisis data. Bab V memaparkan kesimpulan, implikasi, dan saran. Dan bagian terakhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang berkaitan dengan isi laporan.


(18)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimental design, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap varibel lainnya tanpa adanya kontrol. Metode ini digunakan karena keterbatasan peneliti untuk mengontrol semua variabel yang berpengaruh terhadap penelitian.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one grup pretest and posttest design. Dalam penelitian ini hanya digunakan kelas eksperimen saja tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol). Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pretest sebelum diberikan treatment dan melakukan posttest setelah diberikan treatment. Treatment yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan, tiap pertemuan berlangsung selama 120 menit (3x40 menit). Dalam tiap pertemuan dilakukan pretest dan posttest, hal tersebut dilakukan untuk menghindari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Desain one grup pretest and posttest digambarkan pada Tabel 3.1.

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Dengan:

O1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan treatment

X : treatment

O2 : tes akhir (posttest) sesudah treatment


(19)

30

Wina Trisnawati, 2015 B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas X MIPA yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan pada salah satu SMA Negeri di Kota Bandung.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes keterampilan proses sains, lembar observasi, dan angket siswa.

1. Instrumen tes keterampilan proses sains

Dalam penelitian ini digunakan instrumen tes sebagai alat ukur keterampilan proses sains siswa. Tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda (PG) yang terdiri dari 24 soal yang dapat mengukur berbagai aspek keterampilan proses sains siswa yaitu aspek mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan (menentukan variabel), melakukan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, memprediksi, dan mengomunikasikan.

Berdasarkan desain penelitian, tes ini diberikan sebelum adanya treatment (pretest) dan setelah adanya treatment (posttest) pada tiap pertemuannya. Setiap pertemuan terdiri dari 8 soal yang tiap satu soalnya mewakili satu aspek keterampilan proses sains. Bobot nilai terhadap setiap butir soal adalah poin 1 untuk jawaban benar dan poin 0 untuk jawaban yang salah.

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan, yaitu penyajian kelas, kerja tim, tes atau kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim. Penyajian kelas adalah tahap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD dimana guru memberikan apersepsi dan konsepsi awal berupa fenomena kepada siswa untuk menggali pengetahuannya. Dalam penelitian ini, sebelum kegiatan penyajian kelas telah dilakukan pretest terlebih dahulu.


(20)

31

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap kedua adalah kerja tim. Dalam tahap ini, siswa dibagi menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari beberapa siswa dengan tingkat pengetahuan dan jenis kelamin yang berbeda. Diharapkan pada tahap ini siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda dapat bekerja sama dalam melakukan eksperimen ataupun berdiskusi. Kegiatan ini dilengkapi lembar kegiatan siswa (LKS) yang diharapkan mampu memudahkan siswa untuk memahami materi yang sedang dibahas. Setelah kegiatan eksperimen dan diskusi selesai, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas sedangkan kelompok lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang tampil. Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi berupa penguatan materi yang sedang dibahas.

Tahap selanjutnya adalah tes atau kuis. Tes atau kuis ini dilakukan secara individu, nilai yang dihasilkan oleh setiap individu akan menentukan keberhasilan kelompoknya. Hasil dari tes tersebut kemudian diperiksa, cara memeriksa hasil tes siswa adalah dengan menukar hasil jawaban masing-masing siswa kepada siswa yang lain. Setelah hasil tes diperiksa, skor masing-masing individu disetorkan kepada guru dan guru menghitung skor setiap kelompok. Kelompok dengan poin yang tinggi mendapat predikat sebagai kelompok super. Tahapan-tahapan tersebut disebut dengan skor kemajuan individu dan rekognisi tim. Berbagai langkah pembelajaran tersebut diobservasi oleh observer.

3. Angket siswa

Angket ini digunakan untuk melihat respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Alternatif jawaban yang tersedia pada angket dibuat berdasarkan skala Likert yang terdiri dari jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pada skala Likert, jawaban sangat setuju (SS) dibuat skor 4, setuju (S) dibuat skor 3, tidak setuju (TS) dibuat skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) dibuat skor 1 (Sugiyono, 2013, hlm. 139).


