Hubungan Perfeksionisme dan Regulasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik.

(1)

HUBUNGAN PERFEKSIONISME DAN REGULASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

SKRIPSI

diajukan untuk

memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Siti Solihah 0800465

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

HUBUNGAN PERFEKSIONISME DAN REGULASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

Oleh Siti Solihah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Siti Solihah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Siti Solihah (0800465). Hubungan Perfeksionisme dan Regulasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik. Skripsi. Departemen Psikologi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2015).

Latar belakang penelitian ini adalah maraknya perilaku prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa. Perfeksionisme dan regulasi diri diyakini berpengaruh terhadap prokrastinasi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (a) gambaran perfeksionisme, gambaran regulasi diri dan prokrastinasi akademik (b) hubungan perfeksionisme dengan prokrastinasi prokrastinasi akademik (c) hubungan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik (d) hubungan perfeksionisme dan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota sampling. Partisipan adalah mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 sebanyak 180 orang mahasiswa. Data diperoleh dengan menggunakan Perfectionism Inventory, skala regulasi diri dan skala prokrastinasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan (1) sebagian besar mahasiswa memiliki perfeksionisme sedang, regulasi diri rendah dan prokrastinasi akademik sedang (2) tidak terdapat hubungan antara perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik (3) terdapat hubungan negatif yang sedang dan signifikan antara regulasi diri dengan prokrastinasi akademik dengan koefisien korelasi r = -0,436 (4) hanya regulasi diri yang dapat mengefekkan prokrastinasi akademik.


(6)

The Correlation between Perfectionism and Self Regulation with Academic Procrastination

ABSTRACT

Siti Solihah. (2015). The Correlation between Perfectionism and Self Regulation with Academic Procrastination. Skripsi. Departemen Psikologi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2015).

This research was conducted becuase there is phenomenon of academic procrastination among college students. Academic procrastination is influenced by perfectionism and self regulation. The purposes of this study are to find out (a) perfectionism profile, self-regulation profile and academic procrastination profile (b) correlation between perfectionism and academic procrastination (c) correlation between self regulation and academic procrastinatinon (d) correlation between perfectionism and self regulation with academic procrastination. The method used is based on quantitative research with correlation technique. Quota sampling is used to choose participants in this study. The participants were 180 college students of Psychology Department Universitas Pendidikan Indonesia in Grade 2011-2014. Data were collected using perfectionism inventory, self regulation scale, and academic procrastination scale. Results indicate (1) most of the college students have perfectionism on medium scale (37,2 %), have self regulation on low scale (45 %) and have academic procrastination on medium scale (35%) (2) there is no correlation between perfectionism and academic procrastination (3) there is negative and significant correlation between self regulation and academic procrastination with r = −0,436 (4) Only self-regulation can predict academic procrastination.


(7)

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Ucapan Terima Kasih ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xii

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Konsep Perfeksionisme ... 9

1. Pengertian Perfeksionisme ... 9

2. Perkembangan Perfeksionisme ... 10

3. Siklus Perfeksionisme ... 10

4. Dimensi Perfeksionisme... 11

5. Keyakinan Irasional Perfeksionisme ... 12

6. Kelebihan dan Kekurangan Perfeksionisme ... 14

7. Dampak Perfeksionisme dalam Kehidupan ... 14

B. Konsep Regulasi Diri ... 15

1. Pengertian Regulasi Diri ... 15

2. Fase Regulasi Diri ... 16

3. Komponen Regulasi Diri... 17

4. Tahapan dalam Regulasi Diri ... 21


(8)

C. Konsep Prokrastinasi Akademik ... 23

1. Definisi Prokrastinasi ... 23

2. Prokrastinasi Akademik ... 25

3. Dimensi Prokrastinasi Akademik ... 26

4. Tipe Prokrastinator ... 27

5. Siklus Prokrastinasi ... 28

6. Konsekuensi Prokrastinasi ... 29

7. Teori Perkembangan Prokrastinasi ... 30

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi ... 32

D. Konsep Remaja ... 34

1. Pengertian Masa Remaja ... 34

2. Ciri Masa Remaja ... 35

3. Minat Remaja ... 37

E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38

F. Kerangka Pemikiran ... 42

G. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 47

1. Lokasi ... 47

2. Populasi ... 47

3. Sampel dan Teknik Sampling ... 47

B. Desain Penelitian ... 48

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 48

1. Variabel Penelitian ... 48

2. Definisi Operasional Variabel ... 48

a. Definisi Operasional Perfeksionisme ... 48

b. Definisi Operasional Regulasi Diri ... 49

c. Definisi Operasional Prokrastinasi Akademik ... 49

D. Instrumen Penelitian... 50

1. Perfectionism Inventory ... 50


(9)

3. Skala Prokrastinasi Akademik ... 53

E. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 54

1. Validitas Instrumen ... 54

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G. Analisis Data ... 58

H. Prosedur Penelitian... 62

BAB IV Hasil dan Pembahasan ... 64

A. Gambaran Perfeksionisme, Regulasi Diri dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 64

1. Gambaran Perfeksionisme Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 64

2. Gambaran Regulasi Diri Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 71

3. Gambaran Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 75

B. Hubungan Perfeksionisme dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 80

C. Hubungan Regulasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 83

D. Hubungan Perfeksionisme dan Regulasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 89

Daftar Pustaka ... 91


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Data Populasi ... 47

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Perfectionism Inventory ... 50

Tabel 3.3 : Skor Item Perfeksionisme ... 51

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Regulasi Diri ... 52

Tabel 3.5 : Skor Item Regulasi Diri ... 53

Tabel 3.6 : Kisi-Kisi Instrumen Prokrastinasi Akademik ... 53

Tabel 3.7 : Skor Item Prokrastinasi Akademik ... 54

Tabel 3.8 : Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 55

Tabel 3.9 : Koefisien Reliabilitas Perfeksionisme ... 56

Tabel 3.10 : Koefisien Reliabilitas Regulasi Diri ... 56

Tabel 3.11 : Koefisien Reliabilitas Prokrastinasi Akademik ... 56

Tabel 3.12 : Hasil Uji Kelayakan Instrumen Penelitian ... 57

Tabel 3.13 : Kategorisasi Skala ... 59

Tabel 3.14 : Hasil Uji Normalitas Data ... 60

Tabel 3.15 : Hasil Uji Multikolinearitas ... 61

Tabel 4.1 : Gambaran Perfeksionisme Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 .... 64

Tabel 4.2 : Gambaran Dimensi Perfeksionisme Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011- 2014 ... 67

Tabel 4.3 : Gambaran Regulasi Diri Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 .... 71

Tabel 4.4 : Gambaran Dimensi Regulasi Diri Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011- 2014 ... 73

Tabel 4.5 : Gambaran Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011- 2014 ... 76


(11)

Tabel 4.6 : Gambaran Dimensi Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 ... 78 Tabel 4.7 : Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ... 85 Tabel 4.8 : Hasil Uji F (ANOVA) ... 85 Tabel 4.9 : Hasil Uji Regresi Parsial Perfeksionisme dan Regulasi Diri

terhadap Prokrastinasi Akademik ... 86 Tabel4.10 : Koefisien Regresi Regulasi Diri terhadap Prokrastinasi


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing ... 99

Lampiran 2 : Kartu Bimbingan Skripsi ... 100

Lampiran 3 : Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 102

Lampiran 4 : - Kuesioner Perfeksionisme ... 103

- Kuesioner Regulasi Diri ... 107

- Kuesioner Prokrastinasi Akademik ... 109

Lampiran 5 : - Skor Perfeksionisme... 111

-Skor Regulasi Diri ... 117

-Skor Prokrastinasi Akademik ... 125

Lampiran 6 : - Hasil Uji Reliabilitas Perfeksionisme ... 133

-Hasil Uji Reliabilitas Regulasi Diri ... 133

-Hasil Uji Reliabilitas Prokrastinasi Akademik ... 133

-Hasil Analisis Item Perfeksionisme ... 134

-Hasil Uji Normalitas Data ... 135

-Hasil Uji Linearitas ... 136

-Hasil Uji Multikolinearitas ... 137

-Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ... 137

-Hasil Uji F (ANOVA) ... 137

-Hasil Uji Regresi Parsial Perfeksionisme dan Regulasi Diri terhadap Prokrastinasi Akademik ... 138


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Permikiran ... 45 Gambar 3.1 : Pola Sebaran Hubungan Perfeksionisme dengan

Prokrastinasi Akademik ... 60 Gambar 3.2 : Pola Sebaran Hubungan Regulasi Diri dengan


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam memulai atau menyelesaikan tugas penting yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam menyelesaikan tugas dan menimbulkan gangguan psikologis berupa rasa bersalah, stres dan frustrasi. Prokrastinasi bukanlah suatu bentuk penghindaran biasa, karena didalamnya melibatkan persepsi dan keyakinan (komponen kognitif), emosi dan sensasi (komponen afektif) serta tindakan (komponen perilaku) yang saling berhubungan (Solomon & Rothblum, 1984). Burka & Yuen (2008) menjelaskan bahwa salah satu perbedaan prokrastinasi dengan penundaan karena tidak memiliki banyak waktu atau karena kepribadian seseorang yang cenderung santai adalah ketika tindakan penundaan yang dilakukan menyebabkan suatu kesusahan.

