IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR.

(1)

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

(Studi Kuasi Eksperimen di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar magister pedidikan program studi pendidikan teknologi dan kejuruan

Oleh:

Bambang Agusfianto 1202653

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN PROGRAM PASCA SARJANA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. As’ari Djohar, M.Pd.

NIP. 19501205 197903 1001

Pembimbing II

Dr. Amay Suherman, M.Pd. NIP. 19590325 198601 1001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Dr. Dadang Hidayat M, M.Pd. NIP. 19490427 197603 1001


(3)

IMPLEMENTASI

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA

PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

(Studi Kuasi Eksperimen di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah)

Oleh

Bambang Agusfianto UPI Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Bambang Agusfianto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR HAK CIPTA ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A.Belajar dan Pembelajaran ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Pembelajaran ... 14

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 14

B. Implementasi Contextual Teaching and Learning ... 20

1. Pengertian Implementasi ... 20

2. Landasan Filosofis Contextual Teaching and Learning ... 21

3. Konsep Dasar Contextual Teaching and Learning ... 23

4. Karakteristik Contextual Teaching and Learning... 24

5. Karakteristik Implementasi Contextual Teaching and Learning ... 34

6. Perbedaan Contextual Teaching and Learning dengan Konvensional 36

C.Pembelajaran Konvensional ... 39

D.Kompetensi ... 43


(5)

2. Kompetensi Belajar ... 45

3. Elemen dalam Kompetensi ... 46

4. Macam-macam kompetensi ... 47

E. Teknik Sepeda Motor ... 49

1. Landasan Teknik Sepeda Motor ... 49

2. Tujuan Teknik Sepeda Motor ... 49

3. Standar Kompetensi dan Komptensi Dasar ... 50

F. Kerangka Pemikiran ... 53

G.Asumsi ... 54

H.Hipotesis Penelitian ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A.Metode dan Desain Penelitian ... 58

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

C.Instrumen Penelitian ... 60

1. Tes ... 60

2. Angket Respon Siswa ... 61

3. Observasi... 61

D.Pengujian Instrumen Penelitian ... 62

1. Validitas Instrumen ... 62

a. Tingkat Kesukaran ... 62

b. Daya Pembeda ... 63

c. Indeks Pengecoh ... 64

2. Reliabilitas Instrumen ... 65

E. Analisis Data Penelitian ... 66

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Homogenitas ... 67

3. Peningkatan (N-Gain) ... 67

4. Perbedaan Peningkatan Kompetensi (Uji T) ... 67

5. Analisis Respon Siswa ... 67

F. Alur Penelitian ... 69

G.Prosedur Penelitian ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A.Pemaparan Data Penelitian ... 71

1. Pemaparan data perencanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 71


(6)

2. Pemaparan pelaksanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem

transmisi otomatis ... 75

3. Pemaparan Perbedaan Kompetensi Siswa ... 86

4. Pemaparan Data Respon Siswa ... 92

B. Pembahasan ... 94

1. Pembahasan hasil perencanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 94

2. Pembahasan hasil pelaksanaan pembelajaran implementasi contenxtual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis ... 95

3. Pembahasan Perbedaan Kompetensi Siswa ... 97

4. Pembahasan Data Respon Siswa ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A.Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 100

Daftar Pustaka ... 102


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Daftar Nilai Siswa ... 5

2.1 Perbedaan Pendekatan Contenxtual Teaching and Learning dengan Pembelajaran Konvensional ... 38

2.2 Dasar Kompetensi Kejuruan ... 50

2.3 Kompetensi Kejuruan ... 51

3.1 Desain Penelitian ... 58

3.2 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 63

3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal ... 64

3.4 Kriteria Reliabilitas Tes ... 66

3.5 Kriteria Analisis Angket ... 68

4.1 Rencana Pembelajaran Implementasi Contenxtual Teaching and Learning Pada Mata Pelajaran Perbaikan Sistem Transmisi Otomatis ... 72

4.2 Pelaksanaan Pembelajaran Implementasi Contenxtual Teaching and Learning Pada Mata Pelajaran Perbaikan Sistem Transmisi Otomatis ... 76

4.3. Peningkatan Rata-rata Hasil Tes Tertulis Kelas Eksperimen ... 88

4.4 Peningkatan Rata-rata Hasil Tes Tertulis Kelas Kontrol ... 89

4.5 Perbedaan Hasil Tes Tertulis ... 90

4.6 Perbedaan Hasil Tes Kinerja ... 92


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Kerangka Pemiikiran ... 54 3.1 Alur Penelitian ... 68 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Tes Tertulis antara Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Tes Kinerja antara Kelas


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 106

B. Instrumen Penelitian ... 140

C. Analisis Data Instrumen Penelitian ... 169

D. Analisis Data Penelitian ... 193

E. Lembar Observasi Pembelajaran ... 209


(10)

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK

PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR

(Bambang Agusfianto, 1202653)