(21)

32

Wina Trisnawati, 2015

………….… (3.1)

Sebelum instrumen tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen itu harus diuji cobakan terlebih dahulu. Berikut adalah analisis-analisis yang digunakan untuk mengetahui kelayakan instrumen.

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui instrumen yang digunakan telah absah atau sahih, sehingga instrumen tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah uji validasi korelasi biserial. Menurut Arikunto (2013, hlm. 93) rumus korelasi biserial ditunjukan pada persamaan 3.1.

√ Dengan:

= koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

= rerata skor total

= standar deviasi dari skor total proporsi = proporsi siswa yang menjawab benar = proporsi siswa yang menjawab salah

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan kedalam klasifikasi koefisien validitas pada Tabel 3.2.

Koefisien validitas Interpretasi 0,80   1,00 validitas sangat tinggi 0,60  < 0,80 validitas tinggi

0,40  < 0,60 validitas sedang 0,20  < 0,40 validitas rendah 0,00  < 0,20 validitas sangat rendah

Tabel 3.2. Klasifikasi koefisien validitas


(22)

33

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

………….… (3.2)

………….… (3.3) 2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, apakah suatu tes itu dapat dipercaya dan relatif tidak berubah. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reabilitas K-R. 20. Menurut Arikunto (2013, hlm. 115) rumus K-R. 20 ditunjukkan oleh persamaan 3.2.

Dengan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

Selanjutnya reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan kedalam klasifikasi koefisien reliabilitas pada Tabel 3.3.

Reliabilitas Interpretasi 0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,70 ≤ r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi 0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas sedang 0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

(Arikunto, 2013, hlm. 89)

3. Uji tingkat kesukaran

Uji tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui apakah soal yang digunakan termasuk dalam kategori soal mudah atau sukar. Menurut Arikunto (2013, hlm. 223) uji tingkat kesukaran bentuk tes pilihan ganda ditunjukan oleh persamaan 3.3.


(23)

34

Wina Trisnawati, 2015

………….… (3.4)

Dengan:

= indeks kesukaran

= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar = jumlah seluruh siswa peserta tes

Selanjutnya, indeks kesukaran yang diperoleh dari perhitungan diinterprestasikan pada kriteria dalam Tabel 3.4.

Indeks tingkat kesukaran Kriteria 0,00 – 0,30 Soal sukar 0,31 – 0,70 Soal sedang

0,71 – 1,00 Soal mudah

(Arikunto, 2013, hlm. 225)

4. Uji daya pembeda

Uji daya pembeda digunakan untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Menurut Arikunto (2013, hlm. 228) untuk menentukan daya pembeda soal digunakan persamaan 3.4.

Dengan:

= jumlah peserta tes

= banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar


(24)

35

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5.

Nilai daya pembeda Interpretasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2013, hlm. 232)

D. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dalam beberapa pertemuan pada kelas yang sama, namun dengan materi yang berbeda. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan; b. Menentukan rumusan masalah; c. Melakukan studi pustaka; d. Menyusun proposal penelitian;

e. Melaksanakan seminar proposal penelitian;

f. Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar. g. Menyusun instrumen penelitian;

h. Menguji instrumen penelitian;

i. Berkonsultasi dan merevisi instrumen penelitian; j. Mengurus administrasi dan perijinan penelitian;

k. Berkoordinasi dengan observer untuk pelaksanaan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pretest;

b. Melakukan pembelajaran menggunakan treatment; Tabel 3.5. Uji daya pembeda


(25)

36

Wina Trisnawati, 2015

c. Melakukan posttest; 3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengolah dan menganalisis data hasil tes tertulis; b. Mengolah dan menganalisis data hasil lembar observasi; c. Berkonsultasi kepada dosen pembimbing;

d. Menarik simpulan. 4. Tahap Akhir

a. Melaporkan hasil penelitian; b. Merevisi laporan hasil penelitian.


