Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

(1)

PADA MATA PELAJARAN FIQIH

(Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di MTs. Jam’yyatul Khair Ciputat Timur)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SUPRAPTI

1110011000054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

LEMBAR

PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

S T UD E NT TEAMS ACHIE VE MENT D I VIS I ON

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN FIQIH

(Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di MTs. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas tlmu Tarbiyah Dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Suprapti hl-IM: 1110011000054

Menyetujui, Pembimbing

Tanenii, MA

NIP: 19720712 199803 1 004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAI{ KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Skripsi berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)" yang disusun oleh Suprapti. NIM: 1110011000054. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. universitas lslam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinayatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakutlas.

Jakarta, November 2014

Yang mengesahkan, Pembimbing,

Tanenii, MA


(4)

LEMBAR PENGESAHAI\

Skripsi berjudul "Penerapan

Model

Pembelajaran Kooperatif Student Teams

Achievement Division dalam Meningkatkan

Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran

Fiqih

(Penelitian Tindakan Kelas

VIII-3

di MTs.

Jam'iyyatul Khair

Ciputat Timur)'n disusun oleh SUPRAPTI Nomor Induk Mahasiswa 1110011000054, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan GITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada

tanggal

12

Januafi 2015

di hadapan

dewan penguji. Karena

itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S. Pd. D dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Iakarta, 1 3 Januari 20 1 5

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) (Dr. H. Abdul Majid Klon, M.Ag

Tanggal

NIP. 19580707 198703 1 005 Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Prodi) (Marhamah Saleh, Lc. MA)

NrP. 19720313 20081

2

0t0

Penguji I

Dr. Zaimudin, M. Ag

t

t,tzox

It

tz/r

/t

,5/,s

NIP. 19s90705

199n3

|

002

Penguji

II

Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag

M

NrP. 1954101s 197902

1

00r


(5)

ll. lr. H. Juando No 95 Ciputot 75412 lndonesia Hal t/L SURAT PERNYATAAN KARYA

ILMIAII

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SUPRAPTI

TempaVTgl.

Lahir

: Tegal, 02 Februari 1992

NIM

Jurusar/ Prodi

Nama Pembimbing I NIP.

: 111001 1000054

: Pendidikan Agama Islam/ Sl

: Tanenji, MA

.19720712 199803 1 004

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUIII\IYA

Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas

Wtr-3 di

MTs. Jam'iyyatul Khair Ciputat

Timur)

adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Demikian surat pernyataan

ini saya

buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 14 Januari 20 1 5

Yang Menyatakan, rtrEL

F66ADF19001 @,@

RISU RUPIAH


(6)

i ABSTRAK

Suprapti (1110011000054), “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division Terhadap Hasil Belajar Fiqih Siswa (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur)”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division terhadap hasil belajar fiqih siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur pada bulan Oktober-November 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, evaluasi, dan refleksi. Siklus satu dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada bahan kajian pengertian zakat. Siklus kedua dilakukan dua kali pertemuan pada kajian macam-macam zakat.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan pos-ttest, jurnal siswa sebagai respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan model kooperatif Student Teams Achievement Division, wawancara, dan lembar observasi.

Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu penelitian ini telah mencapai kriteria keberhasilan, ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata post-test siswa pada siklus kedua sebesar 84,03 dari 78,26 pada siklus satu. Dan nilai rata-rata pre-test

siswa pada siklus kedua 64,61 dari siklus satu sebesar 55,96.

Penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division, dapat meningkatkan hasil belajar fiqih siswa.

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division, Hasil Belajar Fiqih Siswa.


(7)

ii

Student Teams Achievement Divisio to Student Result of The Fiqih Study (Classroom Action Research VIII-3 at MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur)”. Skripsi, Departement of Islamic Regional Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. This research aims to improve result model of cooperative learning Student Teams Achievement Division for student result to fiqih study. This research was carried out in MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur in October-November 2014. The method used is the research action class (Classroom Action Research) that counsist from two cycle, and every cycle to be four activity is planning, acting, observing, and reflecting. One cycle is done as a second-time meeting on the study of the meaning zakat. Two-cycle is done as a second-time meeting on the study of the identification of the argumentation.

Instruments used in this research is the pretest and postest, journal of students as a student response to the learning process with a method of cooperative Student Teams Achievement Division,interview, and the observation sheet.

In this research the results obtained have reached the success critetion, which is indicated by as increase of in the average value post-test the student on both cycle 84,03 the 1st which range from 78,26 in cycle become. And everage value pretest student on both cycle 64,61 the 1 st which range from 55,96 from one cycle.

This research proved that cooperative learning Student Teams Achievement Division, gave a ascend for student result to fiqih study.

Keywords: Cooperative Learning Student Teams Achievement Division, The Student Result of Fiqih Study.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirobbil‟aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam. Penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa‟i MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Tanenji, MA., Selaku dosen pembimbing yang telah memberi

masukan, ilmu, semangat, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Seluruh staf dan dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

6. Ibu Saenih, S.Ag, Kepala Madrasah sekaligus sebagai Guru Fiqih MTs Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur, yang telah memberikan arahan dan izin untuk penulis melakukan penelitian.

7. Teristimewa Ayahanda Tamin dan Ibunda Korilah, orang tua yang tidak henti-hentinya memberikan do‟a, melimpahkan kasih sayang, perhatian, dan memberikan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.


(9)

iv

tua keduaku, mbah putri satu-satunya Ibu Sarimah, serta seluruh keluarga besar Ibu Hj. Musdzalifah yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

10. Sahabat Sadulur Jawa, Alis Arsita, Endang Yuniasih, Septia Rahayu, Siti Maesaroh, Uni Fadhilah, dan Yuli Khusnia, yang selalu memberikan semangat serta tempat berkeluh kesah.

11. Temen-temen PAI kelas B dan kelas Fiqih angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan pengalaman yang berharga kepada penulis tentang arti sebuah kebersamaan, kekeluargaan, kerja sama, dan kekompakkan. I miss you forever all.

12. Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) PAI dan IMT (Ikatan Mahasiswa Tegal), FK2i (Forum Komunikasi Kajian Mahasiswa PAI) yang telah mengajarkan dan memberikan pengalaman penulis dalam berorganisasi serta memberikan semangat penulis dalam menyusun skripsi.

