PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (Group Investigation) DAN STAD (Student Teams Achievement Divisions) DENGAN METODE EKSPERIMEN

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (Group Investigation)

DAN STAD (Student Teams Achievement Divisions) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Oleh

YUDI PURNIAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen. (2) Mengetahui rata-rata KPS siswa yang lebih baik melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Design dengan tipe Conterbalanced Design. Pengumpulan data KPS dilakukan menggunakan lembar observasi KPS. Aspek aspek KPS yang dinilai meliputi: Mengamati, Berhipotesis, Merencanakan Percobaan, Menginterpretasikan Data, Menerapkan Konsep, dan Berkomunikasi. Teknik analsis data KPS menggunakan data nilai hasil observasi KPS dengan pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sampel T-Test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode

eksperimen. (2) Rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen. Nilai rata-rata KPS siswa pada kelas X3

menggunakan GI (74,07%) lebih tinggi dibandingkan kelas X4 yang

menggunakan STAD (68,38%) dengan metode eksperimen. Sedangkan pada kelas X3 menggunakan STAD (69,57%) lebih kecil dibandingkan kelas X4 yang

menggunakan GI (73,66%) dengan metode eksperimen.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Tanjung Qencono pada tanggal 27 Oktober 1988,

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mursidi dan Ibu

Marsinah.

Tahun 1992 penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisyiyah Bustanul

Athhfal, Tanjung Qencono, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur.

Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Tanjung Qencono, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten

Lampung Timur dan tamat pada tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan di MTS Muhammadiyah, Tanjung Qencono, Kecamatan Way Bungur,

Kabupaten Lampung Timur hingga tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikanya di SMK Muhammadiyah 2 Metro dan lulus pada tahun

2006. Kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya di

Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas


(7)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Alloh SWT ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku

yang tulus kepada:

Ayah dan ibu tercinta yang telah tulus membesarkan, mendidik, mengarahkan, mendo’akan, dan memberikan yang terbaik untuk masa depanku

Adik-adikku yang tersayang yang telah memberikan semangat, kecerian, dan menjadikanku lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak

Orang-orang yang terus memberikan semangat untuk kebaikkanku

Keluarga Besar Pendidikan Fisika 2007


(8)

MOTTO

Terus Berusaha Berbuat Baik Di Atas Dasar Kebenaran yang Benar untuk Mendapatkan Kebaikkan Dunia Akhirat

Terus Semangat Meskipun Dalam Kesusahan, Terus Berjuang dan Terus Berusaha walau banyak Kekurangan Dan Keterbatasan


(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul

“Perbandingan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Dan STAD (Student Teams

Achievement Divisions) Dengan Metode Eksperimen ” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika dan Pembimbing Akademik serta Pembimbing I atas kesediaan dan

keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang

diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Selaku Pembimbing II atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan


(10)

xi 5. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Selaku Pembahas atas masukan dan

dukungan yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan

Pendidikan MIPA.

7. Bapak Triyatmo, S.Pd. selaku Kepala SMAN 13 Bandar Lampung sekaligus

guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

8. Bapak M. Arif, S.Pd. S.Kom. selaku guru mitra atas bantuan dan kerja

samanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak dan ibu guru serta staf SMAN 13 Bandar Lampung.

10.Siswa-siswi kelas X3 dan X4 SMAN 13 Bandar Lampung.

11.Sahabat terdekat.

12.Tim seperjuangan dalam menulis skripsi: Bayu, Cahyo, Dedo, Arif H, dan

Nani. Terimakasih atas saran, kritik, doa dan bantuannya.

13.Rekan-rekan Pendidikan Fisika. Terima kasih atas persaudaraan dan

kebersamaannya.

14.Teman-teman seperjuangan kostan GA. Terima kasih atas persaudaraan dan

kebersamaannya.

15.Teman-teman seperjuangan di organisasi. Terima kasih atas kebersamaan dan

ukhuwah yang selalu terjaga, tetap bejuang.

16.Kakak tingkat dan adik tingkat Pendidikan Fisika. Terima kasih atas

persaudaraan dan kebersamaannya.

17.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis hanya dapat mendoakan, mudah-mudahan segala keikhlasan, amal, dan


(11)

xii ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi kita semua dan khususnya bagi

saya. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014

Penulis


(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang lingkup penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 13

3. Metode Eksperimen ... 18

4. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 20

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Motode Eksperimen Dan KPS ... 28

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Motode Eksperimen Dan KPS ... 29

7. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Metode Eksperimen Dan KPS ... 30

8. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Eksperimen Dan KPS ... 35

9. Penyetaraan KPS Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dan STAD Dengan Motode Eksperimen ... 39


(13)

xiv

B. Kerangka Pemikiran ... 39

C. Hipotesis ... 43

III.METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 44

B. Sampel Penelitian ... 44

C. Desain Penelitian ... 44

D. Variabel Penelitian ... 46

E. Prosedur Penelitian ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 49

1. Analisis Data ... 49

2. Pengujian Hipotesis ... 50

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Tahap Pelaksanaan ... 54

a. Kelas Eksperimen 1 ... 54

b. Kelas Eksperimen 2 ... 60

2. Hasil Uji Penelitian ... 66

a. Penyajian Data ... 66

b. Pengujian Asumsi Data ... 71

1) Uji Normalitas ... 71

2) Uji Homogenitas ... 73

c. Pengujian Hipotesis ... 75

1) Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 76

2) Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 77

B. Pembahasan ... 79

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86


(14)

xv B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

LAMPIRAN I. PERANGKAT PEMBELAJARAN

1. Silabus Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen ... 91

2. RPP Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen Pada

Materi Hukum Ohm ... 98

3. RPP Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen Pada

Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 110

4. LKK Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen Pada

Materi Hukum Ohm ... 126

5. Kunci LKK Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Hukum Ohm ... 135

6. LKK Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen Pada

Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 141

7. Kunci LKK Pembelajaran GI Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 154

8. Silabus Pembelajaran STAD Dengan Metode Eksperimen ... 162

9. RPP Pembelajaran STAD Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Hukum Ohm ... 169

10. RPP Pembelajaran STAD Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 179

11. LKK Pembelajaran STAD Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Hukum Ohm ... 191

12. Kunci LKK Pembelajaran STAD Dengan Metode

Eksperimen Pada Materi Hukum Ohm ... 198

13. LKK Pembelajaran STAD Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 201

14. Kunci LKK Pembelajaran STAD Dengan Metode


(15)

xvi

15. Buku Siswa ... 224

16. Kisi-kisi Tes Akhir ... 232

17. LP 1A: Materi Hukum Ohm ... 241

18. Kunci LP 1A: Materi Hukum Ohm ... 244

19. LP 1B: Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 246

20. Kunci LP 1B: Materi Rangkaian Seri Dan Paralel ... 249

21. LP 2A : Skor Kemajuan Individu ... 252

22. LP 2B : Penghargaan Kelompok ... 253

23. LP 2: KPS ... 254

24. LP 3: Psikomotor ... 261

25. LP 4: Prilaku Berkarakter ... 267

26. LP 5: Keterampilan Sosial ... 268

27. Lembar Observasi KPS Siswa ... 269

LAMPIRAN II. DATA HASIL PENELITIAN 1. Daftar Nama Murid Kelas X3 SMA Negeri 13 Bandar Lampung ... 271