(26)

37

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alur pelaksanaan tahapan-tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Posttest

Pengolahan hasil pretest dan posttest

Pembahasan

Kesimpulan

Penyusunan instrumen penelitian

Judgment instrumen

Uji coba instrumen

Perlakuan Pretest

Studi literatur Telaah Studi pendahuluan

Masalah

Gambar 3.1 Alur prosedur penelitian


(27)

38

Wina Trisnawati, 2015

………… (3.5) E. Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan data

Sebelum melakukan analisis data, dilakukan terlebih dahulu pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Selain itu, terdapat pula lembar observasi untuk mengukur keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD) dalam kegiatan pembelajaran. Pengisian lembar observasi dilaksanakan dengan bantuan beberapa observer. Dan pengisian angket siswa dilakukan pada pertemuan terakhir penelitian ini. 2. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil tes keterampilan keterampilan proses sains, lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan angket siswa. Adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Menghitung peningkatan keterampilan proses siswa

Untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains siswa, peneliti menganalisis selisih hasil pretest dan posttest. Peningkatan keterampilan proses sains juga dilihat dari peningkatan setiap aspeknya. Untuk melihat kategori dari peningkatan itu sendiri, dilakukan penghitungan gain ternormalisasi menggunakan persamaan 3.5 (Hake, 1999, hlm. 1).

Kategori

Tinggi

Sedang


(28)

39

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

……… (3.6)

……… (3.7)

Kategori

Rendah

(Hake, 1999, hlm. 1) b. Analisis data hasil lembar observasi

Lembar observasi dibuat untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk melihat apakah kegiatan tersebut terlaksana atau tidaknya, observer mengamati jalannya pembelajaran dan kemudian menceklisnya pada lembar observer. Jika kegiatan terlaksana, maka observer menceklis pada

kolom “ya”, sedangkan jika tidak terlaksana observer menceklis kolom

“tidak”. Skor untuk jawaban “ya” adalah satu, sedangkan skor untuk

jawaban “tidak” adalah nol. Data lembar observasi dihitung

presentasenya dengan menggunakan persamaan 3.6.

Selanjutnya presentase jawaban yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.7.

Presentase rata-rata ( ) Kriteria 0,00 – 20,00 Sangat kurang

21,00 – 40,00 Kurang

41,00 – 60,00 Sedang

61,00 – 80,00 Baik

81,00 – 100,00 Sangat baik (Riduwan, 2012, hlm. 15) c. Analisis angket siswa

Menurut Riduwan (2013, hlm.15), untuk menghitung data yang diperoleh dari angket siswa, maka digunakan persamaan 3.7.


(29)

40

Wina Trisnawati, 2015

Selanjutnya presentase jawaban yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.8.

Presentase rata-rata ( ) Kategori 0,00 – 20,00 Sangat lemah

21,00 – 40,00 Lemah

41,00 – 60,00 Sedang

61,00 – 80,00 Kuat

81,00 – 100,00 Sangat kuat (Riduwan, 2012, hlm. 15)

F. Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut di lakukan uji coba terlebih dahulu untuk mendapatkan instrumen yang baik. Menurut Arikunto (2013), instrumen yang baik adalah instrumen yang memiliki:

1. Nilai validitas dari 0,4 - 1,0 dengan kategori cukup sampai sangat tinggi. 2. Nilai reliabilitas dari 0,4 - 1,0 dengan kategori cukup sampai sangat tinggi. 3. Nilai tingkat kesukaran dari 0,3 - 0,7 dengan kategori sedang

