IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS Implementasi Metode Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Manyaran, Karangged

(1)

IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS

IV SEMESTER II SDN 2 MANYARAN, KARANGGEDE, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

SUCI SUKAHAYATI A 54D090037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:

Nama : DR. ANAM SUTOPO, M.Hum

NIP/NIK : 849

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah yang merupakan ringkasan skripsi (tugas akhir) dari mahasiswa:

Nama : SUCI SUKAHAYATI

NIM : A 54D090037

Fakultas/Jurusan : FKIP/PGSD

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II SDN 2 MANYARAN, KARANGGEDE, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.


(3)

IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS

IV SEMESTER II SDN 2 MANYARAN, KARANGGEDE, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

SUCI SUKAHAYATI

Program PSKGJ S-1 PGSD Pokjar Klego, Universitas Muhammadiyah Surakarta NIM A.54D090037

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013. (2) Untuk mengetahui apakah metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Subyek dalam peneltian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali yang berjumlah 15 anak terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan prestasi pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar IPS bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 66,25, siklus I sebesar 70,00, dan siklus II sebesar 75,63 sehingga meningkat sebesar 9,38 point. (2) Peningkatan yang dicapai oleh siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013 dalam belajar IPS dengan metode Contextual Teaching and Learning sebesar 9,38 point. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pra siklus adalah 66,25 meningkat menjadi 75,63 pada siklus II. (3) Langkah-langkah dalam belajar IPS dengan metode Contextual Teaching and Learning yaitu (a) Melakukan hubungan yang bermakna dengan siswa melalui apersepsi, memberi motivasi, dan pertanyaan diawal pembelajaran (2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti seperti tanya jawab, penugasan, menyediakakan media pembelajaran yang nyata di kehidupan siswa, (3) Memberikan pembelajaran dikelas yang aktif dengan memberikan media pembelajaran yang tidak asing bagi anak-anak berupa mobil, pesawat, laptop, dll, (4) Memberikan kerjasama siswa dalam kelompok, guru membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. (5) Melakukan penilaian yang otentik pada siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata


(4)

untuk tujuan tertentu. (4) Kelebihan dan kekurangan mengajarkan Contextual Teaching Learning pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013 bahwa kelebihannya (a) Siswa memperoleh gambaran nyata tentang lingkungan sekolah, (b) Siswa mengetahui dan dapat mempraktekkan langsung materi yang telah disampaikan dalam pembelajaran. Sedangkan kekurangannya yaitu (a) Guru belum maksimal menjadi fasilitator bagi siswa karena siswa berkelompok dan mencari tempat yang nyaman di lingkungan sekolah, (b) Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru, karena terkadang mengobrol sama teman-temannya, dan (c) Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-sendiri.

Kata kunci: Contextual Teaching and Learning, Prestasi Belajar

A. Pendahuluan

Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa pun mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, sebab masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, ada pula yang mendapatkan nilai rendah, dan bahkan ada pula siswa yang harus tinggal dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran merupakan suatu upaya guru untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektualnya agar berkembang secara optimal.

Guru dalam pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar (Wahab, 1986), demikian pula kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.


(5)

Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi pendidikan IPS di tingkat persekolahan (Hasan, 1988), ternyata masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam memilih, serta menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar, dan banyak diantara guru yang tidak memiliki kurikulum tertulis yang merupakan pedoman dasar dalam pemilihan metode pembelajaran. Disamping itu, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian proses belajar-mengajar (PBM) akan berlangsung secara kaku, sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral, dan keterampilan siswa.

Masalah yang saat ini terdapat di SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali bahwa siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali dalam pelajaran IPS masih rendah nilai prestasi belajarnya. Dari 15 siswa terdapat 13 siswa atau 87% yang mempunyai nilai mata pelajaran IPS di bawah KKM yang telah ditetapkan sebesar 68. Selain itu guru terkesan monoton dalam pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional tanpa adanya variasi atau inovasi metode pembelajaran sehingga siswa masih sulit dalam memahami materi IPS yang banyak. Hal ini disebabkan karena minimnya sarana prasarana yang tersedia di sekolah khususnya media pembelajaran IPS.

Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan


(6)

ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kembali berminat mengikuti kegiatan belajar.

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru (Djahiri, 1992). Hal ini didasari oleh asumsi, bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang dilakukannya.

Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan


(7)

aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan atau mempermudah konsep materi IPS yang banyak berhubungan dengan lingkungan masyarakat maka diperlukan metode Contextual Teaching Learning. Melalui metode konstekstual diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Oleh karena itu pengelolaan sekolah perlu direncanakan dan dipersiapkan secara optimal agar dapat menghasilkan peserta didik yang berkompetensi. Maka, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang implementasi Contextual Teaching Learning untuk meningkatkan prestasi pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan prestasi pembelajaran IPS pada siswa kelas IV di SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013 atau tidak serta untuk mengetahui sejauhmana peningkatannya. (2) Untuk mengetahui proses penerapan metode Contextual Teaching Learning dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013. (3) Untuk mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan mengajarkan Contextual Teaching Learning pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SDN 2 Manyaran Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali yang beralamat di Desa Sukorejo Manyaran Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali berjumlah 15 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian tindakan kelas. Prosedur


(8)

penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian adalah dokumen, peristiwa, hasil tes, dan informan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan test. Untuk menjamin kevaliditasan data, penelitian menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif.

C. Hasil Dan Pembahasan

SDN 2 Manyaran beralamat di Desa Sokorejo, Manyaran Karanggede Boyolali telah terakreditasi B. NSS: 101030914020 dan NPSN: 20308393. SDN 2 Manyaran berdiri sejak 1978 diatas tanah desa seluas 3.000M2. No ijin bangunan 421.2/013/XVI/1985. Dahulunya sekolah ini menumpang di rumah-rumah warga masyarakat Sokorejo sehingga atas usul tokoh masyarakat akhirnya pemerintah desa Sororejo membangun sekolah di tanah kas.

Visi SDN 2 Manyaran adalah terwujudnya siswa yang bertaqwa, cerdas, terampil, dan berbudi luhur. Adapun misi-misi SDN 2 Manyaran untuk mendukung pelaksanaan dari visi tersebut adalah:

a. Meningkatkan pendidikan Agama dengan kebiasaan beribadah, baik di sekolah maupun di rumah.

b. Menyelenggarakan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

c. Mengupayakan pendidikan keterampilan kecakapan hidup. d. Meningkatkan perilaku sopan dan bertutur kata yang santun.

Pada tahun 2013 jumlah siswa adalah 73 orang. Sementara itu, penelitian ini ditujukan pada siswa kelas IV berjumlah 15 orang.

Pada pembelajaran prasiklus diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 64,87 dan tingkat ketuntasan belajar mencapai 33,33% atau ada 5 siswa yang sudah tuntas belajar dari 15 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang


(9)

memperoleh nilai diatas KKM (68) sebesar 33,33% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 79%.

Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran prasiklus yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat terungkap dari beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain: (a) Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, (b) kurangnya konsentrasi siswa ketika pembelajaran berlangsung, (c) siswa kurang aktif, (d) siswa kurang berminat dan kurang tertarik dalam pembelajaran, dan (e) rendahnya keberanian siswa untuk bertanya.

Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Januari 2013 pembelajaran dilaksanakan selama 2x35 menit (70 menit) proses belajar mengajar dengan menggunakan metode CTL.

Penggunaan metode CTL diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 70,87 dan tingkat ketuntasan belajar mencapai 73,33% atau ada 11 siswa yang sudah tuntas belajar dari 15 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (68) sebesar 73,33% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 79%.

Pada siklus II ini, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 5 Februari 2013. Peneliti menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan lebih menekankan akan pentingnya fungsi dan manfaat alat komunikasi dan transportasi.

Penggunaan metode CTL pada pembelajaran IPS diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 74,13 dan tingkat ketuntasan belajar mencapai 80% atau ada 12 siswa yang sudah tuntas belajar dari 15 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah tuntas belajar karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 68 sebesar 80% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 79%.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas menggunakan metode CTL bahwa adanya peningkatan suasana pembelajaran siswa lebih atraktif dan


(10)

termotivasi untuk segera mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran di kelas dengan penggunaan metode CTL lebih berpusat pada peserta didik sehingga guru sebagai fasilitator mampu mengelola kelas dengan baik. Siswa belajar dengan nyaman dan senang.

Hasil pembelajaran siswa kelas IV SDN 2 Manyaran dengan metode CTL dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1 Hasil Belajar Siswa

Penelitian Nilai Rata-rata

Jumlah Siswa yang memenuhi

KKM (68)

Persentase

Pra Siklus 66,25 5 33,33%

Siklus I 70,00 11 73,33%

Siklus II 75,63 12 80%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 66,25, siklus I sebesar 70,00, dan siklus II sebesar 75,63. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sedangkan berdasarkan kriteria ketuntasan mengajar yang telah ditetapkan sebesar 68, maka dari pra siklus terdapat 5 siswa yang telah memenuhi KKM, pada siklus I ada 11 siswa yang telah memenuhi KKM, dan pada siklus II ada 12 siswa yang telah memenuhi KK. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.


