UPAYA PMELA Upaya Peningkatan Akhlak Mulia Anak Usia Dini Melalui Pemberian Cerita Bergambar Pada Kelompok B Di TK Pertiwi III Duyungan Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2011/2012.
UPAYA PENINGK
P
KATAN A
AKHLAK MULIA A
ANAK USIA DINI
MELA
ALUI PEM
MBERIAN
N CERITA
A BERGA
AMBAR PADA
KE
ELOMPO
OK B DI TK
K PERTIW
WI III DU
UYUNGAN
N
SIDOHA
ARJO SR
RAGEN
TA
AHUN PEL
LAJARAN
N 2011/20112
SKRIPSI
Unntuk memennuhi sebagaai persyarataan
Guna mencapai
m
derajat
S
Sarjana S-1
PE
ENDIDIKA
AN ANAK USIA DIN
NI
Dissusun Oleh
h:
NUR AN
NIS SETYO
OWATI
A 520
5 081 0112
FAK
KULTAS KEGURU
K
UAN DAN ILMU PE
ENDIDIKA
AN
UN
NIVERSIT
TAS MUHA
AMMADIIYAH SU
URAKART
TA
2012
PERSETUJUAN
UPAYA PENINGKATAN AKHLAK MULIA ANAK USIA DII\II
MELALUI PEMBERIAN CERITA BERGAMBAR PAI}A KELOMPOK B
DI TK PERTIWI Itr DUYUNGAN SIDOHARJO SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2O1TI2OI2
Dipersiapkan dan Disusun Oleh:
NURAMS SETYOWATI
A
520081 012
Disetuj ui Untuk Dipertahankan Dihadapan
Dewan Penguji Skripsi Sarjana Srata - I
Pembimbing
I
Pembimbins
II
Drs. Ilham Sunarvo" M.Pd
UPAYA PENINGKATAN AKHLAK MULIA ANAK USIA I}INI
MNLALUI PEMBERIAN CNRITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B
I}I TK PERTIWI Itr DUTUNGAN SIDOHARJO SRAGEN
TAHUN PELAJARAN zOfl I2AI2
PENGESAHAN
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
NUR ANIS SETYOWATI
A 520 081 012
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal. 23 Oktober 2012
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji:
1. Drs. Hasto l)aryantoo M.Pd
2. Drs.Ilham Sunaryo, M. Pd
3. Aryati Prasetyarini' M.Pd
(
(
(
q=(
s"0{^
,/
Surakarta,
Disahkan,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
#H:A
#1 no.-*rfre\?
punnt
nl
)
)
)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran
pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.
Surakarta, 23 Oktober 2012
NUR ANIS SETYOWATI
A 520081012
iv
ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN AKHLAK MULIA ANAK USIA DINI
MELALUI PEMBERIAN CERITA BERGAMBAR PADA
KELOMPOK B DI TK PERTIWI III DUYUNGAN
SIDOHARJO SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nur Anis Setyowati, A 520081012, Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 64
halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan berakhlak mulia pada anak melalui
kegiatan bercerita dengan buku cerita bergambar pada kelompok B di TK Pertiwi
III Duyungan, Sidoharjo, Sragen. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas, penerima tindakan adalah anak kelompok B. pelaksana tindakan adalah
peneliti, sedangkan guru kelas bertindak sebagai kolaborator. Data dikumpulkan
melalui observasi dan catatan lapangan. Analisis data secara deskriptif kualitatif,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan berakhlak mulia anak secara berarti dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan cerita bergambar. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan prosentase berakhlak mulia anak, yakni sebelum tindakan rata-rata
kelas 10,05 dengan prosentase 43,5%, peningkatan siklus I nilai rata-rata kelas 16
dengan prosentase 67,5%, peningkatan pada siklus II nilai rata-rata kelas 20,25
dengan prosentase 84%. Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa
kegiatan bercerita dengan buku cerita bergambar dapat meningkatkan akhlak
mulia anak.
Kata kunci: Berakhlak mulia, pemberian cerita bergambar.
Tokoh pendidikan anak usia
PENDAHULUAN
Anak bukanlah orang dewasa
dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu,
anak
harus
diperlakukan
dengan
sesuai
tahap-tahap
perkembangannya.
Hanya
saja,
dalam praktik pendidikan sehari-hari,
tidak selalu demikian yang terjadi.
Banyak contoh yang menunjukkan
betapa
para
orang
masyarakat
tua
pada
dan
umumnya
memperlakukan anak tidak sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Didalam keluarga orang tua sering
memaksa
keinginan
sesuai
kehendaknya, disekolah guru sering
memberikan
tidak
tekanan
sesuai
perkembangan
(preasure)
dengan
anak,
tahap
diberbagai
media cetak/elektronika tekanan ini
lebih tidak terbatas lagi, bahkan
cenderung ekstrim.
dini,
Montessori
dalam
Rini
Hildayani (2005: 12.1) mengatakan
bahwa ketika mendidik anak-anak,
kita hendaknya ingat bahwa mereka
adalah individu-individu yang unik
dan
akan
berkembang
sesuai
kemampuan mereka sendiri. Tugas
kita sebagai orang dewasa dan
pendidikan
sarana
adalah
dorongan
memberikan
belajar
dan
memfasilitasinya ketika mereka telah
siap untuk
Tahun-tahun
mempelajari sesuatu.
pertama
kehidupan
anak merupakan masa-masa yang
sangat baik untuk suatu formasio
atau pembentukan. Masa ini juga
masa yang paling penting dalam
masa
perkembangan
anak,
baik
secara fisik, mental maupun spiritual.