13. Adik-adik MTs Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhir kata, harapan penulis sebagai penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasisa Juruusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, November 2014 Penulis


(10)

v DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pengertian Penerapan ... 13

B. Macam-macam Istilah dalam Pembelajaran ... 13

C. Pengertian Student Teams Achievement Division ... 15

D. Langkah-langkah Student Teams Achievement Division ...18

E. Kelebihan Student Teams Achievement Division ... 18

F. Kekurangan Student Teams Achievement Division ... 19

G. Hasil Belajar ... 19

1. Pengertian Hasil ... 19


(11)

vi

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24

H. Penelitian Tindakan Kelas ... 25

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 25

2. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 27

3. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ... 28

4. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 28

I. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 29

J. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Sumber Data dari Penelitian Kualitatif ... 41

a. Pengertian Obeservasi ... 41

b. Pengertian Wawancara ... 41

c. Pengertian Dokumentasi ... 42

2. Sumber Data dari Penelitian Kuantitatif ... 42

a. Pre-test dan post-test ... 42

G. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ... 44

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 45

3. Taraf Kesukaran ... 46

4. Daya Pembeda ... 47

5. Teknik Analisi Data ... 47


(12)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Validitas ... 49

2. Reliabilitas ... 50

3. Taraf Kesukaran ... 50

4. Daya Pembeda ... 51

B. Analisi Data Hasil Belajar ... 52

C. Analisis Data ... 60

1. Uji Normalitas Data ... 60

a. Uji normalitas pre-test ... 60

b. Uji normalitas post-test ... 61

2. Uji Homogenitas Data ... 62

a. Uji Homogenitas pre-test ... 60

b. Uji Homogenitas post-test ... 61

3. Pengujian Hipotesis ... 63

D. Interpretasi Hasil Belajar ... 64

1. Tindakan siklus I ... 64

a. Tahap perencanaan ... 65

b. Tahap pelaksanaan ... 65

c. Tahap observasi ... 66

d. Tahap refleksi ... 67

2. Tindakan siklus II ... 67

a. Tahap perencanaan ... 67

b. Tahap pelaksanaan ... 68

c. Tahap observasi ... 69

d. Tahap refleksi ... 69

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(13)

viii Tabel 3.1 Prosedur kegiatan prapenelitian Tabel 3.2 Tahap intervensi tindakan siklus I Tabel 3.3 Tahap intervensi tindakan siklus II Tabel 3.4 Kriteria reliabilitas soal

Tabel 4.1 Klasifikasi tingkat taraf kesukaran butir soal Tabel 4.2 Klasifikasi tingkat daya pembeda

Tabel 4.3 Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II Tabel 4.4 Nilai N-Gain pada siklus I

Tabel 4.5 Nilai N-Gain pada siklus II Tabel 4.6 Data Statistik Siklus I Tabel 4.7 Data Statistik Siklus II

Tabel 4.8 Hasil uji normalitas data pre-test siklus I dan siklus II Tabel 4.9 Hasil uji normalitas data post-test siklus I dan siklus II Tabel 4.10 Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II

Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas pre-test Tabel 4.12 Hasil uji homogenitas post-test


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus kegiatan PTK Gambar 3.2 Alur penelitian tindakan


(15)

x Lampiran 2 Lembar uji referensi

Lampiran 3 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari sekolah Lampiran 5 Soal uji validitas

Lampiran 6 Kunci jawaban uji validitas soal

Lampiran 7 Daya pembeda hasil perhitungan uji annates soal Lampiran 8 Reliabilitas tes hasil perhitungan uji annates soal

Lampiran 9 Kelompok Unggul dan Asor hasil perhitungan uji annates soal Lampiran 10 Tingkat kesukaran soal hasil perhitungan uji annates soal

Lampiran 11 Korelasi skor butir dan skor total hasil perhitungan uji annates soal Lampiran 12 Kualitas pengecoh hasil perhitungan uji annates soal

Lampiran 13 Rekap analisis butir hasil perhitungan uji annates soal Lampiran 14 Data mentah hasil perhitungan uji annates soal

Lampiran 15 Lembar wawancara guru Lampiran 16 Lembar wawancara siswa Lampiran 17 Lembar observasi guru

Lampiran 18 Lembar rekapitulasi siswa MTs. Jam‟iyyatul Khair tahun 2014/2015 Lampiran 19 Profil MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur

Lampiran 20 Daftar siswa-siswi Mts. Jam‟iyyatul Khair kelas VII-IX Lampiran 21 Jadwal pelajaran MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur Lampiran 22 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 23 Catatan Lapangan Kegiatan Siswa Siklus I dan II Lampiran 24 Kisi-kisi soal

Lampiran 25 Soal pre-test dan post-test

Lampiran 26 Kunci Jawaban soal pre-test dan post-test

Lampiran 27 Jadwal Penelitian di MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur Lampiran 28 Foto


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada kenyataannya semua mata pelajaran science tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir digunakan untuk secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Mata pelajaran agama, tidak dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena proses pembelajaran hanya diarahkan agar anak bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran. Mata pelajaran bahasa, tidak diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, karena yang dipelajari lebih banyak bahasa sebagai ilmu bukan sebagai alat komunikasi.1

Tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6. Tentang Standar Proses Pendidikan yaitu Strandar Nasional Pendidikan sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain Standar Proses Pendidikan ada beberapa standar lain yang ditetapkan dalam Standar Nasional, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Standar kompetensi lulusan (SKL), menurut PP No. 19 Tahun 2005 Ayat 4 adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan meliputi semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu, ada standar kompetensi lulusan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SKL untuk SMK/MAK. SKL merupakan sumber perumusan standar-standar lainnya, sebab apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, akan sangat tergantung kepada lulusan yang bagaimana yang harus diciptakan.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 1


(17)

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 5). Standar isi disusun tentu saja sesuai dengan SKL.

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6). Melalui standar proses inilah setiap satuan pendidikan di atur bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung. Dengan demikian, standar proses dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 7). Selanjutnya, standar pendidik akan menentukan kualifikasi setiap guru sebagai tenaga profesional yang dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.2

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu yang tercantum dalam (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 8). Standar sarana merupakan standar yang cukup penting karena standar proses pendidikan hanya mungkin dapat dilakukan manakala ada standar sarana yang memadai.

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 9).

