HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015.
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK
(Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat,
Tahun Ajaran 2014-2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh:
Christy Soeharti Wiyana 1101324
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK
(Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat,
Tahun Ajaran 2014-2015)
Oleh:
Christy Soeharti Wiyana 1101324
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
© Christy Soeharti Wiyana Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
(3)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di fotokopi, atau cara lain tanpa seizin penulis.
(4)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(5)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(6)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK
(Penelitian Korelasional pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat,
Tahun Ajaran 2014-2015)
Christy Soeharti Wiyana 1101324
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Departemen Pedagogik
Fakultas Imu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Konsep diri dan kemandirian adalah dua hal penting yang harus dikembangan sejak usia dini. Permasalahan yang sering ditemui di lapangan adalah, masih banyak orangtua yang selalu melayani pemenuhan kebutuhan anak, padahal sebenarnya anak mampu untuk melakukan hal tersebut sendiri. Jika hal ini terus terjadi, maka anak akan menjadi manja dan tidak terbiasa untuk mengandalkan dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Lokasi penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dengan populasi anak kelompok B sebanyak 45 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara konsep diri dengan kemandirian anak Taman Kanak-kanak, seperti yang ditunjukkan oleh hasil nilai korelasi yang lebih kecil dari ketentuan nilai pengambilan keputusan korelasi. Besarnya korelasi adalah 0.666. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konsep diri memberikan kontribusi sebesar 44.35% terhadap kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsep diri yang dimiliki oleh anak, maka akan semakin tinggi kemandiriannya, dan sebaliknya semakin rendah konsep diri yang dimiliki oleh anak, maka akan semakin rendah kemandiriannya. Disarankan bagi sekolah untuk mengadakan kegiatan yang mampu meningkatkan konsep diri dan kemandirian pada anak, misalnya seperti kegiatan outing dan outbond. Selain daripada hal itu, dibutuhkan penelitian selanjutnya di lapangan untuk mengkaji lebih jauh, terkait dengan konsep diri dan kemandirian anak Taman Kanak-kanak.
(7)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONCEPT WITH EARLY CHILDHOOD’S INDEPENDENCE
(Correlational Research About Self Concept and Early Childhood’s Independence in Kemala Bhayangkari 48 Kindergarten, Lembang, West Bandung)
Christy Soeharti Wiyana 1101324
Early Childhood Teacher for Education Program Department of Pedagogy
Indonesia University of Education
ABSTRACT
Self concept and independence are two important things to be developed from an early year of age. Problems are often encountered in the field, when many parents still assist their children, when in fact the children are able to do on their own. If this continues to happen, children will become spoiled and not accustomed to rely on themselves in doing something. This study aims to determine the relationship between children’s self concept and independence. This research intends for revealing relationship between children’s self concept with their independence. The method in this research is correlation method. This research conducted in Kindergarten Kemala Bhayangkari 48 Sespim, Lembang, West Bandung, with a population of children in group B of 45 children. The result of this research suggests that there is a strong relationship between children’s self concept with their independence, as it is shown with the result of the value obtain smaller than the correlation value. The correlation coefficient is 0.666, thus it is said that children’s self concept contributed 44.35% to their independence. This shown, that the higher children’s self concept, the higher children’s independence, and conversely the lower children’s self concept, the lower children’s independence. It is recommended for schools to conduct
activities that can improve children’s self concept and children’s independence, such as
outing and outbond activities. There is also a need to conduct future research in the field. Keyword: children’s self concept, children’s independence, kindergarten.
(8)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
HAK CIPTA
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...ii
ABSTRAK...iii
ABSTRACT...iv
UCAPAN TERIMA KASIH...v
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xv
BABIPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BABIIKAJIAN TEORI...8
A. Teori Konsep Diri ... 8
1. Pengertian Konsep Diri Anak Usia Dini ... 8
2. Perkembangan Konsep Diri ... 9
(9)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Teori Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 11
1. Pengertian Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 11
2. Bentuk-bentuk Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 12
3. Indikator Pengembangan Kemandirian Anak Usia Dini ... 13
4. Kompetensi Inti-2 Sosial Kurikulum PAUD 2013 ... 13
5. Kompetensi Dasar Sosial Kurikulum PAUD 2013 ... 14
C. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Terkait dengan Konsep Diri dengan Kemandirian ... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Metode dan Desain Penelitian ... 19
1. Metode Penelitian ... 19
2. Desain Penelitian ... 20
B. Lokasi, Populasi, dan Sampel ... 20
1. Lokasi ... 20
2. Populasi ... 20
3. Sampel ... 20
C. Definisi Operasional Variabel ...21
D. Teknik Pengumpulan Data ... 22
E. Instrumen Penelitian ... 23
1. Instrumen Konsep Diri ... 23
2. Instrumen Kemandirian ... 27
3. Teknik Penilaian ... 30
F. Pengembangan Instrumen ... 30
1. Uji Validitas ... 31
a. Validitas Isi ... 31
(10)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Proses Pengambilan Keputusan ... 34
3. Uji Reliabilitas ... 35
G. Analisis Data ... 37
1. Profil Konsep Diri Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ... 37
2. Profil Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. ... 39
3. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 41
a. Uji Normalitas Data Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 41
b. Analisis Korelasi Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 42
4. Analisis Koefisien Determinasi antara Konsep Diri dan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 43
H. Prosedur Penelitian ... 44
1. Tahap Persiapan ... 44
2. Tahap Pelaksanaan ... 45
3. Tahap Penyelesaian ... 45
BABIVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Penelitian ... 46
1. Profil Konsep Diri Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ... 46
2. Profil Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ... 49
(11)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat ... 52
B. Pembahasan ... 55
1. Profil Konsep Diri Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ... 55
2. Profil Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ... 57
3. Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat ... 60
4. Koefisien Determinasi antara Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 63
C. Keunggulan dan Kelemahan Penelitian... 64
1. Keunggulan Penelitian...64
2. Kelemahan Penelitian... 65
BABVIMPLIKASI, SIMPULAN, DAN REKOMENDASI ... 66
A. Implikasi ... 66
B. Simpulan ... 67
C. Rekomendasi ... 68
DAFTARPUSTAKA... 70
(12)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(13)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kompetensi Inti-2 ... 14
Tabel 2.2 Kelompok Kompetensi Dasar Sikap Sosial ... 15
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 20
Tabel 3.2 Data Sampel Penelitian ... 21
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Setelah Validitas ... 24
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak Setelah Validasi ... 27
Tabel 3.5 Pola Penskoran Instrumen Konsep Diri dan Kemandirian ... 30
Tabel 3.6 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Konsep Diri ... 32
Tabel 3.7 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 33
Tabel. 3.8 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 35
Tabel 3.9 Kriteria Profil Konsep Diri ... 38
Tabel 3.10 Kriteria Profil Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 40
Tabel 3.11 Uji Normalitas Data Variabel Konsep Diri dan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak ... 41
Tabel 3.12 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 43
Tabel 4.1 Profil Konsep Diri Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 47
Tabel 4.2 Profil Dimensi Konsep Diri Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 48
Tabel 4.3 Profil Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 49
Tabel 4.4 Profil Dimensi Kemandirian Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 50
(14)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.5 Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 53 Tabel 4.6 Konsep Diri Berdasarkan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak .... 54
(15)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Profil Konsep Diri Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 47 Grafik 4.2 Profil Dimensi Konsep Diri Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 49 Grafik 4.3 Profil Kemandrian Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 50 Grafik 4.4 Profil Dimensi Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat ... 52
(16)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental yang sangat pesat (Slamet, 2005, hlm. 5). Anak usia dini hakikatnya adalah individu yang unik dan berbeda dari yang lain, serta memiliki karakteristik menyukai tantangan juga hal yang baru ia kenal di lingkungan sekitarnya. Ketika anak tertarik untuk mencoba sesuatu hal yang baru ia ketahui, terkadang respon yang timbul dari lingkungan dimana anak ingin menyalurkan rasa ingin tahunya tersebut tidak mendukung. Banyak orangtua yang meragukan anaknya untuk mencoba melakukan suatu hal. Padahal sebenarnya jika orangtua mendorong penyaluran rasa ingin tahu anak yang besar, maka anak seolah mendapat dukungan atau motivasi yang tinggi untuk ia dapat melakukan hal tersebut. Apabila sejak kecil anak diterima, disayangi, dan selalu dihargai, maka ia akan mengembangkan konsep diri yang positif (Susana, 2006, hlm. 17). Dengan kepercayaan orangtua kepada anak untuk anak dapat melakukan sesuatu sendiri, maka hal ini akan dapat melatih kemandirian pada anak untuk melakukan suatu hal. Hal ini didukung oleh Susana (2006, hlm. 8) yang menyatakan bahwa
“pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan tindakan yang diperbuatnya.”