Masa perkembangan yang penting
bagi anak ini, perlunya penanaman
pendidikan perilaku sejak usia dini.
Moral merupakan penting untuk
haram ini. Majalah porno bahkan
mengembangkan pemahaman akan
sekarang melalui Hp terdapat video
agama atau kepercayaan terhadap
porno yang tersebar luaskan dengan
anak.
mudah dan dari anak-anak sampai
Masalah
moral
merupakan
orang dewasa dapat melihatnya, hal
masalah yang sekarang ini sangat
ini akan merusak moral, jiwa anak
banyak meminta perhatian terutama
yang kosong diperburuk dengan
bagi para pendidik, ulama, pramuka,
tontonan kekerasan yang Vulgar
masyarakat dan orang tua. Banyak
ditelevisi merupakan inspirasi untuk
berita tentang tindakan kriminalitas
keluar dari tekanan. Dari rentang
yang
anak-anak
waktu 15 Februari 2003 sampai
maupun orang dewasa, seperti yang
dengan 9 Juni 2004 sudah tercetak II
terjadi
yang
kali bocah berusia 11 sampai 15
diberitakan diberbagai media, baik
tahun bunuh diri (Republika, 11
cetak maupun media elektronik.
Juni2008).
dilakukan
oleh
dibeberapa
daerah
Sebagai contoh, terdapat 25
terpidana
mati
khusus
narkoba,
Melihat fenomena ini, banyak
sudah kehilangan akal sehatnya,
beberapa diantaranya warga Negara
kebenaran
Indonesia yang sampai saat ini belum
genggaman. Insan sudah tidak lagi
satupun dieksekusi. Anak sekolah,
cerdas membedakan mana yang baik
mahasiswa,
birokrat
dan benar, perbuatan salah dianggap
sampai anak pejabat, banyak yang
benar, standar kebenaran dan standar
sudah bisa mengkonsumsi barang
moral telah tereliminasi. Menurut
suami
istri,
semakin
jauh
dari
Baron.
dkk
mengatakan
dinilai suatu tindakan tersebut baik
bahwa moral adalah hal-hal yang
atau buruk. Selanjutnya Kohlberg
berhubungan dengan larangan dan
dalam
tindakan yang berhubungan dengan
mengemukakan
larangan dan tindakan membicarakan
mulia bukanlah pada apa yang baik
salah
atau
atau
(1980)
benar.
Seseorang
Pratidamastuti
yang
(1993:66)
bahwa
buruk,
perilaku
tetapi
pada
dikatakan bermoral jika memiliki
bagaimana seseorang berfikir sampai
kesadaran moral, yaitu dapat menilai
pada
hal yang baik dan yang buruk hal-hal
adalah baik dan buruk.
yang boleh dilakukan dan yang tidak
keputusan
Beberapa
bahwa
penelitian
sesuatu
tentang
boleh dilakukan, serta hal-hal yang
perilaku mulia remaja yang mengacu
etis dan tidak etis. Tokan (dalam
pada teori perilaku mulia Kohlberg
Budiningsih, 2006:83) menyatakan
menunjukan pada umumnya remaja
bahwa seseorang yang bermoral
berada pada tingkat konvensional.
dengan
tampak
Penelitian setiono dalam Desmita
dalam penilaian dan pada perilaku
(2005:97) menunjukan bahwa 180
yang baik, benar dan sesuai dengan
mahasiswa
etika.
peserta KKN yang diukur perilaku
sendirinya
akan
Setiono (1994:75) menjelaskan
mulianya
universitas
berdasarkan
Padjajaran
moral
bahwa perilaku mulia menekankan
judgement interview (MJI) ialah 1%
pada alasan mengapa suatu tindakan
berada pada tahap 25,6% berada
dilakukan dari pada sekedar arti
pada tahap 3 dan 43% berada pada
suatu
tahap
tindakan,
sehingga
dapat
4.
Penelitian
berikutnya
dengan menggunakan alat ukur yang
Hal ini terbukti dengan masih
sama terhadap tingkat perilaku mulia
banyaknya ditemui
dari
Yogyakarta
mengalami tahap berakhlak mulia
menemukan adanya perbedaan antara
remaja dengan memulainya sejak
mahasiswa yang akitif dengan yang
dini, yaitu sejak masih anak-anak
tidak aktif dalam kegiatan lembaga
dengan
menanamkan
sosial masyarakat dengan hasil 39%
moral.
Mengacu
dari mahasiswa yang aktif tingkat
perkembangan perilaku Kohlberg,
berakhlak mulia mencapai tahap 4.
idealnya berakhlak mulia sendiri
Sedangkan mahasiswa yang tidak
yang bisa sama atau berbeda dengan
aktif hanya 8% mencapai tahap 4.
sistem moral masyarakat.