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya motivasi siswa karena dampak guru masih menggunakan metode ceramah dan demontrasi di kelas maupun workshop tanpa melibatkan kondisi lingkungan di sekitar siswa berada dan masih tingginya tingkat kegagalan pencapaian kompetensi sampai lebih dari 50% pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis. Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design menggunakan hasil pretes dan posttest. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes tertulis, tes kinerja, angket respon pembelajaran siswa dan lembar observasi pembelajaran. Peningkatan hasil tes tertulis di kelas eksperimen didapat dari rata-rata nilai pretest sebesar 43,3 meningkat rata-rata posttest sebesar 81,8 sehingga selisih peningkatan hasil tes tertulis (gain) sebesar 38,5 dan selisih peningkatan normal hasil tes tertulis (n-gain) sebesat 67,9. Peningkatan hasil tes tertulis di kelas eksperimen didapat dari rata-rata nilai pretest sebesar 42,9 meningkat rata-rata posttest sebesar 69,5 sehingga selisih peningkatan tes tertulis (gain) sebesar 26,6 dan selisih peningkatan normal hasil tes tertulis (n-gain) sebesat 46,6. Perbandingan nilai rata-rata hasil tes kinerja di kelas eksperimen didapat sebesar 87,9 sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata sebesar 76,9 perbedan hasil tes kinerja antara ke dua kelas adalah 11,0. Kesimpulan bahwa perbedaan peningkatan kompetensi perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor yang menggunakan pendekatan contextual teaching and learning lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan konvesional. Pada umumnya siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran contextual teaching and learning dan perbedaan kompetensi siswa dilihat dari hasil tes tertulis dan tes kinerja.

Kata kunci : pendekatan contextual teaching and learning (CTL), peningkatan kompetensi siswa SMK, perbaikan sistem transmisi otomatis


(11)

THE IMPLEMENTATION OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING FOR INCREASING THE VOCATIONAL STUDENTS COMPETENCES IN

MOTORCYCLE TECHNICAL EXPERTISE PACKAGE

(Bambang Agusfianto, 1202653)

Abstract

The problem of this research was still low motivation due to the impact of teachers still use the methods in the class lectures and demonstrations and workshops without involving the environmental conditions around the students and the high failure rate of attainment of competency to more than 50% of the subjects improved automatic transmission system. This study was conducted at SMK 1 Simpangkatis Central Bangka Regency of Bangka Belitung Islands. The method of the study was used the quasi-experimental design with nonequivalent control group design using a pretest and posttest results. The instrument was used a written test instruments, test performance, questionnaire responses of student learning and teaching observation sheet. The Improvement results of the written test in the experimental class obtained from the average pretest score of 43.3 increased by an average of 81.8 posttest written test so that the difference in improvement (gain) difference of 38.5 and a normal increase in the written test result (n-gain ) sebesat 67.9. The Improvement results of the written test in the experimental class obtained from the average value increased by 42.9 average pretest-posttest average of 69.5 so that the increasing in the written test (gain) difference of 26.6 and a normal increase in the written test result (n-gain ) sebesat 46.6. The comparison of the average test performance score in the experimental class obtained at 87.9 while value of the control class average was 76.9. The differences between the result performance test the two classes is 11.0. The conclusion that the differences from increasing the competence automatic transmission system improvements the motorcycle technical expertise package that uses contextual teaching and learning approach was better than that using the conventional approach. In general, the students gave positive responses to the learning contextual teaching and learning and student competency differences seen from the results of the written test and performance test.

Keywords: The approach to contextual teaching and learning (CTL), improving the quality of vocational students, the automatic transmission system improvements


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia mendapat bonus demografi berupa populasi usia produktif yang paling besar sepanjang sejarah berdirinya negara ini. Bonus demografi ini adalah masa emas bagi Indonesia. Namun bonus ini bisa berubah menjadi bencana besar jika mulai sekarang kita tidak mempersiapkan generasi emas ini dengan baik. Jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Jumlah penduduk Indonesia saat ini pada usia produktif antara 15-64 tahun lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas. Tantangan besar yang dihadapi pendidikan adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. (Permendikbud, 2013, hlm. 4).

Pendidikan kejuruan memiliki peran penting untuk meningkatkan sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan. Kebijakan Depdiknas untuk membalik rasio siswa SMK dibanding SMA dari 30:70 pada tahun 2004 menjadi 67:33 pada tahun 2014. Kebijakan ini ditujukan agar keluaran pendidikan dapat lebih berorentasi pada pemenuhan dunia kerja serta kebutuhan dunia usaha dan industri.

Data di atas menunjukan bahwa 67% sumberdaya manusia akan mengalami pendidikan di sekolah menengah kejuruan. Untuk menghadapi tantangan tersebut SMK harus mampu menjadi lembaga pendidik yang bermutu dan utuh. Penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan untuk menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif dimasa yang akan datang. Tujuan sasaran strategis Direktorat Pembinaan SMK


(13)

2

salah satunya adalah 70% lulusan SMK bekerja pada tahun kelulusan. Direktorat Pengembangan SMK (2008) telah melahirkan tiga pilar utama yaitu:

“(1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik”.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian yang dipilih oleh siswa serta mengembangkan sikap profesional di bidang profesi tertentu. Pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, sekolah menengah kejuruan memberi penjelasan bentuk satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Pendidikan kejuruan ditujukan untuk membentuk tenaga kerja terampil tingkat menengah. Kurikulum pendidikan kejuruan tujuan akhir tidak hanya diukur melalui pencapaian prestasi berupa nilai tetapi melalui hasil dari pencapaian tersebut, yaitu hasil dalam bentuk unjuk kerja di dunia kerja (Finch dan Crunkilton, 1999, hlm. 14). Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi pada proses berupa pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekolah dan produk efek dari pengalaman-pengalaman dan kegiatan-kegiatan tersebut pada lulusan.

Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK tahun 1994 edisi 1999, telah mengubah orientasi dari kurikulum berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi. Perkembangannya kurikulum tersebut dievaluasi dan direvisi menjadi kurikulum SMK tahun 2004, yang kemudian disusul dengan penyempurnaan pada tahun 2006 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang. Pada tahun 2013 kurikulum berubah kembali yang disebut kurikulum 2013. Kurikulum ini mulai diterapkan SMK pada tahun ajaran 2013/2014 pada kelas sepuluh. Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education) dan teori kurikulum berbasis kompetensi


(14)

3

(competency-based curriculum) (Permendikbud, 2013, hlm 8). Perubahan kurikulum ini tidak diimbangi dengan persiapan guru dilapangan, meskipun kurikulum terus berubah proses dan hasil pembelajaran tetap sama.