Menurut Solomon & Rothblum (1984), prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik seperti tugas kuliah. Adapun area akademik yang sering ditunda pengerjaannya oleh mahasiswa yaitu tugas menulis, tugas membaca, tugas belajar untuk ujian, tugas dalam menghadiri pertemuan, tugas kinerja akademik dan dalam memenuhi tugas administratif (Solomon & Rothblum, 1984). Tugas menulis yang sering ditunda antara lain menulis laporan penelitian dan skripsi. Tugas membaca mencakup penundaan untuk membaca referensi yang berkaitan dengan tugas kuliah. Tugas belajar seperti persiapan dalam menghadapi ujian tengah semester atau kuis. Tugas menghadiri pertemuan seperti penundaan atau keterlambatan menemui dosen pembimbing. Tugas administratif seperti membayar SPP dan mengembalikan buku perpustakaan. Tugas kinerja akademik yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan. Gambaran prokrastinasi akademik pada mahasiswa tampak dari banyaknya mahasiswa yang mengontrak skripsi lebih dari satu kali, banyak


(15)

2

mahasiswa yang harus mengikuti ujian ulang atau remedial karena kurangnya persiapan seperti membaca materi perkuliahan di waktu terakhir ujian akan dilaksanakan dan banyak mahasiswa yang mencontek pekerjaan temannya karena tidak memiliki banyak waktu untuk mengerjakannya sendiri. Mahasiswa lebih memilih melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan yang tidak ada relevansinya dengan pengerjaan tugas tersebut (Schouwenburg, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian Ellis & Knaus (Schouwenburg, 1995), 70% mahasiswa terjerat dalam perilaku prokrastinasi. Penelitian lain yang dilakukan Burka & Yuen (2008) menemukan 75% mahasiswa melakukan prokrastinasi dan 50% diantaranya mengaku melakukan prokrastinasi secara konsisten dan menganggap hal tersebut sebagai suatu masalah. Penelitian terkait prokrastinasi akademik di Indonesia dilakukan oleh Purnama dan Muis pada 275 mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 170 mahasiswa (62%) yang memiliki prokrastinasi akademik sedang, 59 mahasiswa (21%) memiliki prokrastinasi akademik tinggi dan 46 mahasiswa (17%) memiliki prokrastinasi akademik rendah. Area prokrastinasi akademik yang cukup banyak dilakukan mahasiswa adalah area membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yaitu sebesar 94%. Penelitian Marliati (2013) pada 63 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung menunjukkan bahwa 68,25% mahasiswa memiliki prokrastinasi akademik tinggi dan 31,75% memiliki prokrastinasi akademik yang rendah. Arianti (2013) melakukan penelitian prokrastinasi penyelesaian skripsi pada 287 mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, adapun hasil dari penelitian menunjukkan sebagian besar yaitu 41,48% mahasiswa memiliki prokrastinasi sedang, 5,93% mahasiswa memiliki prokrastinasi sangat rendah, 24,44% mahasiswa memiliki prokrastinasi rendah, 21,48% memiliki prokrastinasi tinggi dan 6,67% mahasiswa memiliki prokrastinasi akademik sangat tinggi.

Prokrastinasi akademik dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif baik bagi mahasiswa maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Sia (2010), mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik akan kehilangan banyak


(16)

3

waktu, kesempatan dan dapat menurunkan produktivitas. Selain itu prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa juga akan membebani orang tua secara materi, membuat beban kinerja dosen semakin menumpuk dan dapat menurunkan angka akreditasi bagi fakultas dan atau universitas.

Knaus (2010) menjelaskan bahwa beberapa penyebab prokrastinasi bersifat lingkungan sosial, sebagian terkait dengan proses otak dan keyakinan-keyakinan yang bergantung pada suasana hati. Prokrastinasi juga berhubungan dengan kecemasan, perasaan tidak nyaman saat dihakimi dan dinilai oleh orang lain (Burka & Yuen, 2008). Prokrastinasi menjadi semakin kompleks ketika melibatkan banyak faktor, seperti keraguan diri atau self-doubt dan perfeksionisme (Wyk, 2004). Perfeksionisme adalah kombinasi dari keyakinan dan perilaku yang diasosiakan dengan penetapan standar atau harapan yang terlalu tinggi atas performa diri (NAGC, 2008). Perfeksionis menuntut segalanya serba sempurna dan terkadang memiliki harapan yang tidak realistis (Hewitt & Flett, 1992). Perfeksionisme membuat orang enggan mengerjakan tugas karena merasa tidak mampu mencapai standar tinggi yang telah dibuatnya. Salah satu penghubung antara perfeksionisme dengan prokrastinasi adalah keyakinan irasional (Hewitt & Flett, 2003).

Burka & Yuen (2008) menjelaskan keyakinan-keyakina irasional yang membawa pada perilaku prokrastinasi. Pertama, perfeksionis percaya bahwa dirinya dapat melakukan segala sesuatu secara sempurna tanpa ada kesalahan. Jika materi untuk mengerjakan suatu tugas dirasa belum cukup, perfeksionis akan menundanya sampai semuanya dipersiapkan secara matang. Saat hasil dari pekerjannya biasa-biasa saja di waktu-waktu terakhir, perfeksionis berdalih jika saja waktunya lebih lama mereka mampu mengerjakan secara sempurna. Faktanya tidak peduli berapa lama waktu yang diberikan dan sebesar apapun usaha yang telah dilakukan, hasilnya akan tetap terlihat inferior di mata perfeksionis. Kedua, perfeksionis memiliki keyakinan bahwa menerima bantuan dari orang lain adalah suatu kelemahan. Seberat apapun tugas yang diberikan padanya akan dikerjakan seorang diri. Pada akhirnya ketidakmampuan untuk melakukan segala sesuatu seorang diri membuat perfeksionis memutuskan melakukan prokrastinasi.


(17)

4

Menurut Department of Health Western Australia (2009), perfeksionisme dapat menghasilkan pekerjaan yang mengagumkan, menjadikan kehidupan seseorang lebih terstruktur dan tertib serta dapat melatih seseorang untuk profesional dalam bidang yang ditekuninya. Namun di sisi lain, perfeksionisme dalam diri seseorang dapat menimbulkan perasaan tidak pernah cukup. Sehingga akan selalu meremehkan hasil kerja sendiri meskipun hasilnya baik. Selain itu perfeksionisme juga dapat menyebabkan stres dan membuang banyak waktu.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perfeksionisme memberi kontribusi pada prokrastinasi (Stober dan Jooman, 2001; McNaughton, 2001). Menurut Ashby dkk., perfeksionisme yang destruktif seperti ini dapat mengarah pada kecemasan tingkat tinggi, kesendirian, kegagalan dan prokrastinasi (Gunawinata dkk., 2008).

Perfeksionisme yang berujung pada prokrastinasi akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan pendidikan yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut agar dapat mengatur dirinya baik secara emosi, pikiran dan perilaku supaya menghentikan kebiasaan prokrastinasi. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan yang diterapkan secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan yang didasari atas keyakinan dan motivasi dari dalam diri disebut self-regulation atau regulasi diri (Zimmerman, 1989). Steel (2007) menyatakan bahwa kemampuan dalam regulasi diri sangat mempengaruhi kemunculan perilaku prokrastinasi seseorang. Menurut LaForge (2005) prokrastinasi terjadi karena kurangnya kemampuan seseorang dalam regulasi diri.