71
mahasiswa
remaja
yang
nilai-nilai
pada
teori
Berdasarkan penelitian diatas
Perkembangan berakhlak mulia
Desmita (2005:101) mengemukakan
anak menurut Harlock (1992:123)
bahwa:
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
Tahap
berakhlak
mulia
remaja
pembawaan (Heredity) dan faktor
Indonesia pada umumnya berkisar
lingkungan.
antara tahap 3 dan 4, bahkan lebih
terkait
banyak lagi yang baru mencapai
kecerdasan anak dengan berubahnya
tahap 3, ini mengindikasikan bahwa
kemampuan
perkembangan
mulia
mengerti, seorang anak bergerak
umum
ketingkatan perkembangan berakhlak
remaja
berakhlak
Indonesia
belum optimal.
secara
Faktor
dengan
pembawaan
perkembangan
menangkap
dan
mulia yang lebih tinggi. Sedangkan
faktor lingkungan keluarga, yaitu
orang
tua
yang
merupakan
pendidikan awal bagi anak dalam
LANDASAN TEORI
Menurut
Sugiyono
penanaman nilai moral, lingkungan
(2005:306) “hipotesis merupakan
sebaya yaitu interaksi dengan teman
jawaban
sebaya dalam bernagai pengalaman
sementara
terhadap
rumusan masalah”. Sedangkan
menurut Djarwanto PS dalaam
yang ada.
Pangestu
Subagyo
(1996:183)
“hipotesis
adalah
pertanyaan
Lebih lanjut Martani (dalam
Partidarmanastiti,
1991:64)
mengemukakan
bahwa
mengenai sesuatu hal yang harus
diuji kebenarannya, untuk bias
perkembangan berakhlak mulia juga
membuktikan
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan.
tidaknya
Kebudayaan
diperlukan
akan
mempengaruhi
cepat lambatnya pencapaian tahaptahap perkembangan moral dan juga
benar
atau
pertanyaan
ini
penelitian
dan
analisis”. Dengan demikian pada
hakekatnya
hipotesis
adalah
keputusan atau kesimpulan yang
mempengaruhi
batas
tahap
masih bersifat sementara dan
perkembangan yang dicapai. Dengan
untuk membuktikan benar atau
kata
lain
bahwa
individu
yang
tidaknya diperlukan penelitian
mempunyai latar belakang budaya
dan analisis.
tertentu dapat berbeda perkembangan
Dalam
penelitian
ini
moralnya dengan individu lain yang
penulis
mengajukan
hipotesis
berasal dari kebudayaan lain.
sebagai
berikut:
Cerita
bergambar
sebagai pendekatan
kepada Anak Usia Dini dapat
meningkatkan
perilaku
mulia
melalui pesan-pesan moral yang
itu
terkandung dalam cerita tersebut.
peneliti
METODE PENELITIAN
Penelitian
penelitian
ini
merupakan
tindakan
kelas.
Penelitian ini akan dilaksanakan
melalui
perencanaan
dapat
menentukan
instrumen penelitian atau alat
pengumpul data serta teknik
menganalisisnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
dalam dua siklus, dimana dalam
Pelaksanaan
tindakan
setiap siklus dilaksanakan empat
adalah berbagai tindakan atau
kegiatan
perlakuan yang dikerjakan
pokok,
perencanaan
yaitu,
tindakan,
guru
dalam
upaya
pelaksanaan tindakan, observasi,
memecahkan masalah yang
dan refleksi.
disusun dalam perencanaan.
1. Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan
Perencanaan merupakan
dilakukan
tindakan
dalam
bentuk
tahap pertama yang harus
siklus atau putaran. Pada
dilakukan
proses
setiap siklus atau putaran
Penelitian
dilakukan kegiatan tindakan
dalam
pelaksanaan
Tindakan
Kelas.
Dengan
sesuai
dengan
rancangann
perencanaan peneliti dapat
tindakan, observasi tindakan
menentukan segala sesuatu
dengan
yang harus tersedia serta cara
berbagai instrumen observasi
menyediakannya
dan refleksi atas tindakan
mendukung
untuk
keberhasilan
proses tindakan. Disamping
yang
menggunakan
dilakukan
setelah
memerhatikan
hasil
observasi.
Refleksi
Pelaksanaan
aktivitas
adalah
melihat
berbagai
tindakan dilaksanakan secara
kekurangan
kolaborasi antara guru, kepala
dilaksanakan peneliti selama
sekolah dan peneliti. Peneliti
penelitian berlangsung. Dari
sebagai pelaksana tindakan
hasil refleksi, peneliti dapat
dan
mencatat
dibantu
sedangkan
oleh
kepala
guru,
sekolah
yang
berbagai
kekurangan
yang
perlu
bertindak sebagai pengamat
diperbaiki,
sehingga
dapat
dan memberi evaluasi.
dijadikan
dasar
dalam
penyusunan
selanjutnya.