Mutu lulusan pendidikan kejuruan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang dimaksud antara lain persepsi, minat, dan motivasi dari internal siswa yang rendah, serta faktor eksternal lainnya seperti kurikulum, fasilitas, guru, lingkungan sekolah maupun keluarga masyarakat yang belum mendukung pencapaian kompetensi siswa secara maksimal. Masih rendah motivasi siswa karena guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan demontrasi saja di kelas atau workshop tanpa melibatkan kondisi di sekitar perserta didik berada. Pemanfaatan lingkungan seperti sepeda motor siswa, guru dan lingkungan di sekitar sekolah maupun tempat tinggal siswa belum dimanfaatkan secara maksimal. Pembelajaran hanya bersifat simulasi kurang bermakna karena tidak dirasakan langsung manfaat dari hasil pembelajaran praktikum.

Jumlah sarana dan prasarana praktikum yang belum seimbang dengan jumlah siswa. Media pratikum sepeda motor belum memenuhi rasio siswa merupakan kendala yang dihadapi oleh guru di lapangan. Satu sepeda motor bisa digunakan oleh lima sampai tujuh siswa. Pembelajaran untuk mata palajaran produktif biasanya guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian menggunakan media pratikum secara bersama-sama. Pembelajaran seperti ini dapat berakibat pada motivasi dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran menjadi rendah, yang pada akhirnya dapat berdampak pada kompetensi yang dibutuhkan tidak tercapai. Pembelajaran seperti jika terus menerus berjalan maka sistem pembelajaran tidak terpenuhi dan kompetensi kerja yang diharapkan oleh dunia kerja kurang relevan, akan semakin jauh dari harapan industri.

Rasio perbandingan guru dengan siswa masih tidak sebanding, dimana seorang guru harus memberi pelayanan sampai 24 sampai 36 siswa dalam satu


(15)

4

kelas belajar. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara kesuluruhan dan guru sebagai pemegang peran utama. Pendidikan hasilnya baik atau buruk tergantung bagaimana keterampilan guru dalam menjalankan proses pembelajaran. Sanjaya, W (2013, hlm. 1) mengemukakan bahwa:

Salah satu rendahnya mutu lulusan pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pemelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibanya ketika siswa lulus dari sekolah akan pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi.

Jika guru menerapkan pembelajaran dengan cara menghafal, maka siswa hanya dapat mengingat dalam jangka pendek dan kesulitan ketika menghadapi situasi nyata di lapangan. Apabila kinerja guru sepeti gambar tersebut akan berdampak buruk terhadap mutu lulusan SMK, mengingat tujuan lulusan SMK untuk mengisi lapangan pekerjaan yang berarti mengaplikasikan langsung ilmu yang didapatkan di sekolah.

Program keahlian teknik otomotif, khususnya paket keahlian sepeda motor SMKN 1 Simpangkatis memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap dalam (1) perawatan dan perbaikan engine sepeda motor; (2) perawatan dan perbaikan chasis, suspensi dan power train sepeda motor; dan (3) perawatan dan perbaikan, serta perawatan dan perbaikan electrical system sepeda motor (KTSP SMKN 1 Simpangkatis, 2012). Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang disiapkan oleh sekolah dan tercantum dalam KTSP SMKN 1 Simpangkatis, sebagai bekal untuk bisa bersaing dalam memasuki dunia kerja.

Penguasaan kompetensi siswa dapat dilihat pada nilai yang didapatkan pada uji kompetensi yang dilaksanakan pada setiap semesternya. Nilai standar


(16)

5

kompetensi perbaikan sistem transmisi otomatsi pada kelas sebelas semester genap 2012/2013 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa

Nilai Frekuensi (siswa)

Persentase

(%) Keterangan

< 65 9 33

KKM =75

65-74 6 22

75-84 10 37

> 84 2 8

Jumlah 27 100

(Sumber : Guru TSM SMKN 1 Simpangkatis Daftar Nilai Semester Genap )

Nilai tersebut adalah nilai murni dari uji kompetensi yang belum disesuaikan dengan nilai dari kehadiran dan penugasan. Data di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kelas sebelas TSM masih di atas 50%. Gambaran di atas menunjukkan bahwa kurang optimalnya kompetensi yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa diperoleh gambaran sementara bahwa salah satu faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari sistem transmisi otomatis adalah siswa tidak merasakan manfaat lansung dari apa yang pelajari. Pembelajaran hanya bersifat simulasi dimana tidak dirasakan langsung hasil dari proses pembelajaran praktik perbaikan sistem transmisi otomatis. Siswa pada awalnya diberikan teori kejuruan, setelah itu dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan praktik. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar dengan metode ceramah yang monoton. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih terbatas sehingga banyak siswa merasa jenuh dan membosankan.


(17)

6

Untuk mengatasi kendala di atas, peneliti menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang lebih berorientasi kepada kebutuhan dari lapangan. Pendekatan pembalajaran yang dimaksud adalah contextual teaching and learning yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan suasana pembelajaran dengan konteks dimana siswa berada. Pendekatan pembelajaran ini sesuai dengan dikemukakan Mulyasa (2013, hlm. 109) „implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)’.