2


(18)

3

Standar pembiayaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11). Standar proses pendidikan sebagai standar pelaksanaan pembelajaran dapat dipengaruhi dan berhubungan dengan standar-standar lainnya.3

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seseorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa memerhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukan kepala, itu belum tentu yang bersangkutan sedang belajar. Mungkin anggukan itu bukan karena memerhatikan materi pelajaran dan bukan berarti ia juga sudah mengerti apa yang disampaikan guru. Akan tetapi, karena ia sangat mengagumi cara guru bicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa.4

Dalam Psikologi, belajar tidak diartikan sebagaimana pengertian sehari-hari yang digunakan orang. Dalam kehidupan sehari-hari belajar diartikan orang secara sempit atau terbatas dengan menghafal atau mencari atau memperoleh pengetahuan.5

Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang kompleks, setelah belajar peserta didik diharapkan akan memiliki keterampilan, pengetahuan, dan perubahan perilaku. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan lingkungannya. Lingkungan pendidikan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan.

3

Ibid, hal. 8-9

4

Wina Sanjaya, op.cit., h.112-113

5

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional), (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cet. 4, h.54


(19)

Dengan demikian, pengajaran dalam pendidikan formal harus dilihat sebagai salah satu upaya untuk memaksimalkan peluang bagi terjadinya pendidikan, bukan sekedar untuk pemberian pengetahuan atau pembentukan keterampilan saja.6

Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang harus dipenuhi karena dengan pendidikan akan menciptakan manusia yang cerdas, disiplin, mandiri, dan berbudi pekerti sehingga akan terwujudnya suatu bangsa yang maju. Pentingnya pendidikan dapat terlihat dari banyaknya pihak yang peduli akan pendidikan tersebut. Contohnya Islam yang sangat peduli dengan pendidikan, dibuktikan dengan adanya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-„Alaq: 1





“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”.7

Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8

Berdasarkan pemaparan UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 di atas, ada empat hal yang penting untuk diketahui oleh seorang pendidik: pertama,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, yang dimaksudkan yaitu proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan atau

6

Isjoni, dkk, Pembelajaran Visioner „Perpaduan Indonesia-Malaysia‟, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h. 52

7

Abdus Sami, dkk, “Al-Qur‟anku dan Terjemahan”, (Jakarta: Lautan Lestari Books, 2004), h. 483

8

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 3


(20)

5

untung-untungan. Akan tetapi, proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.

Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak.

Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, bukan menjejelkan materi pelajaran atau memaksa agar anak dapat menghafal data dan fakta.

Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.9

Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Perkembangan kualitas sumber daya manusia dapat jelas dari pekembangan dan kualitas sebuah pendidikan. Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, dan produktif diperlukan sistem pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman. Salah satu hal yang harus diperbaiki adalah proses belajar mengajar di kelas.

Dalam pendidikan, pastinya ada seorang pendidik yang disebut dengan guru. Sebagai perencanaan pengajaran, guru hendaknya memiliki pengetahuan yang

9


(21)

cukup dalam merancang kegiatan belajar-mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan ajar, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran terbaru yang sedang marak diterapkan oleh kalangan guru-guru kreatif. Menurut Syaiful Bahri Djamarah: “Dalam kegiatan belajar-mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir”.10

Salah satu masalah yang memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran adalah metode dan teknik pembelajaran (learning method and techniques). Pada awalnya metode dan teknik pembelajaran ini kurang mendapatkan perhatian, karena orang berpandangan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya praktis, jadi tidak diperlukan pengetahuan yang ada sangkut pautnya dengan pembelajaran. Orang merasa sudah mampu untuk mengajar dan menjadikan pendidik atau fasilitator kalau sudah menguasai materi yang akan disampaikan. Fasilitator perlu mempelajari pengetahuan yang ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, khususnya metode dan teknik pembelajaran yang berguna untuk “bagaimana memproses” terjadinya interaksi belajar-mengajar antara guru dengan murid.11

Kondisi di sekolah atau di kelas memuat suatu suasana yang alamiah, yang amat memungkinkan terlatihnya keterampilan kerjasama tersebut, sebab sekolah atau kelas umumnya menampung siswa yang beragam latar belakang dan kemampuannya, dan memang dapat disiapkan untuk hidup dalam masyarakat orang dewasa yang harus memiliki tanggung jawab. Di sekolah, siswa perlu diberikan kesempatan dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa memiliki pengetahuan dan mampu menyelesaikan masalah dengan keterampilan bekerja sama yang mereka miliki setelah dilatih.12

10

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), h. 46

11

Sudiono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), cet.1, h. 117

12


(22)

7

Penggunaan model pembelajaran dapat berhasil, apabila dilihat dari sudut

input, proses, dan output pembelajaran. Pada sisi input dapat bersumber dari siswa, guru, sumber belajar, materi pelajaran, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar serta perencanaan pembelajaran yang siap dan terencana sesuai dengan tuntutan kurikulum dan silabus. Pada sisi proses, menyangkut kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari interaksi belajar mengajar, keterampilan bertanya guru atau siswa, gaya mengajar, cara belajar, dan implementasi metode pembelajaran. Pada sisi output dapat bersumber dari hasil belajar siswa, daya ingat siswa, sikap negatif siswa, dan motivasi yang rendah untuk dikembangkan bagi proses pendewasaan, penggayaan ketrampilan, dan penguatan ilmu pengetahuan.13

Pembelajaran semacam ini dapat pula dipahami sebagai sebuah model pembelajaran yang efektif. Artinya, pembelajaran didasarkan atas kesesuaian antara yang direncanakan guru dengan hasil yang dicapai oleh siswa.

Memang tidak gampang mewujudkan pembelajaran yang berhasil dan efektif. Hal ini selain membutuhkan kesungguhan guru dalam mengembangkan model-model pembelajarannya, sesuai dengan kriteria atau daya tangkap siswa-siswinya. Guru juga dituntut untuk memiliki kreativitas dan kecerdasan yang tinggi untuk mengkreasikan sumber-sumber pembelajaran yang ada dan memanfaatkannya secara tepat.

Guru yang terbiasa mengajar dengan hal yang biasa-biasa saja ataupun bersifat pasif dengan keadaan, akan mengalami kesulitan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan. Akibatnya, akan sangat jauh dari keberhasilan dalam rangka mencapai tujuan institusi dan pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru mau tidak mau harus senantiasa menyegarkan profesi keguruannya dengan berusaha memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Pada kenyataannya, guru yang sesungguhnya itulah dapat mencerdaskan peserta didik dan mencerdaskan bangsanya melalui

13

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 6, h. 88


(23)

penekunan pekerjaan sebagai guru yang teruji atau dapat terlihat dari penyampaian pembelajaran di dalam kelas.