Fitts (1971) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri yang dimiliki oleh anak akan menjadikan anak berani untuk mencoba tantangan baru yang dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar baginya. Pengertian konsep diri menurut Bee (1981, hlm. 390) menyebutkan bahwa “Self concept is the broad concept of self, including the “existential self, “the categorical self”, and the self -esteem”. Hal ini berarti bahwa konsep diri adalah konsep yang luas tentang diri, termasuk di dalamnya eksistensial diri, pengkategorisasian diri, dan harga diri.
(17)
2
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, pengertian konsep diri menurut Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1988, hlm. 2) yaitu “Konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya”.
Ketika seorang individu berinteraksi dengan lingkungan, cara orang lain memperlakukan individu dan apa yang dikatakan oleh orang lain tentang individu, akan menjadi gambaran atau pedoman untuk menilai diri individu itu sendiri. Artinya konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan persepsi seorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya (Gunarsa, 1983, hlm. 238).
Selain daripada itu, konsep diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku seorang individu atau anak. Burns (1993, hlm. 72) menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat. Rahmalia dalam penelitiannya (2004, hlm. 20) menyatakan bahwa konsep diri penting artinya bagaimana individu memandang diri dan dunianya mempengaruhi tidak hanya ia berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Kepuasan tersebut berupa penerimaan dari seorang individu terhadap keutuhan dirinya dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau segala sesuatu yang ia hargai dalam hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa individu dalam bersikap dan berinteraksi dengan lingkungan sosial tidak terlepas dari konsep dirinya. Apabila seseorang individu atau anak memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan diri yang tinggi terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya apabila seseorang memiliki gambaran yang negatif tentang dirinya, maka akan timbul suatu penilaian atau evaluasi yang negatif tentang dirinya yang diwujudkan dalam perilaku ketergantungan (Sulistyorini, 2006).
Kemandirian merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki oleh setiap individu dan setiap anak. Kemandirian pada anak usia Taman Kanak-kanak tidak sebatas hal-hal yang bersifat fisik saja, namun juga terkait dengan hal-hal yang bersifat psikologis, dimana anak usia dini mampu mengambil keputusan sendiri, mampu bertanggungjawab dan memiliki kepercayaan akan dirinya sendiri. Menurut Nadzifah (dalam Novita, 2007, hlm. 175), anak-anak yang berkembang dengan kemandirian dan bertanggungjawab secara normal akan
(18)
3
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki kecenderungan positif pada masa depan, anak akan cenderung berprestasi, dan mempunyai kepercayaan diri. Anak yang mandiri dan bertanggungjawab akan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.
Persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita temui dan yang berkaitan dengan konsep diri seperti misalnya ada seorang anak yang merasa bahwa dirinya adalah anak yang bodoh, padahal nilai yang sering ia peroleh di kelas selalu memuaskan. Anak tersebut adalah anak yang pendiam, pasif, dan sangat lugu. Ia sering merasa malu, dan ia selalu merasa tidak seperti teman-temannya yang lain di kelas. Ia sering merasa terasing dan sendiri. Belum lagi jika guru mengajukan pertanyaan kepadanya, ia nampak sangat ketakutan, karena ia merasa bodoh dan tidak berguna. Pola perilaku withdrawl seperti yang dilakukan oleh anak tersebut merupakan gambaran diri yang negatif dan menjurus pada pembentukan konsep diri yang kurang baik (Wanei, G.K. 2006).
Contoh kasus yang berkaitan dengan kemandirian pada anak, menurut pengalaman peneliti di lapangan masih banyak anak-anak yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidupnya kepada orang tua yang ada di sekitar lingkungan anak. Padahal sebenarnya jika mengacu pada teori dan aspek perkembangan, anak tersebut sudah seharusnya mampu untuk melakukan suatu hal yang ia gantungkan pemenuhannya pada orang tua yang ada di lingkungannya. Anak yang mengalami hal ini, jika dibiarkan kedepannya akan menjadi anak yang manja, tidak mandiri, tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan suatu hal, bahkan anak tersebut enggan untuk melakukan apapun karena sudah terbiasa semua pemenuhan kebutuhannya dilayani oleh orang lain. Hal ini tidak dapat terus menerus terjadi, karena semakin bertambahnya usia anak, maka ia harus bisa menjadi semakin mandiri terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Sulistyorini (2006, hlm. 24) yakni:
Seseorang dikatakan mandiri jika secara fisik ia dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktivitas hidupnya; secara mental dapat berfikir sendiri, menggunakan kreativitasnya, mampu mengekspresikan gagasan kepada orang lain; secara emosional mampu mengelola perasaannya; dan secara moral memiliki nilai-nilai yang mampu mengarahkan perilakunya.
