PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA.

(1)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

oleh

Fatihatul Qomariyah NIM 1100074

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA


(3)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Oleh

Fatihatul Qomariyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fatihatul Qomariyah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang,difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(4)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini didasari oleh kebutuhan siswa pada jenjang SMA yang seharusnya sudah mampu menguasai keterampilan proses sains terintegrasi, sedangkan pembelajaran yang banyak dilakukan masih mengedepankan metode ceramah sehingga siswa kurang mengasah keterampilan proses sainsnya. Penelitian yang dilaksanakan disalah satu sekolah menengah atas (SMA) di Bandung ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh hands on-minds on activity terhadap peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dalam mempelajari konsep habitat dalam ekosistem, serta mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan hands on-minds on activity. Sampel penelitian menggunakan dua kelas sampel kelas X sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experimental design. Hasil penelitian menunjukan bahwa hands on-minds on activity memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Keterampilan proses sains terintegrasi siswa mengalami peningkatan dengan kriteria indeks gain “sedang”. Peningkatan keterampilan proses sains dikelas eksperimen lebih tinggi (0,539) dibandingkan dengan kelas kontrol (0,442). Hasil ini didukung melalui respon siswa yang pada umumnya menyatakan bahwa pembelajaran hands on-minds on activity membatu mereka dalam memahami konsep habitat dalam ekosistem. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kata kunci : hands on-minds on activity, keterampilan proses sains terintegrasi, habitat dalam ekosistem

ABSTRACT

This research was based on the Senior High School students' need which demand that the students should be able to master integrated science process skill. However, the learning process so commonly used is lecturing that the students lack the science process skill. This research was conducted in one of the Senior High School in Bandung. This research aims to analyze the influence of hands on-minds on activity on the improvement of the students' integrated science process skill in learning the concept of habitat in ecosystem and to know the students' response on hand on-minds on activity. As the sample of this research, the writer used two classes of tenth grade, one as experimental class and the other as control class. The method of this research is quasy experimental design. The finding of this research showed that hands on-minds on activity gave significant result on the students' integrated science process skill. The students' integrated science process skill improved on the index gain criteria "moderate". The improvement of science process skill in experimental class is higher (0,539) than the improvement of science process skill in control class (0,442). This result was supported by the students' response which stated that hands on-minds on activity help them comprehend the concept of habitat in ecosystem. Therefore, it can be concluded that there is significant difference between the students' improvement of integrated science process skill in the experimental class and in the control class.

Keyword : hands on-minds on activity, integrated science process skill, habitat in


(5)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This research was based on the Senior High School students' need which demand that the students should be able to master integrated science process skill. However, the learning process so commonly used is lecturing that the students lack the science process skill. This research was conducted in one of the Senior High School in Bandung. This research aims to analyze the influence of hands on-minds on activity on the improvement of the students' integrated science process skill in learning the concept of habitat in ecosystem and to know the students' response on hand on-minds on activity. As the sample of this research, the writer used two classes of tenth grade, one as experimental class and the other as control class. The method of this research is quasy experimental design. The finding of this research showed that hands on-minds on activity gave significant result on the students' integrated science process skill. The students' integrated science process skill improved on the index gain criteria "moderate". The improvement of science process skill in experimental class is higher (0,539) than the improvement of science process skill in control class (0,442). This result was supported by the students' response which stated that hands on-minds on activity help them comprehend the concept of habitat in ecosystem. Therefore, it can be concluded that there is significant difference between the students' improvement of integrated science process skill in the experimental class and in the control class.

Keyword : hands on-minds on activity, integrated science process skill, habitat in


(6)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY, KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN KONSEP HABITAT DALAM EKOSISTEM A. Hands on-Minds on Activity ... 9

B. Keterampilan Proses Sains ... 10

1. Keterampilan Proses Sains Dasar ... 10

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 12

3. Teori belajar yang mendukung Keterampilan Proses Sains ... 14

C. Habitat dalam Ekosistem ... 15

1. Tinjauan Pembelajaran ... 15

2. Deskripsi Materi ... 17

D. Penelitian yang Relevan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 20

B.Partisipan ... 20

C.Populasi dan Sampel ... 21

D.Definisi Operasional ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 21

F. Asumsi Penelitian ... 26

G.Hipotesis Penelitian ... 27

H.Prosedur Penelitian ... 27

1. Prosedur Umum Penelitian ... 27

2. Perbedaan Perlakuan pada Kedua Kelas Sampel ... 29

I. Alur Penelitian ... 30


(7)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 34

2. Hasil Pretest dan Posttest KPS Terintegrasi Siswa ... 37

3. Peningkatan KPS Terintegrasi Siswa ... 40

4. Peningkatan KPS Terintegrasi Siswa pada Setiap Indikator ... 43

5. Respon Siswa terhadap Pembelajaran ... 44

B. Pembahasan ... 45

1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ... 45

a. Keterlaksanaan Pembelajaran Hands on-Minds on Activity ... 45

b. Keterlaksanaan Pembelajaran KPS Terintegrasi ... 51

2. Analisis Keterampilan Proses Sains Teintegrasi Siswa ... 60

3. Analisis Peningkatan KPS Terintegrasi Siswa pada Setiap Indikator ... 66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 71

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 72

DAFTAR PUSTAKA ...73 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keterampilan Proses Sains ... 11

2.2 Keterampilan Proses Sains Dasar ... 11

2.3 Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 13

3.1 Nonequivalent Control Group Design ... 20

3.2 Distribusi soal KPS Terintegrasi ... 22

3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 23

3.4 Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal ... 23

3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 24

3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 24

3.7 Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba KPS Terintegrasi ... 25

3.8 Analisis Hasil Uji Coba Angket ... 26

3.9 Perbedaan Perlakuan pada Kedua Kelas Sampel ... 29

3.10 Katagori Nilai Gain ... 32

3.11 Kriteria Interpretasi Data Angket ... 33

3.12 Kriteria Keterlaksanaan pembelajaran ... 33

4.1 Keterlaksanaan pembelajaran Hands on-Minds on Activity ... 35

4.2 Keterlaksanaan Pembelajaran untuk melakukan KPS Terintegrasi ... 36

4.3 Rekapitulasi Uji Statistik Hasil Pretest KPS Terintegrasi Siswa ... 37

4.4. Rekapitulasi Uji Statistik Hasil Posttest KPS Terintegrasi Siswa ... 39

4.5 Distribusi Perolehan Indeks Gain ... 41

4.6. Rata-rata N- Gain ... 42

4.7. Rekapitulasi Uji Statistik Hasil N-gain ... 42

4.8 Konversi Nilai Pretest dan Posttest ... 43


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Proses Inkuiri dalam Pembelajaran ... 14

3.1. Alur Penelitian ... 30

4.1 Grafik Pebandingan Rata-rata Pretest dan Posttest ... 41

4.3. Contoh Pengumpulan Data yang dilakukan oleh Siswa ... 49

4.4 Rancangan pengamatan Kelas Eksperimen ... 55

4.5 Rancangan Pengamatan Kelas Kontrol ... 55

4.6 Grafik Hasil Pengamatan Kelas Eksperimen ... 58

4.7. Grafik Hasil Pengamatan Kelas Kontrol ... 58

4.8. Distribusi N-Gain ... 62

4.9 Grafik Pebandingan Nilai N gain pada Setiap Indikator ... 66


(10)

(11)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dunia pendidikan dewasa ini semakin maju dengan hadirnya berbagai tekhnologi baru. Kemajuan tekhnologi salah satunya dialami oleh pendidikan sains. Berkembangnya berbagai tekhnologi membuat pembelajaran sains dikemas dengan lebih inovatif dan nyata, hal ini karena berbagai alat-alat baru sebagai media pembelajaran diciptakan untuk memudahkan siswa dalam belajar, karena pembelajaran sains hakikatnya harus mampu memfasilitasi siswa untuk kaya akan pengalaman belajar. Menurut Holstermann, Grube & Bogeholz (2009) bahwa pengalaman belajar dapat diperoleh apabila siswa mengalami langsung setiap proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh West dan Pines (dalam Rustaman, 2003) belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.