Banyak orang dapat mengajar di kelas, tetapi belum tentu ia mampu menciptakan suasana dinamis dalam kelas dengan metode dan model-model pembelajaran yang berlangsung. Suasana seadanya ini, hanyalah terkesan seorang guru melepaskan atau mengugurkan kewajibannya mengajar, tetapi jauh dari semangat untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berhasil. 14

Demikian pula, metode dan model-model pembelajaran yang lebih terkesan guru menguasai siswa, dimana siswa sepenuhnya dikuasai guru dan selalu mengharuskan siswa harus begini dan begitu. Maka dengan perkembangnya dan beragamnya model pembelajaran saat ini, cara seperti itu harus ditinggalkan.

Tidak satupun metode dan model pembelajaran dapat dikatakan berhasil atau sesuai. Semuanya tergantung kepada person atau orang yang menjalankannya, yaitu guru yang secara langsung berhadapan dengan pembelajaran. Sebaik apapun metode dan model pembelajaran yang dipilih, tanpa dukungan guru yang memahami dan mampu menempatkannya dalam pembelajaran hanya berjalan seadanya, tanpa memberikan keberhasilan, dan keefektifan.

Pada hakikatnya, guru yang mengajar secara monoton tidak mengetahui atau tidak memiliki berbagai variasi metode, teknik, pendekatan, dan konsep dalam kegiatan belajar mengajar sehingga semuanya yang digunakan selalu sama atau tidak pernah berubah. Maka, tak heran jika guru yang mengajar secara monoton sangat membosankan bagi muridnya.

Kecenderungan terhadap segala sesuatu yang baru itulah yang perlu dipahami oleh guru. Guru yang mengajar dengan selalu menggunakan metode konvensional akan membosankan murid. Ketika murid bosan, ini akan berefek terhadap motivasi belajar murid. Apalagi jika guru tidak melakukan inovasi (pembaharuan atau perubahan), prestasi belajar murid pun kemungkinan semakin menurun.

Oleh karena itu, guru tidak hanya perlu menguasai materi yang akan diajarkan. Ia juga harus menguasai berbagai metode pembelajaran yang akan

14

Mukhtar dan Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, (Jakarta: CV Sasama Mitra Suksesa, 2003), cet. 3, h. 3


(24)

9

diterapkan di kelas. Selain itu, harus mengetahui perbedaan daya tangkap belajar muridnya. Semua ini menjadi syarat utama baginya agar mengajar tidak monoton.

Guru yang tidak pernah mengembangkan pengetahuannya, keahlian dan eksplorasi mengenai hal-hal baru dapat dipastikan akan mengajar secara monoton. Di sinilah profesionalitas seorang guru mendapat tantangan. Tantangan paling utama adalah membuat inovasi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar sehingga lebih hidup dan bermakna, serta menyenangkan bagi murid.15

Apabila pendidik menginginkan agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien, maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian yang tepat dalam proses belajar mengajar. Ia juga dapat mempergunakan metode mengajar secara bervariasi, sebab masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga dalam penggunaannya pendidik harus menyesuaikan dengan materi yang diajarkan dan kemampuan peserta didik.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar. Bahkan dengan pembelajaran kooperatif terdapat suatu permainan dan kompetisi yang dapat meningkatkan aktivitas, minat, dan motivasi siswa. Karena proses pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental, maka siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang disajikan.16

Menurut pendapat Anita Lie yang tertulis dalam bukunya Tukiran Taniredja, mengatakan: “Bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Namun, ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif”.17

15

Masykur Arif Rahman, Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), cet. 1, h. 54-55

16

Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007), h. 6

17

Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.56


(25)

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemajuan belajar, sikap siswa yang lebih positif, meningkatkan rasa sosial dan individual, menambah motivasi, dan percaya diri serta menambah rasa senang karena siswa berdiskusi sesama teman dalam proses pembelajaran.

Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division dalam proses belajar-mengajar di kelas pada mata pelajaran Fiqih, akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar secara aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Student Teams Achievement Division adalah model pembelajaran dengan siswa dikelompokkan secara heterogen, yang kemudian siswa yang pandai menjelaskan materi kepada anggota lain sampai kelompok kecil tersebut mengerti apa maksud dari materi yang sedang dipelajari bersama.18

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

PTK termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif.

Dalam PTK guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan guru mampu melakukan PTK di kelasnya.

18

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal. 64


(26)

11

Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.19

Berdasarkan uraian di atas, apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division pada mata pelajaran Fiqih?. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Fiqih” (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di MTs. Jam’iyyatul

Khair Ciputat Timur).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menemukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran guru melibatkan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas karena guru masih menggunakan metode yang bersifat konvensional yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas yang harus dibatasi. 2. Pembelajaran cenderung terlihat sangat membosankan dan tidak kreatif

karena kurang divariasikan dengan metode yang lain.

3. Belum diketahui tingkat hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division.

19

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2012), cet. 5, h. 9-11


(27)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah serta tidak menyimpang dari judul penelitian, maka peneliti membatasi permasalahan pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Student Teams Achievement Division yang diterapkan pada kelas VIII-3 semester ganjil di MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur tahun ajaran 2014/2015.

2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh yang masih rendah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh kelas VIII-3 MTs. Jam‟iyyatul Khair Ciputat Timur?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk:

“Untuk mengkaji terdapat atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih melalui penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division”.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian:

“Menambah wawasan baru dalam membahas masalah yang berkaitan dengan pembelajaran Fiqih melalui model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division, dan memberikan informasi atau alternatif dalam meningkatkan mutu proses belajar-mengajar di kelas, serta dapat menyelesaikan masalah secara teoritis”.