Contextual teaching and learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar siswa, mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing). Pembelajaran tidak hanya dilihat dari sisi produk saja melainkan yang terpenting adalah proses. Contextual teaching and learning mendorong siswa memahami hakekat, makna dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar. Berdasarkan permasalahan dan fakta di atas, penulis mengajukan

sebuah studi yang berjudul “Implementasi Contextual Teaching and

Learning Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Pada Paket

Keahlian Teknik Sepeda Motor”.

B.Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

1. Perubahan dan penyempurnaan kurikulum SMK terus dilakukan tetapi tidak diimbangi dengan persiapan guru yang ada dilapangan sehingga proses dan hasil pembelajarana tetap sama.


(18)

7

3. Masih rendah motivasi siswa karena guru masih menggunakan metode ceramah dan demontrasi saja di kelas dan workshop tanpa melibatkan kondisi lingkungan di sekitar perserta didik berada.

4. Pembelajaran dilaksanakan di SMKN 1 Simpangkatis masih menggunakan pembelajaran konvensional yang membuat siswa merasa jenuh dan membosankan.

5. Kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered sebagian besar guru masih mendominasi kegiatan belajar dengan metode ceramah yang monoton.

6. Masih tingginya tingkat kegagalan pencapaian kompetensi sampai lebih dari 50% pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis karena siswa tidak merasakan manfaat lansung dari apa yang pelajari.

7. Perlu pendekatan pembelajaran yang mampu peningkatan kompetensi siswa sesuai dengan standar kompetensi kerja yang dibutuhkan dunia industri.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diteliti akan diungkap dalam penelitian ini adalah

Bagaimana implementasi contextual teaching and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa SMK pada paket keahlian teknik sepeda motor?”.

Bedasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning

yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda?


(19)

8

3. Bagaimana perbedaan kompetensi siswa setelah pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor?

D.Tujuan Penelitian

Rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi contextual teaching and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa SMK pada paket keahlian teknik sepeda motor. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perencanaan pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor. 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning

yang mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor. 3. Mengetahui perbedaan kompetensi siswa setelah pelaksanaan pembelajaran

contextual teaching and learning dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.

4. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis


(20)

9

pengayaan dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan khususnya pada pendidikan jalur profesional dalam peningkatan kompetensi siswa yang bermuara kepada kualitas sumber daya manusia.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dalam penyusunan strategi pendidikan dan upaya meningkatkan kompetensi siswa yang diharapkan oleh industri.

c. Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan penggunaan pendekatan pembelajaran yang relevan dan mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran di SMK.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi guru selaku motivator, inovator, fasilitator, serta asesor dalam proses pelaksanaan pembelajaran senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga meningkatkan kompetensi siswa, diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan kompetensi kerja yang relevan dengan industri atau dunia usaha.

b. Bagi kepala lembaga dengan keadaan yang terjadi saat ini, minimnya lapangan pekerjaan sebagai penyerapan lulusan SMK siap kerja, dengan demikian kompetensi siswa yang dihasilkan dari implementasi contextual teaching and learning, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terlatih, secara komprehensif .

c. Bila penelitian ini dapat membuktikan secara empirik bahwa terdapat peningkatan yang positif, maka hasilnya dapat dijadikan masukan bagi pihak terkait dalam menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan di SMK.

F. Definisi Operasional

Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Definisi operasional variabel


(21)

10

merupakan unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur sebagai berikut :

1. Implementasi contextual teaching and learning adalah penerapan suatu pendekatan pembelajaran menekankan kepada proses keterlibatan siswa dalam menemukan materi dengan menghubungkan situasi kehidupan nyata yang dapat meningkatan kompetensi siswa. Pada penelitian ini penulis mencoba penerapan contextual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian teknik sepeda motor. 2. Kompetensi adalah kemampuan yang dilakukan siswa mencakup

pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus sehingga dapat memungkinkan siswa menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

3. Peningkatan kompetensi adalah ukuran tingkat kompetensi siswa menjadi meningkat dari tingkat terendah sampai kompetensi optimal sebelum dan sesudah implementasi contextual teaching and learning baik dalam pengetahuan, psikomotor dan sikapnya.

4. Teknik sepeda motor adalah paket keahlian pada bidang keahlian teknologi dan rekayasa program keahlian teknik otomotif yang menekankan pada keterampilan pelayanan jasa mekanik kendaraan roda dua.

5. Pembelajaran konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia offline versi 1.1 adalah “berdasarkan kesepakatan umum; tradisional”. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran pertama memberi teori yang diberikan oleh guru dengan metode ceramah dilanjutkan dengan praktik hanya bersifat simulasi dengan pembagian satu kelompok lima sampai tujuh siswa untuk satu sepeda motor. Pembelajaran ini sesuai dengan yang ditulis pada RPP dan silabus KTSP SMKN 1 Simpangkatis.


(22)

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain eksperimen dengan model pengembangan studi kuasi eksperimental (quasi experimental). Muhammad Ali (2011, hlm. 283) menyatakan „studi kuasi eksperimental adalah suatu cara lain dalam melakukan eksperimentasi. Dalam berbagai riset prilaku dan sosial, studi kuasi eksperimental dipandang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan studi eksperimental (sejati). Hal ini disebabkan dalam riset-riset prilaku dan sosial pada umumnya fokus kajian dan pengukuran adalah pada aspek prilaku, sehingga dalam pelaksanaannya tidak dapat menghindari pelibatan manusia sebagai subjek.

Desain ekperimen yang dipakai dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design. Desain ini menempatkan subjek penelitian ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiono, 2012, hlm. 79). Desain ini memiliki dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas tersebut salah satu akan mendapatkan contextual teaching and learning, sedangkan kelas yang lain akan mendapatkan pembelajaran konvensional. Sebelum mendapatkan pembelajaran, kedua kelas tersebut diberikan tes awal dan setelah mendapatkan pembelajaran akan diberikan tes akhir. Mekanisme penelitian dari ke dua kelas tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Tes awal Pembelajaran Tes akhir

Eksperimen Oeksp1 Oeksp Oeksp2

Kontrol Oktrl1 Oktrl Oktrl2


(24)

59

Oeksp1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum

pembelajaran contextual teaching and learning.