2. Daftar Nama Kelompok Eksperimen Kelas X3 SMA Negeri 13 Bandar Lampung ... 272

3. Daftar Nama Murid Kelas X4 SMA Negeri 13 Bandar Lampung ... 273

4. Daftar Nama Kelompok Eksperimen Kelas X4 SMA Negeri 13 Bandar Lampung ... 274

5. Data Hasil Observasi KPS Siswa ... 275

a. Data Hasil Observasi KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan Pembelajaran GI dengan Metode Eksperimen Pada Materi Hukum Ohm. ... 275

b. Data Hasil Observasi KPS Siswa Pada Kelas X4 Menggunakan Pembelajaran STAD dengan Metode Eksperimen Pada Materi Hukum Ohm. ... 276


(16)

xvii c. Data Hasil Observasi KPS Siswa Pada Kelas X3

Menggunakan Pembelajaran STAD dengan Metode

Eksperimen Pada Materi Rangkaian Seri Dan Paralel. ... 277 d. Data Hasil Observasi KPS Siswa Pada Kelas X4

Menggunakan Pembelajaran GI dengan Metode

Eksperimen Pada Materi Rangkaian Seri Dan Paralel. ... 278

6. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Dan Presentase Nilai

Rata-rata KPS Siswa ... 280

a. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Dan Presentase Nilai Rata-rata KPS siswa Kelas X3 Menggunakan GI Denagan Metode Eksperimen Pada Materi Hukum

Ohm ... 280 b. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Dan Presentase

Nilai Rata-rata KPS siswa Kelas X4 Menggunakan STAD Denagan Metode Eksperimen Pada Materi

Hukum Ohm ... 281 c. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Dan Presentase

Nilai Rata-rata KPS siswa Kelas X3 Menggunakan STAD Denagan Metode Eksperimen Pada Materi

Rangkaian Seri Dan Paralel ... 282 d. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Dan Presentase

Nilai Rata-rata KPS siswa Kelas X4 Menggunakan GI Denagan Metode Eksperimen Pada Materi Rangkaian

Seri Dan Paralel ... 283

LAMPIRAN III. HASIL PENGUJIAN DATA PENELITIAN

1. Hasil Uji Normalitas... 284

a. Data Hasil Uji Normalitas KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen Pada Materi Hukum

Ohm ... 284 b. Data Hasil Uji Normalitas KPS Siswa Pada Kelas X3

Menggunakan STAD Dan X4 Menggunakan GI Dengan Metode Eksperimen Pada Materi Rangkaian

Seri Dan Paralel ... 285

2. Hasil Uji Independent Sample T-Test ... 286

a. Data Hasil Uji Independent Sample T-Test KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI Dan X4

Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen

Pada Materi Hukum Ohm ... 286 b. Data Hasil Uji Independent Sample T-Test Data KPS


(17)

xviii Menggunakan GI Dengan Metode Eksperimen Pada


(18)

xix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kriteria Pemberian Skor Individu ... 16

2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 17

2.3. Klasifikasi KPS (Diadaptasi Dari Longfiled) ... 22

2.4. KPS Dan Indikatornya Menurut Rustaman et al ... 23

2.5. KPS Dan Indikatornya Menurut Indrawati ... 24

2.6. KPS Dan Indikatornya Bedasarkan Rustaman et al Dan Indrawati .... 25

2.7. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Metode Eksperimen Dan KPS ... 31

2.8. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Eksperimen Dan KPS ... 36

4.1. Hasil Perhitungan Presentase Nilai Rata-rata KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen ... 67

4.2. Hasil Perhitungan Presentase Nilai Rata-rata Tiap Aspek KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen ... 68

4.3. Hasil Perhitungan Presentase Nilai Rata-rata KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan STAD Dan X4 Menggunakan GI Dengan Metode Eksperimen ... 69

4.4. Hasil Perhitungan Presentase Nilai Rata-rata Tiap Aspek KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan STAD Dan X4 Menggunakan GI Dengan Metode Eksperimen ... 70

4.5. Hasil Uji Normalitas Data KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen ... 71


(19)

xx 4.6. Hasil Uji Normalitas Data KPS Siswa Pada Kelas X3

Menggunakan STAD Dan X4 Menggunakan GI Dengan Metode

Eksperimen ... 72

4.7. Hasil Uji Homogenitas Data KPS Siswa Pada Kelas X3

Menggunakan GI Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode

Eksperimen ... 73

4.8. Hasil Uji Homogenitas Data KPS Siswa Pada Kelas X3

Menggunakan STAD Dan X4 Menggunakan GI Dengan metode

Eksperimen ... 74

4.9. Hasil Uji Uji T-Tes Data KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan

GI Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen... 76 4.10. Hasil Uji Uji T-Tes Data KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan

STAD Dan X4 Menggunakan GI Dengan Metode Eksperimen... 77

4.11. Data Nilai Rata-rata KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI

Dan X4 Menggunakan STAD Dengan Metode Eksperimen ... 78

4.12. Data Nilai Rata-rata KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan


(20)

xxi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Alur Penelitian ... 42

3.1. Desain Eksperimen Conterbalanced Design ... 45

4.1. Diagram Persentase Nilai Rata-Rata KPS Siswa Pada Kelas X3 Menggunakan GI Dan Kelas X4 Menggunakan STAD Dengan

Metode Eksperimen ... 80

4.2. Diagram Persentase Nilai Rata-Rata KPS Siswa Pada Kelas X3

Menggunakan STAD Dan Kelas X4 Menggunakan GI ... 81


(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu

mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan pada pendidikan di sekolah.

Didalam kurikulum pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan

kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

serangkaian proses ilmiah. Dengan serengkaian proses ilmiah pembelajaran

yang diberikan di sekolah diharapkan dapat mengembangkan keterampilan

proses dan sikap ilmiah siswa.

Serangkaian proses ilmiah yang dimaksudkan di atas adalah Keterampilan

Proses Sains (KPS). Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah menjadi sangat

penting bagi guru untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung

kepada siswa untuk mengembangkan KPS siswa dalam pembelajaran.

Namun, berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 13

Bandar Lampung, pembelajaran yang diberikan di sekolah masih belum

memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa untuk

mengembangkan keterampilan proses siswa. Pembelajaran yang diberikan

kepada siswa masih berpusat pada guru. Guru menyampaiakan tujuan


(22)

2 yang dilakukan siswa selama pembelajaran hanya memperhatikan dan

mencatat, sehingga siswa jarang bertanya atau mengemukakan pendapat.

Diskusi dalam pembelajaran jarang dilakukan sehingga interaksi dan

komunikasi antara siswa maupun dengan guru masih belum terjalin dengan

baik selama proses pembelajaran berlangsung.

Menurut keterangan dari beberapa siswa di SMA Negeri 13 Bandar Lampung,

materi pelajaran fisika itu susah dipahami karena banyaknya rumus yang harus

dihafalkan dan perlu diterapkan, kemudian didalam materi pelajaran banyak

cerita tentang suatu kejadian tetapi tidak dimengerti secara langsung.