Penelitian yang dilakukan Park dan Sperling (2011) di Amerika Serikat menemukan bahwa orang dengan prokrastinasi yang tinggi menunjukkan kurangnya regulasi diri. Berdasarkan penelitian Herawati (2005) terdapat

hubungan negatif antara regulasi diri dengan prokrastinasi akademik,artinya semakin

tinggi regulasi diri maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademiknya.

Ozer dkk. (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara perfeksionisme dengan prokrastinasi dan memiliki hubungan yang negatif dengan self-regulated learning.


(18)

5

Melihat maraknya fenomena prokrastinasi akademik yang terjadi akhir-akhir ini, banyak ilmuwan yang tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai prokrastinasi akademik. Tetapi penelitian yang telah dilakukan baru menggali hubungan antara prokrastinasi akademik dengan perfeksionisme, atau prokrastinasi akademik dengan regulasi diri. Dari sinilah peneliti tertarik untuk menggali keterkaitan antara perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2011), fenomena prokrastinasi akademik juga terjadi pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. Salah satu indikasi terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia tercermin dari jumlah mahasiswa yang lulus tepat waktu lebih sedikit dari jumlah mahasiswa yang terlambat lulus. Fenomena ini dikenal dengan istilah bottle neck. Untuk mengetahui dinamika prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Inodonesia, peneliti bermaksud melakukan penelitian terkait prokrastinasi akademik serta keterkaitannya dengan perfeksionisme dan regulasi diri pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Fenomena prokrastinasi akademik pada mahasiswa semakin memprihatinkan. Seringnya melalukan prokrastinasi, membuat mahasiswa terkesan santai saja ketika melakukan penundaan tugas, seolah-olah sudah tidak terbebani dengan tenggat waktu yang semakin sempit. Salah satu yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik adalah perfeksionisme, yaitu aktualisasi diri ideal dengan ambisi dan tujuan yang terlalu tinggi, dan menuntut kesempurnaan. Sebagian prokrastinator justru tidak menyadari jika dirinya memiliki kecenderungan perfeksionisme. Sehingga akan semakin sulit untuk menanggulangi kebiasaan prokrastinasi. Prokrastinasi akademik yang kerap kali dilakukan oleh mahasiswa akan membawanya pada sejumlah konsekuensi negatif, yaitu kehilangan banyak waktu dan kesempatan, melewatkan deadline, produktivitas dan prestasi rendah, stres dan frustasi. Untuk itu mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan


(19)

6

mengatur emosi, pikiran dan perilakunya serta dapat mencapai tujuan yang telah dibuatnya sehingga terbebas dari prokrastinasi dan segala konsekuensi negatifnya. Kemampuan mengatur diri untuk mencapai tujuan dikenal dengan self regulation atau regulasi diri.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi

akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014?

2. Apakah terdapat hubungan antara perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014?

3. Apakah terdapat hubungan antara regulasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014?

4. Apakah terdapat hubungan antara perfeksionisme dan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perfeksionisme dan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data-data empirik sebagai berikut :

1. Gambaran perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014.

2. Hubungan antara perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014.


(20)

7

3. Hubungan antara regulasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014.

4. Hubungan antara perfeksionisme dan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu psikologi pendidikan khususnya perilaku prokrastinasi mahasiswa serta hubungannya dengan perfeksionisme dan regulasi diri.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa perilaku prokrastinasi akademik akan membawanya pada sejumlah konsekuensi negatif. Sehingga mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan regulasi dirinya agar terlepas dari perilaku prokrastinasi.

b. Bagi dosen pembimbing akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa, sehingga dosen dapat merancang program bimbingan yang tepat untuk mereduksi kebiasaan prokrastinasi akademik mahasiswa.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Berikut ini sistematika penulisan dari setiap bab pada skripsi ini.

BAB I: Mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.


(21)

8

BAB II: Mencakup pengertian perfeksionisme, faktor penyebab perfeksionisme, dimensi perfeksionisme, dampak perfeksionisme, pengertian regulasi diri, fase regulasi diri, faktor yang mempengaruhi regulasi diri, teori perkembangan prokrastinasi, definisi prokrastinasi, prokrastinasi akademik, tipe prokrastinator, siklus prokrastinasi, konsekuensi prokrastinasi, faktor yang mempengaruhi prokrastinasi, pengertian masa remaja, ciri-ciri masa remaja, hasil penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III: Mencakup lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.

BAB IV: Mencakup hasil penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, serta pembahasan hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.


(22)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Penelitian dilakukan di Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang terletak di Jalan Dr. Setiabudi no. 229 Bandung.

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 yang berjumlah 325 orang. Pemilihan populasi ini didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu kemudahan akses untuk menjangkau subjek penelitian, waktu dan biaya.

Tabel 3.1 Data Populasi

No. Angkatan Jumlah

1. Angkatan 2011 90 orang

2. Angkatan 2012 75 orang

3. Angkatan 2013 80 orang

4. Angkatan 2014 80 orang

Total 325 orang

3. Sampel dan Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008) sebagai berikut:

n ≥

1+�.�²

n ≥ 5

+ 5. . 5 ² n ≥ .8 55


(23)

48

Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan yaitu sebesar 5% atau 0,05

Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 180 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang ditetapkan, kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut (Sugiyono, 2011).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai hubungan antara perfeksionisme dan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional untuk mengetahui hubungan antara perfeksionisme dan regulasi diri dengan prokrastinasi akademik.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Definisi Operasional Perfeksionisme

Definisi operasional perfeksionisme adalah seberapa tinggi upaya seseorang dalam mencapai kesempurnaan dan menetapkan standar kinerja yang terlalu tinggi, disertai dengan kecenderungan ke arah evaluasi terlalu kritis terhadap perilaku seseorang dengan mengacu pada dimensi perfeksionisme menurut Hill dkk. (2004), yaitu: concern over mistakes (kecenderungan mengalami stres dan kecemasan berlebihan dalam melakukan kesalahan), high standards for others


(24)

49

(kecenderungan memaksa orang lain untuk memiliki standar perfeksionis seperti yang mereka yakini), needs for approval (kecenderungan mencari pengakuan dari orang lain dan sensitif terhadap kritikan), organization (kecenderungan untuk rapi dan teratur), perceived parental pressure (kecenderungan merasa harus tampil sempurna untuk memperoleh pengakuan dari orang tua), planfulness (kecenderungan untuk merencanakan segala sesuatu dengan hati-hati sebelum mengambil keputusan), rumination (kecenderungan mengkhawatirkan segala sesuatu secara berlebihan mengenai kesalahan yang telah dilakukan, pekerjaan yang tidak sempurna dan kesalahan yang mungkin dapat dilakukan di masa yang akan datang), striving for excellent (kecenderungan untuk memperoleh hasil yang sempurna dan standar yang tinggi).

b. Definisi Operasional Regulasi Diri

Regulasi diri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengatur aktifitas, pikiran dan perilakunya dengan usaha yang lebih besar untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Tinggi atau rendahnya regulasi seseorang dapat tergambar dari skor kuesioner regulasi diri yang mengacu pada dimensi regulasi diri menurut Ormrod (2008), diantaranya self determined standards and goal (menyusun standar dan tujuan yang ditentukan sendiri), pengaturan emosi (menjaga, mengelola, mengatur perasaan agar tidak menghasilkan respon-respon yang kontraproduktif yang akan mencegah dan mengubah dirinya sendiri pada perilaku atau respon yang berlebihan), instruksi diri (pengingat yang seseorang berikan kepada dirinya sendiri tentang tindakan-tindakan yang tepat, sehingga dapat memantau perilakunya sendiri apabila melakukan suatu perilaku yang kompleks), self monitoring (mengamati diri sendiri saat sedang melakukan sesuatu.

c. Definisi Operasional Prokrastinasi Akademik

Milgram (1991) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai suatu perilaku yang melibatkan urutan penundaan, menghasilkan produk perilaku yang berada di bawah standar, melibatkan suatu tugas yang dipersepsi oleh prokrastinator sebagai suatu tugas yang penting untuk dilakukan dan menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan. Tinggi atau


(25)

50

rendahnya prokrastinasi akademik mahasiswa tergambar dari skor prokrastinasi akademik yang mengacu pada dimensi prokrastinasi akademik Schouwenberg (1995) yaitu penundaan untuk memulai atau menyelesaikan tugas, kelambanan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan antara rencana dengan penyelesaian tugas, dan melakukan aktivitas lain selain pengerjaan tugas.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Perfectionism Inventory, skala regulasi diri dan skala prokrastinasi akademik.