(19)
4
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari beberapa pemaparan kasus di atas, terlihat bahwa perkembangan konsep diri dan kemandirian pada anak usia dini, tentulah tidak terlepas dari peran lingkungan. Lingkungan dimana anak bertumbuh, berkembang, dididik, dan diberikan bimbingan yang baik akan dapat membuat segala kemampuan yang ada dalam diri anak berkembang secara optimal, karena anak diberikan kesempatan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Orangtua dan guru pun memiliki peranan yang sangat penting dalam mendidik anak agar memiliki konsep diri yang positif, sehingga muncul kemandirian dalam diri anak.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ada korelasi positif antara konsep diri dengan kemandirian remaja yang tinggal di panti asuhan, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2011) mengenai hubungan konsep diri dengan kemandirian remaja yang tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Asuhan Anak Ciumbuleuit-Bandung, hasil penelitian dari 65 sampel yang diambil menunjukkan bahwa konsep diri remaja cenderung positif dan kemandiriannya tergolong sangat tinggi. Hal ini diperoleh dari hasil uji korelasional dengan menggunakan teknik product moment, didapat koefisien korelasi yang positif sebesar 0,610. Ini berarti semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh seorang remaja, maka tingkat kemandiriannya pun akan semakin tinggi.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Philein (2013) terkait dengan Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Konsep Diri dengan Kemandirian Belajar pada Siswa Kelas X SMK Wikarya Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013, membuktikan ada hubungan yang positif antara konsep diri dengan kemandirian belajar siswa pada siswa kelas X SMK WIKARYA Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx3y = 0,919 dan ρ = 0,000. Penelitian lainnya dilakukan oleh Suyuti (dalam Rahmawati, 2011) yang mengkaji tentang “Hubungan Antara
Konsep Diri dengan Kemandirian Remaja Panti Asuhan X” diketahui bahwa
terdapat hubungan positif antara konsep diri dan kemandirian, hasil tersebut menunjukkan semakin tinggi konsep diri remaja di panti asuhan, maka tingkat kemandiriannya pun akan semakin baik.
(20)
5
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan referensi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kebanyakan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut mengambil sampel di kalangan remaja yang bersekolah di sekolah menengah dan yang tinggal di panti asuhan, terkait dengan hal itu peneliti tertarik untuk memfokuskan kajian penelitian mengenai hubungan konsep diri dengan kemandirian di kalangan anak Taman Kanak-kanak. Dengan begitu, mudah-mudahan hasil penelitian yang nantinya akan dilakukan oleh peneliti dapat menambah ragam khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan anak usia dini.
Berdasarkan uraian di atas, guna menjawab apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kemandirian anak Taman Kanak-kanak, diperlukan penelitian lebih lanjut. Maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak”.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Adapun secara lebih khusus rumusan masalah tersebut dituangkan kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Seperti apa profil konsep diri anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015?
2. Seperti apa profil kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015?
(21)
6
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Berapa besar kontribusi konsep diri terhadap kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dan kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui profil konsep diri anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015.
b. Untuk mengetahui profil kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015.
c. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015.
d. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi konsep diri terhadap kemandirian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Tahun Ajaran 2014-2015.
(22)
7
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya serta mengembangkan ilmu khususnya di bidang Pendidikan Anak Usia Dini terutama tentang konsep diri dan kemandirian anak.
b. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan pertimbangan dalam mendidik anak berkaitan dengan konsep diri dan kemandirian.
c. Mempertajam kemampuan peneliti dalam menganalisis masalah yang dihadapi oleh anak berkaitan dengan konsep diri dan kemandiriannya, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak optimal.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan bagi guru dan orangtua mengenai gambaran konsep diri dan kemandirian anak untuk mempermudah dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep diri dan kemandirian.
b. Memberi masukan yang berarti bagi keluarga, lembaga, maupun instansi berkaitan dengan konsep diri dan kemandirian anak.
c. Memberi gambaran kepada orangtua anak bagaimana sikap konsep diri dan kemandirian yang baik sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II berisi kajian teori yang membahas tentang tinjauan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, serta pemaparan penelitian-penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumnya. Bab III memaparkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V memaparkan implikasi, simpulan, serta rekomendasi dari hasil
(23)
8
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penelitian ini.
(24)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 2) metode penelitian adalah:
Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia, sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis, sehingga data yang diperoleh merupakan data empiris yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid dan sesuai dengan tujuan serta kegunaan dari penelitian.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak Taman Kanak-kanak, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2006, hlm. 270), “penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dari kedua variabel yang diteliti”.
Terdapat tiga karakteristik pada penelitian korelasi. Adapun karakteristik tersebut menurut Sukardi (2011, hlm. 166) antara lain:
a. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen,
b. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan nyata), dan
c. Memungkinkan peneliti mendapat derajat asosiasi yang signifikan.
Maka dari itu dalam penelitian ini akan dikumpulkan data mengenai konsep diri dan kemandirian anak Taman Kanak-kanak di kelompok B,
(25)
20
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui apakah terdapat hubungan diantara kedua variabel tersebut.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini mengkaji hubungan antara dua variabel, yakni variabel X dan Y. Variabel X dalam penelitian ini yaitu konsep diri dan variabel Y dalam penelitian ini yaitu kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam desain pada penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Variabel X Variabel Y
Konsep Diri Kemandirian Anak Taman
Kanak-kanak
B. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 yang beralamat di Kompleks SESPIMPOLRI Jalan Maribaya Nomor 53, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48, Lembang, Tahun Pelajaran 2014-2015 sebanyak 45 anak.
3. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto (1983) menyatakan: “Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar maka diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih”. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel jenuh, dengan demikian dapat dikatakan bahwa, dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel anak kelompok B
(26)
21
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebanyak populasi, yaitu 45 anak yang akan dijadikan sampel dalam penelitian. Selain itu, menurut Purwanto (2012, hlm. 214), “Pengumpulan data yang dilakukan atas populasi maka akan menghasilkan data yang akurat karena tidak ada kesalahan yang akan terjadi dalam menyimpulkan karena seluruh objek diukur, dikumpulkan datanya kemudian dianalisis.
Data anak yang dijadikan sampel dalam penelitian disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Data Sampel Penelitian
Nomor Nama Anak Nomor Nama Anak Nomor Nama Anak
1. Ab 16. Ans 31. Nyi
2. Ad 17. Ash 32. Rei
3. Alm 18. Azl 33. Rev
4. Bim 19. Car 34. Ria
5. Chs 20. Daf 35. Wil
6. Dhe 21. Del 36. Ber
7. Dhm 22. Ikh 37. Din
8. Fi 23. Kam 38. Ghe
9. Fr 24. Lat 39. Kaf
10. Gw 25. Lut 40. M. Ga
11. Mic 26. M. Al 41. Man
12. Nov 27. M. Ar 42. Nad
13. Ref 28. M. Ps 43. Rai
14. Rik 29. M. Sa 44. Sat
15. All 30. M. Zi 45. Sel
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini akan mengkaji Hubungan Konsep Diri dan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak. Namun, terdapat beberapa istilah dalam penelitian ini yang didefinisikan sebagai berikut:
(27)
22
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Konsep Diri Anak
Konsep Diri adalah suatu konsep yang luas tentang diri, termasuk di dalamnya Existential Self (Eksistensial Diri) dimana pada tahap ini anak sudah mampu mengakui akan keberadaan dirinya dan menyadari bahwa dirinya terpisah dari orang lain, The Categorical Self (Pengelompokkan Diri) dimana pada tahap ini anak sudah mampu mengelompokkan dirinya ke dalam berbagai aspek seperti usia, ukuran tubuh, ejnis kelamin, warna anggota tubuh, dan kemampuan spesifik lain yang dimiliki oleh anak, serta The Self-Esteem (Harga Diri) dimana pada tahap ini anak sudah mampu menilai dirinya sendiri dilihat dari aspek harga diri yang tinggi (high self-esteem) seperti misalnya anak sudah mampu memiliki sikap terhadap harga diri dan perasaan bangga, dan harga diri yang rendah (low self-esteem) seperti misalnya anak mampu menilai dirinya sendiri ketika ia merasa malu.