(28)

13 BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerapan berarti proses, cara, pemasangkan, mempraktikan.1 Penerapan merupakan sesuatu yang telah direncanakan atas hasil pembelajaran.2 Penerapan disebut pula implementasi yang berarti pelaksanaan, penggunaan, pemakaian, pemasangan, aplikasi, dan kemampuan dalam penggunaan praktis. Penerapan dan implementasi merupakan suatu proses penggunaan ide, konsep, kebajikan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap.3

Menurut definisi di atas, maka penulis simpulkan bahwa penerapan merupakan suatu implementasi yang digunakan dalam suatu bidang tertentu. Dalam kasus ini, penerapan yang dimaksud yaitu penggunaan atau aplikasi suatu kegiatan yang dapat memberikan perubahan yang positif, terutama perubahan pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, dan nilai seseorang. B. Macam-macam Istilah dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran ada istilah strategi, metode, pendekatan, model, dan teknik pembelajaran. Dari kelima istilah tersebut pastinya memiliki perbedaan pengertian. Berikut adalah definisi dari masing-masing istilah Menurut Wina Sanjaya:

1. “Strategi Pembelajaran, merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran yang berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Tiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 1180

2

Sudiono, dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), cet.1, hal. 25

3

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010),cet.12, h. 93


(29)

tindakan. Diartikan pula sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Definisi di atas, menurut hemat penulis bahwa Strategi berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melakukan strategi.

2. “Metode Pembelajaran, adalah upaya mengimplementasikan atau menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan. Bisa saja dalam satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa metode”.4

Menurut pandangan penulis, bahwa metode adalah upaya yang dilakukan untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, agar tujuan yang telah di rencanakan atau disusun tercapai. Dalam artian bahwa metode merupakan penerapan dari strategi yang telah disusun.

3. “Pendekatan pembelajaran, sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Pendekatan ialah istilah lain dalam strategi pembelajaran”.5

Definisi diatas, menurut hemat penulis bahwa pendekatan adalah suatu sudut pandang seorang guru dalam melihat proses belajar-mengajar. Dapat dikatakan pula bahwa pendekatan yaitu interaksi antara guru dan siswa, atau pemahaman guru atas perbedaan latar belakang siswa-siswinya.

4. “Teknik Pembelajaran, suatu kegiatan yang benar-benar berlangsung dalam kelas, dengan kata lain semua aktivitas yang berlangsung dalam kelas untuk mencapai sasaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode yang digunakan saat proses pembelajaran. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses pembelajaran dengan metode yang digunakan, sebaiknya memerhatikan kondisi dan situasi lingkungan kelas bahkan sekolah”.

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 9, h. 126

5


(30)

15

Menurut pandangan penulis, bahwa teknik merupakan penerapan dari metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar, dengan disesuaikan kondisi kelas, lingkungan, dan sarana serta prasarana sekolah.6

5. “Model Pembelajaran, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru dikelas. Model pembelajaran sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal ini mengacu pada gaya mengajar guru yang terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas”. 7

Definisi diatas menurut hemat penulis, bahwa model pembelajaran yaitu suatu kesatuan dari strategi, metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran. Model ini dapat dikatakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran dari awal-akhir yang telah dirancang oleh guru tersebut. C. Pengertian Student Teams Achievement Division

Student Teams Achievement Division adalah model pembelajaran dengan siswa dikelompokkan secara heterogen, yang kemudian siswa yang pandai dapat menjelaskan materi kepada anggota lain sampai kelompok kecil tersebut mengerti apa maksud dari materi yang sedang dipelajari bersama.8

Student Teams Achievement Division salah satu dari model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, yang mana anggotanya terdiri dari dua sampai empat siswa dengan struktur kelompok yang heterogen.9

Student Teams Achievement Division, menurut hemat penulis yaitu salah satu model pembelajaran kooperatif yang lebih di utamakan pada hasil akhir dari keberhasilan setiap kelompoknya. Student Teams Achievement Division

6

Ibid, h.127

7

Ibid, h.127

8

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal. 64

9

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teoris dan Praktik PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), cet. 10, h. 54-55


(31)

terdiri paling sedikitnya 2 siswa pada setiap kelompok, ada pula yang 4 siswa dan 6 siswa. Idealnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif, terutama Student Teams Achievement Division setiap kelompoknya terdiri dari 4 siswa. Setiap kelompoknya dicampurkan menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan akademik yang masih rendah.

Cooperative Learning juga merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok, dengan mempelajari materi pelajaran, dan memecahkan masalah secara kolektif kooperatif.

Kelompok merupakan konsep penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki dan merasa saling ketergantungan secara positif yang bertujuan untuk mencapai tujuan bersama dalam kelompoknya. Dalam proses pembelajaran kelompok, setiap anggota akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula.10

Pengelompokkan siswa merupakan salah satu strategi yang dianjurkan sebagai cara siswa untuk berbagi pendapat, berargumentasi, dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya kontruksi pengetahuan. 11

Dalam situasi kelompok kecil yang terbuka seperti ini, kesempatan bagi siswa untuk berkomunikasi serta berinteraksi, misalnya mengajukan pertanyaan, membahas ide-ide, membuat kesalahan, belajar dari siswa lainnya. Di kesempatan ini juga siswa dalam mengerjakan tugas kelompok akan saling menolong dan mendapatkan pengetahuan baru dari teman sekelompoknya, menemukan dan mengembangkan pengertian mengenai suatu konsep atau suatu strategi ketika mereka melakukan observasi, eksplorasi, membahas, menjelaskan, dan

10

Wina Sanjaya, op. cit,. h. 240

11

Eveline Siregar dan Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), cet. 1, h. 114-115


(32)

17

mempertanyakan ide-ide yang bermunculan dalam kelompok mereka. Dengan kata lain, siswa diberikan kesempatan untuk terlibat aktif serta berkontribusi dalam proses pembentukan pengetahuan.12

Kemampuan siswa dalam satu kelas tentu beragam, ada yang pandai, sedang, dan ada pula yang kurang. Sehubungan dengan keragaman kemampuan tersebut, guru perlu mengatur secara cermat, kapan siswa harus bekerja secara perorangan, secara berpasangan, secara berkelompok, dan secara klasikal. Jika secara berpasangan misalnya, apa dasar penentuan pasangan tersebut. Begitu juga, jika secara berkelompok, kapan siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang sama (homogen) sehingga guru bisa berkonsentrasi pada kelompok yang tidak mampu, dan kapan pengelompokkan berdasarkan kemampuan yang bervariasi (heterogen) atau campuran sehingga terjadi tutorial sebaya (peer tutorial). Selain itu, sub materi dan metode pembelajaran apa yang cocok untuk dikelola secara individu, berpasangan, kelompok atau klasikal.

Kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru perlu disiasati sedemikian rupa. Sehingga sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Idealnya, kegiatan pembelajaran untuk siswa pandai harus berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan sedang atau kurang, walaupun untuk memahami satu jenis konsep yang sama.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaskud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

12

Isjoni, dkk, Pembelajaran Visioner „Perpaduan Indonesia-Malaysia‟, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. 1, h. 65-66


(33)

D. Langkah-langkah Student Teams Achievement Division

Langkah-langkah Student Teams Achievement Division, menurut Agus Suprijono, sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).

2. Guru menyampaikan materi pelajaran.

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti materi dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa, pada saat menjawab

pertanyaan tidak boleh saling membantu. 5. Guru memberikan evaluasi.

6. Kesimpulan.13

Langkah-langkah yang disebutkan diatas, sebagai salah satu cara dalam melancarkan dan melangsungkan Student Teams Achievement Division dalam proses pembelajaran. Namun, ada baiknya setelah guru menentukan masing-masing kelompok. Siswa menerima kelompok tersebut, tidak membedakan atau memilih-milih siapa teman yang diinginkan untuk satu kelompok dengannya. Agar pembelajaran dan kerja sama dalam kelompok menjadi menyenangkan. E. Kelebihan Student Teams Achievement Division

1. Seluruh siswa menjadi lebih siap. 2. Melatih kerja sama dengan baik.

Model pembelajaran ini sebagai pendorong atau pendukung materi yang disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Melatih kekompakkan, kerja sama dalam team, dan tentu saja dapat menambah ilmu pengetahuan pada siswa yang belum mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru, dapat saling berbagi informasi dalam kelompok.

13


(34)

19

F. Kekurangan Student Teams Achievement Division

1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan. 2. Membeda-bedakan siswa.14

Dalam model pembelajaran ini, suasana kelas menjadi gaduh dan ramai. Guru harus siap mengkondisikan siswa baik saat pembelajaran berlangsung atau saat model pembelajaran ini diterapkan. Terkadang dalam kerja sama dalam team ada juga siswa yang pandai menganggap bahwa siswa yang kurang pandai hanya numpang saja pada hasil dari kelompok atau tugas kerja sama tersebut.

G. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Hasil adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha.15

2. Pengertian Belajar

Sedangkan pengertian belajar secara psikologis, merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubhan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar menurut Slameto, dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.16

Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya. Disini guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan

14

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, op.cit., hal. 65

15

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Tiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 391

16

Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. 5 hal. 1-2


(35)

peserta didik giat mengumpulkan atau menerima ilmu pengetahuan yang telah diberikan guru.17

Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seseorang guru menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa memerhatikan dengan seksama sambil mengangguk-anggukan kepala, itu belum tentu yang bersangkutan sedang belajar. Mungkin anggukan itu bukan karena memerhatikan materi pelajaran dan bukan berarti ia juga sudah mengerti apa yang disampaikan guru. Akan tetapi, karena ia sangat mengagumi cara guru bicara, atau mengagumi penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia tidak mengerti apa-apa.18

Dalam Psikologi, belajar tidak diartikan sebagaimana pengertian sehari-hari yang digunakan orang. Dalam kehidupan sehari-hari belajar diartikan orang secara sempit atau terbatas dengan menghafal atau mencari atau memperoleh pengetahuan.19

3. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi, dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne sebagaimana dikutip dalam bukunya Agus Suprijono, hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

17

Agus Suprijono, op. cit., h. 3

18

Wina Sanjaya, op.cit., h.112-113

19

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Berdasarkan Kurikulum Nasional), (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2010), cet. 4, h.54


(36)

21

memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan mengintegrasikan dan ekternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.20

Menurut Bloom, sebagaimana dikutip oleh Agus Suprijono bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Kognitif: knowlege (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, mencontoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evalution (menilai).

b. Afektif: receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),

valuting (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). c. Psikomotorik: mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

manajerial, dan intelektual.21

20

Agus Suprijono, op. cit., h. 5-6

21


(37)

Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.22

Hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Horward Kingsley, yang dikutip dari bukunya Nana Sudjana, ada tiga macam hasil belajar, yaitu: (a) Keterampilan dan kebiasaan. (b) Pengetahuan dan pengertian. (c) Sikap dan cita-cita.23

Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dimiliki seseorang dan di peroleh dari usaha yang sudah dilakukan. Hasil belajar, lebih menyangkut kepada tiga ranah, yaitu: kognitif, psikomotorik, dan afektif. Tiga ranah ini dapat kita ketahui dari segi bertambahnya pengetahuan dan pemahaman sesuatu yang dimiliki seseorang, lebih kreatif dalam menyelesaikan atau menciptakan keterampilan yang ditekuninya, dan adanya perubahan tingkah laku atau sikap pada diri seseorang yang bersangkutan.

4. Ciri-ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar

Berdasarkan pengertian belajar yang telah diuraikan, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentitikasikan ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).24

22

Ibid, h. 7

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 15, h. 22

24


(38)

23

Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya:

a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik (psikomotorik) anak bisa menulis, dan sebagainya, juga hasil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman dan aplikasi. Sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata, perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil belajar: afektif (penghargaan, keyakinan, dan sebagainya) juga hasil belajar kognitif tinggi pengetahuan/kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diatas bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, atau afektif atau psikomotorik, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh atau sebagai kemampuan sebelumnya. Kemampuan hasil belajar itu sifatnya ralatif menetap tidak segera lenyap.

c. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan).25

5. Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu. Tujuan belajar yang positif serta dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.

25


(39)

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut taksonomi bloom yaitu tujuan belajar siswa di arahkan untuk mencapai ketiga ranah: afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berfikir analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh ketrampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekpresi verbal dan non verbal.26

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Yudhi Munadi yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologis dan psikologis pada diri siswa, sedangkan luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental.

a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. Tidak hanya itu hal yang paling penting dalam proses pembelajaran juga yaitu kondisi panca indera.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar

26


(40)

25

masing-masing. Yang menyangkup faktor psikologis, yaitu: intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif serta daya nalar.27

b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alam ini yaitu: keadaan suhu, cuaca, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, lingkungan sekitar kelas, dan sebagainya. Misalnya ada yang bercanda atau mengobrol di dalam kelas atau di luar kelas membuat kelas tidak kondusif dalam pembelajarannya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari sarana dan prasarana kelas/sekolah, alat pengajaran, media pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.28

H. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitaian Tindakan Kelas.