1. Perfectionism Inventory

Perfectionism Inventory dirancang oleh Hill dkk. (2004) untuk mengukur tingkat perfeksionisme seseorang yang terdiri dari dimensi concern over mistakes, high standards for others, needs for approval, organization, perceived parental pressure, planfulness, rumination, dan striving for excellent. Skala ini terdiri dari 59 item favorable. Item-item kemudian disajikan secara acak. Berikut penyajian kisi-kisi skala perfeksionisme.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Perfectionism Inventory

No. Aspek/Dimensi Indikator Item Favorable

1. Concern over mistake Kecenderungan mengalami stres dan

kecemasan berlebihan dalam melakukan kesalahan

6, 14, 22, 30, 38, 46, 53, 57

2. High standards for

others

Kecenderungan memaksa orang lain untuk memiliki standar perfeksionis seperti yang mereka yakini

3, 11, 19, 27, 35, 43, 50

3. Needs for approval Kecenderungan mencari pengakuan dari

orang lain dan sensitif terhadap kritikan

2, 10, 18, 26, 34, 42, 49, 59

4. Organization Kecenderungan selalu rapi dan teratur 4, 12, 20, 28, 36,

44, 51, 56

5. Perceived parental

pressure

Kecenderungan harus tampil sempurna untuk memperoleh pengakuan dari orang tua

7, 15, 23, 31, 39, 47, 54, 58

6. Planfulness Kecenderungan untuk merencanakan segala

sesuatu dengan hati-hati sebelum mengambil keputusan

5, 13, 21, 29, 37, 45, 52


(26)

51

No. Aspek/Dimensi Indikator Item Favorable

7. Rumination Kecenderungan mengkhawatirkan segala

sesuatu secara berlebihan mengenai kesalahan yang telah dilakukan, pekerjaan yang tidak sempurna, dan kesalahan yang mungkin dapat dilakukan di masa yang akan datang

8, 16, 24, 32, 40, 48

8. Striving for excellent Kecenderungan untuk memperoleh hasil

yang sempurna dan standar yang tinggi

1, 9, 17, 25, 33, 41

Instrumen memiliki lima alternatif jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Tidak Tahu (TT), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Masing-masing jawaban tersebut memiliki nilai tersendiri yang disesuaikan dengan pilihan alternatif jawaban yang bergerak dari satu sampai lima. Dari setiap pernyataan tersebut, responden harus memilih satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan dirinya saat itu. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden, semakin tinggi perfeksionisme seseorang. Adapun skor untuk setiap item dituangkan dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Skor Item Perfeksionisme Pilihan Jawaban Skor Item Favorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Tidak Setuju (TS) 2

Tidak Tahu (TT) 3

Setuju (S) 4

Sangat Setuju (SS) 5

2. Skala Regulasi Diri

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala regulasi diri yang dikembangkan oleh Restu Khoirun Nisa (2014). Instrumen regulasi diri dikembangkan berdasarkan teori Bandura (Ormrod, 2008), yang terdiri dari dimensi standar dan tujuan yang ditentukan sendiri (self determined standards and goal), pengaturan emosi, instruksi diri, self monitoring. Skala ini terdiri dari 20 item favorable dan 10 item unfavorable.


(27)

52

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Skala Regulasi Diri

No. Aspek/Dimensi Indikator Item

Favorable

Item Unfavorable 1. Standar dan Tujuan yang

Ditentukan Sendiri

(Self Determined

Standards and Goal)

Menyusun standar yang bernilai untuk mencapai tujuan yang diinginkan

1, 2

Menetapkan tujuan yang

diinginkan

3, 4, 5 6, 7

2. Pengaturan Emosi

(Emotional Regulation)

Menjaga, mengelola, mengatur perasaan

8, 9, 10

Mengontrol pengekspresian perilaku negatif

11, 12, 14 13, 15, 16

3. Instruksi diri (self-instruction)

Memantau dan mengingatkan diri sendiri dalam bertindak

17, 18, 19 20

4. Self Monitoring/Self

Observation

Mengamati dan menyadari

perilakunya sendiri

21, 22, 23 24, 25

Menggunakan teknik tertentu untuk memonitor perkembangan perilakunya

26 27

Memperbaiki perilakunya apabila melakukan perilaku yang tidak tepat

28, 29 30

Instrumen memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Masing-masing jawaban tersebut memiliki nilai tersendiri yang disesuaikan dengan pilihan alternatif jawaban yang bergerak dari satu sampai empat, dan setiap itemnya ada yang bernilai favorable dan unfavorable. Dari setiap pernyataan tersebut, responden harus memilih satu dari empat alternatif jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan dirinya saat itu. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden, semakin tinggi regulasi diri seseorang. Adapun skor untuk setiap item dituangkan dalam tabel 3.5 berikut.


(28)

53

Tabel 3.5

Skor Item Regulasi Diri

Pilihan Jawaban Skor Item Favorable Skor Item Unfavorable

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tidak Setuju (TS) 2 3

Setuju (S) 3 2

Sangat Setuju (SS) 4 1

3. Skala Prokrastinasi Akademik

Untuk mengukur prokrastinasi akademik, peneliti menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Lia Desty (2015). Instrumen ini disusun berdasarkan teori dari Schouwenberg (1995) yang terdiri dari empat dimensi, yaitu penundaan memulai atau menyelesaikan tugas akademik, kelambanan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan antara rencana dengan penyelesaian tugas dan melakukan aktivitas lain selain pengerjaan tugas. skala ini terdiri dari 25 item favorable. Berikut kisi-kisi dari instrumen prokrastinasi akademik.

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Instrumen Prokrastinasi Akademik

No. Dimensi Indikator Item Favorable

1. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas

Melakukan penundaan untuk memulai pengerjaan tugas

8, 20, 25

Melakukan penundaan untuk menyelesaikan tugas 5, 10, 11

2. Kelambanan dalam

mengerjakan tugas

Memerlukan waktu yang lama untuk

mempersiapkan pengerjaan tugas

1, 7, 18

Memerlukan waktu yang lama untuk mengerjakan tugas

17, 24

3. Kesenjangan antara

rencana dengan

penyelesaian tugas

Ketidaksesuian antara rencana dengan tindakan untuk mengerjakan tugas

2, 23

Tidak mampu memenuhi target penyelesaian tugas 12, 14 Ketidaksesuaian waktu yang telah direncanakan

dalam menyelesaikan tugas

21

4. Melakukan aktivitas lain selain pengerjaan tugas

Terlibat dalam kegiatan lain saat mengerjakan tugas 3, 4, 9, 15, 22 Mengerjakan hal lain yang lebih menyenangkan

dan tidak berkaitan dengan pengerjaan tugas


(29)

54

Instrumen memiliki lima alternatif jawaban, yaitu Tidak Pernah (TP), Pernah (P), Kadang-Kadang (KK), Sering (Sering) dan Sangat Sering (SS). Responden harus memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada pada setiap pernyataan, sesuai dengan keadaan dirinya saat itu. Masing-masing jawaban tersebut memiliki nilai tersendiri yang disesuaikan dengan pilihan alternatif jawaban yang bergerak dari satu sampai lima. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi pula prokrastinasi akademik seseorang.

Tabel 3.7

Skor Item Prokrastinasi Akademik

Pilihan Jawaban Skor Item Favorable

Tidak Pernah (TP) 1

Pernah (P) 2

Kadang-Kadang (KK) 3

Sering (S) 4

Sangat Sering (SS) 5

E. Proses Pengambangan Instrumen Penelitian

Peneliti melakukan uji coba instrumen untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat variabel yang akan diukur dan sejauh mana instrumen itu dapat menunjukkan dengan sebenarnya variabel yang akan diukur. Peneliti melakukan uji coba kepada 295 mahasiswa dengan menggunakan kuesioner online. Data tersebut kemudian diolah untuk dilakukan uji reliabilitas dan validitas. Setelah itu data yang diperoleh pada uji coba akan kembali digunakan dalam tahap pengolahan data selanjutnya dengan menghilangkan item-item yang tidak valid ataupun reliabel.

1. Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011). Peneliti menggunakan uji validitas isi (content validity). Validitas isi menggambarkan sejauh mana item-item pada alat ukur dapat mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana item-item mencerminkan perilaku yang hendak diukur (Azwar, 2010).