2. Kemandirian Anak
Kemandirian pada anak merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh anak untuk mengerjakan tugasnya sendiri dan menjaga dirinya sendiri sebagai upaya untuk melatih anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Kemandirian pada anak berbentuk self help dimana pada tahap ini anak mampu memiliki keterampilan dalam hal kemampuan makan, kemampuan dalam hal mengurus diri sendiri, kemampuan dalam menjaga kebersihan diri, dan kemampuan menjaga lingkungan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan dari guru kelas di lokasi yang dijadikan tempat penelitian, dimana para guru kelas akan diminta untuk mengisi daftar ceklis observasi yang telah peneliti siapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, yang kemudian hasil dari observasi yang dilakukan akan dideskripsikan menggunakan teknik kualitatif. Arikunto (2010, hlm. 265) mengungkapkan bahwa “Observasi adalah suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur terstandar”.
(28)
23
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam observasi ini hal yang akan diamati adalah:
1. Profil konsep diri anak kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
2. Profil kemandirian anak kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berbentuk daftar ceklis observasi, yang berisi indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur konsep diri dan kemandirian anak kelompok B Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Djaali & Muljono (2007, hlm. 16), menegaskan bahwa observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.
Terdapat dua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu instrumen penelitian konsep diri dan instrumen penelitian kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Teknik penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, setiap butir indikator akan memiliki tiga alternatif jawaban yang dapat dipilih.
Instrumen dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji validitas isi nya melalui proses pengujian dari para pakar (judgement experts) yang dalam hal ini adalah dua dosen ahli yaitu Dr. Euis Kurniati, M.Pd dan dr. Nur Faizah Romadona, M.Kes. Butir-butir instrumen yang dianggap relevan oleh para pakar, selanjutnya akan digunakan untuk alat pengukuran dalam penelitian.
1. Instrumen Konsep Diri
Instrumen penelitian konsep diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Bee (1981). Instrumen ini dikembangkan dari definisi konsep diri menurut Bee (1981), yaitu konsep yang luas tentang diri, termasuk di dalamnya Existential Self (Eksistensi Diri), Categorical Self (Pengelompokan Diri), dan Self-Esteem (Harga Diri). Menurut Hurlock (1974), salah satu komponen konsep diri yaitu Attitudional
(29)
24
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Component (Komponen Sikap), yaitu perasaan seseorang mengenai dirinya, sikapnya terhadap statusnya di masa kini dan prospek masa depannya, perasaan berharga, dan sikapnya terhadap harga diri, penyesalan, perasaan bangga, dan malu. Namun, harga diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap terhadap harga diri, 2. Perasaaan Bangga (pride), dan 3. Perasaan malu (shame). Kisi-kisi instrumen konsep diri akan dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel. 3.3
Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Setelah Validitas
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SUB
INDIKATOR ITEM Variabel X “KONSEP DIRI” Existential Self (Eksistensi Diri) 1. Pengakuan akan keberadaan diri 2. Keberadaan diri yang terpisah dari orang lain
1) Anak dapat
menyebutkan namanya sendiri
2) Anak dapat mengacungkan tangannya ketika diabsen oleh guru 3) Anak dapat menyimpan
barangnya sendiri di loker miliknya sendiri 4) Anak dapat belajar di
kelas tanpa ditunggu oleh orangtua
5) Anak dapat tersenyum kepada orang lain 6) Anak dapat menyapa
orang yang berada di lingkungan sekitarnya Categorical Self (Pengelom pokan Diri) 1. Usia 2. Ukuran Tubuh
7) Anak dapat
menyebutkan usianya sendiri
8) Anak dapat berbaris sesuai tinggi badan yang dimiliknya 9) Anak mampu
(30)
25
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Jenis Kelamin 4. Warna Anggota Tubuh 5. Kemampuan Diri
indera yang dimiliki olehnya
10)Anak mampu menyebutkan jenis kelaminnya
11)Anak mampu masuk ke toilet yang sesuai dengan jenis kelaminnya 12)Anak mampu
mengenakan pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya 13)Anak dapat
menyebutkan warna rambutnya
14)Anak dapat
menyebutkan warna bola matanya 15)Anak dapat
menyebutkan warna kulitnya
16)Anak dapat
menyelesaikan tugas tanpa bantuan 17)Anak dapat
membereskan mainannya sendiri 18)Anak mau mengakui
kesalahan yang telah diperbuat olehnya 19)Anak mau meminta
maaf atas kesalahan yang telah diperbuat olehnya
20)Anak dapat menyimpan barang miliknya sendiri dengan rapi
(31)
26
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Self Esteem (Harga Diri)
1. Harga diri yang tinggi (High Self Esteem)
Sikap terhadap harga diri
Perasaan Bangga (pride)
21)Anak berani
menempelkan hasil karyanya sendiri di tembok kelas 22)Anak berani
menunjukkan hasil karya yang dibuatnya di hadapan guru dan teman-temannya 23)Anak berani maju ke
depan kelas saat disuruh bercerita oleh guru
24)Anak berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 25)Anak berani menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh teman 26)Anak dapat
memberikan komentar sederhana atas karya yang dibuat olehnya 27)Anak dapat
memberikan komentar sederhana atas karya yang dibuat oleh temannya
28)Anak dapat tersenyum saat mampu menolong teman/guru
29)Anak dapat tersenyum jika telah
menyelesaikan tugas dari guru
30)Anak dapat tersenyum jika ia memberikan sesuatu kepada orang yang ada di lingkungan sekitarnya
(32)
27
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Harga diri yang rendah (Low Self Esteem)
Perasaan malu (Shame)
31)Anak dapat tersenyum kepada orang yang baru dikenalnya
32)Anak berani bertanya kepada orang yang baru ia kenal di lingkungan sekitarnya
33)Anak dapat menatap mata guru saat berbicara
34)Anak dapat menatap mata teman saat berbicara
35)Anak menunduk ketika berbicara dengan lawan bicaranya
Sumber : Bee (1981) & Hurlock (1974) 2. Instrumen Kemandirian
Instrumen penelitian kemandirian anak Taman Kanak-kanak yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Konsorsium PAUD (2005). Instrumen ini dikembangkan dari aspek-aspek pengembangan kemandirian anak usia dini, yang terdapat dalam Acuan Menu Pembelajaran Anak Usia Dini untuk anak usia 5-6 tahun yaitu kemampuan makan, kemampuan mengurus diri sendiri, kemampuan menjaga kebersihan diri, dan kemampuan menjaga lingkungan. Kisi-kisi instrumen kemandirian akan dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel. 3.4
Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak Setelah Validasi
VARIABEL DIMENSI ITEM
Variabel Y “KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK” 1. Kemampuan Makan
1) Anak dapat minum dari gelas tanpa tumpah 2) Anak dapat
menggunakan sedotan untuk minum
(33)
28
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Kemampuan Mengurus Diri Sendiri
menggunakan garpu untuk makan
4) Anak dapat menyuapkan makanan dengan sendok tanpa tumpah
5) Anak dapat menggunakan sisi sendok untuk memotong makanan empuk
6) Anak dapat
menggunakan pisau plastik untuk memotong makanan
7) Anak dapat mengenakan kaos kaki sendiri
8) Anak dapat melepas kaos kaki sendiri
9) Anak dapat
menggunakan sepatu sendiri