Oeksp2 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok eksperimen sebelum

pembelajaran contextual teaching and learning.

Oktrl1 : Tes awal yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum

pembelajaran konvensional.

Oktrl1 : Tes akhir yang diberikan pada kelompok kontrol sebelum

pembelajaran konvensional.

Oeksp : Pembelajaran menggunakan contextual teaching and learning.

Oktrl : Pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.

B.Lokasi, pupolasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah SMKN 1 Simpangkatis yang beralamat di Jl. Sungai Selan Km 09, Desa Terak, Kec Simpangkatis, Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Populasi

Penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa kelas sebelas semester genap paket keahlian teknik sepeda motor di SMKN 1 Simpangkatis yang sedang mengikuti mata pelajaran kejuruan semester genap sebanyak dua kelas, yang terdiri dari kelas sebelas TSM A berjumlah 25 siswa, kelas sebelas TSM B berjumlah 25 siswa.

3. Sampel

Studi kuasi eksperimental pemilihan subjek dilakukan dengan cara memilih kelompok subjek yang sudah ada (kelompok intak) dan tidak dilakukan secara random (Muhhamad Ali, 2011, hlm. 288). John W Creswell (2010, hlm. 238) mengemukan dalam quasi experimental peneliti menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, namun tidak secara acak memasukan (nonrandom assignment) para partisipan ke dalam


(25)

60

dua kelompok tersebut. Pada penelitian ini dipilih dua kelas, satu kelas eksperimen dan satu lagi kelas kontrol.

C.Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan cara atau langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data guna menjawab permasalahan yang hendak dipecahkan. Arikunto, S (2013, hlm. 203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Tes (test)

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidak adanya serta besarnya kemampuan objek yang di teliti maka digunakan tes (Arikunto, 2013, hlm. 266).

a. Tes Tertulis (paper test)

Pengukuran ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Tes ini berbentuk pilihan ganda (multiple choisce) yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman konsep sistem transmisi otomatis. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum (tes awal) dan setelah perlakuan (tes akhir). Tes awal digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa pada konsep tersebut. Tes akhir digunakan untuk mengetahui dampak dari perlakuan terhadap kondisi awal yang kemudian dibandingkan dengan kelas kontrol.

b. Tes Kinerja (performance test)

Alat untuk mengukur ranah psikomotor dan afektif digunakan tes kinerja yang menggunakan lembar observasi kinerja siswa pada saat melakukan tes. Tes kinerja untuk mengukur ranah psikomotor dan afektif


(26)

61

siswa pada saat melakukan pembuktian atau penampilan hasil kerja melakukan pratikum mulai dari mempersiapkan alat dan bahan, proses langkah kerja, proses keselamatan kerja, hasil kerja dan waktu kerja. Tes ini dilakukan sebanyak satu kali yaitu setelah perlakuan digunakan untuk mengetahui perbedaan dampak dari perlakuan terhadap kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.

2. Angket Respon Siswa

Arikunto, S (2013, hlm. 194) menyatakan bahwa: “Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dapat disusun dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang telah dipilih oleh peneliti. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Angket tertutup ini merupakan jenis angket yang memiliki ciri responden diberi sejumlah pernyataan dengan menggambarkan hal-hal yang ingin diungkap dari kedua variabel disertai alternatif jawabannya dan responden tidak diberi hak untuk menjawab diluar alternatif jawaban yang telah ditetapkan.

Responden diminta untuk merespon setiap pernyataan sesuai dengan apa yang diketahui serta dirasakan oleh dirinya dengan cara membubuhkan tanda chek () pada alternatif jawaban yang tersedia. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan lima kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Angket atau kuesioner pada penelitian ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon belajar siswa terhadap kegiatan pembelajaran mata pelajaran sistem transmisi otomatis, baik untuk kelas eksperimen yang menggunakan contextual teaching and learning, maupun kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.


(27)

62

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran melalui observasi aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh pengamat dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan pada kelompok eksperimen untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran. Observer melakukan pengamatan dan memberi penilaian sesuai rambu-rambu yang telah digariskan dalam lembar observasi, berupa memberi tanda ceklist pada kolom ya atau tidak yang menandakan kegiatan pada setiap fase pembelajaran dapat terlaksana atau tidak berdasarkan pengamatan observer.

D.Pengujian Instrumen Penelitian

Pengumpulan data menggunakan instrument dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi dan reliabilitas tinggi. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan, tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas dan reliabilitasnya.

Langkah-langkah pengujian instrumen butir soal tes tertulis adalah sebagai berikut:

1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2013, hlm. 211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel secara teliti dan tepat. Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validitas isi yang diuji berdasarkan analisis logis dan validitas konstruk yang diuji berdasarkan empiris.


(28)

63

Adapun untuk menguji validitas butir soal dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal, dengan menggunakan rumus:

(Arikunto, 2012, hlm. 22) dengan:

P : Tingkat kesukaran.

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 sukar

0,30 ≤ P < 0,70 sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 mudah

Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran menggunkan Anates pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang diuji 19 soal termasuk dengan kategori tingkat kesukaran sedang. Soal masuk dalam kategori tingkat kesukaran mudah 3 sedangkan soal masuk dalam kategori tingkat kesukaran sukar 3, untuk lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran C-5


(29)

64

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah, dengan menggunakan persamaan:

(Arikunto, 2012, hlm. 228)

dengan:

D : Daya pembeda

JA : Banyaknya peserta kelompok atas.