(30)

55

Uji validitas isi dapat dilakukan melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat expert/professional judgment. Dalam penelitian ini, setelah instrumen diadaptasi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli untuk mengetahui apakah item-item dan struktur bahasa pada alat ukur yang digunakan sudah merepresentasikan sejumlah dimensi yang ingin diukur. Adapun yang menjadi expert judgment adalah dosen pengajar di Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Muhammad Ariez Musthofa, M.Si dan Helli Ihsan, M.Si.

Berdasarkan analisa oleh expert judgment hanya terdapat beberapa kesalahan dalam struktur bahasa, sementara item pada instrumen penelitian tidak ada yang harus dieliminasi. Setelah dilakukan perbaikan pada instrumen penelitian, tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan ujicoba kepada 295 mahasiswa yang bukan merupakan mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang reliabel cenderung menghasilkan data yang sama meskipun dalam waktu yang berbeda (Azwar, 2010). Reliabilitas dapat dihitung dengan koefisien Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi lima kategori, yaitu.

Tabel 3.8

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Koefisien Reliabilitas Kriteria

> 0,900 Sangat reliabel

0,700 – 0,900 Reliabel

0,400 – 0,700 Cukup reliabel

0,200 – 0,400 Kurang reliabel

< 0,200 Tidak reliabel

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 21.0 for Windows terhadap instrumen perfeksionisme diperoleh koefisien reliabilitas 0,923. Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan


(31)

56

bahwa instrumen perfeksionisme sangat reliabel, sehingga dapat dipercaya sebagai alat mengumpulkan data.

Tabel 3.9

Koefisien Reliabilitas Perfeksionisme

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 21.0 for Windows terhadap instrumen regulasi diri diperoleh koefisien reliabilitas 0,892. Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen regulasi diri reliabel, sehingga dapat dipercaya sebagai alat mengumpulkan data.

Tabel 3.10

Koefisien Reliabilitas Regulasi Diri

Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan software SPSS version 21.0 for Windows terhadap instrumen prokrastinasi akademik diperoleh koefisien reliabilitas 0,918. Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen prokrastinasi akademik sangat reliabel, sehingga dapat dipercaya sebagai alat mengumpulkan data.

Tabel 3.11

Koefisien Reliabilitas Prokrastinasi Akademik

Selain itu setiap item dilihat nilai corrected item-total correlation untuk menentukan item-item mana saja yang patut dipertahankan untuk kemudian diikutsertakan dalam pengolahan data berikutnya. Menurut Azwar (2010), item-item yang mencapai koefisien korelasi rxy ≥ 0,30 atau rxy ≥ 0,25 dianggap sebagai item yang memiliki daya diskriminasi yang baik. Dalam penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan adalah 0,25. Namun sebagian ahli lainnya

Cronbach's Alpha N of Items

,923 59

Cronbach's Alpha N of Items

,892 30

Cronbach's Alpha N of Items


(32)

57

mengatakan bahwa corrected item-total correlation 0,20 adalah cukup. Untuk itu jika sebuah item tidak mencapai 0,30 namun jika item itu dihapus akan ada indikator yang terbuang maka kriterianya bisa diturunkan menjadi 0,20.

Keseluruhan item dalam instrumen perfeksionisme memiliki nilai corrected item total correlation di atas 0,25 sehingga tidak ada item yang harus dieliminasi. Sedangkan untuk instrumen regulasi diri dan prokrastinasi akademik hanya dihitung koefisien relibilitasnya tanpa bermaksud mengkoreksi item pada instrumen tersebut, karena peneliti menggunakan instrumen yang telah dikembangkan dan diujicobakan sebelumnya.

Tabel 3.12

Hasil Uji Kelayakan Instrumen Perfeksionisme Dimensi Perfeksionisme

Item Sebelum Uji Coba Item Setelah Uji Coba

No Item Σ No Item Σ

Concern Over Mistake 6, 14, 22, 30, 38, 46,

53, 57

8 6, 14, 22, 30, 38, 46, 53, 57

8

High Standards for Others

3, 11, 19, 27, 35, 43, 50

7 3, 11, 19, 27, 35, 43, 50

7

Needs for Approval 2, 10, 18, 26, 34, 42,

49, 59

8 2, 10, 18, 26, 34, 42, 49, 59

8

Organization 4, 12, 20, 28, 36, 44,

51, 56

8 4, 12, 20, 28, 36, 44, 51, 56

8

Perceived Parental Pressure

7, 15, 23, 31, 39, 47, 54, 58

8 7, 15, 23, 31, 39, 47, 54, 58

8

Planfulness 5, 13, 21, 29, 37, 45,

52

7 5, 13, 21, 29, 37, 45, 52

7

Rumination 8, 16, 24, 32, 40, 48,

52

7 8, 16, 24, 32, 40, 48, 52

7


(33)

58

M = ∑X / N

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner dipilih sebagai alat pengumpul data karena jumlah responden yang relatif banyak. Kuesioner yang diberikan terdiri beberapa lembar kuesioner yang terdiri dari 3 instrumen penelitian. Kuesioner diberikan secara langsung oleh peneliti kepada responden penelitian untuk kemudian dilakukan penghitungan secara statistik dan diambil kesimpulan.

G. Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mencari hubungan dari dua variabel independen atau lebih dengan variabel dependen. Berikut langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini.

1. Untuk mengetahui gambaran perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik

Untuk mengetahui gambaran dari perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik digunakan teknik statistik persentase. Gambaran ketiga variabel tersebut didasarkan pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Adapun langkah-langkah untuk mengetahui gambaran tersebut adalah sebagai berikut.

a. Menghitung skor total kuesioner masing-masing responden (X) b. Menghitung mean dan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

M = rata-rata skor

∑X = jumlah total skor seluruh responden N = jumlah total responden


(34)

59

Rumus standar deviasi:

Keterangan:

SD = standar deviasi

∑X = jumlah total skor seluruh responden N = jumlah total responden

c. Menghitung skor untuk masing-masing kategorisasi skala dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Tabel 3.13 Kategorisasi Skala

Kategorisasi Rumus Rentang Skor

Sangat Tinggi X > (M + 1,5σ)

Tinggi (M + 0,5σ) < X ≤ (M + 1,5σ)

Sedang (M - 0,5σ) < X ≤ (M + 0,5σ)

Rendah (M – 1,5σ) < X ≤ (M - 0,5σ)

Sangat Rendah X ≤ (M – 1,5σ)

Keterangan :

X = skor masing-masing responden M = rata-rata skor

σ = standar deviasi

2. Untuk mengetahui hubungan perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik

a. Uji Asumsi

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version 21.0 for Windows dengan metode uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data tersebut dapat dikatakan memiliki sebaran normal apabila memiliki nilai Assym. Sig (2-tailed) > 0,05. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan data berdistribusi normal. Berikut ini tabel hasil perhitungan uji normalitas.


(35)

60

Tabel 3.14

Hasil Uji Normalitas Data

Prokrastinasi

N 180

Normal Parametersa,b Mean 64,4000

Std. Deviation 15,64251

Most Extreme Differences

Absolute ,061

Positive ,061

Negative -,034

Kolmogorov-Smirnov Z ,815

Asymp. Sig. (2-tailed) ,520

b) Uji Linearitas

Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version 21.0 for Windows. Berikut hasil dari perhitungan uji linearitas.

Gambar 3.1

Pola Sebaran Hubungan Perfeksionisme dengan Prokrastinasi Akademik

Grafik di atas menunjukkan perfeksionisme dan prokrastinasi akademik berhubungan secara linear.


(36)

61

Gambar 3.2

Pola Sebaran Hubungan Regulasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik

Grafik di atas menunjukkan regulasi diri dan prokrastinasi akademik berhubungan secara linear.

c) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS version 21.0 for Windows. Berikut hasil dari perhitungan uji multikolinearitas.

Tabel 3.15

Hasil Uji Multikolinearitas

Perfeksionisme RegulasiDiri

Perfeksionisme

Pearson Correlation 1 ,296**

Sig. (2-tailed) ,000

N 180 180

RegulasiDiri

Pearson Correlation ,296** 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 180 180

b. Uji Multiple Regression/Regresi Linear Berganda

Uji regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel satu dengan variabel lain yang dinyatakan dalam bentuk persamaan


(37)

62

matematik dalam hubungan yang fungsional. Dengan kata lain, uji regresi linear berganda ingin mencari hubungan dari dua variabel independen atau lebih dengan variabel dependen. Uji regresi linear berganda juga dapat memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Dalam penelitian ini uji regresi linear berganda dilakukan dengan bantuan SPSS version 21.0 for Windows.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

a. Peneliti melakukan studi pustaka untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai variabel-variabel penelitian.

b. Menetapkan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan. c. Peneliti menetapkan populasi dan sampel penelitian serta teknik

sampling yang akan digunakan. d. Menyusun proposal penelitian.

e. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi untuk mendapat pengesahan.

f. Menyusun instrumen penelitian untuk diuji coba kepada responden uji coba.

g. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

h. Merevisi instrumen penelitian sebelum diberikan kepada responden penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan kuesioner kepada responden penelitian. b. Memberi penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner.

c. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden penelitian. d. Memberi reward kepada responden penelitian.