3. Observasi
Observasi
untuk
informasi
tindakan
dilakukan
HASIL PENELITIAN DAN
mengumpulkan
tentang
PEMBAHASAN
proses
dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan
peningkatan
peneliti
anak
sesuai
dengan
berprilaku
disetiap
mulia
siklusnya
tindakan tindakan yang telah
mengalami
disusun. Adapun pedoman
setiap butir amatan, namun pada
observasi pada penelitian ini
butir amatan 2, yaitu anak mau
terlampir.
meminta maaf, dan butir amatan
4. Refleksi
6,
yaitu
peningkatan
tidak
pada
mengganggu
teman. Pada kedua butir amatan
sebelum tindakan sebesar 43,5%,
lebih
dan peningkatan pada siklus I
berperilaku.
sebesar 67,5%, dan peningkatan
berhati-hati
dalam
DAFTAR PUSTAKA
pada siklus II sebesar 84%. Oleh
karena itu, kegiatan bercerita
dengan
buku
cerita
Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur
Penelitian
dapat
Suatu
Pendekatan
meningkatkan berakhlak
mulia
Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
anak. Disamping itu, pemberian
motivasi
dan
reward,
dapat
Arikunto,
Suharsimi,
Suhardjono,
Supardi.2007.
Penelitian
meningkatkan rasa berani dan
Tindakan
percaya
Bumi Aksara.
diri
berinteraksi
anak
dengan
untuk
Kelas.
Jakarta:
teman.
Bachri,
Bachtiar
S.2005.
Penyajian cerita dengan cara
Pengembangan
menarik, dapat menghayati isi
Bercerita di Taman Kanak-
cerita dan anak dapat merasakan
kanak
(Teknik
Prosesnya).
apa yang dirasakan maupun yang
Kegiatan
dan
Jakarta:
Depdiknas.
dialami oleh tokoh yang terdapat
dalam
cerita.
Selain
itu
Budiningsih, C.A.1997. Pengaruh
Strategi Penataan Isi Mata
pemberian pengetahuan tentang
Kuliah Serta Gaya Kognitif
konsekuensi dari setiap perilaku
Mahasiswa Terhadap Hasil
yang dilakukan anak, baik itu
Belajar dan Daya Tarik
Pengajaran.
perilaku positif maupun perilaku
IKIP.
negatif, dapat membuat anak
Yogyakarta.
Tidak
Penelitian
diterbitkan.
Budiningsih,
Analisis
C.A.
Karakteristik
Siswa
Penerbit Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.
kaitannya dengan Tahaptahap
Perkembangan
Penalaran
moralnya.
Hardiwardoyo, P. 1990. Moral dan
Masalahnya.
Yogyakarta:
Kanisius.
Online
(http://www.pustekkom.go.i
d/teknodik/tg/g.s.htm.
Hidayat, T. 1997. Psikologi Remaja.
Surakarta:
Tahap-tahap
Cremers,A.1995.
Perkembangan
Universitas
Sebelas Maret.
Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
http://simbacorp.blogspot.com/2012/03/pengertia
Danandjaya,J.
1997.
Indonesia.
Ilmu
Fakultas
Gosisp,
Dongeng
dan
Lain-lain.
Jakarta:
PT.
Pustaka
n-akhlak-mulia.html
Hurlock, E.B. 1992. Perkembangan
Anak.
Terj:
Mertasari
Tjandrasa. Edisi 6 Jilid 2.
Grafika.
Jakarta: Erlangga.
Psikologi
Desmita.2005.
Perkembangan. Cetakan 1.
Bandung:
PT.
Remaja
Kohlberg, L. 1995. Tahap-tahap
Perkembangan
Moral.
Diterjemahkan oleh John De
Rosdakarya.
Santo dan Agus Cremers.
Gunarsa, SD dan Gunarsa. 1996.
Psikologi
Yogyakarta: Kanisius.
Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta:
PT. BPK. Gunung Mulia.
Kurtines, W.M. Gerwitz J.L. 1992.
Moralitas, Perilaku Moral
dan Perkembangan Moral.
Hadi S. 1982. Metodologi Research
III. Yogyakarta. Yayasan
Cek 1. Penerjemah: M.I
Soelaeman.
Pendamping:
M.D.
Jakarta:
Moral dan Aktivitas Anak.
Universitas
Jakarta: PT. Elex Media
Dahlan.
Penerbit
Komputindo.
Indonesia.
Monks,
F.J.
Knoers,
Harditono,
Psikologi
A.M.P.
S.R.
2001.
Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya.
Gajah
Yogyakarya:
Mada
University
Press.
Mussen, P.H. 2004. Perkembangan
dan Kepribadian Anak (terj:
F.X. Budiyanto dkk) edisi 6.
Jakarta: Arcan.
Mustakim, M. Nur. 2005. Peranan
Cerita dalam Pembentukan
Perkembangan Anak TK.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional.
Rahayu, Sri. 2007. Judul Skripsi:
Penanda Hubungan repetisi
pada Cerita Ank Tabloid
Yunior.
UMS.
Tidak
diterbitkan.
Raines, Shirley C. dan Rebecca
Isabel.
2002.