10)Anak dapat memitakan tali sepatu sendiri 11)Anak dapat melepas
sepatu sendiri
12)Anak dapat mengenakan pakaian sendiri
13)Anak dapat melepaskan pakaian sendiri
14)Anak dapat
mengancingkan 3-4 kancing baju sendiri 15)Anak dapat membuka
kancing baju sendiri 16)Anak dapat menarik retsleting baju atau celana
17)Anak dapat
mengencangkan tali ikat pinggang
(34)
29
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kemampuan Menjaga Kebersihan Diri 4. Kemampuan Menjaga Kebersihan Lingkungan
18)Anak dapat mencuci tangan dan
mengeringkan tangan sendiri
19)Anak dapat membersihkan hidungnya dari ingus 20)Anak dapat ke
WC/Kamar Mandi sendiri
21)Anak dapat menurunkan celana/rok saat berada di kamar mandi untuk BAK 22)Anak dapat menurunkan
celana/rok saat berada di kamar mandi untuk BAB 23)Anak dapat
membersihkan diri sendiri setelah BAK 24)Anak dapat
membersihkan diri sendiri setelah BAB 25)Anak dapat menyiram
WC ketika selesai menggunakannya 26)Anak dapat
mengeringkan wajah tanpa bantuan
27)Anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan 28)Anak dapat mandi
sendiri tanpa pengawasan
29)Anak dapat membuang sampah pada tempatnya 30)Anak dapat
membersihkan makanan yang jatuh dari tempat makan
31)Anak dapat menyiram tanaman yang ada di
(35)
30
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekitar lingkungan anak
Sumber: Konsorsium PAUD (2005) 3. Teknik Penilaian
Instrumen penelitian ini akan diisi oleh guru kelas secara langsung di lapangan. Guru kelas akan mengisi seluruh item indikator yang diajukan dengan cara memilih salah satu dari tiga alternatif jawaban yang tersedia di setiap item indikator. Penentuan jawaban dilakukan dengan memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan sesuai dengan jawaban yang menjadi pilihan. Setiap item indikator memiliki mempunyai tiga alternatif jawaban yaitu Sudah Mampu Sendiri (SMS), Masih Memerlukan Bantuan (MMB), dan Belum Mampu (BM). Penggunaan teknik ini dimaksudkan agar memudahkan peneliti dalam mengolah data.
Tabel. 3.5
Pola Penskoran Instrumen Konsep Diri dan Kemandirian
Pilihan Skor/Nilai
Sudah Mampu Sendiri (SMS) 2
Masih Memerlukan Bantuan (MMB)
1
Belum Mampu (BM) 0
Keterangan:
Sudah Mampu Sendiri (SMS), dengan nilai 2, artinya anak mampu melakukan kegiatan sendiri.
Masih Memerlukan Bantuan (MMB) dengan nilai 1, artinya anak masih memerlukam sedikit bantuan dan bimbingan untuk melakukan suatu kegiatan, dan
Belum Mampu (BM), dengan nilai 0, artinya anak masih belum mampu melakukan kegiatan.
F. Pengembangan Instrumen
Selanjutnya akan dibahas bagaimana tahapan proses pengembangan instrumen pada penelitian ini. Analisis dimulai dengan menguji validitas
(36)
31
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan uji reliabilitas. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas dan reliabilitas dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2008, hlm. 121) validitas merupakan ketetapan, kesesuaian, atau kecocokan penilaian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Validnya suatu instrumen megandung artian bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur serta memiliki dukungan yang besar terhadap skor dari item total. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1996, hlm. 173).
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat serta mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2006, hlm. 168). Adapun karakteristik validitas menurut Sukmadinata (2011, hlm. 228-229), antara lain:
a. Validitas menunjuk kepada hasil dari penggunaan instrumen tersebut bukan pada instrumennya.
b. Validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang atau rendah, bukan valid dan tidak valid.
c. Validitas instrumen juga memiliki spesifikasi, tidak berlaku umum. Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah tipe validitas isi dan validitas konstruk.
a. Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen, validitas ini akan menunjukkan sejauh mana item-item pertanyaan menggambarkan atau mencakup kawasan isi yang hendak diukur (Sukmadinata, 2011, hlm. 229). Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para
(37)
32
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ahli. Pertama para ahli diminta untuk mengamat secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi kemudian para ahli diminta untuk mengoreksi semua item yang telah dibuat (Sukardi, 2011, hlm. 123).
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk berkaitan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen (Sukmadinata, 2011, hlm. 229).
Untuk lebih jelas tentang uji validitas item data, berikut disajikan hasil rekapitulasi uji validitas konsep diri dan kemandirian anak Taman Kanak-kanak dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2010 versi 14.0.4760.1000 (32-bit) sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Konsep Diri Dimensi No. rhitung rtabel Kriteria Existential Self
(Eksistensi Diri)
1 0.39 0.3 Valid
2 0 0.3 Tidak Valid 3 0 0.3 Tidak Valid
4 0.39 0.3 Valid
5 0.24 0.3 Tidak Valid
6 0.41 0.3 Valid
Categorical Self (Pengelompokan Diri)
7 0.43 0.3 Valid
8 0.61 0.3 Valid
9 0.20 0.3 Tidak Valid 10 0.24 0.3 Tidak Valid 11 0.60 0.3 Valid 12 0 0.3 Tidak Valid 13 0.17 0.3 Tidak Valid 14 0.24 0.3 Tidak Valid 15 0.17 0.3 Tidak Valid 16 0.48 0.3 Valid 17 0.46 0.3 Valid 18 0.48 0.3 Valid 19 0.25 0.3 Tidak Valid 20 0.62 0.3 Valid Self Esteem
(Harga Diri)
21 0.51 0.3 Valid 22 0.73 0.3 Valid 23 0.68 0.3 Valid
(38)
33
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24 0.56 0.3 Valid 25 0.19 0.3 Tidak Valid 26 0.66 0.3 Valid 27 0.77 0.3 Valid 28 0 0.3 Tidak Valid 29 0 0.3 Tidak Valid 30 0 0.3 Tidak Valid 31 0.69 0.3 Valid 32 0.58 0.3 Valid 33 0.39 0.3 Valid 34 0 0.3 Tidak Valid 35 0.08 0.3 Tidak Valid
Berdasarkan Tabel 3.6 di atas diperoleh hasil bahwa dari 35 pernyataan, terdapat 19 pernyataan yang valid dan 16 pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid tersebut, yaitu pernyataan nomor 2, 3, 5 untuk dimensi Existential Self (Eksistensi Diri) dan nomor 9, 10, 12, 13, 14, 15, 19 untuk dimensi Categorical Self (Pengkategorisasian Diri) dan nomor 25, 28, 29, 30, 34, 35 untuk dimensi Self Esteem (Harga Diri). Selanjutnya akan disajikan hasil uji validitas variabel kemandirian anak Taman Kanak-kanak pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Pernyataan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
Dimensi No. rhitung rtabel Kriteria
Kemampuan Makan 1 0.54 0.3 Valid
2 0 0.3 Tidak Valid
3 0.58 0.3 Valid
4 0.17 0.3 Tidak Valid
5 0.61 0.3 Valid
6 0.17 0.3 Tidak Valid Kemampuan Mengurus Diri
Sendiri
7 0 0.3 Tidak Valid
8 0 0.3 Tidak Valid
9 0.38 0.3 Valid
10 0.85 0.3 Valid
11 0.44 0.3 Valid
12 0.79 0.3 Valid
13 0.79 0.3 Valid
(39)
34
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15 0.75 0.3 Valid
16 0.67 0.3 Valid
17 0.62 0.3 Valid
Kemampuan Menjaga Kebersihan Diri
18 0.44 0.3 Valid
19 0.22 0.3 Tidak Valid 20 0.27 0.3 Tidak Valid
21 0.50 0.3 Valid
22 0.50 0.3 Valid
23 0.58 0.3 Valid
24 0.71 0.3 Valid
25 0.70 0.3 Valid
26 0 0.3 Tidak Valid
27 0.17 0.3 Tidak Valid
28 0.65 0.3 Valid
Kemampuan Menjaga Kebersihan Lingkungan
29 0.70 0.3 Valid
30 0.66 0.3 Valid
31 0.64 0.3 Valid
Berdasarkan Tabel 3.7 di atas diperoleh hasil bahwa dari 31 pernyataan, terdapat 22 pernyataan yang valid dan 9 pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid tersebut, yaitu pernyataan nomor 2, 3, 6 untuk indikator Kemampuan Makan, nomor 7, 8 untuk indikator Kemampuan Mengurus Diri, serta nomor 19, 20, 26, 27 untuk indikator Kemampuan Menjaga Kebersihan Diri.