(38)

63

3. Tahap Pengolahan Data a. Verifikasi Data

Verifikasi daa dilakukan untuk mengecek kelengkapan jumlah kuesioner beserta pengisiannya sehingga tidak terdapat kekeliruan dan kekurangan data yang dibutuhkan untuk pengolahan data.

b. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan software SPSS version 21.0 for Windows. c. Penyekoran Data

Setiap jenis data yang diperoleh dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu perfeksionisme, regulasi diri dan prokrastinasi akademik.

4. Tahap Penjelasan

a. Menampilkan hasil analisis penelitian.

b. Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang digunakan. c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian serta mengajukan


(39)

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Data empirik yang dikumpulkan dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014 memiliki perfeksionisme sedang, memiliki regulasi diri rendah dan memiliki prokrastinasi akademik sedang. Setelah dilakukan penghitungan korelasi secara parsial, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara perfeksionisme dengan prokrastinasi akademik, sedangkan regulasi diri memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan prokrastinasi akademik. Dengan kata lain hanya regulasi diri yang dapat memprediksi prokrastinasi akademik.

B. SARAN

Berdasarkan temuan empirik dalam penelitian ini, saran ditujukan kepada berbagai pihak terkait, yaitu mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014, pembimbing akademik dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi mahasiswa Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011-2014

Mahasiswa yang sering melakukan prokrastinasi akademik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan regulasi diri, salah satunya dengan cara mencatat perilaku-perilaku apa saja yang dapat menghambat mahasiswa dalam pengerjaan tugas. Sehingga perilaku-perilaku yang dapat menghambat proses pengerjaan tugas dapat dihindari di masa mendatang.

2. Bagi dosen pembimbing akademik

Dosen pembimbing bersama-sama dengan Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia merancang kuesioner untuk mengetahui kecenderungan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Selanjutnya menyusun program yang dapat meminimalisir prokrastinasi akademik pada mahasiswa, seperti


(40)

90

mengagendakan program bimbingan dengan dosen pembimbing setiap sebulan sekali untuk mengetahui perkembangan akademik mahasiswa.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang prokrastinasi akademik, diharapkan meneliti variabel lain yang dapat memprediksi prokrastinasi akademik secara lebih baik. Mengingat luasnya rentang faktor yang berkontribusi pada kecenderungan prokrastinasi akademik mahasiswa, terdapat variabel lain yang diduga mampu mempengaruhi prokrastinasi akademik secara berturut-turut dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah yaitu gangguan lingkungan berupa kegiatan rekreatif, tidak dapat mengatur beban tugas, malas, tidak asertif, sukar membuat keputusan, tidak mandiri dan tergantung akan bantuan orang lain.


(41)

91

DAFTAR PUSTAKA

Arianti, N. (2014). Hubungan antara self efficacy dengan prokrastinasi penyelesaian skripsi. (Skripsi). Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Azwar. (2010). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1986). From thought to action: Mechanism of personal agency. New Zealand Journal of Psychology, 15, hlm. 1-17.

Bandura, A. (1991). Social cognitive theory of self-regulation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, hlm. 248-287.

Baumeister, R. F., & Bushman, B. J. (2008). Social psychology & human nature. Belmont, CA: Thomson Higher Education.

Baumeister, R. F. dkk. (2008). Self regulation and executive function. The self as controlling agent. Social Psychology Handbook of Basic Principles. New York: Guilford.

Baumeister, R. F., & Heatherton, T. F. (1996). Self-regulation failure: An overview.Psychological Inquiry, 7, hlm. 1-15.

Boeree, George. (2006). Personality theories melacak kepribadian anda Bersama psikolog dunia.Yogyakarta: Prismasophie.

Burka, J dan Yuen, L. (2008). Procrastination why you do it, what to do about it now. Cambridge: Da Po Press.

Carver, C. S., & Scheier, M. F. (1998). On the self-regulation of behavior. New York:Cambridge University Press.

Chu, A.H.S dan Choi, J.N. (2005). Rethinking procrastination: Positive effects of active procrastination behavior on attitudes and performance. The Journal of Social Psychology. 145(3), hlm. 245-264.

Department of Health. (2009). Module What is Perfectionism?. Western Australia: Department of Health.


(42)

92

Desty, L. (2015). Hubungan kepercayaan diri dengan prokrastinasi akademik siswa kelas 10 di SMAN 1 Ciracap. (Skripsi). Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ellis, A., Knaus, W. J. (1977). Overcoming procrastination or howto think and act

rationally in spite of life’s inevitable hassles. New York: New American

Library.

Ferrari, J.R., Johnson, J.L., McCown, W.G. (1995). Procrastination and task avoidance theory research and treatment. New York: Plenum Press.

Feist, J. and Gregory J. Feist. (1998). Theories of personality (Sixth edition). Singapore: The Mc Graw Hill Companies.

Fitriani, N. (2011). Hubungan perceived social support teman sebaya dengan prokrastinasi akademik mahasiswa jurusan psikologi FIP UPI angkatan 2005-2007. (Skripsi). Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Frost, R. O., & Marten, P. A. (1990). Perfectionisme and evaluative threat. Cognitive Theraphy and Research, 14, hlm. 559-572.

Ghufron, M. (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. (Tesis). Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gould, Jenny. (2012). Overcoming perfectionism. London: JennyGould & Ventus Publishing ApS.

Gunawinata, V., dkk. (2008). Perfeksionisme, prokrastinasi akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Anima, Indonesian Psychological Journal,

23(3), hlm. 256 – 276.

Halpin, N. (2003). Perfectionism. [Online]. Diakses dari http//www.dundee.ac.uk/counselling/leaflets/perfect.htm.

Herawati, Fenny. (2005). Hubungan regulasi diri dan prokrastinasi akademik pada

siswa sekolah farmasi kristen “X” di Bandung. (Skripsi). Universitas Kristen

Maranatha, Bandung.

Hewitt, P. L & Flette, G.L. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar depression. American Psychological Association, 1, hlm. 98-101.


(43)

93

Hewitt, P. L & Flette, G. L. (1992). Componen of perfectionism and procrastination in college students, 20 (2), hlm. 85-94.

Hjelle, L. A. & Ziegler, D. S. 1981. Personality theories: Basic assumptions, researsch, and application. Tokyo : Mc Graw Hill Inc.

Hill, R. W. et al. (2004). A New Measure of Perfectionism: The Perfectionism Inventory. Dalam Journal of Personality Assessment, 82 (1), hlm. 80-91.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kaur, H. & Kaur, J. (2011). Perfectionism and procrastination: Cross cultural perspective. FWU Journal of Sciences, 1 (5), hlm. 34-50.

Klassen, R.M., Krawchuck, L.L., Rajani, S. (2007). Academic procrastination of undergraduate: Low self efficacy to self regulate predicts higher level of procrastination. Contemporary Educational Psychology, 33, hlm. 915-931.

Knaus, W. (2010). End procrastination now. United State: The McGraw-Hill Companies.

LaForge, M. (2005). Applying explanatory style to academic procrastination. Journal of The Academy of Business Education Proceedings, 6, hlm. 1-7.

Marliati, R. (2013). Studi deskriptif self efficacy mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik penyelesaian skripsi di fakultas psikologi Universitas Islam Bandung. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Bandung.

McNaughton, A. (2001). Procrastination and perfectionism: An examination of their

relationship.[Online]. Diakses dari

http://www.mwsc.edu/psychology/research/psy302/fall96/stephanie_page.html

Milgram, N., Marshevsky, S., Sadeh, C. (1991). Correlates of academic procrastination: Discomfort, task aversiveness and task capability. The Journal of Psychology, 129(2), hlm. 145-155.

Miller, R.B. & Brickman, S. (2001). The impact of sociocultural knowledge on perceptions of the future and self-regulation.Research on Sociocultural Influences on Motivation and Learning. Greenwich, CT: Information Age Publishing.