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah.

BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar.

BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar.

PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar.

PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.

Tabel 3.3 Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 jelek

0,20 < D ≤ 0,40 cukup

0,40 < D ≤ 0,70 baik

0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda menggunkan Anates pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang diuji 8 soal berkategori memiliki daya pembeda baik sekali dan 32 soal berkategori daya pembeda baik, untuk lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran C-7.


(30)

65

Uji tingkat pengecoh merupakan parameter yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebehasilan kunci jawaban. Rumus yang digunakan untuk daya pengecoh:

dengan:

ID : Presentase indeks pengecoh.

Bd : Banyaknya peserta yang memilih jawaban kunci pengecoh.

Js : Banyaknya peserta.

Interprestasi untuk daya pengecoh adalah apabila presentase daya pengecoh diatas 5% maka kunci pengecoh dianggap berfungsi.

Berdasarkan hasil pengujian indeks pengecoh menggunkan Anates pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang diuji dapat berfungsi untuk lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran C-8.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

1 12 2

11 1 1 2 2 2 1 r r r

 (Arikunto, 2013, hlm. 223)

Dimana:

11

r

= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan.

1 1 2 2

r = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Harga dari 1 1

2 2

r dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi


(31)

66

  

 

 

1 1

2 2

2 2 2 2

N XY X Y

r

N X X N Y Y

   

      (Arikunto, 2013, hlm. 226)

Keterangan:

1 1 2 2

r = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes X = Skor item ganjil.

Y = Skor item genap. N = Jumlah sampel.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (

r

11), digunakan tolok ukur

yang dibuat oleh J.P. Guilford (Arikunto, 2013, hlm. 229) seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien Reliabilitas Kriteria

11

r

≤ 0,20 sangat rendah

0,20 <

r

11 ≤ 0,40 rendah 0,40 <

r

11 ≤ 0,60 sedang 0,60 <

r

11 ≤ 0,80 tinggi

0,80 <

r

11 ≤ 1,00 sangat tinggi

Berdasarkan hasil pengujian reliabiltas menggunkan Anates pilihan ganda ver. 3.0.9 dapat diketahui bahwa dari 40 item soal yang diuji dengan hasil 0,93 dengan kreteria sangat tinggi untuk lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran C-4.


(32)

67

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa: hasil tes dari siswa dan jawaban angket tentang peningkatan kompetensi menggunakan contextual teaching and learning dan menggunakan pembelajaran konvensional. Data yang diperoleh adalah berupa nilai dari pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes dan angket juga akan diolah pada penelitian ini.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah dengan pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji homogenitas, uji normalitas distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain) dan uji hipotesis penelitian. Pengolahan data penelitian ini pegujian normalitas dan homogenitas menggunakan uji normalitas liliefors (kolmogorov smirnov) melalui SPSS for windows versi 18. Pengujian hipotesis selanjutnya setelah diperoleh hasil dari pengujian statistik parametrik atau non parametrik. Ketentuan jika data berdistribusi normal maka pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan statistik parametrik dan jika data berdistribusi tidak normal, maka pengujian hipotesis selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi data hasil tes tertulis dan tes kinerja dilakukan dengan menggunakan Test Of Normality – Shapiro Wilk.

2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians data hasil tes tertulis dan tes kinerja dalam bentuk pretest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan Test of Homogenitas of Variance.

3. Peningkatan (N-Gain) Hasil Tes Tertulis

N-Gain digunakan untuk mencari peningkatan kompetensi hasil tes tertulis siswa dengan membandingkan antara hasil rata-rata skor (X) tes tertulis dalam bentuk pretest dan posttest pada siswa kelas eksperimen dan kontrol dengan menggunakan Paired Samples Test. Uji ini berguna untuk


(33)

68

melakukan pengujian terhadap dua sampel yang saling berhubungan/

berkorelasi atau disebut “sampel berpasangan” yang berasal dari populasi

yang memiliki rata-rata sama.

4. Perbandingan Hasil Tes

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan nilai rata-rata hasil posttest dalam bentuk tes tertulis dan tes kinerja pada siswa kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan uji statistik parametrik Independent Samples Test (uij t satu ekor dengan α = 0,05) jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen.

5. Analisis Respon Siswa

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan bersifat positif diberi skor tertinggi 5 yang menyatakan Sangat Setuju (SS), skor 4 yang menyatakan Setuju (S), skor 3 yang menyatakan ragu-ragu (RR), skor 2 yang menyatakan Tidak Setuju (TS) dan skor 1 yang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS), dan sebaliknya jika digunakan pernyataan negatif pada daftar pernyataan pada angket. Data yang terkumpul selanjutnya dijumlahkan dari masing-masing pilihan. Untuk menghitung persentase hasil angket respon siswa dengan rumus:


(34)

69

F. Alur Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka alur penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian Treatment contextual teaching

and learning untuk kelas eksperimen

Treatment konvensional untuk kelas kontrol

Feed Back Melakukan Tes Akhir (Posttest)

Analisis Data

Pembahasan hasil penelitian

Kesimpulan

Melakukan Tes Awal (Pretest) Survey

Studi Pendahuluan Menemukan Masalah Memilih Metode Penelitian Menentukan Variabel dan Sumber Data


(35)

70

G.Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan proses penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan yaitu tahapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian yang meliputi: studi penjajakan awal ke lokasi penelitian, studi dokumentasi data-data akademik, studi kepustakaan untuk menemukan landasan teoritik sesuai fokus penelitian, serta wawancara dengan narasumber dari manajemen SMK.