Pembentukan “makna” dalam belajar merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut, jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri Fensman (dalam Rustaman, 2003). Pembelajaran bermakna tidak cukup hanya didukung oleh fasilitas yang ada namun salah satu komponen yang penting yang harus ada adalah kompetensi guru dalam mengajar. Guru yang dapat menciptakan aktifitas belajar yang inovatif akan dapat membuat siswa lebih kaya akan pengalaman belajar.

Pengalaman belajar menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar siswa mampu memahami sains secara utuh. Namun, praktiknya pembelajaran sains pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) ternyata masih jauh berbeda dengan pembelajaran sains yang diharapkan, kompetensi sains yang seharusnya sudah dikuasai siswa di jenjang SMA salah satunya adalah keterampilan proses sains. Menurut Gilbert (2011) keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi.

Rezba (dalam Ramdani, 2012) menyebutkan bahwa keterampilan proses sains terintegrasi yang harus dikuasai siswa pada jenjang SMA di antaranya adalah keterampilan mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis, menganalisis data,


(12)

2

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menterjemahkan variabel, membuat desain penelitian, dan bereksperimen. Sebelum menguasai keterampilan proses sains terintegrasi siswa harus menguasai keterampilan proses sains dasar. Keterampilan proses sains dasar harus dikuasai oleh siswa untuk dapat menyadari, memahami dan menguasai rangkaian kegiatan seperti mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Rustaman et al., 2003).

Keterampilan proses sains dasar merupakan pondasi siswa untuk dapat menguasai keterampilan proses sains terintegrasi. Keterampilan proses sains terintegrasi harus sudah dilatihkan pada jenjang sekolah menengah atas (SMA), karena dianggap bahwa pada jenjang sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP) siswa sudah mampu menguasai keterampilan proses sains dasar, namun menurut penelitiannya Ariyati (2010) menemukan bahwa dalam pembelajaran siswa masih selalu diarahkan untuk menghafal dan menimbun informasi, sehingga secara teori siswa dapat pintar namun secara keterampilan siswa masih kurang menguasai. Artinya, praktik pembelajaran yang ada masih mengedepankan konsep dan belum mencapai hasil belajar berupa keterampilan proses sains.

Pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas masih didominasi oleh metode ceramah dimana peran guru hanya sekedar menyampaikan materi atau konsep saja tanpa disertai dengan pembekalan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara langsung. Menurut Khanafiyah (2010) metode belajar ceramah sama sekali kurang mampu mengasah daya berfikir siswa apalagi keterampilan proses sainsnya. Selain itu Hasrudin (2009) juga menyatakan bahwa sudah bukan zamanya lagi siswa belajar dengan sekedar menghafalkan segudang materi pembelajaran melalui metode ceramah. Artinya saat ini metode ceramah sudah dianggap kurang sesuai karena kurang mewadahi siswa untuk dapat mengambangkan keterampilan proses sainsnya. Hal tersebut juga didukung oleh Firman (2007) yang menyatakan bahwa rendahnya keterampilan proses sains siswa di Indonesia dikarenakan karena kurangnya pembelajaran yang melibatkan “proses” didalamnya, seperti mengajukan pertanyaan ilmiah, melakukan


(13)

3

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyelidikan, menjelaskan fenomena dan membuat kesimpulan dari hasil penyelidikan.

Susanto (2003) mengungkapkan bahwa pendekatan scientific dapat melatih siswa dalam melakukan studi ilmiah sehingga dapat mengasah keterampilan prosesnya secara langsung. Melalui pendekatan scientific siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang bermakna untuk dapat mengkonstruksi konsep– konsep yang diperolehnya (Tan & Wong, 2011). Pendekatan scientific juga memfasilitasi siswa untuk dapat mencapai 5M yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasi.

Sebuah kegiatan pembelajaran yang dirasa sesuai dengan pendekatan scientific dapat berupa aktifitas hands on, sebuah penelitian menunjukan bahwa hands on acivity mempengaruhi kualitas belajar siswa. Pardjono (2002) mengemukakan bahwa hands on activity merupakan sebuah pembelajaran yang berasaskan pada pendekatan kontruktivisme dari Piaget dan Vygotsky. Sesuai dengan pendekatan kontruktivisme hands on activity melibatkan tiga aspek yaitu mengeksplorasi konsep, keterampilan dan sikap siswa secara langsung (Carin, 1997). Hands on acivity tidak dapat dipisahkan dengan minds on activity karena hakikatnya suatu pembelajaran sains sains tidak hanya menuntut siswa melakukan aktifitas secara langsung (hands on) akan tetapi didalam proses pembelajarannya siswa juga melakukan proses berfikir (minds on).

Sebuah penelitian lain menunjukan bahwa hands on-minds on activity berkorelasi positif terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, bukan hanya penguasan konsep saja namun dengan melakukan hands on activty maka keterampilan proses sains siswa menjadi lebih baik (Tan & Wong, 2011). Carin (1997) mengemukakan bahwa hands on-minds on activity merupakan pembelajaran berbasis aktifitas dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka. Menurut Rutherford (dalam Holstermann et al., 2009) pembelajaran sains membutuhkan kegiatan langsung siswa pada objek yang dipelajari, dalam hal ini siswa harus memiliki pengalaman belajar tersendiri.

Hands on-minds on activity mengarahkan siswa dalam memperoleh lima dimensi pengalaman belajar yang dibutuhkan dalam memenuhi pembelajaran sains. Menurut Khanafiyah & Yulianti (2010) hands on-minds on activity


(14)

4

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengasah siswa untuk dapat menggali informasi, bertanya, beraktifitas, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan sendiri sehingga hands on-minds on activity memiliki dampak positif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sebuah penelitian menunjukan bahwa siswa yang melakukan hands on memperoleh skor hasil belajar yang lebih tinggi dari pada siswa yang hanya memperoleh pembelajaran dengan metode tradisional melalui ceramah saja (Hussain & Akhtar, 2013). Penelitian lain menunjukan bahwa siswa yang berpengalaman hands on memiliki ketertarikan yang lebih tinggi untuk mempelajari objek biologi. Selain itu keterampilan proses sains siswa yang berpengalaman hands on seperti halnya melakukan pembedahan hewan, menggunakan alat/bahan, menggunakan mikroskop dan bereksperimentasi lebih baik dari pada siswa yang tidak memiliki pengalaman hands on ketika pembelajaran (Holstermann et al., 2009).