17
Cerita
P
KATAN A
AKHLAK MULIA A
ANAK USIA DINI
MELA
ALUI PEM
MBERIAN
N CERITA
A BERGA
AMBAR PADA
KE
ELOMPO
OK B DI TK
K PERTIW
WI III DU
UYUNGAN
N
SIDOHA
ARJO SR
RAGEN
TA
AHUN PEL
LAJARAN
N 2011/20112
SKRIPSI
Unntuk memennuhi sebagaai persyarataan
Guna mencapai
m
derajat
S
Sarjana S-1
PE
ENDIDIKA
AN ANAK USIA DIN
NI
Dissusun Oleh
h:
NUR AN
NIS SETYO
OWATI
A 520
5 081 0112
FAK
KULTAS KEGURU
K
UAN DAN ILMU PE
ENDIDIKA
AN
UN
NIVERSIT
TAS MUHA
AMMADIIYAH SU
URAKART
TA
2012
PERSETUJUAN
UPAYA PENINGKATAN AKHLAK MULIA ANAK USIA DII\II
MELALUI PEMBERIAN CERITA BERGAMBAR PAI}A KELOMPOK B
DI TK PERTIWI Itr DUYUNGAN SIDOHARJO SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2O1TI2OI2
Dipersiapkan dan Disusun Oleh:
NURAMS SETYOWATI
A
520081 012
Disetuj ui Untuk Dipertahankan Dihadapan
Dewan Penguji Skripsi Sarjana Srata - I
Pembimbing
I
Pembimbins
II
Drs. Ilham Sunarvo" M.Pd
UPAYA PENINGKATAN AKHLAK MULIA ANAK USIA I}INI
MNLALUI PEMBERIAN CNRITA BERGAMBAR PADA KELOMPOK B
I}I TK PERTIWI Itr DUTUNGAN SIDOHARJO SRAGEN
TAHUN PELAJARAN zOfl I2AI2
PENGESAHAN
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
NUR ANIS SETYOWATI
A 520 081 012
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji
Pada Tanggal. 23 Oktober 2012
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji:
1. Drs. Hasto l)aryantoo M.Pd
2. Drs.Ilham Sunaryo, M. Pd
3. Aryati Prasetyarini' M.Pd
(
(
(
q=(
s"0{^
,/
Surakarta,
Disahkan,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
#H:A
#1 no.-*rfre\?
punnt
nl
)
)
)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran
pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.
Surakarta, 23 Oktober 2012
NUR ANIS SETYOWATI
A 520081012
iv
ABSTRAK
UPAYA PENINGKATAN AKHLAK MULIA ANAK USIA DINI
MELALUI PEMBERIAN CERITA BERGAMBAR PADA
KELOMPOK B DI TK PERTIWI III DUYUNGAN
SIDOHARJO SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nur Anis Setyowati, A 520081012, Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 64
halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan berakhlak mulia pada anak melalui
kegiatan bercerita dengan buku cerita bergambar pada kelompok B di TK Pertiwi
III Duyungan, Sidoharjo, Sragen. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas, penerima tindakan adalah anak kelompok B. pelaksana tindakan adalah
peneliti, sedangkan guru kelas bertindak sebagai kolaborator. Data dikumpulkan
melalui observasi dan catatan lapangan. Analisis data secara deskriptif kualitatif,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya peningkatan berakhlak mulia anak secara berarti dalam proses
pembelajaran melalui kegiatan cerita bergambar. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan prosentase berakhlak mulia anak, yakni sebelum tindakan rata-rata
kelas 10,05 dengan prosentase 43,5%, peningkatan siklus I nilai rata-rata kelas 16
dengan prosentase 67,5%, peningkatan pada siklus II nilai rata-rata kelas 20,25
dengan prosentase 84%. Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa
kegiatan bercerita dengan buku cerita bergambar dapat meningkatkan akhlak
mulia anak.
Kata kunci: Berakhlak mulia, pemberian cerita bergambar.
Tokoh pendidikan anak usia
PENDAHULUAN
Anak bukanlah orang dewasa
dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu,
anak
harus
diperlakukan
dengan
sesuai
tahap-tahap
perkembangannya.
Hanya
saja,
dalam praktik pendidikan sehari-hari,
tidak selalu demikian yang terjadi.
Banyak contoh yang menunjukkan
betapa
para
orang
masyarakat
tua
pada
dan
umumnya
memperlakukan anak tidak sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Didalam keluarga orang tua sering
memaksa
keinginan
sesuai
kehendaknya, disekolah guru sering
memberikan
tidak
tekanan
sesuai
perkembangan
(preasure)
dengan
anak,
tahap
diberbagai
media cetak/elektronika tekanan ini
lebih tidak terbatas lagi, bahkan
cenderung ekstrim.
dini,
Montessori
dalam
Rini
Hildayani (2005: 12.1) mengatakan
bahwa ketika mendidik anak-anak,
kita hendaknya ingat bahwa mereka
adalah individu-individu yang unik
dan
akan
berkembang
sesuai
kemampuan mereka sendiri. Tugas
kita sebagai orang dewasa dan
pendidikan
sarana
adalah
dorongan
memberikan
belajar
dan
memfasilitasinya ketika mereka telah
siap untuk
Tahun-tahun
mempelajari sesuatu.
pertama
kehidupan
anak merupakan masa-masa yang
sangat baik untuk suatu formasio
atau pembentukan. Masa ini juga
masa yang paling penting dalam
masa
perkembangan
anak,
baik
secara fisik, mental maupun spiritual.
