Analisa Kandungan Boraks pada Lontong Serta Pengetahuan dan Sikap Pedagang Tentang Boraks di Kelurahan Aek Tampang Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

ABSTRAK
Bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan
terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan dan atau penyimpanan.
Dampak penggunaan dapat berakibat positif maupun negatif bagi
masyarakat. Salah satu masalah keamanan makanan di Indonesia adalah
masih rendahnya pengetahuan, keterampilan dan tanggung jawab produsen
pangan tentang mutu dan keamanan makanan, terutama pada industri kecil
atau industri rumah tangga.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik pedagang,
berapa lama daya tahan lontong, ada tidaknya kandungan boraks dan
mengetahui kadar boraks pada lontong, pengetahuan dan sikap pedagang
tentang penggunaan boraks pada lontong di Kelurahan Aek Tampang
Kota Padangsidimpuan Tahun 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif.
Sampel penelitian ini sebanyak 15 lontong yang merupakan total populasi.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari
karakteristik responden,pengetahuan dan sikap pedagang tentang boraks
yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lontong yang
mengandung boraks dengan kadar 1140 ppm dalam 1 kg adonan lontong.
60% responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik, dan 53,3%

responden memiliki sikap dalam kategori baik terhadap boraks pada
lontong.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
dan sikap responden sudah baik. Tetapi masih terdapat pedagang yang
masih menggunakan boraks sebagai pengawet, dan masih banyak
pedagang yang belum mengetahui bahan tambahan yang diijinkan dan
tidak diijinkan serta dampaknya terhadap kesehatan. Oleh karena itu
peneliti menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan
agar dilakukan penyuluhan kepada para produsen sekaligus penjual
lontong, dan dilakukan pembinaan,pengawasan secara berkala oleh BPOM
khususnya lontong sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dalam
penggunaan bahan-bahan berbahaya sebagai bahan tambahan makanan.
Kata kunci : Boraks, pengetahuan, sikap pedagang lontong, bahan
tambahan pangan

iv
Universitas Sumatera Utara

Abstract


Food additives are substances that added to food by size and
number and involved in processing, packaging and storage. These are can
make some impact, positive or negative. One of the problems of the food
safety in Indonesia is still lack about acknowledge, skills, and
responsibility of food producers about food quality and safety food
especially for small and home industries.
The research objective is to determine characteristic of seller or
producers, how long the endurance rice cake, not containing of borax or
not, to determine borax levels of lontong, knowledge and attitudes about
the use of borax to the traders in the lontong, Aek Tampang
Padangsidimpuan City at 2015. This research is descriptive. Theresearch
sample is 15 lontong which is the total population. Collecting data using
questionnaires, consisting of respondent characteristics, knowledge and
attitudes about borax then presented in the form of a frequency
distribution table.
The study found that there is the lontong containing of 1140 ppm
in the 1 kg lontong concentrations. 60% of respondents have good
acknowledge and 53.3% respondents have attitude in good category in
analysis content of borax in rice cake.
Based on the result of research can conclude that acknowledge and

attitude of respondents has been good. But there are still seller or
producers used the borax and many many of them who dont know about
the additional material that allowed or not and the impact on health. So
the researchers suggest the City Health Office of Padangsidimpuan give
some explanation or teaching, coaching to the producers and sellers of
rice cake, and make some attention periodically by BPOM especially
lontong so that it can make precaution in the using of hazard substances
as food additives.

Keywords : Boraxs, knowledge, attitude of respondents, Food additives

v
Universitas Sumatera Utara