Keterampilan proses sains sangat diperlukan dalam memahami konsep biologi. Konsep biologi pada jenjang SMA memiliki kompleksitas yang cukup tinggi sehingga untuk memahaminya seorang guru harus inovatif dalam memodifikasi pembelajaran sehingga siswa menjadi antusias untuk belajar. Kompleksitas konsep–konsep biologi yang ada merupakan salah satu alasan bahwa perlu diterapkannya hands on-minds on activity yang menjembatani siswa untuk menguasai konsep sekaligus mengasah keterampilan proses sains terintegrasinya.

Salah satu konsep biologi yang sesuai untuk diterapkannya hands on-minds on activity adalah materi ekosistem atau ekologi lingkungan. Materi ini memberikan siswa pengalaman hands on (Carin, 1997). Materi ekosistem sangat erat kaitannya dengan pembelajaran di luar kelas, siswa harus mengenali langsung berbagai komponen kehidupan yang berada di alam sekitar lalu kemudian menganalisis interaksi yang terjadi didalamnya. Selain itu siswa harus mampu menggunakan beberapa alat laboratorium diluar kelas (mengaplikasikan) di alam serta memngumpulkan data sesuai yang mereka temukan, sehingga dengan melalui pembelajaran hands on-minds on activity diharapkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dapat menjadi lebih baik.


(15)

5

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Merujuk pada latar belakang diatas maka dirasa penting untuk melakukan sebuah penelitian mengenai “Pengaruh hands on-minds on activity terhadap peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh hands on-minds on activity terhadap peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA?”

Berikut merupakan pertanyaan penelitian yang akan diteliti :

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada kedua kelas sampel?

2. Bagaimana keterampilan proses sains terintegrasi siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity?

3. Adakah perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa terintegrasi pada kelas yang melaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity dengan kelas yang melaksanakan pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana peningkatan setiap indikator keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada kelas yang melaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity?

5. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran hands on-minds on activity melalui pendekatan scientific yang dilaksanakan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari peneliatian ini secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh hands on-minds on activity terhadap peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengukur keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan pada kedua kelas sampel.

2. Menganalisis keterampilan proses sains terintegrasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran hands on-minds on activity pada konsep habitat.

3. Menganalisis keterampilan proses sains terintegrasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran konvensional pada konsep habitat.


(16)

6

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengukur perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa terintegrasi pada kelas yang melakukan hands on-minds on activity dengan kelas yang melakukan pembelajaran konvensional.

5. Mengukur peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi pada setiap indikatornya.

6. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran hands on-minds on activity melalui pendekatan scientific yang dilaksanakan.

D.Batasan Masalah

Supaya permasalahan yang dikaji tidak terlalu luas, maka penelitian membatasi masalah pada:

1. Materi ekosistem dibatasi pada pembelajaran mengenai konsep habitat dalam ekosistem.

2. Keterampilan proses sains terintegrasi yang dimaksud penelitian ini yaitu keterampilan proses sains terintegrasi yang dikemas dan dilakukan siswa secara terpadu dalam suatu pembelajaran yang terdiri dari keterampilan merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel, membuat hipotesis pengamatan, membuat rancangan atau desain penelitian, eksperimen, menganalisis data, dan mengomunikasikan data. Penguasaan terhadap keterampilan proses sains terintegrasi dapat dicapai apabila sudah dipenuhi terlebih dahulu penguasaan terhadap keterampilan proses sains dasar.

3. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan scientific.

4. Sekolah yang akan menjadi tempat penelitian merupakan sekolah menengah atas (SMA) kelas X.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan pembelajaran yang menarik dimana siswa terlibat langsung dalam pembelajaran.

2. Penelitian ini dapat menginspirasi para tenaga pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran biologi yang inovatif dan sesuai dengan pendekatan scientific.


(17)

7

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Melalui pembelajaran yang diterapkan tidak hanya meningkatkan penguasan konsep saja namun dengan melakukan hands on dan minds on activity akan menjadikan keterampilan proses sains siswa menjadi lebih baik.

4. Manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai informasi terkait pengaruh penerapan hands on-minds on activity dalam pembelajaran serta menjadi pengalaman tersendiri untuk mengajar dikemudian hari.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur Organisasi dalam penulisan skripsi yang peneliti ambil adalah sebagai berikut:

1. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab 1 ini dipaparkan mengenai tahapan yang ditulis oleh peneliti dalam hal merumuskan masalah pentingnya hands on-minds on activity untuk dapat meningkatkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Dalam bab 1 peneliti menyampaikan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan. Hal penting yang tertulis dalam bab ini terdiri atas: latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA / LANDASAN TEORITIS

Pada bab 2 peneliti menulis mengenai teori-teori dan kajian terhadap teori yang berhubungan dengan variabel penelitian.

3. BAB III : METODE PENELITIAN

Bagian ini merupakan bagian yang bersifat prosedural, yakni bagian yang mengarahkan pembaca untuk mengetahui bagaimana peneliti merancang alur penelitiannya dari mulai pendekatan penelitian yang diterapkan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkah-langkah analisis data yang digunakan. Bab metode penelitian ini menjelaskan bagaimana cara-cara penelitian yang akan dilakukannya melalui tahapan-tahapan diantaranya: desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, prosedur penelitian dan analisis data penelitian.


(18)

8

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. BAB IV : TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.

5. V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Bab ini penulis menyimpulkan penelitiannya dari awal permasalah sampai dilakukanya penelitian berikut cara melakukan penelitian dan hasil penelitiannya.

6. DAFTAR PUSTAKA

Bagian ini berisi berbagai sumber referensi yang digunakan peneliti untuk mendasari penelitian dan menyusun laporan penelitian, sumber referensi berasal dari buku, artikel jurnal, skripsi dan tesis terdahulu yang mendukung penelitian, dan sumber online.

7. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bagian ini berisi beberapa hal yaitu: perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian, hasil uji coba dan hasil pengolahan data penelitian, surat keterangan penelitian, dokumentasi penelitian dan riwayat hidup peneliti.


(19)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 20

BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimental yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design, karena kelas eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012).

Secara bagan, desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.1. Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kelompok kontrol O3 - O4

(Sugiyono, 2012)

Keterangan : O1 : Pretest O3 : Pretest

X : Pembelajaran Hands on-Minds on Activity - : Pembelajaran Konvensional

O2 : Posttest O4 : Posttest

B.Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 76 partisipan. Partisipan memiliki karakteristik yang sama yaitu merupakan siswa kelas X SMA jurusan IPA. Sebanyak 76 partisipan tersebut berasal dari dua kelas sampel yaitu kelas kontrol sebanyak 38 partisipan dan kelas eksperimen sebanyak 38 partisipan. Pemilihan kelas dilakukan tidak secara random. Pemilihan kelas didasarkan pada rata-rata nilai yang dimiliki oleh kedua kelas tesebut. Kedua kelas sampel akan dikenai perlakuan yang berbeda yaitu pada kelas eskperimen akan melaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity di lingkungan sekitar sekolah, sedangkan kelas kontrol akan melaksanakan pembelajaran konvensional di dalam kelas lalu kemudian kedua kelas melaksanakan pembelajaran melakukan keterampilan proses sains terintegrasi.