(44)

94

Miller, R. B. (2009). A theory based motivational approach for reducing alcohol/drug problems in college. Health Education &Behavior. 27 (6),hlm. 744-759.

National Association for Gifted Children (NAGC). (2008). Perfectionism. [Online]. Diakses darihttp://www.nagc.org/index.aspx?id=1214.

Nissa, R. K. (2014). Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi diri pada mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung. (Skripsi). ). Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ormrod, J. E. (2008). Educational psychology developing learner. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education Inc.

Ozer, Bilge Uzun. (2014) Dynamic interplay of depression, perfectionism, and self-regulation on procrastination. British Journal of Guidance & Counselling.

Papalia, dan Feldman. (2012). Exprience human development. McGraw Hill International Edition.

Papalia, D. E., Old. S. W., Feldman, R. D. (2009). Human development. Jakarta: Salmeba Humanika.

Park, S.W., dan Sperling, R. A. (2011). Academic procrastinators and their self-regulation. Scientific Research, 3 (1), hlm. 12-23.

Peters, C. (1996).Perfectionism. [Online]. Diakses dari http://www.nexos.edu.au/teacgstud/~get/peters.htm.

Pingree, L. S. (1999). Adult children of alcoholics and perfectionism. is there a correlation?. (Tesis). Mental Health Counseling, University of Wisconsin-Stout.

Pintrich, P. R. & Groot, E. V. D. (1990). Motivational and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology, 82 (1), hlm. 33-40.

Purnama, S., dan Muis, T. (t.t).Prokrastinasi akademik (penundaan akademik) mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. Jurnal BK UNESA, 5, (1).

Rizvi, A. (1998). Pusat kendali dan efikisasi diri sebagai prediktor terhadap prokrastinasi akademi mahasiswa. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Univesritas Gajah Mada, Yogyakarta.


(45)

95

Rumiani. (2006). Prokrastinasi akademik ditimjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (2), hlm. 37-48.

Santrock, J. W. (2003). Life span development. Jakarta: Erlangga.

Satyawan, V. M. (2006). Survey mengenai derajat prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas X Departemen Y Institut Teknologi Bandung. (Skripsi). Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Schouwenburg, H. C. (1995). Academic procrastination: Theoretical notions, measurement and research. New York: Plenum Press.

Schuler, P. A. (200). Perfectionism and gifted adolescents. Journal of Secondary Gifted Education, 1 (14), hlm. 183-196.

Schneiders, A. (1964). Personal adjusment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.

Schunk, D. H. (2012). Motivasi dalam pendidikan: Teori, penelitian, dan aplikasi. Jakarta: PT Indeks.

Schunk, D. H. & Zimmerman, B. J. (1997). Social origin of self-regulatory competence. Educational Psychologist, 32, hlm. 195-208.

Senecal, C., Koestner, R., Vallerand, R.J. (1995). Self Regulation and academic procrastination. The Journal of Social Psychology, 135(5), hlm. 607-619.

Seo, E. (2008). Self efficacy as a mediator in the relationship between self oriented perfectionism and academic procrastination. Social Behavior and Personality. 36 (6), hlm. 753-764.

Solomon, L dan Rothblum, E. (1984). Academic procrastination: frequency and cognitive-behavior correlates. Journal of CounselingPsychology,31 (4), hlm. 503-509.

Solomon, L., Rothblum, E., Murakami, J. (1986). Affective, cognitive, and behavioral differences between high and low procrastinators. Journal of Counseling Psychology, 33, hlm. 387-394.

Spence, J. T. & Helmreich, R. L. (1978). Masculinity and feminity: Their psychological dimensions, correlates, and antecedents. JSAS Catalog Of Selected Documents In Psychology, 4 (43).


(46)

96

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: a meta-analytic and theoritical review of quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin,133(1), hlm. 65-94.

Steel, P. (2010). Arousal, avodant, and decisional procrastinators: Do they exist? Personality and individual differences, 48, hlm. 926-934.

Stober, J., & Joorman. (2001). Worry, procrastination, and perfectionism: Differentiating amount of worry, pathological worry, anxiety, and depression, 25 (1), hlm. 49-60.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Yuanita. (2014). Prokrastinasi akademik ditinjau dari regulasi diri pada

siswa berasrama Angkatan XXI SMA Pangudi Luhur Van Lith

Muntilan.(Skripsi). Universitas Katolik Soegijapranata.

Tangney J.P. (2000). Humility: Theoretical perspectives, empirical findings and directions for future research. Journal of Social and Clinical Psychology, 19, hlm. 70-82.

Thakkar, N. (2009). Why Procrastinate: An investigation of the root causes behind procrastination. Lethbridge Undergraduate Research Journal.

Tuckman, B.W. (1990). Measuring procrastination attitudinally and behaviorally. Paper presented at meeting of American Educational Research Association at April 1990. Boston.

Umar, Husein. (2008). Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Vallerand, R. J. (1995). Self regulation and academic procrastination. The Journal of Social Psychology. 135 (5), hlm. 607-619.

Wallston, et al. (1987). Perceived control and health. Current Psychology Journal, 6(1), hlm. 5-25.

Woolfolk, A. (2009). Educational psychology. Active learning edition.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(47)

97

Wyk, L.V. (2004). The relationship between procrastination and stress in the life of the high school teacher. (Tesis). Faculty of Economic and Management Science, University of Pretoria, Pretoria.

Yong, F.L. (2010). A study on the assertiveness and academic procrastination of english and communication students at a private university. American Journal of Scientific Research, 9, hlm. 62-72.

Yuwanto, L. (2014). Mahasiswa prokrastinasi, mahasiswa dan dosen terbebani.

[Online]. Diakses dari

www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/79/Mahasiswa-Prokrastinasi--Mahasiswa-dan-Dosen-Terbebani.html.

Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitif view of self regulated adademic learning.Journal of Educational Psychology, 81 (3), hlm. 329-339.

Zimmerman, B. J & Martinez-Pons. (1990). Student differences in self-regulated learing: Relating grade, sex, and giftedness to self efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology, 82, hlm. 51-59.

Zimmerman, B.J. (2000). Self efficacy: an essential motive to learn. Contemporary Educational Psycholog, 25, hlm. 82-91.

Zimmerman, B. J. (2001). Theories of self-regulated learning and academic achievement. American Educational Research Journal, 31, hlm. 845-862.

Zimmerman, B. J (2008). Investigating self regulation and motivation: Historical backgroud, methodological developments, and future prospect. American Educational Journa, 45 (1), hlm. 166-183).


(1)

Desty, L. (2015). Hubungan kepercayaan diri dengan prokrastinasi akademik siswa

kelas 10 di SMAN 1 Ciracap. (Skripsi). Departemen Psikologi, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ellis, A., Knaus, W. J. (1977). Overcoming procrastination or howto think and act

rationally in spite of life’s inevitable hassles. New York: New American

Library.

Ferrari, J.R., Johnson, J.L., McCown, W.G. (1995). Procrastination and task

avoidance theory research and treatment. New York: Plenum Press.

Feist, J. and Gregory J. Feist. (1998). Theories of personality (Sixth edition). Singapore: The Mc Graw Hill Companies.

Fitriani, N. (2011). Hubungan perceived social support teman sebaya dengan

prokrastinasi akademik mahasiswa jurusan psikologi FIP UPI angkatan 2005-2007. (Skripsi). Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Frost, R. O., & Marten, P. A. (1990). Perfectionisme and evaluative threat. Cognitive

Theraphy and Research, 14, hlm. 559-572.

Ghufron, M. (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja terhadap penerapan

disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. (Tesis). Fakultas Psikologi,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gould, Jenny. (2012). Overcoming perfectionism. London: JennyGould & Ventus Publishing ApS.

Gunawinata, V., dkk. (2008). Perfeksionisme, prokrastinasi akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Anima, Indonesian Psychological Journal,

23(3), hlm. 256 – 276.

Halpin, N. (2003). Perfectionism. [Online]. Diakses dari http//www.dundee.ac.uk/counselling/leaflets/perfect.htm.

Herawati, Fenny. (2005). Hubungan regulasi diri dan prokrastinasi akademik pada

siswa sekolah farmasi kristen “X” di Bandung. (Skripsi). Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Hewitt, P. L & Flette, G.L. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar depression. American Psychological Association, 1, hlm. 98-101.


(2)

Hewitt, P. L & Flette, G. L. (1992). Componen of perfectionism and procrastination in college students, 20 (2), hlm. 85-94.