4. Nilai daya pembeda dari 0,2 - 1,0 dengan kategori cukup sampai baik sekali.

Setelah instrumen dilakukan uji coba, diperoleh nilai validitas terbesar adalah 0,8 dan nilai validitas terkecil adalah 0,0; nilai reliabilitas adalah 0,86; nilai tingkat kesukaran terbesar adalah 1 dan nilai tingkat kesukaran terkecil adalah 0,2; nilai daya pembeda terbesar adalah 0,7 dan nilai daya pembeda terkecil adalah 0,0. Dari 51 soal yang terdiri dari aspek mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menerapkan konsep, menginterpretasi data, memprediksi, dan mengomunikasikan, hanya 24 soal yang digunakan. Dua puluh soal tersebut dipilih dari soal yang memiliki nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran yang sesuai. Soal yang


(30)

41

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam pelaksanaan penelitian pada pertemuan pertama adalah soal no 2, 4, 7, 8, 10, 12, 14, dan 17. Pada pertemuan kedua adalah soal no 19, 23, 25, 27, 18, 31, 33, dan 35. Pada pertemuan ketiga adalah soal no 37, 40, 41, 43, 44, 45, 47, dan 51.


(31)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keterampilan proses sains dalam kategori sedang pada pertemuan pertama, kategori sedang pada pertemuan kedua, dan kategori tinggi pada pertemuan ketiga.

Sedangkan kesimpulan secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains setelah diterapkan

model pembelajaran STAD yaitu:

Pertemuan 1: Mengamati (sedang); merumuskan hipotesis (rendah); merencanakan percobaan (tinggi); melaksanakan percobaan (sedang); menginterpretasi data (sedang); menerapkan konsep (rendah); memprediksi (rendah); dan mengomunikasikan (tinggi).

Pertemuan 2: Mengamati (sedang); merumuskan hipotesis (sedang); merencanakan percobaan (tinggi); melaksanakan percobaan (tinggi); menginterpretasi data (tinggi); menerapkan konsep (rendah); memprediksi (rendah); dan mengomunikasikan (tinggi).

Pertemuan 3: Mengamati (tinggi); merumuskan hipotesis (sedang); merencanakan percobaan (tinggi); melaksanakan percobaan (tinggi); menginterpretasi data (tinggi); menerapkan konsep (sedang); memprediksi (sedang); dan mengomunikasikan (tinggi).

2. Respon siswa terhadap model pembelajaran STAD menujukan respon positif dengan kategori sangat kuat pada setiap pernyataannya.

B.Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran diantaranya:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model dalam meningkatkan keterampilan proses sains.


(32)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 69

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik diterapkan dalam materi yang lebih banyak memaparkan konsep.


(33)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S & Supriyono. (2014). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student teams achievement divisions) yang berorientasi pada kurikulum 2013 untuk materi gerak melingkar beraturan di kelas X SMA Negeri 3 Tuban. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), II (3), hlm. 74-78. Aka, K. A. (2012). Kelebihan dan kelemahan model STAD (Student Teams

Achievement Divisions). Diakses dari:

http://belajarpendidikanku.blogspot.com/2012/11/kelebihan-dan-kelemahan-model-stad.html.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bilgin, I. (2006). The effect of hand-on activities incorporating a cooperative learning approach on eight grade student’s science process skills and atitudes toward science. Turkey: Journal of Baltic Science Education, I (9), hlm. 27-37.

Depdiknas. (2003). Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian. Jakarta.

Hake, R. R. (1999). Analyzing change/gain scores. Amerika: American Education

Research Association’s Division.

Huda, M. (2012). Cooperative learning (Metode, teknik, struktur, dan model Penerapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. (2011). Cooperative learning (Efektivitas pembelajaran kelompok). Bandung: Alfabeta.

Levinson, D., Cookson, P. W., & Sadovnik, A. R. (2002). Education and sociology: An encyclopedia. Routledge Falmer.

Lie, A. (2008). Cooperative learning. Jakarta: PT. Grasindo.

Mastiawan, P. (2014). Student teams achievement divisions (STAD). Diakses dari:


(34)

70

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ostlund, K. L. (1992). Science process skills. America: Addison-Wesley Publishing Company.

Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah no. 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. Jakarta.