(20)

21

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMAN 1 Lembang-Bandung. Sementara sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

Teknik pengambilan sampel dilaksanakan dengan purpossive sampling (sampel bertujuan). Purpossive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek berdasarkan adanya pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Pemilihan kelas sebagai sampel didasarkan pada karakteristik yang sama dimiliki oleh kedua kelas tersebut, yaitu merupakan kelas unggulan.

D. Definisi Operasional

1. Hands on-minds on activity melalui pendekatan scientific yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran yang dimana siswa melakukan aktifitas hands on dan minds on dalam kegiatan pengamatan suatu habitat di lingkungan sekolah, kegiatan hands on yang dilakukan siswa diantaranya: melakukan aktifitas pengamatan karakteristik habitat, menggunakan beberapa alat laboratorium untuk mengukur faktor abiotik dalam suatu habitat, siswa menemukan berbagai fakta ilmiah di lapangan, sedangkan kegiatan minds on yang dilakukan siswa diantaranya, kegiatan bertanya di awal pembelajaran, kegiatan mengumpulkan data dan menganalisis data serta kegiatan penarikan kesimpulan. Seluruh aktifitas siswa dilaksanakan berurutan sesuai dengan pemenuhan pengalaman belajar 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi) pendekatan scientific.

2. Peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perolehan indeks gain dari hasil pembelajaran hands on-minds on activity yang dilihat dari nilai pre-test dan post-test soal keterampilan proses sains terintegrasi yang dikembangkan oleh peneliti dan telah melalui tahap uji coba dan analisis validitas serta dinyatakan valid atau layak pakai

E. Instrumen Peneltian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang akan dijelaskan sebagai berikut :


(21)

22

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tes Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

Keterampilan proses sains terintegrasi siswa dijaring melalui instrumen tes berupa soal essay (tes subjektif) yang terdiri dari delapan soal. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains terintegrasi siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Soal dibuat berdasarkan indikator keterampilan proses sains yang ingin diukur yaitu keterampilan proses sains terintegrasi berupa keterampilan membuat rumusan masalah, mengidentifikasi variabel, berhipotesis, membuat desain penelitian, eksperimen dan mengumpulkan data, analisis data dan mengkomunikasikan data. Proses penskoran disesuaikan dengan tekhnik penskoran pada soal essay. Soal yang dibuat berjumlah 8 butir soal essay. Sebelum digunakan, dilakukan judgment oleh dosen pembimbing dan dosen ahli terhadap soal-soal keterampilan proses sains terintegrasi tersebut. Distribusi soal untuk setiap indikatornya disajikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.2. Distribusi soal KPS Terintegrasi

No Indikator Nomor

soal

Jumlah soal 1. Membuat rumusan masalah

dan judul pengamatan

1,2 2

2. Mengidentifikasi variabel 3 1

3. Membuat hipotesis 4 1

4. Mendesain pengamatan 5 1

5. Eksperimen 6 1

6. Menganalisis data 7 1

7. Mengkomunikasikan data 8 1

Sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan uji coba terhadap tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas soal, dan reliabilitas tes. Analisis butir soal setelah tahap uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas soal, tingkat kesukaran, daya pembeda soal dan reliabilitas paket soal. Analisis butir soal dilakukan sebagai berikut :

a. Validitas

Alat ukur yang baik memiliki kesahihan yang baik memiliki kesahihan yang baik, sebuah item dinyatakan baik apabila memiliki dukungan yang besar pada skor total (Arikunto, 2005). Validitas instrumen atau validitas


(22)

23

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap item soal diketahui dengan menggunakan program Anates V4, berdasarkan besarnya koefisien relasi. Niilai validitas kemudian di interpretasi berdasarkan tabel berikut:

Tabel. 3.3.Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai Interpretasi

0,80 - 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2005). Reliabilitas tes instrumen diketahui dengan menggunakan program Anates V4. Nilai Reliabilitas insrtumen yang telah diketahui kemudian diinterpertasi pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4. Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal

Nilai Interpretasi

0,80 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

< 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2007)

Nilai reliabilitas paket tes instrumen pada uji coba pertama menunjukan nilai 0,64 dan hasil uji coba kedua menunjukan nilai 0,67, yang artinya reliabilitas set soal insrtumen berkatagori tinggi.

c. Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu item soal (Arikunto, 2005). Untuk mengetahui tingkat kesukaran dilakukan melalui bantuan program Anates V4. Hasil pengolahan data akan muncul dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya indeks tingkat kesukaran dikonversi ke dalam satuan desimal dan diinterpertasikan melalui tabel dibawah ini:


(23)

24

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi 0,00 – 0,29 Sukar 0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2005)

Hasil pengolahan tingkat kesukaran soal menunjukan soal dalam katagori sedang dan mudah.

d. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda suatu soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkempuan rendah (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini pengolahan data untuk memperoleh nilai daya pembeda soal dilakukan dengan bantuan Anates V4. Keluaran diperoleh dalam bentuk persentase yang kemudian dikonversi kedalam bentuk desimal dan di interpretasi melalui tabel 3.6 dibawah ini.

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

< 0,00 Sangat Jelek

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik (Arikunto, 2005)

Hasil pengolahan daya pembeda soal menggunakan Anates V4, menunjukan soal berada pada katagori sangat baik dan baik.

Uji coba soal instrumen dilakukan sebanyak dua kali pada 54 partisipan yang terdiri dari dua kelas sampel. Setiap kelas terdiri dari 27 siswa kelas X IPA. Hasil uji coba dianalisis menggunakan program komputer Anates V4, pada uji coba pertama dari 8 soal yang diujicobakan 2 soal dinyatakan revisi dan 6 butir soal lainnya dinyatakan layak pakai. Soal yang belum layak pakai (revisi) kemudian dilakukan uji coba ulang kepada 27 siswa lain dari kelas yang berbeda. Uji coba kedua ini dilakukan guna melihat validitas soal-soal hasil revisi pada uji coba pertama, sehingga soal benar-benar valid atau layak pakai.


(24)

25

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil proses uji coba istrumen soal keterampilan proses sains terintegrasi dijelaskan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.7. Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba KPS Terintegrasi Siswa No

Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Koefisien

Korelas

Reliabilitas Ket.

D Int. P Int.

1 0,64 Sedang 0,91 Sangat

Baik

0,76 0,67

(Tinggi)

Pakai

2 0,55 Sedang 0,64 Baik 0,63 Pakai

3 0,82 Mudah 0,71 Sangat

Baik

0,55 Pakai

4 0,67 Sedang 0,42 Baik 0,52 Pakai

5 0,64 Sedang 0,57 Baik 0,45 Pakai

6 0,67 Sedang 0,57 Baik 0,46 Pakai

7 0,78 Mudah 0,46 Baik 0,63 Pakai

8 0,63 Sedang 0,50 Baik 0,56 Pakai

Keterangan : Int. : Interpretasi

Hasil uji coba menunjukan instrumen soal keterampilamn proses sains terintegrasi seluruhnya layak pakai untuk penelitian.