2. Tahap pelaksanaan yaitu mengumpulkan data penelitian melalui penyajian instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, merekapitulasi data yang diperoleh, mengolah, menganalisis, dan dilanjutkan dengan interpretasi hasil analisis.

3. Tahap penyusunan laporan. Tahap ini merupakan tahap akhir berupa penulisan laporan penelitian dalam bentuk tesis.


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RRP) mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor sudah mengacu kepada tujuan pembelajaran secara lengkap yang mencakup domain kognitif, psikomotirk dan afektif mengacu pada pencapaian kompetensi dan mengakomodir karakteristik komponen pendekatan contextual teaching and learning.

2. Pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan langkah (a) menemukan (inquiry); (b) aplikasi (applying); (c) kerjasama (cooperating); (d) refleksi (reflection) dan (e) penilaian autentik (authentic assessment).

3. Terdapat perbedaan kompetensi secara signifikan dilihat dari hasil tes tertulis dan tes kinerja antara kelas eksperimen yang diberi perlakukan pembelajaran contextual teaching and learning dengan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Respon siswa terhadap pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor hampir seluruhnya memberikan tanggapan positif.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:


(37)

101

Hendaknya selalu untuk meningkatakan kemampuan guru dengan cara memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan model-model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah, guru-guru dapat menggunakan alternatif penyajian materi pelajaran dengan berbagai macam model pembelajaran.

2. Bagi Kepala Sekolah

Implementasi pendekatan contextual teaching and learning dalam pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis jika dimungkinkan dapat digunakan dalam pada mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah dapat memberikan rekomendasi kepada guru-guru untuk mencoba menerapkan pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran yang diajarkan.

3. Bagi Guru

Pendekatan contextual teaching and learning menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam proses pembalajaran. Guru dapat memanfaatkan bahan praktik yang terbatas dengan menggunakan sepeda motor siswa, guru atau lingkungan sekitar menjadi bahan praktik atau bahan ajar.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama pada mata pelajaran lain, sehingga mampu memperoleh hasil penelitian yang menyeluruh dan spesifik.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. _________. (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bower G H & Hilgard E R. ( 1975 ) Theories of learning Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Clark. In R. E. (1990). Handling Complexity in Learning Environments: Research and Theory. London: Elsevier. 283-295.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

__________. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

__________. (2005). Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

__________. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK: landasan pengembangan. Jakarta: BSNP Depdiknas.

Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Petunjuk teknis pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas

____________. (2013). Tatangan guru SMK abad 21. Jakarta: Direktorat Pembina PTK Dikmen

Djohar, A. (2003a). “Pembelajaran Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik” dalam http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.pend.Teknik.Mesin/195012051979031-As'ari_Djohar/Makalah/pembelajaran_kognitif.pdf. diakses 15 Juli 2014 Djohar, A. (2003b). “Dasar-dasar pendekatan competency-based” dalam

http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.Pend.Teknik.Mesin/1950120519790 31-As'ari_Djohar/Makalah/competency_based pdf. diakses 15 Juli 2014. Djojonegoro, W. (1999). Pengembangan sumber daya manusia melalui SMK.


(39)

103

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum development in vocational and technical education: planning, content and implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Furqon. (2013). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Hamalik, O, (2009). Proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, B. (2010). Perencanaan pengajaran bidang studi. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Johnson, E.B. (2011). Contextual teaching & learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Kaifa

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Model of teaching: model-model pengajaran. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustka Pelajar.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta: Kemendiknas. __________. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2009 tentang standar kompetensi kejuruan SMK/MAK. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 –2014. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kuswana, W.S. (2013a). Filsafat pendidikan teknologi vokasi dan kejuruan. Bandung: Alfabeta.

Kuswana, W.S. (2013b). Dasar-dasar pendidikan vokasi & kejuruan. Bandung: Alfabeta.


(40)

104

Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Mukhidin. (2012). Kurikulum & pembelajaran kejuruan berbasis kompetensi. Bandung: Rizqi Press.

Mulyasa, H.E. (2005). Kurikulum berbasis kompetensi : konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nasution. (1994). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. (2004). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Malang: Universitas Negeri Malang.

Reksoatmodjo, N.S. (2010). Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan. Bandung: Refika Aditama.

Riduwan. (2008). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2013). Cara mudah belajar SPSS 17.0 dan aplikasi statistik penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J.W. (2004) , Educational Psychology, 2nd Edition. New York: McGraw Hill Companies Inc.

Sanjaya, W. (2013). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sa’ud, U.S. (2011). Inovasi pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Setiawan, E. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia offline versi 1.1. Jakarta: Pusat Bahasa Diknas.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito


(41)

105

Sugiyono. (2012). Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2013a). Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. (2013b). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. dan Syaodih, E. (2013). Kurikulum & pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Uno, H.B. (2012). Model pembelajaran: menciptakan proses belajar mengajar yang kreatid dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

1. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RRP) mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor sudah mengacu kepada tujuan pembelajaran secara lengkap yang mencakup domain kognitif, psikomotirk dan afektif mengacu pada pencapaian kompetensi dan mengakomodir karakteristik komponen pendekatan contextual teaching and learning.

2. Pelaksanaan pembelajaran contextual teaching and learning mampu meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor terlaksana dengan baik sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan langkah (a) menemukan (inquiry); (b) aplikasi (applying); (c) kerjasama (cooperating); (d) refleksi (reflection) dan (e) penilaian autentik (authentic assessment).