Penelitian tindakan adalah nama yang diberikan kepada suatu pergerakan yang secara umum semakin berkembang di dalam bidang penelitian pendidikan. Gerakan tersebut mendorong seorang guru untuk melakukan penelitian kembali terhadap praktek pembelajaran yang dilakukannya dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi diri sendiri maupun para peserta didiknya.

27

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran “Sebuah Pendekatan Baru”, (Jakarta: GP Press, 2010), cet. 3, h. 24-26

28


(41)

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK yaitu (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (Learning Culture) di kalangan para guru. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (Action Research), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya. Kurt

Lewin, mengatakan: “Bahwa penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah

yang terdiri atas empat tahap: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi”.29

“Menurut Kunandar, penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep,

yakni sebagai berikut: (1) Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (2) Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar. (3) Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru”.30

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara: (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan parsipatif dengan tujuan

29

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), cet.5, h. 41-42

30


(42)

27

memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

PTK termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif.31

Dalam PTK guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. Guru merupakan orang yang paling akrab dengan kelasnya dan biasanya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mengharuskan guru mampu melakukan PTK di kelasnya.

Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena itu arahan atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para guru.32

2. Manfaat PTK

a. Manfaat Umum PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya: membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri guru, memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan, dan keterampilannya.

b. Manfaat khusus PTK, antara lain: menumbuhkan kebiasaan menulis, menumbuhkan budaya meneliti, menggali ide-ide baru, melatih pemikiran ilmiah, mengembangkan keterampilan, meningkatkan kualitas pembelajaran kelas.

31

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2012), cet. 5, h. 9

32


(43)

c. Manfaat PTK yang dilakukan di sekolah dapat disimpulkan sebagai berikut: menumbuhkan kebiasaan menulis, berpikir analitis dan ilmiah, menambah khasanah ilmu pendidikan, menumbuhkan semangat guru lain, mengembangkan pembelajaran, meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan.33

3. Keunggulan PTK, yaitu:

Keunggulan PTK yang dilaksanakan di sekolah, menurut Wijaya kusumah dan Dedi Dwitagama diantaranya:

a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual. b. Kerangka kerjanya teratur.

c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif. d. Fleksibel dan adabtif.

e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.

f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.

g. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru.

4. Prinsip PTK

Selain memiliki keunggulan, PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru disekolah. Prinsip tersebut antara lain:

a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup menyakinkan.

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.

33


(44)

29

e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).34

I. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai penguat penelitian tentang peningkatan hasil belajar PAI siswa dengan menggunakan model pembelajaran Student Teams Achiecement Division, penulis mengutip penelitian yang relevan, yaitu:

1. Asep Awaludin, dengan judul penelitian: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student teams achievement division dengan peta konsep

terhadap hasil belajar biologi siswa” (kuasi eksperimen di SMA Al-Mukhlisin

Ciseeng bogor), penelitian ini dilakukan pada tahun 2013. Dengan hasil penelitian, berdasarkan data yang diperoleh melalui pretest kedua kelas memiliki rata-rata yang berbeda. Kelas eksperimen dengan rata-rata 44,65 dengan nilai tertinggi 55, dan nilai terendah 15. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 34,57, nilai tertinggi 50, dan nilai terendah 15. Pada hasil

posttest, untuk kelas eksperimen rata-rata 75,5 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata 66,73 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Setelah mengetahui hasil nilai

posttest, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenesis pada hasil kedua kelas (eksperimen dan kontrol) berdistribusi normal dan homogen. Dengan hasil uji-t didapatkan thitung > ttabel (2,68>2,01). Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD ini memiliki pengaruh pada hasil belajar siswa dalam masing-masing kelompok.35

34

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas... h. 17

35

Asep Awaludin, dengan judul penelitian: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Student teams achievement division dengan peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa” (kuasi eksperimen di SMA Al-Mukhblisin Ciseeng bogor), (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. 54


(45)

2. Wirda susanti, dengan judul penelitian: “Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) terhadap motivasi siswa

pada konsep laju reaksi”, penelitian ini dilakukan pada tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian melalui uji-t pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) didapatkan skor motivasi akhir sebesar thitung 5,83dengan ttabel 2,00. Dari hasil test tersebut didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa kelas eksperimen 80,36 dan kelas kontrol 75,58. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh kelas dengan menggunakan kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan metode ekspositori.36

3. Abdul Aziz Assalam, dengan judul penelitian “Pengaruh Model pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep Tekanan”

(Kuasi Eksperimen di MTs. Al-Khairiyah Jakarta), yang dilakukan pada tahun 2012. Berdasarkan hasil pretest kelompok eksperimen didapatkan skor tertinggi 65 dan terendah 20 dengan rata-rata 39,91. Sedangkan kelompok kontrol diperoleh skor tertinggi 60 dan skor terendah 11,65 dengan rata-rata 36,75. Dan nilai uji-t dihasilkan thitung 5,81 dan ttabel 2,00. Karena thitung>ttabel (5,81>2,00). Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil hasil belajar siswa.37

4. Novi Jumaroh Yanti, dengan judul penelitian “Peningkatan Kemampuan

Menulis Karangan Argumentasi dengan Metode Membaca Kritis

Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD” (PTK dikelas X semester

II SMA PGRI 56 Ciputat)”, dilakukan pada tahun 2012. Pada siklus I nilai

pretest diperoleh rata-rata 54,7 dengan nilai terendah 20 dan tertinggi 80. Sedangkan hasil posttest diperoleh nilai rata-rata 71,3 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 89. Pada siklus II, pretest diperoleh nilai rata-rata 77,33 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Sedangkan hasil posttest

36

Wirda susanti, dengan judul penelitian: “Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) terhadap motivasi siswa pada konsep laju reaksi”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012). h.67

37

Abdul Aziz Assalam, dengan judul penelitian: “Pengaruh Model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada konsep Tekanan” (Kuasi Eksperimen di MTs. Al-Khairiyah Jakarta), (jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012)


(46)

31

diperoleh nilai rata-rata 87,16 dengan nilai terendah 75 dan tertinggi 100. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari

pretest dan posttest baik pada siklus I dan siklus II.38

5. Ruslah, dengan judul penelitian “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD

untuk meningkatkan kemampuan pemahaman gaya bahasa pada puisi”