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk memperoleh informasi selama berlangsungnya pembelajaran, dan mengetahui keterkaitan strategi yang digunakan guru dengan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini disusun oleh peneliti berisi pertanyaan-pertanyaan yang mengungkap kesesuaian strategi mengajar dengan materi ajar yang disampaikan pada siswa dan kesulitan siswa dalam menerima dan mengolah informasi. Skor kemampuan analisis dikonversi dalam bentuk kualitatif (Arikunto, 2012).

3. Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran.

Angket respon siswa terhadap pembelajaran merupakan instrumen non test yang digunakan dalam penelitian ini, angket dibuat oleh peneliti, isi angket berupa kalimat pernyataan yang diberikan kepada siswa, digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kebermaknaan pembelajaran yang dilakukan. Angket berisi pertanyaan dan meminta siswa untuk memilih jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). 5 pilihan jawaban angket tersebut dikelompokan menjadi tiga katagori, SS dan S katagori setuju, R katagori netral dan TS dan STS katagori tidak setuju.


(25)

26

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Sugiyono, 2012). Angket yang digunakan harus telah melalui proses uji coba validitas dan reliabilitas. Analisi uji coba angket dilakukan dengan bantuan program Anates V4. Pertanyaan dalam angket terdiri dari 10 item soal dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju (Sugiyono, 2010). Berikut ini merupakan analisis hasil uji coba angket respon siswa.

Tabel 3.8. Analisis Hasil Uji Coba Angket No

Soal

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas Reliabilitas Keterangan

1 0,77 Sangat Tinggi 0,90

(Sangat Tinggi)

Pakai

2 0,69 Tinggi Pakai

3 0,80 Sangat Tinggi Pakai

4 0,58 Tinggi Pakai

5 0,67 Tinggi Pakai

6 0,76 Sangat Tinggi Pakai

7 0,41 Cukup Pakai

8 0,69 Tinggi Pakai

9 0,85 Sangat Tinggi Pakai

10 0,90 Sangat Tinggi Pakai

F. Asumsi Penelitian

1. Hands on-minds on activity menuntut siswa lebih banyak melakukan praktikum dan percobaan dalam pembelajarannya Bergin (dalam Holstermann et al., 2009).

2. Melalui hands on-minds on activity siswa belajar secara empirik untuk menguasai instrumen ilmiah dan memanipulasi objek yang dipelajari Rutherford (dalam Holstermann et al., 2009).

3. Pembelajaran melalui hands on activity menerapkan strategi problem solving melatih keterampilan dan kreatifitas siswa Shymansky (dalam Hussain et al., 2013).

4. Kegiatan hands on membantu siswa untuk menampilkan keterampilan ,menambah pemahaman dan mengubah miskonsepsi sains siswa Bredderman (dalam Hussain et al.


(26)

27

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada kelas yang melakukan pembelajaran hands on-minds on activity dengan kelas yang melakukan pembelajaran konvensional.

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains antara kelas yang melakukan pembelajaran hands on-minds on activity dengan kelas yang melakukan pembelajaran konvensional.

H.Prosedur Penelitian 1. Prosedur Umum Penelitian

Secara umum penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap tindak lanjut. Berikut dipaparkan masing masing tahapan penelitian :

a. Tahap Persiapan, terdiri atas :

1) Menganalisis masalah yang akan dikaji dan menjadi variabel penelitian yaitu mengkaji mengenai hands on-minds on activity dan KPS terintegrasi

2) Melakukan studi literatur

- Studi literatur mengenai hands on-minds on activity - Studi literatur mengenai KPS terintegrasi

3) Menganalisis materi pembelajaran dan studi pendahuluan - Menganalisis materi konsep habitat dalam ekosistem

- Studi pendahuluan dengan melakukan pengukuran faktor abiotik habitat ditempat penelitian

Hasil studi pendahuluan diperoleh data bahwa habitat cacing tanah memiliki suhu tanah berkisar 21-280C, kelembaban tanah 70-85% dan kisaran pH netral 6-7,2.

4) Penyusunan proposal penelitian

5) Penyusunan RPP dan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian 6) Pelaksanaan seminar proposal


(27)

28

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8) Pelaksanaan uji coba RPP, perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

9) Revisi RPP, perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian b. Tahap Pelaksanaan, terdiri atas:

1) Pemberian pretest soal KPS terintegrasi konsep habitat dalam ekosistem terhadap dua kelas sampel

2) Melaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

3) Melaksakan pembelajaran untuk melakukan keterampilan proses sains terintegrasi pada kelas eksperimen dan kontrol

4) Pemberian posttest soal keterampilan prose sains (KPS) terintegrasi pada dua kelas sampel

c. Tahap tindak lanjut, terdiri atas:

1) Menganalisis data, adapun data yang dianalisis berupa: a) Data kualitatif dianalisis secara deskriptif

Berupa data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran hands on-minds on activity dan keterlaksanaan pembelajaran melakukan keterampilan proses sains terintegrasi, serta data hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran

b) Data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik

Berupa data hasil pretest dan posttest keterampilan proses sains terintegrasi siswa

2) Penarikan kesimpulan penelitian 3) Penyusunan laporan penelitian


(28)

29

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Perbedaan Perlakuan pada Kedua Kelas Sampel

Rincian perbedaan perlakuan yang diberikan kepada kedua kelas sampel merupakan prosedur penelitian khusus yang dibuat oleh peneliti. Berikut disajikan perbedaan perlakuan pada pembelajaran yang diterapkan dikedua kelas sampel:

Tabel 3.9.Perbedaan Perlakuan pada Kedua Kelas Sampel RPP Ke-1

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Aktifitas Siswa pada Pembelajaran

hands on-minds on activity :

Aktifitas Siswa pada Pembelajaran Konvensional:

Mengamati video ekosistem mangroove Mengamati video ekosistem mangroove Menggali informasi dan bertanya apa

mengapa dan bagaimana berdasarkan video ekosistem mangroove

Menanyakan terkait video ekosistem mangroove

Mengidentifikasi karakteristik habiitat yang dapat ditemui di sekitar lingkungan sekolah

Memperoleh penjelasan guru mengenai karakteristik habitat yang dapat ditemui di sekitar lingkungan sekolah salah satunya habitat cacing tanah

Beraktifitas dan menemukan berbagai fakta ilmiah melalui pengamatan habitat cacing tanah di lingkungan sekolah, pada kegiatan ini siswa diberi pengalaman langsung untuk mengamati faktor biotik dan abiotik habitat cacing tanah, mengukur faktor abiotik habitat cacing tanah dengan menggunakan berbagai alat laboratorium seperti: termometer, soil taster dan soil corer.