3. Terdapat perbedaan kompetensi secara signifikan dilihat dari hasil tes tertulis dan tes kinerja antara kelas eksperimen yang diberi perlakukan pembelajaran contextual teaching and learning dengan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Respon siswa terhadap pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis paket keahlian Teknik Sepeda Motor hampir seluruhnya memberikan tanggapan positif.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:


(2)

101

Hendaknya selalu untuk meningkatakan kemampuan guru dengan cara memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan model-model pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah, guru-guru dapat menggunakan alternatif penyajian materi pelajaran dengan berbagai macam model pembelajaran.

2. Bagi Kepala Sekolah

Implementasi pendekatan contextual teaching and learning dalam pelajaran perbaikan sistem transmisi otomatis jika dimungkinkan dapat digunakan dalam pada mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah dapat memberikan rekomendasi kepada guru-guru untuk mencoba menerapkan pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran yang diajarkan.

3. Bagi Guru

Pendekatan contextual teaching and learning menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam proses pembalajaran. Guru dapat memanfaatkan bahan praktik yang terbatas dengan menggunakan sepeda motor siswa, guru atau lingkungan sekitar menjadi bahan praktik atau bahan ajar.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian yang sama pada mata pelajaran lain, sehingga mampu memperoleh hasil penelitian yang menyeluruh dan spesifik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami riset perilaku dan sosial. Bandung: Pustaka Cendikia Utama

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. _________. (2013). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Bower G H & Hilgard E R. ( 1975 ) Theories of learning Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Clark. In R. E. (1990). Handling Complexity in Learning Environments: Research and Theory. London: Elsevier. 283-295.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

__________. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

__________. (2005). Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

__________. (2007). Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK: landasan pengembangan. Jakarta: BSNP Depdiknas.

Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Petunjuk teknis pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas

____________. (2013). Tatangan guru SMK abad 21. Jakarta: Direktorat Pembina PTK Dikmen

Djohar, A. (2003a). “Pembelajaran Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik” dalam http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.pend.Teknik.Mesin/195012051979031-As'ari_Djohar/Makalah/pembelajaran_kognitif.pdf. diakses 15 Juli 2014 Djohar, A. (2003b). “Dasar-dasar pendekatan competency-based” dalam

http://file.upi.edu//Direktori/FPTK/Jur.Pend.Teknik.Mesin/1950120519790 31-As'ari_Djohar/Makalah/competency_based pdf. diakses 15 Juli 2014. Djojonegoro, W. (1999). Pengembangan sumber daya manusia melalui SMK.


(4)

103

Finch, C.R., dan Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum development in vocational and technical education: planning, content and implementation. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Furqon. (2013). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Hamalik, O, (2009). Proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, B. (2010). Perencanaan pengajaran bidang studi. Bandung: Pustaka Ramadhan.

Johnson, E.B. (2011). Contextual teaching & learning: menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna. Bandung: Kaifa

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Model of teaching: model-model pengajaran. Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustka Pelajar.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta: Kemendiknas. __________. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun

2009 tentang standar kompetensi kejuruan SMK/MAK. Jakarta:

Kemendiknas.

__________. (2010). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010 –2014. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.

__________. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013. Jakarta: Kemendiknas.

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kuswana, W.S. (2013a). Filsafat pendidikan teknologi vokasi dan kejuruan. Bandung: Alfabeta.

Kuswana, W.S. (2013b). Dasar-dasar pendidikan vokasi & kejuruan. Bandung: Alfabeta.


(5)

Martawijaya, H D. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Mukhidin. (2012). Kurikulum & pembelajaran kejuruan berbasis kompetensi. Bandung: Rizqi Press.

Mulyasa, H.E. (2005). Kurikulum berbasis kompetensi : konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, H.E. (2013). Pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nasution. (1994). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. (2004). Pendekatan kontekstual (contextual teaching & learning). Malang: Universitas Negeri Malang.

Reksoatmodjo, N.S. (2010). Pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan. Bandung: Refika Aditama.

Riduwan. (2008). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2013). Cara mudah belajar SPSS 17.0 dan aplikasi statistik penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santrock, J.W. (2004) , Educational Psychology, 2nd Edition. New York: McGraw Hill Companies Inc.

Sanjaya, W. (2013). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sa’ud, U.S. (2011). Inovasi pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Setiawan, E. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia offline versi 1.1. Jakarta: Pusat Bahasa Diknas.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito


(6)

105

Sugiyono. (2012). Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2013a). Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. (2013b). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata, N.S. dan Syaodih, E. (2013). Kurikulum & pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika Aditama.

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Uno, H.B. (2012). Model pembelajaran: menciptakan proses belajar mengajar yang kreatid dan efektif. Jakarta: Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN KELAS STANDAR INDUSTRI PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR Pengelolaan Kelas Standar Industri Pada Paket Keahlian Teknik Sepeda Motor Smk Muhammadiyah 4 Boyolali.

0 3 15

PENGELOLAAN KELAS STANDAR INDUSTRI PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR Pengelolaan Kelas Standar Industri Pada Paket Keahlian Teknik Sepeda Motor Smk Muhammadiyah 4 Boyolali.

0 2 17

IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS Implementasi Metode Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Manyaran, Karangged

0 1 15

IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS Implementasi Metode Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Manyaran, Karangged

0 2 14

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TEKNIK Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Teknik Modelling Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pada Siswa Kelas

0 2 16

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TEKNIK Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Teknik Modelling Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pada Siswa Kela

0 1 14

RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR SMK DENGAN KOMPETENSI KERJA YANG DIBUTUHKAN DALAM BIDANG SERVICE SEPEDA MOTOR.

0 0 13

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI MEMUPUK.

0 1 31

IMPLEMENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPEDA MOTOR - repository UPI T PTK 1202653 Tesis

0 0 3

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA

0 0 11