(11)

5

11

12

0 2 4 6 8 10 12 14

Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 1. Ketercapaian KKM

Contextual Teaching Learning atau biasa disebut dengan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri (Nurhadi, 2004: 56).

Johnson (2006: 15) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk


(12)

kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2004)

D. Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa (1) Metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan prestasi pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar IPS bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 66,25, siklus I sebesar 70,00, dan siklus II sebesar 75,63 sehingga meningkat sebesar 9,38 point. (2) Peningkatan yang dicapai oleh siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013 dalam belajar IPS dengan metode Contextual Teaching and Learning sebesar 9,38 point. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pra siklus adalah 66,25 meningkat menjadi 75,63 pada siklus II. (3) Langkah-langkah dalam belajar IPS dengan metode Contextual Teaching and Learning yaitu (a) Melakukan hubungan yang bermakna dengan siswa melalui apersepsi, memberi motivasi, dan pertanyaan diawal pembelajaran (2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti seperti tanya jawab, penugasan, menyediakakan media pembelajaran yang nyata di kehidupan siswa, (3) Memberikan pembelajaran dikelas yang aktif dengan memberikan media pembelajaran yang tidak asing bagi anak-anak berupa mobil, pesawat, laptop, dll, (4) Memberikan kerjasama siswa dalam kelompok, guru membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. (5) Melakukan penilaian yang otentik pada siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. (4) Kelebihan dan kekurangan mengajarkan Contextual Teaching Learning pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013 bahwa kelebihannya (a) Siswa memperoleh gambaran nyata tentang lingkungan sekolah, (b) Siswa mengetahui dan dapat mempraktekkan langsung materi yang telah


(13)

disampaikan dalam pembelajaran. Sedangkan kekurangannya yaitu (a) Guru belum maksimal menjadi fasilitator bagi siswa karena siswa berkelompok dan mencari tempat yang nyaman di lingkungan sekolah, (b) Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru, karena terkadang mengobrol sama teman-temannya, dan (c) Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Darcy Haag, Granello. Juni 2000. Contextual Teaching and Learning in Counselor Education. Counselor Education & Supervision, Vol. 39 Issue 4, p270, 14p.

Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta Depdiknas, 2010. Model PAIKEM. Jakarta

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ http://ardlian.wordpress.com

Johnson B. Elaine, 2006. Contextual Teaching and Learning. Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan. MLC: Bandung.

Kemenas, 2010. Pembelajaran Berbasis Paikem (CTL, pembelajaran terpadu, pembelajaran tematik). Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional

Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nasution, 2000. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar.

Jakarta: Bumi Aksara.

NN, 2005. http://www.clearinghouse.dikmenum.go.id

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada

Sudrajat, Akhmad. 2007. Pembelajaran Kontekstual, Pengembangan Pembelajaran Kontekstual.Jakarta:Depdiknas http://akhmadsudrajat.


(14)

wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ diakses pada tanggal 04-11-2007.

Sugiyanto, 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Surakarta.

Suharimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, PT Rineka Cipta Sutopo, Heribertus, 1996. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar-dasar Teoritis

dan Praktis. Surakarta: UNS.

Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung. Kesuma Karya.

Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

   


(1)

memperoleh nilai diatas KKM (68) sebesar 33,33% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 79%.

Berdasarkan hasil kondisi awal tersebut peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran prasiklus yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat terungkap dari beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, antara lain: (a) Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, (b) kurangnya konsentrasi siswa ketika pembelajaran berlangsung, (c) siswa kurang aktif, (d) siswa kurang berminat dan kurang tertarik dalam pembelajaran, dan (e) rendahnya keberanian siswa untuk bertanya.

Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Januari 2013 pembelajaran dilaksanakan selama 2x35 menit (70 menit) proses belajar mengajar dengan menggunakan metode CTL.

Penggunaan metode CTL diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 70,87 dan tingkat ketuntasan belajar mencapai 73,33% atau ada 11 siswa yang sudah tuntas belajar dari 15 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang memperoleh nilai diatas KKM (68) sebesar 73,33% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 79%.

Pada siklus II ini, dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 5 Februari 2013. Peneliti menyampaikan materi yang akan diajarkan dengan lebih menekankan akan pentingnya fungsi dan manfaat alat komunikasi dan transportasi.


(2)

termotivasi untuk segera mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran di kelas dengan penggunaan metode CTL lebih berpusat pada peserta didik sehingga guru sebagai fasilitator mampu mengelola kelas dengan baik. Siswa belajar dengan nyaman dan senang.