Diarahkan oleh guru untuk melakukan aktifitas pengamatan melalui penayangan video habitat cacing tanah. kegiatan yang dilakukan diantaranya mengamati faktor biotik dan abiotik yang terdapat pada habitat cacing tanah dan mengidentifikasi karakteristik habitat cacing tanah

Mengumpulkan data pengamatan faktor biotik dan abiotik yang ditemui di habitat cacing tanah dan hasil pengukuran faktor abiotik habitat cacing tanah

Mengisi data pengamatan faktor biotik dan abiotik yang ditemui di habitat cacing tanah

Menganalisis data pengamatan yang didukung oleh sumber bacaan lain seperti buku dan internet

Menjawab pertanyaan pengarah pada LKS

Menarik kesimpulan secara mandiri mengenai konsep habitat

Menarik kesimpulan dengan bimbingan guru mengenai konsep habitat

RPP Ke-2

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Melakukan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi yang terdiri dari: - Membuat rumusan masalah

- Mengidentifikasi variabel-variabel pengamatan - Merancang atau membuat desain pengamatan - Melakukan eksperimen

- Menganalisis data pengamatan

- Mengomunikasikan data/ merubah bentuk data

melalui eksperimen dengan focus question: “ bagaimana pengaruh suhu terhadap kelimphan populasi cacing tanah dihabitatnya?”


(29)

30

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu I. Alur Penelitian

Analisis masalah penelitian

Studi pendahuluan

Analisis materi

Penyusunan proposal

Seminar RPP dan perangkat pembelajaran

Seminar Proposal

Penyusunan instrumen penelitian

Uji coba instrumen Judgement instrumen

Revisi Instrumen

Pelaksanaan pretest pada kelas eksperimen Pelaksanaan pretest pada kelas kontrol

Pembelajaran hands on-minds on activity Pembelajaran konvensional

Pembelajaran KPS Terintegrasi Pembelajaran KPS Terintegrasi

Posttest kelas kontrol dan pemberian angket kebermaknaan pembelajaran

Posttest kelas eksperimen dan pemberian angket kebermaknaan pembelajaran

Analisis Data

Penarikan kesimpulan

Penyusunan lapran penelitian


(30)

31

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu J. Analisis Data

1. Analisis Data Soal Keterempilan Proses Sains Terintegrasi

Data yang diperoleh akan diuji secara statistik melalui uji homogenitas dan uji normalitas, setelah melakukan uji homogenitas lalu dilakukan uji hipotesis. Langkah analisis data yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Menghitung skor yang diperoleh siswa

b. Melakukan penghitungan nilai siswa yang dihitung menggunakan rumus: c. N =

100 d. Melakukan uji statistika

Uji statistika dilakukan dengan bantuan komputer yaitu program SPSS Versi 16. Analisis uji statistik terdiri dari uji prasyarat (normalitas, homogenitas) dan uji kesamaan dua rata-rata (Uji T sampel <30 atau uji Z sampel >30) jika data berdistribusi normal dan homogen dan uji non parametrik jika data tidak berdistribusi normal dan data tidak homogen.

a) Uji Prasyarat

Uji prasyarat merupakan uji awal yang akan menentukan apakah hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik atau nonparametrik. Uji prasyarat ini terdiri dari dua bagian yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui penyebaran data pada kelas eksperimen dan kontrol terdistribusi normal atau tidak. Jika hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Sedangkan apabila kedua data atau salah satunya tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bagaimana varians kedua data, yaitu data tersebut homogen atau tidak.

b) Uji Hipotesis

Analisis uji hipotesis dilakukan dengan uji kesamaan dua rata-rata skor tes dilakukan untuk mengetahui skor rata-rata kedua kelas berbeda


(31)

32

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau sama. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah >30 sampel yang dikatagorikan dalam sampel berukuran besar, sehingga apabila skor tes kedua kelas berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji parametrik uji z dengan asumsi kedua varians homogen dan standar deviasi diketahui. Data yang tidak normal dan tidak homogen maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh hands on-minds on activity yang diketahui dari perbedaan peningkatan KPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas yang melakukan hands on-minds on activity dengan kelas yang melakukan pembelajaran konvensional

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan keterampilan proses sains pada kelas yang melakukan hands on-minds on activity dengan kelas yang melakukan pembelajaran konvensional.

Kriteria pengujian jika nilai Sig. (2-tailed) ≥ 0,05 maka H0 diterima, namun jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. c) Analisis Indeks Gain

Data pengingkatan keterampilan proses sains siswa dapat diperoleh melalui indeks gain. (Sudjana,2005)

Normalisasi Gain = skor tes akhir – skor tes awal Skor total – skor tes awal

Menurut Hake (1999) katagori indeks gain adalah pada tabel berikut : Tabel 3.10. Katagori Nilai Gain

Rentang Nilai Katagori

NG >0,70 Tinggi

0,30 ≤ NG≤0,70 Sedang

NG<0,30 Rendah

2. Analisis Data Angket Respon Siswa terhadap Pembelajaran

Analisis awal data angket secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang memiliki pilihan jawaban sangat setuju


(32)

33

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1 (Sugiyono,2012). Selanjutnya pengolahan data dilakukan dilakukan kedalam bentuk persentase guna mengetahui seberapa besar kebermaknaan pembelajaran bagi siswa. Berikut merupakan rumus untuk menghitung angka persentase respon siswa :

% Responden siswa = Jumlah siswa yang menjawab SS/S/R/TS/STS x 100 Jumlah seluruh siswa

Kriteria data angket adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11. Kriteria Interpretasi Data Angket Persentase (%) Kriteria

0 Tidak ada

1-25 sebagian kecil

26-49 hampir setengahnya

50 setengahnya

51-79 sebagian besar

76-99 pada umumnya

100 seluruhnya

(Purwanto, 2006)

3. Analisis Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Hasil observasi observer penelitian terhadap keterlaksanaan pembelajaran hands on-minds on activity dan pembelajaran KPS terintegrasi dioleh dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung skor dari aspek pembelajaran yang dinilai b. Menghirung skor yang diperoleh dengan rumus:

% Keterlaksanaan = Total skor yang diperoleh x 100% Skor maksimum

c. Menentukan katagori keterlaksanaan pembelajaran melalui tabel berikut :

Tabel 3.12. Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran Persentase Keterlaksanaan (%) Katagori

87,6 – 100 Sangat baik

62,6 – 87,5 Baik

37,6 – 62,5 Cukup

25,0 – 37,5 Kurang

0,00 – 24,9 Sangat kurang (Mulyadi, 2006)


(33)

34

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA


(34)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 71

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis terhadap data penelitian yang telah dilakukan pada salah satu sekolah menengah atas (SMA) di Bandung mengenai pengaruh hands on-minds on activity terhadap peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep habitat dalam ekosistem dengan menggunakan dua kelas sampel siswa kelas X diperoleh kesimpulan bahwa seluruh aktifitas pembelajaran yang dilaksanakan dikedua kelas sampel terlaksana dengan baik. Keterampilan proses sains terintegrasi siswa mengalami peningkatan dari sebelum dan setelah melaksanakan hands on-minds on activity dikelas eksperimen dan pembelajaran konvensional dikelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa hipotesis H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada kelas yang melakukan hands on-minds on activity dengan kelas yang melaksanakan pembelajaran konvensional. Perbedaan peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukan melalui perbedaan rata-rata nilai indeks gain yang diperoleh kedua kelas sampel.