Sementara itu proses belajar mengajar yang diberikan kepada siswa, guru

lebih sering menjelaskan materi pelajaran melalui ceramah. Sehingga siswa

cenderung pasif, malu bertanya, dan kurang yakin terhadap kemampuan

belajar yang dimiliki.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dikemukan di atas dapat digambarkan

bahwa hal tersebut terjadi karena pengolahan belajar yang diberikan masih

kurang menekankan untuk mendorong siswa dalam mengembangkan KPS

siswa. Oleh karena itu, maka dibutuhkan suatu pengolahan belajar yang tepat

dan sesuai dengan kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada

siswa untuk ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Sehingga siswa dapat

saling bertukar pendapat, berdiskusi, berkomunikasi antara siswa maupun

dengan guru, dan dapat mengembangkan KPS siswa. Melihat masalah tersebut

peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan


(23)

3 Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dengan metode

eksperimen, pada pembelajaran ini siswa dibentuk kedalam kelompok belajar

yang beranggotakan 5 atau 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Siswa belajar melalui tahap

pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap

pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi.

Melalui serangkaian tahapan dalam model pembelajaran kooperatif tipe GI,

KPS mengamati, berhipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasi

data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi dapat digali dan dilatihkan.

Sehingga dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan

metode eksperimen didalam pembelajaran dapat memberikan dorongan yang

dapat mengembangkan KPS siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen,

pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja

bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya

dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang

beranggotakan 4 atau 5 orang siswa menggunakan lembar kerja kelompok

untuk menyelesaikan masalah yang ada pada materi pelajaran. Siswa belajar

melalui tahap presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan

individu, dan penghargaan kelompok.

Melalui serangkaian tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, KPS


(24)

4 menerapkan konsep, dan berkomunikasi dapat digali dan dilatihkan. Sehingga

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode

eksperimen juga dapat memberikan dorongan yang dapat mengembangkan

KPS siswa.

Berdasarkan kedua pembelajaran di atas terdapat beberapa bagian tahapan

yang memberikan perlakuan yang sama, siswa bekerja bersama-sama dalam

tim belajar untuk menyelesaikan masalah menggunakan lembar kerja

kelompok melalui eksperimen. Dimana melalui tahapan dalam pembelajaran

tersebut KPS dapat digali, dilatihkan dan dapat dikembangkan.

Dengan demikian, dari masalah-masalah dan beberapa hal yang telah

dikemukakan di atas, peneliti telah melakukan penelitian dengan judul:

“Perbandingan Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dan STAD Dengan Metode Eksperimen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen.

2. Manakah rata-rata KPS siswa yang lebih baik melalui model pembelajaran


(25)

5 C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dikemukan di atas, maka tujuan pada

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen.

2. Mengetahui rata-rata KPS siswa yang lebih baik melalui model

pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti antara

lain.

1. Dapat mengetahui KPS siswa dalam pembelajaran dan memberikan

pengalaman belajar fisika secara langsung kepada siswa serta menjadi

alternatif baru dalam pembelajaran untuk mengembangkan KPS siswa.

2. Sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan

memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan

keterampilan meneliti serta menambah pengetahuan yang lebih mendalam

terutama pada bidang yang dikaji.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi dan memberikan arah yang lebih jelas, maka ruang lingkup

pada penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen dan


(26)

6 perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi. Siswa dibentuk kedalam kelompok

belajar dengan anggota 5 atau 6 orang siswa dengan karakteristik yang

heterogen. Dengan metode eksperimen dapat mengembangkan

kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal, dimana siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati

suatu objek, keadaan atau proses sesuatu dan dapat diaplikasikan dalam

kehidupannya. Tahapan yang dilalui pada pembelajaran ini adalah tahap

pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap

pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi. Melalui

serangkaian tahapan dalam pembelajaran tersebut KPS siswa dapat digali,

dilatihkan dan dinilai. Aspek-aspek KPS yang dinilai yaitu mengamati,

berhipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasikan data,

menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dan

KPS merupakan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa para

siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab

terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.

Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 sampai 5

orang siswa yang merupakan campuran menurut prestasi akademik, jenis

kelamin, dan suku. Dengan metode eksperimen dapat mengembangkan

kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal, dimana siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati


(27)

7 kehidupannya. Tahapan yang dilalui pada pembelajaran ini adalah

presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan individu, dan

penghargaan kelompok. Melalui serangkaian tahapan dalam pembelajaran

tersebut KPS siswa dapat digali, dilatihkan dan dinilai. Aspek-aspek KPS

yang dinilai yaitu mengamati, berhipotesis, merencanakan percobaan,

menginterpretasikan data, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

3. Penilaian yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar observasi KPS.

(bukan tes)

4. Materi pelajaran yang diberikan pada penilitian ini adalah listrik dinamis

pada pokok bahasan hukum ohm, rangkaian seri dan paralel.

5. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas X3 dan X4 SMA


(28)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa

untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

melalui bahan-bahan yang tersedia. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik

dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui

investigasi. Menurut Ibrahim (2000: 23), menyatakan:

Dalam pembelajaran kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa secara heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan

kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

Stahl (1999: 265-266) dalam Syarifuddin (2011: 1), menjelaskan:

Pelaksanaan investigasi kelompok dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu memilih persoalan untuk diivestigasi, menyiapkan tugas investigasi kelompok dan memperkenalkan proyek yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Sedangkan peran guru selama pembelajaran investigasi kelompok adalah: membimbing siswa dan memfasilitasi proses investigasi dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif.


(29)

9 Berdasarkan pendapat Ibrahim dan Stahl dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan suatu pembelajaran yang

melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Siswa dibentuk kedalam

kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Pembagian kelompok dapat didasarkan atas kesenangan berteman atau

kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Siswa memilih topik yang ingin

dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang

telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan didepan

kelas secara keseluruhan. Sedangkan peran guru selama pembelajaran

investigasi kelompok membimbing siswa dan memfasilitasi proses investigasi

dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif.

Model pembelajaran ini merupakan bentuk pembelajaran yang

mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry

akademik. Melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan

terlibat dalam pemecahan masalah sosial. Dengan demikian kelas menjadi

miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui

pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi kelompok sosial

yang lebih efektif. Menurut Thelen yang dikutip oleh Joyce dan Wail (1980:

332) dalam Eko (2011: 1), menyatakan tiga konsep utama dalam pembelajaran

GI, yaitu:

a. Inquiry

Inquiry atau penelitian dalam model pembelajaran ini didorong adanya


(30)

10 penelitian. Proses sosial meningkatkan penelitian serta pembelajaran dan

pengembangan penelitian tersebut.

b. Knowledge

Pengetahuan yang dimaksudkan dalam GI adalah siswa

dapat mengembangkan kemampuan untuk menyimpulkan dari penelitian

yang telah dilakukan dalam bentuk perilaku simbolik verbal. Sehingga

pada akhirnya siswa dapat membuat kesimpulan pembelajaran dan

menggabungkannya dengan gagasan yang cemerlang.

c. Dinamic of learning group

Dinamic of learning group merupakan suasana yang menggambarkan

sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai sesuatu yang

sengaja dilihat atau yang dikaji bersama melibatkan proses berbagai ide

dan pendapat serta saling tukar pengalaman melalui proses saling

berargumentasi. Kemudian peserta didik menganalisis unsur-unsur yang

diperlukan, mengorganisasikannya, melaksanakan dan melaporkan

hasilnya.

Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam Syarifuddin (2011: 1), menyatakan

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dapat dilakukan

melalui enam tahapan, antara lain:

a. Tahap Pengelompokan (Grouping)

Tahap pengelompokan yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan

diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap

kelompok lima sampai dengan enam orang. Pada tahap ini: 1) siswa


(31)

11 topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar

berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru

membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 5 sampai 6

orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

b. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap planning yaitu tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada

tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang

mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan

apa? (4) Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

c. Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa.

Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa

mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulkan

terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2)

masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan

kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan

mempersatukan ide dan pendapat.

d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Tahap pengorganisasian yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap

ini kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan

pesan-pesan penting dalam proyeknya masing-masing, 2) anggota

kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana

mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok membentuk


(32)

12 e. Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan

pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) penyajian

kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk

penyajian, 2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif

sebagai pendengar, 3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan

mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

f. Tahap Evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating yaitu tahap penilaian proses kerja dan hasil proyek

siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran

sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang

topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang

pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi

tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar

haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan siswa dapat mengumpulkan

informasi, menganalisis, dan membuat kesimpulan, setiap anggota kelompok

berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya, dan saling

bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

Dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan siswa adalah

nggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari pekerjaan mereka,

anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok membentuk sebuah


(33)

13 mempersentasikan laporan akhir, persentase harus dapat melibatkan

pendengarnya secara aktif dan pendengar menevaluasi berdasrakan keriteria

yang telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi, siswa

saling memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam

mengevaluasi pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus

mengevaluasi pemikiran yang paling tinggi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di universitas John

Hopkin dan merupakan pendekatan cooperative lerning yang paling

sederhana. Model pembelajaran ini didasarkan pada prinsip bahwa para siswa

bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar

teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri. Siswa ditempatkan dalam

tim belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang siswa secara

heterogen. Menurut Slavin (1995) dalam Pratama (2007: 12), menyatakan:

Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat sampai lima orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, kemudian mereka bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes siswa tidak diperbolehkan saling membantu.

Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 20), menjelaskan:

Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota empat sampai lima orang siswa. Setiap kelompok haruslah hiterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim


(34)

14 menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membanntu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain atau melakukan diskusi.

Berdasarkan pendapat Slavin dan Ibrahim dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan empat sampai lima

orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis

kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam

tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain

untuk menuntaskan materi pelajarannya dan untuk memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa

dikenai kuis tentang materi tersebut, pada saat kuis siswa tidak diperbolehkan

saling membantu.

Menurut Slavin (1995) dalam Mariyana (2009: 27), menyatakan dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilakukan

melalui lima tahapan, antara lain:

a. Presentasi Kelas

Guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran

dan memberikan memotivasi kepada siswa untuk belajar. Selanjutnya

tahap ini diikuti dengan penyajian informasi sebagaimana pembelajaran

yang berlangsung di kelas konvensional. Guru dapat menggunakan

berbagai metode atau pendekatan yang sesuai denga materi yang akan

diajarkan, misalnya dengan sedikit ceramah dan tanya jawab, atau


(35)

15 dapat memahami penjelasan guru. Oleh karena itu, setiap siswa harus

menyimak dengan baik. Kemudian memberikan soal kesemua siswa.

Pemberian soal bertujuan agar semua siswa selalu menyiapkan diri sebaik

mungkin.

b. Kegiatan Kelompok

Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi beberapa kelompok

dengan anggota empat sampai sampai lima orang siswa, setiap kelompok

haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan peremuan, berasal dari

berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Setelah

guru menyampaikan materinya, siswa berkumpul dalam kelompoknya

untuk mempelajari lembar kerja siswa (LKS) atau materi lainnya.

Pembelajaran ini melibatkan pembahasan permasalahan bersama,

membandingkan jawaban, mengoreksi dan membetulkan tiap kesalahan

pemahaman yang dilakukan anggota kelompok. Fungsi utama dari

kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota kelompok telah

menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota

kelompok dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota kelompok

dapat mengerjakan dengan baik.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi

dan sekitar satu atau dua periode praktik kelompok, para siswa diberikan

kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu

dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa berusaha, bertanggung jawab secara

individual dan melakukan yang terbaik. Dengan demikian ia dapat


(36)

16 Sehingga kesuksesan kelompok sangat bergantung dari skor keberhasilan

setiap individu dalam kelompoknya.

d. Skor Kemajuan Individu.

Tujuan memberikan skor kemajuan individu adalah memberikan

kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan gambaran pencapaian

hasil belajar yang maksimal yang telah dilakukan setiap individu.

e. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepad masing-masing

kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan

kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan

skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata

kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD penghargaan kelompok didasarkan

atas skor yang didapatkan oleh kelompok dan skor kelompok ini diperoleh

dari peningkatan individu dalam setiap kuis. Menurut Slavin (1995) dalam

Antoni (2008: 12), kriteria pemberian skor peningkatan individu disajikan

seperti pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1. Kriteria Pemberian Skor Individu.

Skor Penilaian Skor Perkembangan

Lebih dari 10 skor di bawah skor awal 10 skor sampai 1 skor di bawah skor awal Skor kuis sampai 10 skor di atas skor awal Lebih dari 10 skor dari skor awal

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5 10 20 30 30

Skor awal adalah skor yang diperoleh sebelum kuis/tes, skor awal disini


(37)

17 peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor tes

awal dan skor tes terakhir). Skor individu yang diberikan kepada setiap

anggota kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok. Skor

kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut.

Menurut Slavin (1995) dalam Antoni (2008: 12), skor kelompok dapat

ditentukan dengan rumus seperti berikut ini:

= ℎ

Keterangan:

NK = Nilai Kelompok

Sedangkan kelompok yang memperoleh skor sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan. Menurut Slavin (1995) dalam

Antoni (2008: 13), kriteria penghargaan kelompok seperti pada Tabel 2.2:

Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat Kelompok

NK < 15 15 < NK < 25

NK > 25

Cukup Baik Sangat Baik

Penghargaan pada kelompok terdiri atas 3 tingkat, sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:

a. Super team

Diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25. b. Great team

Diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20. c. Good team

Diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15.

Nilai perkembangan kelompok diambil dari rata-rata nilai yang diperoleh

anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang


(38)

18 atau hadiah. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam

pembelajara.

3. Metode Eksperimen

Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) dalam Susiani (2012: 16), metode

eksperimen adalah cara penyajian dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan

atau proses sesuatu. Sedangkan menurut Schonherr (1996) yang dikutip oleh

Palendeng (2003: 81) dalam Sitirohana (2011: 1), menjelaskan:

Metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pemebelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam melaksanakan metode eksperimen, guru dapat mengembangkan

keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat

kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar

yang optimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam

ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa dapat

diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen atau percobaan memberi

kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep


(39)

19 rasional. Menurut Roestiyah (2008: 80), penggunaan teknik eksperimen

mempunyai tujuan:

Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat melatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Menurut Dhiasuprianti (2010: 1), terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan

metode eksperimen, antara lain:

a. Persiapan Eksperimen

1. Menetapkan tujuan eksperimen.

2. Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan.

3. Mempersiapkan tempat eksperimen.

4. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada

serta daya tampung eksperimen.

5. Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh

siswa atau secara bergiliran).

6. Memperhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat

memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan dan berbahagia.

7. Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan

tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk dilarang

atau membahayakan.

b. Pelaksanaan Eksperimen

1. Siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru


(40)

20 dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi

sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.

2. Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan

situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang

menghambat dapat segera diselesaikan.

c. Tindak Lanjut

1. Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru.

2. Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen,

memerika dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang

digunakan.

4. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan

kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan

diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah.Menurut Rustaman et al (2003)

dalam Nurtafita (2011: 1), menyatakan:

Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiranny, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterempilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan menurut Indrawati (1999: 3) dalam Susiani (2012: 18),

menjelaskan:

Keterampilan proses merupakan keseluruhan kerampilan ilmiah yang terarah (baik kogniti maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk


(41)

21 menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan

penyangkalan terhadap suatu penemuan.

Berdasarkan pendapat Rustaman dan Indrawati dapat disimpulkan bahwa KPS

merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah baik

kognitif/intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif/intelektual

dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.

Keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuaran,

penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial siswa dapat berinteraksi

dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar. Dimana

ketrampilan-keterampilan tersebut dapat digunakan untuk menemukan suatu

konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan.

Menurut Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin (2010: 3), menyatakan terdapat

enam komponen keterampilan proses dasar tanpa urutan tertentu, yaitu:

a. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indra untuk mncari tahu informasi tentang objek seperti karakteristik objek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

b. Kalsifikasi, proses pengelompokan dan penata objek.

c. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.

d. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan.

e. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. f. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang

diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama


(42)

22 sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara

parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu,

sangat penting bagi siswa untuk dimiliki dan dilatihkan sebelum melanjutkan

keketerampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Menurut Longfiled

(2003) dalam Nurohman (2012: 4), membagi KPS menjadi tiga tingkatan

yaitu: Basic, Intermediate, dan Advanced. Selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Klasifikasi KPS (diadaptasi Dari Longfield). Basic

Mengobservasi Menggunakan indar untuk

mengumpulkan informasi.

Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan

antara dua objek/kejadian.

Mengukur Mengelompokkan objek atau ide dalam

kelompok atau kategori berdasarkan bagian-bagiannya.

Mengomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.

Membuat Model Menggunakan grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, aksi atau objek.

Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.

Intermediate

Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil

observasi yang didukung dengan penjelasan yang masuk akal.

Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari

suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa.

Advanced

Membuat Hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalah dalam bentuk pertanyaan. Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji

hipotesis.

Menginterpretasikan Data Membuat dan mengguakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.


(43)

23 Sedangkan menurut Rustaman et al (2003) dalam Hermawansyah (2000: 1),

KPS dan indikatornya dituliskan seperti pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. KPS Dan Indikatornya Menurut Rustaman et al. No Keterampilan Proses Sains Indikator KPS

1. Mengamti (Observasi) a. Menggunakan sebanyak mungkin indra. b. Mengumpulkan atau menggunakan fakta

yang relevan.

2. Menafsirkan (Interpretasi) a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan. b. Menemukan pola dalam suatu seri

pengamatan. c. Menyimpulkan. 3. Mengelompokkan

(Klasifikasi)

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah.

b. Mencari perbedaan dan persamaan. c. Mengontraskan ciri-ciri.

d. Membandingkan.

e. Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan.

f. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan. 4. Meramalkan (Prediksi) a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan.

b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

5. Berkomunikasi a. Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram.

b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis.

c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian.

d. Membaca grafik atau tabel diagram. e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu

masalah atau suatu peristiwa. f. Mengubah bentuk penyajian.

6. Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.

b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.

7. Merencanakan Percobaan/penelitian

a. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan.

b. Menentukan variabel atau faktor penentu. c. Menentukan apa yang akan diukur,

diamati, dan dicatat.

d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja.


(44)

24 8. Menggunakan alat/bahan a. Memakai alat/bahan/sumber yang akan

digunakan.

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan.

c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan.

9. Menerapkan Konsep a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.

b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

10. Mengajukan Pertanyaan a. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa. b. Bertanya untuk meminta penjelasan. c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar

belakang hipotesis.

Sumber: Rustaman et al (2003) dalam Hermawansyah (2000: 1)

Kemudian Indrawati (1999) dalam Nuh (2010: 1), menyebutkan KPS dan

indikatornya seperti pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. KPS Dan Indikatornya Menurut Indrawati.

No Keterampilan Proses Sains Indikator KPS 1. Melakukan Pengamatan

(Observasi)

a. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda. b. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan

yang nyata pada objek atau peristiwa. c. Membaca alat ukur.

d. Mencocokkan gambar dengan uraian tulisan/benda.

2. Menafsirkan Pengamatan (interpretasi)

a. Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan.

b. Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

3. Mengelompokkan (klarifikasi)

a. Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, perbandingan dan mencari dasar penggolongan.

4. Meramalkan (prediksi) a. Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan/pola yang sudah ada. 5. Berkomunikasi a. Mengutarakan suatu gagasan.

b. Menjelaskan penggunaan data hasil pengindraan secara akurat suatu objek atau kejadian.

c. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafk, peta secara akurat.


(45)

25 6. Berhipotesis a. Hipotesis merupakan dugaan sementara

tentang pengaruh variabel manipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen.

7. Merencanakan

Percobaan/Penyelidikan

a. Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau perubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel terikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur/ditulis, serta

menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian.

8. Menerapkan sub konsep/prinsip

a. Menerapkan sub konsep yang telah

dipelajari dalam situasi baru, menggunakan sub konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Sumber: Indrawati (1999) dalam Nuh (2010: 1)

Berdasarkan KPS dan indikatornya yang telah dikemukakan oleh Rustaman et

al dan Indrawati dapat dituliskan seperti pada tabel 2.6.

Tabel 2.6. KPS dan Indikatornya Berdasarkan Rustaman et al dan Indrawati. No Keterampilan Proses Sains Indikator KPS

1. Mengamti (observasi) a. Menggunakan sebanyak mungkin indra. b. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda. c. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan

yang nyata pada objek atau peristiwa. d. Membaca alat ukur.

e. Mencocokkan gambar dengan uraian tulisan/benda.

f. Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan.

2. Menafsirkan (Interpretasi) a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan. b. Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan

hasil pengamatan.

c. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan.

d. Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

e. Menyimpulkan. 3. Mengelompokkan

(klasifikasi)

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah.

b. Mencari perbedaan dan persamaan. c. Mengontraskan ciri-ciri.


(46)

26 d. Membandingkan.

e. Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan.

f. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan. 4. Meramalkan (Prediksi) a. Mengajukan perkiraan tentang sesuatu

yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan/pola yang sudah ada. b. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan. c. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi

pada keadaan yang belum diamati.

5. Berkomunikasi a. Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamtan dengan grafik atau tabel atau diagram.

b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis.

c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian.

d. Membaca grafik atau tabel diagram. e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu

masalah atau suatu peristiwa. f. Mengubah bentuk penyajian.

6. Berhipotesis a. Menggunakan pengetahuan sebelumnya. b. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu

kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian.

c. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah.

7. Merencanakan Percobaan/Penelitan

a. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan.

b. Menentukan variabel atau faktor penentu. c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati,

dan dicatat.

d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja.

8. Menggunakan Alat/Bahan a. Memakai alat/bahan/sumber yang akan digunakan.

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan.

c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan.