Item pernyataan yang tidak valid akan tetap dipertahankan untuk kedua instrumen dalam penelitian ini. Hal ini peneliti lakukan dengan alasan, nilai reliabilitas yang diperoleh ketika item yang tidak valid dipertahankan, menunjukkan hasil instrumen yang dibuat oleh peneliti tetap kuat reliabilitasnya. Penjelasan tentang uji reliabilitas akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
2. Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:
Jika r hitung positif dan r hitung ≥ 0.3 maka butir soal valid. Jika r hitung negatif dan r hitung ≤ 0.3 maka butir soal tidak valid.
(40)
35
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Masrun (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 188) menyatakan bahwa item yang dipilih (valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0.3, jadi semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila dilakukan dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama (Azwar, 2004, hlm. 4). Menurut kriteria Guillford (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 183), koefisien reliabilitas Alpha Cronbach terbagi menjadi 5 kategori seperti yang tersaji dalam tabel sebagai berikut.
Tabel. 3.8
Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Kriteria Koefisien Reliabilitas α
Sangat Reliabel > 0.900
Reliabel 0.700 – 0.900
Cukup Reliabel 0.400 – 0.700
Kurang Reliabel 0.200 – 0.400
Tidak Reliabel < 0.200
Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach, yang dihitung menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2010 versi 14.0.4760.1000 (32-bit). Adapun rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
r11 =
∑ Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes yang dicari
(41)
36
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= Varians total
n = Banyaknya soal (Arikunto, 2010)
Setelah diuji validitas, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah item pernyataan tersebut reliabel. Dalam penelitian ini peneliti menguji reliabilitas sebanyak dua kali, tujuannya adalah untuk membandingkan nilai uji reliabilitas jika item pernyatan yang tidak valid tidak dibuang, dan jika item pernyataan yang tidak valid dibuang. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2010 versi 14.0.4760.1000 (32-bit). Hasil uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
1. Reliabilitas Pernyataan Konsep Diri (Variabel X) jika item pernyataan yang tidak valid dibuang:
Jumlah varian (δi) = 2.39 Varian total (δt) = 14.61 Reliabilitas = 0.88 (Reliabel)
2. Reliabilitas Pernyataan Konsep Diri (Variabel X) jika item pernyataan yang tidak valid tidak dibuang:
Jumlah varian (δi) = 2.88 Varian total (δt) = 17.16 Reliabilitas = 0.86 (Reliabel)
3. Reliabilitas Pernyataan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak (Variabel Y) jika item pernyataan yang tidak valid dibuang:
Jumlah varian (δi) = 2.21 Varian total (δt) = 18.68
Reliabilitas = 0.92 (Sangat Reliabel)
4. Reliabilitas Pernyataan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak (Variabel Y) jika item pernyataan yang tidak valid tidak dibuang: Jumlah varian (δi) = 2.37
Varian total (δt) = 20.83
(42)
37
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil perhitungan tersebut, peneliti menetapkan hasil uji reliabilitas yang digunakan adalah uji reliabilitas dengan item yang tidak valid tidak dibuang. Hal ini dikarenakan selisih antara nilai hasil uji reliabilitas dengan item pernyataan yang tidak valid dibuang yaitu sebesar 0.88 (Reliabel) dengan hasil uji reliabilitas item pernyataan yang valid dibuang sebesar 0.86 (Reliabel), selisihnya tidak jauh berbeda, yaitu sebesar 0.02 untuk uji reliabilitas konsep diri. Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas kemandirian anak Taman Kanak-kanak dengan item pernyataan yang tidak valid dibuang dan item pernyataan yang tidak valid tidak dibuang menunjukkan hasil yang sama, yaitu sebesar 0.92 (Sangat Reliabel).
G. Analisis Data
1. Profil Konsep Diri Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat .
Profil konsep diri diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel:
Skor maksimal ideal = Jumlah soal x skor tertinggi
b. Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = Jumlah soal x skor terendah
No. Dimensi Skor Maksimal Ideal
1. Keseluruhan 35 x 2 = 70 2. Dimensi 1 6 x 2 = 12
3. Dimensi 2 14 x 2 = 28
4. Dimensi 3 15 x 2 = 30
No. Dimensi Skor Minimal Ideal
1. Keseluruhan 35 x 0 = 0 2. Dimensi 1 6 x 0 = 0
(43)
38
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal
d. Mencari interval skor:
Interval skor = Rentang skor/ 3
Dari langkah di atas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kriteria Profil Konsep Diri
No. Dimensi Kriteria Interval
1. Keseluruhan Sudah Berkembang 48 – 71 Dalam Proses Berkembang 24 – 47 Belum Berkembang 0 – 23 2. Dimensi 1 Sudah Berkembang 8 – 12 Dalam Proses Berkembang 4 – 7 Belum Berkembang 0 – 3 3. Dimensi 2 Sudah Berkembang 20 – 29
Dalam Proses Berkembang 10 – 19 Belum Berkembang 0 – 9 4. Dimensi 3 Sudah Berkembang 20 – 30
4. Dimensi 3 15 x 0 = 0
No. Dimensi Rentang Skor
1. Keseluruhan 70 - 0 = 70
2. Dimensi 1 12 - 0 = 0
3. Dimensi 2 28 - 0 = 28
4. Dimensi 3 30 - 0 = 30
No. Dimensi Interval Skor
1. Keseluruhan 70 / 3 = 23.33
2. Dimensi 1 12 / 3 = 4
3. Dimensi 2 28 / 3 = 9.33
(44)
39
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Proses Berkembang 10 – 19 Belum Berkembang 0 – 9