Indeks gain kedua kelas sampel masuk kedalam katagori “sedang”. Perolehan

rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen lebih besar (0,539) dibandingkan dengan kelas kontrol (0,442). Peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi terjadi pada ketujuh jenis keterampilan proses sains yang diteliti, peningkatan keterampilan proses sains siswa tertinggi setelah melalui pembelajaran hands on-minds on activity adalah pada keterampilan proses sains bereksperimen

sedangkan dengan perolehan nilai gain berkatagori “sedang” sedangkan

peningkatan keterampilan proses sains terendah adalah pada keterampilan

mendesain pengamatan dengan nilai gain berkatagori “rendah”. Berdasarkan

analisis data angket sebagai data sekunder dalam penelitian ini diketahui bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran hands on-minds on activity


(35)

72

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinilai dapat mempengaruhi dan membantu meningkatkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa untuk mempelajari konsep habitat dalam ekosistem. B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dari seluruh rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diajukan beberapa implikasi dan rekomendasi, antara lain:

1. Guru Biologi dapat menggunakan pembelajaran hands on-minds on activity untuk meningkatkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada jenjang SMA karena berdasarkan hasil penelitian pembelajaran ini dapat direspon positif oleh siswa, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan pembelajaran yang lebih menarik berkenaan langsung dengan objek yang dipelajari.

2. Berbagai konsep biologi lainnya dapat dieksplor melalui hands on-minds on activity, tidak hanya konsep habitat dalam ekosistem, dengan catatan konsep atau materi tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran hands on-minds on activity.

3. Penerapan pembelajaran hands on-minds on activity dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat dan bahan yang tersedia di sekolah. Pembelajaran hands on-minds on activity dapat memfasilitasi siswa untuk menguasai keterampilan proses sains terintegrasi sedangkan untuk penguasaan konsep yang lebih mendalam dapat dilakukan siswa secara mandiri dengan bimbingan guru.

4. Guru harus mampu mempertimbangkan alokasi waktu dalam melaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity, karena pembelajaran ini membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama untuk mencapai semua tujuan pembelajaran.

5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sejenis guna memperbaiki kualitas pembelajaran hands on-minds on activity yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini sehingga dapat mengukur aspek kognitif, keterampilan atau sikap siswa dengan lebih baik lagi.


(36)

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 73

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Arifin, M., et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Ariyati, E. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Matematika dan IPA. 2(1). 1-12

Asmani. (2010). Psikologi Belajar. Semarang:UPT MKK UNNES

Carin, A.,A. (1997). Teaching Science Through Discovery. United States of America: Prentice-Hall, Inc.

Dahar R.,W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Erniati. (2010). Pembelajaran Melalui Pendekatab Inkuiri dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ikmiah Siswa Kelas XII Materi Biotekhnologi. Skripsi FPMIPA UPI Bandung.

Firman, N. ( 2007). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Firmanto, dkk. (2014). Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNY: Yogyakarta

Gilbert, S.W. (2011). Models-Based Science Teaching. National Science Teacher Assotiation Press Book.

Hadiana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Jakarta : UIN

Hake, R. (1999). Analysing Change/Gain Score. [Online]. Diakses dari http://lists.asu.edu.

Hatta, M. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Pendekatan dan Implementasi di SLTP. Malang: FMIPA UM.

Hasrirudin. (2009). Memaksimalkan Kemampuan Berfikir Kritis melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PSS Unimed. 6(1)


(37)

74

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hendrik, P. S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar melalui Kegiatan Labolatorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Hussain, M., & Akhtar,. (2013). Impact of Hands-on Activities on Students’ Achievement in Science: An Experimental Evidence from Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research 16 (5). 626-632

Holstermann, N., Grube, D. and Bogeholz, S. (2009). Hands – on activities and their influence on students’ interest. Research in Science Education. 40(5).743 – 757

Idrus, M., dkk. (2011). Biologi Cacing Tanah.

[Online].http://www.scribd.com/doc/67838035/-Biologi-Cacing-Tanah Indriyanto. (2008). Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Jhonson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Comunication. U S A: Pearson Education

Karamustafaoglu, Sevilay. (2011). Improving The Science Process Skill Apibilty of Science Student Teacher Using Diagram. Eurasian Journal Physic and Chemistry Education. 8(1). 26-38.

Karnoto. (2003). Mengenal Analisis Tes. Bandung : UPI

Khanafiyah, S., & Yulianti, Y. (2010). Pembelajaran fisika berbasis hands on activities untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa SMP. Jurnal Fisika Indonesia. 7(1).23-27

Kistinah, I., & Lestari, E,. (2009). Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya untuk SMA Kelas X. Jakarta : CV Putra Nugraha

Lopes, J.B., Branco, J. and Aleixandre, M. P.J. (2010). ‘Learning experience’ provide by science teaching practice in a classroom and the development of student’ competences. Research in Science Education. 41(5) 787-809 Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Nurhayati, N. (2007). Biologi Bilingual. Bandung : Yrama Widya.

Pardjono. (2002). Active Learning: The Dewey Piaget, Vygotsky, and Constructivist Theory Perspective. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 9.No.3. UNM. ISSN 0215-9643

Purwanto, N. (2004). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda

Ramdani, Deni. (2012). Perbandingan Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dengan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dan Saingtemas. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia


(38)

75

Fatihatul Qomariyah, 2015

PENGARUH HANDS ON-MINDS ON ACTIVITY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rezba. J. Richard, et al. (1999). Learning and Assesing: SCIENCE PROCESS SKILLS. Fourth Ediotion. Kendall/Hunt Publishing Company.

Rustaman, N.Y., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common Textbook JlCA lMSTEP. Bandung: FPMIPA UPl

Rustaman, N. Y., dkk. (2003). Pengembangan keterampilan proses sains. Bandung :FPMIPA UPI

Rustaman, N.Y., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

Sanjaya. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Shamsid-Deen, I., & Smith, P.B. (2006). Contextual Teaching and Learning Practices In The Family AND Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education. 24(1)

Silvi. (2011). “Derajat Keasaman (pH Tanah).” [Online]. Tersedia: http://www.silvikultur.com/Kemasaman_Tanah_pH.html

Sriyati, S. (2011). Pengembangan butir soal. Bandung:FPMIPA UPI

Subiantoro, Agung W. (2009). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. Bandung. Alfabeta

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Susanto, P. (2003). Individual Textbook Keterampilan Dasar Mengajar IPA

Berpasis Kontruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang

Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). ‘Didn’t Get Expected Answer, Rectify It.’: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. Internatihands-onal Journal of Science Educatihands-on. 34 (2). 197 -222 Thomas J-P., Weindberg, A and College, I. (2009). Do Hands-On Activity

Increase Student Understanding?: A Case Study. Journal of Statistics Education. 17 (3)


(1)

(2)