9. Menerapkan Konsep a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.

b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

10. Mengajukan Pertanyaan a. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa. b. Bertanya untuk meminta penjelasan. c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar


(47)

27 Sebagaimana keterampilan proses yang telah dikemukakan di atas merupakan

keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran.

Pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan merupakan salah

satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, penilaian terhadap

keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap semua keterampilan

proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Penilaian keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang disesuaiakan dengan materi dan tingkat perkembangaan siswa

atau tingkat kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus

direncanakan secara cermat sebelum digunakan.

Menurut Widodo (2009) dalam Mahmuddin (2010: 4), penyusunan instrumen

untuk penilaian terhadap keterampilan proses dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi jenis keterampilan proses sains yang akan dinilai. b. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains. c. Menentukan dengan cara bagaiamana keterampilan proses sains

tersebut diukur (misalnya apakah tes unjuk kerja, tes tulis, ataukah tes lisan).

d. Membuat kisi-kisi instrumen.

e. Mengembangkan instrumen pengukuran keterampilan proses sains berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Pada saat ini perlu

mempertimbngkan konteks dalam item tes keterampilan proses sains dan tingkatan keterampilan proses sains (objek tes).

f. Melakukan validasi instrumen.

g. Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validasi dan realibilitas empiris.

h. Perbaiki butir-butir yang belum valid.

i. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran sains.


(48)

28 Menurut Mahmuddin (2010: 4), pengukuran terhadap KPS siswa, dapat

dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran

dapat dilakukan secara tes (Paper and pencil tes) dan bukan tes. Penilain

melaui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pancil tes).

Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk

observasi atau pengamatan.

Penilaian secara tertulis terhadap KPS dapat dilakukan dalam bentuk essai dan

pilihan ganda. Pertanyaan yang disusun dalam bentuk pertanyaan konvergen

dan pertanyaan divergen. Penilaian dalam bentuk essai memerlukan jawaban

yang berupa pembahasan atau uraian kata-kata.

Penilaian keterampilan proses melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk

observasi atau pengamatan. Pengamatan dalam penilian ini dapat dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung. Selama kegiatan pembelajaran sains

dilaksanakan, guru dapat melakukan penialain dengan mengamati perilaku

siswa secara langsung dalam menunjukkan kemampuan keterampilan proses

yang dimiliki.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Motode Eksperimen Dan KPS

Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model

pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan

sistem sosial dan pengalaman belajar melalui penerapan metode ilmiah untuk

meningkatkan kualitas masyarakat. Model ini merupakan bentuk pembelajaran


(49)

29 akademik. Melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan

mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial.

Dalam melaksanakan metode eksperimen, guru dapat mengembangkan

keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat

kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar

yang optimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam

ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa dapat

diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat

menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku yang inovatif dan kreatif.

Dengan KPS siswa dapat terlibat dalam menggunakan pikirannya, penggunaan

alat dan bahan, pengukuaran, penyusunan atau perakitan alat, dan dapat

berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar. Hal ini

melatih siswa dalam memecahkan masalah, memberikan pengalaman belajar

secara langsung, menggambarkan sekelompok saling berinteraksi,

berpendapat, bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi dan

dapat melakukan penemuan.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Motode Eksperimen Dan KPS.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model

pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa para siswa bekerja

bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar

teman-temannya dalam tim dan juga dirinya. Guru menyajikan pelajaran, kemudian


(50)

30 mental, serta emosional siswa. Dimana siswa dapat mengembangkan diri

melalui tim belajar.

Dalam melaksanakan metode eksperimen siswa dapat melaksanakan

percobaan dengan mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati

suatu objek, keadaan tau proses sesuatu. Dengan metode eksperimen mampu

meberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir

dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun

sendiri konsep-konsep dalam setruktur kognitifnya dan dapat diaplikasikan

dalam kehidupannya. Dengan demikian siswa dapat mencari dan menemukan

sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinnya dengan

mengadakan percobaan dan dapat melatih siswa cara berpikir yang ilmiah.

Dengan KPS dapat melatih siswa dalam mengemabangkan keterampilan

kognitif, psikomotor, dan sosial. Siswa dapat memecahkan masalah yang

diberikan oleh guru bersama-sama, membuat anggota kelompok bekerja saling

mengemukakan pendapat, berinteraksi dengan sesamanya, dan dapat

menemukan konsep.

7. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Motode Eksperimen Dan KPS.

Pada pembelajaran ini siswa belajar melalui tahap pengelompokan, tahap

perencanaan, tahap penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi,

dan tahap evaluasi. Melalui beberapa tahapan tersebut terdapat KPS yang


(51)

31 Tabel 2.7. Hubungan Anatara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Metode Eksperimen Dan Keterampilan Proses Sains.

No

Model Pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

1. Tahap

Pengelompokan

Guru menyajikan beberapa masalah yang berkaiatan dengan materi pelajaran. Permasalahan yang diberikan dapat berasal dari fenomena alam, peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, video, buku, gambar atau koran, dan memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan dalam mengunpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Siswa mengamati sumber, menentukan katergori-kategori topik permasalahan, kemudian bergabung pada kelompok-kelompok belajar.

- Mengidentifikasai ciri-ciri suatu benda. - Mengidentifikasi

persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa.

Mengamati

- Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, perbandingan dan mencari dasar penggolongan. Mengelompokkan

- Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi pada keadaan yang belum diamati.

Meramalkan (prediksi)

- Mengajukan dugaan sementara tentang pengaruh variabel manipulasi terhadap Berhipotesis 3 1


(52)

32

No

Model Pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

variabel respon. - Menyatakan

penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen. 2. Tahap Perencanaan Guru membimbing siswa

pada setiap kelompok dalam melakukan perencanaan kooperatif.

Berdasarkan permasalahan dalam topik yang telah dipilih, siswa merencanakan bersama-sama mengenai:

- Apa yang akan dipelajari? - Bagaimana belajarnya? - Dengan siapa dan melakukan

apa?

- Dan untuk tujuan apa menyelidiki topik tersebut?

- Menentukan

alat/bahan/sumber yang akan digunakan. - Menentukan apa yang

akan diukur, diamati, dan dicatat.

- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja.

Merencanakan percobaan

3. Tahap Penyelidikan Guru memperhatikan kemajuan tiap kelompok dalam melakukan

penyelidikandan memberikan bantuan jika ada siswa yang memerlukan.

Siswa mengumpulkan

informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Masing-masing anggota

kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. Siswa saling bertukar pendapat, berdiskusi, mengklarifikasi dan

- Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan.

- Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

Menafsirkan (interpretasi)

- Mengutarakan suatu gagasan.

- Menjelaskan penggunaan

Berkomunikasi

3


(53)

33

No

Model Pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

mempersatukan ide atau pendapat.

data hasil pengindraan secara akurat suatu objek atau kejadian

- Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram.

4. Tahap

Pengorganisasian

Guru memeperhatikan kemajuan diskusi tiap anggota kelompok dan membantu bila ada kelompok yang

mengalami kesulitan.

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proyeknya masing-masing. Anggota kelompok

merencanakan dalam membuat laporan dan bagaimana mempresentasikannya. Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi

- Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

Menafsirkan (interpretasi)

- Mengutarakan suatu gagasan.

- Menjelaskan penggunaan data hasil pengindraan secara akurat suatu objek atau kejadian.