Ramig, J. E., Bailer, J., & Ramsey, J. M. (1995). Teaching science process skills. America: Good Apple.

Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rustaman, N. Y. (2014). Pengembangan butir soal keterampilan proses sains. Diakses dari: https://www.scribd.com/doc/173557038/Pengembangan-Butir-Soal-Keterampilan-Proses-Sains-Nuryani-Rustaman.

Semiawan, C. dkk. (1987). Pendekatan keterampilan proses. Jakarta: Gramedia. Slavin, R. (2005). Cooperative learning (Theory, research, and practice)

terjemahan. Dalam Yusron, N (Penerjemah) & Zubaedi (Penyunting). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Syamsudin, A. (2012). Penilaian keterampilan proses. Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SY AMSUDIN/BPF/KETERAMPILAN_PROSES_SAINS_%5BCompatibility _Mode%5D.pdf.

Temiz, B., Tasar, M., & Tan, M. (2006). Development and validation of a multiple format test of science process skills. Turki: International Education Jurnal.

Zaki, K. V. (2013). Peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan sosial siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement divisions berbasis eksperimen. Unnes Physic Education Journal, II (2), hlm 32-40.


(1)

40

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya presentase jawaban yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.8.

Presentase rata-rata ( ) Kategori 0,00 – 20,00 Sangat lemah

21,00 – 40,00 Lemah

41,00 – 60,00 Sedang

61,00 – 80,00 Kuat

81,00 – 100,00 Sangat kuat (Riduwan, 2012, hlm. 15)

F. Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut di lakukan uji coba terlebih dahulu untuk mendapatkan instrumen yang baik. Menurut Arikunto (2013), instrumen yang baik adalah instrumen yang memiliki:

1. Nilai validitas dari 0,4 - 1,0 dengan kategori cukup sampai sangat tinggi. 2. Nilai reliabilitas dari 0,4 - 1,0 dengan kategori cukup sampai sangat tinggi. 3. Nilai tingkat kesukaran dari 0,3 - 0,7 dengan kategori sedang

4. Nilai daya pembeda dari 0,2 - 1,0 dengan kategori cukup sampai baik sekali.

Setelah instrumen dilakukan uji coba, diperoleh nilai validitas terbesar adalah 0,8 dan nilai validitas terkecil adalah 0,0; nilai reliabilitas adalah 0,86; nilai tingkat kesukaran terbesar adalah 1 dan nilai tingkat kesukaran terkecil adalah 0,2; nilai daya pembeda terbesar adalah 0,7 dan nilai daya pembeda terkecil adalah 0,0. Dari 51 soal yang terdiri dari aspek mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, menerapkan konsep, menginterpretasi data, memprediksi, dan mengomunikasikan, hanya 24 soal yang digunakan. Dua puluh soal tersebut dipilih dari soal yang memiliki nilai validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran yang sesuai. Soal yang


(2)

41

digunakan dalam pelaksanaan penelitian pada pertemuan pertama adalah soal no 2, 4, 7, 8, 10, 12, 14, dan 17. Pada pertemuan kedua adalah soal no 19, 23, 25, 27, 18, 31, 33, dan 35. Pada pertemuan ketiga adalah soal no 37, 40, 41, 43, 44, 45, 47, dan 51.


(3)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

68 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keterampilan proses sains dalam kategori sedang pada pertemuan pertama, kategori sedang pada pertemuan kedua, dan kategori tinggi pada pertemuan ketiga.

Sedangkan kesimpulan secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains setelah diterapkan

model pembelajaran STAD yaitu:

Pertemuan 1: Mengamati (sedang); merumuskan hipotesis (rendah);

merencanakan percobaan (tinggi); melaksanakan percobaan (sedang); menginterpretasi data (sedang); menerapkan konsep (rendah); memprediksi (rendah); dan mengomunikasikan (tinggi).