Hjelle, L. A. & Ziegler, D. S. 1981. Personality theories: Basic assumptions,

researsch, and application. Tokyo : Mc Graw Hill Inc.

Hill, R. W. et al. (2004). A New Measure of Perfectionism: The Perfectionism Inventory. Dalam Journal of Personality Assessment, 82 (1), hlm. 80-91. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kaur, H. & Kaur, J. (2011). Perfectionism and procrastination: Cross cultural perspective. FWU Journal of Sciences, 1 (5), hlm. 34-50.

Klassen, R.M., Krawchuck, L.L., Rajani, S. (2007). Academic procrastination of undergraduate: Low self efficacy to self regulate predicts higher level of procrastination. Contemporary Educational Psychology, 33, hlm. 915-931. Knaus, W. (2010). End procrastination now. United State: The McGraw-Hill

Companies.

LaForge, M. (2005). Applying explanatory style to academic procrastination. Journal

of The Academy of Business Education Proceedings, 6, hlm. 1-7.

Marliati, R. (2013). Studi deskriptif self efficacy mahasiswa yang melakukan

prokrastinasi akademik penyelesaian skripsi di fakultas psikologi Universitas Islam Bandung. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Bandung.

McNaughton, A. (2001). Procrastination and perfectionism: An examination of their

relationship.[Online]. Diakses dari

http://www.mwsc.edu/psychology/research/psy302/fall96/stephanie_page.html Milgram, N., Marshevsky, S., Sadeh, C. (1991). Correlates of academic

procrastination: Discomfort, task aversiveness and task capability. The Journal

of Psychology, 129(2), hlm. 145-155.

Miller, R.B. & Brickman, S. (2001). The impact of sociocultural knowledge on perceptions of the future and self-regulation.Research on Sociocultural

Influences on Motivation and Learning. Greenwich, CT: Information Age


(3)

Miller, R. B. (2009). A theory based motivational approach for reducing alcohol/drug problems in college. Health Education &Behavior. 27 (6),hlm. 744-759.

National Association for Gifted Children (NAGC). (2008). Perfectionism. [Online]. Diakses darihttp://www.nagc.org/index.aspx?id=1214.

Nissa, R. K. (2014). Hubungan antara status identitas vokasional dengan regulasi

diri pada mahasiswa anggota UKM di Kampus UPI Bandung. (Skripsi). ).

Departemen Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ormrod, J. E. (2008). Educational psychology developing learner. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education Inc.

Ozer, Bilge Uzun. (2014) Dynamic interplay of depression, perfectionism, and self-regulation on procrastination. British Journal of Guidance & Counselling. Papalia, dan Feldman. (2012). Exprience human development. McGraw Hill

International Edition.

Papalia, D. E., Old. S. W., Feldman, R. D. (2009). Human development. Jakarta: Salmeba Humanika.

Park, S.W., dan Sperling, R. A. (2011). Academic procrastinators and their self-regulation. Scientific Research, 3 (1), hlm. 12-23.

Peters, C. (1996).Perfectionism. [Online]. Diakses dari http://www.nexos.edu.au/teacgstud/~get/peters.htm.

Pingree, L. S. (1999). Adult children of alcoholics and perfectionism. is there a

correlation?. (Tesis). Mental Health Counseling, University of

Wisconsin-Stout.

Pintrich, P. R. & Groot, E. V. D. (1990). Motivational and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational

Psychology, 82 (1), hlm. 33-40.

Purnama, S., dan Muis, T. (t.t).Prokrastinasi akademik (penundaan akademik) mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. Jurnal

BK UNESA, 5, (1).

Rizvi, A. (1998). Pusat kendali dan efikisasi diri sebagai prediktor terhadap

prokrastinasi akademi mahasiswa. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Univesritas


(4)

Rumiani. (2006). Prokrastinasi akademik ditimjau dari motivasi berprestasi dan stres mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (2), hlm. 37-48.

Santrock, J. W. (2003). Life span development. Jakarta: Erlangga.

Satyawan, V. M. (2006). Survey mengenai derajat prokrastinasi akademik pada

mahasiswa Fakultas X Departemen Y Institut Teknologi Bandung. (Skripsi).

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Schouwenburg, H. C. (1995). Academic procrastination: Theoretical notions,

measurement and research. New York: Plenum Press.

Schuler, P. A. (200). Perfectionism and gifted adolescents. Journal of Secondary

Gifted Education, 1 (14), hlm. 183-196.

Schneiders, A. (1964). Personal adjusment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.

Schunk, D. H. (2012). Motivasi dalam pendidikan: Teori, penelitian, dan aplikasi. Jakarta: PT Indeks.

Schunk, D. H. & Zimmerman, B. J. (1997). Social origin of self-regulatory competence. Educational Psychologist, 32, hlm. 195-208.

Senecal, C., Koestner, R., Vallerand, R.J. (1995). Self Regulation and academic procrastination. The Journal of Social Psychology, 135(5), hlm. 607-619. Seo, E. (2008). Self efficacy as a mediator in the relationship between self oriented

perfectionism and academic procrastination. Social Behavior and Personality. 36 (6), hlm. 753-764.

Solomon, L dan Rothblum, E. (1984). Academic procrastination: frequency and cognitive-behavior correlates. Journal of CounselingPsychology,31 (4), hlm. 503-509.

Solomon, L., Rothblum, E., Murakami, J. (1986). Affective, cognitive, and behavioral differences between high and low procrastinators. Journal of Counseling

Psychology, 33, hlm. 387-394.

Spence, J. T. & Helmreich, R. L. (1978). Masculinity and feminity: Their psychological dimensions, correlates, and antecedents. JSAS Catalog Of


(5)

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: a meta-analytic and theoritical review of quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin,133(1), hlm. 65-94.

Steel, P. (2010). Arousal, avodant, and decisional procrastinators: Do they exist? Personality and individual differences, 48, hlm. 926-934.

Stober, J., & Joorman. (2001). Worry, procrastination, and perfectionism: Differentiating amount of worry, pathological worry, anxiety, and depression,

25 (1), hlm. 49-60.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Yuanita. (2014). Prokrastinasi akademik ditinjau dari regulasi diri pada

siswa berasrama Angkatan XXI SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.(Skripsi). Universitas Katolik Soegijapranata.

Tangney J.P. (2000). Humility: Theoretical perspectives, empirical findings and directions for future research. Journal of Social and Clinical Psychology, 19, hlm. 70-82.

Thakkar, N. (2009). Why Procrastinate: An investigation of the root causes behind procrastination. Lethbridge Undergraduate Research Journal.

Tuckman, B.W. (1990). Measuring procrastination attitudinally and behaviorally.

Paper presented at meeting of American Educational Research Association at April 1990. Boston.

Umar, Husein. (2008). Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Vallerand, R. J. (1995). Self regulation and academic procrastination. The Journal of

Social Psychology. 135 (5), hlm. 607-619.

Wallston, et al. (1987). Perceived control and health. Current Psychology Journal, 6(1), hlm. 5-25.

Woolfolk, A. (2009). Educational psychology. Active learning edition.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Wyk, L.V. (2004). The relationship between procrastination and stress in the life of

the high school teacher. (Tesis). Faculty of Economic and Management

Science, University of Pretoria, Pretoria.

Yong, F.L. (2010). A study on the assertiveness and academic procrastination of english and communication students at a private university. American Journal

of Scientific Research, 9, hlm. 62-72.

Yuwanto, L. (2014). Mahasiswa prokrastinasi, mahasiswa dan dosen terbebani.

[Online]. Diakses dari

www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/79/Mahasiswa-Prokrastinasi--Mahasiswa-dan-Dosen-Terbebani.html.

Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitif view of self regulated adademic learning.Journal of Educational Psychology, 81 (3), hlm. 329-339.

Zimmerman, B. J & Martinez-Pons. (1990). Student differences in self-regulated learing: Relating grade, sex, and giftedness to self efficacy and strategy use.

Journal of Educational Psychology, 82, hlm. 51-59.

Zimmerman, B.J. (2000). Self efficacy: an essential motive to learn. Contemporary

Educational Psycholog, 25, hlm. 82-91.

Zimmerman, B. J. (2001). Theories of self-regulated learning and academic achievement. American Educational Research Journal, 31, hlm. 845-862. Zimmerman, B. J (2008). Investigating self regulation and motivation: Historical

backgroud, methodological developments, and future prospect. American