2. Profil Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat .
Profil kemandirian anak Taman Kanak-kanak diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel: Skor maksimal ideal = Jumlah soal x skor tertinggi
b. Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel: Skor minimal ideal = Jumlah soal x skor terendah
c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor maksimal ideal – skor minimal ideal
No. Dimensi Skor Maksimal Ideal
1. Keseluruhan 31 x 2 = 62 2. Dimensi 1 6 x 2 = 12
3. Dimensi 2 11 x 2 = 22
4. Dimensi 3 11 x 2 = 22
5. Dimensi 4 3 x 2 = 6
No. Dimensi Skor Minimal Ideal
1. Keseluruhan 31 x 0 = 0 2. Dimensi 1 6 x 0 = 0
3. Dimensi 2 11 x 0 = 0
4. Dimensi 3 11 x 0 = 0
5. Dimensi 4 3 x 0 = 0
No. Dimensi Skor Maksimal Ideal
1. Keseluruhan 62 - 0 = 62
2. Dimensi 1 12 - 0 = 12
(45)
40
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Mencari interval skor:
Interval skor = Rentang skor/ 3
Dari langkah di atas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.10
Kriteria Profil Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
No. Dimensi Kriteria Interval
1. Keseluruhan Sudah Berkembang 42 – 62 Dalam Proses Berkembang 21– 41 Belum Berkembang 0 – 20 2. Dimensi 1 Sudah Berkembang 8 – 12 Dalam Proses Berkembang 4 – 7 Belum Berkembang 0 – 3 3. Dimensi 2 Sudah Berkembang 16 – 23
Dalam Proses Berkembang 8 – 15 Belum Berkembang 0 – 7 4. Dimensi 3 Sudah Berkembang 16 – 23
Dalam Proses Berkembang 8 – 15 Belum Berkembang 0 – 7 5. Dimensi 4 Sudah Berkembang 6 – 8 Dalam Proses Berkembang 3 – 5 Belum Berkembang 0 – 2
4. Dimensi 3 22 - 0 = 22
5. Dimensi 4 6 - 0 = 6
No. Dimensi Interval Skor
1. Keseluruhan 62 / 3 = 20.67
2. Dimensi 1 12 / 3 = 4
3. Dimensi 2 22 / 3 = 7.33 4. Dimensi 3 22 / 3 = 7.33 5. Dimensi 4 6 / 3 = 2
(46)
41
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
a. Uji Normalitas Data Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan aplikasi SPSS versi 16.0 for windows. Adapun hasil perhitungan uji normalitas yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.11
Uji Normalitas Data Variabel Konsep Diri dan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Konsep Diri
Kemandirian Anak
N 45 45
Normal Parametersa
Mean 66.56 59.18
Std. Deviation 4.143 4.564
Most Extreme Differences
Absolute .211 .322
Positive .203 .268
Negative -.211 -.322
Kolmogorov-Smirnov Z 1.418 2.159
Asymp. Sig. (2-tailed) .036 .000
Tahapan uji normalitas data konsep diri dengan kemandirian anak Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : sampel data berdistribusi tidak normal Ha : sampel data berdistribusi normal b. Dasar Pengambilan Keputusan
(47)
42
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika sig < 0.05 maka H0 diterima. c. Pengambilan Keputusan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, sampel variabel konsep diri memiliki nilai sig = 0.036 lebih kecil dari 0.05, maka H0 diterima atau dengan kata lain sampel data berdistribusi tidak normal. Sedangkan untuk variabel kemandirian anak Taman Kanak-kanak memiliki nilai sig = 0.000 lebih kecil dari 0.05, maka H0 diterima atau dengan kata lain sampel data berdistribusi tidak normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua data berdistribusi tidak normal.
b. Analisis Korelasi Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
Uji korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus statistika non parametrik, hal ini berdasarkan pertimbangan hasil uji normalitas data, yang menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi tidak normal. Rumus yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) sehingga diketahui seberapa besar hubungan variabel X terhadap variabel Y, adalah rumus korelasi Kendall’s Tau. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 16.0 for windows. Menurut Silalahi (2012, hlm. 400) menyebutkan bahwa “Kendall’s Tau merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengukur asosiasi atau korelasi antara variabel-variabel yang diurut. Adapun rumus Korelasi Kendall’s Tau adalah sebagai berikut:
( Silalahi, 2012, hlm. 400 ) Keterangan:
A = Total kesepakatan; I = Total inversi;
N = Total jumlah dari kemungkinan pasangan dari subjek.
Adapun langkah-langkah dari pencarian melalui rumus korelasi Kendall’s Tau adalah sebagai berikut:
(48)
43
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Membuat hipotesis kalimat dan hipotesis statistik.
Hipotesis Kalimat:
H0 : Tidak terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara konsep diri dan kemandirian anak Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Ha : Terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara konsep diri
dan kemandirian anak Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Hipotesis Statistik:
H0 : rxy = 0 Ha : rxy ≠ 0
b. Dasar pengambilan keputusan
Jika nilai sig > 0.05 maka H0 diterima Jika nilai sig < 0.05 maka H0 ditolak c. Pengambilan keputusan
Keputusan diterima atau ditolak.
Untuk menentukan tingkat hubungan koefisien korelasi, maka digunakan pedoman koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (2001, hlm. 149) yang akan disajikan dalam Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.12
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat
4. Analisis Koefisien Determinasi antara Konsep Diri dan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak
Analisis koefisien determinasi dilakukan setelah menemukan nilai koefisien korelasi antara konsep diri dengan kemandirian. Analisis koefisien
(49)
44
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
determinasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel konsep diri terhadap kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Berikut ini adalah rumus perhitungan koefisien determinasi antara konsep diri dengan kemandirian anak Taman Kanak-kanak: KD =
Keterangan:
KD = Koefisien determinasi yang dicari r2 = Kuadrat koefisien korelasi
H. Prosedur Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah korelasional. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Adapun prosedur penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan variabel-variabel yang hendak diukur dalam penelitian b. Melaksanakan penyusunan proposal penelitian yang di dalamnya
mencakup tentang penentuan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, definisi operasional variabel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta teori-teori yang mendukung proses penelitian.
c. Melakukan proses perijinan yang bertujuan agar mendapatkan ijin untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimulai dari pengurusan ijin di Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan, KESBANGPOL Kabupaten Bandung Barat, hingga pengurusan ijin di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 SESPIM Kecamatan Lembang.
d. Pengembangan kisi-kisi instrumen menjadi instrumen penelitian, berupa daftar ceklis observasi yang mewakili setiap variabel yang hendak diukur.
e. Pengujian validitas isi atau judgement experts melalui pendapat dari dua dosen ahli.
(1)
68
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sudah berkembang dan 2.22% berada pada kriteria dalam proses berkembang. Untuk dimensi kemampuan menjaga kebersihan diri sebanyak 100% anak berada pada kriteria sudah berkembang. Untuk dimensi menjaga kebersihan lingkungan sebanyak 86.67% anak berada pada kriteria sudah berkembang, dan 13.33% anak berada pada kriteria dalam proses berkembang. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kemandirian anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2014-2015 sudah berkembang dengan baik. 3. Hasil penelitian diperoleh sig = 0.000 berdasarkan uji korelasi Kendall’s tau
lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya terdapat hubungan (korelasi) yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Kemala Bhayangkari 48 Sespim Lembang, Kabupaten Bandung Barat tahun pelajaran 2014-2015. Besarnya korelasi adalah 0.666. Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsep diri yang dimiliki oleh anak, maka akan semakin tinggi kemandirian yang dimiliki olehnya. Begitupun sebaliknya semakin rendah konsep diri yang dimiliki oleh anak, maka akan semakin rendah kemandirian yang dimiliki olehnya. Koefisien determinasi diperoleh 44.35%.
4. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri memberikan kontribusi sebesar 44.35% terhadap kemandirian anak Taman Kanak-kanak. Sedangkan 55.65% kemandirian anak Taman Kanak-kanak dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.
C. Rekomendasi
1. Bagi Sekolah
a. Sekolah dapat mengadakan kegiatan yang mampu meningkatkan konsep diri dan kemandirian pada anak, misalnya dengan kegiatan outing, outbond, dll.
b. Sekolah diharapkan dapat memberikan kegiatan parenting, untuk memberikan pemahaman kepada orangtua terkait dengan proses pembelajaran yang bukan hanya mementingkan proses calistung saja.
(2)
69
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Namun yang lebih penting daripada itu adalah bagaimana anak dapat memenuhi seluruh tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan usia dan kemampuannya.
c. Sekolah diharapkan mampu menilai anak dengan mengutamakan proses belajar yang dilakukan oleh anak, bukan saja hanya melihat hasil akhir, namun bagaimana setiap tahapan yang mampu dilewati oleh anak.
2. Bagi Guru
a. Guru membiasakan anak untuk berusaha melakukan tugasnya sendiri,hal ini akan menjadi sebuah pembiasaan yang baik untuk mengembangkan kemandirian pada anak.
b. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini akan membuat anak lebih memaknai pembelajaran karena ia belajar melalui pengalamannya sendiri (hands on experience).
c. Saat Kegiatan Belajar Mengajar, guru dapat memberikn penghargaan atau reward sederhana kepada anak agar konsep diri anak semakin positif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya dapat menggali faktor-faktor lain yang terkait dengan konsep diri dan kemandirian, seperti misalnya kepercayaan diri anak, kedisiplinan anak, dll.
b. Peneliti selanjutnya dapat mencoba menerapkan metode penelitian yang lain untuk melihat lebih jauh terkait dengan konsep diri dengan kemandirian di tingkat anak usia dini.
(3)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1983). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (1996). Tes Prestasi. Malang: UMM Press.
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basri, H. (2000). Remaja Berkualitas (Problematika Remaja dan Sousinya). Jakarta: Pustaka Pelajar.
Bee, H. L. (1981). The Developing Child. Third Edition. New York: Harper International Edition.
Bee, H. L. & Mitchell, S. K. (1984). The Developing Person: A Life-Span Approach. Second Edition. New York: Harper & Row, Publishers.
Burns, R.B. (1993). Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih Bahasa: Eddy. Jakarta: Arcan.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djaali & Muljono, P. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Edwards, C. P. & Lewis, M. (1979). Young children's concepts of social relations: Social functions and social objects. In M. Lewis & L. Rosenblum (Eds.), The child and its family: The genesis of behavior, 2 (pp. 245-266). New York: Plenum Press.
Fitts, W.H, dkk. (1971). The Self Concept and Self Actualization. Los Angeles: WPS Publishers.
Gunarsa, S. & Gunarsa, Y. (1983). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
(4)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gunawan, A. W. (2003). Born To Be Genius. Jakarta: PT Gamedia Pustaka. Harter, S. (1996). Developmental Changes in Self-Understanding Across The 5 to
7 Shift. Chicago: University of Chicago Press.
Harter, S. (2006). The Self. Handbook of Child Psychologhy: Vol.3. Social, Emotional, and Personality Development (6th ed., pp. 505-570). New York: Wiley.
Hasan, A. dkk. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Hurlock, E. (1974). Personality Development. New York: Mc Graw Hill. Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. (1993). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Konsorsium PAUD. (2005). Menu Pembelajaran Generik Anak Usia Dini (edisi
revisi). Yogyakarta: Depdiknas.
Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. (2013).
Laible, D., & Thompson, R. A. (2007). Early socialization: Theory and research. In J. E. Grusec & P. D. Hastings (Eds.), Handbook of socialization: A relationship perspective (pp. 181-207). New York, NY: Guildford Press. Mangunsong, F. (2006). Mengembangkan Sikap Mandiri Pada Anak. (Online)
Tersedia:http://www.sahabatnestle.co.id/homev2/main/dunia/dancow/pare nting. Diakses pada 8 Oktober 2014.
McLeod, S. A. (2008). Self Concept. (Online). Tersedia: http://www.simplypsychology.org/self-concept.html. Diakses pada 3 Juli 2015.
Morrison, G. S. (2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Novita, W. (2007). Serba Serbi Anak. Jakarta: Gramedia.
Papalia, et al. (2010). Human Development (Psikologi Perkembangan). Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Parisi, S.E. (2002). Self-Concept and Academic Achievement in Early Childhood. pp.73–75.
Philein, M. Z. S. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Konsep Diri dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Wikarya
(5)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pudjijogyanti, C.R. (1988). Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan.
Purwanto. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.
Rahmalia, R. (2004). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Penyesuaian Sosial Di Sekolah Pada Remaja Panti Asuhan Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. (Skripsi). Jurusan Psikologi, Universitas Islam Bandung, Bandung.
Rahmawati, H. (2005). Perbedaan Kemandirian Antara Anak Sulung dan Anak Bungsu pada Siswa Kelas II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran
2004/2005. Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri
Semarang: Tidak Diterbitkan.
Rahmawati, S. (2011). Hubungan Konsep Diri dengan Kemandirian. (Skripsi). Jurusan Psikologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Rakhmat, J. (2002). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rini. (2004). Pola Asuh Orang Tua dalam Menumbuhkan Sikap Mandiri pada Anak Balita. Skripsi PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rogers, C. (1951). Client-Centered Therapy. Boston: Houghton Mifflin Company.
Rogers, C. (1959). A Theory of Therapy, Personality and Interpersonal Relationship as Developed in The Client-centered Framework. New York: McGraw Hill.
Santrock, J. W. (1995). Life-Span Development (5th ed.). Madison, WI: Brown & Benchmark.
Santrock, J. W. (2011). Child Development (Thirteen Edition). New York: McGraw Hill.
Sarason, I.G. (1972). Personality: An Object Approach. New York: John Willey and Sons. Inc.
Seri Ayah Bunda. (2002). Perkembangan Anak dari A sampai Z. Jakarta: Gaya Favorit Press.
Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Slamet, S. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
(6)
Christy Soeharti Wiyana, 2015
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sujiono, Y. N. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Sulistyorini. (2006). Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta:
Kanisius.
Supriadi, D. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Susana, T, dkk. (2006). Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Susilowati, K. (2011). Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri dengan Kemandirian pada Remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: Tidak Diterbitkan.
Thompson, R. A. & Meyer, S. (2007). Socialization of Emotion Regulation in the Family. In James J. Gross (ed.), Handbook of Emotion Regulation. Guilford Press 249--268.
Wanei, G. K. (2006). Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Yamin, M & Sanan, J.S. (2010). Panduan Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Jakarta: Gaung Persada Press.