Berkomunikasi

5. Tahap Presentasi Guru membimbing siswa dalam mempersiapkan presentasi dan

mengkoordinasikan kegiatan presentasi.

Beberapa kelompok maju kedepan kelas untuk menyajikan hasil penyelidikannya.

Sedangkan siswa yang bukan sebagai penyaji menyimak dan mendengarkan penjelasan dari kelompok yang sedang

- Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

Menafsirkan (interpretasi)

- Mengutarakan suatu gagasan.

- Menjelaskan penggunaan

Berkomunikasi

3


(54)

34

No

Model Pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

menyajikan hasil

penyelidikannya. Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang sedang disajikan.

data hasil pengindraan secara akurat suatu objek atau kejadian.

6. Tahap Evaluasi Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah dilakukan.

- Mengutarakan suatu gagasan.

Berkomunikasi

- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan yang sedang terjadi.

Menerapkan konsep

3


(55)

35 Berdasarkan Tabel 2.7, dapat diketahui bahwa pada setiap tahapan dalam

model pebelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen, terdapat

beberapa KPS yang dapat digali dan dilatihkan. KPS tersebut yaitu

mengamati, interpretasi data (menafsirkan), mengelompokkan, meramalkan,

berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, dan menerapkan

konsep.

8. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Motode Eksperimen Dan KPS

Pada pembelajaran ini siswa belajar melalui tahap presentasi kelas, kegiatan

kelompok, kuis, skor kemajuan individu, dan penghargaan kelompok. Pada

tahap presentasi kelas, kegiatan kelompok, dan kuis terdapat beberapa KPS


(56)

36 Tabel 2.8. Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Eksperimen Dan Keterampilan Proses Sains.

No

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Metode Eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

1. Presentasi Kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari. Dalam memberikan informasi tentang materi pelajaran guru dapat dengan ceramah dan tanya jawab, atau ekspositori, demonstrasi, dan peragaan. Setelah penyajian materi pelajaran selesai seluruh siswa diberikan tes.

Siswa memperhatikan dan mengamati fenomena yang muncul pada kegiatan demonstrasi. Kemudian mengajarkan soal yang telah diberikan oleh guru.

- Mengidentifikasai ciri-ciri suatu benda. - Mengidentifikasi

persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa.

Mengamati

- Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. - Menggunakan konsep

pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Menerapkan Konsep

2. Kegiatan Kelompok Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan membagi lembar kerja siswa (LKS) kepada anggota kelompok sebagai bahan diskusi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan

Siswa membentuk kelompok dan mendiskusikan masalah yang ada dalam LKS untuk dikerjakan dan diselesaikan melalui eksperimen.

- Mengidentifikasai ciri-ciri suatu benda. - Mengidentifikasi

persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa.

Mengamati

3


(57)

37

No

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Metode Eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

tentang materi yang akan dipelajari. Guru memantau kerja setiap anggota kelompok, membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan membimbing anggota kelompok dalam menyiapkan laporan untuk dipresentasikan.

- Mengajukan dugaan sementara tentang pengaruh variabel manipulasi terhadap variabel respon. - Menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen. Berhipotesis - Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan. - Menentukan apa yang

akan diukur, diamati, dan dicatat.

- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja.

Merencanakan Percobaan

- Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan.

- Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

Menafsirkan (interpretasi)

3


(58)

38

No

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dengan Metode Eksperimen Keterampilan Proses Sains (KPS)

Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Indikator KPS Komponen KPS

- Mengutarakan suatu gagasan.

- Menjelaskan

penggunaan data hasil pengindraan secara akurat suatu objek atau kejadian

- Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram.

Berkomunikasi

3. Kuis Guru memberikan kuis kepada

seluruh siswa.

Seluruh siswa mengerjakan kuis dan tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

- Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. - Menggunakan konsep

pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Menerapkan Konsep.

3


(59)

39 Dari Tabel 2.8, dapat diketahui bahwa pada setiap tahapan dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, terdapat

beberapa KPS yang dapat digali dan dilatihkan. KPS tersebut yaitu

mengamati, interpretasi data (menafsirkan), berkomunikasi, berhipotesis,

merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep.

9. Penyetaraan KPS Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Dan STAD Dengan Motode Eksperimen

Berdasarkan hubungan antara model pembelajaran kooperatif tipe GI dan

STAD dengan metode eksperimen dan KPS. KPS siswa yang dapat digali dan

dilatihakan melalui tahapan pada kedua pembelajaran tersebut yaitu

mengamati, berhipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasikan data,

menerapkan konsep, dan berkomunikasi. KPS yang diacu berdasarkan

pendapat Indrawati.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini digunakan dua perlakuan yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, kedua perlakuan tersebut

sama-sama diberikan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas A dan kelas B

secara bergiliran dengan sub materi yang berbeda untuk mengetahui KPS

siswa selama pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen, pada


(60)

40 topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Siswa dibentuk

kedalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 5 atau 6 siswa dengan

karakteristik yang heterogen. Siswa memilih topik yang ingin dipelajari,

mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah

dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan didepan kelas

secara keseluruhan. Sedangkan peran guru selama pembelajaran investigasi

kelompok adalah membimbing siswa dan memfaslitasi proses investigasi.

Dalam melaksanakan pembelajaran ini siswa harus melalui beberapa tahapan

yaitu tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap

pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi. Didalam pelaksanaan

eksperimen siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi

pemikiran mereka untuk menginvestigasi suatu materi atau topik yang telah

mereka pilih melalui suatu proses mengamati, mengajukan hipotesis,

merencanakan percobaan, menginterpretasi data, menerapkan konsep, dan

berkomunikasi. Sehingga dengan melalui beberapa tahapan dalam model

pembelajaran kooperatif tipe GI dan beberapa proses dalam pelaksanaan

eksperimen diharapkan dapat memberikan dorongan yang dapat

mengemangkan KPS siswa dalam pembelajaran.

Sedangkan pada model pebelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode

eksperimen, siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung

jawab terhadap belajar teman-temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri.

Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 atau 5 oarang

siswa yang merupakan campuran menurut prestasi akademik, jenis kelamin,


(61)

41 menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk

menuntaskan materi pelajarannya dan untuk memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa

dikenai kuis tentang materi tersebut. Didalam pelaksanaan eksperimen siswa

diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam materi

pelajaran menggunakan lembar kerja kelompok melalui proses mengamati,

mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan, menginterpretasi data,

menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Dengan beberapa tahapan yang ada

dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan melalui beberapa proses

dalam pelaksanaan eksperimen, diharapkan juga dapat memberikan dorongan

yang dapat mengembangkan KPS siswa dalam pembelajaran.

Dengan demikian, diduga bahwa antara KPS siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen dan yang

menggunakan model pembelajaran koopearatif tipe STAD dengan metode

eksperimen, masing-masing perlakuan yang diberikan dalam pembelajaran

diharapkan dapat memberikan dorongan yang dapat mengembangkan KPS

siswa.

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yatiu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen (X1) dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen (X2),

sedangkan variabel terikatnya adalah KPS (Y1) . dari kedua perlakuan tersebut


(62)

42 dengan metode eksperimen dan KPS pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan metode eksperimen. Kemudian hasil KPS dari kedua perlakuan

tersebut dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan rata-rata KPS

siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan

metode eksperimen dan untuk mengetahui manakah rata-rata KPS siswa yang

lebih baik melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan

metode eksperimen. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Alur Penelitian.