Pertemuan 2: Mengamati (sedang); merumuskan hipotesis (sedang);

merencanakan percobaan (tinggi); melaksanakan percobaan (tinggi); menginterpretasi data (tinggi); menerapkan konsep (rendah); memprediksi (rendah); dan mengomunikasikan (tinggi).

Pertemuan 3: Mengamati (tinggi); merumuskan hipotesis (sedang);

merencanakan percobaan (tinggi); melaksanakan percobaan (tinggi); menginterpretasi data (tinggi); menerapkan konsep (sedang); memprediksi (sedang); dan mengomunikasikan (tinggi).

2. Respon siswa terhadap model pembelajaran STAD menujukan respon positif dengan kategori sangat kuat pada setiap pernyataannya.

B.Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran diantaranya:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model dalam meningkatkan keterampilan proses sains.


(4)

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik diterapkan dalam materi yang lebih banyak memaparkan konsep.


(5)

Wina Trisnawati, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

69

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S & Supriyono. (2014). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student teams achievement divisions) yang berorientasi pada kurikulum 2013 untuk materi gerak melingkar beraturan di kelas X SMA Negeri 3 Tuban. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), II (3), hlm. 74-78.

Aka, K. A. (2012). Kelebihan dan kelemahan model STAD (Student Teams

Achievement Divisions). Diakses dari:

http://belajarpendidikanku.blogspot.com/2012/11/kelebihan-dan-kelemahan-model-stad.html.

Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Bilgin, I. (2006). The effect of hand-on activities incorporating a cooperative learning approach on eight grade student’s science process skills and atitudes toward science. Turkey: Journal of Baltic Science Education, I (9),

hlm. 27-37.

Depdiknas. (2003). Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian. Jakarta.

Hake, R. R. (1999). Analyzing change/gain scores. Amerika: American Education

Research Association’s Division.

Huda, M. (2012). Cooperative learning (Metode, teknik, struktur, dan model

Penerapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. (2011). Cooperative learning (Efektivitas pembelajaran kelompok). Bandung: Alfabeta.

Levinson, D., Cookson, P. W., & Sadovnik, A. R. (2002). Education and

sociology: An encyclopedia. Routledge Falmer.

Lie, A. (2008). Cooperative learning. Jakarta: PT. Grasindo.

Mastiawan, P. (2014). Student teams achievement divisions (STAD). Diakses dari:


(6)

70

Ostlund, K. L. (1992). Science process skills. America: Addison-Wesley Publishing Company.

Pemerintah Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah no. 81A tahun

2013 tentang implementasi kurikulum. Jakarta.

Ramig, J. E., Bailer, J., & Ramsey, J. M. (1995). Teaching science process skills. America: Good Apple.

Riduwan. (2012). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rustaman, N. Y. (2014). Pengembangan butir soal keterampilan proses sains. Diakses dari: https://www.scribd.com/doc/173557038/Pengembangan-Butir-Soal-Keterampilan-Proses-Sains-Nuryani-Rustaman.

Semiawan, C. dkk. (1987). Pendekatan keterampilan proses. Jakarta: Gramedia. Slavin, R. (2005). Cooperative learning (Theory, research, and practice)

terjemahan. Dalam Yusron, N (Penerjemah) & Zubaedi (Penyunting).

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Syamsudin, A. (2012). Penilaian keterampilan proses. Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SY AMSUDIN/BPF/KETERAMPILAN_PROSES_SAINS_%5BCompatibility _Mode%5D.pdf.

Temiz, B., Tasar, M., & Tan, M. (2006). Development and validation of a

multiple format test of science process skills. Turki: International Education

Jurnal.

Zaki, K. V. (2013). Peningkatan keterampilan proses sains dan keterampilan sosial siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe student teams

achievement divisions berbasis eksperimen. Unnes Physic Education


Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (Group Investigation) DAN STAD (Student Teams Achievement Divisions) DENGAN METODE EKSPERIMEN

3 30 78

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBASIS EKSPERIMEN

0 3 175

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA.

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA - repository UPI S FIS 1100155 Title

0 0 3