Masa perkembangan yang penting
bagi anak ini, perlunya penanaman
pendidikan perilaku sejak usia dini.
Moral merupakan penting untuk
haram ini. Majalah porno bahkan
mengembangkan pemahaman akan
sekarang melalui Hp terdapat video
agama atau kepercayaan terhadap
porno yang tersebar luaskan dengan
anak.
mudah dan dari anak-anak sampai
Masalah
moral
merupakan
orang dewasa dapat melihatnya, hal
masalah yang sekarang ini sangat
ini akan merusak moral, jiwa anak
banyak meminta perhatian terutama
yang kosong diperburuk dengan
bagi para pendidik, ulama, pramuka,
tontonan kekerasan yang Vulgar
masyarakat dan orang tua. Banyak
ditelevisi merupakan inspirasi untuk
berita tentang tindakan kriminalitas
keluar dari tekanan. Dari rentang
yang
anak-anak
waktu 15 Februari 2003 sampai
maupun orang dewasa, seperti yang
dengan 9 Juni 2004 sudah tercetak II
terjadi
yang
kali bocah berusia 11 sampai 15
diberitakan diberbagai media, baik
tahun bunuh diri (Republika, 11
cetak maupun media elektronik.
Juni2008).
dilakukan
oleh
dibeberapa
daerah
Sebagai contoh, terdapat 25
terpidana
mati
khusus
narkoba,
Melihat fenomena ini, banyak
sudah kehilangan akal sehatnya,
beberapa diantaranya warga Negara
kebenaran
Indonesia yang sampai saat ini belum
genggaman. Insan sudah tidak lagi
satupun dieksekusi. Anak sekolah,
cerdas membedakan mana yang baik
mahasiswa,
birokrat
dan benar, perbuatan salah dianggap
sampai anak pejabat, banyak yang
benar, standar kebenaran dan standar
sudah bisa mengkonsumsi barang
moral telah tereliminasi. Menurut
suami
istri,
semakin
jauh
dari
Baron.
dkk
mengatakan
dinilai suatu tindakan tersebut baik
bahwa moral adalah hal-hal yang
atau buruk. Selanjutnya Kohlberg
berhubungan dengan larangan dan
dalam
tindakan yang berhubungan dengan
mengemukakan
larangan dan tindakan membicarakan
mulia bukanlah pada apa yang baik
salah
atau
atau
(1980)
benar.
Seseorang
Pratidamastuti
yang
(1993:66)
bahwa
buruk,
perilaku
tetapi
pada
dikatakan bermoral jika memiliki
bagaimana seseorang berfikir sampai
kesadaran moral, yaitu dapat menilai
pada
hal yang baik dan yang buruk hal-hal
adalah baik dan buruk.
yang boleh dilakukan dan yang tidak
keputusan
Beberapa
bahwa
penelitian
sesuatu
tentang
boleh dilakukan, serta hal-hal yang
perilaku mulia remaja yang mengacu
etis dan tidak etis. Tokan (dalam
pada teori perilaku mulia Kohlberg
Budiningsih, 2006:83) menyatakan
menunjukan pada umumnya remaja
bahwa seseorang yang bermoral
berada pada tingkat konvensional.
dengan
tampak
Penelitian setiono dalam Desmita
dalam penilaian dan pada perilaku
(2005:97) menunjukan bahwa 180
yang baik, benar dan sesuai dengan
mahasiswa
etika.
peserta KKN yang diukur perilaku
sendirinya
akan
Setiono (1994:75) menjelaskan
mulianya
universitas
berdasarkan
Padjajaran
moral
bahwa perilaku mulia menekankan
judgement interview (MJI) ialah 1%
pada alasan mengapa suatu tindakan
berada pada tahap 25,6% berada
dilakukan dari pada sekedar arti
pada tahap 3 dan 43% berada pada
suatu
tahap
tindakan,
sehingga
dapat
4.
Penelitian
berikutnya
dengan menggunakan alat ukur yang
Hal ini terbukti dengan masih
sama terhadap tingkat perilaku mulia
banyaknya ditemui
dari
Yogyakarta
mengalami tahap berakhlak mulia
menemukan adanya perbedaan antara
remaja dengan memulainya sejak
mahasiswa yang akitif dengan yang
dini, yaitu sejak masih anak-anak
tidak aktif dalam kegiatan lembaga
dengan
menanamkan
sosial masyarakat dengan hasil 39%
moral.
Mengacu
dari mahasiswa yang aktif tingkat
perkembangan perilaku Kohlberg,
berakhlak mulia mencapai tahap 4.
idealnya berakhlak mulia sendiri
Sedangkan mahasiswa yang tidak
yang bisa sama atau berbeda dengan
aktif hanya 8% mencapai tahap 4.
sistem moral masyarakat.