Pembelajaran STAD 1. Presentasi Kelas 2. Kegiatan Kelompok 3. Kuis

4. Skor Kemajuan Individu 5. Penghargaan Kelompok Metode Eksperimen 1. Persiapan 2. Pelaksanaan Eksperimen

3. Tindak Lanjut Pembelajaran GI

1. Pengelompokan 2. Perencanaan 3. Peyelidikan 4. Pengorganisasian 5. Presentasi 6. Evaluasi Metode Eksperimen 1. Persiapan 2. Pelaksanaan Eksperimen 3. Tindak Lanjut

Materi

Kelas A dan Kelas B

Observasi KPS

Dibandingkan KPS

Observasi KPS


(63)

43 C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada penelitian ini

maka dapat dituliskan bahwa dugaan sementara atau hipotesis dari penelitian

ini adalah:

Hipotesis Pertama:

Ho: Tidak ada perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen.

H1 : Ada perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen.

Hipotesis Kedua:

Ho : Rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan metode eksperimen.

H1 : Rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan


(64)

44

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa dan siswi kelas X SMA Negeri 13

Bandar Lampung pada semester genap Tahun Ajaran 2013 yang terdri atas 7

kelas berjumlah 242 peserta didik.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Cluster

Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 7 kelas diambil 2 kelas yang

memiliki karakteristik dan kemampuan yang sama sebagai sampel. Sampel

yang diperoleh adalah kelas X3 sebagai kelompok eksperimen 1 yang

berjumlah 30 peserta didik dan kelas X4 sebagai kelompok eksperimen 2 yang

berjumlah 32 peserta didik.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental

Design dengan tipe Conterbalanced Design, pada desain ini melibatkan dua

kelompok eksperimen yang memperoleh dua perlakuan yang sama dengan

urutan memperoleh perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen 1 diberikan


(1)

53 2. Jika nilai signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.


(2)

86

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD dengan metode eksperimen. Berdasarkan data hasil uji T-tes terhadap data KPS siswa pada kelas X3 menggunakan

GI dan X4 menggunakan STAD dengan metode eksperimen, diperoleh nilai t-hitung > t-tabel (2,801 > 2,000) dan signifikansi (0,007 < 0,05) sehingga H0 ditolak. Sedangkan pada kelas X3 menggunakan STAD dan X4

menggunakan GI dengan metode eksperimen, diperoleh nilai thitung < -t-tabel (-2,041 < -2,000) dan signifikansi (0,046 < 0,05) sehingga H0 ditolak.

2. Rata-rata KPS siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan metode eksperimen. Nilai rata-rata KPS siswa pada kelas X3 menggunakan GI (74,07%) lebih tinggi dibandingkan kelas X4 yang menggunakan STAD (68,38%) dengan metode eksperimen. Sedangkan pada kelas X3 menggunakan STAD (69,57%) lebih kecil dibandingkan kelas X4 yang menggunakan GI (73,66%) dengan metode eksperimen.


(3)

87

B. Saran

Berdasarkan pengamatan dan analisis data keterampilan proses sains siswa dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen, hendaknya guru harus dapat mengkoordinasikan siswa sebaik mungkin sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran.

2. Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan metode eksperimen hendaknya guru harus bisa memilih dan

menyesuaikan dengan materi pelajarannya, yang dapat membuat siswa menemukan konsep-konsep dalam materi pelajaran dan dapat

diinvestigasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah harus memiliki sarana dan prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan pembelajaran.


(4)

88

DAFTAR PUSTAKA

Antoni. 2008. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Demonstrasi Pada Materi Gerak. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Dhiasuprianti. 2010. Penggunaan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran IPA.

(Online). (http://dhiasuprianti.wordpress.com/ penggunaan-metode-eksperimen-dalam-pembelajaran-ipa/. Diakses 12 Desember 2013) Eko. 2011. Model Pembelajaran Group Investigation. (Online). (http://ekocin.

wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt/. Diakses 11 Desember 2013)

Hermawansyah, Tenten. 2000. Biology & Teach. (Online). (http://biopointtenten. blogspot.com/search/label/Metode%20Pembelajaran. Diakses 11 Desember 2013)

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.

Jupri, Al. 2009. Penelitian Pendidikan Matematika. (Online). (http://file.upi.edu/ direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/198205102005011-al_jupri/

penelitian_pend_mat_ pert_4_al_ jupri.pdf. Diakses 11 Desenber 2013) Mahmuddin. 2010. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains. (Online).

(http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/ 10/pelaksanaan-penilaian-keterampilan-proses-sains/. Diakses 11 Desember 2013)

Mariyana, Neli. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan Discovery Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung. Marnasusanti, Ardian. 2007. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA

Negeri 5 Tegal Kelas XI IPA Dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.


(5)

89 Nuh, Usep. 2010. Keterampilan Proses Sains. (Online).

(http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html. Diakses 10 Desember 2013)

Nurohman, Sabar. 2012. Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa. (Online).

(http://eprints.uny.ac.id/491/. Diakses 10 Desember 2013)

Nurtafita, Nita. 2011. Keterampilan Proses Sains. (Online). (http://nitanurtafita. blogspot.com/2011/10/keterampilan-proses-sains-kps.html. Diakses 10 Desember 2013)

Pratama, Moch. Hendy Bayu. 2007. Perbandingan Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pencapaian Kognitif Pada Siswa A Kelas VII B Dan VII SMP Negeri 28 Surabaya.

Skripsi. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.

Priyanto, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS. Yogyakarta. MediaKom.

Puspita, Diah Indah. 2011. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team Achievement Divisions (STAD) Dan Teknik Group Investigation (GI). Skripsi. Jakarta. Universitas Islam Negeri Jakarta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sidiq, Yasir.Adi P, Baskoro. Karyanto, Puguh. Sugiharto, Bowo. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Inquiri STAD Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. JurnalBio-Pedagogi. (Online). Vol. 1, No. 1. (http://biologi.fkip.uns. ac.id/wpcontent/uploads/2012/02/yasirsidiq_k4308063.pdf. Diakses 27 November 2014)

Sitirohana. 2011. Metode Eksperimen Dalam Proses Pembelajaran. (Online). (http://blog.umy.ac.id/sitirohana/2011/12/01/metode-eksperimen-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses 12 Desember 2013)

Supatmo, Jatmiko Purwo. 2008. Meningkatkan KPS Siswa SMAN 1 Kota Gajah Melalui Metode Inkuiri. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Susiani, Henni. 2012. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui

Metode Eksperimen Ditinjau Dari Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Optika Geometri. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syarifuddin. 2011. Pembelajaran Inovatif. (Online). (http://syarifartikel.blogspot. com/2011/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-gi-group.html. Diakses 11 Desember 2011)


(6)

90 Wiratama, I Ketut 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI

Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Sains Siswa SMP.

e-Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. (Online). Vol. 3, No. 1, (http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/ view/798/583. Diakses 27 November 2014)


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) DENGAN STAD (STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) MELALUI METODE EKSPERIMEN

0 7 52

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS BERBASIS EKSPERIMEN

0 3 175

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT Perbandingan Pembelajaran Group Investigation (GI) Dan Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kela

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 1 34