Hasil pembelajaran siswa kelas IV SDN 2 Manyaran dengan metode CTL dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1 Hasil Belajar Siswa

Penelitian Nilai Rata-rata

Jumlah Siswa yang memenuhi

KKM (68)

Persentase

Pra Siklus 66,25 5 33,33%

Siklus I 70,00 11 73,33%

Siklus II 75,63 12 80%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 66,25, siklus I sebesar 70,00, dan siklus II sebesar 75,63. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sedangkan berdasarkan kriteria ketuntasan mengajar yang telah ditetapkan sebesar 68, maka dari pra siklus terdapat 5 siswa yang telah memenuhi KKM, pada siklus I ada 11 siswa yang telah memenuhi KKM, dan pada siklus II ada 12 siswa yang telah memenuhi KK. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.


(3)

5

11

12

0 2 4 6 8 10 12 14

Prasiklus Siklus I Siklus II Gambar 1. Ketercapaian KKM

Contextual Teaching Learning atau biasa disebut dengan pembelajaran

kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri (Nurhadi, 2004: 56).

Johnson (2006: 15) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan


(4)

kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2004)

D. Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa (1) Metode Contextual

Teaching Learning dapat meningkatkan prestasi pembelajaran IPS pada siswa

kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar IPS bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 66,25, siklus I sebesar 70,00, dan siklus II sebesar 75,63 sehingga meningkat sebesar 9,38 point. (2) Peningkatan yang dicapai oleh siswa kelas IV SDN 2 Manyaran Karanggede Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013 dalam belajar IPS dengan metode Contextual Teaching and Learning sebesar 9,38 point. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pra siklus adalah 66,25 meningkat menjadi 75,63 pada siklus II. (3) Langkah-langkah dalam belajar IPS dengan metode Contextual Teaching and Learning

yaitu (a) Melakukan hubungan yang bermakna dengan siswa melalui apersepsi, memberi motivasi, dan pertanyaan diawal pembelajaran (2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti seperti tanya jawab, penugasan, menyediakakan media pembelajaran yang nyata di kehidupan siswa, (3) Memberikan pembelajaran dikelas yang aktif dengan memberikan media pembelajaran yang tidak asing bagi anak-anak berupa mobil, pesawat, laptop, dll, (4) Memberikan kerjasama siswa dalam kelompok, guru membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. (5) Melakukan penilaian yang otentik pada siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. (4) Kelebihan dan kekurangan mengajarkan Contextual

Teaching Learning pada pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN 2 Manyaran

Karanggede Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013 bahwa kelebihannya (a) Siswa memperoleh gambaran nyata tentang lingkungan sekolah, (b) Siswa mengetahui dan dapat mempraktekkan langsung materi yang telah


(5)

disampaikan dalam pembelajaran. Sedangkan kekurangannya yaitu (a) Guru belum maksimal menjadi fasilitator bagi siswa karena siswa berkelompok dan mencari tempat yang nyaman di lingkungan sekolah, (b) Siswa kurang memaksimalkan waktu yang disediakan guru, karena terkadang mengobrol sama teman-temannya, dan (c) Fokus guru terbelah karena siswa memilih tempat sendiri-sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Darcy Haag, Granello. Juni 2000. Contextual Teaching and Learning in

Counselor Education. Counselor Education & Supervision, Vol. 39 Issue 4,

p270, 14p.

Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta Depdiknas, 2010. Model PAIKEM. Jakarta

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ http://ardlian.wordpress.com

Johnson B. Elaine, 2006. Contextual Teaching and Learning. Diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan. MLC: Bandung.

Kemenas, 2010. Pembelajaran Berbasis Paikem (CTL, pembelajaran terpadu, pembelajaran tematik). Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional


(6)

wordpress.com/bahan-ajar/pembelajaran-kontekstual/ diakses pada tanggal 04-11-2007.

Sugiyanto, 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Surakarta.

Suharimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, PT Rineka Cipta Sutopo, Heribertus, 1996. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar-dasar Teoritis

dan Praktis. Surakarta: UNS.

Syaodih, Nana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung. Kesuma Karya.

Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

   


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran contextual teaching and learning : CTL di MI Al Islamiyah 01 pagi Jakarta Barat

0 4 167

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

PENGGUNAAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL )UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR Penggunaan Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Sederhana Pada Siswa Kelas III Semeste

0 1 11

IMPLEMENTASI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS Implementasi Metode Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Manyaran, Karangged

0 1 15

PENDAHULUAN Implementasi Metode Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Manyaran, Karanggede, Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 8

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.

0 1 12

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS 2 MAN 1 PALU

0 0 14

Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 139 Pekanbaru

0 0 12