71
mahasiswa
remaja
yang
nilai-nilai
pada
teori
Berdasarkan penelitian diatas
Perkembangan berakhlak mulia
Desmita (2005:101) mengemukakan
anak menurut Harlock (1992:123)
bahwa:
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
Tahap
berakhlak
mulia
remaja
pembawaan (Heredity) dan faktor
Indonesia pada umumnya berkisar
lingkungan.
antara tahap 3 dan 4, bahkan lebih
terkait
banyak lagi yang baru mencapai
kecerdasan anak dengan berubahnya
tahap 3, ini mengindikasikan bahwa
kemampuan
perkembangan
mulia
mengerti, seorang anak bergerak
umum
ketingkatan perkembangan berakhlak
remaja
berakhlak
Indonesia
belum optimal.
secara
Faktor
dengan
pembawaan
perkembangan
menangkap
dan
mulia yang lebih tinggi. Sedangkan
faktor lingkungan keluarga, yaitu
orang
tua
yang
merupakan
pendidikan awal bagi anak dalam
LANDASAN TEORI
Menurut
Sugiyono
penanaman nilai moral, lingkungan
(2005:306) “hipotesis merupakan
sebaya yaitu interaksi dengan teman
jawaban
sebaya dalam bernagai pengalaman
sementara
terhadap
rumusan masalah”. Sedangkan
menurut Djarwanto PS dalaam
yang ada.
Pangestu
Subagyo
(1996:183)
“hipotesis
adalah
pertanyaan
Lebih lanjut Martani (dalam
Partidarmanastiti,
1991:64)
mengemukakan
bahwa
mengenai sesuatu hal yang harus
diuji kebenarannya, untuk bias
perkembangan berakhlak mulia juga
membuktikan
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan.
tidaknya
Kebudayaan
diperlukan
akan
mempengaruhi
cepat lambatnya pencapaian tahaptahap perkembangan moral dan juga
benar
atau
pertanyaan
ini
penelitian
dan
analisis”. Dengan demikian pada
hakekatnya
hipotesis
adalah
keputusan atau kesimpulan yang
mempengaruhi
batas
tahap
masih bersifat sementara dan
perkembangan yang dicapai. Dengan
untuk membuktikan benar atau
kata
lain
bahwa
individu
yang
tidaknya diperlukan penelitian
mempunyai latar belakang budaya
dan analisis.
tertentu dapat berbeda perkembangan
Dalam
penelitian
ini
moralnya dengan individu lain yang
penulis
mengajukan
hipotesis
berasal dari kebudayaan lain.
sebagai
berikut:
Cerita
bergambar
sebagai pendekatan
kepada Anak Usia Dini dapat
meningkatkan
perilaku
mulia
melalui pesan-pesan moral yang
itu
terkandung dalam cerita tersebut.
peneliti
METODE PENELITIAN
Penelitian
penelitian
ini
merupakan
tindakan
kelas.
Penelitian ini akan dilaksanakan
melalui
perencanaan
dapat
menentukan
instrumen penelitian atau alat
pengumpul data serta teknik
menganalisisnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
dalam dua siklus, dimana dalam
Pelaksanaan
tindakan
setiap siklus dilaksanakan empat
adalah berbagai tindakan atau
kegiatan
perlakuan yang dikerjakan
pokok,
perencanaan
yaitu,
tindakan,
guru
dalam
upaya
pelaksanaan tindakan, observasi,
memecahkan masalah yang
dan refleksi.
disusun dalam perencanaan.
1. Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan
Perencanaan merupakan
dilakukan
tindakan
dalam
bentuk
tahap pertama yang harus
siklus atau putaran. Pada
dilakukan
proses
setiap siklus atau putaran
Penelitian
dilakukan kegiatan tindakan
dalam
pelaksanaan
Tindakan
Kelas.
Dengan
sesuai
dengan
rancangann
perencanaan peneliti dapat
tindakan, observasi tindakan
menentukan segala sesuatu
dengan
yang harus tersedia serta cara
berbagai instrumen observasi
menyediakannya
dan refleksi atas tindakan
mendukung
untuk
keberhasilan
proses tindakan. Disamping
yang
menggunakan
dilakukan
setelah
memerhatikan
hasil
observasi.
Refleksi
Pelaksanaan
aktivitas
adalah
melihat
berbagai
tindakan dilaksanakan secara
kekurangan
kolaborasi antara guru, kepala
dilaksanakan peneliti selama
sekolah dan peneliti. Peneliti
penelitian berlangsung. Dari
sebagai pelaksana tindakan
hasil refleksi, peneliti dapat
dan
mencatat
dibantu
sedangkan
oleh
kepala
guru,
sekolah
yang
berbagai
kekurangan
yang
perlu
bertindak sebagai pengamat
diperbaiki,
sehingga
dapat
dan memberi evaluasi.
dijadikan
dasar
dalam
penyusunan
selanjutnya.