Fatihatul Qomariyah, 2015

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis terhadap data penelitian yang telah dilakukan pada salah satu sekolah menengah atas (SMA) di Bandung mengenai pengaruh hands on-minds on activity terhadap peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep habitat dalam ekosistem dengan menggunakan dua kelas sampel siswa kelas X diperoleh kesimpulan bahwa seluruh aktifitas pembelajaran yang dilaksanakan dikedua kelas sampel terlaksana dengan baik. Keterampilan proses sains terintegrasi siswa mengalami peningkatan dari sebelum dan setelah melaksanakan hands on-minds on activity dikelas eksperimen dan pembelajaran konvensional dikelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa hipotesis H0 ditolak, artinya terdapat

perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada kelas yang melakukan hands on-minds on activity dengan kelas yang melaksanakan pembelajaran konvensional. Perbedaan peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dikelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukan melalui perbedaan rata-rata nilai indeks gain yang diperoleh kedua kelas sampel. Indeks gain kedua kelas sampel masuk kedalam katagori “sedang”. Perolehan rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen lebih besar (0,539) dibandingkan dengan kelas kontrol (0,442). Peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi terjadi pada ketujuh jenis keterampilan proses sains yang diteliti, peningkatan keterampilan proses sains siswa tertinggi setelah melalui pembelajaran hands on-minds on activity adalah pada keterampilan proses sains bereksperimen sedangkan dengan perolehan nilai gain berkatagori “sedang” sedangkan peningkatan keterampilan proses sains terendah adalah pada keterampilan mendesain pengamatan dengan nilai gain berkatagori “rendah”. Berdasarkan analisis data angket sebagai data sekunder dalam penelitian ini diketahui bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran hands on-minds on activity


(3)

72

dinilai dapat mempengaruhi dan membantu meningkatkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa untuk mempelajari konsep habitat dalam ekosistem. B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan temuan dari seluruh rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diajukan beberapa implikasi dan rekomendasi, antara lain:

1. Guru Biologi dapat menggunakan pembelajaran hands on-minds on activity untuk meningkatkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada jenjang SMA karena berdasarkan hasil penelitian pembelajaran ini dapat direspon positif oleh siswa, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan pembelajaran yang lebih menarik berkenaan langsung dengan objek yang dipelajari.

2. Berbagai konsep biologi lainnya dapat dieksplor melalui hands on-minds on activity, tidak hanya konsep habitat dalam ekosistem, dengan catatan konsep atau materi tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran hands on-minds on activity.

3. Penerapan pembelajaran hands on-minds on activity dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai alat dan bahan yang tersedia di sekolah. Pembelajaran hands on-minds on activity dapat memfasilitasi siswa untuk menguasai keterampilan proses sains terintegrasi sedangkan untuk penguasaan konsep yang lebih mendalam dapat dilakukan siswa secara mandiri dengan bimbingan guru.

4. Guru harus mampu mempertimbangkan alokasi waktu dalam melaksanakan pembelajaran hands on-minds on activity, karena pembelajaran ini membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama untuk mencapai semua tujuan pembelajaran.

5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang sejenis guna memperbaiki kualitas pembelajaran hands on-minds on activity yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini sehingga dapat mengukur aspek kognitif, keterampilan atau sikap siswa dengan lebih baik lagi.


(4)

Fatihatul Qomariyah, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Arifin, M., et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Ariyati, E. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Matematika dan IPA. 2(1). 1-12

Asmani. (2010). Psikologi Belajar. Semarang:UPT MKK UNNES

Carin, A.,A. (1997). Teaching Science Through Discovery. United States of America: Prentice-Hall, Inc.

Dahar R.,W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Erniati. (2010). Pembelajaran Melalui Pendekatab Inkuiri dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ikmiah Siswa Kelas XII Materi Biotekhnologi. Skripsi FPMIPA UPI Bandung.

Firman, N. ( 2007). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Firmanto, dkk. (2014). Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNY: Yogyakarta Gilbert, S.W. (2011). Models-Based Science Teaching. National Science Teacher

Assotiation Press Book.

Hadiana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Jakarta : UIN

Hake, R. (1999). Analysing Change/Gain Score. [Online]. Diakses dari http://lists.asu.edu.

Hatta, M. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Pendekatan dan Implementasi di SLTP. Malang: FMIPA UM.

Hasrirudin. (2009). Memaksimalkan Kemampuan Berfikir Kritis melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PSS Unimed. 6(1)


(5)

74

Hendrik, P. S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar melalui Kegiatan Labolatorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Hussain, M., & Akhtar,. (2013). Impact of Hands-on Activities on Students’ Achievement in Science: An Experimental Evidence from Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research 16 (5). 626-632

Holstermann, N., Grube, D. and Bogeholz, S. (2009). Hands – on activities and their influence on students’ interest. Research in Science Education.

40(5).743 – 757

Idrus, M., dkk. (2011). Biologi Cacing Tanah.

[Online].http://www.scribd.com/doc/67838035/-Biologi-Cacing-Tanah Indriyanto. (2008). Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Jhonson, E.B. (2007). Contextual Teaching and Comunication. U S A: Pearson Education

Karamustafaoglu, Sevilay. (2011). Improving The Science Process Skill Apibilty of Science Student Teacher Using Diagram. Eurasian Journal Physic and Chemistry Education. 8(1). 26-38.

Karnoto. (2003). Mengenal Analisis Tes. Bandung : UPI

Khanafiyah, S., & Yulianti, Y. (2010). Pembelajaran fisika berbasis hands on activities untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa SMP. Jurnal Fisika Indonesia. 7(1).23-27

Kistinah, I., & Lestari, E,. (2009). Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya untuk SMA Kelas X. Jakarta : CV Putra Nugraha

Lopes, J.B., Branco, J. and Aleixandre, M. P.J. (2010). ‘Learning experience’ provide by science teaching practice in a classroom and the development of student’ competences. Research in Science Education. 41(5) 787-809 Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Nurhayati, N. (2007). Biologi Bilingual. Bandung : Yrama Widya.

Pardjono. (2002). Active Learning: The Dewey Piaget, Vygotsky, and Constructivist Theory Perspective. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 9.No.3. UNM. ISSN 0215-9643

Purwanto, N. (2004). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda

Ramdani, Deni. (2012). Perbandingan Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dengan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dan Saingtemas. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia


(6)

Rezba. J. Richard, et al. (1999). Learning and Assesing: SCIENCE PROCESS SKILLS. Fourth Ediotion. Kendall/Hunt Publishing Company.

Rustaman, N.Y., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common Textbook JlCA lMSTEP. Bandung: FPMIPA UPl

Rustaman, N. Y., dkk. (2003). Pengembangan keterampilan proses sains. Bandung :FPMIPA UPI

Rustaman, N.Y., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.

Sanjaya. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Shamsid-Deen, I., & Smith, P.B. (2006). Contextual Teaching and Learning Practices In The Family AND Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education. 24(1)

Silvi. (2011). “Derajat Keasaman (pH Tanah).” [Online]. Tersedia: http://www.silvikultur.com/Kemasaman_Tanah_pH.html

Sriyati, S. (2011). Pengembangan butir soal. Bandung:FPMIPA UPI

Subiantoro, Agung W. (2009). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. Bandung. Alfabeta

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Susanto, P. (2003). Individual Textbook Keterampilan Dasar Mengajar IPA

Berpasis Kontruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang

Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). ‘Didn’t Get Expected Answer, Rectify It.’: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. Internatihands-onal Journal of Science Educatihands-on. 34 (2). 197 -222 Thomas J-P., Weindberg, A and College, I. (2009). Do Hands-On Activity

Increase Student Understanding?: A Case Study. Journal of Statistics Education. 17 (3)