(Sebuah Penelitian Tindakan Kelas X MAN 22 Jakarta), yang dilakukan pada tahun 2010. Dengan hasil sebagai berikut: pretest pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 56,53 dan nilai posttest 71,5. Dan diperoleh nilai thitung 12,7 dan nilai ttabel 2,00. Dengan ketentuan thitung >ttabel 12,7>2,00. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemahaman gaya bahasa puisi pada siswa kelas X.39

6. Bustommy, dengan judul penelitian: “Upaya peningkatan hasil belajar ilmu

pengetahuan alam melalui model kooperatif tipe STAD” (Penelitian Tindakan Kelas V MI Al-Khairiyah Pondok Pinang Jakarta Selatan), penelitian ini dilakukan pada tahun 2012. Dengan hasil penelitian: hasil pretest diperoleh pada siklus I nilai rata-rata 53,14 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 30. Sedangkan nilai posttest diperoleh nilai rata-rata 72 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Pada siklus II diperoleh pretest nilai rata-rata 57,14 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 25. Sedangkan posttest nilai rata-rata 76,71 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Maka dapat disimpulkan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.40

38

Novi Jumaroh Yanti, dengan judul penelitian: “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi dengan Metode Membaca Kritis Menggunakan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD” (PTK dikelas X semester II SMA PGRI 56 Ciputat)”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012), h.81

39

Ruslah, dengan judul penelitian: “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan pemahaman gaya bahasa pada puisi” (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas X MAN 22 Jakarta), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 57

40

Bustommy, dengan judul penelitian: “Upaya peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan alam melalui model kooperatif tipe STAD” (Penelitian Tindakan Kelas V MI Al-Khairiyah Pondok Pinang Jakarta Selatan), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2012)


(1)

2 a. Islam

b. Harus berupa emas c. Sudah mencapai nishab d. Miliknya sendiri

10. Pengertian nishab yaitu ... a. Batasan jumlah harta b. Batasan waktu c. Batasan cara d. Batasan tempat

11. Diantara yang berhak menerima zakat ada ... golongan.

a. 9 c. 8 b. 10 d. 11

12. Peternakan berikut yang tidak wajib untuk dizakati adalah ... a. Unta c. Kambing b. Sapi d. ayam

13. Harta temuan harus dikeluarkan zakatnya sebesar ...

a. 10% c. 30% b. 20% d. 40%

14. Orang yang berhak menerima zakat harta tercantum dalam Alqur’an surat ...

a. At-Taubah: 60 c. At-Taubah: 62 b. At-Taubah: 61 d. At-Taubah: 63 15. Berikut yang tidak merupakan

hikmah zakat adalah ...

a. Untuk mensyukuri nikmat Allah b. Dapat meringankan beban orang

lain

c. Untuk kemuliaan diri

d. Untuk menumbuhkan sikap kasih sayang antara sesama 16. Jenis harta yang wajib dizakatkan

adalah ...

a. Emas, perak, hasil tanaman, buah-buahan, barang-barang perdagangan, binatang ternak, barang tanaman, dan harta karun.

b. Emas, perak, hasil tanaman, buah-buahan, barang-barang perdagangan, binatang ternak, harta rampasan atau hasil curian. c. Emas, perak, hasil tanaman, buah-buahan, barang-barang perdagangan, barang-barang timbunan, binatang ternak, dan harta karun.

d. Emas, perak, hasil tanaman, buah-buahan, barang-barang perdagangan, binatang ternak, dan mas kawin

17. Batas nisab emas yaitu ... a. 91,6 gram c. 93,6 gram b. 92,6 gram d. 94,6 gram 18. Bagi orang yang memiliki 20 ekor

unta atau lebih wajib mengeluarkan zakat sebesar ... a. 4 ekor c. 6 ekor b. 5 ekor d. 7 ekor


(2)

3 19. Pengeluaran zakat20%

diperuntukkan bagi ... a. Pertanian tadah hujan b. Harta temuan

c. Peternakan d. Mata uang

20. Pengertian fakir untuk mustahiq zakat adalah ...

a. Orang yang mempunyai penghasilan, tapi penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari

b. Orang yang bertugas mengumpulkan dan membagi-bagikan zakat dari muzaki (orang yang mengeluarkan zakat).

c. Orang yang hidupnya sengsara, yang tidak mempunyai harta untuk kehidupannya sehari-hari, dan tidak punya penghasilan sama sekali.

d. Orang yang baru masuk Islam, selama keadaan imannya masih lemah.


(3)

KUNCI JAWABAN PRE-TEST DAN POST-TEST SIKLUS I

1. A 6. A 11. C 16. A

2. C 7. C 12. D 17. C

3. A 8. D 13. B 18. A

4. A 9. B 14. A 19. B


(4)

KUNCI JAWABAN PRE-TEST DAN POST-TEST SIKLUS I

1. A 6. A 11. C 16. A

2. C 7. C 12. D 17. C

3. A 8. D 13. B 18. A

4. A 9. B 14. A 19. B


(5)

JADWAL PENELITIAN DI MTS. JAM’IYYATUL KHAIR CIPUTAT TIMUR

No. Hari/Tanggal Kegiatan Penelitian

1. Selasa, 14 Oktober 2014 Berkunjung ke MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat

Timur, bertemu dengan Kepala Madrasah yang

bertujuan untuk meminta izin melakukan

penelitian, dan sekaligus peneliti juga

menanyakan keadaan siswa siswi setiap

sekelasnya, sehingga peneliti dapat menentukan kelas manakah yang akan di ujikan untuk pengujian uji validitas dan kelas manakah yang akan digunakan untuk penelitian tindakan kelas (PTK)

2. Kamis, 16 Oktober 2014 Uji Validitas di Kelas IX-2

3. Kamis, 23 Oktober 2014 Pelaksanaan siklus I (pertemuan ke-1)

4. Kamis, 30 Oktober 2014 Pelaksanaan siklus I (pertemuan ke-2)

5. Kamis, 06 November 2014 Pelaksanaan siklus II (pertemuan ke-1)


(6)

DOKUMENTASI FOTO-FOTO

1. FOTO UJI VALIDITAS DIKELAS IX-2

2. FOTO PRE-TEST DAN POS-TEST DIKELAS VIII-3


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) guna meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

0 2 302

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI akuntansi SMK Sanjaya Pakem.

1 1 237