3. Observasi
Observasi
untuk
informasi
tindakan
dilakukan
HASIL PENELITIAN DAN
mengumpulkan
tentang
PEMBAHASAN
proses
dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan
peningkatan
peneliti
anak
sesuai
dengan
berprilaku
disetiap
mulia
siklusnya
tindakan tindakan yang telah
mengalami
disusun. Adapun pedoman
setiap butir amatan, namun pada
observasi pada penelitian ini
butir amatan 2, yaitu anak mau
terlampir.
meminta maaf, dan butir amatan
4. Refleksi
6,
yaitu
peningkatan
tidak
pada
mengganggu
teman. Pada kedua butir amatan
sebelum tindakan sebesar 43,5%,
lebih
dan peningkatan pada siklus I
berperilaku.
sebesar 67,5%, dan peningkatan
berhati-hati
dalam
DAFTAR PUSTAKA
pada siklus II sebesar 84%. Oleh
karena itu, kegiatan bercerita
dengan
buku
cerita
Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur
Penelitian
dapat
Suatu
Pendekatan
meningkatkan berakhlak
mulia
Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
anak. Disamping itu, pemberian
motivasi
dan
reward,
dapat
Arikunto,
Suharsimi,
Suhardjono,
Supardi.2007.
Penelitian
meningkatkan rasa berani dan
Tindakan
percaya
Bumi Aksara.
diri
berinteraksi
anak
dengan
untuk
Kelas.
Jakarta:
teman.
Bachri,
Bachtiar
S.2005.
Penyajian cerita dengan cara
Pengembangan
menarik, dapat menghayati isi
Bercerita di Taman Kanak-
cerita dan anak dapat merasakan
kanak
(Teknik
Prosesnya).
apa yang dirasakan maupun yang
Kegiatan
dan
Jakarta:
Depdiknas.
dialami oleh tokoh yang terdapat
dalam
cerita.
Selain
itu
Budiningsih, C.A.1997. Pengaruh
Strategi Penataan Isi Mata
pemberian pengetahuan tentang
Kuliah Serta Gaya Kognitif
konsekuensi dari setiap perilaku
Mahasiswa Terhadap Hasil
yang dilakukan anak, baik itu
Belajar dan Daya Tarik
Pengajaran.
perilaku positif maupun perilaku
IKIP.
negatif, dapat membuat anak
Yogyakarta.
Tidak
Penelitian
diterbitkan.
Budiningsih,
Analisis
C.A.
Karakteristik
Siswa
Penerbit Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.
kaitannya dengan Tahaptahap
Perkembangan
Penalaran
moralnya.
Hardiwardoyo, P. 1990. Moral dan
Masalahnya.
Yogyakarta:
Kanisius.
Online
(http://www.pustekkom.go.i
d/teknodik/tg/g.s.htm.
Hidayat, T. 1997. Psikologi Remaja.
Surakarta:
Tahap-tahap
Cremers,A.1995.
Perkembangan
Universitas
Sebelas Maret.
Moral.
Yogyakarta: Kanisius.
http://simbacorp.blogspot.com/2012/03/pengertia
Danandjaya,J.
1997.
Indonesia.
Ilmu
Fakultas
Gosisp,
Dongeng
dan
Lain-lain.
Jakarta:
PT.
Pustaka
n-akhlak-mulia.html
Hurlock, E.B. 1992. Perkembangan
Anak.
Terj:
Mertasari
Tjandrasa. Edisi 6 Jilid 2.
Grafika.
Jakarta: Erlangga.
Psikologi
Desmita.2005.
Perkembangan. Cetakan 1.
Bandung:
PT.
Remaja
Kohlberg, L. 1995. Tahap-tahap
Perkembangan
Moral.
Diterjemahkan oleh John De
Rosdakarya.
Santo dan Agus Cremers.
Gunarsa, SD dan Gunarsa. 1996.
Psikologi
Yogyakarta: Kanisius.
Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta:
PT. BPK. Gunung Mulia.
Kurtines, W.M. Gerwitz J.L. 1992.
Moralitas, Perilaku Moral
dan Perkembangan Moral.
Hadi S. 1982. Metodologi Research
III. Yogyakarta. Yayasan
Cek 1. Penerjemah: M.I
Soelaeman.
Pendamping:
M.D.
Jakarta:
Moral dan Aktivitas Anak.
Universitas
Jakarta: PT. Elex Media
Dahlan.
Penerbit
Komputindo.
Indonesia.
Monks,
F.J.
Knoers,
Harditono,
Psikologi
A.M.P.
S.R.
2001.
Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya.
Gajah
Yogyakarya:
Mada
University
Press.
Mussen, P.H. 2004. Perkembangan
dan Kepribadian Anak (terj:
F.X. Budiyanto dkk) edisi 6.
Jakarta: Arcan.
Mustakim, M. Nur. 2005. Peranan
Cerita dalam Pembentukan
Perkembangan Anak TK.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional.
Rahayu, Sri. 2007. Judul Skripsi:
Penanda Hubungan repetisi
pada Cerita Ank Tabloid
Yunior.
UMS.
Tidak
diterbitkan.
Raines, Shirley C. dan Rebecca
Isabel.
2002.
17
Cerita